bab ii

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Glass ionomer cement adalah istilah dalam kedokteran gigi yang menunjukkan sekelompok bahan gigi yang menggunakan tepung kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. (Hamzah et al, 2010) 2.2 Komposisi a. Bubuk : yaitu larutan dasar asam kalsium aluminosilikat glass yang mengandung fluoride. Ini dibuat dengan mencampur silika + alumina + kalsium fluoride, metal oksida dan metal fosfat pada 1100 o -1500 o C kemudian tuangkan lelehan ke pelat logam atau ke dalam air. Glass yang terbentuk dihancurkan, digiling dan ditumbuk menjadi bubuk 20-50. Ukuran tergantung kebutuhan. Campuran dapat terurai oleh asam karena adanya ion Al +3 yang bisa dengan mudah dapat masuk ke dalam jaringan silika. Ini adalah sifat yang memungkinkan pembentukan semen. Fungsi dari masing-masing komponen diantaranya adalah : b. Alumina: meningkatkan opasitas c. Silika : meningkatkan translusensi 3

Upload: paulust-meteh

Post on 16-Nov-2015

281 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pulpitis

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 PengertianGlass ionomer cement adalah istilah dalam kedokteran gigi yang menunjukkan sekelompok bahan gigi yang menggunakan tepung kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. (Hamzah et al, 2010)2.2 Komposisia. Bubuk : yaitu larutan dasar asam kalsium aluminosilikat glass yang mengandung fluoride. Ini dibuat dengan mencampur silika + alumina + kalsium fluoride, metal oksida dan metal fosfat pada 1100o-1500o C kemudian tuangkan lelehan ke pelat logam atau ke dalam air. Glass yang terbentuk dihancurkan, digiling dan ditumbuk menjadi bubuk 20-50. Ukuran tergantung kebutuhan. Campuran dapat terurai oleh asam karena adanya ion Al+3 yang bisa dengan mudah dapat masuk ke dalam jaringan silika. Ini adalah sifat yang memungkinkan pembentukan semen. Fungsi dari masing-masing komponen diantaranya adalah :b. Alumina: meningkatkan opasitasc. Silika: meningkatkan translusensid. Fluoride: meningkatkan to fusi, antikariogenesitas, meningkatkan translusensi, meningkatkan waktu kerja, meningkatkan kekuatane. Ca- Fluoride: meningkatkan opasitas, berperan sebagai pencair/pengalirf. Al-Fosfat: meningkatkan to leleh, meningkatkan translusensig. Cryolite: meningkatkan translusensi, sebagai pencair/pengalir(Mahesh et al, 2011)h. Cairan : Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi sekitar 10%. (Anusavice, 2004)i. Bahan tambahan : Asam tartar, metal oksida dan polifosfat. ( Mahesh et al, 2011)2.3. Reaksi Pengerasan2.3.1. Reaksi Setting :Pada pencampuran bubuk dan cairan atau bubuk dan air asam secara lambat merendahkan lapisan luar partikel kaca melepaskan ion Ca+2 dan Al+3. selama fase setting awal, Ca+2 dilepaskan lebih cepat terutama bertanggung jawab untuk reaksi dengan poliacid untuk membentuk produk reaksi seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.5. Al+3 dilepaskan lebih lambat dan terlibat dalam setting fase selanjutnya sehingga sering disebut sebagai reaksi fase sekunder. Bahan terdiri dari ini kaca yang tidak bereaksi tertanam dalam matriks silang poliacid. Fase setting digambarkan pada gambar 24.6. (McCabe, 2008)

2.4. Sifat-Sifat GIC1. Sifat FisikSifat yang sangat menonjol dari penggunaan semen ionomer kaca sebagai bahan restorative adalah kekuatannya terhadap fraktur. Semen ionomer kaca tipe II jauh lebih inferior daripada komposit. Juga lebih rentan terhadap keausan terhadap dibanding komposit bila dikenai uji abrasi dengan sikat gigi secara in vitro dan uji keausan oklusal. Namun, semen ionomer kaca cukup menarik karena mempunyai kecocokan biologis, dapat melekat pada email dan dentin, dan bersifat antikariogenik. (Anusavice, 2004)Seperti banyaknya sifat dental cement, sifat glass ionomer tergantung padda rasio bubuk:cairan. Sayangnya hand mixing dengan rasio bubuk:cairan yang optimal akan menghasilkan campuran yang kering dan tampak rapuh yang kurang disukai oleh dokter gigi. Oleh karena itu ada kecenderungan untuk dokter gigi untuk menambahkan lebih banyak cairan untuk memberikan konsistensi yang lebih basah dengan efek yang merugikan pada sifat fisik materi. Masalah ini diatasi oleh penggunaan enkapsulasi dan mekanik pencampuran. (Mccabe et al, 2008)2. Mekanisme AdhesiMekanisme pengikatan ionomer kaca dengan struktur gigi belum dapat diterangkan dengan jelas. Meskipun demukian, sepertinya tidak diragukan bahwa perlekatan ini terutama melibatkan proses relasi dari gugus karboksil dari poilasam dengan kalsium di Kristal apatit email dan dentin. Meskipun ini berlaku untuk semen polikarboksilat, mekanisme adhesi dari semen ionomer kaca juga setara, karena keduanya berdasar pada poliasam. Ikatan dengan email selalu lebih besar daripada ikatan dengan dentin, ini dikarenakan kandungan anorganik dari email lebih banyak dan homogenitasnya lebih besar dilihat dari sudut pandang morfologi. (Anusavice, 2004)2.5. Sifat-Sifat dan Evaluasi Klinis Glass Ionomer Cement2.5.1 Sifat Fisik dan Mekanik Glass Ionomer Cement2.5.2 Sifat FisikSifat fisik GICyaitu adhesif kepermukaan enamel dan dentin, melepaskan fluorida ke jaringan gigi. Biokompatibel pada jaringan pulpa dan termal ekspansi sama dengan gigi sehingga bahan ini banyak digunakan. Selain itu, menurut Sidharta (2001) GIC melepaskan ion fluorida dalam jangka waktu yang cukuplama sehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies.Kekuatan tekan GIC sebanding dengan seng fosfat, dan kekuatan diametralnya sedikit lebih tinggi. Modulus elastisitasnya hanya sekitar satu setengah dari semen seng fosfat. Dengan demikian GIC kurang kaku dan lebih rentan terhadap deformasi elastis. Dalam hal ini, GIC tidak digunakan seperti semen seng fosfat untuk membuat mahkota, hal ini dikarenakan adanya perbedaan tegangan tarik. Sebagai contoh, dalam sebuah studi, beban kegagalan rata-rata untuk feldspathic porselen mahkota meningkat dari 963 N menjadi 2800 N (Anusavice, 2003: 475).2.5.3 SIFAT MEKANIKa. Compressive StrengthKekuatan kompresi GIC berkisar antara 90-230 Mpa. Nilai kekuatan tariknya hampir sama dengan semen seng fosfat yaitu sebesar 4,2-5,3 MPa. GIC bersifat lebih brittle. Modulus elastisitasnya sebesar 3,5-6,4 GPa sehingga GIC tidak terlalu kaku dan lebihpeka terhadap perubahan bentuk, lebih elastis dibandingkan seng fosfat. Kekuatan kompresi dari GIC naik secara cepat apabila semen diisolasi dari kelembaban saat awal pembentukan. Pengisolasian dari lingkungan yang lembab bertujuan untuk memberikan perlindungan pada permukaan restorasi dari saliva dengan menggunakan larutan varnish atau light-curing bonding agent. (William A, 2001:121)

b. Bond StrengthKekuatan GIC untuk berikatan adalah sebesar 1-3 Mpa. GIC dapat berikatan dengan baik dengan enamel, stainless steel, tin oxide-platedplatinum, dan gold alloy. Bond strength dapat dinaikkan dengan pemberian conditioner berupa asam dan larutan FeCl3 pada dentin. c. KekerasanSemen memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh inferior dibanding kekerasanbahan resin. Kemampuan adhesi melibatkan proses gelasi dari gugus karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit enamel dan dentin. Semen ini memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan fluorida. Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena mudah larut dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisikokimiawi antara bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi tumpatan (Anusavice, 2003: 425).

2.5.4 Sifat BiologiGlass ionomer menghasilkan fluorida dalam jumlah yang sebanding dengan fluorida yang dihasilkan semen silikat dan proses ini terus berlanjut selama periode yang panjang. Jumlah minimal pelepasan fluorida dan serapan oleh enamel bisa digunakan untuk menghambat karies. Beberapa studi klinis terkontrol tentang glass ionomer digunakan untuk restorasi atau fissure sealant, menunjukkan bahwa jumlah lesi karies sekunder yang dikembangkan berkisar dari nol sampai nomor yang tinggi, hal ini terkait dengan restorasi komposit. Pada survei penelitian yang sama oleh dokter gigi menunjukkan bahwa frekuensi karies sekunder di gigi dengan restorasi glass ionomer dibandingkan dengan gigi dengan komposit posterior itu lebih rendah untuk satu kelompok dokter gigi tetapi lebih tinggi untuk kelompok lain dokter gigi. Namun, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ion fluorida yang dilepaskan dari GIC menghambat perkembangan karies sekunder (Anusavice, 2003, pp : 475).Kebanyakan studi histological mengindikasikan bahwa glass ionomer cukup biokompatibel. Glass ionomer menghasilkan reaksi pulpa yang lebih besar dari ZOE dan umumnya kurang dari semen fosfat seng. Glass ionomer digunakan sebagai luting agent yang memiliki rasio bubuk dan cairan yang rendah dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar dari restorasi glass ionomer karena semen dengan rasio bubuk dan cairan yang rendah dapat menyebabkan keadaan pH rendah dalam waktu yang lama. Bagaimanapun, GIC membutuhkan lapisan tipis sebagai pelindung, seperti Ca(OH)2, dengan kedalaman 0,5 mm dari ruang pulpa pada preparasi. (Anusavice, 2003)b. Evaluasi Klinis GICGlass ionomer cement (GIC) telah menjadi subjek dari berbagai penelitian dalam kaitannya dengan pelaksanaan klinisnya (Batubara, 2011):A. Adhesi Glass ionomer cement merupakan bahan restorasi yang ideal untuk lesi servikal non-karies karena sifat adesifnya dan beban restorasi akhirnya yang tidak berarti. Oleh karena itu terdapat sejumlah penelitian pada sifat glass-ionomer pada lesi-lesi tertentu. Kebanyakan lesi servikal non karies bukan merupakan undercut yang terpisah dan retensi dari restorasi tergantung pada adhesi yang efektif antara bahan dan dentin.Karena banyak resin modified glass-ionomer cements yang diperkenalkan saat ini, hanya penelitian yang dilakukan dalam waktu yang singkat yang berlaku. Pada umumnya, rata-rata retensi sama tinggi dengan glass-ionomer konvensional. Tetapi beberapa bahan telah menunjukkan masalah dengan mempertimbangkan stabilitas warna. Akan tetapi resin modified glass-ionomer telah berkembang dengan kestabilan sifatnya sejak beberapa tahun yang lalu.Resin modified glass-ionomer cement dapat juga digunakan sebagai lapisan adesif untuk retensi resin komposit dengan cara yang sama dengan penggunaan dentine bonding agent.B. Penghambatan Karies GIC melepaskan fluoride yang awalnya pada tingkat yang tinggi, kemudian menurun setelah beberapa hari menjadi tingkatan rendah yang cocok selama bertahun-tahun. Percobaan pelepasan fluoride seluruhnya menyatakan bahwa glass-ionomer memiliki insiden terjadinya sekunder karies yang rendah. Tetapi hanya sedikit penelitian klinis yang memenuhi kebutuhan suatu percobaan dengan rancangan yang tepat untuk memutus aktivitas antikariogenik dari glass-ionomer. Percobaan-percobaan yang dipublikasikan tersebut meragukan, sebagian menyatakan keuntungan glass-ionomer cement pada pencegahan karies sekunder dan yang lain menyatakan tidak ada keuntungan.

C. Efek pada Karies Dentin Karies dentin dapat dibagi ke dalam dua zona; zona yang paling dekat dengan pulpa yang disebut sebagai inner carious atau affected dentine dan zona yang paling dekat dengan rongga mulut disebut outer carious atau infected dentine. Zona-zona ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dentin yang terpengaruh memiliki sedikit atau bahkan tidak ada bakteri, warna coklat-hitam dan mengandung kolagen. Oleh karena itu dentin yang demikian dapat diremineralisasi karena berisi kolagen utuh yang berperan sebagai pendukung bagi endapan hidroksiapatit. Dalam perbedaannya dentin yang terinfeksi memiliki muatan bakteri yang lebih berat, kolagen yang terdegradasi, memiliki penampilan batas kuning-coklat, basah dan tidak dapat teremineralisasi. Untuk mengikuti prinsip intervensi minimum preparasi kavitas, dentin yang terpengaruh dapat ditinggalkan pada tempatnya dengan potensial untuk remineralisasi di bawah pengaruh glass ionomer cement. Beberapa publikasi telah melakukan investigasi kemampuan GIC untuk meningkatkan remineralisasi dentin yang terpengaruh.D. Fissure Sealant Pada awalnya salah satu yang direkomendasikan untuk penggunaan glass-ionomer cement adalah sebagai bahan fissure sealant. Fisur membutuhkan paling sedikit perluasan 100 m untuk mencapai penetrasi semen dan melindunginya dari beban oklusal. Pada keadaan dimana fisur berdiameter lebih kecil dari 100 m direkomendasikan untuk membuka fisur agar diperoleh penetrasi sealant. Beberapa studi klinis telah mengidentifikasi masalah retensi fissure sealant glass-ionomer. Cara tradisional untuk mendapatkan penampilan fissure sealant pada percobaan klinis adalah dengan bahan retensi. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa fissure sealant glass ionomer akan hilang dari fisur dalam beberapa bulan setelah aplikasi, akan tetapi pada penggunaan teknik impression ditemukan bahwa glass-ionomer cement akan ditahan pada kedalaman fisur. Hal ini menjelaskan penemuan efek glass- ionomer cement yang umumnya sama dimana sealant yang berbasis resin mencegah karies fisur sehingga resin sealant lebih tahan dalam beberapa tahun.E. Gigi desidui Glass-ionomer cement telah mendapatkan penelitian intensif sebagai bahan restorasi untuk gigi desidui. Beberapa penelitian telah dilakukan terus menerus pada bahan konvensional yang asli dengan bahan yang dimodifikasi resin. Pada umumnya hasil yang diperoleh tidak memuaskan khususnya pada kavitas aproksimal dimana semen relatif tidak mendukung. Karena kerapuhannya, glass-ionomer cement membutuhkan pendukung di sekeliling struktur gigi sehingga penampilannya lebih baik pada permukaan kavitas dengan permukaan tunggal dibandingkan dengan kavitas dengan berbagai permukaan. F. Teknik Atraumatic Restorative Treatment (ART) Glass ionomer cement merupakan bahan pilihan pada teknik perawatan Atraumatic Restorative Treatment (ART). Beberapa percobaan klinis ART yang telah dipublikasikan menunjukkan bahwa rata-rata ketahanan GIC dapat dibandingkan dengan dental amalgam. Beberapa kesimpulan yang telah diambil dari banyak penelitian tentang ART termasuk pengaruh usia pasien, pengaruh operator, restorasi pada permukaan tunggal lebih baik daripada restorasi dengan berbagai permukaan, terdapat nyeri dan ketidaknyamanan yang minimal, sering tidak membutuhkan anestesi, keefektifan biaya mirip dengan amalgam, dibutuhkan evaluasi teknik pada pasien dengan rampan karies.

2.6. KlasifikasiBerasarkan aplikasinya :Tipe I : Luting pada mahkota, jembatan dan bracketTipe II a : Semen restorasi untuk estetikaTipe II b : Semen restorasi untuk kekuatanTipe II dapat juga digunakan sebagai fissure sealant, restorasi untuk gigi sulung.Tipe III : Lining cement dan baseTipe IV : meliputi light cure dan dual cure GI.(Mitchell et al, 2005)Sedangkan menurutsifat fisikdan kimianya, glass ionomer cement diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu: (Quiec, 2011)1. Glass ionomer cement konvensionalGlass ionomer konvensional terdiri dari fluoroaluminosilicate glass, biasanya dalam garam stronsium atau kalsium dan cairan asam polialkenoat, sebagai contoh poliakrilik, maleat, itakonik dan asam trikarbalilik. Bahan konvensional dibuat dengan reaksi unsur asam antara cairan asam dan bubuk dasar. Baru-baru ini, untuk memperbaiki sifat fisik dan mengurangi sensitivitas air dan bahan konvensional, dikembangkanlah resin-modified glass ionomer cements. Bahan ini mengandung resin yang dapat berpolimerisasi, biasanya hydroxyethylmethacrylate (HEMA), dan memiliki reaksi pengerasan tambahan dari polimerisasi resin yang dapat berupa self-cure atau light-cure.

2. Resin-modified glass ionomer cementModified glass ionomer merupakan bahanhybrid yang terdiri dari 80% semen ionomer kaca konvensional dan 20% resin komposit fotopolimerisasi. Ciri utama resin-modified glass ionomer cement adalah ketika bubuk dan cairan dicampur akanterjadi reaksi pengerasan denganbantuan sinar (light cure) Tahap-tahap reaksinya:1. Reaksi pengerasan2. Reaksi polimerisasi3. Reaksi antara garam logam poliakrilat dengan resin4. Reaksi asam-basa dan polimerisasi penyinaran pada resin-modified glass ionomer cement3. Hybrid ionomersKekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi dari ionomer kaca konvensional. Peningkatan ini di akibatkan oleh modulus elastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak yang dapat di tahan sebelum terjadinya fraktur.4. Tri-cure glass ionomer cement5. Metal-reinforced glass ionomer cements pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977. Penambahan bubuk campuran perak-amalgam pada bahan konvensional meningkatkan kekuatan fisik semen dan memberikan radiopasitas. Selanjutnya,partikelperakdilelehkanmenjadiserpihan-serpihan seperti kaca, dan sejumlah produk kemudian muncul kandungan campuranamalgamtelahditetapkan untuk memperbaiki keluhan sampai sampai tingkat yang dikatakan menghasilkan sifat mekanis optimum untukmetal-reinforced glass ionomer cements. Digunakan untuk area yang memiliki stress tinggi, ketebalannya lebih dari 45 m. (Nagaraja, 2005)2.7. Indikasi dan Kontraindikasid. Indikasi1. Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien dan lebih direkomendasikan daripada amalgam untuk gigi anak anak (Nicholson, 2008)2. Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan untuk gigi decidui. (McCabe, 2008)3. Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama dibagian proksimal. (Rhamdani, 2011)4. Untuk karies kelas III dan V (Anusavice, 2004)

e. Kontrandikasi1. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen2. Restorasi tumpatan dengan penekanan oklusal bersifat merusak3. Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik untuk gigi depan(Adiana, 2008)2.8. Kelebihan dan Kekurangan GICa. Kelebihan GIC dapat berikatan langsung dengan dentin dan enamel. Ikatan pada dentin adalah ikatan hidrogen (Van noort, 2002). Kekuatan untuk berikatan dengan enamel selalu lebih tinggi dari dentin karena semakin besarnya kandungan anorganik dari enamel dan homogenitas yang lebih besar. GIC mempunyai biokompatibilitas yang tinggi. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ion fluorida yang dilepaskan dari GIC dapat menghambat perkembangan karies sekunder (Anusavice, 2003)Glass Ionomer Cement menghasilkan fluor sehingga diindikasikan untuk pasien yang rentan terhadap karies, selain itu juga memiliki kekuatan yang besar dan dapat menahan beban saat oklusi. Sampai saat ini, dalam study klinis selama tiga tahun bahkan lebih, GIC merupakan material yang mengahasilkan tingkat retensi sebesar 100% di karies kelas V tanpa retensi mekanik atau etsa enamel.GIC merupakan material yang dapat menghambat perlekatan bahan-bahan kimia dalam permukaan gigi. GIC bersifat translucent sehingga cocok digunakan untuk fungsi estetik. Kekuatan kompresif dari GIC lebih besar daripada zinc phosphate cement. Modulus elastisitas GIC lebih besar daripada zinc polyacrilate cement, serta GIC memiliki ikatan yang baik dengan enamel, stainless steel, timah oksida-dilapisi platinum, dan gold alloy. (Craig, 2002)

b. Kekurangan Selain memiliki kelebihan, glass ionomer cement juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya adalah ketahanan terhadap fraktur dan jangka pemakaian rendah apabila dibandingkan dengan komposit atau amalgam, GIC tradisional untuk penggunaan preparasi perbaikan oklusal memiliki kekuatan yang rendah pada bagian dengan GIC yang tipis, hal ini dapat mengakibatkan marginal chipping (Garg and Garg, 2013). GIC tradisional cenderung lebih opaque dibandingkan dengan RMGIC (Resin modified glass ionomer cement). Umumnya pada GIC tradisional dapat muncul noda yang berasal dari eksogen. (Noble, 2012)GIC lebih rapuh dan juga rentan terhadap elastic deformation. GIC memiliki initial setting yang lambat dan dapat menyebabkan iritasi pulpa, untuk itu perlu diberi varnish terlebih dahulu (Koudi and Patil, 2007). Ketika ion dari logam berat digunakan, hasil akhir dari material GIC akan tampak radiopaque jika dilihat dengan sinar-x. Permukaan glass ionomer cement sensitif terhadap kelembaban. (Craig, 2002)GIC memiliki kekurangan mudah larut / solubility (Poor abrasion resistance). Dengan kelarutan yang tinggi, mengalami banyak kehilangan material dalam mulut. Kehilangan banyak material dai GIC ini dapat diklasifikasikan pada 3 kategori utama (Van Noort, 2002):a. Pelarutan dari immature cementTerjadi sebelum material seting sepenuhnya. Perlindungan sementara pada lapisan nitro-cellulase, methyl methacrylate bertindak sebagai varnish yang dapat meminimalisir efek ini. Perlindungan ini bertahan paling tidak 1 jam, sehingga GIC mempunyai waktu yang panjang untuk mendekati sifatnya yang akan dicapai ketika meterial telah setting sepenuhnya. b. Erosi jangka panjangDapat terjadi dikarenakan acid attack atau abrasi mekanis. Pada saat pembentukan asam terjadi akumulasi plak dan mulut menjadi sangat asam.c. AbrasiKetahanan terhadap abrasi jelek sehingga hanya dapat digunakan pada kondisi yang low stress dan tidak dapat digunakan sebagai material restorasi gigi posterior yang permanen.

2.9. Teknik PreparasiA. Restorasi GIC kelas III untuk gigi sulung anteriorPada dasarnya restorasi GIC kelas III untuk gigi sulung anterior sama dengan gigi tetap ada umunya. Namun harus diperhatikan bentuk morfologi struktur gigi sulung. Beberapa gigi sulung menunjukkan kemiripan dengan gigi permanen penggantinya. Beberapa perbedaan anatomi perlu diperhatikan sebelum melakukan restorasi, pertimbangan anatomi gigi sulung adalah sebagai berikut.RESTORASI KLAS III

Lesi akibat karies terdapat pada permukaan proksimal pada gigi anterior sulung sering dijumpai di daerah kontak dan hal ini menunjukkan keadaan karies yang aktif. Anak dengan lesi tersebut memerlukan suatu tindakan pencegahan yang efektif. Bila setelah pembuangan jaringan karies tampak kedalaman karies belum mengenai dentin dan tidak melibatkan bagian insisal, maka dapat ditumpat dengan teknik restorasi klas III konvensional. Bahan tumpatan yang dipilih adalah bahan tumpatan sewarna dengan sistem ikatan.

Restorasi kelas III GIC Alat yang diperlukan: hand piece, bur (seperti bur diamond, stone bur, bur sikat dan rubber cup), pinset, ekskavator, burnisher, spatula, glass slab. Sedangkan bahannya adalah bahan restorasi GIC (Fuji IX)Cara Preparasi Kavitas 1. Tentukan batas garis luar kavitas 2. Untuk mendapat akses ke dentin yang terkena karies. Jika gigi tetangga masih ada maka dilakukan dengan bur tungsten carbide atau bur intan dengan kecepatan tinggi melalui ridge tepi email dan aspek palatal (gambar 2). 3. Dinding labial sebaiknya dipertahankan4. Perluasan dinding email dipermukaan palatal ke arah palatal, insisal maupun gingival dilakukan dengan bur bulat kecil. 5. Retensi (groove stabilisasi) dibuat dengan bur bulat kecil ke arah gingival dan insisal6. Kavitas siap untuk ditumpat (gambar 3).

Gabr 2. Akses lesi melalui palatalGambar 3. Kavitas siap ditumpat

1. Kavitas dibersihkan dengan menggunakan dentin kondisioner selama 30 detik, kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan dan semprotan udara (tidak boleh terlalu kering2. Sisipkan celluloid strip diantara gigi. 3. Campur GIC (Fuji IX) sesuai dengan petunjuk pabrik (harus selesai dalam waktu 30 detik). 4. Letakkan GIC pada kavitas dengan plastis instrument yang datar, perhatikan jangan sampai ada bagian yang kurang. 5. Lingkari celluloid strip pada gigi dan tahan di tempatnya. Buang kelebihan GIC yang keluar, strip ditahan sampai GIC mengeras.6. Varnish sesegera mungkin, pembuangan GIC yang berlebihan dilakukan dengan stone bur. 7. Varnish tumpatannya. Pemolesan Glass Ionomer Cement (GIC) Pada kunjungan berikutnya penghalusan akhir bisa dilakukan dengan menggunakan bur batu putih (white stone), bur tungsten carbide dan karet abrasif dengan kecepatan rendah. Teknik preparasi kavitas klas VKaries klas V : karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan bukal / labial atau lingual/ palatal dari seluruh gigi (Williams, 1979).Tahap prepares (Williams, 1979) :1. Desain outline tergantung pada karies yang mengenai gigi, bisa seperti ginjal pada sepertiga servical , kurang lebih 1 mmm dari servikal.2. Dengan menggunakan round bur di tengah-tengah outline dengan kedalaman kurang lebih 2,5 mm3. Dilanjutkan dengan menggunakan fissure bur pada dinding-dinding kavitas. Preparasi diperluas sampai cavo surface line angel didukung dentin yang utuh. Dinding preparasi bisa dibuat divergen ke arah oklusaluntuk mendapatkan margincavosurface yang 90 derajat.4. Retensinya berupa undercut pada dinding insisal dan dinding gingival dengan inverted bur atau round bur kecil.5. Bevel dibuat pada seluruh bagian preparasi yang dikelilingi oleh email tetapi tidak dibuat pada preparasi yang berakhir pada sementum.

Gambar 1. Sebuah kelas V rongga di tengah gigi seri atas kanan.

Gambar 2. Penyusunan rongga ini diprakarsai oleh scribing alur circumferentially ke kedalaman lesi membusukkan gigi atau tulang menggunakan GW-1 tetapi karbida. Gambar 3. Lapisan dentin membusukkan gigi atau tulang yang memisahkan diri dengan sapuan kuas seperti menggunakan GW-330 tetapi karbida. Gambar 4. Sebuah RA-6 Smartbur digunakan pada 650 rpm untuk menghapus sisa dentin yang terinfeksi unremineralizable dan menghindari eksposur pulpa yang tidak perlu.

Gambar 5. Untuk mencapai transisi yang harmonis, halus, dan estetika di antarmuka marjinal, sebuah cekukan miring dibuat menggunakan Diamond Bur 868-024 berbentuk kasar.

a. Prosedur restorasi dengan GICAlat dan bahan yang perlu dipersiapkan adalah kaca mulut, pinset, sonde, eskavator, handfises, Bur, Glass plate, Spatula semen, Spatula agate, chip blower, pitta seluloid, vasellin, plastik filling instrument, finishing & polhsing instrument, GIC, dentin kondesioner, cotton roll & cotton pellet. Prinsip prinsip Black untuk preparasi kavitas ada tujuh, yaitu outline form, removal of caries (membuang jaringan karies), resistance form (membuat bentuk resistensi), Retention form (membuat bentuk retensi), convenience form, finishing the enamel margin (menghaluskan dinding / tepi kavitas), toilet of the cavity (membersihkan kavitas dari debris).7Prosedur yang harus dilakukan yaitu:a. Isolasi gigiIsolasi memerlukan pemasangan isolator yang tepat. Alat ini akan mengisolasi ruang pulpa dari saliva dan darah serta melindungi gingival dari instrument.b. Preparasi kavitas:- Membuka kavitas dengan round bur, bersihkan jaringan kariesnya dengan ekskavator.- Dengan bur fissure bentuk dinding-dinding kavtas sesuai dengan outline form yaitu bentuk ginjal.- Beri retensi berupa undercut di seluh tepi kavitas dengan inverted/ round bur yang kecil.c. Aplikasi dentin conditioning yaitu asam poliakrilat 25% selama 10 detikDentin kondisioner merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan perlekatan bahan glass ionomer dan dentin, dengan cara menghilangkan smear layer dentin bagian luar untuk membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini berperan dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa. Bahan yang biasanya digunakan adalah asam poliakrilat 25% yang diaplikasikan selama 10-20 detik. Kemudian dilakukan pembilasan, pembilasan merupakan hal penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas dikeringkan.4d. Manipulasi glass ionomer cement Ada beberapa cara untuk memanipulasi SIK, antara lain:51. Mekanis, untuk SIK pada sediaan kapsul, menggunakan amalgamator. 2. Manual, ada 3 cara yaitu circular motion (gerakan memutar berlawanan arah jarum jam), figure eight motion (gerakan membentuk angka 8 biasanya untuk sediaan pasta), dan fold and press motion (diusapkan ke arah tengah kemudian ditekan).e. Masukan semen yg telah diaduk kedalam kavitas dan tempatkan matrik/ celluloid strip yang sesuaif. Biarkan mengeras sesuai petunjuk pabrik (umumnya 4-6 menit)g. Lepaskan matrik & secepatnnya ulaskan varnishh. Potong kelebihan semen dengan menggunakan eskavatori. Finishing & polishing setelah 24 jam, dengan menggunakan grinding strip/paper disk yang diberi vaselin/ bur alpine putih yang diberi vaselin.j. Pemolesan dilakukan dengan Arkansas yang diolesi dengan Vaseline k. Kemudian dengan Fine Finishing yaitu menggunakan Long Shank halus bentuk mengerucut untuk menghilangkan kelebihan kompositl. Kemudian bisa menggunakan Sogo tetapi ini2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari tindakan penumpatanBerikut adalah beberapa factor yang berpengaruh terhadap keberhasilan Restorasi plastis, diantaranya yaitu:1. Teknik isolasi yang baik.Teknik isolasi yang baik akan dapat membantu terciptanya keberhasilan restorasi yang dilakukan. Isolasi yang baik akan memberikan wilayah kerja yang tepat, tanpa mengganggu daerah gigi tetangga, dan memberikan batas yang baik agar daerah yang dipreparasi tidak terkontaminasi dengan saliva. Bila terdapat kontaminasi air sebelum setting pada bahan yang mengandung zinc, akan timbul reaksi antara zinc (anoda) dan bahan logam lain yang bersifat katoda dan air sebagai elektrolit, hydrogen terlepas sebagai hasil reaksi ini serta tekanan uap hydrogen dapat menyebabkan pergeseran amalagam sehingga terjadi ekspansi yang mungkin tidak kelihatan dalam 24 jam tetapi dapat muncul beberapa hari setelah penambalan.2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.Bahan tumpatan dipilih berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan yang melibatkan posisi restorasi. Apabila bahan tumpat yang biasa digunakan untuk restorasi kavitas di bagian anterior dipakai untuk restorasi kavitas posterior, maka, tentunya bahan tersebut tidak akan mampu menahan beban mastikasi di bagian posterior dan sebaliknya.3. Design kavitas yang sesuai.Design kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi retensi, resistensi, convenience, dan ekstension for prevention. Apabila keempat hal tersebut terpenuhi, maka karies sekunder sulit sekali timbul, dan daya tahan restorasi akan menjadi semakin lama. Karies sekunder biasanya disebabkan oleh preparasi yang tidak memenuhi criteria ekstension for prevention, yaitu pit dan fissure yang dalam harus diikutsertakan pada preparasi walaupun tidak terkena karies. Juga criteria removal of caries, yaitu penghilangan jaringan yang terinfeksi. Apabila kedua criteria tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi karies sekunder.4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap bahan, dengan berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak diikuti dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap kekuatan sifat mekanisnya, ekspansifnya, dan dikhawatirkan akan menyebabkan mikroporositas yang menjadi penyebab karies sekunder. Pengetahuan akan teknik manipulasi beserta cara pengaplikasian bahan menjadi syarat utama dalam keberhasilan restorasi yang dilakukan.5. Proses polishing.Proses polishing dilakukan sesuai dengan waktu pengerasan sempurna tiap-tiap bahan. Polishing pada GIC boleh dilakukan setelah 5 menit, namun polishing pada amalgam tidak boleh dilakukan sebelum tumpatan mencapai 24 jam karena reaksi pengerasan amalgam terjadi secara sempurna setelah 24 jam atau lebih, apabila polishing dilakukan kurang dari 24 jam maka akan mempengaruhi kekuatan amalgam. Kekuatan amalgam akan turun dan ketika dilakukan polishing kemungkinan bisa pecah.6. Teknik finishing.Untuk stone hijau digunakan untuk finishing tumpatan amalgam sedangkan stone putih digunakan untuk finishing tumpatan GIC atau komposit. Apabila tidak dilakukan finishing maka permukaan amalgam menjadi kasar sehingga adanya penumpukan makanan dan menyebabkan suasana asam yang dapat menyebabkan karies sekunder pada gigi sekitar tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada permukaan dan tidak merusak restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang dapat berpenetrasi ke dalam tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak).

2.11. Prinsip Preparasi KavitasPrinsi-prinsip preparasi kavitasBeberapa aturan preparasi yang perlu diikuti untuk restorasi gigi permanen yang karies. Restorasi gigi sulung masih mengikuti prinsip preparasi Black dengan beberapa modifikasi (Abu, 2002).Prinsip prinsip Black untuk preparasi kavitas ada tujuh, yaitu :1. Outline form.2. Removal of caries (Membuang jaringan karies).3. Resistance form (Membuat bentuk resistensi).4. Retention form (Membuat bentuk retensi).5. Convenience form.6. Finishing the enamel margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas).Toilet of the cavity (Membersihkan kavitas dari debris) (Abu, 2002).1. Outline formOutline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi kavitas Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan outline form antara lain:Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus dimasukkan dalam outline forma) Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harusdimasukkan dalam outline formb) Tonjol tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.c) Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.d) Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi tepi kavitasharus ditempatkan pada daerah daerah gigi yang imun terhadap karies, yaitupada tempat tempat di mana kemungkinan terjadinya karies kecil (Abu, 2002).Perluasan preparasi dapat dilakukan ke arah :a. Oklusal.b. Mesial, distalc. Bukal, lingual, palatinald. Servikal, gingival. Pelebaran ke arah oklusal dalam prinsipnya harus dimasukkan pit dan Fisure. Jangan membiarkan overhanging enamel yang tidak didukung oleh dentin yang sehat karena enamel yang demikian sangat rapuh.a. Bila ada dua kavitas pada fisur dipisahkan oleh lapisan enamel yang tipis,maka lapisan enamel itu sebaiknya dipreparasi juga (Abu, 2002).

2. Removal of caries (Membuang jaringan karies)Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies digunakan ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah. Pada kvitas yang dangkal dilakukan serentak karena jaringan karies sudah terambil ketika membentuk resistance dan retention form. Karies tidak boleh ditinggalkan dalam kavitas karena bila terjadi kebocoran tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas akan menjadi aktif (Abu, 2002).

3. Resistance form(Membuat bentuk resistensi)Resistance form bertujuan membentuk preparasi kavitas sedemikian rupa sehingga gigi dan tumpatan cukup kuat menerima tekanan serta menahan daya kunyah. Berikut adalah hal hal yang perlu diperhatikan :Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada kavitas Klas II overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang tidak disonkong dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan demikian akan menyebabkan sisa jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini perlu diisi terlebih dahulu bagian undermine (dasarnya) dengan semen Zn fosfat (Abu, 2002).

4. Retention formRetention form bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga tumpatan tersebut memperoleh pegangan yang kuat dan tidak mudah bergeser terhadap daya kunyah. Tumpatan tidak lepas ketika gigi berfungsi (Abu, 2002).

5. Convenience formConvenience form adalah upaya membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk bekerja dengan alat alat, baik dalam hal preparasi maupun memasukkan bahan tumpatan ke dalam kavitas. Pembuatan conviniece form untuk preparasi tumpatan amalgam diperlukan juga sehingga meluaskan lapangan penglihatan pada waktu preparasi. Misalnya :a. Pada kavitas pit dan fisur, di permukaan luar hanya terdapat kavitas yang kecildan sempit. Tetapi bagian dalam kavitas sudah meluas. Sehubungan denganini maka kavitas perlu dilebarkan pada permukaan luar sebelum kavitassebelah dalam dipreparasi.b. Pada kavitas aproksimal, di mana masih ada kontak dengan gigi tetangga yangletaknya tersembunyi dan tidak terlihat dari luarnya. Untuk preparasi kavitastersebut sebelumnya harus dipreparasi dahulu jaringan gigi sebelah oklusal,bukal, lingual / palatal sekitar aproksimal kavitas yang baik.Memilih alat alat yang kecil ukuranny (Abu, 2002).

6. Finishing the enamel margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas)Finishing the enamel margin adlah tindakan untuk membuat dinding yanghalus dan rata dengan tujuan mendapatkan kontak marginal yang baik (Abu, 2002).

7. Toilet of the cavity (Membersihkan kavitas debris / sisa sisapreparasi)Toilet of cavity yaitu bertujuan membersihkan kavitas dari debris / sisa sisa preparasi.Tingkatan pekerjaan preparasi kavitas yang terakhir ini ialah :a. Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.b. Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat jaringan kariesyang harus segera dikeluarkan.c. Kemudian dinding dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau stelirizingagent lain, dan dikeringkan dengan semprotan udara. Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap dijaga terhadap semua kotoran kotoran, kuman kuman dan saliva dengan memblokir kelenjar ludah dengan cotton roll sebelum pemberian basis dan mengisi tumpatan (Abu, 2002).2.12. Bahan Pelindung GIC Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat fisik dan estetik, sehingga diperlukan lapisan pelindung yang kedap air. Beberapa lapisan pelindung yang saat digunakan adalah varnis dan bonding a. Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal, sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau alkohol. Pada penguapannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. Varnis yang diaplikasikan di atas permukaan SIK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam pertama setelah penempatan tumpatan SIK di dalam kavitas.15 Selain itu, varnis juga digunakan untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara sempurna dari pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air. Komposisi yang terdapat di dalam varnis yang digunakan sebagai bahan pelindung SIK di bawah ini: b. Komposisi % komponen kimia berdasarkan berat c. Asetat isopropyl 60-70% d. Aseton 14% e. Kopolimer kloride vinil dan asetat vinil 14%

Aplikasi pelindung setelah 5 menit pengaplikasian SIKKomposisi maniulasirasio bubuk dan cairan

SIK

KEKERASANDesikasi absorpsi

Keterangan: Walaupun komposisi, manipulasi, dan rasio bubuk serta cairan pada SIK telah diperhitungkan dengan cermat, namun bahan tambal SIK ini tetap rentan terhadap absorpsi dan desikasi terhadap air pada tahap awal setelah dilakukan pengadukan, sehingga diperlukan aplikasi pelindung SIK yang kedap air seperti varnis dan bonding agent pada 5 menit pertama setelah manipulasi SIK. Dengan aplikasi pelindung SIK ini maka penurunan sifat fisik, seperti kekerasan dapat dicegah.

25