bab ii

18
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan Ilmu Fisiologi pada Blok Sistem Stomatognati I khususnya Ilmu Fisiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Laporan Ilmu Fisiologi pada Blok Sistem Stomatognati I ini merupakan tugas Fisiologi khususnya pada Blok Sistem Stomatognati I, yang disusun dan dikembangkan untuk keperluan pendidikan fisiologi manusia bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Ucapan terimakasih kepada drg. Suhartini,M.Biotech. drg. R. Rayadyan Parnaadji, M.kes., Sp. Pros. drg. Zahreni Hamzah, M.Si. drg. Tecky Indriana, M.kes. drg Raditya Nugroho, Sp. KG. yang dimana beliau sebagai Dosen Pembimbing Ilmu Fisiologi pada Blok Sistem Tubuh II Fakutas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Diharapkan tugas dalam laporan ini bermanfaat untuk kita semua. 1

Upload: bestarika

Post on 14-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KG

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan Ilmu Fisiologi pada Blok Sistem Stomatognati I khususnya Ilmu Fisiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Laporan Ilmu Fisiologi pada Blok Sistem Stomatognati I ini merupakan tugas Fisiologi khususnya pada Blok Sistem Stomatognati I, yang disusun dan dikembangkan untuk keperluan pendidikan fisiologi manusia bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Ucapan terimakasih kepada drg. Suhartini,M.Biotech. drg. R. Rayadyan Parnaadji, M.kes., Sp. Pros. drg. Zahreni Hamzah, M.Si. drg. Tecky Indriana, M.kes. drg Raditya Nugroho, Sp. KG.yang dimana beliau sebagai Dosen Pembimbing Ilmu Fisiologi pada Blok Sistem Tubuh II Fakutas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Diharapkan tugas dalam laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................1Daftar Isi.......................................................................2Bab I . Dasar Teori.......................................................................3Bab II. Hasil Pengamatan...........................................................5Bab III. Pembahasan...........................................................9Bab IV. Kesimpulan.......................................................................12Daftar Pustaka.......................................................................13

BAB IDASAR TEORI

Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula yang terletak masuk ke dalam fosa mandibula pada tulang temporal di depan telinga. Kedua tulang ini dipisahkan oleh diskus artikularis. Sendi Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga.Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut brupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci . Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling banyak digunakan serta paling kompleks (Pedersen, 1996).Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa padat dan avaskular. Hal ini menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi kartilago hialin. Ada empat otot kunyah utama, yaitu masseter, temporalis, pterigoideus lateral dan medial. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja sama. Misalnya gerakan protrusi diawali kontraksi otot yang menarik kondil dan meniskus ke depan dan ke bawah mengikuti eminensia sendi (Okeson, 1993). Meniskus/diskus artikularis merupakan suatu lempeng jaringan ikat fibrosa yang berada diantara kondil dan fosa artikularis. Diskus ini tidak melekat erat baik pada kondil dan fosa artikularis, bagian tengahnya tipis dan agak menipis pada bagian anterior dan posterior.

Pada kedudukan normal dan mulut tertutup, kedudukan kepala kondil berada pada bagian tengah diskus yaitu bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan meluncurkan kondilus ke posterior. Sedang, pada saat proses membuka mulut, diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang emenensia artikularis dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior. Panjang dan kelenturan serabut elastis serta bentuk artikulasi dapat berubah apabila pola gerak mandibula berubah dari pola gerak yang seharusnya. Secara klinis perubahan ini menimbulkan bunyi keletuk sendi pada saat menutup dan membuka mulut (Alsawaf 1989, Ganong 1985).

BAB IIHASIL PERCOBAAN1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara PalpasiJenis Kelamin Orang CobaGerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan)

Perempuan ( Shinta )Simetri, normal, tidak terjadi hambatan

Perempuan ( Winda )Simetri, normal, tidak terjadi hambatan

2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara AuskultasiJenis Kelamin Orang CobaGerakan STM (sakit/ krepitasi/ kliking/ popping/ ...)

Perempuan ( Winda )Tidak sakit, tidak ada bunyi

Perempuan ( Shinta )Tidak sakit, tidak ada bunyi

3. Pemeriksaan Gerakan MandibulaJenis Kelamin Orang Coba(A) Jarak Maksimal (mm)(B) Waktu Maksimal (menit)

Perempuan ( Fika )501/3 menit

Perempuan ( Umil )432/3 menit

Jenis Kelamin Orang CobaGerakan MandibulaPerubahan Kondil

Perempuan (C) Antero-posteriorAnterior: Condyle menonjol ke kiri Posterior: Condyle tidak menonjol

Perempuan(D) LateralKanan: Condyl ke kananKiri: Condyl ke kiri

Perempuan(E) Koordinasi GerakanSimetris

Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup MulutJenis Kelamin Orang CobaLama Membuka Mulut Secara MaksimalWaktu Timbul Kelelahan

PerempuanWaktu maksimal (ex. X menit) 58 detik

Istirahat 10 menit

dari waktu maksimal (0.5 dari x menit + pemijatan)3 menit 40 detik

Istirahat 10 menit

dari waktu maksimal (0.5 dari x menit + pajanan sinar infra merah)1 menit 15 detik

4. Gerakan STM pada Beberapa Posisi KepalaPengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat)Jenis Kelamin Orang CobaPosisi KepalaJarak kondil-tragus (mm) dan apa yang dirasakan

SebelumSesudah

Laki-lakiTegak lurusKanan : 3,3Kiri : 3,3Kanan : 3,3Kiri : 3,3

MenundukKanan : 3,1Kiri : 2,2Kanan : 3,1Kiri : 2,2

MenengadahKanan : 2,4Kiri : 2,5Kanan : 3,2Kiri : 3,2

TerlentangKanan : 2,4Kiri : 2,5Kanan : 3,1Kiri : 3

KesampingKanan : 3,9Kiri : 4,1Kanan : 3,7Kiri : 4,2

IstirahatKanan : 3,9Kiri : 4,1Kanan : 3,9Kiri : 4,1

PERTANYAAN1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi?Jawab: Terjadinya bunyi sendikKarena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari Sendi Temporo Mandibula. Bunyi yang dihasilkan dapat berfariasi mulai dari bunyi yang lemah sampai keras. Hal ini dapat terjadi pada akhir, awal atau pertengahan pada pergerakan membuka dan menutup mulut.

2. Apa perbedaan krepitus, clicking dan popping?Jawab: a. Krepitus: Bunyi gemeretak yang menunjukkan adanya perubahan degenerasib. Clicking: Bunyi tinggi yang muncul pada saat membuka / menutup mulut dalam waktu yang singkat.c. Popping: Bunyi abnormal pada Sendi Temporo Mandibula berupa bunyi yang mirip letupan karena adanya keterbatasan gerakan tulang, gerakan rahang yang biasanya asimetris

3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut?Jawab: Pada saat gerakan membuka, processus condylus dan diskus artikularis akan meluncur menuruni eminansia artikularis dan diskus artikularis akan berputar ke arah posterior dari condyl. Hal ini menyebabkan angulus mandibula bergerak ke belakang dan dagu terdepresi sehingga mulut terbuka. Sedangkan pada gerak menutup mulut, condyl yang tadinya meluncur menuruni eminensia artikularis, akan bergerak naik ke atas sepanjang eminensia artikularis, sedangkan diskus artikularis akan berputar ke arah anterior condyl. Kemudian condyl ada menempati tempat awalnya yaitu di fossa glenoidal dan mulut pun tertutup.4. Kenapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula?Jawab: Gerakan mandibula yang tidak selaras itu bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada sendi temporomandibular nya. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena oklusi gigi yang tidak sempurna, penggunaan otot mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ketidakseimbangan fossa glenoidalis dengan kondilus ataupun kebiasaan-kebiasaan abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa menyebabkan gangguan pada STM.

5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Bisa. Karena posisi tidur berpengaruh pada pemberian tekanan pada STM di kedua sisi mandibula. Contoh pada posisi tidur miring ke salah satu sisi (kiri) menyebabkan beban tubuh cenderung teralokasikan ke STM di sisi kiri mandibula. Apabila keadaan ini terus berlanjut dari hari ke hari, hal ini akan menimbulkan gangguan pada STM kiri yang bisa berakibat adanya inkoordinasi gerakan dari STM mandibula.

6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Karena pada saat membuka mulut secara maksimal, otot-otot mastikasi yang berkontraksi pada keadaan ini (M. Pterygoideus lateralis) akan bekerja lebih keras sehingga menimbulkan kelelahan. Kondisi ini menyebabkan otot akan mengalami kelelahan dan timbul rasa nyeri.

7. Apakah fungsi pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Salah satu cara pemulihan kelelahan otot, daerah yang dipijat, otonya menjadi tidak tegang, pembuluh darah melebar sehingga oksigen dan nutrisi yang tersuplai yang mengurangi kelelahan otot

8. Apakah fungsi infrared pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Salah satu cara membantu pemulihan setelah kontraksi. Suhu panas yang ditimbulkan infrared dapat memperbesar pembuluh darah dan memperbaiki sirkulasi darah sehingga suplai oksigen dalam otot dan nutrisi yang dapat memulihkan kelelahan otot bisa menjadi lancar

BAB IIIPEMBAHASANSendi temporo mandibular merupakan sistem persendian yang menghubungkan antara mandibula dengan fossa glenoidalis. Sendi ini memegang peranan penting dalam sistem mastikasi. Secara normal, STM akan bekerja secara simetris, tanpa hambatan, tidak menimbulkan suara yang abnormal, serta tidak menimbulkan rasa sakit. Hal ini dikarenakan adanya kerja yang sinergis antara sendi temporo mandibular dengan otot-otot mastikasi.

Pemeriksaan Gerakan STM Secara PalpasiPercobaan menunjukkan bahwa orang coba pertsms pertama dan kedua yang keduanya sama sama perempuan memiliki koordinasi gerakan STM yang simetri, normal, dan tidak menimbulkan terjadi hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa STM dan otot-otot mastikasi pada orang coba pertama dan kedua bekerja secara normal.

Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi.Melalui percobaan secara auskultasi ini kita dapat mengetahui kelainan pada STM seseorang, terutama kelainan berupa timbulnya bunyi-bunyi abnormal pada STM (kliking, poping, krepitasi). Pada orang coba pertama dan kedua yang keduanya merupakan seorang perempuan tidak diperoleh adanya bunyi-bunyi abnormal dan juga tidak didapati adanya rasa sakit. Hasil dari auskultasi orang coba pertama dan kedua adalah gerakan STM normal, tanpa hambatan, dan tidak sakit. Ini menunjukkan pbahwa sistem STM orang coba pertama dalam kondisi baik. STM dan otot-ototo mastikasi bekerja secara sinergis.

Pemeriksaan Gerakan Mandibula.Pada percobaan ini, orang coba pertama dan kedua,keduanya sama sama perempuan. Orang coba membuka mulutnya secara maksimal dan mempertahankan keadaan tersebut selama mungkin. Jarak maksimal membuka mulut pada orang dewasa adalah 35 mm dengan penambahan tidak lebih dari 5 mm. Pembukaan maksimal yang normal adalah sejauh jarak maksimal yang telah disebutkan diatas, tanpa disertai suara abnormal dan atau rasa sakit pada regio STM. Apabila pembukaan mulut melebihi penambahan normal (5 mm) dan terdengar suara pada STM, hal ini bisa mengindikasikan adanya degenerasi jaringan lunak sendi. Sedangkan bila pembukaan mulut terbatas dan terasa sakit, maka hal tersebut bisa menandakan adanya degenerasi jaringan lunak sendi yang sudah berat atau lanjut. Hasil percobaan pada orang coba pertama (perempuan) memiliki jarak buka maksimal 50 mm, selama 20 detik, tanpa disertai rasa sakit. Status pembukaan mandibula maksimal orang coba tergolong tidak normal karena memiliki jarak buka maksimal yang cukup lebar, namun tanpa disertai adanya rasa sakit. Pada orang coba kedua (perempuan) memiliki jarak buka maksimal 43 mm, selama 40 detik tanpa disertai rasa sakit. Status pembukaan maksimal orang coba kedua juga tergolong normal. Untuk perbedaan waktu antara orang coba pertama dan kedua, hal tersebut termasuk suatu kerelatifan, tergantung dari seberapa berat aktivitas yang dilakukan STM orang coba tersebut sebelum melakukan percobaan. Semakin berat atau intensif kegiatan yang dikenakan pada STM orang coba sebelum melakukan percobaan menyebabkan ketahanan otot dalam membuka mulut secara maksimal menjadi menurun, begitu pula sebaliknya.Percobaan Pemeriksaan Gerakan Mandibula selanjutnya adalah mengamati pergerakan kondilus saat mandibula digerakkan ke arah antero-posterior, lateral, dan koordinasi gerakan. Pada pergerakan ke arah anterior, kondilus orang coba lebih menonjol di sebelah kiri. Sedangkan pada gerakan ke arah posterior, kondil dan diskus artikularis dalam keadaan normal. Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett. Koordinasi gerakan mandibula orang coba, baik pada gerakan antero-posterior maupun lateral, memiliki koordinasi gerakan yang simetris.

Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup MulutPada percobaan kali ini langkah pertama yang dilakukan adalah memilih orang coba yang belum melakukan percobaan. Dan satu seri percobaan ini dilakukan oleh orang yang sama. Setelah itu, tetap instruksikan kepada orang coba untuk duduk tegap denganposisi kepala sejajar dengan lantai.Kemudian menginstruksikan kepada orang coba untuk membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan dan mencatat lama waktunya. Didapatkan waktu selama 58 detik.Kemudian mengistirahatkan orang coba selama sepuluh menit. Kemudian mengulangi percobaan dengan menginstruksikan kepada orang coba untuk membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan dan mencatat lama waktunya kembali. Namun, setengah dari waktu timbul lelah lakukan pemijatan pada otot pembuka mulut, sambil tetap membuka mulut maksimal lalu mencatat waktu timbul kelelahan. Dan didapatkan hasil 3 menit 43 detik. Setelah itu mengistirahatkan kembali orang coba selama sepuluh menit.Percobaan dilakukan kembali dengan tahapan yang sama namun dengan melakukanpemajanan dengan sinar infra red pada otot pembuka mulut, sambil membuka mulut maksimal lalu mencatat hasil pengamatan yang dilakukan. Didapatkan hasil 1 menit 15 detik. Dapat disimpulkan bahwa waktu terjadinya kelelahan paling lama adalah dengan diberikannya perlakuan pemijatan. Hal ini karena, saat di pijat otot-otot yang berkontraksi akan lebih lambat merasakan adanya ketengan.

Gerakan STM pada Beberapa Posisi Kepala (menunduk, menengadah, terlentang, samping, istirahat).Pada percobaan ini kami mengamati bagaimana pengaruh kepala terhadap gerakan mandibula dengan cara mengukur jarak antara kondil dengan tragus. Pada posisi kepala tegak lurus jarak kondil dengan tragus antara kanan dan kiri adalah 3,3 mm. Saat menunduk saat kondil dan tragus disebelah kanan 3,1 dan disebelah kiri 3,2. Saat menengadah jarak kondil antara kanan dan kiri sama yaitu 3,2. Saat terlentang didapatkan antara kanan 3,1 dan kiri 3. Saat posisi kepala kesamping jarak antara kondil dan tragus sebelah kanan 3,7 dan sebelah kiri 4,2. Saat istirahat untuk sebelah kanan adalah 3,9 dan sebelah kiri 4,1

BAB IVKESIMPULAN

Dari hasil percobaan pergerakan sendi temporo mandibula dapat disimpulkan:1. Sendi temporo mandibular (STM) merupakan persendian antara processus condylus dengan fossa artikularis ossis temporalis.2. Komponen pergerakan STM terdiri dari processsus condylus, fossa artikularis ossis temporalis, diskus artikularis, eminensia artikularis, dan otot-otot mastikasi.3. Kelainan pada STM dapat berupa kliking, krepitasi, dan poping.4. Jarak membuka mulut maksimal orang dewasa adalah 35 mm dengan toleransi penambahan 5 mm.sedangkan untuk durasi lama membuka berbeda pada tiap orang5. Kelelahan pada pergerakan mandibula dapat dikurangi dengan pemijatan,istirahat/relaksasi kepala,dan pemaparan sinar infrared.Posisi kepala juga berpengaruh pada pergerakan condyl mandibula.

DAFTAR PUSTAKAGanong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC.Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.Mustiko dipoyono, haryo. 2008. Gangguan nyeri dan bunyi clicking pada sendi temporomandibula. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.Parnaadji, R. Rahardyan, drg., M.Kes., Sp.Pros. dkk. 2015. Petunjuk Praktikum Fisiologi Blok Sistem Stomatognasi I. Jember: Laboratorium Fisiologi FKG UNEJ.

13