bab ii

Upload: muhammad-taqwa

Post on 01-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

as

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi Kolon dan RektumUsus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar dari pada usus kecil. Rata rata sekitar 2,5 inci ( sekitar 6,5 cm), tetapi semakin dekat dengan anus diameternya semakin mengecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi mejadi kolon ascenden, transversum, decendens, dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid dimulai dari krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigid bersatu dengan rectum. Rectum terbentang dari kolon sigmoid sampai dengan anus. Satu inci terakhir dari rectum terdapat kanalis ani yang dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rectum sampai kanalis ani adalah 5,9 inci (Lindseth, 2005).Dinding kolon terdiri dari 4 lapisan, tunika serosa, tunika muskularis, tunika submucosa, dan tunika mukosa, akan tetapi usus besar mempunyai gambaran gambaran yang khas berupa lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli yang bersatu pada sigmoid distal. Panjang taenia lebih pendek dari pada usus sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong kantong kecil peritoneum yang berisi lemak yang disebut appendices epiploika. Lapisan mukosa usu besar lebih tebal dengan kriptus lieberkuhn terletak lebih dalam serta mempunyai sel goblet lebih banyak dari pada usus halus. (Taylo, 2005)Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesentrika superior dan inferior. Arteri mesentrika superior menvaskularisasi kolon bagan kanan ( mulai dari sekum sampai dua pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesentrika superior mempunyai tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan arteri mesentrika inferior memvaskularisasi kolon bagian kiri (mulai dari sepertiga distal kolon transversum sampai rectum bagian proksimal). Arteri mesentrika inferior mempunyai tiga cabangyaitu arteri kolika sinistra, arteri hemorroidalis superior, dan arteri sigmoidea. Vaskularisasi tambahan daerah rectum diatur oleh arteria sakralis media dan arteri hemorroidalis inferior dan media. Aliran balik vena dari kolon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari site, portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara vena hemorroidalis superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid. Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada pangkal arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sisterna kili yang bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe leher (kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran pembuluh darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi limfatisiiliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti aliran limfe inguinalis superficialis. (Taylo, 2005).Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter eksternus yang diatur secara volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal. Serabut simpatis yang berjalan dari pars torasika dan lumbalis medula spinalis melalui rantai simpatis ke ganglia simpatis preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion yang mengikuti aliran arteri utama dan berakhir pada pleksus mienterikus (Aurbach) dan submukosa (Meissner). Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan saraf parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan. Kendali usus yang paling penting adalah aktivitas refleks lokal yang diperantarai oleh pleksus nervosus intramural (Meissner dan Aurbach) dan interkoneksinya. Jadi pasien dengan kerusakan medula spinalis maka fungsi ususnya tetap normal, sedangkan pasien dengan penyakit hirschsprung akan mempunyai fungsi usus yang abnormal karena pada penyakit ini terjadi keabsenan pleksus aurbach dan meissner (Taylo, 2005).