bab ii

Upload: ani-martiningsih

Post on 29-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HHHHHHH

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori1. Menyusuia. Pengertian Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian internal dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Ambarwati, 2010 : 6).Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormone saat melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia dapat mengalami kongesti payudara selama beberapa hari pertama pascapartum karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi. Wanita yang menyusui berespon terhadap menstimulus bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu. Bagi wanita yang memilih memberikan makanan formula, involusi jaringan payudara terjadi dengan menghindari stimulasi. Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan dan integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi air susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis potensial (Varney, 2007 : 960).

b. Anatomi dan fisiologi payudara

Payudara adalah pelengkap oragan reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Buah dada terletak dalam fasia superfisialis di daerah antara sternum dan aksila, melebar dari iga kedua sampai iga ketujuh. Bagian tengah terdapat putting susu yang dikelilingi oleh areola mamae yang berwarna cokelat. Dekat dasar putting terdapat kelenjar Montmogeri yang mengeluarkan zat lemak supaya putting tetap lemas. Putting mempunyai lubang 15-20 untuk tempat saluran kelenjar susu.Gambar 2.1 Anatomi Payudara (FKUI : 2008)Buah dada terdiri dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan alveolar) tersusun atau lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, setiap lobus bermuara ke dalam dukstus laktiferus (saluran air susu). Saluran limfe sebagai pleksus halus dalam ruang interlobular jaringan kelenjar bergabung membentuk saluran lebih besar (Syaifuddin, 2006 : 255-256).

Pembesaran payudara disebabkan kombinasi akumulasi stasis air susu serta peningkatan dan kongesti. Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga pasca partum baik ibu menyusui atau tidak menyusui, dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam. Saat suplai air susu masuk ke dalam payudara,pembesaram payudara dimulai dengan perasaan berat saat payudara mulai terisi. Payudara mulai distensi, tegang, dan nyeri tekan saat disentuh. Kulit terasa hangat saat disentuh, dengan vena dapat terlihat, dan tegang di kedua sisi payudara. Puting payudara lebih keras dan menjadi sulit bagi bayi untuk menghisapnya (Varney, 2007 : 975).c. Tahapan LaktasiLaktasi (pengeluaran air susu) terbagi dalam tahap:

1) Sekresi air susu. Pada kehamilan minggu ke-16 mulai terjadi sekresi cairan bening dalam saluran kelenjar buah dada, yang disebut kolostrum yang kaya protein. Setelah bayi lahir, pengeluaran kolostrum air susu dirangsang oleh hormone prolaktin.

2) Pengeluaran air susu. Air susu mendapat rangsangan dari bayi supaya keluar secara normal bergantung pada isapan bayi, mekanisme dalam buah dada berkontraksi memeras air susu keluar dari alveoli masuk dalam saluran air susu.d. Faktor-faktor dalam LaktasiDua faktor yang diatur oleh hormon dalam proses laktasi :

1) Produksi air susu (prolaktin). Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormone yang disekresi oleh glandula pituitaria anterior yang penting untuk memproduksi air susu ibu. Kadar hormone ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan. Kerja hormone ini dihambat oleh plasenta, dengan lepasnya plasenta pada proses persalinan maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur turun sampai pada tingkat terendah dan diaktifkannya prolaktin. Kenaikan pasokan darah yang beredar lewat payudara dapat mensekresi bahan penting untuk pembentukan air susu, globulin, lemak, dan molekul-molekul protein yang akan membengkakan acini dan mendorong menuju tubuli laktiverus. Kenaikan kadar protein akan menghambat ovulasi sehingga mempunyai fungsi kontrasepsi dan kadar prolaktin paling tinggi pada waktu malam hari.

Gambar 2.2 Alur Produksi ASI (Suparyanto : 2010)2) Pengeluaran air susu (oksitosin). Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mamae.

a) Tekanan dari belakang. Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam tubuli laktiferus dan isapan bayi akan memacu sekresi air susu lebih banyak.

b) Refleks neurohormonal. Gerakan menghisap bayi akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula pituitari posterior. Akibat langsung dari reflek ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitaria posterior, di sekitar alveoli akan berkontraksi mendorong air susu masuk ke dalam vasa laktiver dengan demikian lebih banyak air susu mengalir ke dalam ampula. Refleks ini dapat dihambat dengan adanya rasa sakit (misal jahitan pada perineum), sekresi oksitosin juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu involusi (kemunduran) uterus selama puerperium (nifas) (Saifuddin, 2006 : 256-258).e. Manfaat MenyusuiMenurut Saleha (2009 : 31-33) manfaat yang didapatkan dari proses menyusui (laktasi) bagi bayi, ibu, keluarga, dan Negara.

1) Manfaat bagi bayi

a) Komposisi sesuai kebutuhan

b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.

c) ASI mengandung zat pelindung.

d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat.

e) Menunjang perkembangan kognitif.

f) Menunjang perkembangan penglihatan.

g) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.

i) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.

2) Manfaat bagi ibu

a) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula.

b) Mencegah anemia defisiensi zat besi.

c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.

d) Menunda kesuburan.

e) Menimbulkan perasaan dibutuhkan.

f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium.3) Manfaat bagi keluargaa) Mudah dalam proses pemberiannya.

b) Mengurangi biaya rumah tangga.

c) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.4) Manfaat bagi Negaraa) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.b) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui.

c) Mengurangi polusi.

d) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.f. Langkah-langkah menyusui yang benar

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, kemudian duduk dan berbaring dengan santai.

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu. Dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu, menyentuh bibir bayi ke putting susunya, dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah putting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 2.3 Cara Menyusui yang Benar (anisah : 2011)Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut.

1) Bayi tampak tenang .

2) Badan bayi menempel pada perut ibu.

3) Mulut bayi terbuka lebar.

4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

5) Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.

6) Bayi Nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan.

7) Putting susu tidak terasa nyeri.

8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

9) Kepala bayi menengadah.

(Saleha, 2009 : 36-38)g. Posisi Menyusui

Ada 3 posisi menyusui agar proses menyusui menjadi nyaman dan berjalan lancar menurut Prasetyo (2005 : 147-157) :

1) Posisi Mulut Bayi dan payudara Ibu

Ketika menyusui bayinya, ibu kadang tidak mengetahui cara menyusui yang tepat. Boleh jadi, caranya menyusui bayi dianggap sudah benar, dan perlekatan bayi pun dikira sudah sesuai prosedur yang sebenarnya, sehingga bayi bisa menyusu sepuasnya. Padahal, saat menyusui, mungkin perlekatan mulut bayi ke putting payudara terlepas, sehingga bayi menangis. Selanjutnya, ibu berusaha mengarahkan kembali mulut bayi ke putting payudara. Namun, bayi sulit mengarahkan mulutnya ke putting payudara. Ketika itulah, tangisnya bertambah kencang lantaran tidak dapat memuaskan keinginanya untuk menyusu kepada ibunya. Inilah pentingnya perlekatan yang baik agar ibu berhasil menyusui bayinya. Berbagai tatalaksana perlekatan yang tepat adalah sebagai berikut :

a) Bayi datang dari arah bawah, sehingga bayi mendongak dengan hidung bayi berhadapan dengan putting payudara. Dagu bayi ditempelkan pada payudara, dan pipi bayi tampak menggelembung.

b) Bibir bawah, dagu, atau pipi dirangsang dengan payudara. Tindakan ini bertujuan agar mulut bayi terbuka lebar. Saat itu, bayi didekatkan ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi. Ibu tidak boleh menekan kepala bayi atau membenamkan seluruh bagian wajah bayi ke payudara, sehingga bayi sulit bernafas.

c) Ibu memastikan bahwa mulut bayi berada pada posisi sedemikian rupa, sehingga gusinya menggigit daerah areola atau disekeliling putting payudara ibu.

d) Areola bagian atas mesti terlihat lebih luas ketimbang bagian bawah. Saat itu, mulut bayi terbuka lebar, sedangkan bibir bawahnya terputar keluar.

Gambar 2.4 Perlekatan Bayi (Perinasia : 2004)2) Posisi Badan Ibu

Posisi bayi juga termasuk factor pendukung perlekatan yang baik. Diantaranya adalah posisi perut ke perut (tummy to tummy). Tata laksana posisi ini adalah bayi berbaring menyamping dengan wajah menghadap dada ibu, sehingga mulut bayi dekat dengan putting payudara ibu, sedangakan perutnya menempel pada perut ibu. Di sini, telinga, bahu, lengan bagian atas, dan pinggul bayi harus berada pada satu garis lurus. Untuk lebih jelasnya, silahkan cermati uraian berikut :

a) Posisi Duduk

Biasanya, kesulitan ibu dalam menyusui bayinya dikarenakan bayi tidak diposisikan pada payudara secara tepat. Bila sejak awal ibu bisa melakukannya dengan baik, semua kesulitan bisa diatasi. Beberapa posisi ibu menyusui bayi dalam keadaan duduk adalah sebagai berikut :

(1) Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki dipijakan ke tanah secara merata.

(2) Ibu bisa menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk menyangga berat badan bayi agar bayi sejajar payudara ibu.

(3) Ibu menggendong bayi menggunakan lengan kanan bila menyusui dengan payudara kiri. Demikian pula sebaliknya. Pada posisi ini, kepala, leher, dan punggung bayi dalam keadaan lurus, dan dengan kepala agak terangkat ke belakang.

(4) Ibu membuat pangkal leher dan kepala bayi leluasa bergerak ke belakang saat menengadah.

(5) Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan putting payudara.

(6) Ibu menyentuh mulut bayi pada payudara dengan lembut. Sebaliknya, ibu menunggu bayi dalam beberapa waktu hingga ia membuka lebar mulutnya.

(7) Ketika mulut bayi terbuka lebar, ibu segera mengarahkan mulut bayi ke payudara. Pada awalnya, ibu mengarahkan dagu bayi terlebih dahulu, kemudian putting payudara diarahkan ke atas mulut. Sebaliknya, ibu meletakkan bibir bawah bayi sejauh mungkin dari bagian bawah putting payudara, sehingga sebagian besar areola (bagian putting payudara yang berwarna kecoklatan) masuk ke dalam mulutnya. Lidah bayi mesti berada diatas gusi bawah, dan kepala tidak boleh berpaling.

(8) Bila bayi telah dapat menyusu dengan baik, ibu bisa memindahkan bayi ke lengan yang sebelah.

Gambar 2.5 Posisi Menyusui Duduk (Perinasia : 2004)b) Posisi Ibu Tidur Miring

Posisi menyusui miring dengan posisi payudara di atas kepala dinilai kurang tepat karena mulut bayi sulit mencapai putting payudara ibu. Bila keadaan ini terus berlanjut, bayi akan frustasi dan mulai menangis. Oleh karena itu, jika ibu menyukai posisi miring, hendaknya ibu mengusahakan agar putting payudara sejajar mulut bayi, sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai putting payudara, dan ia pun lebih leluasa menghisapnya.

Gambar 2.6 Posisi Menyusui miring (Perinasia : 2004)Posisi menyusui miring dengan kepala bayi menghadap ke atas bisa membuat bayi cepat lelah, karena ia harus menahan beban kepala. Posisi tersebut akan membuatnya menderita. Saat itu, tenaga daya isap lambat laun melemah, dan air susu yang diisap pun tidak maksimal.

c) Posisi Ibu Tidur Terlentang

Sama halnya dengan posisi miring, posisi ibu terlentang juga dinilai kurang tepat. Sebab, air susu yang diisap bayi seharusnya menurun, bukan ke atas. Hal ini akan membuat bayi bekerja keras sekuat tenaga untuk memompa air susu.

Gambar 2.7 Posisi Menyusui Terlentang (Perinasia : 2004)3) Posisi Badan Ibu dan Bayi

Setelah perlekatan, bayi akan terlihat sangat bersemangat menyusu. Selanjutnya, gerakannya akan melambat, bahkan ia pun dapat tertidur saat menyusu. Bila hal ini terjadi, sebaiknya ibu membangunkan bayi dengan menyentuh pipinya, menggoyang-goyangkan tangannya, atau menggelitik telapak kakinya agar ia menghisap ASI lagi.

Boleh jadi, ibu kurang mengetahui cara perlekatan bayi yang tepat, sehingga ibu kadang merasa kesakitan ketika menyusui bayinya. Pada masa-masa awal menyusui, walaupun perlekatan sudah benar, putting payudara bisa terasa agak nyeri, yang biasanya akan hilang setelah terbiasa menyusui. Namun, bila ibu merasa sangat kesakitan atau putting payudaranya berdarah, hal itu merupakan indikasi kuat terjadinya perlekatan yang belum benar. Semestinya, menyusui terasa menyenangkan bagi ibu dan bayi, bukan menyakiti ibu.h. Lama dan Frekuensi menyusuiSebaiknya dalam menyusui bayi tidak terjadwal, sehingga sesuai tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap). Atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusu dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.

(Proverawati, 2009 : 117-118). i. Masalah dari Cara Menyusui yang Tidak Benar1) Puting susu nyeri

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan bekurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang.

Cara menangani :(a) Pastikan posisi menyusui sudah benar.

(b) Mulailah menyusui pada putting susu yang tidak sakit, guna membantu mengurangi sakit pada putting susu yang sakit.

(c) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di putting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai putting susu kering.2) Putting Susu Lecet

Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Putting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis.

Cara menangani :

(a) Cari penyebab putting susu lecet (posisi menyusui salah, candidiasis atau dermatitis.(b) Obat penyebab putting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui(c) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri di atas tadi.(d) Ibu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.(e) Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan obat lain, seperti krim, salep dan lain-lain.(f) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam.(g) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.(h) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun.(i) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara untuk sementara untuk member kesempatan lukanya sembuh.(j) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.(k) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot.(l) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang lebih singkat.(m) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskemas.

3) Payudara Bengkak

Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak.Penyebab bengkak :

(a) Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah.(b) Produksi ASI berlebihan.(c) Terlambat menyusui.(d) Pengeluaran ASI yang jarang.(e) Waktu menyusui yang terbatas.

Perbedaan payudara penuh dengan payudara bekak adalah :

(a) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas, dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam.(b) Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa / diisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam.

Untuk mencegah maka diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui on demand. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu dahulu, agar ketegangan menurun. Untuk merangsang refleks oksitosin maka dilakukan :

(a) Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.(b) Ibu harus rileks.(c) Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara).(d) Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah).(e) Stimulasi payudara dan putting.(f) Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema.(g) Pakailah BH yang sesuai(h) Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik

Cara mengatasinya :

(a) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu.(b) Bila bayi sukar mengisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif.(c) Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, masase payudara, masase leher dn punggung.(d) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema2. Perilaku Kesehatana. Pengertian perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organism (makhluk hidup) yang bersangkutan.

Dilihat dari respon stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Perilaku tertutup

Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007 : 133-134).

Menurut Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :

a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.b) Faktor-faktor pendukung (enabling factors)

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.c) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dan perilaku masyarakat.b. Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan.

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan

Adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2) Perilaku pencaharian pengobatan

Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.3) Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. (Notoatmodjo, 2007 : 136-137).3. Pengetahuan

a. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2007 : 139) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.b. Domain Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2007 : 140-142) pengetahuan dibagi menjadi enam domain yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.2) Memahami (comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.5) Sintesis (synthesis)Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Sukmadinata (2003 : 89) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1) Faktor internal

a) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah indera seseorang.b) Rohani

Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor serta kondisi efektif dan kognitif individu.2) Faktor Eksternala) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan member respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.b) Paparan media masaMelalui berbagai media cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamphlet, dll) akan memperoleh informasi media ini, berarti paparan media massa mempunyai tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.c) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.d) Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, missal sering mengikuti kegiatan mendidik, misalnya seminar. Organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamanya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. d. Tingkatan PengetahuanMenurut Hidayat (2009), tingkatan pengetahuan dibagi menjadi yaitu :

1) Pengetahuan baik (76%-100%)

2) Pengetahuan cukup (56%-75%)

3) Pengetahuan kurang (