bab ii

23

Click here to load reader

Upload: angga-jupitrekx

Post on 28-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Definisi osteoarthritis menurut American Rheumatism Association

(ARA) adalah ‘sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya

gejala dan tanda pada lutut yang berhubungan dengan defek integritas kartilgo,

dan perubahan pada tulang di bawahnya dan pada batas sendi.5 Osteoarthritis

(OA) merupakan penyakit sendi degeneratif pada kartilago sendi dengan

perubahan reaktif pada batas-batas sendi, seperti pembentukan osteofit,

perubahan tulang subkondral, perubahan sumsum tulang, reaksi fibrous pada

sinovium, dan penebalan kapsul sendi. Sendi yang bisa terkena OA adalah sendi-

sendi benar (‘true joint’ atau diarthrosis), yaitu sendi-sendi yang mempunyai

kapsul sendi, membran sinovialis, cairan sinovialis, dan kartilago sendi.

2.2 Penyebab

1) Usia

Cartilago sebagai bantalan penahan tekanan semakin tua akan semakin

kurang elastisitasnya (Sidharta, 1984). Prevalensi radiologik OA sendi

lutut akan meningkat sesuai dengan umur. Pada umur di bawah 45 tahun

jarang didapatkan gambaran radiologik yang berat. Pada usia tua

gambaran radiologik OA sendi lutut yang berat mencapai 20 persen

(Isbagio, 1995).

2) Jenis Kelamin

Pada umumnya laki–laki dan wanita sama–sama bisa terkena OA sendi

lutut tetapi setelah umur 45 tahun lebih banyak pada wanita (Moll, 1984).

3) Kegemukan atau Obesitas

Menurut Maquet (1995), pada keadaan normal, berat badan akan melalui

medial sendi lutut dan akan diimbangi dengan otot – otot paha bagian

3

Page 2: BAB II

4

lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah sendi lutut.

Pada obesitas, resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya

yang diterima sendi lutut tidak seimbang. Pada keadaan yang berat dapat

timbul perubahan bentuk sendi menjadi varus yang akan menggeser

resultan gaya ke medial. Kelebihan berat badan 20 persen atau lebih dari

berat badan normal akan menempatkan orang tersebut pada resiko OA

sendi lutut (Merdikoputro, 2006). Untuk menentukan kegemukan tersebut

dapat dicari dengan menggunakan rumus BMI (Body Mass Indeks) yaitu

BMI = Berat Badan (Kg)/Tinggi Badan (m)².

4) Faktor hormonal/metabolisme

Perubahan degeneratif pada sendi lutut banyak ditemukan pada penderita

diabetes mellitus (Hudaya, 2002).

5) Faktor Genetik

Faktor genetik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

OA sendi lutut karena diperkirakan ada hubungannya dengan defek

pembentukan serabut collagen, defek pembentukan proteoglikan atau

hiperaktivitas chondrocyte, yang kesemuanya mempermudah timbulnya

OA sendi lutut (Hudaya, 2002).

6) Aktivitas Kerja

Pekerja yang banyak membebani sendi lutut, misalnya para pekerja yang

banyak berjalan, berdiri lama, naik turun tangga, memanggul beban dan

jongkok lama akan mempunyai resiko terserang OA sendi lutut lebih

banyak dari pada pekerja yang tidak banyak membebani lutut (Isbagio,

1995).

7) Trauma

Trauma berat pada sendi lutut di usia dini akan memicu munculnya OA

sendi lutut lebih cepat. Pemakaian sepatu yang terlalu tinggi, sempit, berat,

dan alas sepatu (sol) yang keras dan kurang lentur dalam waktu yang lama

juga akan memicu timbulnya OA sendi lutut (Isbagio, 1995).

Page 3: BAB II

5

2.3 Patofisiologi

Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer

dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki

penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit

sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda

dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan

sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan

immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada

praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder ( Soeroso, 2006 ).

Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan

tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan

keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang

penyebabnya masih belum jelas diketahui ( Soeroso, 2006 ). Kerusakan tersebut

diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh

beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera ( Felson,

2008 ).

Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu :

Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya

. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak

(Range of motion) sendi (Felson, 2008).

Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada

permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat

gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan

sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan

apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008).

Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu

mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik

yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan

tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak (Felson,

2008).

Page 4: BAB II

6

Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari

pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi

memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk

menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang

terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan

(impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan

sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago

memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima (Felson, 2008).

Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh

cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi

ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai

penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum

timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui

lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).

Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe

dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul –

molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul

proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan

pada kartilago (Felson, 2008).

Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruha

elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim

pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)},

dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan

merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-

molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga

keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan

(Felson, 2008).

Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah

kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang

dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari

Page 5: BAB II

7

MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari kartilago

(Felson, 2008).

Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi

pergantian matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses

degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin

(PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap

sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses

pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan

dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung

pada proses awal timbulnya OA (Felson, 2008).

Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian matriks

yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi

Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki

metabolisme yang sangat aktif (Felson, 2008).

Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan

aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi.

Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan

mudah mengendur (Felson, 2008). Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh

komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA

pada sendi (Felson, 2008).

Page 6: BAB II

8

2.4 Gejala dan Tanda

Tanda dan gejala yang muncul bila sudah terjadi manifes pada OA lutut

sebagai berikut :

1) Nyeri

Nyeri merupakan keluhan utama yang menyebabkan orang mencari pengobatan.

Beberapa penyebab langsung nyeri adalah sinovium, osteofit, kapsul sendi dan

ligament periartikular direnggangkan oleh efusi, spasme otot dan persepsi nyeri

individual (Tulaar, 2006). Nyeri muncul pada saat sendi lutut digerakkan dan

Page 7: BAB II

9

sedikit berkurang setelah istirahat. Apabila penyakitnya bertambah buruk, maka

nyeri dapat timbul meskipun dalam keadaan istirahat. Nyeri biasanya meningkat

pada musim hujan/musim dingin (Merdikoputro, 2006).

2) Kekakuan sendi

Kekakuan sendi biasanya muncul pada pagi hari atau setelah periode inaktif dan

hilang setelah 15-30 menit (Isbagio, 2005).

3) Keterbatasan LGS

Keterbatasan LGS diakibatkan adanya nyeri dan muscle spasme. Keterbatasan

LGS biasanya bersifat pola kapsuler, gerak fleksi lebih terbatas dari pada gerak

ekstensi (Purbo Kuntono, 2005).

4) Krepitasi

Krepitasi adalah bunyi yang mendesas apabila sendi digerakkan, hal ini

disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar dan serpihan-serpihan dari

kartilago karena degenerasi (Purbo Kuntono, 2005).

5) Kelemahan otot dan atrofi otot sekitar sendi lutut

Pasien OA mengalami kelemahan otot akibat tidak aktif, karena otot dapat

kehilangan 30 persen massa dalam seminggu, serta 5 persen kekuatan dalam

sehari apabila istirahat total (Tulaar, 2006).

6) Bengkak

Pembengkakaan kadang-kadang ditemukan pada OA sendi lutut karena adanya

pengumpulan cairan dalam ruang sendi, pada keadaan lanjut dapat ditemukan

deformitas sendi lutut (Isbagio, 1995).

7) Deformitas

Page 8: BAB II

10

OA sendi lutut yang berat akan menyebabkan destruksi kartilago, tulang dan

jaringan. Deformitas varus terjadi bila adanya kerusakan pada kompartemen

medial dan kendornya ligamentum, serta variasi subluksasi karena perpindahan

titik tumpu pada lutut atau diakibatkan oleh pembatasan adanya osteofit yang

besar (Purbo Kuntono, 2005).

8) Instabilitas sendi lutut

Instabilitas sendi disebabkan oleh berkurangnya kekuatan otot sekitar sendi lutut

mencapai sepertiga dari otot normal dan juga oleh kendornya ligamen sekitar

lutut (Purbo Kuntono, 2005).

2.5 Gambaran Klinis

Secara klinis, Osteoarthritis dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu

a. Sub Clinical Osteoarthritis

Tidak ditemukan gejala atau tanda klinis. Hanya secara patologis dapat

ditemukan:

I. Pada tulang rawan sendi : peningkatan jumlah air, bulla atau blister,

dan fibrilasi serabut – serabut jaringan ikat collagen

II. Pada tulang subchondral : terjadi sclerosis

b. Manifest Osteoarthritis

1. Timbul keluhan nyeri pada saat bergerak dan rasa kaku pada permulaan gerak

2. Terjadi kerusakan sendi yang lebih luas.

Page 9: BAB II

11

3. Tampak penyempitan ruang sendi dan sclerosis tulang subchondral

4. Decomposed Osteoarthritis

c. Di sebut juga surgical state

1. Timbul rasa nyeri pada saat istirahat dan keterbatasan lingkup gerak sendi

2. Terjadi akibat penyakit yang telah menjadi progresif dan seluruh tulang

rawan sendi rusak. Tulang subchondral menjadi sangat sclerotik,

pembentukan osteofit hebat, capsule sendi menjadi kendor, sehingga tampak

deformitas yang jelas (Hudaya, 1996).

Osteoartritis dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Osteoartritis Lutut (degenerasi sendi lutut)

Jenis artritis ini paling banyak dijumpai kejadiannya di Indonesia terutama

pada pasien lanjut usia. Pada perjalanannya, nyeri ini seringkali menimbulkan

keterbatasan dalam beraktivitas sehari-hari. Komplikasi lain yang terjadi yaitu

keterbatasan ruang gerak sendi disertai kekakuan, deformasi lulut menjadi

bentuk O (genu varum) atau bentuk x (genu valgus). Komplikasi yang terjadi

pada osteoartritis ini berlangsung secara perlahan tapi pasti akibatnya

menimbulkan ketidakmampuan berdiri dan berjalan.

Sendi merupakan bagian yang menghubungkan antar tulang sehingga

tulang bisa digerakkan. Komponen terpenting pada sendi adalah tulang rawan

sendi (articular cartilage) yaitu jaringan tulang rawan yang menutupi kedua

ujung tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Matriks ekstraselular pada jaringan

Page 10: BAB II

12

ini terdiri dari kolagen yang padat dan proteoglikan yang menyebabkan

permukaannya menjadi licin dan tahan terhadap gesekan.

Adanya kolagen dan proteoglikan memfasilitasi gerakan dan mencegah

pembengkakan pada tulang rawan sendi. Kolagen dan proteoglikan bekerja

dengan cara menarik kation menghasilkan tekanan osmolalitas yang tinggi,

akibatnya air akan tertarik kedalam tulang rawan sendi. Permukaan menjadi licin

sehingga pada saat terjadi pergerakan/biomekanik pada sendi, tidak terjadi

gesekan.

Pada kondisi fisiologis, matriks ekstraselular memiliki waktu paro

bertahun-tahun sehingga metabolismenya berjalan sangat lambat. Namun

dengan adanya peningkatan beban mekanik (peningkatan berat badan),

bertambahnya usia dan adanya cedera dapat mempercepat proses

metabolismenya. Tulang rawan sendi akan terdegradasi menyebabkan keretakan

matriks. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan (inflamasi)

yang jika dibiarkan berkepanjangan akan terjadi kerusakan sendi parah sehingga

harus di operasi.

2. Osteoartritis Kaki (Ankle osteoarthritis)

Merupakan artritis yang terjadi pada 60 – 80% pada pasien yang

memiliki riwayat cidera pergelangan kaki. Biasa terjadi pada atlet sepakbola atau

penari balet. Penyembuhan dilakukan dengan cara istirahat, mengurangi gerak

dengan menggunakan sepatu rocker bottom sole atau menggunakan Ankle

bandage.

3. Osteoartritis Tangan

Osteoartritis tangan ditandai dengan terbentuknya pembesaran keras pada

sendi jari (Herberden’s node) yang biasanya disebabkan karena abnormalitas

saat dilahirkan.

Page 11: BAB II

13

2.6 Penegakan Diagnosis

Diagnosis OA lutut dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi

pada penderita penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan penderita datang

berobat. Nyeri dipicu oleh pergerakan, dan berkurang dengan istirahat, kecuali

pada tahap lanjut, rasa nyeri tetap terasa pada saat tidur. Tahap dini pada

umumnya tidak terasa nyeri, oleh karena rawan sendi adalah aneural. Nyeri

timbul dari mikrofraktur tulang subkhondral dan inflamasi pada membran

sinovium. Struktur artikuler yang sensitif terhadap nyeri adalah kapsul sendi,

bantalan lemak sendi, dan tulang subkhondral, sedangkan dari struktur ekstra

artikuler adalah ligamen, tendon, dan bursa. Pada tahap lanjut, pada umumnya

nyeri disebabkan oleh karena fibrosis kapsuler, kontraktur sendi, dan kelelahan

otot.

Kekakuan sendi (“stiffness”), sering timbul pagi hari, dan keluhan dapat

hilang dalam 15 menit. Kekakuan dapat berubah permanen, yang diduga

disebabkan oleh karena terjadinya kerusakan permukaan sendi dan fibrosis

kapsul. Edema persendian dapat berasal dari efusi cairan sinovial serta dapat

disertai dengan eritema ringan.

Pemeriksaan penunjang rutin yang dilakukan untuk evaluasi OA lutut

adalah pemeriksaan rontgen konvensional. Gambaran khas pada OA lutut adalah

adanya osteofit dan penyempitan celah sendi. Berdasarkan pemeriksaan

radiologi, Kellgren & Lawrence menyusun gradasi OA lutut menjadi :

·

Page 12: BAB II

14

· Grade 0 :  tidak ada OA

· Grade 1 :  sendi dalam batas normal dengan osteofit meragukan

· Grade 2 :  terdapat osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan

tak nampak deformitas tulang.

· Grade 3 :  terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan

penyempitan celah sendi.

· Grade 4 :  terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan disertai

hilangnya celah sendi.8

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA

lutut idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut :1

Klinis dan laboratorium Klinis dan radiologis Klinis

Nyeri lutut + minimal 5 dari 9

berikut :

-    umur > 50 tahun

-    stiffness < 30 menit

-    krepitasi

-    nyeri pada tulang

-    pelebaran tulang

-    tidak hangat pada perabaan

-    LED < 40mm/jam

-    Rheumatoid factor <1:40

-    Cairan sinovial : jernih,

viscous,Lekosit <2000/mm3

Nyeri lutut + minimal 1 dari 3

berikut :

-    umur > 50 tahun

-    stiffness < 30 menit

-    krepitasi + osteofit

Nyeri lutut + minimal 3 dari 6

berikut :

-    umur > 50 tahun

-    stiffness < 30 menit

-    krepitasi

-    nyeri pada tulang

-    pelebaran tulang

-    tidak hangat pada

perabaan

92% sensitif

75%spesifik

91 % sensitive

86% spesifik

95 % sensitif

69  spesifik

Page 13: BAB II

15

5.7 Penatalaksanaan

Saat ini masih belum ditemukan terapi yang dapat menyembuhkan osteoartritis.

Terapi yang saat ini diberikan hanya ditujukan untuk mengurangi nyeri,

memperbaiki pergerakan sendi, dan membatasi kerusakan sendi. Terapi yang

biasa diberikan yaitu :

1. Terapi Non Farmakologi

Terapi ini meliputi :

a. Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien

Pemberian informasi dan edukasi pasien diperlukan agar pasien mengerti

tentang kondisi penyakit yang dihadapi dan dapat melakukan perubahan gaya

hidup kearah yang positif.

b. Latihan Kekuatan dan Senam Aerobik

Latihan bermanfaat untuk menguatkan otot sekitar sendi yang akhirnya

akan membantu pengurangan berat badan. Berenang, jalan kaki, bersepeda

stasioner atau latihan beban ringan sangat dianjurkan karena terbukti mampu

mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki kekakuan sendi.

c. Penurunan Berat Badan

Berkurangnya berat badan mengurangi beban yang disangga oleh sendi

sehingga mengurangi nyeri se ndi dan memperbaiki fungsi sendi.3

d. Penggunaan Alat Bantu

Alat bantu seperti sepatu penyerap goncangan, tongkat dll

dipertimbangkan sebagai tambahan terapi untuk mengurangi rasa nyeri saat

beraktivitas.

2. Terapi Farmakologi

a. AINS Topikal

AINS Topikal lebih disarankan dibanding AINS oral. Menurut hasil

sebuah meta analisis menunjukkan bahwa AINS Topikal terbukti efektif

Page 14: BAB II

16

mengurangi nyeri dan kekakuan sendi.4 Beberapa sediaan AINS Topikal seperti

ibuprofen, Na. Diklofenak, salisilamid dalam bentuk salep, krim, atau gel lebih

dianjurkan dibanding koyo karena berdasar penelitian yang ada menunjukkan

hasil yang tidak signifikan pada koyo dibandingkan plasebo untuk penyakit

osteoartritis.

b. Paracetamol

Pedoman terapi menganjurkan penggunaan paracetamol sebagai pilihan

utama analgesik untuk pasien osteoartritis dengan pembatasan pemakaian 500

mg untuk satu kali minum dan tidak lebih dari 4 g dalam sehari.

c. Kapsaisin

Penggunaan kapsaisin topikal dapat digunakan pada penderita

osteoartritis lutut atau tangan. Meskipun seringkali menimbulkan sensasi

terbakar dan kemerahan pada area yang dioleskan, namun tidak perlu

penghentian terapi.3

d. AINS Oral

Prinsip penggunaan AINS Oral adalah sebagai berikut :

- Jika AINS Topikal atau Paracetamol tidak cukup kuat mengatasi nyeri

- Penggunaan AINS Oral dimulai dari dosis efektif terkecil dan lama pemberian

sesingkat mungkin7

e. Operasi Joint Arthroplasty

Rujukan operasi dibuat sebelum terjadi kerusakan sendi yang parah.

Page 15: BAB II

17

3.Terapi Latihan

Terapi Latihan adalah modalitas yang di gunakan untuk mengembalikan dan

meningkatkan kapasitas muskuloskeletal atau kardiopulmuner dengan

memanfaatkan gerakan anggota tubuh (Kisner, 2003).

Aplikasi terapi latihan untuk penderita osteoarthritis seharusnya di mulai

dengan latihan yang dapat meningkatkan kapasitas fungsional, baru kemudian

mengarah ke kebugaran fisik sehingga penderita dapat beraktivitas tanpa

keluhan nyeri dan tidak mudah lelah. Di awali dengan latihan fleksibilitas untuk

mencegah kontraktur sendi kemudian di lanjutkan dengan latihan penguatan

yang fokus pada gerak fungsional untuk meningkatkan daya tahan dan kecepatan

kontraksi otot, serta dapat di lanjutkan dengan latihan aerobik (Sisto &

Malangga, 2006).

Yang perlu diketahui pada terapi ostearthritis lutut adalah latihan yang tidak

menyebabkan pembebanan yang berlebihan pada sendi lutut akibat weight

bearing penuh. Dimana posisi aman untuk melakukan terapi latihan yaitu posisi

duduk. Posisi duduk dapat dikatakan posisi istirahat sendi lutut, karena secara

biomekanik tekanan garis weight bearing dari pusat caput femur tidak melalui

pusat lutut sehingga beban yang ditimbulkan pada lutut minimal dan tidak

menyebabkan nyeri (Kusumawati, 2003).Salah satu jenis terapi latihan adalah

closed and open kinetic chain.

Closed and open kinetic chain

Latihan Rehabilitasi dapat diklasifikasikan ke dalam rantai kinetik tertutup

(Close Kinetik Chain) dan kinetik rantai terbuka (Open Kinetik Chain) latihan.

Latihan di Close Kinetik Chain dimodelkan sebagai tertutup hubungan mana

gerakan di satu sendi secara bersamaan menghasilkan gerakan pada sendi

lainnya dari ekstremitas tersebut. Latihan di Open Kinetik Chain mengisolasi

salah satu link dari kinetik rantai dan segmen distal bebas untuk berpindah.

Open chain exercise dapat di lakukan pada posisi duduk atau tidur dengan

melakukan gerakan fleksi dan ekstensi sendi lutut melawan beban (manual atau

Page 16: BAB II

18

alat). Karena latihan beban pada penderita osteoarthritis berpotensi

menimbulkan nyeri maka peningkatan berat beban di berikan secara bertahap

sesuai toleransi penderita.

Closed chain exercise di lakukan pada posisi berdiri, latihan ini harus di lakukan

dengan hati-hati karena sendi lutut menyangga berat badan. Untuk mengurangi

pembebanan sendi maka latihan dilakukan pada posisi semi fleksi sendi lutut.

Jenis latihannya antara lain adalah Quads dan wall sits. Teknik latihan ini

mempunyai manfaat tambahan yaitu untuk melatih propioseptil sendi yang

sering juga mengalami gangguan pada penderita osteoarthritis sendi lutut.