bab ii

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Vertebrae Dalam tubuh manusia, ada susunan tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Susunan tulang tersebut dinamakan Tulang Belakang.Tulang belakang (vertebra) merupakan bangunan yang kompleks dan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu : 1. Bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh diskus intervertebralis dan ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinalis anterior dan posterior. 2. Bagian dorsal bersifat tidak begitu kokoh dan masing-masing terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligamen, di antaranya ligamen interspinalis, ligamen intertransversa, dan ligamen flavum. Susunan Tulang Belakang 1

Upload: nia-wahyuni

Post on 25-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Vertebrae

Dalam tubuh manusia, ada susunan tulang yang memanjang dari leher

sampai ke selangkangan. Susunan tulang tersebut dinamakan Tulang

Belakang.Tulang belakang (vertebra) merupakan bangunan yang kompleks dan

dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu :

1. Bagian ventral

terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh diskus

intervertebralis dan ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinalis

anterior dan posterior.

2. Bagian dorsal

bersifat tidak begitu kokoh dan masing-masing terdiri atas arkus vertebra

dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai

ligamen, di antaranya ligamen interspinalis, ligamen intertransversa, dan

ligamen flavum.

Susunan Tulang Belakang

1

Page 2: BAB II

Tulang vertebrae sendiri terdiri dari 33 ruas tulang yang dapat dibagi

menjadi 5 bagian, yaitu 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah

tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih

tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu

sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan koksigeus.

Diskus intervertebrale merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae.

Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang

dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Fungsi kolumna vertebralis adalah

menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya

melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak.

Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang

lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut

tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan

struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat

badan. Prosesus transverses terletak pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan

tempat melekatnya otot-otot punggung. Sedikit ke arah atas dan bawah dari

prosesus transverses terdapat fasies artikularis vertebrae dengan vertebrae yang

lainnya. Arah permukaan facet join mencegah/membatasi gerakan yang

berlawanan arah dengan permukaan facet join.

Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertical sagital memungkinkan

gerakan fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis

lumbalis (hiperekstensi lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan

kalateral, obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan

(lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan

ke lateral berputar. (lihat gambar 1 dan 2).

2

Page 3: BAB II

Gambar 1. Arah pergerakan vertebrae ditentukan oleh arah facet-facetnya A=

Thoracics facets, B= Lumbar facets. + = gerakan dimungkinkan , – = gerakan

dihambat.

Gambar 2. Pergerakan facet pada fleksi dan hiperekstensi

Bagian lain dari vertebrae, adalah “lamina” dan “predikel” yang

membentuk arkus tulang vertebra, berfungsi melindungi foramen spinalis.

Prosesus spinosus merupakan bagian posterior dan vertebra yang bila diraba

terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat melekatnya otot-otot punggung.

Diantara dua buah buah tulang vertebrae terdapat intervertebralis yang berfungsi

sebagai bentalan atau “shock absorbers” bila vertebra bergerak.

3

Page 4: BAB II

Gambar 3. Posisi kolumna vertebralis saat melakukan gerakan sederhana. A=pada

saat beristirahat, B=pada saat kolumna teregang, C=pada saat kolumna

terkompresi. D=saatekstensi, tulang vertebra di atas bergerak ke arah posterior,

sehingga nucleus terdorong ke anterior. E= pada saat fleksi, tulang vertebrae di

atas bergerak ke anterior, sehingga nucleus bergerak ke posterior. F= pada saat

laterofleksi. G= pada saat terdapat tekanan oblique pada kolumna. H= pada saat

rotasi aksial. Pada gerakan ini sering merobekkan annulus dan, diskus keluar ke

posterior melalui robekan annulus.

Diskus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik

yang membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang mengandung

mukopolisakarida. Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon

yang diisi air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan

kompresi yang merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu akan disalurkan

secara merata ke seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu

sisi yang lain, nucleus pulposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan

4

Page 5: BAB II

pada sudut sisi lain yang berlawanan. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam

gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi.

Karena proses penuaan pada diskus intervebralis, maka kadar cairan dan

elastisitas diskus akan menurun. Keadaan ini mengakibatkan ruang diskus

intervebralis makin menyempit, “facet join” makin merapat, kemampuan kerja

diskus menjadi makin buruk, annulus menjadi lebih rapuh.

Gambar 4. Ligamentum longitudinale posterior mulai menyempit setinggi L1

sampai setinggi L5. Pada L5 lebarnya hanya setengah lebar diskus, sehingga

hemiasi diskus biasa terjadi di kiri-kanannya.

Akibat proses penuaan ini mengakibatkan seorang individu menjadi rentan

mengidap nyeri punggung bawah. Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis

akan makin bertambah setiap individu tersebut melakukan gerakan membungkuk,

gerakan yang berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus

intervebralis, akan menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa

nyeri dan tanpa gejala prodromal. Keadaan demikian merupakan “locus minoris

resistensi” atau titik lemah untuk terjadinya HNP (Hernia Nukleus Pulposus).

Sebagai contoh, dengan gerakan yang sederhana seperti membungkuk memungut

surat kabar di lantai dapat menimbulkan herniasi diskus. Ligamentum spinalis

berjalan longitudinal sepanjang tulang vertebrae. Ligamentum ini berfungsi

membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan.

5

Page 6: BAB II

Diskus intervebralis dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamnetum

posterior. Ligamentum longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus

vertebrae, besar dan kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara

vertebrae yang satu dengan yang lainnya. ligamentum longitudinal posterior

berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga turut memebntuk

permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum tersebut melekat sepanjang

kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu setinggi L 1, secara progresif

mengecil, maka ketika mencapai L 5 – sacrum ligamentum tersebut tinggal

sebagian lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami kerusakan.

Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana

gaya statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah

mudah terjadi cidera kinetik.

Gambar 5. Bangunan anatomis vertebrae yang sensitive terhadap rasa

nyeri. PLL = Ligamentum posterior longitudinalis, LF = Ligamantum

flavumVB = badan vertebrae, FA = facet artikulasi, NR = Nerve root,

IVD = Diskus interspinosus, + = sensitive terhadap nyeri, – = tidak

menimbulkan rasa nyeri.

Sudut lumbosakral adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan os sakrum

dengan garis horizontal. Normal besar sudut lumbosakral (sudut Ferguson) 30

derajat. Rotasi pelvis ke atas memperkecil sudut lumbosakral sedangkan rotasi

pelvis ke bawah memperbesar sudut lumbosakralis. (lihat gambar 7). Gerakan

ekstensi vertebrae dari vertebrae lumbalis hanya sedikit. Hiperekstensi dicegah

oleh Ligamantum longitudinale anterior. Sedangkan gerakan fleksi 60% - 75%

6

Page 7: BAB II

terjadi pada antara L5 dan S1, 20 % - 25 % terjadi antara L4 dan L5 dan 5% -

10% terjadi antara L1 – L4 (terbanyak antara L2 – L4). (lihat gambar 6).

Gambar 6. Tempat dan besarnya fleksi yang mungkin pada vertebrae

lumbalis

B. Low Back Pain

Lower back pain adalah nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah.

Lower back pain biasanya merupakan symptom dari suatu penyakit, sehingga

perlu dicari etiologi penyakitnya. Biasanya nyeri terasa menjalar sampai ke bagian

belakang dari lutut (popliteal). Nyeri bertambah parah bila melakukan gerakan

yang melibatkan columna vertebralis, duduk, berdiri, dan mengangkat benda

berat. Nyeri terasa berkurang bila penderita berbaring. Pada pemeriksaan yang

dilakukan dokter, dapat ditemukan bahwa kemampuan motorik, sensori, serta

refleks dari ekstremitas serta punggung bisa saja normal, tergantung dari etiologi

penyakitnya.

7

Page 8: BAB II

Klasifikasi Low Back Pain berdasarkan sifat gangguan dan penyebabnya.

A. Berdasarkan sifat gangguan

1. Mekanik

a. Statik.

75-90% nyeri timbul karena membesarnya sudut lumbo-sakral

(hiperlordosis), di klinik dikenal sebagai sway back spine. Sudut lumbosakral

(sudut Ferguson) merupakan sudut yang terbentuk oleh pertemuan bidang

horizontal dan bidang yang melalui batas atas sakrum, dalam keadaan normal

tidak melebihi 34° (30-34°). Bila sudut Ferguson membesar, terjadi kompresi dan

inflamasi pada faset. Hiperlordosis akibat lemahnya otot-otot panggul dan

abdomen, sering dikeluhkan oleh wanita hamil. Pada hiper-lordosis yang

berlebihan (sindrom Baastrup), terjadi 'kissing-spine' (persinggungan antar spina

yang mengakibatkan iritasi dan membentuk pseudoartrosis). Sikap tubuh yang salah

akibat kebiasaan dan pendidikan yang salah; kehidupan emosi (kecemasan kronik

atau depresi) juga memegang peranan penting untuk terjadinya nyeri pinggang

atau `pegal'

b. Kinetik.

Nyeri timbul akibat beban yang abnormal atau beban yang normal pada

saat tubuh belum siap menerimanya, misalnya beban yang terlalu berat, menerima

dan membawa beban agak jauh dari tubuh, membawa beban terlalu lama,

menerima beban secara tiba-tiba atau menangkapbenda jatuh secara tiba-tiba;

ligamen dan sendi akan menderita, dan dapat terjadi subluk-sasi. Jugadapat

disebabkan tindakan terburu-buru atau berjalan dengan gerakan yang berlebihan

pada orang yang tegang, tidak sabaran, atau emosional.

2. Organik

Gangguan osteogenik dan diskogenik, misalnya skoliosis: Faset tidak sejajar

pada bidang simetris sehingga gerakan timbul pada posisi oblik, mengakibatkan

inflamasi faset.

8

Page 9: BAB II

Spondilosis (spondilartrosis deformans): degenerasi jaringan elastik yang

digantikan jaringan fibrosa, akibatnya terjadi pe-nyempitan seta diskus sehingga

ligamen akan mengerut karena tekanan intradiskus yang menurun, ligamen yang

mengerut itu dapat lepas dariperiosteum dan menekan jaringan peka nyeri. Selain

itu terdapat osteofit yang membentuk `spur formation' serta dapat menimbulkan

penyempitan foramen intervertebralis yang akan mengiritasi radiks.

Sinovitis artikuler: Pad satu pihak diskus menyempit akibat proses degenerasi,

pada pihak lain artikulasio posterior akan saling berdekatan sehingga terjadi

perubahan-perubahan pada permukaan faset, akibatnya terjadi inflamasijaringan

sinovial dan kapsul sendi.

Hernia diskus intervertebralis (hernia nukleus pulposus/ HNP): Terjadi

herniasi struktur-struktur diskus intervertebralis (nukleus pulposus atau anulus

fibrosus) ke dalam kanalis vertebralis dengan atau tanpa disertai gejala penekanan

terhadap struktur yang ada pada kanalis vertebralis (medula spinalis dan akar-akar

saraf).. Secara klinis penderita mengeluh nyeri pinggang bawah dengan atau tanpa

skiatika (iskialgia, iskias), tergantung ke arah mina penonjolan materi nukleus:

postero-latera) atau posterior. Punggung terfiksasi, skoliosis dan lordosis lumbal

berkurang. Tanda Spurling dan modifikasi Kern (+). Tanda Naffziger dan tanda

Dejerine (+). Tanda Lasegue/SLR (+ ), dapat juga disertai tanda Lasegue silang

(+). Gangguan sensibilitas sesuai dengan radiks saraf yang meng--alami iritasi,

tetapi sering tidak jelas karena tidak hanya mengenai satu radiks saraf.

Beberapa keadaan patologik yang memberikan gambaran menyerupai

gangguan diskogenik (HNP) ialah: sindrom pirifor-mis (tanda Lasegue juga

positif, namun nyeri akan berkurang atau menghilang bila kemudian dilakukan

eksorotasi tungkai yang bersangkutan), sakralisasi prosesus transversus L5

(prosesus transversus L5 akan menyentuh sakrum atau ilium

membentuk ,pseudoartrosis), nyeri timbul karena di tempat persentuhan itu

berjalan radiks L3 dan L4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran

radiologik.

a) Lesi intraspinal.

9

Page 10: BAB II

Biasanya karena tumor, dan gambaran klinis sering menyerupai HNP

sehingga perlu pemeriksaan neurologik yang cermat dan pemeriksaan penunjang.

b) Nyeri rujukan (referred pain).

Dapat ditimbulkan oleh semua proses di daerah abdomen, .pelvis, dan

retroperitoneal. Gambaran klinisnya dapat dikenal berdasarkan keluhan dan gejala

lain dari masing-masing organ di daerah abdomen, pelvis, atau retroperitoneal

yang mengalami gangguan.

c) Psikogenik.

Nyeri histerikal depresi atau malingering (berpura-pura sakit untuk

mencapai tujuan tertentu).

Berdasarkan etiologi

(1) Kongenital :

· Faset tropismus (asimetris).

· Kelainan vertebra -- sakralisasi, lumbalisasi, skoliosis.

· Sindrom ligamen transforaminal.

(2) Tumor

Menyebabkan nyeri pinggang bawah yang lebih dirasakan pada waktu

berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti

osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma.

atau tumor ganas, baik primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis

karsinoma payudara, prostat, paru, tiroid, ginjal dan lain-lain).

(3) Trauma

Dapat berbentuk `lumbar strain' (akut atau kronik), fraktur (korpus

vertebra, prosesus transversus), subluksasi sendi faset (sindrom faset), atau

sondilolisis dan spondilolistesis. Trauma dan gangguan mekanik merupakan

penyebab utama nyeri pinggang bawah. Orang yang tidak terbiasa melakukan

pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita nyeri

pinggang bawah akut (lumbar strain akut), atau me-lakukan pekerjaan dengan

10

Page 11: BAB II

sikap yang salah dalam waktu lama akan menimbulkan nyeri pinggang bawah

kronik ( lumbar strain kronik).

(4) Toksik

Keracunan logam berat, misalnya radium.

(5) Gangguan metabolik

Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas/ imobilisasi lama,

pascamenopause, malabsorpsi/intake rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme,

akromegali, penyakit Cushing, hiPertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis

imperfekta, gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam

askorbat, idiopatik, dan lain-lain.

(6) Radang (inflamasi)

· Artritis rematoid.

· Spondilitis ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell).

Kelainan pada artikulus sakroiliaka merupakan bagian dari poliartritis

rematoid yang juga didapatkan di tempat lain. Kelain-an tersebut menimbulkan

nyeri setempat dan nyeri rujukan. Terutama ditemukan pada laki-laki usia 20 30

tahun, berlangsung secara kronik progresifsampai terjadi ankilosis, etiologinya

tidak diketahui. Rasa nyeri pada spondilitis ankilopoetikatimbul akibat ter-

batasnya gerakan pada kolumna vertebralis, artikulus sakroiliaka, artikulus

kostovertebralis dan penyempitan foramen interverte-bralis; proses nyeri di daerah

pinggang biasanya lambat laun akan menjalar ke atas.

(7) Degenerasi:

· Spondilosis (spondilartrosis deformans).

· Osteoartritis.

· Hernia nukleus pulposus

· Stenosis spinal ` nerve ot entrapment syndrome'.

Pada osteoartritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi

berulang-ulang selama bertahun-tahun, di samping pengaruh hereditas obesitas.

Terbatasnya pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada osteoartritis akan

11

Page 12: BAB II

menyebabkan tarikan dan tekanan pada otot-otot/ligamen pada setiap gerakan

Sehingga menimbulkan nyeri pinggang bawah. Pada HNP adakalanya rasa nyeri

pinggang bawah tidak disertai iritasi radiks saraf, untuk ini hamsdipikirkan hernia

ke dalam korpus vertebra yang berdekatan (' Schmorl's hernia' ). Pada stenosis

spinal terjadi penyempitan kanalis vertebralis yang dapat disertai penyempitan

foramen intervertebralis akibat proses degenerasi dan penonjolan tulang atau sejak

semula sudah sempit. Nyeri pinggang yang dirasakan berupa nyeri rujukan

somatik yang lebih sering dirasakan pada waktu berjalan atau berjalan

lama/klaudikasio intermitens neurogenik (rasa nyeri. juga sering disertai rasa

kesemutan dan dingin, serta paresis otot-otot tungkai).

(8) Infeksi

· Akut -- kuman piogenik, (stafilokokus, streptokokus, salmonela).

· Kronik -- spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.

(9) Gangguan sirkulasi :

· Aneurisma aorta abdominal.

(10) Gangguan mekanik

- Intrinsik: lemahnya tonus otot, chronic postural strain, myofascial pain,

unstable vertebrae.

- Ekstrinsik. Alat-alat reproduksi: posisi uterus yang salah, tumor, infeksi,

endometriosis, karsinoma uteri, dismenore, prosta--titis, karsinoma prostat,

dan lain-lain. Alat-alat dalam lain: penyakit-penyakit ginjal, ureter,

nekrosis aseptik dan osteoartritis sendi panggul, skoliosis lumbal idiopatik,

'sprain' atau artritis sakroiliaka, dan lain-lain.

(11) Problem psikoneurotik:

· Histeria. atau depresi, malingering, low back pain kom-pensatorik Nyeri

pinggang bawah yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai

dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis. Penderita ingin

menghindari suatu situasi atau tanggung jawab, atau mencoba untuk

mencari keuntungan pribadi. Bila terdapat faktor pencetus, keluhan dapat

berlangsung berkepanjangan.

12

Page 13: BAB II

Faktor Resiko Nyeri Pinggang

1. Faktor Umur

Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara

teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja,

pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada

kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor

etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya

nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden

tertinggi dijumpai pada dekade kelima.1 Bahkan keluhan nyeri pinggang ini

semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.

2. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri

pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin

seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada

wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus

menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan

tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan

terjadinya nyeri pinggang.

3. Faktor Indeks Massa Tubuh

a.Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri

pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan

meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

b. Tinggi Badan

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban

anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.

4. Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat,

sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta

penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar

yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat

13

Page 14: BAB II

lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri

pinggang.3

5. Aktivitas / Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak

disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.

Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi

yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran

yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau

seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu

menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau

menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak

menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat

tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri

langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,

seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.

Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa

aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam

dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2

jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,

berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya

nyeri pinggang.

Pencegahan Low Back Pain

 Agar kita tetap sehat, khususnya agar tidak terkena LBP walaupun usia sudah

lanjut, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : 

 1. Olah raga yang teratur dimana frekuensi / jumlah dan intensitasnya harus

cukup, 

    jangan berlebihan.  Bagi yang berbakat LBP, dianjurkan untuk berenang, dan

sebaiknya 

    jangan meloncat-loncat. 

2. Mengatur makanan dengan menghindari makanan-makanan yang mengandung

14

Page 15: BAB II

banyak 

    lemak, asam urat, dll, agar memperlambat terjadinya pengapuran tulang

belakang. 

    Disamping itu usahakan jangan sampai terjadi kelebihan berat badan. 

3. Hidup dalam lingkungan yang sehat dengan udara yang bersih dan

menghindari 

    polusi yang berlebihan. 

4. Hidup yang teratur, mengatasi stress, serta menjalani hidup dan beragama

dengan 

    sungguh-sungguh. 

C. HNP

Pengertian

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk

sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini

digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus

disebut nukleus pulposus. HNP merupakan penonjolan nucleus pulposus atau

anulus fibrosus diskus invertebralis daerah lumbar ke 5 yang dapat menekan

radiks saraf; disebut juga herniated, protruded, atau ruptured disk dan herniated

nucleus pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya,

bisa juga langsung ke kanalis vertebralis.

Melesatnya discus intervertebralis /

prolapsus discus

Secara teoritis semua tulang belakang

(vertebra) dapat mengalami prolapsus discus

intervertebralis hernia nucleus pulposus

15

Page 16: BAB II

(HNP), tetapi yang biasa terjadi pada perbatasan lumbalis IV dan V, dan lumbalis

V sakralis I.

Lokasi terjadinya

HNP umumnya terjadi di dua lokasi pengganjal tulang belakang yang

mobilitasnya tinggi. Pada daerah leher, yaitu pengganjal cervical vertebra (ruas

tulang leher) 5 - 6 serta cervical vertebra 6 - 7. HNP pada bagian ini disebut HNP

cervical. Sedangkan pada daerah pinggang, yaitu pengganjal lumbar vertebra (ruas

tulang pinggang) 4 - 5 dan lumbar vertebra 5 - sacrum (tulang kelangkang) 1,

disebut HNP lumbar.

Patofisiologi

Discus invertebralis menyusun seperempat panjang dari columna vertebralis.

Discus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat banyak terjadi

gerakan columna vertebralis. Struktur ini dapat dianggap sebagai discus

16

Page 17: BAB II

semielastis, yang terletak diantara corpus vertebrae yang berdekatan dan bersifat

kaku. Ciri fisiknya memungkinkan discus invertebralis berfungsi sebagai peredam

benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak bertambah, seperti bila

seseorang melompat dari temppat yang tinggi. Kelenturannya memungkinkan

columna vertebralis yang kaku bergerak satu sama lain. Sayangnya daya pegas ini

berangsur-angsur menghilang seiring dengan pertambahan usia.

Setiap discus terdiri atas anulus fibrosus dan nucleus pulposus.Anulus fibrosus

terdiri atas jaringan fibrocartilago, didalamnya serabut-serabut kolagen tersusun

dalam lamel-lamel yang konsentris.

Nucleus pulposus pada anak-anak dan remaja merupakan massa lonjong

dari zat gelatin yang banyak mengandung air, sedikit serabut kolagen, dan sedikit

sel-sel tulang rawan. Biasanya terletak didalam tekanan dan terletak sedikit lebih

dekat ke pinggir posterior discus daripada anterior. Sifat nucleus pulposus yang

setengah cair memungkinkannya berubah bentuk dan vertebra dapat menjungkit

ke depan atau ke belakang diatas yang lain, seperti gerakan fleksi dan ekstensi

columna vertebralis.

Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada columna vertebralis

menyebabkan nucleus pulposus yang semi cair menjadi gepeng. Dorongan keluar

dari nucleus ini dapat ditahan oleh anulus fibrosus di sekelilingnya. Kadang-

kadang dorongan keluar ini terlalu kuat bagi anulus, sehingga anulus menjadi

robek dan nucleus pulposus keluar dan menonjol kedalam canalis vertebralis,

tempat nucleus pulposus ini dapat menekan radix nervus spinalis, nervus spinalis,

bahkan medulla spinalis. Keadaan seperti ini disebut hernia diskus invertebralis.

Herniasi tersebut biasanya menggelembung berupa massa padat dan tetap

menyatu dengan badan diskus, walaupun fragmen-fragmennya kadang-kadang

dapat menekan keluar menembus ligamentum longitudinalis posterior dan masuk

serta berada bebas dalam kanalis vertebralis.

Discus yang paling sering terkena adalah discus di daerah pertemuan

antara bagian yang relatif mudah bergerak dengan yang kurang bergerak, yaitu

pada daerah pertemuan cervicothoracis dan lumbosacralis.Hernia nucleus

pulposus ini mengakibatkan penonjolan sentral di garis tengah dibawah

17

Page 18: BAB II

ligamentum longitudinale posterius vertebrae atau peonjolan lateral disamping

ligamentum posterius dekat foramen intervertebrale.

Hernia discus intervertebralis terbagi menjadi dua berdasarkan tempat terjadinya,

yaitu Hernia discus intervertebralis cervicalis dan Hernia discus intervertebralis

lumbalis.

Pada hernia discus intervertebralis lumbalis, discus yang paling sering terkena

adalah yang terletak antara vertebra L4 dan L5, dan antara vertebra L5 dan sacrum

1. Herniasi ke lateral dapat menekan satu atau dua radix dan seringkali menekan

radix yang menuju ke foramen intervertebrale tepat dibawahnya.

Gejala awal nyeri punggung biasanya disebabkan oleh cedera discus. Otot-

otot punggung dalam keadaan kejang, terutama pada sisi hernia, sebagai akibat

penekanan radix nervous spinalis. Nyeri menjalar kearah tungkai dan kaki sesuai

dengan distribusi saraf yang bersangkutan.

Keluhan awal biasanya nyeri punggung bawah yang onsetnya perlahan-lahan,

bersifat tumpul atau terasa tidak enak, sering intermitten, walaupun nyeri tersebut

kadang-kadang onsetnya mendadak dan berat. Nyeri ini terjadi akibat regangan

ligamentum longitudinalis posterior, karena diskus itu sendiri tidak memiliki

serabut nyeri . Nyeri yang terjadi akibat herniasi diskus intervertebralis ini khas

dan diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk, atau

bersin. Nyeri ini biasanya menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena

dengan tungkai yang tidak sakit difleksikan.

Setelah periode waktu tertentu, timbul nyeri pinggul dari sisi posterior atau

postelateral paha serta tungkai sisi yang terkena, yang biasanya disebut skiatika

atau iskialgia. Gejala ini sering disertai rasa baal dan kesemutan yang menjalar ke

bagian kaki yang dipersarafi oleh serabut sensorik radix yang terkena. Gejala ini

dapat dibangkitkan dengan test Lasegue yaitu tungkai lurus diangkat pada posisi

pasien berbaring terlentang.Pada pasien normal, tungkai dapat diangkat sampai

membentuk sudut hampir 90 derajat tanpa rasa nyeri, sedangkan pada pasien

dengan skiatika, nyeri yang khas ditimbulkan dengan elevasi sudut 30-40 derajat.

Akhirnya defisit sensorik, kelemahan otot, dan gangguan refleks dapat terjadi.

18

Page 19: BAB II

Manifestasi Klinis

Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang)

atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan

(akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung

bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).

Pemeriksaan Diagnostik

1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang

belakang

2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama

untuk penyakit spinal lumbal.

3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat

pada M R I

4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus

yang terkena.

Penatalaksanaan Hernia nukleus polposus :

1. Tirah baring pada alas tidur yang keras, diberi matras tipis (kedua tungkai

sebaiknya diganjal dengan bantal di bawah lutut) selama 1--6 minggu;

tirah baring yang terlalu lama akan menghambat penyembuhan akibat

kurangnya nutrisi diskus

2. Latihan-latihan pasif sedini mungkin, biasanya pada hari ke dua atau tiga

setelah serangan.

3. Terapi fisik yang meliputi terapi panas (sinar infra merah, diatermi), traksi

pelvis (manual, intermiten), TENS.

4. Injeksi steroid epidural.

5. Mobilisasi: pada permulaan dilakukan dengan bantuan korset lumbal

untuk mencapai kurve fisiologis tulang belakang.

6. Kemonukleolisis dengan enzim proteolitik, misalnya kemopapain

19

Page 20: BAB II

7. Pembedahan

Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan

mengubah defisit neurologik.

Macam :

a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari

diskus intervertebral

b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen

neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk

menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi

dan menghilangkan kompresi medula dan radiks

c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.

d. Disektomi dengan peleburan.

Kegagalan pengobatan konservatif.

* Pengobatan konservasi berhasil, 'namun sering kambuh kembali.

* Adanya kelemahan yang nyata dari sekelompok otot dan/ atau fenomena

kompresi radiks pada EMG.

* Adanya gangguan otonom.

* Adanya gangguan neurologik yang progresif.

20