bab ii

Upload: muhammad-maab

Post on 17-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 BAB II

    1/20

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik1. Organisasi Pelayanan Publik

    Organisasi pada hakekatnya merupakan proses transformasi berbagai

    masukan yang menghasilkan keluaran berupa respon terhadap keinginan

    lingkungan. Daft (2004) mendefinisikan organisasi sebagai berikut:

    Organizations are social entities that are goal-oriented; aredesigned as deliberately structured and coordinated activity systems, and

    are linked to the external environment (Organisasi adalah entitas sosial

    yang berorientasi pada tujuan, dirancang sebagai sistem aktivitas yang

    terstruktur dan terkoordinasi, dan terkait dengan lingkungan eksternal).

    Organisasi pelayanan publik, menurut Daft (2004) adalah organisasi

    yang dimiliki atau yang dikelola oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

    publik dengan mengacu pada aturan dan perundang-undangan yang berlaku.

    Dalam Per.Men.Pan No 38 tahun 2012 dijelaskan bahwa pelayanan publik

    adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

    pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

    negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrasi yang

    disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

    Tabel 2.1 : Perbedaan Tujuan-Tujuan Organisasi Publik dan Swasta

    Feature Privat Sector Public Sector

    General

    Strategic Goals

    Competitiveness,

    uniqueness

    Mission success, best

    practices

    Financial Goals Profit, growth, market

    share

    Productivity, efficiency,

    value

    stakeholders Stakeholders, buyers,

    managers

    Taxpayers, recipients,

    legislators

    Desired

    Outcome

    Cutomer satisfaction Customer satisfaction

    Sumber: Averson, 1999 dalam wartaka 2008

  • 5/26/2018 BAB II

    2/20

    10

    Organisasi pelayanan publik diadakan bertujuan untuk kepentingan

    publik, seperti kesejahteraan dan kebahagiaan, bukan laba atau keuntungan.

    Pengelolaan organisasi pelayanan publik menjadi tanggung jawab pemerintah,

    termasuk dalam penyelenggaraan, diselenggarakan atas dana pemerintah, yang

    diperoleh dari pajak ataupun retribusi masyarakat pengguna.

    Antara organisasi public dan swasta terdapat persamaan, yakni sama-

    sama bertujuan untuk memperoleh outcome berupa kepuasan pelanggan.

    Namun dalam hal stakeholder, tujuan financial dan langkah strategisnya

    terdapat perbedaan. Pengguna organisasi privat adalah pembeli dan manajer

    dan stakeholder lain seperti penyetok barang, pemodal, dll. Sedangkan

    pengguna organisasi publik adalah pembayar pajak, pengunjung, dan perumus

    kebijakan/pemerintah. Tujuan financial organisasi privat adalah keuntungan,

    sedangkan organisasi public tujuannya adalah nilai kesejahteraan masyarakat.

    Oleh karena itu strategi yang dirumuskan pun juga berbeda, organisasi privat

    menerapkan strategi kompetitif, sedangkan organiasi public cenderung

    mengarah pada best practicedan ketercapaian kesejahteraan.

    Berkenaan dengan stakeholder, paradigma New Public Management

    memandang bahwa masyarakat adalah pelanggan yang harus dilayani dengan

    baik. Dengan kata lain bahwa keberhasilan organisasi sangat bergantung dari

    kepuasan pelanggannya. Dalam konsep Total Quality Management (Mulyadi,

    199: 35) juga dijelaskan bahwa di dalam lingkungan manajemen kontemporer

    yang di dalamnya customer memegang kendali, organisasi akan berhasil

    sebagai wealth creating institutionbila:

    a. Mendesain produk dan jasa yang menghasilkan value bagi customerb.

    Memproduksi produk dan jasa tersebut serta mendistribusikannya kecustomersdengan proses operasi yang cost effective

    c. Memasarkan dan menjual produk dan jasa tersebut secara efektifkepada customers

    Ketiga hal itu dapat terlaksana apabila organisasi memiliki keyakinan

    dasar bahwa (1) bisnis merupakan suatu mata rantai yang menghubungkan

    pemasok dengan customers, (2) customer merupakan tujuan pekerjaan, dan (3)

    sukses merupakan hasil penilaian terhadap suara customers. Dalam hal ini,

  • 5/26/2018 BAB II

    3/20

    11

    apabila organisasi publik tidak mampu menarik perhatian masyarakat maka

    organisasi publik akan kehilangan pelanggan. Masyarakat akan mengalihkan

    perhatian ke sektor swasta. Oleh karena itu organisasi publik menurut

    Christopher Hood (Toha, 2008, hal. 75) harus inovatif dalam

    menyelenggarakan pelayanan publik. Bentuk inovasi tersebut dapat

    diwujudkan dalam bentuk memperbaiki dan mewujudkan akuntabilitas publik

    kepada pelanggan, meningkatkan kinerja, restrukturasi lembaga birokrasi

    publik, merumuskan kembali misi organisasi, melakukan streamlining

    (penyederhanaan)proses dan prosedur birokrasi, dan melakukan desentralisasi

    proses pengambilan kebijakan.

    2. Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan PublikKinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

    pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

    tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planningsuatu

    organisasi (Mahsun, 2006). Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau

    kelompok invidu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah

    ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target

    tertentu yang hendak dicapai. Sedangkan Penilaian kinerja (performance

    measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap

    tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi

    atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa;

    kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada

    pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan

    dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalammencapai tujuan (Robertson, 2002).

    Menurut Lohman (2003) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas

    penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis

    organisasi. Whittaker (dalam BPKP, 2000) menjelaskan bahwa pengukuran

    kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan

    kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Simons (dalam BPKP,

    2000) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer dalam

  • 5/26/2018 BAB II

    4/20

    12

    memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan antara

    hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Jadi pengukuran kinerja

    adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai

    pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi

    sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas

    pengambilan keputusan dan akuntabilitas.Dengan demikian dalam menilai

    kinerja organisasi perlu beberapa elemen pokok yang harus dipenuhi. Elemen

    pokok pengukuran kinerja tersebut antara lain (Mahsun, 2006):

    a) Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.b) Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.c) Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.d) Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi,

    meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas).

    3. Metode Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan PublikMenurut Mahsun (2006: 131-132), beberapa metode pengukuran

    keberhasilan kinerja organisasi dapat dibedakan menjadi empat metode, yaitu:

    a) Metode Analisis AnggaranAdalah pengukuran kinerja yang dilakukan dengan cara

    membandingkan anggaran dengan realisasinya. Hasil yang diperoleh

    berupa selisih lebih (favourable variance) atau selisih kurang

    (unfavourable variance). Teknik ini berfokus pada kinerja input yang

    bersifat finansial

    b) Metode Analisis Rasio Laporan KeuanganAdalah pengukuran kinerja yang didasarkan atas penghitungan raso-

    rasio keuangan, missal rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasiosolvabilitas, dan rasio pasar. Data yang digunakan sebagai dasar untuk

    analisis ini adalah neraca

    c) Balanced Scorecard Method(BSC)Pengukuran kinerja dengan bebrbasis pada aspek financial dan

    nonfinansial. Dimensi pengukuran mencakup 4 perspektif, yaitu

    perspektif financial, perspektif pelanggan (user), perspektif bisnis

    internal dan perspektif inovasi-pembelajaran. BSC banyak digunakan

    untuk membantu pengukuran kinerja sector publik

  • 5/26/2018 BAB II

    5/20

    13

    d) MetodePerformanceAudit(pengukuran value for money)Pengukuran dan pemeriksaan kinerja dengan berdasarkan pada ukuran

    ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan

    pengukuran seberapa hemat pengeluaran yang dilakukan. Efisiensi

    berhubungan dengan pengukuran seberapa benar cara yang digunakan

    yaitu membandingkan input dengan output. Efektivitas berkaitan

    dengan pengukuran seberapa tepat dalam pencapaian target yaitu

    dengan membandingkan hasil yang ditargetkan dengan realisasinya

    Keterbatasan ukuran kinerja keuangan, menurut Mulyadi (2009: 123)

    disebabkan beberapa hal, antara lain:

    a) Ukuran kinerja keuangan tidak cocok dengan kondisi lingkunganbisnis sekarang, yang di dalamnya kinerja keuangan terutama lebih

    banyak dihasilkan dari intangible asset, bukan dari aktiva yang tampak

    dalam neraca (tangible asset)

    b) Ukuran kinerja keuangan lebih mencerminkan apa yang telah terjadi dimasa lalu, sehingga dalam perjalanan organisasi menuju ke masa

    depan,

    c) Konsolidasi informasi keuangan cenderung mendorong terpisah-pisahnya antarfungsi

    d) Ukuran kinerja keuang seringkali menghambat aktivitas penciptaannilai secara berkesinambungan karena aktivitas tersebut baru dapat

    penghasilkan kinerja keuangan beberapa tahun ke depan, padahal

    kinerja keuangan menggunakan periode akuntansi sebagai basis

    pengukurannya (umumnya mencakup periode satu tahun kalender)

    e) Hampir semua ukuran kinerja keuangan tingkat tinggi hanya sedikitmemberikan panduan bagi karyawan tingkat bawah dalam aktivitas

    harian mereka.

    B. Balanced Scorecarddalam Organisasi Pelayanan Publik1. Definisi Balanced Scorecard

    Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: (1) Kartu skor (scorecard)

    dan (2) berimbang (balanced). BSC dikembangkan pada tahun 1990-an oleh

    Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton (Renaissance

    Solution, Inc). Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu

    ukuran kinerja keuangan yang dimanfaatkan oleh organisasi untuk

    mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Berdasarkan BSC, kinerja

  • 5/26/2018 BAB II

    6/20

    14

    keuangan yang dihasilkan oleh eksekutif harus merupakan akibat

    diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan customer, pelaksanaan

    proses yang produktif dan cost-effective, dan pembangunan personel yang

    produktif dan berkomitmen (Mulyadi, 2009: 5). BSC merupakan sistem

    pengukuran kinerja yang mencoba mengubah misi dan strategi organisasi

    menjadi tujuan dan ukuran yang lebih berwujud. Mahsun (2006: 166)

    menjelaskan tentang ukuran finansial dan non finansial sebagai berikut:

    Ukuran finansial dan non finansial yang dirumuskan dalam

    perspektif BSC sebenarnya adalah derivasi (penurunan) dari visi dan

    strategi organisasi. Dengan demikian, hasil pengukuran dengan BSC

    ini mampu menjawab pertanyaan tentang seberapa besar tingkat

    pencapaian organisasi atas visi dan strategi yang telah ditetapkan

    Dalam manajemen modern, kinerja tidak hanya diharapkan dari

    manajer pusat pertanggungjawaban, namun diharapkan pula dari karyawan.

    Disamping itu kinerja personel tidak cukup hanya diukur namun perlu

    dikelola malalui sistem terpadu pengelolaan kinerja berbasis balanced

    scorecard. Ukuran kinerja pun tidak hanya terbatas pada ukuran keuangan

    yang bersifat jangka pendek, namun mencakup pula ukuran kinerja

    nonkeuangan yang bersifat jangka panjang.

    Sementara ini, penerapan penilaian kinerja menggunakan konsep

    balanced scorecard di sektor public sedikit berbeda dengan penerapannya di

    sektor privat. Sebagaimana dicantumkan dalam tabel 2.2, perbedaan

    stakeholder menjadi unsure utama pembeda diantara keduanya. Ukuran

    kinerja untuk sektor public adalah sejauh mana organisasi memandang dan

    memberikan nilai kepada stakeholder, yang didalamnya berupa pemerintah

    dan masyarakat, sedangkan ukuran untuk sektor privat adalah sejauh manaorganisasi memandang dan mampu memberikan nilai kepada pemegang

    saham dan pelanggannya.

    Tabel 2.2 : Perbedaan perspektif BSC pada sektor public dan swasta

    Perspektif Sektor public/pemerintah Sektor swasta/bisnis

    Finansial Bagaimana kita melihat/

    memandang dan

    memberikan nilai pada

    stakeholder

    Bagaimana kita melihat

    /memandang dan

    memberikan nilai kepada

    pemegang saham

  • 5/26/2018 BAB II

    7/20

    15

    Pelanggan Bagaimana stakeholder

    yang menggunakan

    jasa/pelayanan public

    memandang dan

    mengevaluasi kami

    Bagaimana pelanggan

    melihat atau memandang

    dan mengevaluasi kinerja

    kami

    Pembelajaran

    dan

    pertumbuhan

    Dapatkah kita melanjutkan

    untuk meningkatkan dan

    menciptakan nilai bagi

    stakeholder

    Dapatkah kita melanjutkan

    untuk meningkatkan dan

    menciptakan nilai bagi

    pelanggan, pemegang

    saham, karyawan,

    manajemen dan organisasi

    Proses bisnis

    internal

    Apakah program-program

    pembangunan yang

    dilaksanakan telah

    memberikan hasil-hasil

    sesuai dengan yang

    diharapkan

    Apakah yang harus

    diunggulkan dari proses

    dan produk kami

    Sumber : Gaspersz, 2005 dalam Wartaka 2008

    Ukuran kinerja untuk perspektif proses internal juga didapatkan

    perbedaan dimana kinerja organisasi public diukur dari sejauh mana

    program kerja yang dilaksanakan mampu memberikan hasil yang sesuai

    dengan harapan, sedangkan organisasi privat diukur dari sejauh mana

    organisasi mampu menciptakan produk unggulannya.

    2. Falsafah, Faktor Pendukung dan Prinsip Konsep Balanced ScorecardSistem terpadu pengelolaan kinerja balanced scorecard menurut

    Mulyadi (2009: 128) dilandasi oleh enam falsafah berikut ini:

    a. Modal manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang mampumenjadikan organisasi unggul dalam persaingan

    b. Customeradalah satu-satunya alasan mengapa organisasi beradac. Personal computer telah menciptakan revolusi industri yang

    berdaya

  • 5/26/2018 BAB II

    8/20

    16

    d. Kekohesivan organisasi dibutuhkan untuk menghadapi lingkunganbisnis kompetitif. Hal ini dapat ditempuh melalui internaliasi visi,

    misi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam diri setiap

    manajer dan karyawan.

    e. Resonansi dapat membuat organisasi memiliki kekuatan luar biasadalam menghadapi persaingan daripada sinergi

    f. State of the art management tool menjanjikan efektivitas sistempengelolaan kinerja.

    Faktor yang memacu kebutuhan organisasi untuk

    mengimplementasikanBalanced Scorecard antara lain(Mulyadi, 2009: 20)

    a. Lingkungan bisnis yang dimasuki oleh organisasi sangatkompetitif dan turbulen

    b. Sistem manajemen yang digunakan oleh organisasi tidak pasdengan tuntutan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh organisasi

    c. Sistem pengelolaan kinerja personel tidak selaras dengan sistemmanajemen strategis

    Selanjutnya dalam menerapkan balanced scorecard, Robert Kaplan

    dan David Norton (1996), mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama

    berikut:

    a. Menerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balancedscorecardke dalam terminologi operasional sehingga semua orang

    dapat memahami

    b.

    Menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dengan strategi itu.Ini untuk memberikan arah dari eksekutif kepada staf garis depan

    c. Membuat strategi merupakan pekerjaan bagi semua orang melaluikontribusi setiap orang dalam implementasi strategis

    d. Membuat strategi suatu proses terus menerus melalui pembelajarandan adaptasi organisasi dan

    e. Melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif guna memobilisasiperubahan.

  • 5/26/2018 BAB II

    9/20

    17

    3. Ukuran Kinerja dalam Keempat Perspektif Balanced ScorecardKinerja organisasi pelayanan publik dalam konsep balanced scorecard

    diukur dengan ukuran dan target yang telah disesuaikan dengan karakter

    organisasi. Tipe ukuran penilaian dari masing-masing perspektif dibedakan

    menjadi dua, yaitu lag dan lead. Lag measure merupakan ukuran yang

    menggambarkan apa yang dihasilkan (outcome), misalnya kepuasan

    pelanggan, sedangkan lead measures adalah ukuran yang menjadi pemicu

    outcome dimasa yang akan datang misalnya pengembangan proses internal

    yang baru. Ukuran kinerjanya adalah: perspektif pelanggan mengukur

    kemampuan organisasi dalam meningkatkan kepuasan dan kesadaran

    masyarakat akan organisasi; perspektif keuangan mengukur kemampuan

    organisasi dalam mengurangi biaya jasa pelayanan; perspektif proses

    internal mengukur kinerja organisasi dalam mengurangi pemborosan waktu

    pelayanan; dan perspektif pengembangan dan pembelajaran mengukur

    kemampuan organisasi dalam menyediakan pelatihan atau pendidikan bagi

    seluruh karyawan/anggotanya.

    Tabel 2.3 : Pengukuran strategis pada organisasi publik

    Perspektif Ukuran Tujuan Tipe

    Customers and

    stakeholder

    Meningkatkan

    kepuasan konsumen

    Tingkat kepuasan

    konsumen

    lag

    Meningkatkan

    kesadaran masyarakat

    akan organisasi

    Kegiatan yang

    melibatkan masyarakat

    Lead

    Financial Mengurangi biaya jasa Biaya jasa yang

    diberikan

    Lag

    Internal

    business

    process

    Mengurangi waktu

    yang dibutuhkan untuk

    menyerahkan jasa

    Waktu penyerahan jasa Lag

    Employee and

    organizational

    capacity

    Meningkatkan

    kemampuan karyawan

    Jumlah training yang

    diikuti oleh karyawan

    Lead

    Sumber: www.odgroup.com

  • 5/26/2018 BAB II

    10/20

    18

    a. Perspektif Pelanggan organisasi (The customer perspective)Perspektif pelanggan dalam organisasi sektor publik merupakan

    tumpuan (leverage) utama. Hal ini terjadi karena tujuan organisasi

    sektor publik secara makro adalah untuk menciptakan kesejahteraan

    masyarakat (welfare society) (Mahmudi, 2007: 136). Edi suharto (dalam

    Afifah & Dahlan, 2006: 24) menjelaskan konsep welfare societysebagai

    kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Kondisi

    sejahtera terjadi manakala kehidupan masyarakat aman dan bahagia

    karena kebutuhan dasarnya dapat dipenuhi serta manakala manusia

    memperoleh perlindungan dari risiko utama yang mengancam

    kehidupannya. Prinsip dalam mewujudkan welfare society menurut

    Briggs (Afifah & Dahlan, 2006: 33) adalah adanya jaminan sosial dan

    menyelenggarakan pelayanan pada tingkatan yang paling baik.

    Pemahaman terhadap kesejahteraan di atas memberikan

    pemahaman tentang tujuan utama organisasi pelayanan publik adalah

    memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat/pelanggan. Untuk

    mengukur baik buruknya pelayanan tersebut, perspektif pelanggan

    memberikan beberapa ukuran kinerja, antara lain: Cakupan Pelanggan,

    customers retention (kesetiaan pelanggan), customer profitability

    (profitabilitas pelanggan), dan market share (pangsan pasar).

    1) Cakupan PelangganUkuran kinerja dalam perspektif pelanggan yang paling

    mudah diukur adalah cakupan pelanggan, karena sudah ditentukan

    terlebih dahulu besaran cakupan yang mungkin dilayani oleh

    organisasi. Cakupan pelayanan ditetapkan targetnya oleh

    pemerintah sebagai target keberhasilan organisasi dalam

    memberikan pelayanan kepada masyarakat. Seperti yang terjadi di

    Puskesmas,cakupan pelanggan sudah ditetapkan oleh Kementrian

    Kesehatan RI.

    2) Pangsa Pasar (Market Share)Menurut Sumarwan, dkk (2011) Pangsa pasar merupakan

    bagian pasar yang dapat diraih oleh perusahaan. Pangsa pasar

  • 5/26/2018 BAB II

    11/20

    19

    menjadi salah satu indikator meningkatnya kinerja pemasaran suatu

    perusahaan. Gaspersz (2013) menjelaskan bahwa pangsa pasar

    digunakan untuk memahami ukuran pasar di mana organisasi itu

    sedang beroperasi dan tingkat pertumbuhan sebagai indicator kunci

    untuk menilai pertumbuhan penjualan potensial di masa yang akan

    datang. Dalam sektor public, menurut Azizah (2013), pembahasan

    tentang pangsa pasar adalah menetapkan siapa yang harus dilayani.

    3) Kesetiaan Pelanggan (Customer Retention)Mahmudi (2007) menjelaskan bahwa kesetiaan pelanggan

    menunjukkan tingkat dimana perusahaan/ organisasi dapat

    mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat

    dilakukan dengan mengetahui besarnya presentase pertumbuhan

    bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini. Istilah lain dari

    kesetiaan pelanggan adalah customer loyality. Menurut Amin

    Widjaja Tunggal (2008:6) kesetiaan pelanggan adalah kelekatan

    pelanggan pada suatu merek, pabrikan, pemberi jasa, atau entitas

    lain berdasarkan sikap yang menguntungkan dan tanggapan yang

    baik, seperti pembelian ulang

    Menurut Jill Griffin (2003:22) terdapat empat jenis loyalitas

    yang muncul bila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi-silang

    dengan pola pembelian ulang, yang rendah dan tinggi. Adapun

    jenis-jenis loyalitas konsumen yaitu: no loyality (tanpa loyalitas),

    inertia loyality (loyalitas yang lemah), laten loyality (loyalitas

    tersembunyi), dan premium loyalty (loyalitas premium). No

    loyality ditandai dengan tingkat keterikatantan yang rendah dengantingkat pembelian ulang yang rendah pula. inertia loyality ditandai

    dengan keterikatan yang rendah namun memiliki daya pembelian

    ulang yang tinggi. Laten loyality ditandai dengan sebuah kesetiaan

    yang relative tinggi namun disertai dengan tingkat pembelian ulang

    yang rendah. Sedangkan premium loyality ditandai dengan tingkat

    keterikatan tinggi yang berjalan selaras dengan aktivitas pembelian

    kembali disertai dengan rasa bangga

  • 5/26/2018 BAB II

    12/20

    20

    4) Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition)Akuisisi pelanggan adalah proses identifikasi, mendekati dan

    mengembangkan hubungan dengan pelanggan baru. Adalah

    penting bahwa hubungan baru yang terbentuk diperoleh dari jenis

    hak pelanggan, dalam rangka untuk memastikan masa depan yang

    berkelanjutan (www.sumberdaya.web.id). Pengukuran ini

    menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik

    pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat

    diukur dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru

    di segmen yang ada (Mahmudi, 2007).

    b. Perspektif Finansial Organisasi (The financial perspective)Kinerja organisasi dalam perspektif finansial adalah bagaimana

    organisasi mampu menciptakan pengurangan biaya pelayanan. Dalam

    konsep Value for money audit, penilaian tersebut dilakukan dalam tiga

    aspek, yakni aspek ekonomis, aspek efisiensi dan espek efektivitas.

    Pengurangan biaya dalam penyediaan bahan pelayanan, adalah nilai

    yang menjadi sasaran dari aspek ekonomis. Dengan membuat

    perbandingan antara input dengan input value, organisasi mampu

    mengukur kehematan organsiasinya dalam membelanjakan modal.

    Gambar 2.1: Pengukuran Value for Money

    (Sumber: Mahsun, 2006: 182)

    Pengurangan biaya dalam menyelenggarakan pelayanan adalah

    nilai yang menjadi sasaran daripada aspek efisiensi. Dengan membuat

  • 5/26/2018 BAB II

    13/20

    21

    perbandingan antara input (pendapatan organisasi) dengan output

    (pengeluaran yang sebenarnya untuk menyelenggarakan pelayanan),

    organisasi mampu mengukur kehematannya dalam mengelola

    pelayanan. Sedangkan aspek yang terakhir adalah nilai yang

    menggambarkan keberhasilan organsiasi dalam mencapai target. Aspek

    efektivitas diukur dengan cara membandingkan output organisasi dengan

    outcome berupa target yang ditetapkan. Dengan demikian organisasi

    dapat dikatakan efektif apabila mampu memenuhi target dalam waktu

    yang telah ditentukan.

    c. Perspektif Pengembangan dan Pembelajaran Organisasi (TheLearn ing and Growth Perspective)

    Perspektif pengembangan dan pembelajaran organiasi

    mengarahkan para manajer organisasi agar terus melakukan inovasi

    melalui peningkatan dan pengembangan SDM dan sumber daya lainnya.

    Perspektif ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan

    teknologi, pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, dan faktor lain

    yang perlu diperbaharui. Mahmud (2007: 138) menekankan kepada

    organisasi yang menginginkan kemajuan bahwa organisasi harus

    berinovasi, berkreasi dan belajar, agar mampu melakukan perbaikan

    secara terus menerus (continuous improvement) dan menciptakan

    pertumbuhan secara berkelanjutan.

    Sasaran strategis perspektif pembelajran dan pertumbuhan dalam

    menilai kinerja organisasi antara lain: peningkatan keahlian pekerja,

    peningkatan komitmen pekerja, peningkatan kemampuan membangun

    jaringan, dan peningkatan motivasi pekerja. Untuk mencapai sasaran

    strategis tersebut, organisasi dapat melakukan pengembangan dan

    pembelajaran atas tiga aspek utama, yaitu kompetensi karyawan,

    infrastruktur teknologi dan kultur / iklim organisasi (Kaplan & Norton,

    2000, hal. 110).

    Kompetensi karyawan dapat ditingkatkan melalui pelatihan

    pekerja, pendidikan lanjut, rotasi pegawai, dll. Manfaat dari peningkatan

  • 5/26/2018 BAB II

    14/20

    22

    kompetensi adalah meningkatnya inovasi karyawan, efisiensi dan

    efektivitas kerja disertai berkurangnya tingkat kesalahan dalam bekerja.

    Peningkatan tersebut secara otomatis menjadi indikator produktivitas

    organisasi.

    Aspek lain yang perlu ditumbuhkembangkan selain kompetensi

    karyawan adalah infrastruktur teknologi dan Iklim bertindak. Kedua

    aspek ini sebenarnya penting, tetapi sifatnya hanya sebagai pendunkung

    aspek utama, yaitu kompetensi karyawan. Inovasi dalam infrastruktur

    teknologi menjadi sarana untuk meningkatkan kinerja yang lebih mudah,

    praktis, sehingga lebih efisien dan efektif. Aspek kutur/iklim

    bertindaksebagai dasar motivasi para karyawan. Hubungan kekeluargaan

    yang erat menjadi pendorong bagi karyawan untuk suka hati menolong

    rekan kerjanya. Kultur keterbukaan menjadi modal bagi organisasi untuk

    membangun komunikasi yang lebih baik antaranggota. Model insentif

    juga menentukan kualitas kerja pegawainya. Banyak percontohan

    lainnya, namun secara singkat bahwa pengembangan SDM disertai

    dengan infrastruktur teknologi akan menjadi upaya yang sia-sia apabila

    kultur yang terbangun dalam organisasi tidak mendukung.

    d. Perspektif Proses Internal Organisasi (The internal processperspective)

    Perspektif proses internal organisasi mengidentifikas faktor kritis

    dalam proses internal organisasi dengan fokus pada pengembangan

    proses baru yang menjadi kebutuhan pelanggan. Faktor kritis yang

    dimaksud adalah sebagaiman yang dijelaskan oleh Mahmudi (2007:.

    137) antara lain: peningkatan proses layanan, perbaikan siklus layanan,

    peningkatan kapasitas infrastruktur, pemutakhiran teknologi, dan

    pengintegrasian proses layanan pelanggan. Hasil penilaian kinerja dari

    perspektif proses bisnis internal ini akan mengidentifikasikan beberapa

    hal di bawah ini:

    o Mengidentifikasi dan mengukur kompetensi inti (corecompetencies)

  • 5/26/2018 BAB II

    15/20

    23

    o Mengidentifikasi proses utama pelayanan, untuk mengetahuitahap yang menyebabkan pelayanan lambat dan proses yang

    tidak menambah nilai (non value added)

    o Mengidentifikasi teknologi utama yang harus dimilikio Menentukan ukuran kinerja dan target kinerja.

    Pengukuran kinerja dalam perspektif proses internal organisasi

    dapat dilakukan melalui model rantai nilai proses yang terdiri dari tiga

    komponen. Komponen yang dimaksud adalah (Gaspersz, 2013: 522):

    a. Proses inovasiProses inovasi mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan masa kini

    dan masa mendatang serta mengembangkan solusi baru untuk

    kebutuhan pelanggan. Penilaian kinerja proses inovasi dapat dilihat

    dari sejauh mana perusahaan melakukan inovasi demi meningkatkan

    kepuasan pelanggan.

    b. Proses operasionalProses operasional mengidentifikasikan sumber-sumber pemborosan

    dalam proses operasional organiasai. Pemborosan dalam proses

    internal seperti pemborosan dalam pengadaan sumber daya manusia,

    peralatan,dll; pemborosan dalam menggunakan waktu produksi yang

    berlebih, alur yang kurang berguna, dll; serta pemborosan yang

    terjadi akibat kesalahan produksi, sehingga harus melakukan

    perbaikan.

    c. Proses pelayananProses pelayanan berkaitan dengan pelayanan pelanggan, seperti:

    pelayanan purna jual, menyelesaikan masalah yang timbul pada

    pelanggan dalam kesempatan pertama yang cepat, melakukan tindak

    lanjut secara proaktif dan tepat waktu, dan memberikan sentuhan

    pribadi (personal touch).

    Penilaian proses bisnis internal yang paling mudah diukur adalah

    dalam aspek operasional, yakni berkenaan dengan upaya pengurangan

  • 5/26/2018 BAB II

    16/20

    24

    waktu pelayanan. Semakin cepat organisasi dalam menyelenggarakan

    pelayanan akan semakin baik penilaiannya bagi masyarakat. Dengan

    konsep just in time pemborosan waktu dapat dihitung dengan cermat,

    dimanakah letak pemborosannya.

    C. Penelitian Terdahulu1. Bermula dari penilitian dengan judul Analisis kinerja Puskesmas Rawat

    Inap di Kabupaten Purbalingga dengan Pendekatan BSC yang dilakukan

    oleh Ika Kusyawan P (2010), menunjukkan bahwa penilaian kinerja

    organisasi pelayanan publik dengan pendekatan BSC sangat efektif untukmenganalisis kelebihan dan kekurangan kinerja organisasi. Hasil dari

    penelitian dengan empat perspektif tersebut diketahui bahwa kinerja

    Puskesmas dari perspektif keuangan sudah baik, tetapi dari aspek yang lain

    balum baik.

    2. Upaya peningkatan kinerja organisasi pelayanan publik, salah satunyaadalah dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:

    2008. Sebagaimana dalam penelitian yang berjudul Penerapan ISO 9001:

    2000 di Badan Penanaman Modal & Pelayanan Perizinan Kabupaten

    Banyumas (Pinandito, 2010), dijelaskan bahwa menurut perspektif

    petugas dan pelanggan dikatakan lebih efektif untuk meningkatkan

    kualitas pelayanan, yakni dianggap lebih efisien dan ekonomis.

    3. Puskesmas I Kembaran Banyumas, sejak tahun 2008 juga telahmenerapkan SMM ISO 9001 dan sesuai dengan penelitian dengan judul

    Evaluasi penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada tahun

    2009 terhadap peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas I Kembaran

    Kab. Banyumas (Harwanti, 2010), menunjukkan bahwa SMM ISO

    9001:2000 berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas,

    dilihat dari aspek tangibility, reliability, responsiveness, assurance,

    emphaty

    4. Puskesmas I Kembaran memang dinilai memiliki kinerja yang baik, salahsatunya dengan adanya penghargaan penerapan SMM ISO 9001 tersebut.

    Berikutnya dengan diikutsertakannya Puskesmas I Kembaran dalam

  • 5/26/2018 BAB II

    17/20

    25

    perlombaan, membuktikan bahwa Puskesmas tersebut mampu

    menyelenggarakan pelayanan dengan baik. Penelitian dengan judul

    Implementasi Jamkesmas di Puskesmas I Kembaran Kabupaten

    Banyumas(Permadi, 2010), membuktikan bahwa Puskesmas mampu

    mengimplementasikan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dengen

    baik, dilihat dari aspek sikap pelaksana, komunikasi, kondisi lingkungan,

    SDM dan Pelaksanaan program.

    5. Penilaian Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas DenganMetodeBalanced Scorecardoleh Sapto Aji Pamungkas (2008), bertujuan

    untuk mengetahui kinerja RSUD Banyumas menggunakan empat

    perspektif yang ada dalam balanced scorecard. Dengan metode analisis

    statistik deskriptif, disimpulkan bahwa kinerja RSUD Banyumas sudah

    baik dilihat dari empat perspektif dalam balanced scorecard yaitu

    perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal dan

    perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

    6. Penelitian di daerah lain, yang dilakukan oleh Yuda Supriyanto (2012),dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Fasilitas

    terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kariadi

    Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas

    pelayanan, harga dan fasilitas terhadap kepuasan pasien rawat jalan. Hasil

    analisis menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan, harga dan

    fasilitas mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap variabel

    kepuasan konsumen, baik secara individu maupun bersama.

    7. Penelitian lain dilakukan oleh Cindy Nulion Kurnia Putri (2011) denganjudul Identifikasi Masalah Kinerja Pelayanan Rawat Jalan BerdasarkanPerspektif Balanced Scorecard di UPTD Puskesmas Rejoso Kab. Nganjuk

    Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah

    kinerja pelayanan rawat jalan berdasarkan perspektif BSC di UPTD

    Puskesmas Rejoso. Dengan metode penelitian kualitatif dan teknik analisis

    content analysis, penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja pelayanan

    rawat jalan berdasarkan perspektif BSC di UPTD Puskesmas Rejoso baik.

  • 5/26/2018 BAB II

    18/20

    26

    Sedangkan permasalahan yang ditemukan adalah masalah pelatihan

    pegawai. masalah penanganan keluhan, dan masalah tentangprotap.

    8. Penelitian berjudul Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat terhadapPelayanan Publik di Puskesmas Poncol Kota Semarangoleh Dita Indah

    Kurniawati (Undip, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

    indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di Puskesmas

    Poncol tahun 2011. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

    dengan metode survey. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah analisis univariat, indeks kepuasan masyarakat dan menggunakan

    hasil wawancara mendalam (indepth interview). Hasil dari indeks

    kepuasan masyarakat, secara keseluruhan dinyatakan sudah baik, hanya

    dua hal yang masih tergolong kurang yaitu kecepatan pelayanan terutama

    pada kecepatan di pelayanan obat, dan kenyamanan lingkungan pada

    kebersihan di ruang tunggu, ketersedian tempat duduk di ruang tunggu

    yang kurang memadai, serta kondisi toilet yang kurang bersih.

    9. Penelitian dengan judul Analisis Kinerja Pelayanan pada Puskemas BatuaMakassar olehYorinda Lintin B (2011), universitas Hasanuddin,

    Makasar. tahun 2011, tujuan penelitian ini yaitu untuk menggambarkan

    kinerja pelayanan Puskesmas Batua Makassar, baik dari segi kuantitas,

    kualitas, dan ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan. Metode kuantitatif

    deskriptif, Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian: dari aspek kuantitas,

    Kinerja pelayanan sudah bagus, bahkan ada dua kegiatan yang

    pencapaiannya melebihi target yang direncanakan yaitu, pemeriksaan ibu

    hamil dan K4. Dari aspek kualitas pekerjaan, meliputi unsur tangible(bukti Fisik), reliability (keandalan), responsiveness, Assurance

    (jaminan), dan emphaty, menurut pasien sangat memuaskan. Dari aspek

    ketepatan waktu, sudah bagus, pegawai sangat disiplin, sehingga program

    kerja di Puskesmas Batua dapat terealisasikan tepat waktu

    10.PenerapanBalanced ScorecardSebagai Tolok Ukur Pengukuran Kinerja(Studi Kasus Pada RSUD Tugurejo Semarang) oleh Novella Aurora

    (Undip, semarang 2010). Tujuan penelitian: Mengetahui bagaimana jika

  • 5/26/2018 BAB II

    19/20

    27

    elemen Balanced Scorecard diterapkan di RSUD Tugurejo Semarang,

    dan Mengetahui perbedaan antara pengukuran kinerja tradisional dengan

    Balanced Scorecard. Dengan Metode penelitian analisis komparatif data

    sekunder 3 tahun (2007-2009), dihasilkan kesimpulan bahwa dari

    perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, kinerja RSUD Tugurejo masih

    dianggap kurang , sedangkan untuk 3 perspektif lainnya dianggap sudah

    cukup baik.

    11.Penelitian yang dilakukan secara bersama oleh Fatmanelly, dr. Adila KasniAstiena, MARS & dr.Hadril Busuddin, Sp.S, MAH dengan judul Analisi

    Kinerja RSUD dr. Adnaan WD Tahun 2010 dengan Metoda Balanced

    Scorecard, bertujuan untuk menilai kinerja secara komprehensif, akurat

    dan terukur terhadap kinerja RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh. Dengan

    metode penelitian observasional deskriptif, didapatkan sebuah hasil bahwa

    Kinerja RSUD dr. Adnaan WD dari keempat perspektif termasuk kategori

    baik.

    12.Penelitian berjudul Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan BalancedScorecard Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen oleh Pangesti

    Daru Anggit (2012), dengan indicator (1) Perspektif Pelanggan: Persentase

    Rasio Penanganan Keluhan, Persentase Retensi Pelanggan, Persentase

    Akuisisi; (2) Perspektif Keuangan: Rasio Pertumbuhan Pendapatan,

    Perubahan Biaya, ROA, ROE, Leverage Ratio; (3) Perspektif Proses

    Bisnis Internal: Pengembangan Pelayanan dari Penjualan Produk/Jasa

    Baru serta Respond Times; (4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan:

    Retensi Karyawan, Produktivitas Karyawan, dan Pelatihan Karyawan.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja RSUD Kebumendengan metodeBalanced Scorecardpada tahun 2010-2011. Penelitian ini

    menggunakan teknik penelitian lapangan (wawancara dan dokumentasi).

    Penelitian ini menghasilkan sebuah pendeskripsian tentang kinerja RSUD

    Kebumen yang belum maksimal.

    Beberapa penelitian tersebut memberikan gambaran tentang banyaknya

    kajian tentang penilaian kinerja instansi pelayanan kesehatan publik dengan

    konsep Balanced Scorecard. Hal ini membuktikan bahwa konsep tersebut

  • 5/26/2018 BAB II

    20/20

    28

    sangat penting untuk dikaji lebih dalam. Berkenaan dengan hal itu, penelitian

    ini bermaksud memperkuat penelitian yang sudah-sudah tentang penerapan

    Balanced Scorecard sebagai alat penilaian kinerja yang baik, namun dengan

    cara menggunakan ukuran kinerja yang lain, yaitu menggunakan indikator

    value for moneydalam perspektif keuangannya.