bab ii
TRANSCRIPT
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 1/9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Titrasi Asam Basa
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi
ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada
prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion
hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep
lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa).
Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat
menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri.
Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan
lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri (Zulfikar, 2010).
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Asam kuat-Basa kuat
2. A
sam kuat-Basa lemah3. Asam lemah-Basa kuat
4. Asam kuat-Garam dari asam lemah
5. Basa kuat-Garam dari basa lemah
Contohnya titrasi asam kuat-basa kuat yaitu asam klorida (HCl) dan amonium
hidroksida (NH4OH). Persamaan reaksinya:
HCl + NH4OH NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya:
H+
+ NH4OH H2O + NH4+
(Ratisah, 2009)
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 2/9
Gambar 2.1 Kurva Titrasi Asam Kuat-Basa Lemah
(Ratisah, 2009)
2.2 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
³titrant´. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. ³Titrant´ ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang
biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai
³titik ekuivalen´, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai ³titik akhir titrasi´.
Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi
melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga
sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa
dihitung konsentrasi titran tersebut.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu
contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida
(NaOH) dengan asam sulfat (H2SO4), persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + H2O(l) (Sriyani,2008)
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 3/9
2.3 Asidi Alkalimetri
Asidi-alkalimetri adalah salah satu metode analisis titrasi asam basa. Prinsip
dari titrasi ini adalah pembentukan elektrolit lemah seperti air, asam lemah, dan basa
lemah. Titrasi ini sangat penting digunakan dalam analisis asam-basa yang belum
diketahui jumlah dan konsentrasinya. Biasanya larutan baku primer digunakan dalam
titrasi jenis ini. Larutan baku primer adalah larutan yang sudah diketahui dengan
tepat konsentrasinya. Sebelum titrasi, titran harus distandardisasi terlebih dahulu.
Standardisasi ini dilakukan untuk mengetahui kenormalan titran tersebut.
Asidimetri adalah salah satu teknik titrasi yang yang menggunakan asam
sebagai titran. Asam yang sering dipakai dalam analisis asidimetri adalah HCl. Asam
ini harus distandardisasi dengan larutan baku primer. Larutan baku primer yang
sering digunakan untuk standardisasi HCl adalah larutan boraks. HCl harusdistandardisasi karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan
senyawa lain di udara.
Alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai titran. Basa yang
sering dipakai dalam analisis alkalimetri adalah NaOH. Larutan baku primer yang
sering digunakan untuk standardisasi NaOH adalah larutan asam oksalat. NaOH
perlu distandardisasi karena senyawa ini bersifat higroskopis sehingga mudah
mengikat air dan bereaksi dengan CO2 di udara.
Satu hal yang perlu diperhatikan pada titrasi asidi-alkalimetri adalah
perubahan pH. Titrasi asam basa dapat terjadi antara asam kuat dengan basa kuat,
asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan
garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. Titik akhir
titrasi dapat ditentukan dengan indikator asam basa yang akan berubah warna apabila
pH larutan berubah (Mawarda, 2010).
2.4 Cara Mengetahui Titik Ekivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah ³titik
ekuivalent´.
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 4/9
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen
terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindicator disebut sebagai ³titik akhir titrasi´ (Morie, 2008).
2.5 Indikator Titrasi
Jenis ± jenis indikator titrasi:
1. Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit
yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan
kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah. Ketika dilarutkam ke dalam air,
akan terjadi kesetimbangan, seperti berikut:
Hlit H+
+ Lit
Merah biru
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.
Dapat digunakan Prinsip Le Chatelier untuk meramalkan bagaimana
pergeseran kesetimbangan pada reaksi kesetimbangan di atas, misalnya dengan
penambahan ion hidrogen dari larutan asam, atau penambahan ion hidroksida dari
larutan basa. Tentu saja, jika ditambahkan larutan asam, maka kesetimbangan
bergeser ke kiri karena adanya penambahan ion hidrogen, sehingga lakmus akan
berwarna merah. Jika ditambahkan larutan basa, maka kesetimbangan akan bergeser
ke kanan, karena jumlah ion H+
berkurang akibat bereaksi dengan ion OH-, sehingga
lakmus berwarna biru.
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 5/9
Setelah beberapa selang waktu terjadinya pergeseran posisi kesetimbangan,
konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding, karena reaksi yang terjadi
pada lakmus telah setimbang. Warna yang nanti dilihat merupakan pencampuran dari
keduanya.
2. Indikator Metil Jingga (Orange Methyl)
Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi.
Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning.
Anda sebaiknya mencari sendiri kenapa terjadi perubahan warna ketika anda
menambahkan asam atau basa. Penjelasannya identik dengan kasus lakmus, bedanya
adalah warna.
Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan
kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3,7 sampai mendekati netral.3. P henolpthalein
P henolpthalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan
fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda
terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah
kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida
menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk
menggantikannya - mengubah indikator menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9,3. Karena pencampuran warna merah muda dan
tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk
mendeteksinya dengan akurat (Damanik, 2010).
2.6 Syarat ± Syarat Indikator yang Baik
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam
dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa.
Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau
basa. Beberapa indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga
beberapa indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium. Indikator yang sering
tersedia di laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan harganya murah.
Kita mengenal dua jenis kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan biru. Pada larutan
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 6/9
asam, kertas lakmus selalu berwarna merah, sedangkan dalam larutan basa kertas
lakmus selalu berwarna biru. Jadi, larutan asam akan mengubah kertas lakmus warna
biru menjadi merah dan larutan basa akan mengubah warna lakmus merah menjadi
biru. Beberapa jenis tanaman dapat pula dijadikan sebagai indikator. Salah satu
tanaman yang dapat pula dijadikan sebagai indikator adalah tanaman bunga
hydrangea. Warna bunga hydrangea bergantung pada keasaman tanah. Bunga
hydrangea yang berwarna merah muda akan berubah menjadi biru apabila ditanam di
tanah yang terlalu asam. Lakmus dan bunga hydrangea merupakan salah satu contoh
indikator pH. Syarat dapat tidaknya suatu zat dijadikan indikator asam basa adalah
terjadinya perubahan warna apabila suatu indikator diteteskan pada larutan asam dan
larutan basa. Untuk menguji sifat asam basa suatu zat selalu digunakan dalam bentuk
larutan, karena dalam bentuk larutan sifat pembawaan asam dan basa lebih mudahdideteksi.
Berikut adalah indikator pH yang sering kita gunakan di laboratorium.
Indikator tersebut menunjukkan perubahan warna larutan pada rentang pH tertentu.
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Indikator
No. Nama Indikator Range pH Perubahan Warna
1. P henolpthalein Tak berwarna 8,3 ± 10 Merah Muda
2. Metil Oranye 3,2 ± 4,4 Merah ± Kuning
3. Metil Merah 4,8 ± 6,0 Merah ± Kuning
4. Bromtimol biru 6,0 ± 7,6 Kuning ± Biru
5. Metil biru 10,6 ± 13,4 Biru ± Ungu
(Hamdani S, 2010)
Salah satu indikator yang memiliki tingkat kepercayaan yang baik adalah indikator
universal. Indikator universal adalah indicator yang terdiri atas berbagai macam
indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14. Indikator
universal ada yang berupa larutan dan ada juga yang berupa kertas. Paket indikator
universal tersebut selalu dilengkapi dengan warna standar untuk pH 1-14 (Hamdani,
2010).
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 7/9
2.7 Aplikasi Asidi-Alkalimetri
Esterifikasi Asam Lemak Bebas dalam Minyak Jelantah Menggunakan
Katalis H-ZSM-5 Mesopori dengan Variasi Waktu Aging
Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar merupakan tantangan yang
perlu diantisipasi dengan pencarian alternatif sumber energi. Minyak bumi
merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dan membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi minyak
bumi. Peningkatan jumlah konsumsi minyak bumi menyebabkan menipisnya jumlah
minyak bumi. Penggunaan BBM yang cenderung meningkat akibat pertumbuhan
penduduk dan industri, sementara cadangan minyak yang semakin menipis dan tidak
dapat diperbaharui, sangat potensial menimbulkan krisis energi pada masa yang akan
datang. Biodiesel merupakan salah satu solusi dari berbagai masalah tersebut.Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel yang diproduksi
dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel mudah digunakan, bersifat
biodegradable, tidak beracun, dan bebas dari sulfur dan senyawa aromatik. Selain itu,
biodiesel mempunyai nilai flash point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum
diesel sehingga lebih aman jika disimpan dan digunakan. Minyak goreng sisa dapat
digunakan sebagai bahan dasar biodiesel melalui reaksi esterifikasi. Minyak jelantah
tergolong sebagai limbah organik yang banyak mengandung senyawa hidrokarbon,
bila terdegradasi dilingkungan akan meningkatkan keasaman lingkungan,
menimbulkan bau yang tidak sedap, akibatnya hanya mikroorganisme yang
merugikan bagi manusia.
Geraldo dkk, (2008) di dalam penelitiannya bahwa reaksi esterifikasi pada
umumnya membutuhkan katalis asam. Penggunaan katalis heterogen lebih banyak
diaplikasikan di industri karena dapat direcovery yang akhirnya dapat menekan biaya
pengeluaran. Chung dkk, (2008) juga menjelaskan bahwa katalis H-ZSM-5
merupakan katalis asam heterogen yang telah banyak digunakan pada industri
petroleum, karena memiliki keselektifan, kereaktifan dan keasaman yang tinggi.
Reaksi esterifikasi minyak jelantah melibatkan molekul yang memiliki ukuran besar
(bulk), sehingga membutuhkan katalis yang memiliki ukuran pori yang besar. Pada
penelitian ini digunakan katalis H-ZSM-5 mesopori dengan variasi waktu aging
untuk mengetahui aktivitasnya pada konversi FFA minyak jelantah. H-ZSM-5
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 8/9
dengan ukuran pori meso dapat meningkatkan aktivitas pada konversi FFA minyak
jelantah dalam reaksi esterfikasi. Hal ini dikarenakan, molekul yang memiliki ukuran
besar dapat menyentuh situs aktif dalam pori-pori katalis. Katalis yang digunakan di
dalam penelitian ini berasal dari Na-ZSM-5 yang disintesis oleh Purbaningtias
(2010) dengan variasi waktu aging. Karakterisasi dilakukan setelah mendapatkan
hasil sintesis adalah XRD, luas permukaan adsorpsi nitrogen, SEM serta FTIR untuk
mengetahui struktur serta sifat katalis Na-ZSM-5. Pertukaran ion menjadi H-ZSM-5
harus dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh katalis asam yang digunakan
dalam uji katalitik esterifikasi asam lemak bebas dalam minyak jelantah.
Selanjutnya, dilakukan uji katalitik esterifikasi asam lemak bebas dalam minyak
jelantah untuk mengetahui adanya pengaruh karateristik serta sifat katalis H-ZSM-5
dengan variasi waktu aging.Prosentase asam lemak bebas (FFA) ditentukan menggunakan metode titrasi
asam basa. Langkah pertama dilakukan pembuatan larutan standard primer, yaitu
asam oksalat (standard primer) ditimbang seberat 0.63035 gram kemudian ditambah
dengan aqua DM sampai tanda batas yang dicampur di dalam labu ukur 100 mL
(didapatkan konsentrasi 0,1 N), setelah itu diencerkan kembali menjadi 0,001 N
dengan dimasukkannya larutan asam oksalat 0,1 ke dalam labu ukur 100 mL lalu
diencerkan dengan aquades sampai tanda batas yang mana diperoleh normalitas dari
asam oksalat 0.001N. Setelah itu, dilanjutkan standarisasi NaOH dengan cara
padatan NaOH diambil kemudian ditimbang seberat 0.4 gram lalu dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL setelah itu diencerkan sampai tanda batas menggunakan
aquades (NaOH 0,1 N). Langkah selanjutnya, larutan NaOH ini diambil sebanyak 2,5
mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL lalu ditambah dengan aqua DM
sampai tanda batas ke dalamnya maka didapatkan normalitas NaOH 0,001 N.
Langkah berikutnya yaitu mentitrasi 10 mL larutan asam oksalat 0,001 N yang
terdapat di dalam erlenmeyer yang mana sebelumnya telah ditambahkan indicator
phenolptalein sebanyak 2 tetes, titrasi ini dilakukan secara triplo. Indikasi
berhentinya titrasi terjadi perubahan warna awal bening menjadi merah muda bening
pada larutan asam oksalat. Langkah terakhir menentukan jumlah keasaman FFA
dengan menggunakan titrasi alkalimetri, sebagai berikut sampel ditimbang seberat 10
gram kemudian ditambah dengan isopropanol sebanyak 25 mL yang sudah
5/12/2018 BAB II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a4d1b065cd2 9/9
dinetralkan dengan menggunakan NaOH 0.001 N setelah itu ditambah 5 tetes
indikator pp lalu dititrasi dengan menggunakan NaOH 0.001 N sampai warna
berubah menjadi warna merah muda bening (Auruma, 2011).
Gambar 2.2 Flowchart Perhitungan Presentase dan Jumlah Keasaman Asam Lemak
Bebas (Auruma, 2011)
Mulai
Ditimbang 0,63035 asam oksalat
Ditambah 5 tetes indikator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,001 N sampai merah
muda bening
Ditambah 25 ml isopropanol yang telah
dinetralkan dengan NaOH 0,001 N
Ditambahkan 2 tetes indikator PP ke dalam
oksalat 0,001 N, dititrasi triplo dengan NaOH
0,001 N
Ditambahkan aquadest sampai 0,1 N
lalu diencerkan lagi menjadi 0,001 N
Diambil 2,5 ml NaOH lalu ditambah
aquadest sampai 0,001 N
Ditambahkan aquadest sampai
konsentrasi 0,1 N
Ditimbang 0,4 gram NaOH
Ditimbang 10 gram sampel
Selesai