bab ii

18
4 BAB II TELAAH TEORI A. Atletik Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan penting, karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga lainnya. Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang melakukannya dinamakan Athleta (Atlet). Dengan demikian dapatlah dikemukakan, bahwa atetik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar. 1 Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk- bentuk gerakan yang terdapat didalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan latihan atletik, akan dapat diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan, karena didalam melakukan kegiatan atletik akan dilatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993 : 60). 2 Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lompat yaitu nomor lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat tinggi galah. Lompat 1 Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud 2 Ibid, Hal. 60

Upload: pramudito-hutomo

Post on 04-Jul-2015

2.866 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab ii

4

BAB II

TELAAH TEORI

A. Atletik

Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga,

antara lain adalah atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat

cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan penting, karena

gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga

lainnya. Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa

Yunani, yaitu Athlon yang artinya pertandingan, perlombaan,

pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang melakukannya

dinamakan Athleta (Atlet). Dengan demikian dapatlah dikemukakan,

bahwa atetik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan atau

diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan

lempar.1

Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk-

bentuk gerakan yang terdapat didalam cabang olahraga yang lainnya.

Dengan mengikuti kegiatan latihan atletik, akan dapat diperoleh berbagai

pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan,

karena didalam melakukan kegiatan atletik akan dilatih kekuatan,

kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi

gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab

(Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993 : 60).2

Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lompat yaitu nomor

lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat tinggi galah. Lompat

1Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud

2Ibid, Hal. 60

Page 2: Bab ii

5

jauh merupakan salah satu nomor atletik yang wajib diajarkan di SD, SMP

dan SMA.

B. Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang

olahraga atletik, nomor ini meruakan jenis lompatan yaitu pencapaian

jarak terjauh menjadi tujuan utama dari nomor ini. Dengan demikian

semua potensi dan aspek teknis penunjang diarahkan untuk mencapai

jarak yang sejauh-jauhnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Kosasih

(1995:67) menjelaskan bahwa: yang menjadi tujuan dari lompat jauh

adalah mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Maka untuk dpat mencapai

jarak lompatan itu dengan terlebih dahulu harus sudah memahami

unsure-unsur pokok pada lompatan”.

Lompat jauh merupakan salah satu aktivitas pengembangan akan

kemampuan daya gerak yang dilakukan, dari satu tempat ke tempat

lainnya. Dalam lompat jauh terdapat tiga macam gaya yaitu : Lompat

Jauh gaya Jongkok (tuck), gaya menggantung (hang style), dan gaya

jalan di udara (walking in the air). Gaya-gaya lompat jauh mengatur sikap

badan sewaktu melayang di udara. Oleh karena itu teknik lompat

jauh sering disebut juga gaya lompat jauh.

Perlu diketahui bahwa yang menyebabkan adanya perbedaan adanya

perbedaan dari ketiga gaya tersebut sebenarnya hanya terdapat pada sat

badan melayang di udara saja. Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara

melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama.

Page 3: Bab ii

6

Mengenai unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan

seseorang dalam melakukanlompat jauh meliputi daya ledak, kekuatan,

kelincahan, keseimbangan dan lain-lain.

Drs. Eddy Suparman menjelaskan bahwa unsur pokok dalam lompat jauh

adalah sebagai berikut :

1. Harus dapat membangkitkan daya momentum yang sebesar-

besarnya.

2. Harus dapat memindahkan momentum gaya horizontal dan vertical.

3. Harus dapat mempersatukan gaya tersebut dengan tenaga badan

pada saat melakukan tolakan.

4. Harus dapat menggunakan titik berat badan seefisien mungkin.

Teknik Lompat Jauh

Tinjauan secara teknik pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu

: Cara melakukan awalan, Tolakan (Tumpuan), Melayang di udara dan

Pendaratan.

a. Awalan

Awalan adalah suatu gerakan dalam lompat jauh dilakukan dengan lari

secepat-cepatnya yang dilakukan untuk mendapatkan kecepatan setinggi-

tingginya sebelum melakukan tolakan. Dapat juga dikatakan, awalan

adalah usaha mendapatkan kecepatan horizontal setinggi-tingginya yang

diubah menjadi kecepatan vertikal saat melakukan tolakan (Drs. Eddy

Suparman, 1999).

Page 4: Bab ii

7

Menurut (Drs. Eddy Suparman, (1995 : 44) hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan awalan adalah :

1. Jarak awalan tergantung dari kemampuan masing-masing atlet bagi

pelompat dalam jerak pendek sudah mampu mencapai kecepatan

maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat / pendek saja

(sekitar 30-35 meter atau kurang dari ini). Sedangkan bagi atlet lain yang

jarak relatif jauh baru mencapai kecepatan maksimal, maka jarak awalan

harus lebih jauh lagi (sekitar 30-45 meter atau lebih jauh dari itu). Bagi

pemulasudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancar-ancar

tersebut.

2. Posisi saat berdiri pada titik awalan kaki dapat sejajar atau salah satu

kaki ke depan. Hal ini tergantung dari kebiasaan masing-masing atlet.

3. Cara pengambilan awalan mulai pelan, kemudian cepat

(sprint).Kecepatan ini harus dipertahankan sampai menjelang bertumpu /

menolak.

4. Setelah mencapai kecepatan maksimal, maka kira-kira 3-4 langkah

terakhir bertumpu (take off) gerakan lari dilepas begitu saja tanpa

mengurangi kecepatan yang telah dicapai sebelumnya. Pada 3-4 langkah

terakhir ini perhatian dan tenaga yang dicurahkan untuk melakukan

tumpuan pada papan / balok tumpu.

Cara mengambil awalan dalam Lompat Jauh antara lain dilakukan

dengan jalan sebagai berikut:

1. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya

dari permulaan tempat berdiri (tempat/tanda pada waktu akan melakukan

awalan) ke papan tolakan sampai tempat pada papan tolakan diukur

jaraknya.

2. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya

dari permulaan tempat berdiri ke papan tolakan ke tempat permulaan

akan melakukan awalan. Setelah tepat baru diukur.

Page 5: Bab ii

8

3. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya

dari permulaan tempat berdiri ke papan tolakan dari papan tolakan ke

tempat permulaan akan melakukan awalan. Setelah tepat baru diukur

walaupun sudah menetapkan ukuran untuk mengambil awalan dengan

tepat. Untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan terjadi kegagalan

melakukan tolakan, biasanya si pelompat membuat dua buah tanda yaitu

tanda I dan II.

b. Tolakan

Tolakan adalah perpindahan dari kecepatan horizontal ke kecepatan

vertical yang dilakukan dengan cepat dan kuat untuk mengangkat tubuh

ke atas melayang di udara (1998 : 45). Dalam melompat jauh, biasanya

kita melakukan tolakan terkuat dengan kaki, dibantu dengan ayunan kaki

dan ayunan kedua tangan ke depan ke arah atas.

Jika si pelompat dapat menggabungkan kecepatan awal dengan

kekuatan tolakan kaki, ia akan membawa seluruh tubuh ke atas ke arah

depan melayang di udara. Jadi si pelompat dapat membawa titik berat

badan ke atas, melayang di udara ke arah depan dengan waktu lama.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada saat melakukan tolakan diantaranya :

1. Tolakan dilakukan dengan kaki yang kuat. Bagian telapak kaki yang

kuat untuk bertumpu adalah cenderung pada bagian tumit terlebih dahulu

dan berakhir pada bagian ujung kaki.

2. Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang

3. Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan

4. Saat bertumpu, kedua lengan ikut diayunkan ke depan atas.

5. Pada kaki ayun diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi lutut

ditekuk.

Page 6: Bab ii

9

c. Sikap Badan di Udara

Sesuai dengan pendapat (Drs. Eddy Suparman, 1995) yang

mengkhususkan gaya jongkok sebagai penelitian teknik badan saat di udara

setelah kaki kiri bertumpu. Maka kaki kanan diayun dengan cepat ke arah

depan. Pada saat mencapai titik tertinggi sikap badan, kaki seperti duduk

atau jongkok. Setelah bergerak turun kedua kaki dijulurkan ke depan, badan

cenderung ke depan dan perhatian tertuju pada pendaratan.

Cara melakukannya sebagai berikut :

1. Bersamaan melakukan tolakan, kaki diayun ke depan ke arah atas.

2. Saat badan melayang di udara, kaki diturunkan. Bersamaan dengan

itu, pinggul didorong ke depan, kapala ditengadahkan, dada dibusungkan

dan kedua tangan ke atas arah belakang.

3. Saat akan mendarat, kedua kaki diayunkan ke depan, badan

dibungkukkan dan kepala ditundukkan siap untuk mendarat.

d. Pendaratan

Pendaratan merupakan tahap akhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.

Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut (Drs. Eddy Suparman, 1999) adalah

sebagai berikut :

1. Harus dilakukan dengan sadar agar gerakan yang tidak perlu dapat

dihindari

2. Untuk menghindari rasa sakit atau cedera pendaratan sebaiknya

dilakukan dengan kedua belah kaki sejajar dan tumit terlebih dahulu

mendarat di pasir dengan posisi mengepit

3. Sebelum tumit menyentuh pasir, kedua kaki harus benar-benar

diluruskan/dijulurkan ke depan. Usahakan agar jarak antara kedua kaki

Page 7: Bab ii

10

jangan terlalu berjauhan, karena semakin lebar jarak antara kedua kaki

berarti akan semakin mengurangi jauhnya lompatan

4. Untuk menghindari agar tidak jauh duduk pada pantat, maka setelah

tumit berpijak di pasir, kedua lutut segera ditekuk dan badan dibiarkan

condong terus jauh ke depan

5. Setelah melakukan pendaratan jangan keluar atau kembali ke tempat

awalan melewati/menginjak daerah pendaratan dengan papan tumpuan

Faktor Yang Mempengaruhi Lompat Jauh

Faktor yang mempengaruhi prestasi lompat jauh menurut Suharto

dalam bukunya dalam bukunya "Kesegaran Jasmani dan Peranannya

disebutkan :

1. Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk memindahkan sebagian

tubuh atau seluruhnya dari awalan sampai dengan pendaratan. Atau

bertumpu pada papan / balok sewaktu melakukan lompatan, kecepatan

banyak ditentukan kekuatan dan fleksibelitas

2. Kekuatan (Strenght) adalah jumlah tenaga yang dapat dihasilkan oleh

kelompok otot pada kontraksi maksimal pada saat melakukan pekerjaan

atau latihan dalam melakukan lompatan

3. Daya ledak adalah kemampuan otot dalam melakukan tolakan tubuh

melayang di udara saat lepas dari balok tumpu

4. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan suatu

sikap tubuh tertentu secara benar dari awal melakukan lompatan sampai

selesai melakukan lompatan

5. Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerakan

motorik secara benar

6. Koordinasi adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang atlet untuk

dapat mengkoordinasikan gerakan maju dengan kebutuhan naik.

Page 8: Bab ii

11

Faktor non teknis juga dapat berpengaruh dalam hal ini, faktor yang

mempengaruhi tersebut antara lain :

1. Motivasi dari orang tua

2. Guru dan pelatih yang propesional

3. Adanya dana yang cukup

4. Lingkungan yang baik

5. Organisasi yang baik

6. Dukungan masyarakat

C. Teknik Lompat Jauh

Lompat jauh mempunyai empat fase gerakan, yaitu awalan, tolakan,

melayang dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang

membedakan antara gaya yang satu dengan gaya yang lainnya pada

saat melayang diudara. Uraian mengenai keempat fase gerakan

dalam lompat jauh adalah sebagai berikut:

a. Awalan

Awalan adalah langkah utama yang diperlukan oleh pelompat

untuk memperoleh kecepatan pada waktu akan melompat. Seperti

dikatakan Aip Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan gerakan

permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada

waktu akan melakukan tolakan (lompatan). Jarak awalan yang biasa

dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam perlombaan

lompat jauh adalah : 1) untuk putra antara 40 m sampai 50 m; 2) untuk

putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan tetapi di dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya

disesuaikan dengan kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 m

sampai 20 m atau antara 15 m sampai 25 m. Menurut Engkos kosasih

(1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya serta

jangan merubah langkah pada saat melompat. Menurut Aip

Page 9: Bab ii

12

Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan yang

besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan

menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari

awalan, bukan hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi

ketepatan langkah juga sangat dibutuhkan sebelum melakukan

tolakan.3

b. Tumpuan atau Tolakan

Tumpuan atau tolakan adalah gerakan menolak sekuat-

kuatnya dengan kaki yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan

horizontal ke kekuatan vertical yang dilakukan secara cepat. Menurut

Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan yaitu menolak sekuat-kuatnya

pada papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas (tinggi dan ke depan).

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan berarti

jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical.

Mengenai tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360)

mengemukakan sebagai berikut : untuk membantu tolakan ke atas,

lengan harus diayun ke atas dan kaki yang melangkah diayunkan

setinggi mungkin (prinsipnya adalah bahwa momentum dari bagian

dipindahkan kepada keseluruhan). Ayunan kaki ke atas mengunci

sendi panggul karena kerjanya Ligamenta iliofemoral.

Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong

kedepan, titik berat badan harus terletak agak dimuka titik sumber

tenaga, yaitu kaki tumpu pada saat pelompat menumpu, letak titik

berat badan ditentukan oleh panjang langkah terakhirsebelum

melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68).

3Ibid, Hal. 91

Page 10: Bab ii

13

Dikatakan pula oleh Soegito dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada

balok tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu

diteruskan dengan seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus

kedepan agak ke atas.

c. Melayang di Udara

Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan

dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi keatas. Menurut Aip

Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap dan gerakan badan di udara sangat

erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan.

Karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si

pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi

(gaya penarik bumi).4

Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu

menolak harus dilakukan oleh pelompat untuk mengetahui daya tarik

bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat jauh

kecepatan dan kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil

tolakan. Tetapi, dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan

cara-cara melompat serta mendarat, maka akan memperbaiki hasil

lompatan. Perubahan dan perbaikan bentuk tersebut dinamakan “gaya

lompatan” yang sifatnya individual. Pada nomor lompat (khususnya

lompat jauh) perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan itu tidak

akan mempengaruhi parabola dari titik berat badan, tetapi berguna

untuk menjaga keseimbangan serta pandaratan yang lebih baik.

Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara

adalah badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara

serta dalam keadaan seimbang. Dalam hal yang sama Yusuf

4Ibid, Hal. 91-93

Page 11: Bab ii

14

Adisasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada waktu naik, badan

harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga

keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna.

Kalaupun mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak

selama melayang itu tidak menimbulkan perlambatan. Pada lompat

jauh, waktu melayang di udara berprinsip pada 3 hal sebagai berikut :

1) bergerak ke depan semakin cepat semakin baik: 2) menolak secara

tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama melayang di

udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan

hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja.

Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip

Syarifuddin (1992 : 93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan)

keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan

badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada

waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan kemudian

mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua

tangan ke depan.5

Pada prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk berada

selama mungkin diudara menjaga keseimbangan tubuh dan untuk

mempersiapkan pendaratan. Sehubungan dengan itu diusahakan

jangan sampai menimbulkan perlambatan dari kecepatan yang telah

dicapai. Dengan demikian tubuh akan melayang lebih lama.

d. Mendarat

Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh

tanah secara bersama-sama dengan lutut dibengkokkan dan

mengeper sehingga memungkinkan jatuhnya badan kearah depan.

5Aip Syarifuddin, Loc.Cit

Page 12: Bab ii

15

Seperti dikatakan Yusuf Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat

titik berat badan harus dibawa kemuka dengan jalan membungkukkan

badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan juluran

tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga

memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan di atas

kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian

gerakan lompat jauh. Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk

lompat jauh gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya jalan di

udara adalah sama, yaitu : pada waktu akan mendarat kedua kaki

dibawa ke depan lurus dengan cara mengangkat paha ke atas, badan

dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat

dengan kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut

ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh dibelakang,

kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin, 1992 :

95). 6

Gerakan mendarat dapat disimpulkan sebagai berikut :

sebelum kaki menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam

keadaan lurus ke depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke

depan. Gerakan tersebut dimaksudkan supaya secepat mungkin

terjadi perpindahan posisi titik berat badan yang semula berada di

belakang kedua kaki berpindah ke depan, sehingga terjadi gerakan

yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan demikian tubuh

akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk lebih

jelasnya, gambar dibawah ini menunjukkan serangkaian gerakan

lompat jauh gaya jongkok dari take-off sampai sikap mendarat.

6Ibid, Hal. 95

Page 13: Bab ii

16

D. Kordinasi Gerak

Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrok gerak dengan

tepat agar dapat mencapai suatu fungsi khusus (Grana dan Kalenak,

1991:253). Menurut Schmidt(1988:265) dalam Sukadiyanto, koordinasi

adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama

lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak.

Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang,

dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efesien.

E. Kecepatan Berlari

Kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara

berturut-turut dalam waktu yang singkat, atau kemampuan untuk

menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.7

F. Karakterisitk Siswa Sekolah Menengah

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia

yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.Masa

remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat

ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat

dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa.

Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu

antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa

remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21

tahun termasuk masa remaja akhir.

7Dr. Widyaastuti, M. (2011). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT Bumi Timur Jaya.

Page 14: Bab ii

17

Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah

adalah sebagai berikut.

a) Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.

b) Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.

c) Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa

asing.

d) Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan

keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan

untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan

bantuan dari orang tua.

e) Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau

norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang

dewasa.

f) Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi

(keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.

g) Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

h) Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.

i) Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.

Siswa Sekolah Menengah Atas dalam kedudukannya sebagai peserta

dipandang oleh sebagian ahli psikologi individu yang berada pada tahap yang

tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ketidakjelasan

ini karena mereka berada pada periode transisi dari periode anak-anak

menuju ke periode orang dewasa. Masa itu, mereka melalui masa yang

disebut masa remaja atau masa pubertas. Umumnya mereka sudah tidak

mau diakatakan sebagai anak-anak, namun jika disebut orang dewasa

tersebut.

Menurut Hurlock (1982) ada perubahan-perubahan yang sama yang

hampir bersifat menyeluruh pada masa remaja, yaitu :

Page 15: Bab ii

18

1) Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis.

2) Perubahan tubuh minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok

sosial untuk dimainkan menimbulkan masalah baru.

3) Berubahnya minat dan pola perilaku, nilai-nilai juga berubah.

4) Sebagian remaja bersikap mendua (amivalen) terhadap setiap

perubahan.

Keseluruhan ini, pada akhirnya berdampaka pada perkembangan aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotor.

a. Perkembangan Aspek Kognitif

Proses pembelajaran dimulai pada ranah kognitif, yaitu dimulai dari

proses mengenal (melihat, mendengar, atau meraba) dilannjutkan dengan

mengingat (menghafal) kemudian memahami informasi apa yang telah

diperoleh. Informasi dapat berupa fakta, prosedur, konsep atau prinsip.

Bloom (Suciati, 2001) mengelompokan kemampuan kognitif ke dalam

enam kelompok, yaitu pengetahuan/ pengenalan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Informasi yang diterima pada

saat proses belajar, akan disimpan pada ranah kognitif sehingga

menghasilkan pengetahuan dan kecakapan. Belajar dan mengingat fakta

memerlukan kecakapan kognitif tertentu, sedangkan belajar konsep akan

menghasilkan pengetahuan dan membutuhkan kecakapan kognitif seperti

kemampuan restrukturisasi.

Menurut Piaget ( Sunarto & Hartono, 1999) bahwa sebagian besar

anak usia remaja mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam

batas-batas tertentu (berfikir operasional formal). Usia ini remaja

mendeteksi efisiensi intelektual yang maksimal, akan tetapi karena

kurangnya pengalaman sehingga membatasi pengetahuan dan

kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Banyak hal yang

Page 16: Bab ii

19

dapat dipelajari melalui pengalaman, namun mereka kadang kala

mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-konsep

abstrak dan mungkin tidak mampu memahami sepenuhnya.

Pengetahuan dan kecakapan berfikir akan digunakan pada saat aksi

fisik (kecakapan psikomotor) atau reaksi terhadap sesuatu (kecakapan

afektif). Pengetahuan dan kecakapan berfikir dapat digunakan untuk

perkembangan selanjutnya yaitu dalam hal analisis, sintesis, dan

evaluasi. Berfikir operasional formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu

deduktif-hipotesis dan berfikir kombinatoris.

b. Pengembangan Aspek Afektif

Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem

nilai, dan sikap hati yang menunjukan penerimaan atau penolakan

terhadap sesuatu. Krathwohl, Bloom, dan Masia (Suciati, 2001)

mengklasifikasikan kemampuan ini ke dalam lima kelompok, yaitu

pengenalan/penerimaan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai,

pengorganisasian, dan pengalaman. Secara klasikal, masa remaja

dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa

ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan

kelenjar. (Hurlock, 1982)

Pola emosi reamja sama dengan pola emosi masa anak-anak.

Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan

derajatnya, khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap

ungkapan emosi mereka. Hurlock (1982) menjelaskan adanya dua faktor

penyebabnya yaitu faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi

emosional yang tidak muncul pada kehidupan tidak berarti tidak adam dan

reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari.

Page 17: Bab ii

20

Ranah afektif atau perasaan sebenarnya sama dengan sikap, tetapi

dalam tingkatan yang berbeda. Materi pembelajaran harus dapat

menyeluruh ranah afektif, sehingga setelah proses belajar mengajar

terjadi, siswa memiliki kecakapan sikap tertentu sesuai dengan

karakterisitik mata pelajaran yang baru dipelajari.

Kecakapan afektif merupakan sikap terhadap sesuatu dan terhadap

orang lain yang sedang dihadapi termasuk kecakapan dalam

mengendalikan diri (emosi dan perasaan). Kecakapan afektif merupakan

gabungan anatara dua jenis tingkah laku yaitu : (1) reaksi reflektif

terhadap stimulus tertentu atau sering disebut dengan sikap, (2) aksi dan

reaksi sukarela, terencana dalam mencapai tujuan dan menerapkan

kecakapan pengendalian diri.

c. Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor berkaitan dengan kecakapan fisik atau tindakan

yang memerlukan koordinasi syaraf dan otak. Harrow (Suciati, 2001)

mengelompokan kemampuan ini menjadi lima kelompok, yaitu meniru,

memanipulasi, akurasi gerak, artikulasi, dan naturalisasi/ otonomisasi.

Perkembangan psikomotorik yang dilalui peserta didik pada usia

remaja memiliki kekhususan yang antara lain ditandai dengan perubahan-

perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh, ciri kelamin yang primer, dan ciri

kelamin sekunder.

Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala umum

dalam pertumbuhan peserta didik pada usia remaja. Perubahan-

perubahan fisik tersebut bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran

tubuh dan berubahnya proporsi tubuh. Perubahan-perubahan fisik yang

dialami peserta didik pada uisa remaja (usia SMA) mempengaruhi

perkembangan tingkah laku mereka, yang ditampakan pada perilaku yang

Page 18: Bab ii

21

canggung dalam proses penyesuaian diri mereka, isolasi diri dari

pergaulan, perilaku emosional, dan lain-lain.

G. Hipotesis

1. Pembelajaran kordinasi gerak mempengaruhi peningkatan

keberhasilan dalam lompat jauh.

2. Pembelajaran kecepatan mempengaruhi peningkatan keberhasilan

dalam lompat jauh.

3. Jadi, pembelajaran kordinasi gerak dan kecepatan mempengaruhi

peningkatan keberhasilan dalam lompat jauh.