bab ii

5
BAB II DASAR TEORI 2.1. Proses Terjadinya Api Pembakaran adalah suatu urutan reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan suatu oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk pendar atau api. (http://sanoesi.wordpress.com/2008/09/20/oksigen-dan-nyala-api/) Gambar 2.1 Segitiga Api Bahan Bakar : Setiap bahan yang mudah terbakar ( padat, gas, dan cair ) bahan padat dan cair sebelum menyala membutuhkan energi panas untuk menghasilkan sejumlah uap. Oksigen : Diperlukan Suplai oksigen yang cukup ( udara atau zat oxydant ). Panas : 4

Upload: kharimul-aziz

Post on 19-Jun-2015

156 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Proses Terjadinya Api

Pembakaran adalah suatu urutan  reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan

suatu oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam

bentuk pendar atau api.

(http://sanoesi.wordpress.com/2008/09/20/oksigen-dan-nyala-api/)

Gambar 2.1 Segitiga Api

Bahan Bakar :

Setiap bahan yang mudah terbakar ( padat, gas, dan cair ) bahan padat dan

cair sebelum menyala membutuhkan energi panas untuk menghasilkan

sejumlah uap.

Oksigen :

Diperlukan Suplai oksigen yang cukup ( udara atau zat oxydant ).

Panas :

Panas dapat di akibatkan oleh gesekan, akibat sinar matahari, dan tenaga

listrik. Jika temperature meningkat akan sampai pada fase penyalaan.

(http://www.uklik.net/2009/12/16/teori-segitiga-api/)

2.2. Minyak Jelantah

Minyak jelantah (waste cooking oil) adalah minyak limbah yang bisa berasal

dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak

samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan

rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner.

4

Page 2: BAB II

5

Akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah

mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama

proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang

berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan

akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu

penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak

menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain

dari minyak jelantah adalah bahan bakar biodisel.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jelantah)

2.3. Aliran Fluida Pada Pipa

Karena adanya efek-efek kekentalan, kecepatan suatu zat alir kental yang

mengalir di dalam sebuah pipa tidak akan sama di semua titik suatu penampang

lintangnya. Dinding pipa akan mengerjakan gaya ke belakang terhadap lapisan

terluar zat alir, dan lapisan ini lalu juga mengerjakan gaya kebelakang terhadap

lapisan yang lebih dalam letaknya, begitu seterusnya. Akibatnya, kecepatan alir

ditengah-tengah pipa adalah maksimum, berangsur-angsur berkurang sampai nol

pada dinding pipa. Cara mengalirnya ibarat tabung–tabung teleskop yang ditarik

supaya panjang.

Jika penampang lintang itu berbentuk lingkaran, maka pembagian kecepatan

pada penampang itu akan berupa parabola. Sekumpulan partakel-partikel yang pada

suatu ketika terletak pada bidang tegak lurus pada pipa, yaitu aa, beberapa detik

kemudian akan menempati tempat yang dilukiskan oleh garis-garis lengkung

disebelah kanan aa.

Page 3: BAB II

6

Gambar 2.2 Pembagian kecepatan aliran fluida pada suatu pipa bulat

Hal ini dikemukaan dalam Hukum Poiseuille. Hukum ini menyatakan : debit

suatu zat alir yang mempunyai kekentalan , lewat pipa, berbanding lurus dengan

selisih tekanan di ujung pangkal pipa, berbanding langsung dengan radius pipa

berpangkat 4 serta berbanding terbalik dengan kekentaan zat alir.

(Mekanika Panas dan Bunyi : Francis Weston Sears hal 338)

2.4. Besi

Bahan logam ferro biasanya mengandung karbon antara 0 sampai 4,5% dan

dibagi dalam tiga golongan, yaitu besi, dengan kadar karbon antara 0 sampai

0,008%, baja dengan kadar karbon antara 0,008% sampai 2,0%,dan besi cor di mana

kadar karbonnya anlara 2,0 sampai 4,5%.

Di dalam besi kandungan karbon dan unsur paduan sangat rendah, karena itu

besi tidak dapat dikeraskan dengan cara pendinginan celup. Besi yang digunakan

dalam industri ada dua jenis yaitu besi tempa dan besi ingot. Kedua jenis besi ini

pada dasarnya adalah besi dengan kadar karbon yang sangat rendah yang diproses

dengan cara khusus untuk penggunaan yang tertentu. Besi tempa adalah besi yang

mengandung terak silikat antara 2 sampai 4%, sedangkan besi ingot adalah besi yang

murni.

(Teknologi Pengelasan Logam : Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto, Prof, Dr, Toshie Okumura hal

89)

Page 4: BAB II

7

2.5. Pengelasan Besi

(a) Pengelasan besi tempa: Besi tempa pada dasarnya adalah logam yang

sangat mudah dilas. Untuk menghindari penetrasi yang terlalu dalam biasanya untuk

besi ini digunakan cara pengelasan busur elektroda terbungkus dengan arus listrik

dan kecepatan pengelasan yang rendah. Pada pengelasan pelat tebal, untuk

mendapatkan hasil pengelasan yang baik, dilakukan pembebasan tegangan dengan

proses anil pada suhu antara 370 dan 420°C.

(b) Pengelasan besi ingot: Besi ingot mempunyai kemurnian yang tinggi.

Butirnya homogen dan jarang sekali zat yang dapat menghasilkan gas. Karena hal ini

besi ingot mempunyai sifat mampu-las yang baik. Cara pengelasannya sama seperti

pengelasan besi tempa, hanya saja diperlukan suhu pengelasan yang lebih tinggi.

Syarat pemilihan elektroda sama seperti halnya pada pengelasan baja lunak.

(Teknologi Pengelasan Logam : Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto, Prof, Dr, Toshie Okumura hal

89)