bab ii

37
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Pengembangan Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang menekan kemampuan peneliti dalam membuat suatu produk baik berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran. Menurut Gay (dalam Anik Ghufron, dkk 2007) “model penelitian dan pengembangan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan produk pendidikan yang efektif yang berupa material pembelajaran, media, strategi, atau material lainnya dalam pembelajaran untuk digunakan disekolah, bukan untuk menguji teori”. Selanjutnya, menurut Soenarto (2005) penelitian pengembangan adalah: Sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi masalah di 6

Upload: diiah-tiiass

Post on 11-Dec-2014

16 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Pengembangan

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang menekan

kemampuan peneliti dalam membuat suatu produk baik berupa materi,

media, alat dan atau strategi pembelajaran. Menurut Gay (dalam Anik

Ghufron, dkk 2007) “model penelitian dan pengembangan merupakan suatu

usaha untuk mengembangkan produk pendidikan yang efektif yang berupa

material pembelajaran, media, strategi, atau material lainnya dalam

pembelajaran untuk digunakan disekolah, bukan untuk menguji teori”.

Selanjutnya, menurut Soenarto (2005) penelitian pengembangan

adalah:

Sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi masalah di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori.

Adapun inti dari penelitian pengembangan menurut penulis adalah

suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah belajar

dengan menciptakan atau mengembangkan sebuah produk, baik itu produk

media pembelajaran maupun alat bantu dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Santyasa (2006) menyatakan penelitian pengembangan dalam

6

Page 2: BAB II

rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai

berikut.

1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggungjawaban profesional dan komitmennya terhadap perolehan kualitas pembelajaran.

2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.

3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji coba lapangan serta terbatas perlu dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

4. Proses pengembangan model, pendekatan, metode dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang dicerminkan originalitas.

Mengaplikasikan model yang telah dijelaskan di atas, penelitian

pengembangan ini menggunakan model Pengembangan material

pembelajaran, yaitu pengembangan modul mata pelajaran bahasa Jawa.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan yang

dimaksud pengembangan dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk berupa materi, media, alat dan

atau strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam pendidikan. Dalam

penelitian ini produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran

berupa modul mata pelajaran bahasa Jawa.

2. Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang

7

Page 3: BAB II

dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi

sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan

lingkungan (Sri Rumini dkk, 2006: 59). Interaksi yang terjadi selama proses

belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain terdiri atas

murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi

pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan

yang sejenisnya), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (proyektor

overhead, perekam pita audio, radio, televisi, komputer, perpustakaan,

laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain) (Azhar Arsyad, 2005: 1).

Dua unsur yang amat penting dalam proses pembelajaran adalah

media pembelajaran dan bahan ajar. Pemilihan bahan ajar akan

mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada

berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara

lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai

setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk

karakteristik siswa. Dengan demikian, media dan bahan ajar merupakan

komponen yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi

tercapainya tujuan pendidikan.

3. Tinjauan Modul Sebagai Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

berarti tengah, perantara atau pengantar (Azhar Arsyad, 2005: 3). Prastati

8

Page 4: BAB II

(2001: 3) berpendapat bahwa media ialah apa saja yang dapat

menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi.

Gearlach dan Ely (1971) yang dikutip Azhar Arsyad mengatakan

bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi

atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dari beberapa

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber

informasi ke penerima informasi yang pesannya berbentuk cetak maupun

audio-visual.

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang

dimiliki oleh para peserta didik.

2) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara

peserta didik dengan lingkungannya.

3) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

4) Media dapat memperjelas penyajian pesan atau informasi.

5) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

6) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

realistis.

7) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

9

Page 5: BAB II

Sementara itu menurut Kemp dan Dayton yang dikutip Azhar

Arsyad (20005: 21-23) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang

menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai cara utama

pembelajaran langsung sebagai berikut:

1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.2) Pembelajaran bisa lebih menarik.3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya

teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan jika integrasi kata dan

gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.

6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.

Menurut Sudjana dan Rivai yang dikutip Azhar Arsyad (2005:

24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar

siswa, yaitu:

a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

10

Page 6: BAB II

Lebih lanjut Azhar Arsyad (2005: 25-27) mengemukakan

beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam

proses belajar mengajar sebagai berikut:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

c. Jenis Media

Menurut Seels dan Glasgow yang dikutip Azhar Arsyad (2005:

33-35) media dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu

1) Pilihan media tradisional:

a) Visual diam yang diproyeksikan: Proyeksi opaque (tak tembus

pandang), Proyeksi overhead, Slides, Filmstrips

b) Visual yang tak diproyeksikan; Gambar, poster, Foto, Charst,

grafik, diagram, Pameran, papan info, papan bulu

c) Audio; Rekaman, piringan, Pita kaset, reel, cartridge

d) Penyajian multimedia; Slide plus suara (tape), Multi-image

e) Visual dinamis yang diproyeksikan; Film, Televisi, Video

f) Cetak; Buku teks. Modul, teks terprogram, Workbook, Majalah

ilmiah, Lembaran lepas (handout)

11

Page 7: BAB II

g) Permainan; Teka-teki, Simulasi, Permainan papan

h) Realia; Model, Specimen (contoh), Manipulative (boneka, peta)

2) Pilihan media teknologi mutakhir:

a) Media berbasis telekomunikasi; Telekonfren; Kuliah jarak jauh

b) Media berbasis mikroprosesor; Computer-assited instruction,

Permainan computer; Sistem tutor intelijen, Interaktif, Hypermedia,

Compact (video) disc

d. Media Pembelajaran Berbentuk Modul

Media cetak berupa modul merupakan media yang diperuntukkan

bagi individu guna menunjang pembelajaran yang mandiri sebagaimana

harapan konstruktivisme berupa pembentukan konsep sendiri secara

mandiri oleh setiap siswa. Modul memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1) Merupakan unit pelajaran terkecil dan lengkap.

2) Memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik.

3) Memuat tujuan belajar yang spesifik.

4) Memungkinkan siswa belajar sendiri (self instruction).

4. Tinjauan Modul Sebagai Bahan Ajar Atau Sumber Belajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar (teaching material) terdiri atas dua kata yaitu teaching

atau mengajar dan bahan atau materi ajar. Bahan yang dimaksud bisa

berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Menurut Nana

Sudjana dan Ahmad Rivai (1989: 76) sumber belajar adalah daya yang

12

Page 8: BAB II

bisa dimanfaatkan guna kepentingan prose belajar mengajar, baik secara

langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.

Menurut National Center for Vocational Education Research

Ltd/National Center for Competency Based Training dikemukakan

bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di kelas. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bahan ajar berfungsi

sebagai:

1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam

proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya diajarkan kepada siswa.

2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya

dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi

yang seharusnya dipelajari/ dikuasai.

3) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahan

ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga

tercipta suasana atau lingkungan yang memungkinkan siswa untuk

belajar. Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b. Isi Bahan Ajar

Bahan ajar atau materi pembelajaran (teachingl materials) secara

garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus

13

Page 9: BAB II

dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah

ditentukan. Secara terperinci isi dari bahan ajar atau materi pembelajaran

terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan,

dan sikap atau nilai.

1) Pengetahuan sebagai bahan ajar

Isi materi pembelajaran yang berupa pengetahuan meliputi

fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Kadang-kadang kita sulit

memberi pengertian pada keempat materi pembelajaran tersebut. Yang

termasuk dengan materi fakta adalah nama tempat, nama objek, nama

orang, jumlah, dan sebagainya. Yang termasuk materi konsep adalah

pengertian, definisi, identifikasi, klasifikasi, dan cirri-ciri khusus.

Yang termasuk materi prinsip adalah dalil, hukum, rumus, atau

hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika….maka….”.

Yang termasuk materi prosedur adalah materi yang berkenaan dengan

langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan

suatu tugas.

2) Keterampilan sebagai bahan ajar

Materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan

antara lain kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan

bahan, menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level

terampilnya seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi

gerak awal, semi rutin, dan rutin (terampil). Keterampilan perlu

disesuaikan dengan kebutuhan siswa/peserta didik dengan

14

Page 10: BAB II

memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan siswa itu agar mampu

mencapai penguasaan keterampilan bekerja (pre – vocational skill)

yang secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup (life skill).

3) Sikap atau nilai sebagai bahan ajar

Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai adalah

materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain:

a) Nilai–nilai kebersamaan, mampu bekerja berkelompok dengan

orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata sosial.

b) Nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan observasi,

eksperimen, tidak memanipulasi data hasil pengamatannya.

c) Nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang

mempunyai karakter sama dan kemampuan sosial ekonomi yang

berbeda semua sama-sama makhluk Tuhan.

d) Tolong menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan

tanpa meminta dan mengharapkan imbalan apapun.

e) Semangat dan minat belajar, mempunyai semangat, minat, dan rasa

ingin tahu.

f) Semangat bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras, belajar

dengan giat.

g) Mau menerima pendapat orang lain bersikap legowo, mau di kritik,

menyadari kesalahannya sehingga saran dari teman /orang lain

dapat diterima dan tidak sakit hati.

15

Page 11: BAB II

c. Pemilihan Bahan Ajar

Masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran adalah memilih bahan ajar atau materi pembelajaran yang

sesuai dengan kebutuhan siswa dalam mencapai kompetensi. Seorang

guru harus bisa menjabarkan materi pokok yang ada dalam silabus atau

kurikulum menjadi bahan ajar yang lengkap. Secara umum masalah yang

berkenaan dengan bahan ajar meliputi penentuan jenis materi, kedalaman

ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan terhadap materi

pembelajaran, dan sumber bahan ajar itu sendiri.

Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok

pikiran bahwa apa yang ingin dicapai oleh siswa melalui kegiatan

pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas. Rumusan tersebut

diwujudkan dalam suatu standar kompetensi yang diharapkan dikuasai

oleh siswa. Standar kompetensi tersebut meliputi standar materi atau

standar isi (content standard) dan standar pencapaian (performance

standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup

materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, sedangkan standar

pencapaian berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan oleh

siswa. Tingkat penguasaan itu misalnya 100% harus dikuasai atau boleh

kurang dari 100%. Sesuai dengan pokok-pokok pikiran tersebut

membuktikan bahwa bahan atau materi pembelajaran memegang peranan

penting dalam rangka membantu siswa mencapai standar kompetensi.

16

Page 12: BAB II

d. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1989: 80) jenis bahan

ajar atau sumber belajar adalah sebagai berikut:

1) Sumber belajar tercetak: buku, majalah, brosur, koran, poster denah,

ensiklopedi, kamus, booklet, dan lain-lain.

2) Sumber belajar non cetak: film, slides, video, model, audiocassette,

transparansi, realia, objek, dan lain-lain.

3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas: perpustakaan, ruangan

belajar, carrel, studio, lapangan olahraga, dan lain-lain.

4) Sumber belajar berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok,

observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.

5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal,

pasar, took, pabrik, museum, dan lain-lain.

e. Karakteristik Modul

1) Self Instruction

Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan

karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan

tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self

instruction, maka modul harus:

a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat

menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar.

17

Page 13: BAB II

b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit

kegiatan yang kecil dan spesifik, sehingga memudahkan dipelajari

secara tuntas.

c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan

pemaparan materi pembelajaran.

d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang

memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta didik.

e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana,

tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik.

f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

h) Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik

melakukan penilaian mandiri (self assessment).

i) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta

didik mengetahui tingkat penguasaan materi.

j) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang

mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.

2) Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi

pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan

dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik

mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar

dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.

18

Page 14: BAB II

3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul

yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak

harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar atau media lain.

Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar

yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul

tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada

bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar

tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.

4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul

tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta fleksibel digunakan di berbagai perangkat keras

(hardware).

5) Bersahabat/Akrab

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat atau

akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi

yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya,

termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai

dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah

dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan,

merupakan salah satu bentuk user friendly.

19

Page 15: BAB II

f. Langkah Penyusunan Modul

Modul disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Analisis kebutuhan modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis

silabus dan RPP untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan

peserta didik dalam mempelajari kompetensi yang telah

diprogramkan. Nama atau judul modul sebaiknya disesuaikan dengan

kompetensi yang terdapat pada silabus dan RPP.

Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah

sebagai berikut:

a) Menetapkan satuan program yang akan dijadikan batas atau

lingkup kegiatan. Apakah merupakan program tiga tahun, program

satu tahun, program semester atau lainnya.

b) Memeriksa apakah sudah ada program atau rambu-rambu

operasional untuk pelaksanaan program tersebut. Misal program

tahunan, silabus, RPP, atau lainnya. Bila ada, pelajari program-

program tersebut.

c) Mengidentifikasi dan menganalisis standar kompetensi yang akan

dipelajari, sehingga diperoleh materi pembelajaran yang perlu

dipelajari untuk menguasai standar kompetensi tersebut.

20

Page 16: BAB II

d) Menyusun satuan atau unit bahan belajar yang dapat mewadahi

materi-materi tersebut. Satuan atau unit ajar ini diberi nama, dan

dijadikan sebagai judul modul.

e) Menyusun modul berdasarkan prioritas kebutuhannya.

2) Desain modul

Desain penulisan modul mengacu pada silabus atau RPP yang

dibuat oleh guru. Di dalam silabus atau RPP telah memuat strategi

pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi

pembelajaran dan metoda penilaian serta perangkatnya. Dengan

demikian, silabus atau RPP diacu sebagai desain dalam penyusunan

atau penulisan modul.

3) Implementasi

Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan

sesuai dengan alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat,

media dan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan

pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai. Strategi pembelajaran dilaksanakan secara konsisten

sesuai dengan skenario yang ditetapkan.

4) Penilaian

Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

penguasaan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada

dalam modul. Pelaksanaan penilaian mengikuti ketentuan yang telah

dirumuskan di dalam modul. Penilaian hasil belajar dilakukan

21

Page 17: BAB II

menggunakan instrumen yang telah dirancang atau disiapkan pada

saat penulisan modul.

5) Evaluasi dan validasi

Modul yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan

pembelajaran, secara periodik harus dilakukan evaluasi dan validasi.

Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan mengukur apakah

implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai

dengan desain pengembangannya.

g. Komponen-komponen modul

Menurut Nana Sudjana (1989: 132) komponen-komponen modul

meliputi:

1) Pedoman guru, berisi petunjuk-petunjuk agar guru mengajar secara

efisien serta memberikan penjelasan tentang jenis-jenis kegiatan yang

harus dilakukan oleh siswa, waktu untuk menyelesaikan modul, alat-

alat pelajaran yang harus dipergunakan, dan petunjuk evaluasinya.

2) Lembaran kegiatan siswa, memuat pelajaran yang harus dikuasai oleh

siswa. Susunan materi sesuai dengan tujuan instruksional yang akan

dicapai, disusun langkah demi langkah shingga mempermudah siswa

belajar. Dalam lembaran kegiatan tercantum kegiatan-kegiatan yang

harus dilakukan oleh siswa misalnya melakukan percobaan, membaca

kamus.

22

Page 18: BAB II

3) Lembaran kerja, menyertai lembaran kegiatan siswa yang dipakai

untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah-

masalah yang harus dipecahkan.

4) Kunci lembaran kerja, berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi

sendiri hasil pekerjaan siswa. Bila terdapat kekeliruan dalam

pekerjaannya, siswa meninjau kembali pekerjaannya.

5) Lembaran tes, merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan

tujuan yang telah dirumuskan dalam odul. Lembaran tes berisi soal-

soal guna menilai keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang

disajikan dalam modul.

6) Kunci lembaran tes, merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang

dilaksanakan oleh para siswa sendiri.

h. Keuntungan Penggunaan Modul

1) Meningkatkan motivasi siswa karena setiap kali mengerjakan tugas

pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai kemampuan.

2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar pada

bagian modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul

yang mana siswa belum berhasil.

3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.

4) Bahan pelajaran terbagi menjadi lebih merata dalam satu semester.

5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik.

23

Page 19: BAB II

5. Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran Modul

Menurut Vembriarto (1976 : 22) Pengajaran modul itu merupakan

suatu usaha penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan

siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit

berikutnya. Menurut E. Mulyasa (2003) Pembelajaran dengan modul

(modular instruction) adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu

satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan

terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman

penggunaan untuk para guru.

Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran dengan modul

adalah suatu usaha penyelenggaraan pengajaraan individu mengenai suatu

satuan bahasan tertentu yang tersusun secara sistematis, operasional, dan

terarah. Dengan begitu pembelajaran dengan modul merupakan salah satu

bentuk pengajaran individual. Dalam pembelajaran dengan modul

menggunakan pembelajaran langsung (direct instruction). Menurut Martinis

Yamin (2009: 66) pembelajaran langsung (direct instruction) disebut pula

dengan metode ekspositori. Sering metode ekspositori ini disamakan dengan

metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi,

pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered). Namun dalam

pelaksanaannya metode ekspositori berbeda dengan ceramah, mengingat

pada metode ekspositori dominan guru banyak dikurangi. Guru tidak terus

bicara, tetapi guru hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat

diperlukan. Misalnya pada permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada

24

Page 20: BAB II

waktu memberikan contoh-contoh soal dan sebagainya, selanjutnya siswa

diminta menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pembelajaran ini terpusat

pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa.

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan

beberapa unsur-unsur modul (Vembriarto, 1976: 49), di antaranya:

a. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik. Tujuan

pengajaran atau tujuan belajar dirumuskan dalam bentuk tingkah laku

siswa. Rumusan tujuan pembelajaran terdapat pada bagian lembar

kegiatan siswa dan petunjuk guru.

b. Petunjuk untuk guru merupakan penjelasan tentang bagaimana

pengajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien. Petunjuk untuk guru

memuat tentang kegiatan yang harus dilakukan di kelas, waktu yang

dibutuhkan, alat dan sumber yang digunakan, dan evaluasi pembelajaran.

c. Lembar kegiatan siswa. Lembar ini memuat materi pelajaran yang harus

dikuasai oleh siswa. Materi pelajaran disusun secara teratur dan

sistematis sehingga siswa dapat mengikuti dengan mudah dan tepat.

d. Lembar kerja bagi siswa. Dalam lembar kegiatan ini tercantum

pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab dan

dipecahkan oleh siswa.

e. Kunci lembar kerja. Materi pada modul itu tidak saja disusun agar siswa

senantiasa aktif memecahkan masalah-masalah, melainkan juga dibuat

agar siswa dapat mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

25

Page 21: BAB II

f. Lembar evaluasi. Tiap-tiap modul disertai lembar evaluasi yang berupa

test dan rating scale. Evaluasi guru terhadap tercapai atau tidaknya

tujuan dari pembelajaran ditentukan hasil tes akhir bukan dari lembar

kerja siswa.

g. Kunci lembar evaluasi merupakan kunci jawaban dari lembar evaluasi,

sehingga hasil dari jawaban siswa terhadap test tersebut dapat diketahui

tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka strategi pembelajaran yang

dilakukan dengan pembelajaran sistem modul sudah termuat dalam unsur-

unsur modul, yaitu rumusan tujuan pembelajaran, petunjuk untuk guru,

lembar kegiatan siswa, lembar kerja bagi siswa, kunci lembar kerja, lembar

evaluasi, dan kunci lembar evaluasi. Unsur-unsur modul tersebut dikemas

dalam format modul, sebagai berikut:

1) Pendahuluan; yang berisi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

akan dicapai, deskripsi umum tentang materi yang disajikan, waktu yang

dibutuhkan dalam mempelajari modul tersebut, prasyarat yang harus

dimiliki sebelum mempelajari modul tersebut, petunjuk penggunaan

modul, dan tujuan akhir yang akan dicapai setelah mempelajari modul

tersebut.

2) Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran umum dan khusus yang harus

dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Uraian materi

pembelajaran yang disertai rangkuman materi, tugas belajar siswa, dan

tes formatif setiap kegiatan belajar.

26

Page 22: BAB II

3) Latihan simulator; yang digunakan untuk melatih dan menerapkan teori

yang telah diberikan pada peserta didik. Peserta didik juga dapat merakit

dan menjalankan rangkaian diagram pneumatik.

4) Tes akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang

digunakan pada tes formatif setiap kegiatan belajar, dalam tes akhir

terdapat tes teori dan tes praktik.

5) Penutup; berisikan suatu harapan/tujuan yang bisa dicapai setelah peserta

didik mempelajari modul tersebut.

6) Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat

ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.

Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah

mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain: (1)

menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif, (2) membantu peserta

didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau

pelaksanaan tugas, (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta

didik.

B. Kerangka Berfikir

Modul pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa adalah salah satu

bentuk bahan ajar yang dirancang dan dibuat untuk mendukung proses

pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa. Untuk mewujudkan pembelajaran

yang optimal dan efektif maka diperlukan sumber belajar yang berupa modul.

27

Page 23: BAB II

Pengembangan modul mata pelajaran bahasa Jawa akan mempermudah

siswa dalam belajar secara individual. Dapat belajar sewaktu-waktu tanpa perlu

menunggu guru untuk menyampaikan materi. Dengan adanya modul ini siswa

akan lebih mudah memahami materi pelajaran tentang pelajaran bahasa Jawa

sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih meningkat dan juga diharapkan

akan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa

Jawa.

Produk berupa modul yang telah dihasilkan sebelum dimanfaatkan,

divalidasi dan diujicoba. Ujicoba ini dimaksudkan untuk memperoleh

masukan-masukan maupun koreksi tentang produk yang telah dihasilkan.

Berdasarkan masukan-masukan dan koreksi tersebut, produk tersebut direvisi

dan diperbaiki. Kelompok penting yang dijadikan subjek ujicoba produk, yaitu

para ahli dan pengguna.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka kaitannya dengan penelitian ini dapat

dirumuskan pertanyaan penelitiannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah upaya pengembangan modul yang tepat untuk mendukung

pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa?

2. Bagaimanakah kelayakan modul untuk mendukung pembelajaran mata

pelajaran bahasa Jawa yang telah dibuat?

28