bab ii
TRANSCRIPT
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Pengembangan
Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang menekan
kemampuan peneliti dalam membuat suatu produk baik berupa materi,
media, alat dan atau strategi pembelajaran. Menurut Gay (dalam Anik
Ghufron, dkk 2007) “model penelitian dan pengembangan merupakan suatu
usaha untuk mengembangkan produk pendidikan yang efektif yang berupa
material pembelajaran, media, strategi, atau material lainnya dalam
pembelajaran untuk digunakan disekolah, bukan untuk menguji teori”.
Selanjutnya, menurut Soenarto (2005) penelitian pengembangan
adalah:
Sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi masalah di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori.
Adapun inti dari penelitian pengembangan menurut penulis adalah
suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah belajar
dengan menciptakan atau mengembangkan sebuah produk, baik itu produk
media pembelajaran maupun alat bantu dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Santyasa (2006) menyatakan penelitian pengembangan dalam
6
rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggungjawaban profesional dan komitmennya terhadap perolehan kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji coba lapangan serta terbatas perlu dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
4. Proses pengembangan model, pendekatan, metode dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang dicerminkan originalitas.
Mengaplikasikan model yang telah dijelaskan di atas, penelitian
pengembangan ini menggunakan model Pengembangan material
pembelajaran, yaitu pengembangan modul mata pelajaran bahasa Jawa.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan yang
dimaksud pengembangan dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk berupa materi, media, alat dan
atau strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam pendidikan. Dalam
penelitian ini produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran
berupa modul mata pelajaran bahasa Jawa.
2. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang
7
dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi
sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan
lingkungan (Sri Rumini dkk, 2006: 59). Interaksi yang terjadi selama proses
belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain terdiri atas
murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi
pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan
yang sejenisnya), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (proyektor
overhead, perekam pita audio, radio, televisi, komputer, perpustakaan,
laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain) (Azhar Arsyad, 2005: 1).
Dua unsur yang amat penting dalam proses pembelajaran adalah
media pembelajaran dan bahan ajar. Pemilihan bahan ajar akan
mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada
berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara
lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai
setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk
karakteristik siswa. Dengan demikian, media dan bahan ajar merupakan
komponen yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi
tercapainya tujuan pendidikan.
3. Tinjauan Modul Sebagai Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara atau pengantar (Azhar Arsyad, 2005: 3). Prastati
8
(2001: 3) berpendapat bahwa media ialah apa saja yang dapat
menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi.
Gearlach dan Ely (1971) yang dikutip Azhar Arsyad mengatakan
bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber
informasi ke penerima informasi yang pesannya berbentuk cetak maupun
audio-visual.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para peserta didik.
2) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dengan lingkungannya.
3) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
4) Media dapat memperjelas penyajian pesan atau informasi.
5) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
6) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis.
7) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
9
Sementara itu menurut Kemp dan Dayton yang dikutip Azhar
Arsyad (20005: 21-23) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai cara utama
pembelajaran langsung sebagai berikut:
1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.2) Pembelajaran bisa lebih menarik.3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya
teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan jika integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.
6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Menurut Sudjana dan Rivai yang dikutip Azhar Arsyad (2005:
24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
siswa, yaitu:
a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
10
Lebih lanjut Azhar Arsyad (2005: 25-27) mengemukakan
beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam
proses belajar mengajar sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
c. Jenis Media
Menurut Seels dan Glasgow yang dikutip Azhar Arsyad (2005:
33-35) media dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu
1) Pilihan media tradisional:
a) Visual diam yang diproyeksikan: Proyeksi opaque (tak tembus
pandang), Proyeksi overhead, Slides, Filmstrips
b) Visual yang tak diproyeksikan; Gambar, poster, Foto, Charst,
grafik, diagram, Pameran, papan info, papan bulu
c) Audio; Rekaman, piringan, Pita kaset, reel, cartridge
d) Penyajian multimedia; Slide plus suara (tape), Multi-image
e) Visual dinamis yang diproyeksikan; Film, Televisi, Video
f) Cetak; Buku teks. Modul, teks terprogram, Workbook, Majalah
ilmiah, Lembaran lepas (handout)
11
g) Permainan; Teka-teki, Simulasi, Permainan papan
h) Realia; Model, Specimen (contoh), Manipulative (boneka, peta)
2) Pilihan media teknologi mutakhir:
a) Media berbasis telekomunikasi; Telekonfren; Kuliah jarak jauh
b) Media berbasis mikroprosesor; Computer-assited instruction,
Permainan computer; Sistem tutor intelijen, Interaktif, Hypermedia,
Compact (video) disc
d. Media Pembelajaran Berbentuk Modul
Media cetak berupa modul merupakan media yang diperuntukkan
bagi individu guna menunjang pembelajaran yang mandiri sebagaimana
harapan konstruktivisme berupa pembentukan konsep sendiri secara
mandiri oleh setiap siswa. Modul memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Merupakan unit pelajaran terkecil dan lengkap.
2) Memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik.
3) Memuat tujuan belajar yang spesifik.
4) Memungkinkan siswa belajar sendiri (self instruction).
4. Tinjauan Modul Sebagai Bahan Ajar Atau Sumber Belajar
a. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar (teaching material) terdiri atas dua kata yaitu teaching
atau mengajar dan bahan atau materi ajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Menurut Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai (1989: 76) sumber belajar adalah daya yang
12
bisa dimanfaatkan guna kepentingan prose belajar mengajar, baik secara
langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.
Menurut National Center for Vocational Education Research
Ltd/National Center for Competency Based Training dikemukakan
bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bahan ajar berfungsi
sebagai:
1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa.
2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi
yang seharusnya dipelajari/ dikuasai.
3) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga
tercipta suasana atau lingkungan yang memungkinkan siswa untuk
belajar. Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
b. Isi Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran (teachingl materials) secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
13
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci isi dari bahan ajar atau materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan,
dan sikap atau nilai.
1) Pengetahuan sebagai bahan ajar
Isi materi pembelajaran yang berupa pengetahuan meliputi
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Kadang-kadang kita sulit
memberi pengertian pada keempat materi pembelajaran tersebut. Yang
termasuk dengan materi fakta adalah nama tempat, nama objek, nama
orang, jumlah, dan sebagainya. Yang termasuk materi konsep adalah
pengertian, definisi, identifikasi, klasifikasi, dan cirri-ciri khusus.
Yang termasuk materi prinsip adalah dalil, hukum, rumus, atau
hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika….maka….”.
Yang termasuk materi prosedur adalah materi yang berkenaan dengan
langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan
suatu tugas.
2) Keterampilan sebagai bahan ajar
Materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan
antara lain kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan
bahan, menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level
terampilnya seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi
gerak awal, semi rutin, dan rutin (terampil). Keterampilan perlu
disesuaikan dengan kebutuhan siswa/peserta didik dengan
14
memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan siswa itu agar mampu
mencapai penguasaan keterampilan bekerja (pre – vocational skill)
yang secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup (life skill).
3) Sikap atau nilai sebagai bahan ajar
Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai adalah
materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain:
a) Nilai–nilai kebersamaan, mampu bekerja berkelompok dengan
orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata sosial.
b) Nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan observasi,
eksperimen, tidak memanipulasi data hasil pengamatannya.
c) Nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang
mempunyai karakter sama dan kemampuan sosial ekonomi yang
berbeda semua sama-sama makhluk Tuhan.
d) Tolong menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan
tanpa meminta dan mengharapkan imbalan apapun.
e) Semangat dan minat belajar, mempunyai semangat, minat, dan rasa
ingin tahu.
f) Semangat bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras, belajar
dengan giat.
g) Mau menerima pendapat orang lain bersikap legowo, mau di kritik,
menyadari kesalahannya sehingga saran dari teman /orang lain
dapat diterima dan tidak sakit hati.
15
c. Pemilihan Bahan Ajar
Masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah memilih bahan ajar atau materi pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswa dalam mencapai kompetensi. Seorang
guru harus bisa menjabarkan materi pokok yang ada dalam silabus atau
kurikulum menjadi bahan ajar yang lengkap. Secara umum masalah yang
berkenaan dengan bahan ajar meliputi penentuan jenis materi, kedalaman
ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan terhadap materi
pembelajaran, dan sumber bahan ajar itu sendiri.
Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok
pikiran bahwa apa yang ingin dicapai oleh siswa melalui kegiatan
pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas. Rumusan tersebut
diwujudkan dalam suatu standar kompetensi yang diharapkan dikuasai
oleh siswa. Standar kompetensi tersebut meliputi standar materi atau
standar isi (content standard) dan standar pencapaian (performance
standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup
materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, sedangkan standar
pencapaian berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan oleh
siswa. Tingkat penguasaan itu misalnya 100% harus dikuasai atau boleh
kurang dari 100%. Sesuai dengan pokok-pokok pikiran tersebut
membuktikan bahwa bahan atau materi pembelajaran memegang peranan
penting dalam rangka membantu siswa mencapai standar kompetensi.
16
d. Jenis-Jenis Bahan Ajar
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1989: 80) jenis bahan
ajar atau sumber belajar adalah sebagai berikut:
1) Sumber belajar tercetak: buku, majalah, brosur, koran, poster denah,
ensiklopedi, kamus, booklet, dan lain-lain.
2) Sumber belajar non cetak: film, slides, video, model, audiocassette,
transparansi, realia, objek, dan lain-lain.
3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas: perpustakaan, ruangan
belajar, carrel, studio, lapangan olahraga, dan lain-lain.
4) Sumber belajar berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok,
observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.
5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal,
pasar, took, pabrik, museum, dan lain-lain.
e. Karakteristik Modul
1) Self Instruction
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan
karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan
tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self
instruction, maka modul harus:
a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat
menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
17
b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit
kegiatan yang kecil dan spesifik, sehingga memudahkan dipelajari
secara tuntas.
c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran.
d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta didik.
e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana,
tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik.
f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
h) Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik
melakukan penilaian mandiri (self assessment).
i) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta
didik mengetahui tingkat penguasaan materi.
j) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.
2) Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi
pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan
dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar
dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.
18
3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul
yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak
harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar atau media lain.
Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar
yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul
tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada
bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar
tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.
4) Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul
tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fleksibel digunakan di berbagai perangkat keras
(hardware).
5) Bersahabat/Akrab
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat atau
akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi
yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya,
termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai
dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan,
merupakan salah satu bentuk user friendly.
19
f. Langkah Penyusunan Modul
Modul disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Analisis kebutuhan modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis
silabus dan RPP untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan
peserta didik dalam mempelajari kompetensi yang telah
diprogramkan. Nama atau judul modul sebaiknya disesuaikan dengan
kompetensi yang terdapat pada silabus dan RPP.
Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
a) Menetapkan satuan program yang akan dijadikan batas atau
lingkup kegiatan. Apakah merupakan program tiga tahun, program
satu tahun, program semester atau lainnya.
b) Memeriksa apakah sudah ada program atau rambu-rambu
operasional untuk pelaksanaan program tersebut. Misal program
tahunan, silabus, RPP, atau lainnya. Bila ada, pelajari program-
program tersebut.
c) Mengidentifikasi dan menganalisis standar kompetensi yang akan
dipelajari, sehingga diperoleh materi pembelajaran yang perlu
dipelajari untuk menguasai standar kompetensi tersebut.
20
d) Menyusun satuan atau unit bahan belajar yang dapat mewadahi
materi-materi tersebut. Satuan atau unit ajar ini diberi nama, dan
dijadikan sebagai judul modul.
e) Menyusun modul berdasarkan prioritas kebutuhannya.
2) Desain modul
Desain penulisan modul mengacu pada silabus atau RPP yang
dibuat oleh guru. Di dalam silabus atau RPP telah memuat strategi
pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi
pembelajaran dan metoda penilaian serta perangkatnya. Dengan
demikian, silabus atau RPP diacu sebagai desain dalam penyusunan
atau penulisan modul.
3) Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan
sesuai dengan alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat,
media dan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan
pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Strategi pembelajaran dilaksanakan secara konsisten
sesuai dengan skenario yang ditetapkan.
4) Penilaian
Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada
dalam modul. Pelaksanaan penilaian mengikuti ketentuan yang telah
dirumuskan di dalam modul. Penilaian hasil belajar dilakukan
21
menggunakan instrumen yang telah dirancang atau disiapkan pada
saat penulisan modul.
5) Evaluasi dan validasi
Modul yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, secara periodik harus dilakukan evaluasi dan validasi.
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan mengukur apakah
implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai
dengan desain pengembangannya.
g. Komponen-komponen modul
Menurut Nana Sudjana (1989: 132) komponen-komponen modul
meliputi:
1) Pedoman guru, berisi petunjuk-petunjuk agar guru mengajar secara
efisien serta memberikan penjelasan tentang jenis-jenis kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa, waktu untuk menyelesaikan modul, alat-
alat pelajaran yang harus dipergunakan, dan petunjuk evaluasinya.
2) Lembaran kegiatan siswa, memuat pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa. Susunan materi sesuai dengan tujuan instruksional yang akan
dicapai, disusun langkah demi langkah shingga mempermudah siswa
belajar. Dalam lembaran kegiatan tercantum kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa misalnya melakukan percobaan, membaca
kamus.
22
3) Lembaran kerja, menyertai lembaran kegiatan siswa yang dipakai
untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah-
masalah yang harus dipecahkan.
4) Kunci lembaran kerja, berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi
sendiri hasil pekerjaan siswa. Bila terdapat kekeliruan dalam
pekerjaannya, siswa meninjau kembali pekerjaannya.
5) Lembaran tes, merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan
tujuan yang telah dirumuskan dalam odul. Lembaran tes berisi soal-
soal guna menilai keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang
disajikan dalam modul.
6) Kunci lembaran tes, merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang
dilaksanakan oleh para siswa sendiri.
h. Keuntungan Penggunaan Modul
1) Meningkatkan motivasi siswa karena setiap kali mengerjakan tugas
pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai kemampuan.
2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar pada
bagian modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul
yang mana siswa belum berhasil.
3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.
4) Bahan pelajaran terbagi menjadi lebih merata dalam satu semester.
5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun
menurut jenjang akademik.
23
5. Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran Modul
Menurut Vembriarto (1976 : 22) Pengajaran modul itu merupakan
suatu usaha penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan
siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit
berikutnya. Menurut E. Mulyasa (2003) Pembelajaran dengan modul
(modular instruction) adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu
satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan
terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman
penggunaan untuk para guru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran dengan modul
adalah suatu usaha penyelenggaraan pengajaraan individu mengenai suatu
satuan bahasan tertentu yang tersusun secara sistematis, operasional, dan
terarah. Dengan begitu pembelajaran dengan modul merupakan salah satu
bentuk pengajaran individual. Dalam pembelajaran dengan modul
menggunakan pembelajaran langsung (direct instruction). Menurut Martinis
Yamin (2009: 66) pembelajaran langsung (direct instruction) disebut pula
dengan metode ekspositori. Sering metode ekspositori ini disamakan dengan
metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi,
pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered). Namun dalam
pelaksanaannya metode ekspositori berbeda dengan ceramah, mengingat
pada metode ekspositori dominan guru banyak dikurangi. Guru tidak terus
bicara, tetapi guru hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat
diperlukan. Misalnya pada permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada
24
waktu memberikan contoh-contoh soal dan sebagainya, selanjutnya siswa
diminta menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pembelajaran ini terpusat
pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa.
Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan
beberapa unsur-unsur modul (Vembriarto, 1976: 49), di antaranya:
a. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik. Tujuan
pengajaran atau tujuan belajar dirumuskan dalam bentuk tingkah laku
siswa. Rumusan tujuan pembelajaran terdapat pada bagian lembar
kegiatan siswa dan petunjuk guru.
b. Petunjuk untuk guru merupakan penjelasan tentang bagaimana
pengajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien. Petunjuk untuk guru
memuat tentang kegiatan yang harus dilakukan di kelas, waktu yang
dibutuhkan, alat dan sumber yang digunakan, dan evaluasi pembelajaran.
c. Lembar kegiatan siswa. Lembar ini memuat materi pelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa. Materi pelajaran disusun secara teratur dan
sistematis sehingga siswa dapat mengikuti dengan mudah dan tepat.
d. Lembar kerja bagi siswa. Dalam lembar kegiatan ini tercantum
pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab dan
dipecahkan oleh siswa.
e. Kunci lembar kerja. Materi pada modul itu tidak saja disusun agar siswa
senantiasa aktif memecahkan masalah-masalah, melainkan juga dibuat
agar siswa dapat mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
25
f. Lembar evaluasi. Tiap-tiap modul disertai lembar evaluasi yang berupa
test dan rating scale. Evaluasi guru terhadap tercapai atau tidaknya
tujuan dari pembelajaran ditentukan hasil tes akhir bukan dari lembar
kerja siswa.
g. Kunci lembar evaluasi merupakan kunci jawaban dari lembar evaluasi,
sehingga hasil dari jawaban siswa terhadap test tersebut dapat diketahui
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka strategi pembelajaran yang
dilakukan dengan pembelajaran sistem modul sudah termuat dalam unsur-
unsur modul, yaitu rumusan tujuan pembelajaran, petunjuk untuk guru,
lembar kegiatan siswa, lembar kerja bagi siswa, kunci lembar kerja, lembar
evaluasi, dan kunci lembar evaluasi. Unsur-unsur modul tersebut dikemas
dalam format modul, sebagai berikut:
1) Pendahuluan; yang berisi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
akan dicapai, deskripsi umum tentang materi yang disajikan, waktu yang
dibutuhkan dalam mempelajari modul tersebut, prasyarat yang harus
dimiliki sebelum mempelajari modul tersebut, petunjuk penggunaan
modul, dan tujuan akhir yang akan dicapai setelah mempelajari modul
tersebut.
2) Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran umum dan khusus yang harus
dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Uraian materi
pembelajaran yang disertai rangkuman materi, tugas belajar siswa, dan
tes formatif setiap kegiatan belajar.
26
3) Latihan simulator; yang digunakan untuk melatih dan menerapkan teori
yang telah diberikan pada peserta didik. Peserta didik juga dapat merakit
dan menjalankan rangkaian diagram pneumatik.
4) Tes akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang
digunakan pada tes formatif setiap kegiatan belajar, dalam tes akhir
terdapat tes teori dan tes praktik.
5) Penutup; berisikan suatu harapan/tujuan yang bisa dicapai setelah peserta
didik mempelajari modul tersebut.
6) Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat
ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.
Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah
mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain: (1)
menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif, (2) membantu peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau
pelaksanaan tugas, (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta
didik.
B. Kerangka Berfikir
Modul pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa adalah salah satu
bentuk bahan ajar yang dirancang dan dibuat untuk mendukung proses
pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa. Untuk mewujudkan pembelajaran
yang optimal dan efektif maka diperlukan sumber belajar yang berupa modul.
27
Pengembangan modul mata pelajaran bahasa Jawa akan mempermudah
siswa dalam belajar secara individual. Dapat belajar sewaktu-waktu tanpa perlu
menunggu guru untuk menyampaikan materi. Dengan adanya modul ini siswa
akan lebih mudah memahami materi pelajaran tentang pelajaran bahasa Jawa
sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih meningkat dan juga diharapkan
akan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa
Jawa.
Produk berupa modul yang telah dihasilkan sebelum dimanfaatkan,
divalidasi dan diujicoba. Ujicoba ini dimaksudkan untuk memperoleh
masukan-masukan maupun koreksi tentang produk yang telah dihasilkan.
Berdasarkan masukan-masukan dan koreksi tersebut, produk tersebut direvisi
dan diperbaiki. Kelompok penting yang dijadikan subjek ujicoba produk, yaitu
para ahli dan pengguna.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka kaitannya dengan penelitian ini dapat
dirumuskan pertanyaan penelitiannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah upaya pengembangan modul yang tepat untuk mendukung
pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa?
2. Bagaimanakah kelayakan modul untuk mendukung pembelajaran mata
pelajaran bahasa Jawa yang telah dibuat?
28