bab ii 1100002 -...

25
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG GANGGUAN MENTAL DAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM 2.1. GANGGUAN MENTAL (MENTAL DISORDER) 1.1. Definisi Gangguan Mental (Mental Disorder) Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa). Definisi gangguan mental (mental disorder) dalam PPDGJ II yang merujuk pada DSM-III adalah: “Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di adalm satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan orang dengan masyarakat”. (Maslim, tth:7). Dari penjelasan di atas, kemudian dirumuskan bahwa di dalam konsep gangguan mental (mental disorder) terdapat butir-butir sebagai berikut: 1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa: - Sindrom atau pola perilaku - Sindrom atau pola psikologik 2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll. 18

Upload: doanquynh

Post on 01-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG GANGGUAN MENTAL

DAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

2.1. GANGGUAN MENTAL (MENTAL DISORDER)

1.1. Definisi Gangguan Mental (Mental Disorder)

Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan

jiwa merupakan istilah resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman

Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa). Definisi gangguan mental

(mental disorder) dalam PPDGJ II yang merujuk pada DSM-III

adalah:

“Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di adalm satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan orang dengan masyarakat”. (Maslim, tth:7).

Dari penjelasan di atas, kemudian dirumuskan bahwa di

dalam konsep gangguan mental (mental disorder) terdapat butir-butir

sebagai berikut:

1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa: - Sindrom atau pola perilaku - Sindrom atau pola psikologik

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.

18

Page 2: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

19

3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll). (Maslim, tth:7).

Secara lebih luas gangguan mental (mental disorder) juga

dapat didefinisikan sebagai bentuk penyakit, gangguan, dan kekacauan

fungsi mental atau kesehatan mental, disebabkan oleh kegagalan

mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/mental terhadap

stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan; sehingga muncul

gangguan fungsional atau struktural dari satu bagian, satu orang, atau

sistem kejiwaan/mental (Kartono, 2000:80). Pendapat yang sejalan

juga dikemukakan Chaplin (1981) (dalam Kartono, 2000:80), yaitu:

“Gangguan mental (mental disorder) ialah sebarang bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu. Sumber gangguan/kekacauannya bisa bersifat psikogenis atau organis, mencakup kasus-kasus reaksi psikopatis dan reaksi-reaksi neurotis yang gawat”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gangguan mental

(mental disorder) adalah ketidakmampuan seseorang atau tidak

berfungsinya segala potensi baik secara fisik maupun phsikis yang

menyebabkan terjadinya gangguan dalam jiwanya.

1.2. Macam-Macam Gangguan Mental (Mental Disorder).

Dalam menjelaskan macam-macam gangguan mental (mental

disorder), penulis merujuk pada PPDGJ III (dalam Rusdi Maslim,

tth:10), yang digolongkan sebagai berikut:

Page 3: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

20

1. Gangguan mental organik dan simtomatik;

Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistematik atau otak yang dapat di diagnosis secara tersendiri. Sedangkan gangguan simtomatik adalah gangguan yang diakibatkan oleh pengaruh otak akibat sekunder dari penyakit atau gangguan sistematik di luar otak (extracerebral). (Maslim, tth:22).

2. Gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif.

“Gangguan yang disebabkan karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tidak menggunakan resep dokter).” (Maslim, tth:36).

3. Gangguan skizofrenia dan gangguan waham.

“Gangguan skizofrenia adalah gangguan yang pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).” (Maslim, tth:46). Sedangkan gangguan waham adalah gejala ganguan jiwa di mana jalan pikirannya tidak benar dan penderita itu tidak mau di koreksi bahwa hal itu tidak betul; suatu jalan pikiran yang tidak beralasan. (Sudarsono, 1993:272).

4. Gangguan suasana perasaan (mood/afektif).

“Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat).” (Maslim, tth:60).

5. Gangguan neurotik, somatoform dan gangguan stres.

“Gangguan neurotik, somatoform dan gangguan stes merupakan satu kesatuan dari gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor psikologis.” (Maslim, tth:72).

6. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.

“Gangguan mental yang biasanya ditandai dengan mengurangi berat badan dengan segaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita”. (Maslim, tth:90).

Page 4: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

21

7. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

“Suatu kondisi klinis yang bermakna dan pola perilaku yang cenderung menetap, dan merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan dengan diri-sendiri maupun orang lain.” (Maslim, tth:102).

8. Retardasi mental

“Retardasi mental adalah keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada tingkat keceradsan secara menyeluruh.” (Maslim, tth:119).

9. Gangguan perkembangan psikologis.

“Gangguan yang disebabkan kelambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat, dan berlangsung secara terus menerus tanpa adanya remisi dan kekambuhan yang khas. Yang dimaksud “yang khas” ialah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun defisit yang lebih ringan sering menetap sampai masa dewasa).” (Maslim, tth:122).

10. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak-

kanak.

“Gangguan yang dicirikan dengan berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Berkurangnya perhatian ialah dihentikannya terlalu dini tugas atau suatu kegiatan sebelum tuntas/selesai. Aktivitas berlebihan (hiperaktifitas) ialah bentuk kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan yang relatif tenang.” (Maslim, tth:136).

Berkaitan dengan pemaparan di atas, Sutardjo A.

Wiramihardja (2004:15-16), mengungkapkan bahwa gangguan mental

(mental disorder) memiliki rentang yang lebar, dari yang ringan

sampai yang berat. Secara ringkas dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Page 5: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

22

1. Gangguan emosional (emotional distubance) merupakan integrasi kepribadian yang tidak adekuat (memenuhi syarat) dan distress personal. Istilah ini lebih sering digunakan untuk perilaku maladaptif pada anak-anak.

2. Psikopatologi (psychopathology), diartikan sama atau sebagai kata lain dari perilaku abnormal, psikologi abnormal atau gangguan mental.

3. Sakit mental (mental illenes), digunakan sebagai kata lain dari gangguan mental, namun penggunaannya saat ini terbatas pada gangguan yang berhubungan dengan patologi otak atau disorganisasi kepribadian yang berat.

4. Gangguan mental (mental disorder) semula digunakan untuk nama ganggua-gangguan yang berhubungan dengan patologi otak, tetapi saat ini jarang digunakan. Nama inipun sering digunakan sebagai istilah yng umum untuk setiap gangguan dan kelainan.

5. Ganguan prilaku (behavior disorder), digunakan secara khusus untuk gangguan yang berasal dari kegagalan belajar, baik gagal mempelajari kompetensi yang dibutuhkan ataupun gagal dalam mempelajari pola penanggulangan masalah yang maladaptif.

6. Gila (insanity), merupakan istilah hukum yang mengidentifikasikan bahwa individu secara mental tidak mampu untuk mengelolah masalah-masalahnya atau melihat konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya. Istilah ini menunjuk pada gangguan mental yang serius terutama penggunaan istilah yang bersangkutan dengan pantas tidaknya seseorang yang melakukan tindak pidana di hukum atau tidak.

1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan

Mental (Mental Disorder)

Untuk mendapatkan jawaban mengenai faktor faktor-faktor

yang mempengaruhi timbulnya gangguan mental (mental disorder),

maka yang perlu ditelusuri pertama kali adalah faktor dominan yang

dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Dalam hal ini, penulis

merujuk pada pendapat Kartini Kartono (1982:81), yang membagi

faktor dominan yang mempengaruhi timbulnya gangguan mental

(mental disorder) ke dalam dua faktor, yaitu:

Page 6: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

23

1. Faktor Organis (somatic), misalnya terdapat kerusakan pada otak

dan proses dementia.

2. Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya, reaksi neuritis

dan reaksi psikotis pribadi yang terbelah, pribadi psikopatis, dan

lain-lain. Kecemasan, kesedihan, kesakitan hati, depresi, dan

rendah diri bisa menyebabkan orang sakit secara psikis, yaitu yang

mengakibatkan ketidakseimbangan mental dan desintegrasi

kepribadiannya. Maka sruktur kepribadian dan pemasakan dari

pengalaman-pengalaman dengan cara yang keliru bisa membuat

orang terganggu psikisnya. Terutama sekali apabila beban psikis

ternyata jauh lebih berat dan melampaui kesanggupan memikul

beban tersebut.

3. Faktor-faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial.

Usaha pembangunan dan modernisasi, arus urbanisasi dan

industialisasi menyebabkan problem yang dihadapi masyarakat

modern menjadi sangat kompleks. Sehingga usaha penyesuaian diri

terhadap perubahan-perubahan sosial dan arus moderenisasi

menjadi sangat sulit. Banyak orang mengalami frustasi, konflik

bathin dan konflik terbuka dengan orang lain, serta menderita

macam-macam gangguan psikis.

1.4. Pencegahan Gangguan Mental

Tujuan utama pencegahan gangguan mental adalah

membimbing mental yang sakit agar menjadi sehat mental dan

Page 7: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

24

menjaga mental yang sehat agar tetap sehat. Namun sebelumnya akan

penulis paparkan terlebih dahulu tentang pengertian pencegahan

gangguan mental.

1. Pengertian Pencegahan Gangguan Mental

Dalam dunia kesehatan mental pencegahan didefinisikan

sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan

bijaksana dari lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau

kerugian. (Prayitno, 1994:205).

Sementara AF. Jaelani (2000:87), berpendapat bahwa

pencegahan mempunyai pengertian sebagai metode yang

digunakan manusia untuk menghadapi diri sendiri dan orang lain

guna meniadakan atau mengurangi terjadinya gangguan kejiwaan.

Dengan demikian pencegahan gangguan mental didasarkan

pada upaya individu terhadap diri dan orang lain untuk menekan

serendah mungkin agar tidak terjadi gangguan mental sesuai

dengan kemampuannya.

2. Upaya pencegahan

Banyak para ahli yang memberikan metode upaya

pencegahan mulai dari faktor yang mempengaruhi sampai akibat

yang ditimbulkan. Pada dasarnya upaya pencegahan ialah

didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan mental. Prinsip-prinsip

yang dimaksud adalah:

Page 8: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

25

a. Gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri; orang yang

memiliki kemampuan mnyesuaikan diri, baik dengan diri

sendiri maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan

alam lingkungan, serta hubungan dengan Tuhan. Hal ini dapat

diperoleh dengan cara penerimaan diri, keyakinan diri dan

kepercayaan kepada diri-sendiri (Yahya, 1993:83).

b. Keterpaduan atau integrasi diri; berarti adanya keseimbangan

antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan

(falsafah dalam hidup) dan kesanggupan mengatasi ketegangan

emosi (stres) (Yahya, 1993:84).

c. Pewujudan diri (aktualisasi) diri merupakan sebuah proses

pematangan diri dapat berarti sebagai kemampuan

mempengaruhi potensi jiwa dan memiliki gambaran dan sikap

yang baik terhadap diri-sendiri serta meningkatkan motivasi

dan semangat hidup. Oleh karena itu, agar terhindar dari

gangguan mental, maka sedapat mungkin mengaktualisasikan

diri dan memenuhi kebutuhan dengan baik dan memuaskan

(Kartono, 1986:231).

Dengan demikian upaya pencegahan dapat berhasil

apabila manusia dapat berpotensi untuk menjadikan dirinya

sebagai yang terbaik dan tidak hanya pasrah pada kemampuan

dasar manusia seperti menggembangkan bakat dan sebagainya.

Page 9: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

26

d. Kemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial

dan menyesuaikan diri dengan lingkunagn tempat tinggal.

Lingkungan di samping sebagai faktor penyebab

timbulnya gangguan mental, juga memiliki peran penting

dalam usaha mencegah timbulnya gangguan mental. Sebab

bagi individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dan

kesulitan dalam mengahadapi tuntutan dan persoalan yang

dapat terjadi setiap hari. (Syukur, 2000:13). Dalam ungkapan

kata lain disebtkan bahwa mereka yang tidak mempunyai

ikatan status di masyarakat dan mereka yang tidak mempunyai

fungsi atau peran dalam masyarakat lebih mudah mengalami

gangguan kejiwaan. (Hawari, 1999:11).

Sebagai upaya pencegahannya manusia sedapat

mungkin menghindarinya, yaitu dengan melakukan aktivitas

sosial dalam masyarakat, dan lain sebagainya.

e. Agama dan falsafah hidup.

Dalam hal ini agama berfungsi sebagai therapy bagi

jiwa yang gelisah dan terganggu. Selain itu agama juga

berperan sebagai alat pencegah (preventif) terhadap

kemungkinan gangguan mental dan merupakan faktor

pembinaan (konstruktif) bagi kesehatan mental. (Daradjat,

1975:80). Dengan keyakinan beragama, berarti seseorang telah

Page 10: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

27

hidup dekat dengan Tuhan serta tekun menjalankan agama.

Pada akhirnya akan terwujud kesehatan mental secara utuh.

Sedangkan falsafah hidup merupakan wujud dari

kumpulan prinsip atau nilai-nilai. Sehingga setiap orang

berusaha sesuai dengan ketentuannya. Dengan demikian

apabila seseorang memiliki falsafah hidup, maka akan dapat

menghadapi tantangannya dengan mudah (Fahmi, 1982:92).

f. Pengawasan diri

Agar dapat terhindar dari gangguan mental, maka

sedapat mukin melindungi diri dari dorongan dan keinginan

atau berbuat maksiat dengan mengawasi diri kita. Secara umum

orang yang wajar adalah orang yang mampu mengendalikan

keinginannya dan mampu menunda sebagian dari pemenuhan

kebutuhannya, serta bersedia meninggalkan kelezatan-

kelezatan dengan segera, demi untuk mencapai keuntungan

(pahala) yang lebih lama sifatnya serta lebih kekal. (Fahmi,

1982:114).

Manfaat lain dari pengawasan diri adalah

menghindarkan seseorang dari perbuatan-perbuatan yang

bertentangan dengan norma dan adat yang berlaku.

Berdasarkan pada eksplorasi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pencegahan gangguan mental dimaksudkan

untuk mewujudkan kesehatan mental yang didasarkan pada

Page 11: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

28

kemauan dan kemampuan setiap pribadi untuk merubah dari

masalah yang buruk agar menjadi baik.

1.5. Sehat Mental

Sebenarnya agak sulit merumuskan secara tepat apa yang

dimaksud dengan sehat mental (normal) dan mental tidak sehat

(abnormal). Namun demikian diperlukan patokan atau ukuran untuk

membedakan antara sehat mental (normal) dan mental tidak sehat

(abnormal).

Secara umum sehat mental dapat diartikan sebagai kondisi

mental yang tumbuh dan didasari motivasi yang kuat ingin meraih

kualitas diri yang lebih baik, baik dalam lingkungan keluarga,

kehidupan kerja/profesi, maupun sisi kehidupan lainnya. Orang yang

disebut memiliki mental yang tidak sehat ialah orang yang meskipun

secara potensial memiliki kemampuan, tetapi tidak punya keinginan

dan usaha mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Sementara

orang yang disebut sakit mental adalah orang yang secara mental

memiliki berbagai macam unsur yang saling bertentangan dan dengan

demikian, sering merusak atau menghambat, sehingga perilakunya

tidak menentu. (Wiramihardja, 2004:23).

Secara konseptual, keadaan sehat mental dan tidak sehat

mental dirumuskan oleh sebagai berikut:

1. World Federation for Mental Health, pada tahun 1948 dalam konfensinya di London mengemukakan bahwa sehat mental adalah suatu kondisi yang optimal dari aspek intelektual, yaitu siap untuk

Page 12: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

29

digunakan, dan aspek emosional yang cukup mantap atau stabil, sehingga perilakuny tidak mudah tergoncang oleh situasi yang berubah dilingkunganya, tidak sekedar bebas atau tidak adanya gangguan kejiwaan, sepanjang tidak menggangu lingkungannya.

2. Karl Menninger, seorang psikiater, mendefinisikan sehat mental sebagai penyesuaian manusia terhadap lingkungannya dan orang lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang optimal. Tidak sekedar efesiensi atau sekedar kegembiraan atau ketaatan atas aturan permainan. Dalam mental yang sehat terdapat kemampuan ntuk memelihara watak, inteligensi yang siap untuk digunakan, perilaku yang dipertimbangkan secara sosial dan disposisi yang bahagia.

3. HB. English, seorang psikolog, menyatakan sehat mental sebagai keadaan yang secara relatif menetap di mana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik, memiliki semangat hidup yang tinggi dan terpelihara dan berusaha untuk mencapai aktualisasi diri atau realisasi diri yang optimal. Hal ini merupakan keadaan positif dan bukan sekedar tidak adanya gangguan mental.

4. W.W. Boehm, seorang pekerja sosial menyatakan bahwa sehat mental adalah kondisi dan taraf pemfungsian sosial yang diterima secara sosial dan memberikan kebahagiaan secara pribadi. (Supratiknya, 2003:13 dan Wiramihardja, 2003:10).

Menurut penulis beberapa rumusan di atas ialah menekankan

pada sisi normalitas sebagai keadaan sehat, yang secara umum ditandai

dengan kefektifan dalam menyesuaikan diri, yakni menjalankan

tuntutan hidup sehari-hari, sehingga menimbulkan perasaan puas dan

bahagia.

Sementara untuk mengetahui rumusan tentang mental yang

tidak sehat ialah dengan menentukan atau mengukur abnormalitas

melalui beberapa kriteria. (Coleman, Winkel dalam Supratiknya,

2003:11). Kriteria yang dimaksud ialah penyimpangan dari norma-

norma sosial, gejala “sala-suai” (maladjusment), tekanan batin, dan

ketidakmatangan. Secara lebih jelas dapat dijabarkan sebagai berikut:

Page 13: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

30

a. Penyimpangan dari norma-norma sosial; Menurut kriteria ini, abnormal diartikan sebagai non-konfomitas, yaitu sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial.

b. Gejala “Sala-Suai” (Maladjusment); Di sini abnormalitas dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam menghadapi, menanggapi atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun bersumber dari berbagai kebutuhannya sendiri.

c. Tekanan batin; Di sini abnormalitas dipandang berwujud perasaan-perasaan cemas, defresi atau sedih, atau rasa bersalah yang mendalam.

d. Ketidakmatangan; Di sini seseorang disebut abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usianya.

1.6. Ciri-ciri orang yang sehat mental

Orang yang sehat mental biasa di sebut individu yang normal.

Yakni orang yang mampu memperlihatkan kematangan emosional,

kemampuan menerima realitas, kesenangan hidup bersama orang lain,

dan memiliki filsafat atau pegangan hidup pada saat ia mengalami

komplikasi kehidupan sehari-hari sebagai gangguan (Killander dalam

Wiramihardja, 2004:25).

Secara lebih jelas ciri-ciri tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Kematangan emosional.

Terdapat tiga dasar emosi, yaitu cinta, takut, dan marah.

Fungsi cinta ialah apabila kita mencintai suatu hal yang membuat

senang, takut kalu ada hal yang mengancam rasa aman kit, dan

marah kalau ada yang mengganggu atau menghambat jalan usaha

untuk mencapai apa yang kita inginkan.

Page 14: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

31

Dengan dimikian orang yang disebut emosinya matang

ialah orang yang memiliki dispilin diri, determinasi diri, dan

kemandirian. Seseorang yang memiliki dispilin diri dapat mengatur

dirinya, hidup teratur, mentaati hukum dan peraturan. Sedangkan

orang yang memiliki determinasi diri akan membuat keputusan

sendiri dalam memecahkan masalah dan melakukan apa yang telah

diputuskan. Ia tidak mudah menyerah dan akan menganggap

masalah baru lebih sebagi tantangan daripada sebagai ancaman.

Sementara orang yang memiliki sikap kemandirian ialah orang

yang mampu berdiri di atas kaki sendiri. Artinya tidak bergantung

pada orang lain.

Berkaitan dengan pendapat di atas, Garious (dalam Najati,

2003:3) memberikan indikator tentang kematangan emosional,

sebagai berikut:

“Individu disebut memiliki kematangan emosional apabila individu mampu menerima kenyataan yang berkaitan dengan kemampuan dan potensi kepribadiannya, mampu menikmati hubungan-hubungan sosialnya baik di dalam maupun di luar keluarga, mampu bersikap positif terhadap kehidupan, sanggup menghadapi situasi yang tidak diperkirakan, berani dan mampu mengemban tanggung jawab, teguh dan konsisten, mampu mewujudkan keseimbangan dan keharmonisan di antara berbagai tuntutan kebutuhan dan motivasi kehidupan, memiliki perhatian yang seimbang terhadap berbagai macam kegiatan intelektual, kerja, hiburan, dan sosial, memiliki pendangan hidup yang kuat dan integral”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang

memiliki kematangan emosional adalah orang yang tidak banyak

menggantungkan diri pada bimbingan dan kendali orang lain,

Page 15: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

32

melainkan lebih mendasarkan diri pada kemampuan, kemauan dan

kekuatannya sendiri.

2. Kemampuan menerima realitas.

Adanya perbedaan antara dorongan, keinginan, dan ambisi

di satu pihak, serta peluang dan kemampuan di pihak lainnya,

adalah hal yang bisa terjadi. Bagi orang yang memiliki kemampuan

untuk menerima realitas sudah pasti akan memperlihatkan perilaku

yang mencerminkan kemampuan dalam memecahkan masalah,

yakni dengan segera menerima tanggung jawab, menyesuaikan diri

dengan lingkungannya, bersifat terbuka dalam menerima

pengalaman dan gagasan baru, membuat tujuan-tujuan yang

realistis, serta melakukan yang terbaik sampai merasa puas atas

hasil usahanya tersebut.

3. Hidup bersama dan bekerja sama dengan orang lain.

Yakni memiliki kemampuan dan kemauan untuk

mempertimbangkan minat dan keinginan orang lain dalam

tindakan-tindakan sosialnya, mampu menemukan dan

memanfaatkan perbedaan-perbedaan pandangan dengan orang lain,

serta mempunyai tanggung jawab sosial serta merasa bertanggung

jawab terhadap nasib orang lain.

4. Memiliki filsafat atau pegangan hidup.

Yang dimaksud dengan memiliki filsafat atau pegangan

hidup ialah memiliki pegangan hidup yang dapat senantiasa

Page 16: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

33

membimbingnya untuk berada dalam jalan yang benar, terutama

saat menghadapi atau dalam situasi berada yang mengganggu atau

membebani. Sehingga tidak terbawa oleh arus situasi yang

berkembang dilingkungan serta suasana hati yang bersifat sesaat.

1.7. Sifat-sifat orang yang sehat mental

Setelah memaparkan ciri-ciri orang yang sehat mental, maka

perlu pula dijabarkan mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh orang

yang sehat secara mental. menurut Coleman dan Broen (dalam

Wiramihardja, 2004:23), sifat-sifat tersebut antara lain:

1. Sikap terhadap diri sendiri yang positif (positif attitude toward self), menekankan pada penerimaan diri, identitas diri yang adekuat, penghargaan yang realistik terhadap kelebihan dan kekurangan orang lain.

2. Persepsi asalitas (perception of reality), yaitu suatu pandangan realistik atas diri sendiri dan dunia, orang, serta benda-benda yang yang nyata ada di lingkungannya.

3. Keutuhan (integration), yaitu kesatuan dari kepribadian, bebas dari ketidakmampuan menghadapi konflik dalam diri (inner conflict) dan toleransi yang baik terhadap stres.

4. Kompetensi, ialah adanya perkembangan kompetensi, baik fisik intelektual, emosional, sosial untuk menanggulangi masalah-masalah kehidupan. Kompetensi mengandung pengetahuan keterampilan, sikap dan perilaku yang sesuai dan memadai.

5. Otonomi, ialah keyakinan diri, rasa tanggung jawab, dan pengaturan diri yang adekuat, bersama-sama dengan kemandirian yang memadai menyangkut pengaruh sosial.

6. Pertumbuhan atau aktualisasi diri, ialah menekankan pada kecenderungan terhadap kematangan yang meningkat, perkembangan potensialitas, dan kepuasan sebagai pribadi.

Page 17: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

34

2.2. BIMBINGAN KONSELING ISLAM

2.1. Definisi Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan Konseling Islam diartikan sebagai suatu aktivitas

memberikan bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu yang

meminta bantuan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang

klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya,

keimanan, dan keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika

hidup dengan baik dan benar secara mandiri yang berpandangan pada

al-Qur’an dan Sunah Rasul SAW (Adz-Dzaky, 2001:189).

Ahli lain berpendapat bahwa Bimbingan Konseling Islam

diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar

mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga

dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Faqih, 2001:

4).

Bimbingan Konseling Islam juga dapat diartikan sebagai

suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran, dan pedoman

kepada individu yang meminta bimbingan (klien) yang mengalami

penyimpangan perkembangan fitrah beragama, dengan

mengembangkan potensi akal pikiran kepribadiannya, keimanan dan

keyakinan yang dimilikinya, sehingga klien dapat menanggulangi

problematika hidup secara mandiri yang berpandangan pada al-Qur’an

dan Sunah Rasul SAW, demi tercapainya kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat (Mustahidin, 2004: 57).

Page 18: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

35

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

bimbingan konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan

kepada individu baik yang mengalami permasalahan ataupun tidak

dengan cara mengembangkan potensi fitrah yang dimilikinya, agar

senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga

dengan cara yang mandiri individu mampu memecahkan permasalahan

yang dihadapinya serta mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat.

2.2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Menurut Hallen (2003:34) bimbingan konseling Islam

sifatnya hanya merupakan bantuan saja, sedangkan tanggung jawab

dan penyelesaian masalah terletak pada diri individu (klien) yang

bersangkutan.

Secara garis besar, tujuan bimbingan konseling Islam dapat

dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat. Sedangkan tujuan khususnya dapat dirinci sebagai berikut:

a. Membantu individu agar dapat terhindar dari masalahnya b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. (Adzaky:2001:180).

Page 19: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

36

Dengan memperhatikan tujuan dari bimbingan konseling

Islam, maka dapat dirumuskan beberapa fungsi bimbingan konseling

Islam. Menurut Hatcher dalam Abimanyu (2003:56), adalah:

1. Fungsi preventif; dari bimbingan konseling Islam terfokus pada penyesuaian diri, menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.

2. Fungsi edukatif; merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu sebelum mereka mencapai masalah. Upaya ini meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.

3. Fungsi rehabilitasi; terfokus pada upaya pemberian bantuan kepada individu dengan cara meningkatkan keterampilan dalam kehidupannya, mengidentifikasi, memecahkan masalah hidup dan membantu meningkatkan kemampuannya menghadapi transisi dalam hidup untuk keperluan hidup jangka pendek.

Sementara Aunur Rokhim Faqih (2001:37), menyebutkan

bahwa fungsi bimbingan konseling Islam terdiri dari:

1. Fungsi preventif; dapat diartikan sebagai membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya sendiri.

2. Fungsi kuratif; diartikan sebagai membantu individu dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

3. Fungsi preservatif; diartikan sebagai upaya membantu individu menjaga agar kondisi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikan itu bertahan lama.

4. Fungsi developmental; diartikan sebagai upaya untuk membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya permasalahan baginya.

2.3. Landasan Dasar Bimbingan Konseling Islam

Thohari Musnamar (1992:5), menjelaskan bahwa landasan

dasar bimbingan konseling Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.

Sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman

Page 20: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

37

hidup bagi umat Islam. Lebih dari itu, munculnya gagasan, tujuan dan

konsep-konsep bimbingan konseling Islam yaitu bersumber dari al-

Qur’an dan as-Sunnah. Pendapat yang sama juga dikemukan Rachman

(1996:3), landasan utama bimbingan dan konseling Islam adalah al-

Qur’an dan as-Sunnah, sebab keduanya merupakan sumber pedoman

atau otoritas puncak umat Islam.

Proses bimbingan konseling Islam yang berlandaskan pada

al-Qur’an dan as-Sunnah juga berkaitan dengan upaya melakukan

pengembangan terhadap individu sebagai usaha terencana untuk

meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang

mencerminkan kedewasaan pribadi guna meraih kondisi yang lebih

baik lagi dalam mewujudkan citra diri yang diidam-idamkan. Usaha ini

dilandasi oleh kesadaran bahwa manusia sebagai the self determining

being. Yakni memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang paling

baik untuk dirinya dalam rangka mengubah nasibnya menjadi lebih

baik lagi. (Bastaman,1995:127).

Prinsip ini tampaknya sesuai dengan prinsip mengubah nasib

yang terungkap dalam Al-Qur’an:

������������� �������������������������� ������������� !"���#�$ Artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S. Ar-Ra’d:11) (Yayasan Penterjemah Al-Qur’an, 1421: 370).

Dengan memperhatikan arti pada ayat di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa bimbingan konseling Islam yang berlandaskan

Page 21: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

38

pada al-Qur’an sebagai kegiatan membantu klien dalam melakukan

perubahan ke arah yang lebih baik ialah bergantung pada kemauan dan

kemampuan klien untuk merubahnya, artinya bimbingan konseling

Islam sifatnya hanya membantu saja.

2.4. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam

Dalam menjelaskan asas-asas bimbingan konseling Islam,

penulis merujuk pada pendapat yang dikemukakan Thohari

Musnamar 1992:5-8) yaitu terdapat lima belas asas yang berkaitan

dengan kegiatan bimbingan konseling Islam. Asas-asas yang dimaksud

antara lain:

1. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat; Bimibingan dan konseling Islam bertujuan membantu klien dapat hidup dalam keseimbangan, keselarasan, keserasian antara kehidupan dunia dan akhirat.

2. Asas fitrah; Bimibingan dan konseling Islam merupakan bantuan kepada klien untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.

3. Asas lillahi ta’ala; Bimibingan dan konseling Islam bertujuan semata-mata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penih keikhlasan, tanpa pamri, sementara yang dibimbingpun menerima atau meminta bimbingan dan atau konseling pun dengan ikhlas dan rela pula,karena semua pihak merasa bahwa semua yang di lakukan adalah karena untuk pengabdian kepada Allah semata.

4. Asas bimbingan seumur hidup; Manusia pada dasarnya tidak sempurna dan tidak selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja akan menemui kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itu, bimbingan konseling diperlukan selama hayat masih dikandung badan.

5. Asas kesatuan jasmani dan ruhani; bimbingan konseling Islam memperlakukan kliennya sebagai mahluk jasmani dan rohani, tidak memandangnya sebagai mahluk biologis semata atau mahluk rohaniah semata. Dalam hal ini, bimbingan konseling Islam membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmani dan rohani tersebut.

Page 22: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

39

6. Asas keseimbangan ruhaniah; Bimbingan konseling Islam mengarahkan atau mengajak klien untuk menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua kemampuan atau potensial rohaniahnya.

7. Asas kemaujudan individu; Bimbingan konseling Islam berlangsung pada citra manusia menurut Islam, memandang seseorang individu sesuai maujud (eksistensi) tersendiri.

8. Asas sosialitas manusia; manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini diakui dan diperhatikan dalam bimbingan dan konseling Islami. Dengan kata lain, dalam bimbingan dan konseling Islami sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu dan hak tanggung jawab sosial.

9. Asas kekhalifahan manusia; Manusia diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta (khâlifah fil ardi). Dengan kata lain, manusia dipandang sebagai makhluk berbudaya yang menggelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem. Sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidak seimbanggan ekosistem tersebut yang di perkuat oleh manusia itu sendiri. Untuk itu bimbingan konseling Islam berfungsi untuk menuntun kebahagiaan dirinya dan umatnya.

10. Asas keselarasan dan keadilan; Bimbingan konseling Islam bertujuan untuk mewujudkan keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Baik terhadap dirinya, orang lain, alam semesta dan kepada Allah.

11. Asas pembinaan akhlaqul-karimah; bimbingan konseling Islam membantu klien memelihara, mengembangkan, menyempunakan sifat-sifat yang baik (akhlaqul-karimah).

12. Asas kasih sayang; Bimbingan konseling Islam dilakukan dengan berlandaskan kasih dan sayang. Sebab hanya dengan dengan kasih sayanglah bimbingan konseling Islam dapat berhasil.

13. Asas saling menghargai dan menghormati; Dalam bimbingan dan konseling Islam konselor dan klien memiliki kedudukan sama. Perbedaannya hanya terletak pada fungsinya saja, yakni konselor memberikan bantuan, sedangkan klien adalah pihak yang menerima bantuan.

14. Asas musyawarah; Bimbingan konseling Islam di lakukan dengan asas musyawarah, artinya antara pembimbing (konselor) dengan yang di bimbing (klien) terjadi diolog yang baik. Dengan kata lain, satu sama lain tidak saling mendiktekan, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.

15. Asas keahlian; Bimbingan konseling Islam di lakukan oleh orang yang memiliki kemampuan atau keahlian dibidang tersebut. Meliputi keahlian dalam metodologi, teknik-teknik bimbingan dan

Page 23: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

40

konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan (objek, materi) bimbingan dan konseling.

Asas-asas di atas merupakan salah satu faktor pendukung

bagi keberhasilan bimbingan dan konseling Islam, dalam hal ini

konselor diharuskan memiliki komitmen yang tinggi untuk

menghayatii dan menjalaninya.

2.5. Teknik Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan konseling Islam merupakan suatu aktifitas yang

hidup dan mengharapkan akan lahirnya perubahan-perubahan dan

perbaikan-perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien.

Untuk itu agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka diperlukan teknik

yang memadai. Sebaliknya, apabila tidak didukung dengan teknik-

teknik memadai, maka tujuan utama kegiatan bimbingan konseling

Islam tidak akan dapat tercapai dengan baik. (Adzaky, 2001:154).

Teknik bimbingan konseling Islam yang dimaksud ialah :

1. Teknik yang bersifat lahir; dalam prakteknya, teknik yang bersifat

lahir ialah menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar, atau

dirasakan oleh klien, yaitu dengan menggunakan tangan atau lisan.

Secara luas makna penggunaan tangan dapat dilakukan dengan

cara:

a. Menggunakan kekuatan (power) dan otoritas melalui kekuasaan atau pengaruh.

b. Keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras. c. Sentuhan tangan dengan maksud untuk memberikan sugesti.

Misalnya: berjabat tangan sebelum melakukan kegiatan bimbingan. (Adzaky, 2001:156).

Page 24: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

41

Sedangkan penggunaan teknik lisan dalam kegiatan

bimbingan konseling Islam dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Memberikan nasehat atau ajakan yang baik dan benar. b. Membaca doa atau berdoa dengan menggunakan lisan.

(Adzaky, 2001:158).

2. Teknik yang bersifat batin adalah teknik yang dilakukan dalam hati

melalui do’a dan harapan, sehingga tidak ada usaha atau upaya

konkrit. Mengenai teknik bimbingan dan konseling yang bersifat

umum, W.S. Wenkel dalam M. Hamdani Bakran Adzaky

(2001:154) membagi teknik konseling menjadi dua bagian, yaitu:

a. Konseling yang bersifat verbal yaitu; berupa tanggapan apa saja secara verbal yang diberikan oleh konselor, yang merupakan perwujudan kongkrit dari maksud, pikiran dan perasaan yang berbentuk dalam batin konselor. Dengan kata lain merupakan tanggapan batin untuk membantu proses bimbingan dan konseling pada saat tertentu. Tanggapan tersebut bisa berupa pertanyaan atau kalimat tanya.

b. Konseling bersifat non verbal yaitu: teknik yang lebih menonjolkan sikap dari konselor. Seperti senyuman, cara duduk anggukan kepala, gerak-gerik tangan, berdiam diri, mimik atau ekspresi wajah, pandangan mata, variasi nada suara dan sentuhan. (Adzaky, 2001:163).

Berdasarkan pada penjelasan mengenai pengertian, landasan

dasar, asas-asas serta tujuan dan fungsi bimbingan konseling Islam,

maka penulis berpendapat bahwa pendekatan tersebut sangat relevan

apabila digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisa konsep

kecerdasan emosi dan spritual (ESQ) Ary Ginanjar Agustian sebagai

metode pencegahan gangguan mental.

Page 25: BAB II 1100002 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005... · khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan ... istilah yng umum

42