bab i1
DESCRIPTION
vnbmvmTRANSCRIPT
MAKALAH INSTRUMENTASI III
BD FACSCOUNT SYSTEM
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
ADI LESMANA
AFIFAH IRBAH
DIAN EKA SUSANTI
NURSAKINAH JASMIN
ANALIS KESEHATAN
TINGKAT 2A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
2015 - 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “BD FACScount SYSTEM “.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.
Tangerang, 25 Oktober 2015
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
A. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)
Human Immunodeficiency Virus merupakan Virus yang menyebabkan rusaknya
melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk
berkembang biak.
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV -1 dan HIV-2. HIV 1
adalah virus HIV yang pertama diidentifikasi oleh Luc Moontainer di Institut Pasteur Paris,
tahun 1983. HIV-2 berhasil di isolasi dari pasien Afrika Barat tahun 1986 ( Levinson W, Jawetz
E, 2003). HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masukkedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber
dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik
HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes yang
ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet
dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun ( Price SA, Wilson LM, 2006).
HIV-1 adalah yang lebih "virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber
dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia. HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika
Barat. Kedua spesies berawal di Afrika Barat dan tengah, menular dari primata ke manusia
dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 telah berevolusi dari sebuah simian
immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan troglodyte
troglodyte .
HIV-1 memiliki 3 kelompok atau grup yang telah berhasil diidentifikasi berdasarkan
perbedaan pada envelope-nya yaitu M, N, dan O . Kelompok M yang paling besar
prevalensinya dan dibagi kedalam 8 subtipe berdasarkan seluruh genomnya, yang masing-
masing berbeda secara geografis . Subtipe yang paling besar prevalensinya adalah subtipe B
(banyak ditemukan di Afrika dan Asia), subtipe A dan D (banyak ditemukan di Afrika), dan C
(banyak ditemukan di Afrika dan Asia); subtipe-subtipe ini merupakan bagian dari kelompok
M dari HIV-1. Ko-infeksi dengan subtipe yang berrbeda meningkatkan sirkulasi bentuk
rekombinan (CRFs)
Human Immunodeficiency virus adalah virus sitopatik diklasifikasikan dalam Famili
Retroviridae, sub family Lentiviridae, genus Lentivirus. Berdasarkan strukturnya termasuk
Family retrovirus termasuk virus RNA yang biasanya menyerang organ vital sistem kekebalan
manusia seperti sel T CD4, makrofag, dan sel dendritik. Virus HIV secara langsung dan tidak
langsung merusak sel T CD4, padahal sel T CD4 di butuhkan agar sistem
kekebalan tubuh berfungsi dengan baik. Jika virus HIV membunuh sel T CD4 sampai
terdapat kurang dari 200 sel T CD4 permikro liter darah, maka kekebalan seluler akan hilang
(Highleyman, 2007)
Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin
fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy
virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis
dan jumlah virus menjadi sangat banyak (Kelly J et al, 1994; Ngowi BJ et al, 2008)
Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial
mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan
cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air
mata dan lain-lain.
B. CD4
Sel CD4 adalah semacam sel darah putih atau limfosit dan ini bagian yang penting
dari sistem kekebalan tubuh manusia. Disebut juga sel T-4, sel pembantu atau kadang sel CD4
Ketika manusia terinfeksi HIV sel yang paling sering terinfeksi adalah sel CD4, dan
menjadi bagian dari sel tersebut. Ketika sel CD4 menggandakan diri untuk melawan infeksi apa
pun, sel tersebut juga membuat banyak duplikasi HIV. Semakin menurunnya sel CD4 berarti
sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak dan semakin rendahnya jumlah CD4 yang ada dalam
tubuh manusia, semakin mungkin kita akan mudah sakit atau mungkin akan mengalami infeksi
oportunistik (Burban SD, 2007)
Karena jumlah CD4 sering berubah-ubah biasanya dokter lebih menggunakan
presentase sel CD4 yaitu perbandingan dengan limfosit total Jika hasil tes CD4 = 34% berarti
34% dari limfosit kita adalah CD4. Angka normal berkisar 30 - 60%. Di bawah 14%
menunjukan kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh. Hal ini adalah tanda AIDS pada
orang yang terinfeksi HIV.
Jumlah CD4 normal adalah 410 sel/mm3 – 1590 sel/mm3, bila jumlah
CD4 dibawah 350/mm3, atau dibawah 14%, kita dianggap AIDS, (Definisi Depkes).
Jumlah CD4 dipakai bersama untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat.
C. LIMFOSIT
Limfosit dapat di bedakan dalam dua kelompok besar, yaitu limfosit T, dan B. Baik
limfosit T maupun B, keduanya harus mampu secara spesifik mengenali sel sel dan benda lain
yang tidak di butuhkan untuk di hancurkan atau di netralisasi karena berbeda dari sel sel normal,
perbedaan tersebut di mungkinkan dengan adanya antigen (Scanlon VC, Sanders T, 2007).
Antigen adalah molekul kompleks berukuran besar yang mencetuskan respon imun spesifik
terhadap dirinya sendiri apabila antigen tersebut masuk ke dalam tubuh. Protein asing adalah
yang paling sering di jumpai ( Sherwood L, 2001). berinteraksi dengan CD4 yang kemudian
menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen (APC) ( Nursalam, Kurniawati ND,
2002)
Jenis jenis sel T dan fungsinya:
1. Sel T Pembantu
Merupakan sel T yang jumlahnya paling banyak kira kira 75 % dari limfosit T sel ini
membantu melakukan fungsi system imun dan bertindak sebagai pengatur utama sistem imun.
2. Sel T Sitotoksik(sel pembunuh)
Merupakan sel penyerang yang mampu langsung membunuh mikroorganisme
3. Sel T Supresor,
Sel yang mempunyai kemampuan untuk menekan fungsi sel T sitotoksik dan sel T
pembantu, menjaganya agar jangan menyebabkan reaksi imun yang berlebihan yang dapat
merusak tubuh ( Guyton AC, M. D, Hall JE, 1997) Limfosit T, bertanggung jawab dalam
pembentukan limfosit teraktivasi yang dapat membentuk imunitas yang di perantarai sel, dan
limfosit B, bertanggung jawab dalam pembentukan antibody yang memberikan imunitas humoral
( Guyton AC, M. D, Hall JE, 1997)
Fungsi utama limfosit B adalah sebagai imunitas anti body humoral. Masing masing sel
B mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk mensekresi antibody
spesifik.
Limfosit T
Limfosit T mempunyai 2 fungsi utama yaitu:
1. Regulasi system imun.
2. Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus
Masing masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4, CD8, dan CD3 yang
membedakannya dengan sel lain. Sel CD4 adalah sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer
cell, dan makrofag saat terdapat antigen target khusus.
HIV menyerang CD4, dengan secara langsung yaitu sampul HIV yang mempunyai efek
toksik akan menghambat fungsi sel T, secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang di
sebut sampul gp 120 dan anti p24.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan BD Facscount System?
b. Bagaimana Prinsip kerja dari alat BD Facscount System?
c. Bagaimana cara pengambilan sampel untuk BD Facscount System?
d. Bagaimana cara kerja dari alat BD Facscount System ?
e. Bagaimana interpretasi hasil alat BD Facscount System ?
f. Apa kelebihan dan kekurangan dari alat BD Facscount System?
g. Apa saja troubleshooting dari alat BD Facscount System?
h. Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan dari alat BD Facscount System?
i. Bagaimana cara kalibrasi BD Facscount System ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Pengertian alat BD Facscount System
b. Mengetahui Prinsip kerja dari alat BD Facscount System
c. Mengetahui cara pengambilan sampel untuk BD Facscount System
d. Mengetahui cara kerja dari alat BD Facscount System
e. Mengetahui interpretasi hasil alat BD Facscount System
f. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari alat BD Facscount System
g. Mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan dari alat BD Facscount System
h. Mengetahui cara kalibrasi alat BD Facscount System.
i. Mengetahui troubleshooting dari alat BD Facscount System
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Prinsip Kerja
2.3 Bagian-bagian Alat
1. Tabung Loader Komponen
Sampel perangkat tabung loading dipasang langsung pada aliran cytometer. Perangkat
terdiri dari sistem penggerak, mekanisme tabung pengangkat, rak spindle, dan optik sensor, yang
semuanya melekat pada laci geser.
Tabung pengangkat adalah batang baja stainless yang mengangkat tabung sampel dari
rak keport injeksi sampel (SIP). Kecepatan dan jarak pengangkat dioptimalkan, dan tidak boleh
diubah kecuali jika Anda diminta untuk melakukannya oleh BD Biosciences.
Ada dua sensor optik. Satu membaca ID rak untuk memverifikasi rak terpasang benar.
Yang lain memindai rak untuk memverifikasi lokasi tabung sesuai dengan terkait Rak Manifest.
Hal ini juga memverifikasi tabung di tempat sebelum mengaktifkan pengangkat tabung dan
bahwa tabung dikembalikan ke rak ketika pengangkat tabung diturunkan.
Untuk mengoperasikan Loader, cover harus di tempat di laci Loader. Tabung tidak akan
dimuat jika penutup dimatikan, dan tabung sedang berjalan akan dibongkar jika penutup dihapus
selama berlari. Satu-satunya modifikasi yang diperlukan untuk cytometer untuk bekerja dengan
baik dengan Loader akan melepas Bal segel dan memasang panduan tabung dan loader segel
pada SIP. Hal ini membantu untuk menyediakan instalasi yang tepat dan bertekanan dari tabung
selama akuisisi.
Perhatikan bahwa Anda dapat mengembalikan cytometer ke kondisi semula jika Anda
ingin menginstal tabung secara manual pada cytometer tanpa menggunakan Loader tersebut.
2. Rak
Rak Loader dapat menampung hingga empat puluh 12 x 75 mm tabung di berlabel lokasi
tabung. Setiap rak telah ID rak (16/1) dicetak di atas dan pada optik membaca label pada
permukaan bagian dalam rak. Rak diposisikan pada rak spindle dalam laci Loader, yang slide di
dan keluar untuk memudahkan akses. Perhatikan bahwa Loader yang kompatibel dengan rak
Loader tradisional (abu-abu) dan yang lebih baru, rak kehijauan berlabel "Contoh-Prep Ready"
(Gambar 1-3).
3. Keypad
Keypad (Gambar 1-4) berkomunikasi dengan modul elektronik Loader melalui Kabel SCSI.
Gunakan tombol untuk menyalakan Loader dan mematikan, dan untuk beroperasi Loader
manual. (Tombol keypad yang dinonaktifkan selama Worklist run.) Setiap kali Loader
dihidupkan dan penutup di tempat, Loader yang melakukan scan inisialisasi. Layar LED pada
keypad menunjukkan status Loader. Setelah scan sukses, status Loader membaca Tabung 01.
Selama operasi manual, tekan tombol pada keypad untuk melakukan
fungsi berikut:
• Rack-menggerakkan rak ke posisi lain
• Lifter-menaikkan atau menurunkan tabung
• mixing –menggetrakan rak untuk mencampur sampel dalam tabung sampel
Tekan dan lepaskan tombol untuk mencampur dengan kekuatan rendah; tekan terus
tombol selama 2 detik (tinggi) untuk mencampur dengan kekuatan tinggi .
2.4 Cara Kerja
Setting Up the Loader
Ikuti langkah-langkah untuk mengatur rak Loader (s) dan menginstal rak pertama pada
cytometer. Jika Anda menjalankan sampel yang disiapkan pada Contoh BD FACS Prep Assistant
(SPA).
1.Lepaskan rak Loader dari instrumen, jika diperlukan.Geser penutup Loader depan dan menarik
keluar laci Loader.tempatkan ibu jari pada spidle pusat , dan tekan ke bawah dengan ibu
jari ,sementara tarik lembut pegangan pada rak dengan dua jari seperti yang ditunjukkan pada
gambar.
2.Vortex tabung sampel dan menempatkan mereka di rak (s) sesuai dengan Rak Manifest.Jika
Rack Manifest menunjukkan tabung pembersihan diperlukan di rak itu,memuat tabung berisi 3
mL 10% pemutih di Posisi 39 dan tabung mengandung 3 mL air deionisasi di Posisi 40.Jika rak
terakhir penuh tabung sampel, menggunakan rak lain untuk membersihkan. Saat membersihkan
tidak perlu dilakukan manual, worklist manager akan meminta praktikan untuk membersihkan.
Yakinkan actual tube memuat ragkaian yang akan di print di rack manifest. Jika memuat
rak yang lama, sebelum praktikan praktikan run sampel pada loader, praktikan harus memutar
tube lagi sebelum proses analisis.
3.Pasang rak pertama yang akan diperoleh pada Loader. Posisi lubang spindle dalam menangani
rak atas pusat poros dari loader laci. Putar rak sampai panduan penyelarasan pin cocok menjadi
lubang keselarasan kecil di bagian atas rak. Tekan dengan kuat untuk mengatur atau meng-set
rak
4 Tutup laci Loader dengan benar, dan menginstal penutup Loader.Scan Loader dan posisi rak di
tabung Posisi 1.
Jika rak dimuat duduk untuk jangka waktu sebelum Anda menjalankan sampel pada
Loader, praktikan harus mrmtar tabung lagi sebelum melanjutkan.Untuk mengoperasikan
Loader, cover harus di tempat di laci Loader.Tabung tidak akan dimuat jika penutup dimatikan,
dan tabung sedang berjalan akan dibongkar jika penutup dihapus selama proses runing
Running Samples
Setelah Anda klik Jalankan Tes pada Worklist, Worklist Manajer menjalankan sampel
yang tercantum dalam Worklist tersebut. Jika Worklist mengandung kedua BD CellQuest Pro
dan BD multiset tes, siklus akan melakukan pembersihan singkat (sekitar 3 menit) dilakukan
karena setiap aplikasi selesai menutup. Ketika Worklist selesai, siklus pembersihan panjang
(sekitar 12 menit) dilakukan. Ketika final membersihkan siklus selesai, Ringkasan Laporan
muncul dalam ringkasan pandangan. Untuk pilihan-aplikasi tertentu selama akuisisi, melihat BD
CellQuest Pro.
1. Tempatkan aliran cytometer dalam mode RUN dan memilih aliran yang tepat.
sebelum proses berlanjut ke tahap 2, pastikan tempat kertas untuk print terisi penuh.Jika printer
kehabisan kertas ditengah tengah run maka proses runing akan berhenti.
2 Klik Jalankan Tes pada pandangan Worklist.
Jika praktikan belum menyimpan dokumen Worklist,dialog akan muncul,menginstruksikan
praktikan untuk melakukannya.
Langkah-langkah inisialisasi:
• Loader akan memeriksa ID Rack.
• lokasi Tabung diperiksa terhadap Rack Manifest.
• Perangkat lunak akuisisi akan terbuka.
Sejumlah hal yang terjadi sebagai perangkat lunak akuisisi terbuka.
• Dokumen-aplikasi khusus untuk sampel pertama dibuka.
• Pengaturan Instrumen-download ke cytometer, jika file itu terkait dengan panel sampel di
Assay Settings.
• Awal-of-rack campuran terjadi.
• akuisisi Contoh dimulai.
Notice: Jika kesalahan Loader terjadi selama running, dialog muncul dengan pilihan untuk Coba
lagi, Lanjutkan, atau Berhenti Run. Klik Retry untuk memeriksa kembali status; klik Continue
untuk menyelesaikan akuisisi tabung yang tanpa memperbaiki kesalahan Kondisi. Kesalahan
dicatat pada Summary Report.
Jika masalah penamaan file terjadi selama menjalankan, aplikasi memodifikasi nama file
dengan menambahkan huruf besar setelah jumlah tabung.Worklist dibatalkan jika masalah tidak
dapat diselesaikan.
3 Jika diminta, masukkan atau scan korsel ID unik dari SPA diimpor Worklist, dan klik
Lanjutkan.
Dialog berikut akan muncul jika Anda mendefinisikan ID korsel unik di SPA worklist.
4 Pasang rak berikutnya, jika diminta.
Setelah akuisisi selesai untuk sampel pertama atau panel, akuisisi sampel berikutnya atau
panel dimulai. Jika sampel berikutnya atau panel menggunakan berbeda pengaturan instrumen,
pengaturan baru secara otomatis di-download ke cytometer.
Jika sampel berikutnya atau panel menggunakan akuisisi yang berbeda,dokumen akuisisi
pertama ditutup, dan yang berikutnya dibuka. Manager software Worklist secara otomatis
meluncurkan dan menutup akuisisi software untuk menjalankan panel masing-masing.
5 Ketika siklus pembersihan akhir selesai, meninjau Ringkasan Laporan.Untuk mencetak hasil,
pilih File> Print.
6 Lepaskan penutup Loader, menarik keluar laci Loader, dan lepasakan rak.
7 Pasang tabung air suling pada SIP
8 Pasang cytometer dalam mode siaga.
9 Keluar Manager software Worklist.
Pausing Acquisition
Untuk menghentikan jangka Loader ketika Anda menggunakan BD CellQuest software
Pro, lakukan langkah berikut:
1 Klik Berhenti Worklist.
2 Ketika dialog countdown muncul, klik Yes.
3 Klik Worklist tampilan latar belakang Manager untuk mengaktifkannya, dan klik Stop.
4.dialog countdown muncul,klik yes untuk mrnghrntikaan akuisisi.pilih dari peraturan yang
tertera;
• Rerun = rerun tube sekarang
• Next tube = lewati untuk tube selanjutnnya pada worklis
• Next sampel = mempercepat mesin untuk tube pertama dari sampel selanjutnnya(jika
memungkinkan), meninggalkan sampel sebelumnnya yang belum selesai.
• Stop run
BD multiset Pilihan Selama Akuisisi
Ketika Worklist Manajer meluncurkan software BD multiset, praktikan akan memiliki
akses hanya untuk Akuisisi, Analisis, Lab Report, dan Laporan pandangan Dokter. Praktikan
tidak akan dapat berhenti dan melihat Ringkasan Laporan di ringkasan tampilan.Laporan ini
dibuat hanya ketika Worklist Manajer berhenti aplikasi. Informasi berikut dalam dokumen
Jadwal dapat berubah ketika itu dokumen dijalankan dengan Worklist Manager, namun
perubahan ini tidak disimpan.
• Sumber Data menjadi Dari cytometer.
• Lihat Laporan default untuk 5 detik kecuali nilai 2 atau 0 yang disimpan dalam Schedule
document.
• preferensi Panel menjadi Jalankan saja Panel.
• Semua informasi sampel dihilangkan.
2.5 Interpretasi Hasil
Melihat Ringkasan Laporan
Ringkasan Laporan muncul dalam tampilan Ringkasan pada penyelesaian setiap
dijalankan. Ringkasan Laporan berisi daftar semua sampel dan reagen informasi, lokasi rak, file
data yang disimpan, dan status run
Praktikan dapat menyimpan dan mencetak Ringkasan Laporan dengan memilih yang
sesuai perintah dari menu File. Jika Anda mengklik Ringkasan Laporan centang di pandangan
Set Up, laporan secara otomatis disimpan ketika Worklist selesai atau berhenti. Pada Ringkasan
tampilan Anda dapat keluar dari program atau memilih untuk menjalankan lebih banyak sampel
dengan mengklik ikon Worklist.
2.6 Kalibrasi
Checking Tube Lifter Calibration
Tube lifter parameter digunakan untuk mengatur tube lifter untuk memastikan tepatnya
penyegelan dengan SIP(sample injection port). Praktikan dapat bertanya mengenai pangaturan
kepada BD BIOSCIENCES personnel jika praktikan menghubungi troubleshooting assistance.
1. Keluar dari worklist manager software, jika dibutuhkan,dan penurunan loader manager
sofware
2. Klik tombol maintenance(pemeliharaan) di loader status window
3. Klik Check Lifter Parameters in the Maintenance dan Diagnostics window, dan klik
Run. The Check Lifter Parameters dialog appears
4. Klik print untuk mengeprint dokumen dari penyimpanan lifter parameter, jika
diperlukan
5. Klik done untuk kembali ke Maintenance dan Diagnostics window
2.7. Troubleshooting
Troubleshooting
Pengamatan Kemungkinan Penyebab
Direkomendasikan Solusi
Tidak ada tampilan LED pada keypad Loader
Daya loader tidak diaktifkan
Beralih pada kekuatan Loader pada keypad.
Loader kabel listrik tidak sudah dicolokkan
Matikan listrik, pasang di Loader kabel listrik, dan beralih kekuatan kembali.
Daya utama dimatikan pada Modul elektronik loader
1 Matikan daya padakeypad.2 Lepaskan panel akses
depandari cytometer tersebut.3 Mencapai ke belakang kiri
sudutmodul elektronik dantekan tombol ke kanan(sambil melihat dari depan).4 Hidupkan keypad Loaderkekuasaan.Jika tampilan LED muncul,memasang kembali panel
akses; jikaDisplay LED tidak muncul,melihat penyebab berikutnya
Modul elektronik loader
sekering ditiup
Ganti sekring tersebut. Lihat Mengganti
Loader Fuse pada halaman 90.
Rak salah berputar
Rack tidak terlibat dengan
pin keselarasan di laci
Memutar rak pada porossampai panduan keselarasan
pinterlibat dengan lubang
keselarasan dirak, dan tekan ke bawah.
melihatGambar 4-2 pada halaman
69. Jikamasalah terus berlanjut,
hubungi
BD Biosciences untuk bantuan.
Tabung reaksi tidak tertekan
Fluidic kontrol saklar tidak berjalan
Hidupkan fluidic saklar kontrol untuk menjalankan
Uji tabung retak
Ganti tabung tes.
Tangki selubung tidak bertekanan
Pastikan katup ventilasi ditutup
dan tutup selubung reservoir
SIP tetesan luar lengan tidak terpasang dengan baik
SIP tetesan luar lengan tidak terpasang dengan baik
Melonggarkan punggawa SIP, mendorong lengan sampai itu kursi benar,
dan kemudian kencangkan.
2.8. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dari BD Facs Count System
1. Sebelum menggunakan alat pastikan mengenal bagian bagian alat dan mengetaui cara
pemakain alat dengan membaca manual book
2. Praktikan harus mengetahui macam macam troble shooting yang dapat terjadi pada
alat
2.9. Cara Perawatan Blood BD Facs Count System
• ganti tube secara rutin
• periksa trouble shooting secara berkala
• selalu bersihkan alat setelah dan sebelum menggunakan
• alat disimpat di tempat yang kering (tidak lembab) dan di meja permanen
2.10. Gold standart :
a. Dipstick test HIV
Test ini sering di gunakan sebagai test awal untuk mendeteksi anti bodi HIV-1 atau
HIV-2 pada serum, plasma atau darah dari orang yang di anggap mempunyai resiko terpapar
dengan virus HIV, namun bila hasil tidak reaktif belum dapat dikatakan bahwa belum pernah
terpapar dengan virus HIV.
b. Test Saliva
Test ini untuk mendeteksi antibody HIV pada saliva pasien dengan menggunakan
alat OraSure test dengan akurasi 99,8%.
Seperti di ketahui saliva merupakan cairan tubuh yang dapat menularkan
penyebaran dari virus HIV. Test ini di gunakan untuk pemeriksaan virus HIV pada orang
penderita hemophilia yang sulit di ambil darahnya karena resiko perdarahan dan orang yang
menggunakan obat anti koagulan.
c. Test urine.
Urine merupakan cairan tubuh yang mengandung virus HIV namun
konsentrasinya rendah sehingga dapat di gunakan untuk test anti body HIV dengan akurasi
99,8%. Indikasi untuk penderita hemopilia dan yang sulit mengambil sample darah karena
pembuluh darah yang buruk.
d. ELISA
ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi antibodi
yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai
minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV. Kerena alasan
inilah maka para ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12
sesudah melakukan aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi. Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau urine.
Saat ini telah tersedia Tes HIV Cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan ini sangat mirip
dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu menggunakan sampel darah jari dan air liur.
Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang diperiksa telah
terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Blot atau IFA, untuk
mengkonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi walaupun ELISA menunjukkan hasil positif,
masih ada dua kemungkinan, orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul
telah terinfeksi HIV ( Price SA, Wilson LM, 2006)
e. Western Blot
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap HIV.
Western Blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih
spesifik, sehingga kasus yang tidak dapat disimpulkan sangat kecil. Walaupun demikian,
pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya (Price SA, Wilson
LM, 2006)
Tes ini untuk mendeteksi antibodi HIV -1. Alat ini mengandung virus HIV yang sudah di
lemahkan dengan psoralen dan sinar ultra violet. Protein specific HIV-1 di kelompokkan sesuai
dengan berat molekulnya dengan elektroforesis pada larutan sodium dodecysulfat, larutan ini di
campur dengan serum yang akan di periksa, kemudian di simpan dalam incubator, kemudian di
nilai skor reaksi berdasarkan intensitasnya. Bila hasil tidak reaktif seseorang pasti tidak terpapar
dengan virus HIV.
f. IFA
IFA (Indirect Fluorescent Antibody) juga meurupakan pemeriksaan konfirmasi
ELISA positif. Seperti halnya pemeriksaan diatas, IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV.
Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal.
g. PCR Test
PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan
virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah
terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu,
biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu,
PCR test juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screening test) darah atau organ yang
akan didonorkan ( Nursalam, Ninuk DK, 2002)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan