bab i1

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaan adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh para penulis professional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan kelas. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana. Pengelolaan merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengejaran secara efisien secara dan memungkinkan mereka untuk belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama yang paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik, merupakan syarat pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. 1 [1] Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan peran guru dalam pengelolaan pembelajaran. Adapaun pokok bahasannya mengenai, pengertian 1

Upload: vic-ollyf

Post on 12-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lll

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I1

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Penulisan

Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaan

adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh para penulis

professional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan kelas. Mengapa demikian?

Jawabannya sederhana. Pengelolaan merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan

guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian

rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengejaran secara efisien secara dan

memungkinkan mereka untuk belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif

adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama yang paling sulit bagi guru adalah

pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak

didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan

untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan

anak didik, merupakan syarat pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan

prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.1[1]

Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai beberapa hal yang berkaitan

dengan peran guru dalam pengelolaan pembelajaran. Adapaun pokok bahasannya mengenai,

pengertian pengelolaan pembelajarann, peran dan tugas guru dalam pengelolaan

pembelajaran, dan usaha preventif masalah pengelolaan kelas.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian pengelolaan pembelajaran?

2.      Bagaimana peran dan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran ?

3.      Bagaimana usaha preventif dalam masalah pengelolaan kelas?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Agar dapat memahami pengetian pengelolaan pembelajaran.

2.      Agar dapat memahami peran dan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran.

3.      Agat dapat memahami uaha preventif masalah pengelolaan kelas

D.    Metode Penulisan

1

Page 2: BAB I1

Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode

library research. yang mana penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai

bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas

dalam makalah ini dan penulis menyimpulkan dalam bentuk makalah.

Page 3: BAB I1

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian pengelolaan pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan pengelolaan kelas. Dalam hal

ini pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru

selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan

untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai

tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha

mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.

Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan pembela-jaran penting

untuk diketahui oleh siapa pun juga yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan.

Maka adalah penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan pembelajaran dalam hal ini.

Pengelolaan pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan pembelajarann.

Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”.

Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya

dari bahasa Inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,

pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi

Arikunto (1990: 2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.2[2]

Menurut Hamalik, pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Sedangkan menurut Suyudi, pembelajaran

adalah salah satu proses untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan pengetahuan adalah

salah satu cara untuk memperoleh kebenaran/nilai, sementara kebenaran adalah pernyataan

tanpa keragu-raguan yang dimulai dengan adanya sikap keraguan terlebih dahulu”.

Selain itu pembelajaran didefinisikan sebagai suatu system atau proses membelajarkan

subyek didik/pembelajar yang dirancanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi

secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

secara efektif dan efisien.3[3]

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha yang

sengaja dilakukan oleh guru/pengajar yang melibatkan peserta didik dalam mengelola

pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

2

3

Page 4: BAB I1

Pendapat lain mengenai pengelolaan pembelajaran dikemukakan oleh Nana Sudjana

(1988) yang menjelaskan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan

memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM)

yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespons) komponen-komponen

pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian

kegiatan (metode dan teknik, serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan

sisitematis".

B.     Peranan dan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran

1.      Peranan guru dalam pengelolaan pembelajaran

a.       Guru sebagai Pendidik.

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta

didik, dan lingkungan. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu,

yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

Berkaitan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma

moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma

tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam

pembelajaran di sekolah, dan di dalam kehidupan bermasyarakat.

b.      Guru sebagai pengajar.

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,

kematangan, hubungan peserta didik dan dengan guru, kemampuan verbal, tingkat

kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas

dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.

c.       Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan

dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah

perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,

moral, dan spiritual yang lebih dan kompleks.

Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu

perjalanan, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang ditempuhmenggunakan

petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesui dengan kebutuhan dan kemampuan

peserta didik.

d.      Guru sebagai pelatih

Page 5: BAB I1

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik intelektual

maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Pelatihan

dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus

mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan. Untuk itu, guru

harus banyak tahu, merskipun tidak mencakup semua hal secara sempurna, kerena hal itu

tidaklah mungkin.

e.       Guru sebagai penasehat.

Guru adalah sebagai penasehat bagi peserta didiknya. Bahkan bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat khusus sebagai penasehat

dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.

Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan

dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara

mengherankan, bahakan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan

mengadukan kepada guru sebagai orang kepercayaannya.

f.       Guru sebagai pembeharu.

Guru memerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam khidupan yang lebih

bermakna bagi peserta didik.

Unsur yang hebat dari manusia adadal kemampuan untuk belajar dari pengalaman

orang lain. Kita menyadari bahwa manusia normal dapat menerima pendidian, dengan

memiliki kesempatan yang cukup, ia dapat mengambil bagian dari pengalaman yang

bertahun-tahun, proses belajar serta prestasi manusia dan mewujudkan yang terbaik dalam

suatu kepribadian yang unik dalam jangka waktu tertentu.

g.      Guru sebagai model dan teladan

Sebagai teladan, tentu saja peribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat

sorotan pesrta didik serta oarang di sekitar lingungannya yang menganggap atau

mengakuinya sebagai guru. misalnya seperti;

1)      Sikap dasar; postur yang aan nampak dalam masalah-masalah penting, keberhasilan,

kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antara manusia, agama pekerjaan permainan

dan diri.

2)      Bicara dan gaya bicara; penggunaan bahasa sebagi alat berfikir.

3)      Kebiasaan bekerja ; gaya seseorang yang dipakai seseorang dalam bekerja yang iut mewarnai

kehidupannya.

4)      Sikap melalui pengalaman dan kesalahan ; pengertian hubungna antara luasnya pengalaman

dan nilai serta tidak munginnya mengelak dari kesalahan.

Page 6: BAB I1

h.      Guru sebagai pribadi

Sebagi individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki

kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ujian berat dalam hal ini adalah

rangsangan yang merangsang emosi.

Sebagai pribadi yang hidup ditengah-tengan masyarakat, guru perlu juga memiliki

kemampuan berbaur dengan masyarakat dengan kemampuannya, antara lain kegiatan

olahraga, keagamaan, dan kepemudaan.

i.        guru sebagai peneliti

Pembelajaran adalah seni yang dalam pembelajarannya memerlukan penyesuaian-

penyesuaian dengan kondosi lingkungan. Untuk itu diperluan berbagai penelitian, yang

didalamnya melibatkan guru. oleh karena itu guru adalam seorang pencari atau peneliti.

j.        Guru sebagai pendorong kreativitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut

untuk mendemonstrasikan dan menunjukan proses kreativitas tersebut. Kreativitas

merupakan suatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan disekitar

kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan suatu yang sebelumnya tidak

adan dan tida dilakukan seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.

k.      Guru sebagai pembangkit pandangan

Dunia ini panggung sandiwaran yang pennuh dengan berbagai kisah mulai dengan

kisah nyata sampai yang direkanyasa. Dalam hal ini guru dituntut untuk memberikan dan

memelihara pandangan tetentang peserta didiknya. Mengenban fugsi ini guruharus trampll

dalam berkomuni asi dengan peserta didik di segala umur, sehinggaa setiap langkah dri

proses pendididkan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini. Guru tahu

bahwa iya tidak dapat menbangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika

iya sendiri tidak memilinya oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang

hakikat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran alah.

l.        Guru sebagai rutin

Guru bekerja dengan ketrampilan dan kebiasan tertentu serta kegiatan rutin yang amat

diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengn baik,

maka bisa bisa mengurangi atau merusak keefetifan guru pada semua peranannya. Disamping

itu, jka kegiatan rutin tersebut idak disukai, bisa merusak dan merubah sikap umumnya

terhadap pembelajaran. sebagai contoh, dalam setiap egiatan pembelajaran guru harus

membuat persiapan tertulis, jika guru membenji atau tidak menyenangi atau tidak

menyenangi tugas ini makan akan merusak pembelajaran

Page 7: BAB I1

m.    Guru sebagai pemindah kemah

Hidup ini selalu perubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka

memindah-mindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu

yang baru yang bisa mereka alami.

Guru berusaha geras untuk mengetahui asal peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan

yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan meninggalkan untuk

mendapatkan cara-caraa baru yang lebih sesuai.

Untuk menjalan kan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak bernmanfaan

dan barang kali membahayakan perkembangan peserta didik dan memeahami mana yang

bermanfaat.

Guru dan peserta didik bekerja sama mempelajari cara baru, dan meningalkan

kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan

tutuntan masa kini. Proses ini menjadi suatu transaksi bagi guru dan peserta didik dalam

pembelajaran.

n.      Guru sebagai pembawa cerita

Sedah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaan serta

bagaima perubahan dari keberadaan itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalm

lingkunganya, dan berhubungan ddengan lingkungan tanpa mengetahui asal usulnya, ia

benar-benar ingi tahu tentang awal keberadaannya. Serta ingintahu apa, bagai manan dan

mengapa ia terjadi di dunia ini. Semua ini diperoleh melalui cerita.

Cerita berlangsung secara lisan hingga mencapai era kristalisasi kata kata yang tertulis,

telah memberikan keberhasilan generasi baru dan generasi berikutnya, serta dengan

kesabaran melengkapi manusia dengan catatan tentang pewarisnya.

Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita

manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang

dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain,

yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka.

o.      Guru sebagai aktor

Sebagi seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah di

susun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton.

Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton tertawa,

mengikuti dengan sungguh sungguh, dan juga bisa menangis terbawa oleh penampilan sang

aktor. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan naskah, ia harus menganalisis dan melihat

kemampuanya sendiri, persiapanya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek aspek

Page 8: BAB I1

baru dari setiap penampilan, mempergunakan pakaian, tatarias sebagaimana yang diminta,

dan kondisinya sendiri untuk menghadapi ketegangan emosinya dari malam kemalam serta

mekanisme fisik yang harus ditampilkan.

p.      Guru sebagai emansipator

Dengan kecerdikanya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati

setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi

kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada peserta didik

tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik. Dia tahu bahwa pengalaman,

pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “ self image” yang tidak

menyenangkan, kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini, guru

harus mampu melihat sesuatu yang tersirat disamping yang tersurat, serta mencari

kemungkinan pengembanganya.

q.      Guru sebagai evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling komplek, karena

melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempuyai arti

apabila berhubungan dengan kontek yanghampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan

setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian karena penilaian merupakan

proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian

tujuan pembelajaran oleh peserta didik.

Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip prinsip dan dengan teknik

yang sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan

dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu : persiapan, pelaksanaaan, dan

tindak lanjut.

r.        Guru sebagai pengawet

Salah satu tugas pendidikan adalah mewariskan kebudayaan dari generasi kegenerasi

berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi

kehidupan manusia sekarang maupun masa depan. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan

tugas pendidikan yang lain, yaitu pembekalan individu agar mampu berpartisipasi dalam

masyarakat dan mampu memberikan sumbangan bagi kehidupan dimasa depan.

s.       Guru sebagai kulminator

Tidak ada manusia yang mengetahui kapan kehidupan dimulai dan kapan di akhiri,

demikian pula dengan kegiatan belajar. Beberapa pertanyaan di ajukan, misalnya, apakah

kehidupan dimulai sejak sebelum konsepsi atau sejak manusia dilahirkan ? Dalam hal belajar,

kita tidak tahu kapan seorang anak belajar berjalan, berbicara dan sebagainya. Kita juga tidak

Page 9: BAB I1

tahu persis, kapan kita memahami suatu konsep, dan kapan belajar membuat suatu

kesimpulan.

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga

akhir (kulminasi). Dengan rancanganya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu

tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Disini

peran sebagi kulminator terpadu dengan peran sebagi evaluator. 4[4]

2.      Tugas guru dalam pengelolaan proses pembelajaran di sekolah

Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks,

tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif didalam kelas, yang lazim disebut

proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrastor, evalator, konselor, dan

lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang dimilkinya. Namun uraian

kali ini kami batasi masalah proses belajar mengajar sebagaimana telah tertuang dalam topik

bahasan.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan disekolah. Agar

tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka perlu pengadministrasian

kegiatan-kegiatan belajar mengajar, yang lazim disebut administrasi kurikulum. Bidang

pengadministrasian ini sebenarnya merupakan pusat dari semua kegiatan di sekolah (M. Moh.

Rifai, 1986: 114). Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M.

(1990:142), mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan

mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari,

mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas paedagogis dan tugas

administrasi. Tugas paedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin. (Moh.

Rifai, 1989:135) mengatakan bahwa:

Di dalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh

atas kepemimpinan yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan instruksi-instruksi dan tidak

berdiri dibawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri. Setelah masuk dalam situasi

kelas.

Jadi setelah masuk kelas tugas guru adalah sebagai pemimpin dan bukan semata-mata

mengontrol atau mengkritik.

Mengenai tugas guru dalam pengelolaan pengajaran dalam buku Petunjuk

Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Kurikulum 1984 Pendidikan Kejuruan disebutkan

sebagai berikut:

4

Page 10: BAB I1

a.       Membuat program pengajaran.

b.      Mengorganisasi kelas dan siswa, meliputi:

1)      Mengetur ruangan dan perabot pelajaran di kelas.

2)      Mengatur siswa dalam belajar.

3)      Memilih metode belajar mengajar.

c.       Menggunakan sarana dan lingkungan sebagai sumber belajar (1985: 22)

Sementara Guru, seperti dikutip Hadari Namawi, merumuskan tugas guru dalam

pengelolaan pengajaran sebgai berikut:

a.      Merumuskan tujuan instruksional.

b.     Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar.

c.      Mampu memilih, menyusun dan menggunakan prosedur instrusional yang relevan dengan

materi dan muid.

d.     Mampu melaksanakan program belajar mengajar yang dinamis.

e.      Mengenal dan memahami kemampuan anak didik.

f.      Mampu merencanakan dan melaksanakan program remedial (Hadari Namawi, 1982: 124).5

[5]

C.    Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas

Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakaukan oleh guru dalam rangka

penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan

guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi

baik fisisk maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa

kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif

terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisis optimal bagi

proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Dimensi korektif dapat berbagi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil

guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap

tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjafi agar penyimpangan tersebut tidak

berlarut-larut. Dimensi pencegahan dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur

lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio-emosional.

1.      Kondisi Dan Situasi Belajar Mengajar

a.  Kondisi fisik

5

Page 11: BAB I1

Lingkungan fisisk tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil

perbuatan belajar.lingkungan fisisk yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal

mendukung meningkatnya intensitasproses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai

pengaruh positif akan meliputi hal-hal di bawah ini.

1)   Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar

Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak berdesak-

desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya pada saat

melakukakan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal

anata lain.

·         Jenis kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah kerja di ruangan

praktikum.

·         Jumlah perserta didik yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama secara klasikal akan

berbeda dengan kegiatan dalam kelompok kecil. Kegiatan klasikal secara relatif

membutuhkan ruangan rata-rata yang lebih per orang bila dibandingkan dengan kebutuhan

ruangan untuk kegiatan kelompok.

Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai

nilai pendidikan yang dapat secara tidak langsung mempunyai ‘daya sembuh’ bagi pelanggar

disiplin. Misalnya dengan kata-kata yang baik, anjuran-anjuran, gambar tokoh sejarah,

peraturan yang berlaku, dan sebagainya.

2)    Pengaturan Tempat Duduk

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap

muka, dimana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku peserta didik.

Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar megajar.

Beberapa pengaturan tempat duduk diantaranya:

·         Berbaris berjajar,

·         Pengelompokanyang terdiri atas 8 sampai 10 orang,

·         Setengah lingkaran seperti dalam teater, dimana disamping guru, bisa langsung bertatap

muka dengan peserta didik juga mudah bergerak untuk segera memberi bantuan kepada

peserta didik,

·         Berbentuk lingkaran,

·         Individual yang biasanya terlihat diruang baca, diperpustakaan atau ruangan praktik

laboratium,

·         Adanya dan tersedianya ruang yang sifatnya bebas dikelas di samping bangku tempat duduk

yang diatur.

Page 12: BAB I1

·         Dengan sendirinya penataan tempat duduk dapat diataur sesuai dengan kebutuhan.

3)   Ventilasi dan Pengaturan Cahaya

Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar

sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang

baik, sehingga semua peserta didik didalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup

mengandung O2 (oksigen), peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan

dipapan, pada bulliten board, buku bacaan, dan sebagainya. Kapur yang digunakan sebaiknya

kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup

terang akan tetapi tidak menyilaukan.

4)   Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau

segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang

yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan diruang kelas seperti buku pelajaran,

pedoman kurikulum, kartu pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa

sehingga tidak mengganggugerak kegiatan peserta didik. Cara pengambilan barang dari

tempat khusus, penyimpanan dan sebagainya hendaknya diataur sedemikian rupa sehingga

barang-barang tersebut segera dapat digunakan.

Tentu saja masalah pemeliharaan barang-barang tersebut sangat penting, dan secara

periodik harus dicek dan recek. Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengamanan barang-

barang tersebut dari pencurian, pengaman terhadap barang yang mudah meledak atau

terbakar. Alat pengaman harus selalu tersedia seperti alat pemadam kebakaran, P3K, dan

sebagainya.

b.      Kondisi Sosio-Emosional

Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempengaruhi yang cukup besar terhadap

proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan efektivitaf tercapainya tujuan

pengajaran.

1)      Tipe Kepemimpinan

Peranan guru, tipe kepemimpinan guru, atau administrator akan mewarnai suasana

emosional didalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan

mengahasilkan sikap peserta didik yang submissive atau apatis. Tapi dipihak lain juga akan

menumbuhkan sikap yang agresif.

Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan agresif ini merupakan sumber problem

pengelolaan, baik sikapnya yang individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan.

Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan

Page 13: BAB I1

kalau guru yang mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar

mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian pada guru.

Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laissez-faire biasaya tidak tidak produktif

walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan

yang sifatnya yang ingin diperhatikan.dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya

aktivitas peserta didik lebih produktif kalau gunanya tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok

pada peserta didik yang innerdirected dimana peserta didik tersebut aktif, penuh kemauan,

berinisiatif, dan tidak selalu menuggu pengarahan. Akan tetapi kelompok peserta didik

semacam ini biasanya tidak cukup banyak.

Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih

memungkinkan terbinanya sikap persahabatan gru dan peserta didik dengan dasar saling

memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang

menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal, peserta didk

akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.dalam

kondisi semacam ini biasanya problem pengelolaan bisa dibatasi sedikit mungkin.

2)      Sikap Guru

Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah

hendaknya tetap sabar, daan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku

peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku

peserta didik dan buka benci peserta didik.

Terimalah peserts didik dengan hangat kalau ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah

adil dalam bertindak dan ciptakan satu kondisi yang menyebabkan peserta didik sadar akan

kesalhannya dan ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.

3)      Suara Guru

Suara guru walaupun bukan faktor yang besar tetapi turut mempunyai pengaruh dalam

belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga

tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dari jarak yang agak jauh akan membosankan

dan pelajaran tidak akan diperhatikan. Suasana semacam ini mengundang tingkah laku yang

tidak diinginkan.

Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh

kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik percobaan terarah, dan sebagainya.

Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan peserta didik ynag

mendengarnya.

4)      Pembinaan Raport

Page 14: BAB I1

Sekali lagi ingin kita tekankan bahwa pembinaan hubungan baik dengan peserta didik

dalam masalah pengelolaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru peserta didik

diharapkan peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik,

serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya.6[6]

6

Page 15: BAB I1

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan oleh

guru/pengajar yang melibatkan peserta didik dalam mengelola pembelajaran guna mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Peranan guru dalam pengelolaan pembelajaran, antar lain: guru sebagai pendidik, guru

sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasehat,

guru sebagai pembeharu, guru sebagai model dan teladan, guru sebagai pribadi, guru sebagai

peneliti, guru sebagai pendorong kreativitas, guru sebagai pembangkit pandangan, guru

sebagai rutin, guru sebagai pemindah kemah , guru sebagai pembawa cerita, guru sebagai

aktor, guru sebagai emancipator, guru sebagai evaluator, guru sebagai pengawet, dan guru

sebagai kulminator.

B.     Kritik dan Saran

Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan

bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.

Page 16: BAB I1

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional, cet. 10 Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Kokom Komalasari. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika

Aditama.

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajare Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.