bab i1

29
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat adalah blok delapan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan kasus pada wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan jumlah penduduk 36.250 jiwa yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 36 orang, 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 10 orang dan tidak ada yang meninggal). Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini. Dokter Agung akan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, jangan sampai terjadi lagi di tahun-tahun mendatang, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Upload: rahmania-prama-oktina

Post on 12-Jan-2016

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

---

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat adalah blok

delapan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B

yang memaparkan kasus pada wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan

jumlah penduduk 36.250 jiwa yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang

terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD

36 orang, 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014

jumlah kasus DBD 10 orang dan tidak ada yang meninggal). Pada bulan

April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ)

yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk

yang menggunakan bak penampungan air terbuka.

Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan

Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini. Dokter Agung

akan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, jangan

sampai terjadi lagi di tahun-tahun mendatang, dengan pendekatan

Administrasi Kesehatan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan

metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Page 2: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 2

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Ratika Febriani

Moderator : Fadil Ramadhan

Sekretaris meja : Rahmania Prama Oktina

Sekretaris papan : Siska Sarwana

Waktu : 1. Senin, 11 Mei 2015

2. Rabu, 13 Mei 2015

Pukul. 13.00 – 14.30 wib

Rule :

1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.

2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen

3. Izin saat akan keluar ruangan

2.1 Skenario Kasus

Wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan jumlah penduduk 36.250 jiwa

yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang terjadi KLB Demam Berdarah Dengue

(DBD) dengan jumlah kasus DBD 36 orang, 2 orang meninggal (pada periode

yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 10 orang dan tidak ada yang

meninggal). Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka

Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih

banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.

Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan Lokakarya

Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini. Dokter Agung akan

menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, jangan sampai

terjadi lagi di tahun-tahun mendatang, dengan pendekatan Administrasi

Kesehatan.

Page 3: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 3

2.2 Seven Jump Steps

2.2.1 Klarifikasi Istilah

1. KLB

(Kejadian Luar

Biasa)

Timbulnya atau meningkatnya kejadian dan

kesakitan angka kematian yang bermakna secara

epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun

waktu tertentu.

2. Surveilens Observasi medis pada seseorang atau karier atau

populasi yang terancam oleh penyakit infeksi

yang di observasi dengangejala-gejala dan

tanda-tanda dari penyakit infeksi atau meular

yang bersangkutan

3. Angka bebas

jentik

Persentase rumah dan atau tempat umum yang

tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik.

4. Lokakarya

Mini

Upaya untuk menggalang kerjasama tim untuk

penggerakan pelaksanaan upaya kesehatan di

puskesmas sesuai dengan perencanaan yang

telah disusn dari tiap-tiap upaya kesehatan

pokok puskesmas, sehingga dapat dihindarkan

terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan

kegiatan.

5. Administrasi

kesehatan

Suatu proses yang menyangkut perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,

pengkoordinasian, dan penilaian terhadap

sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan

terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta

lingkungan yang sehat dengan jalan

menyediakangerakan berbagai upaya kesehatan

yang ditujukan kepada perseorangan, keluarga,

kelompok, ataupun masyarakat.

Page 4: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 4

2.2.2 Identifikasi Masalah

1. Wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan jumlah penduduk 36.250

jiwa yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang terjadi KLB Demam

Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 36 orang, 2 orang

meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD

10 orang dan tidak ada yang meninggal).

2. Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas

Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih

banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.

3. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan

Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini.

4. Dokter Agung akan menentukan langkah penanggulangan dan

pencegahan DBD, jangan sampai terjadi lagi di tahun-tahun

mendatang, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.

2.3.2 Analisis Masalah

1. Wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan jumlah penduduk 36.250 jiwa

yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang terjadi KLB Demam Berdarah

Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 36 orang, 2 orang meninggal

(pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 10 orang dan

tidak ada yang meninggal).

a. Apa kerteria terjadi KLB?

Jawab:

Menurut Departemen Kesehatan tahun 2000 Kejadian Luar Biasa

adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau

kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu

dan daerah tertentu.

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar

Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian

Page 5: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 5

kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada

suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes

1501 Tahun 2010 adalah :

1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya

tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 kurun

waktu dalam jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut

jenis penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih

dibandingkan periode sebelumnya dalam kurun waktu dalam

jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut jenis

penyakitnya.

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan

menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan

dengan angka rata-rata jumlah per bulan dlam tahun

sebelumnya.

5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun

menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan

dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada

tahun sebelumnya.

6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate)

dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau

lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu

penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate)penderita baru

pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih

dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang

sama.

(Permenkes.2010)

b. Apa saja penyakit-penyakit yang termasuk dalam KLB?

Jawab:

Page 6: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 6

1. Berdasarkan cara penularannya, Penyakit Menular

dikelompokkan menjadi:

a. penyakit menular langsung; dan

b. penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit.

2. Penyakit menular langsung sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a terdiri atas:

a. Difteri;

b. Pertusis;

c. Tetanus;

d. Polio;

e. Campak;

f. Typhoid;

g. Kolera:

h. Rubella;

i. Yellow Fever;

j. Influensa;

k. Meningitis;

l. Tuberkulosis;

m. Hepatitis;

n. penyakit akibat Pneumokokus;

o. penyakit akibat Rotavirus;

p. penyakit akibat Human Papiloma Virus (HPV);

q. penyakit virus ebola;

r. MERS-CoV;

s. Infeksi Saluran Pencernaan;

t. Infeksi Menular Seksual;

u. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV);

v. Infeksi Saluran Pernafasan;

w. Kusta; dan

x. Frambusia.

Page 7: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 7

3. Jenis penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

sampai dengan huruf p merupakan penyakit menular langsung

yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

4. Jenis penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. Malaria;

b. Demam Berdarah;

c. Chikungunya;

d. Filariasis dan Kecacingan;

e. Schistosomiasis;

f. Japanese Enchepalitis;

g. Rabies;

h. Antraks

i. Pes;

j. Toxoplasma;

k. Leptospirosis;

l. Flu Burung (Avian Influenza); dan

m. West Nile.

(Permenkes . 2010)

c. Bagaimana alur penetapan status KLB?

Jawab:

Penetapan KLB

1. Dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang

tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa

(endemik), pada populasi yang dianggap beresiko, pada tempat

dan waktu tertentu.

2. Dengan Pola Maxiumum dan Minimum 5 tahunan atau 3

tahunan.

3. Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama

bulan berbeda, atau bulan yang sama tahun berbeda khusus

untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS.Setiap

Page 8: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 8

peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut dia

dua di suatu daerah endemis. Serta terdapatnya satu atau lebih

penderita atau kematian karena suatu penyakit, pada suatu

kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit, paling

sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.

(Permenkes.2010)

d. Bagaimana peranan puskesmas di wilayah kerjanya untuk

penanganan kasus KLB?

Jawab:

Upaya penanggulangan KLB :

1. Penyelidikan epidemilogis.

2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita

termasuk tindakan karantina.

3. Pencegahan dan pengendalian.

4. Pemusnahan penyebab penyakit.

5. Penanganan jenazah akibat wabah.

6. Penyuluhan kepada masyarakat.

7. Upaya penanggulangan lainnya.

(Permenkes.2010)

e. Apa makana perbandingan kasus KLB di tahun 2015 dengan tahun

sebelumnya?

Jawab:

Pada tahun 2015 terjadi peningkatan 2x lipat jumlah kasus

DBD (36orang) dibanding tahun 2014 (10orang) dan Terjadi angka

kematian yang berarti pada tahun 2015 yaitu sebanyak 2 orang

meninggal dimana hal tersebut termasuk ke dalam kriteria

terjadinya KLB selain itu dari data tersebut kita juga dapat mencari

CFR (Case Fatality Rate) yaitu angka kematian yang diakibatkan

dari suatu penyakit dalam suatu watu tertentu dan dikalikan 100%

CFR=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠x100%

Page 9: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 9

yaitu sekitar CFR 5.5% . ANgka ini masih tinggi dimana CFR

Nasional untuk DBD adalah 2%.

(Mubarokah. 2012)

f. Bagaimana cara agar penyakit tidak berkembang menajdi KLB?

Jawab:

Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah

dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat,

selain itu melakukan langkah-langkh lainnya :

Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD,

tenaga dan logistic

Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.

Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat

Memperbaiki kerja laboratorium

Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain

Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap

timbulnya KLB dengan mengidentifikasi kasus berpotensi

KLB, pemantauan wilayah setempat terhadap penyakit-

penyakit berpotensi KLB dan penyelidikan dugaan KLB :

1. Identifikasi kasus berpotensi KLB. Setiap kasus

berpotensi KLB yang datang ke UPK diwawancarai

kemungkinan adanya penderita lain disekitar tempat

tinggal kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan

kasus;

2. PWS penyakit berpotensi KLB. Setiap UPK melakukan

analisis adanya dugaan peningkatan penyakit dan faktor

risiko yang berpotensi KLB diikuti penyelidikan kasus;

3. Penyelidikan dugaan KLB. Penyelidikan dugaan KLB

dilakukan dengan cara : Di UPK setiap petugas

menanyakan kepada setiap pengunjung UPK tentang

kemungkinan adanya peningkatansejumlah penderita

yang diduga KLB pada lokasi tertentu; Di UPK setiap

petugas meneliti register rawat jalan dan rawat inap

Page 10: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 10

khususnya yang berkaitan dengan alamat penderita,

umur dan jensis kelamin atau karakteristiklain; Petugas

kesehatan mewawancarai kepala desa atau pihak yang

terkait yang mengetahui keadaan masyarakat tentang

adanya peningkatan kasus yang diduga KLB; Membuka

pos pelayanan di lokasi yangdiduga terjadi KLB;

Mengunjungi rumah-rumah penderita yang dicurigai

memunculkan KLB.

Deteksi dini KLB dapat dilakukan melalui : pelaporan

kewaspadaan KLB oleh masyarakat, Perorangan dan organisasi

yang wajib membuat laporan kewaspadaan KLB antara lain :

Orang yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita

penyakit berpotensi KLB; Petugas kesehatan yang memeriksa

penderita yangberpotensi KLB; Kepala instansi yangterkait seperti

kepala pelabuhan, kepala stasiun kereta api, kepala bandara udara

dll serta UPK lainnya; Nahkoda kapal, pilot dan sopir.

(Permenkes.2010)

2. Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas

Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih

banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.

a. Apa makna angka bebas jentik 45%?

Jawab: makna Angka Bebas Jentik masih rendah yaitu 45%

menandakan bahwa program belum tercapainya targer dimana

targetnya yaitu 95%.

(Kemenkes.2008)

b. Bagaimana kerteria dilakukannya surveilens?

Jawab:

1. Beban penyakit tinggi sehingga merupakan masalah

penting bagi kesehatan masyarakat.

2. Terdapat tindakan kesehatan masyarakat yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut

3. Data relevan mudah diperoleh

Page 11: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 11

4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan

(pertimbangan efisiensi)

(Depkes RI, 2003)

c. Apa saja ruang lingkup dari surveilens?

Jawab:

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa sebab,

oleh karena itu secara operasional diperlukan tatalaksana secara

integratif dengan ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :

a. Surveilans epidemiologi penyakit menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematika terhadap

penyakit menular dan faktor resiko untuk upaya pemberantasan

penyakit menular.

b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung

upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program

penyehatan lingkungan.

d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

masalah kesehatan dan factor resiko untuk mendukung

program-program kesehatan tertentu.

e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung

program kesehatan matra.

(Depkes RI, 2003)

d. Bagaimana cara menghitung angka bebas jentik ?

Jawab:

Page 12: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 12

Angka bebas jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang di

lakukan disemua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas

puskesmas pada rumah - rumah penduduk yang diperiksa secara

acak.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑥 100%

(Kemenkes.2008)

e. Apa saja hambatan dalam melakukan surveilens?

Jawab:

Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:

1. Kerjasama lintas sektoral

Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan

berbagai sektor yang berkaitan dengan kesehatan, kerjasama

tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh untuk tecapainya

pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain

mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas

sektoral tersebut.

2. Partisipasi masyarkat rendah

Surveillens epidemiologi yang memang menangani

masalah kesehatan masyrakat eharusnya benar-benar menggali

informasi dari masyarakat dan penanganannyapun hasrus

dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat

dalam pengambilan informasi dari petugas kesehatan

berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.

3. Sumber daya

Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini

adalah sumber daya manusia. Hambatan yang berhasil di

identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai

berikut ;

Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE

Banyaknya tugas rangkap.

4. Ilmu pengetahuan dan teknologi

Page 13: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 13

seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga

mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan

terlambat.

5. Kebijakan

Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih

menghambat dalam pelaksanaan surveilans. Contohnya saja

baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi

pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam

melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas

juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.

6. Dana

Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang

sedikit juga. Sering kali permasalahan dana menjadi

penghambat dalam melakukan surveilans.

7. Jarak dan Transportasi

Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi

membuat kegiatan surveilans terhambat. Sering kali jarak

membuat kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari karena

transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan

juga mempengaruhi.

(Kemenkes.2003)

f. Apa saja yang mesti dilakukan oleh pihak puskesmas agar ABJ

tidak lagi rendah?

Jawab:

Dengan memberikan edukasi kepada masayarakat mengenai cara

pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat dilakukan

dengan cara :

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M

Pemberantasan jentik nyamuk secara fisik dilakukan dengan

memberantas sarang nyamuk melalui kegiatan menguras,

menutup, dan mengubur (3 M) tempat- tempat penampungan

air dan barang-barang yang berisi air jernih tergenang.

Page 14: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 14

Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan sekurang-kurangnya

sekali dalam seminggu secara teratur.

a. Menguras

Kegiatan menguras diantaranya yaitu dengan menguras dan

menyikat dinding tempat penampungan air (bak mandi, bak

air, tempat wudhu, WC/toilet, gentong, tempayan, drum,

dan lain-lain) seminggu sekali ataupun dengan mengganti

air di vas bunga, tempat minum burung, perangkap semut,

dan lain-lain seminggu sekali

b. Menutup

Kegiatan menutup dilakukan dengan cara menutup rapat

tempat penampungan air (tempayan, drum, gentong, dan

lain-lain) agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang

biak. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menutup

lubang bambu atau besi pada pagar dengan tanah atau

adonan semen.

c. Mengubur

Kegiatan mengubur dilakukan dengan mengubur,

menyingkirkan, dan memusnahkan barang-barang bekas

yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban

bekas, botol bekas, dan lain-lain .

2. Larvasidasi Selektif

Larvasidasi selektif merupakan pemberantasan jentik nyamuk

secara kimia dengan menggunakan larvasida. Larvasidasi

selektif ini merupakan bagian dari kegiatan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) atau Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

yang dapat dilaksanakan secara perorangan, keluarga,

masyarakat, dan petugas PJB dengan sasarannya yaitu tempat

yang sulit atau tidak mungkin dikuras. Cara melakukan

larvasidasi yaitu dengan menaburkan bubuk larvasida

(abate/temephos/altocid) sebanyak 10 gram pada tempat

Page 15: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 15

penampungan air yang terisi air sebanyak 100 liter setiap 2-3

bulan sekali.

3. Pemasangan Ovitrap (perangkap telur nyamuk)

Pemasangan ovitrap merupakan bagian dari kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Ovitrap merupakan

wadah atau tempat perangkap nyamuk yang berwarna gelap

yang ditutup dengan kain kasa dan diisi air jernih sampai

penuh. Ovitrap diletakkan di tempat sekitar tempat perindukan

nyamuk, baik di dalam maupun di luar rumah, sekolah,

perkantoran, hotel, pasar, dan lain-lain. Tujuan pemasangan

ovitrap ini agar nyamuk terpancing untuk bertelur di ovitrap

dan nantinya telur yang berkembang menjadi jentik atau

nyamuk terperangkap di dalam ovitrap yang ditutup kain kasa

sehingga populasi nyamuk dapat dikendalikan.

4. Memelihara Ikan Pemakan Jentik

Pemberantasan jentik nyamuk secara biologi dilakukan dengan

memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah,

ikan gupi, ikan tempalo, ikan cupang, dan lain-lain.

(Mentri Kesehatan Repunlik Indonesia. 2010)

g. Apa tujuan dan manfaat dilakukkannya surveilens?

Jawab:

Tujuan Surveilens Epidemologi

Identifikasi, investigasi dan penanggulangan situasi luar biasa

atau wabah yang terjadi dalam masyarakat sedini mungkin

Identifikasi kelompok penduduk tertentu dengan resiko tinggi

Untuk penentuan penyakit dengan prioritas penanggulanganya.

Manfaat Surveilens Epidemologi

Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan

distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit,

identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan

tempat, identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, deteksi

Page 16: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 16

perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring

kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah

penyakit dan epidemiologinya, memberikan informasi dan data

dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa akan

datang, membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan

prioritas sasaran program pada tahap perencanaan. Inti kegiatan

surveilans pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah

dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke pemegang kebijakan guna

ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih

baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia

(Noor, 2008).

h. Apa hubungan menggunakan bak penampungan air terbuka dengan

ABJ?

Jawab: bak penampungan air terbuka adalah salah satu tempat

tempat perindukan Aedes aegypti. Apabila masih banyak rumah

yang bak penampungan air terbuka makan banyak juga terdapat

jentik dari nyamuk Aedes aegypti.

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011)

i. Apa yang petugas surveilens temukan selain ABJ pada kasus?

Jawab:

1. Pencatatan kematian

2. Laporan morbisitas

3. Laporan epidemi

4. Pemeriksaan laboratorium

5. Investigasi kasus

6. Penyelidikan letusan penyakit

7. Survei, untuk mengetahui prevalensi penyakit. Metode survei

dapat digunakan untuk menilai suatu program penanggulangan

penyakit.

8. Invesigasi distribusi vektor dan reservoir, reservoir adalah

tempat dimana kuman penyakit bersarang seperti manusia,

Page 17: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 17

binatang atau tumbuh-tumbuhan yang sakit atau tak sakit dan

di dalam lingkungan.

9. Penggunaan obat, serum dan vaksin.

Untuk memperole data tentang jumlah, jenis dan waktu

penggunaan dari obat, serum dan vaksin itu. Surveilens obat

dilakukan terutama terhadap jenis obat yang diduga

menimbulkan efek samping yang membahayakan individu atau

komunitas yang menggunakannya.

10. Informasi tentang penduduk, makanan dan lingkungan

Diperlukan sebagai penyebut dari perhitungan indikator

dalam epidemiologi sepeti angka proporsi, angka prevaensi,

angka insidensi, angka serangan dan lain-lainl. Informasi

tentang makanan diperlukan apakah makanan tertentu seperti

makanan kaleng ang mungkin terkonaminasi dapat

menimbulkan KLB karena adanya kuman yang infeksius atau

racun dalam makanan.

11. Informasi mengenai program kesehatan

(Lapau,Buchari: 2007)

3. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan Lokakarya

Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini.

a. Bagaimana prosedur perencanaan lokakarya mini?

Jawab:

- Lokakarya mini bulanan puskesmas di selenggarakan dalam

2 tahap yaitu:

1. Lokakarya mini bulanan yang pertama

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama

sebagai berikut:

a. Masukan

1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika

kelompok tentang peran, tanggung jawab staf dan

kewenangan Puskesmas

Page 18: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 18

2) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep

baru berkaitan dengan Puskesmas

3) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana

kegiatan (Plan of Action = POA) atau Rencana

Usulan Kerja (RUK) Puskesmas

b. Proses

1) Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk

kegiatan lapangan/daerah binaan

2) Analisis beban kerja tiap petugas

3) Pembagian tugas baru untuk termasuk pembagian

tanggung jawab daerah binaan

4) Penyusuan rencana kegiatan (POA atau RUK)

Puskesmas tahunan berdasarakn Rencana

Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK)

c. Keluaran

1) Rencana kegiatan (POA atau RUK) Puskesmas

tahunan

2) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaankegiatan

sesuai dengan POA atau RUK.

3) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

2. Lokakarya mini bulanan rutin

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama

sebagai berikut:

a. Masukan

1) Laporan hasil kegiatan bulan lalu

2) Informasi tentang hasirapat di kabupaten /

kota

3) Informasi tentang hasil rapat di kecamatan

4) Informasi tentang kebijakan, program dan

konsep baru

b. Proses

Page 19: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 19

1) Analisis hambatan dan masalah antara lain

dengan mempergunakan PWS

2) Analisis sebab masalah , khusus untuk mutu

dikaitkan dengan keputusan terhadap standar

pelayanan

3) Merumuskan alternatif pemecahan masalah

c. Keluaran

1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

2) Rencana kerja bulanyang baru

- Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam

2 tahap yaitu:

1. Lokakarya mini tribulanan yang pertama,

pelakasanaannya sebagai berikut:

a. Masukan

1) Penggalangan tim yang dilakukan melalui

dinamika kelompok

2) Informasi tentang programlintas sektor

3) Informasi tentang kesehatan

4) Informasi tentang kebijakan, program dan

konsep baru

b. Proses

1) Inventarisasi peran bantu masing masing

sektor

2) Analisis masalah peran bantu dai masing

masing sektor

3) Pembagian peran dan tugas masing-masing

sektor

c. Keluaran

1) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait

dalammendukung program kesehatan

2) Rencana kegiatan masing-masing sektor

Page 20: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 20

2. Lokakarya mini tribulanan rutin, dilaksanakan

sebagai berikut:

a. Masukan

1) Laporan kegiatan pelaksanaan

programkesehatan dandukungan sektor terkait

2) Inventarisasi maslah/ hambatan dari masing

masing sektor dalam pelaksanaan proram

kesehatan

3) Pemberian informasi baru

b. Proses

1) Analisis hambatan dan maslah pelaksanaan

program kesehatan

2) Analisis hambatan dan maslah dukungan dari

masing masing sektor

3) Merumuskan cara penyelesaian masalah

4) Menyusun rencana kerja dan menyepakati

kegiatan untuktribulan baru

c. Keluaram

1) Rencana kerja tribulan yang baru

2) Kesepakatan bersama

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

b. Apa saja isi dari lokakarya mini?

Jawab:

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai

berikut :

a. Masukan

1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok

tentang peran, tanggungjawab staf dan kewenangan

Puskesmas.

Page 21: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 21

2. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

berkaitan dengan Puskesmas.

3. Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan

(Plan Of Action = POA) Puskesmas.

b. Proses

1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan

lapangan/ daerah binaan.

2. Analisis beban kerja tiap petugas.

3. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab

daerah binaan.

4. Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA)

Puskesmas tahunan berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Kegiatan Puskesmas (RPK).

c. Keluaran

1. Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas

tahunan.

2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan POA

3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Lokakarya Bulanan Puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak

lanjut dari Lokakarya Mini Bulanan yang pertama. Lokakarya

Bulanan Rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA

Puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur.

Penanggungjawab penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan

adalah Kepala Puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu staf

Page 22: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 22

Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya. Fokus

utama Lokakarya Mini Bulanan Rutin adalah ditekankan kepada

masalah pentingnya kesinambungan arah dan isinya antara hal-hal

yang direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan

berdayaguna.

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas adalah sebagai

berikut :

a. Masukan

1. Laporan hasil kegiatan bulan lalu

2. Informasi tentang hasil rapat di Dinas Kabupaten/Kota

3. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan

4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru"

b. Proses

1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan

mempergunakan PWS

2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan

dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan

3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah

c. Keluaran

1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

2. Rencana kerja bulan yang baru

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

c. Apa saja jenis-jenis dari lokakarya mini?

Jawab:

Page 23: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 23

Lokakarya Mini dibagi menjadi 2 :

Lokakarya mini bulanan puskesmas dilaksanakan

dipuskesmas setiap bulan.

Lokakarya mini triwulan dilaksanakan setiap 3bulan,

lokakarya lintas sektoral.

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

d. Apa tujuan dilakukannya lokakarya mini?

Jawab:

Adapun tujuan dilakukannya lokakarya mini adalah sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggerakan

pelaksanaan Puskesmas, bekerjasama dalam tim dan membia

kerja sama lintas program serta lintas sektoral,

2. Tujuan Khusus

a) Tergalangnya kerjasama dalam tim antar tenaga Puskesmas

dan pelaksana

b) Terselenggaranya lokakarya bulanan antar tenaga

Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja tenaga

Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja

bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan

membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan

dengan targetnya serta teersusunnya rencana kerja bulan

berikutnya.

c) Tergalangnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka

pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat

secara terpadu.

d) Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam

ranngka mengkaji kegiatan kerjasama lintas sektoral dan

tersusunnya rencana kerja tribulan berikutnya. Manfaatnya

adalah mengevaluasi kegiatan yang telah dilakuakan pada

Page 24: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 24

bulan lalu dan untuk merencanakan kegiatan yang akan

dilakukan.

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

e. Apa saja peran pimpinan puskesmas dalam menghadapi kasus

KLB?

Jawab:

Peran Puskes Terhadap KLB:

b. Kajian epidemiologi ancaman KLB

Puskesmas menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut:

1. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan

informasi penyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan

KLB di daerah Puskesmas

2. Melakukan kajian epidemiologi terus menerus secara

sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi

KLB dan faktor faktor resikonya, sehingga dapat

mengidentifikasi adanya ancaman KLB di daerah

Puskesmas.

3. Melaksanakan penyelidikan lebih luas terhadap kondisi

rentan KLB

b. Peringatan kewaspadaan dini KLB

Apabila teridentifikasi adanya ancaman KLB yang sangat

penting dan mendesak, maka dalam waktu secepatnya

puskesmas memberikan peringatan kewaspadaan dini KLB

kepada program terkait di lingkungan Puskesmas, dan

sektor terkait wilayah puskesmas, termasuk Rumah sakit ,

klinik dan masyarakat serta melaporkan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

f. Peningkatan Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap

KLB

Puskesmas melaksankan kegiatan

1. Peningkatan kegiatan surveilans dan penyelidikan lebih

luas terhadap kondisi rentan KLB dan mendorong upaya

Page 25: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 25

upaya pencegahan KLB. Kegiatan surveilans dimaksud

adalah pelaksanaan pemantauan wilayah setempat dan

kondisi rentan KLB di wilayah puskesmas.

2. Peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB

dengan penyelenggaraan pemantauan wilayah setempat

penyakit berpotensi KLB di puskesmas dan puskesmas

pembantu.

3. Penyelidikan lebih luas terhadap dugaan adanya KLB

4. Melaksanakan penyuluhan serta mendorong

kewaspadaan KLB di puskesmas pembantu , Rumah

sakit, Klinik dan masyarakat.

5. Kesiapsiagaan menghadapi KLB, terutama penyiapan

tim penyelidikan dan penanggulangan KLB di

puskesmas yang merupakan bagian dari tim

penyelidikan dan penanggulangan KLB

Kabupaten/Kota.

(Permenkes. 2004)

4. Dokter Agung akan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan

DBD, jangan sampai terjadi lagi di tahun-tahun mendatang, dengan

pendekatan Administrasi Kesehatan.

a. Apa saja langkah penanggulanan dan pencegahan DBD?

Jawab:

Beberapa Metode Pencegahan & Pengendalian Perkembang Biakan

Nyamuk Demam Berdarah :

1. Metode Lingkungan

Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-

kurangnya sekali seminggu.

Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum

burung seminggu sekali.

Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas

di sekitar rumah dan lain sebagainya.

Page 26: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 26

2. Metode Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan

pemakan jentik (Ikan Cupang).

3. Metode Kimiawi

Pengasapan/ fogging berguna untuk mengurangi

kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

Memberikan bubuk Abate (temephos) pada tempat-

tempat penampungan air seperti, gentong air, vas

bunga, kolam, dan lain-lain.

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011)

b. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Administrasi Kesehatan?

Jawab:

Suatu proses yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian, dan penilaian terhadap

sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi

kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan, perawatan kedokteran

serta lingkungan yang sehat dengan jalan menyediakangerakan

berbagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada perseorangan,

keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.

(Azwar, Azrul.2010)

c. Apa tujuan dan manfaat dari administrasi kesehatan?

Jawab:

- Tujuan pendekatan Administrasi Kesehatan

Memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan,

perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan

jalan menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya

kesehatan yang ditujukan kepada perorangan, keluarga,

kelompok dan ataupun masyarakat.

- Manfaat pendekatan Administrasi Kesehatan

Secara umum manfaat pendekatan Administrasi Kesehatan

dibedakan atas 3 macam yakni:

Page 27: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 27

Dapat dikelola sumber, tatacara dan kesanggupan secara

efektif dan efisien

Dapat dipenuhi kebutuhan dan tuntutan secara tepat dan

sesuai

Dapat disediakan dan diselenggarakan upaya kesehatan sebaik-

baiknya. (Azwar, Azrul. 2010)

d. Bagaimana cara pendekatan administrasi kesehatan dalam

penanggulangan dan pencegahan DBD?

Jawab:

Dengan melakukan pendekatan menggunakan konsep admin

kesehatan (Input,Proses dan output)

Input : masalah DBD

Proses : melakukan kegiatan2 untuk menanggulangi DBD

Output : telah dicapainya penanggulangan DBD

(Azwar, Azrul. 2010)

e. Bagaimana pandangan Islam mengenai musibah DBD?

Jawab:

Allah SubhanahuwaTa’ala berfirman :

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak

pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab

(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.

Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi

Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang

melainkan dengan izin Allah” (QS. At-Taghaabun : 11).

2.3.3 Kesimpulan

Dokter Agung pimpinan puskesmas akan merencanakan lokakarya mini

dan pendekatan administrasi kesehatan dikarenakan telah terjadi KLB

DBD di wilayah kerjanya

Page 28: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 28

2.3.4 Kerangka Konsep

Masih banyak bak

penampung terbuka

ABJ rendah

KLB DBD

Membahas kasus Pendekatan administrasi

kesehatan

Lokakarya mini Penanggulaagn dan

pencegahan DBD

Puskesmas kurang

menjalankan pendekatan

Administrasi Kesehatan

Monitoring dan evaluasi

program penangulangan

DBD

Page 29: BAB I1

Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 29

Daftar Pustaka

Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003 Pencegahan Dan

Penanggulangan Penyakit Demam Dengue Dan Berdarah Dengue. Jakarta.

: Departemen Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Lokakarya Mini

Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan

Lapau, Buchari. 2007. Prinsip dan Metode Epidemiologi Ed.2. Jakarta: FK UI

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular

Terpadu. Jakarta: Departemen Kesehatan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Kementrian Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan

Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 828/MENKES/SK IX/2008 Standar Minimal Pelayanan Bidang

Kesehatan di Kabupaten/ Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis

Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya

Penanggulangan. Jakarta: Departemen Kesehatan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pusat Data dan Surveillance

Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI Demam Berdarah Dengue Vol. 2.

ISSN- 2087-154. Jakarta: Departemen Kesehatan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul Pengendalian Demam

Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan

Mubarokah, Rizqi. 2012. Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik Demam

Berdarah Dengue (ABJ-DBD) Melalui Penggerakan Juru Pemantau Jentik

(Jumantik). Semarang: Universitas Negeri Semarang

Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: PT. Rineke Cipta