bab i1
DESCRIPTION
---TRANSCRIPT
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat adalah blok
delapan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B
yang memaparkan kasus pada wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan
jumlah penduduk 36.250 jiwa yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang
terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD
36 orang, 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014
jumlah kasus DBD 10 orang dan tidak ada yang meninggal). Pada bulan
April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ)
yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk
yang menggunakan bak penampungan air terbuka.
Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan
Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini. Dokter Agung
akan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, jangan
sampai terjadi lagi di tahun-tahun mendatang, dengan pendekatan
Administrasi Kesehatan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Ratika Febriani
Moderator : Fadil Ramadhan
Sekretaris meja : Rahmania Prama Oktina
Sekretaris papan : Siska Sarwana
Waktu : 1. Senin, 11 Mei 2015
2. Rabu, 13 Mei 2015
Pukul. 13.00 – 14.30 wib
Rule :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen
3. Izin saat akan keluar ruangan
2.1 Skenario Kasus
Wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan jumlah penduduk 36.250 jiwa
yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang terjadi KLB Demam Berdarah Dengue
(DBD) dengan jumlah kasus DBD 36 orang, 2 orang meninggal (pada periode
yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 10 orang dan tidak ada yang
meninggal). Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka
Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih
banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.
Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan Lokakarya
Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini. Dokter Agung akan
menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, jangan sampai
terjadi lagi di tahun-tahun mendatang, dengan pendekatan Administrasi
Kesehatan.
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 3
2.2 Seven Jump Steps
2.2.1 Klarifikasi Istilah
1. KLB
(Kejadian Luar
Biasa)
Timbulnya atau meningkatnya kejadian dan
kesakitan angka kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu.
2. Surveilens Observasi medis pada seseorang atau karier atau
populasi yang terancam oleh penyakit infeksi
yang di observasi dengangejala-gejala dan
tanda-tanda dari penyakit infeksi atau meular
yang bersangkutan
3. Angka bebas
jentik
Persentase rumah dan atau tempat umum yang
tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik.
4. Lokakarya
Mini
Upaya untuk menggalang kerjasama tim untuk
penggerakan pelaksanaan upaya kesehatan di
puskesmas sesuai dengan perencanaan yang
telah disusn dari tiap-tiap upaya kesehatan
pokok puskesmas, sehingga dapat dihindarkan
terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan
kegiatan.
5. Administrasi
kesehatan
Suatu proses yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,
pengkoordinasian, dan penilaian terhadap
sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta
lingkungan yang sehat dengan jalan
menyediakangerakan berbagai upaya kesehatan
yang ditujukan kepada perseorangan, keluarga,
kelompok, ataupun masyarakat.
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 4
2.2.2 Identifikasi Masalah
1. Wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan jumlah penduduk 36.250
jiwa yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang terjadi KLB Demam
Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 36 orang, 2 orang
meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD
10 orang dan tidak ada yang meninggal).
2. Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas
Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih
banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.
3. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan
Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini.
4. Dokter Agung akan menentukan langkah penanggulangan dan
pencegahan DBD, jangan sampai terjadi lagi di tahun-tahun
mendatang, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.
2.3.2 Analisis Masalah
1. Wilayah kerja Puskesmas Makmur, dengan jumlah penduduk 36.250 jiwa
yang terdiri dari 5 (lima) desa, sedang terjadi KLB Demam Berdarah
Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 36 orang, 2 orang meninggal
(pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 10 orang dan
tidak ada yang meninggal).
a. Apa kerteria terjadi KLB?
Jawab:
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2000 Kejadian Luar Biasa
adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu
dan daerah tertentu.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar
Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 5
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes
1501 Tahun 2010 adalah :
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya
tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 kurun
waktu dalam jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut
jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih
dibandingkan periode sebelumnya dalam kurun waktu dalam
jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan
menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan angka rata-rata jumlah per bulan dlam tahun
sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate)
dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu
penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate)penderita baru
pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
(Permenkes.2010)
b. Apa saja penyakit-penyakit yang termasuk dalam KLB?
Jawab:
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 6
1. Berdasarkan cara penularannya, Penyakit Menular
dikelompokkan menjadi:
a. penyakit menular langsung; dan
b. penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit.
2. Penyakit menular langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. Difteri;
b. Pertusis;
c. Tetanus;
d. Polio;
e. Campak;
f. Typhoid;
g. Kolera:
h. Rubella;
i. Yellow Fever;
j. Influensa;
k. Meningitis;
l. Tuberkulosis;
m. Hepatitis;
n. penyakit akibat Pneumokokus;
o. penyakit akibat Rotavirus;
p. penyakit akibat Human Papiloma Virus (HPV);
q. penyakit virus ebola;
r. MERS-CoV;
s. Infeksi Saluran Pencernaan;
t. Infeksi Menular Seksual;
u. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV);
v. Infeksi Saluran Pernafasan;
w. Kusta; dan
x. Frambusia.
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 7
3. Jenis penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
sampai dengan huruf p merupakan penyakit menular langsung
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
4. Jenis penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Malaria;
b. Demam Berdarah;
c. Chikungunya;
d. Filariasis dan Kecacingan;
e. Schistosomiasis;
f. Japanese Enchepalitis;
g. Rabies;
h. Antraks
i. Pes;
j. Toxoplasma;
k. Leptospirosis;
l. Flu Burung (Avian Influenza); dan
m. West Nile.
(Permenkes . 2010)
c. Bagaimana alur penetapan status KLB?
Jawab:
Penetapan KLB
1. Dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang
tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa
(endemik), pada populasi yang dianggap beresiko, pada tempat
dan waktu tertentu.
2. Dengan Pola Maxiumum dan Minimum 5 tahunan atau 3
tahunan.
3. Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama
bulan berbeda, atau bulan yang sama tahun berbeda khusus
untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS.Setiap
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 8
peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut dia
dua di suatu daerah endemis. Serta terdapatnya satu atau lebih
penderita atau kematian karena suatu penyakit, pada suatu
kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit, paling
sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.
(Permenkes.2010)
d. Bagaimana peranan puskesmas di wilayah kerjanya untuk
penanganan kasus KLB?
Jawab:
Upaya penanggulangan KLB :
1. Penyelidikan epidemilogis.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina.
3. Pencegahan dan pengendalian.
4. Pemusnahan penyebab penyakit.
5. Penanganan jenazah akibat wabah.
6. Penyuluhan kepada masyarakat.
7. Upaya penanggulangan lainnya.
(Permenkes.2010)
e. Apa makana perbandingan kasus KLB di tahun 2015 dengan tahun
sebelumnya?
Jawab:
Pada tahun 2015 terjadi peningkatan 2x lipat jumlah kasus
DBD (36orang) dibanding tahun 2014 (10orang) dan Terjadi angka
kematian yang berarti pada tahun 2015 yaitu sebanyak 2 orang
meninggal dimana hal tersebut termasuk ke dalam kriteria
terjadinya KLB selain itu dari data tersebut kita juga dapat mencari
CFR (Case Fatality Rate) yaitu angka kematian yang diakibatkan
dari suatu penyakit dalam suatu watu tertentu dan dikalikan 100%
CFR=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠x100%
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 9
yaitu sekitar CFR 5.5% . ANgka ini masih tinggi dimana CFR
Nasional untuk DBD adalah 2%.
(Mubarokah. 2012)
f. Bagaimana cara agar penyakit tidak berkembang menajdi KLB?
Jawab:
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah
dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat,
selain itu melakukan langkah-langkh lainnya :
Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD,
tenaga dan logistic
Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
Memperbaiki kerja laboratorium
Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap
timbulnya KLB dengan mengidentifikasi kasus berpotensi
KLB, pemantauan wilayah setempat terhadap penyakit-
penyakit berpotensi KLB dan penyelidikan dugaan KLB :
1. Identifikasi kasus berpotensi KLB. Setiap kasus
berpotensi KLB yang datang ke UPK diwawancarai
kemungkinan adanya penderita lain disekitar tempat
tinggal kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan
kasus;
2. PWS penyakit berpotensi KLB. Setiap UPK melakukan
analisis adanya dugaan peningkatan penyakit dan faktor
risiko yang berpotensi KLB diikuti penyelidikan kasus;
3. Penyelidikan dugaan KLB. Penyelidikan dugaan KLB
dilakukan dengan cara : Di UPK setiap petugas
menanyakan kepada setiap pengunjung UPK tentang
kemungkinan adanya peningkatansejumlah penderita
yang diduga KLB pada lokasi tertentu; Di UPK setiap
petugas meneliti register rawat jalan dan rawat inap
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 10
khususnya yang berkaitan dengan alamat penderita,
umur dan jensis kelamin atau karakteristiklain; Petugas
kesehatan mewawancarai kepala desa atau pihak yang
terkait yang mengetahui keadaan masyarakat tentang
adanya peningkatan kasus yang diduga KLB; Membuka
pos pelayanan di lokasi yangdiduga terjadi KLB;
Mengunjungi rumah-rumah penderita yang dicurigai
memunculkan KLB.
Deteksi dini KLB dapat dilakukan melalui : pelaporan
kewaspadaan KLB oleh masyarakat, Perorangan dan organisasi
yang wajib membuat laporan kewaspadaan KLB antara lain :
Orang yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita
penyakit berpotensi KLB; Petugas kesehatan yang memeriksa
penderita yangberpotensi KLB; Kepala instansi yangterkait seperti
kepala pelabuhan, kepala stasiun kereta api, kepala bandara udara
dll serta UPK lainnya; Nahkoda kapal, pilot dan sopir.
(Permenkes.2010)
2. Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas
Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 45%. Hal ini disebabkan masih
banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.
a. Apa makna angka bebas jentik 45%?
Jawab: makna Angka Bebas Jentik masih rendah yaitu 45%
menandakan bahwa program belum tercapainya targer dimana
targetnya yaitu 95%.
(Kemenkes.2008)
b. Bagaimana kerteria dilakukannya surveilens?
Jawab:
1. Beban penyakit tinggi sehingga merupakan masalah
penting bagi kesehatan masyarakat.
2. Terdapat tindakan kesehatan masyarakat yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
3. Data relevan mudah diperoleh
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 11
4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan
(pertimbangan efisiensi)
(Depkes RI, 2003)
c. Apa saja ruang lingkup dari surveilens?
Jawab:
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa sebab,
oleh karena itu secara operasional diperlukan tatalaksana secara
integratif dengan ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :
a. Surveilans epidemiologi penyakit menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematika terhadap
penyakit menular dan faktor resiko untuk upaya pemberantasan
penyakit menular.
b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung
upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program
penyehatan lingkungan.
d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
masalah kesehatan dan factor resiko untuk mendukung
program-program kesehatan tertentu.
e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung
program kesehatan matra.
(Depkes RI, 2003)
d. Bagaimana cara menghitung angka bebas jentik ?
Jawab:
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 12
Angka bebas jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang di
lakukan disemua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas
puskesmas pada rumah - rumah penduduk yang diperiksa secara
acak.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑥 100%
(Kemenkes.2008)
e. Apa saja hambatan dalam melakukan surveilens?
Jawab:
Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:
1. Kerjasama lintas sektoral
Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan
berbagai sektor yang berkaitan dengan kesehatan, kerjasama
tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh untuk tecapainya
pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain
mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas
sektoral tersebut.
2. Partisipasi masyarkat rendah
Surveillens epidemiologi yang memang menangani
masalah kesehatan masyrakat eharusnya benar-benar menggali
informasi dari masyarakat dan penanganannyapun hasrus
dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat
dalam pengambilan informasi dari petugas kesehatan
berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.
3. Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini
adalah sumber daya manusia. Hambatan yang berhasil di
identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai
berikut ;
Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE
Banyaknya tugas rangkap.
4. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 13
seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga
mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan
terlambat.
5. Kebijakan
Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih
menghambat dalam pelaksanaan surveilans. Contohnya saja
baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi
pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam
melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas
juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.
6. Dana
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang
sedikit juga. Sering kali permasalahan dana menjadi
penghambat dalam melakukan surveilans.
7. Jarak dan Transportasi
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi
membuat kegiatan surveilans terhambat. Sering kali jarak
membuat kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari karena
transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan
juga mempengaruhi.
(Kemenkes.2003)
f. Apa saja yang mesti dilakukan oleh pihak puskesmas agar ABJ
tidak lagi rendah?
Jawab:
Dengan memberikan edukasi kepada masayarakat mengenai cara
pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat dilakukan
dengan cara :
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M
Pemberantasan jentik nyamuk secara fisik dilakukan dengan
memberantas sarang nyamuk melalui kegiatan menguras,
menutup, dan mengubur (3 M) tempat- tempat penampungan
air dan barang-barang yang berisi air jernih tergenang.
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 14
Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan sekurang-kurangnya
sekali dalam seminggu secara teratur.
a. Menguras
Kegiatan menguras diantaranya yaitu dengan menguras dan
menyikat dinding tempat penampungan air (bak mandi, bak
air, tempat wudhu, WC/toilet, gentong, tempayan, drum,
dan lain-lain) seminggu sekali ataupun dengan mengganti
air di vas bunga, tempat minum burung, perangkap semut,
dan lain-lain seminggu sekali
b. Menutup
Kegiatan menutup dilakukan dengan cara menutup rapat
tempat penampungan air (tempayan, drum, gentong, dan
lain-lain) agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang
biak. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menutup
lubang bambu atau besi pada pagar dengan tanah atau
adonan semen.
c. Mengubur
Kegiatan mengubur dilakukan dengan mengubur,
menyingkirkan, dan memusnahkan barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban
bekas, botol bekas, dan lain-lain .
2. Larvasidasi Selektif
Larvasidasi selektif merupakan pemberantasan jentik nyamuk
secara kimia dengan menggunakan larvasida. Larvasidasi
selektif ini merupakan bagian dari kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) atau Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
yang dapat dilaksanakan secara perorangan, keluarga,
masyarakat, dan petugas PJB dengan sasarannya yaitu tempat
yang sulit atau tidak mungkin dikuras. Cara melakukan
larvasidasi yaitu dengan menaburkan bubuk larvasida
(abate/temephos/altocid) sebanyak 10 gram pada tempat
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 15
penampungan air yang terisi air sebanyak 100 liter setiap 2-3
bulan sekali.
3. Pemasangan Ovitrap (perangkap telur nyamuk)
Pemasangan ovitrap merupakan bagian dari kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Ovitrap merupakan
wadah atau tempat perangkap nyamuk yang berwarna gelap
yang ditutup dengan kain kasa dan diisi air jernih sampai
penuh. Ovitrap diletakkan di tempat sekitar tempat perindukan
nyamuk, baik di dalam maupun di luar rumah, sekolah,
perkantoran, hotel, pasar, dan lain-lain. Tujuan pemasangan
ovitrap ini agar nyamuk terpancing untuk bertelur di ovitrap
dan nantinya telur yang berkembang menjadi jentik atau
nyamuk terperangkap di dalam ovitrap yang ditutup kain kasa
sehingga populasi nyamuk dapat dikendalikan.
4. Memelihara Ikan Pemakan Jentik
Pemberantasan jentik nyamuk secara biologi dilakukan dengan
memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan tempalo, ikan cupang, dan lain-lain.
(Mentri Kesehatan Repunlik Indonesia. 2010)
g. Apa tujuan dan manfaat dilakukkannya surveilens?
Jawab:
Tujuan Surveilens Epidemologi
Identifikasi, investigasi dan penanggulangan situasi luar biasa
atau wabah yang terjadi dalam masyarakat sedini mungkin
Identifikasi kelompok penduduk tertentu dengan resiko tinggi
Untuk penentuan penyakit dengan prioritas penanggulanganya.
Manfaat Surveilens Epidemologi
Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan
distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit,
identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan
tempat, identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, deteksi
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 16
perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring
kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah
penyakit dan epidemiologinya, memberikan informasi dan data
dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa akan
datang, membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan
prioritas sasaran program pada tahap perencanaan. Inti kegiatan
surveilans pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah
dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke pemegang kebijakan guna
ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih
baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia
(Noor, 2008).
h. Apa hubungan menggunakan bak penampungan air terbuka dengan
ABJ?
Jawab: bak penampungan air terbuka adalah salah satu tempat
tempat perindukan Aedes aegypti. Apabila masih banyak rumah
yang bak penampungan air terbuka makan banyak juga terdapat
jentik dari nyamuk Aedes aegypti.
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011)
i. Apa yang petugas surveilens temukan selain ABJ pada kasus?
Jawab:
1. Pencatatan kematian
2. Laporan morbisitas
3. Laporan epidemi
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Investigasi kasus
6. Penyelidikan letusan penyakit
7. Survei, untuk mengetahui prevalensi penyakit. Metode survei
dapat digunakan untuk menilai suatu program penanggulangan
penyakit.
8. Invesigasi distribusi vektor dan reservoir, reservoir adalah
tempat dimana kuman penyakit bersarang seperti manusia,
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 17
binatang atau tumbuh-tumbuhan yang sakit atau tak sakit dan
di dalam lingkungan.
9. Penggunaan obat, serum dan vaksin.
Untuk memperole data tentang jumlah, jenis dan waktu
penggunaan dari obat, serum dan vaksin itu. Surveilens obat
dilakukan terutama terhadap jenis obat yang diduga
menimbulkan efek samping yang membahayakan individu atau
komunitas yang menggunakannya.
10. Informasi tentang penduduk, makanan dan lingkungan
Diperlukan sebagai penyebut dari perhitungan indikator
dalam epidemiologi sepeti angka proporsi, angka prevaensi,
angka insidensi, angka serangan dan lain-lainl. Informasi
tentang makanan diperlukan apakah makanan tertentu seperti
makanan kaleng ang mungkin terkonaminasi dapat
menimbulkan KLB karena adanya kuman yang infeksius atau
racun dalam makanan.
11. Informasi mengenai program kesehatan
(Lapau,Buchari: 2007)
3. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas akan merencanakan Lokakarya
Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini.
a. Bagaimana prosedur perencanaan lokakarya mini?
Jawab:
- Lokakarya mini bulanan puskesmas di selenggarakan dalam
2 tahap yaitu:
1. Lokakarya mini bulanan yang pertama
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama
sebagai berikut:
a. Masukan
1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika
kelompok tentang peran, tanggung jawab staf dan
kewenangan Puskesmas
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 18
2) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep
baru berkaitan dengan Puskesmas
3) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana
kegiatan (Plan of Action = POA) atau Rencana
Usulan Kerja (RUK) Puskesmas
b. Proses
1) Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk
kegiatan lapangan/daerah binaan
2) Analisis beban kerja tiap petugas
3) Pembagian tugas baru untuk termasuk pembagian
tanggung jawab daerah binaan
4) Penyusuan rencana kegiatan (POA atau RUK)
Puskesmas tahunan berdasarakn Rencana
Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK)
c. Keluaran
1) Rencana kegiatan (POA atau RUK) Puskesmas
tahunan
2) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaankegiatan
sesuai dengan POA atau RUK.
3) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
2. Lokakarya mini bulanan rutin
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama
sebagai berikut:
a. Masukan
1) Laporan hasil kegiatan bulan lalu
2) Informasi tentang hasirapat di kabupaten /
kota
3) Informasi tentang hasil rapat di kecamatan
4) Informasi tentang kebijakan, program dan
konsep baru
b. Proses
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 19
1) Analisis hambatan dan masalah antara lain
dengan mempergunakan PWS
2) Analisis sebab masalah , khusus untuk mutu
dikaitkan dengan keputusan terhadap standar
pelayanan
3) Merumuskan alternatif pemecahan masalah
c. Keluaran
1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
2) Rencana kerja bulanyang baru
- Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam
2 tahap yaitu:
1. Lokakarya mini tribulanan yang pertama,
pelakasanaannya sebagai berikut:
a. Masukan
1) Penggalangan tim yang dilakukan melalui
dinamika kelompok
2) Informasi tentang programlintas sektor
3) Informasi tentang kesehatan
4) Informasi tentang kebijakan, program dan
konsep baru
b. Proses
1) Inventarisasi peran bantu masing masing
sektor
2) Analisis masalah peran bantu dai masing
masing sektor
3) Pembagian peran dan tugas masing-masing
sektor
c. Keluaran
1) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait
dalammendukung program kesehatan
2) Rencana kegiatan masing-masing sektor
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 20
2. Lokakarya mini tribulanan rutin, dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Masukan
1) Laporan kegiatan pelaksanaan
programkesehatan dandukungan sektor terkait
2) Inventarisasi maslah/ hambatan dari masing
masing sektor dalam pelaksanaan proram
kesehatan
3) Pemberian informasi baru
b. Proses
1) Analisis hambatan dan maslah pelaksanaan
program kesehatan
2) Analisis hambatan dan maslah dukungan dari
masing masing sektor
3) Merumuskan cara penyelesaian masalah
4) Menyusun rencana kerja dan menyepakati
kegiatan untuktribulan baru
c. Keluaram
1) Rencana kerja tribulan yang baru
2) Kesepakatan bersama
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
b. Apa saja isi dari lokakarya mini?
Jawab:
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai
berikut :
a. Masukan
1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok
tentang peran, tanggungjawab staf dan kewenangan
Puskesmas.
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 21
2. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
berkaitan dengan Puskesmas.
3. Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan
(Plan Of Action = POA) Puskesmas.
b. Proses
1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan
lapangan/ daerah binaan.
2. Analisis beban kerja tiap petugas.
3. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab
daerah binaan.
4. Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA)
Puskesmas tahunan berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan Puskesmas (RPK).
c. Keluaran
1. Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas
tahunan.
2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan POA
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Lokakarya Bulanan Puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak
lanjut dari Lokakarya Mini Bulanan yang pertama. Lokakarya
Bulanan Rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA
Puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur.
Penanggungjawab penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan
adalah Kepala Puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu staf
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 22
Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya. Fokus
utama Lokakarya Mini Bulanan Rutin adalah ditekankan kepada
masalah pentingnya kesinambungan arah dan isinya antara hal-hal
yang direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan
berdayaguna.
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas adalah sebagai
berikut :
a. Masukan
1. Laporan hasil kegiatan bulan lalu
2. Informasi tentang hasil rapat di Dinas Kabupaten/Kota
3. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru"
b. Proses
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan
mempergunakan PWS
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan
dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan
3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah
c. Keluaran
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
2. Rencana kerja bulan yang baru
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
c. Apa saja jenis-jenis dari lokakarya mini?
Jawab:
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 23
Lokakarya Mini dibagi menjadi 2 :
Lokakarya mini bulanan puskesmas dilaksanakan
dipuskesmas setiap bulan.
Lokakarya mini triwulan dilaksanakan setiap 3bulan,
lokakarya lintas sektoral.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
d. Apa tujuan dilakukannya lokakarya mini?
Jawab:
Adapun tujuan dilakukannya lokakarya mini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggerakan
pelaksanaan Puskesmas, bekerjasama dalam tim dan membia
kerja sama lintas program serta lintas sektoral,
2. Tujuan Khusus
a) Tergalangnya kerjasama dalam tim antar tenaga Puskesmas
dan pelaksana
b) Terselenggaranya lokakarya bulanan antar tenaga
Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja tenaga
Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja
bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan
dengan targetnya serta teersusunnya rencana kerja bulan
berikutnya.
c) Tergalangnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka
pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat
secara terpadu.
d) Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam
ranngka mengkaji kegiatan kerjasama lintas sektoral dan
tersusunnya rencana kerja tribulan berikutnya. Manfaatnya
adalah mengevaluasi kegiatan yang telah dilakuakan pada
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 24
bulan lalu dan untuk merencanakan kegiatan yang akan
dilakukan.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
e. Apa saja peran pimpinan puskesmas dalam menghadapi kasus
KLB?
Jawab:
Peran Puskes Terhadap KLB:
b. Kajian epidemiologi ancaman KLB
Puskesmas menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan
informasi penyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan
KLB di daerah Puskesmas
2. Melakukan kajian epidemiologi terus menerus secara
sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi
KLB dan faktor faktor resikonya, sehingga dapat
mengidentifikasi adanya ancaman KLB di daerah
Puskesmas.
3. Melaksanakan penyelidikan lebih luas terhadap kondisi
rentan KLB
b. Peringatan kewaspadaan dini KLB
Apabila teridentifikasi adanya ancaman KLB yang sangat
penting dan mendesak, maka dalam waktu secepatnya
puskesmas memberikan peringatan kewaspadaan dini KLB
kepada program terkait di lingkungan Puskesmas, dan
sektor terkait wilayah puskesmas, termasuk Rumah sakit ,
klinik dan masyarakat serta melaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
f. Peningkatan Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap
KLB
Puskesmas melaksankan kegiatan
1. Peningkatan kegiatan surveilans dan penyelidikan lebih
luas terhadap kondisi rentan KLB dan mendorong upaya
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 25
upaya pencegahan KLB. Kegiatan surveilans dimaksud
adalah pelaksanaan pemantauan wilayah setempat dan
kondisi rentan KLB di wilayah puskesmas.
2. Peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB
dengan penyelenggaraan pemantauan wilayah setempat
penyakit berpotensi KLB di puskesmas dan puskesmas
pembantu.
3. Penyelidikan lebih luas terhadap dugaan adanya KLB
4. Melaksanakan penyuluhan serta mendorong
kewaspadaan KLB di puskesmas pembantu , Rumah
sakit, Klinik dan masyarakat.
5. Kesiapsiagaan menghadapi KLB, terutama penyiapan
tim penyelidikan dan penanggulangan KLB di
puskesmas yang merupakan bagian dari tim
penyelidikan dan penanggulangan KLB
Kabupaten/Kota.
(Permenkes. 2004)
4. Dokter Agung akan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan
DBD, jangan sampai terjadi lagi di tahun-tahun mendatang, dengan
pendekatan Administrasi Kesehatan.
a. Apa saja langkah penanggulanan dan pencegahan DBD?
Jawab:
Beberapa Metode Pencegahan & Pengendalian Perkembang Biakan
Nyamuk Demam Berdarah :
1. Metode Lingkungan
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-
kurangnya sekali seminggu.
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum
burung seminggu sekali.
Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas
di sekitar rumah dan lain sebagainya.
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 26
2. Metode Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik (Ikan Cupang).
3. Metode Kimiawi
Pengasapan/ fogging berguna untuk mengurangi
kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk Abate (temephos) pada tempat-
tempat penampungan air seperti, gentong air, vas
bunga, kolam, dan lain-lain.
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011)
b. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Administrasi Kesehatan?
Jawab:
Suatu proses yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian, dan penilaian terhadap
sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan, perawatan kedokteran
serta lingkungan yang sehat dengan jalan menyediakangerakan
berbagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada perseorangan,
keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.
(Azwar, Azrul.2010)
c. Apa tujuan dan manfaat dari administrasi kesehatan?
Jawab:
- Tujuan pendekatan Administrasi Kesehatan
Memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan,
perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan
jalan menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya
kesehatan yang ditujukan kepada perorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat.
- Manfaat pendekatan Administrasi Kesehatan
Secara umum manfaat pendekatan Administrasi Kesehatan
dibedakan atas 3 macam yakni:
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 27
Dapat dikelola sumber, tatacara dan kesanggupan secara
efektif dan efisien
Dapat dipenuhi kebutuhan dan tuntutan secara tepat dan
sesuai
Dapat disediakan dan diselenggarakan upaya kesehatan sebaik-
baiknya. (Azwar, Azrul. 2010)
d. Bagaimana cara pendekatan administrasi kesehatan dalam
penanggulangan dan pencegahan DBD?
Jawab:
Dengan melakukan pendekatan menggunakan konsep admin
kesehatan (Input,Proses dan output)
Input : masalah DBD
Proses : melakukan kegiatan2 untuk menanggulangi DBD
Output : telah dicapainya penanggulangan DBD
(Azwar, Azrul. 2010)
e. Bagaimana pandangan Islam mengenai musibah DBD?
Jawab:
Allah SubhanahuwaTa’ala berfirman :
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang
melainkan dengan izin Allah” (QS. At-Taghaabun : 11).
2.3.3 Kesimpulan
Dokter Agung pimpinan puskesmas akan merencanakan lokakarya mini
dan pendekatan administrasi kesehatan dikarenakan telah terjadi KLB
DBD di wilayah kerjanya
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 28
2.3.4 Kerangka Konsep
Masih banyak bak
penampung terbuka
ABJ rendah
KLB DBD
Membahas kasus Pendekatan administrasi
kesehatan
Lokakarya mini Penanggulaagn dan
pencegahan DBD
Puskesmas kurang
menjalankan pendekatan
Administrasi Kesehatan
Monitoring dan evaluasi
program penangulangan
DBD
Laporan Tutorial Skenario B Blok XVIII Page 29
Daftar Pustaka
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003 Pencegahan Dan
Penanggulangan Penyakit Demam Dengue Dan Berdarah Dengue. Jakarta.
: Departemen Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Lokakarya Mini
Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan
Lapau, Buchari. 2007. Prinsip dan Metode Epidemiologi Ed.2. Jakarta: FK UI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu. Jakarta: Departemen Kesehatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Kementrian Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 828/MENKES/SK IX/2008 Standar Minimal Pelayanan Bidang
Kesehatan di Kabupaten/ Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pusat Data dan Surveillance
Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI Demam Berdarah Dengue Vol. 2.
ISSN- 2087-154. Jakarta: Departemen Kesehatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul Pengendalian Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan
Mubarokah, Rizqi. 2012. Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik Demam
Berdarah Dengue (ABJ-DBD) Melalui Penggerakan Juru Pemantau Jentik
(Jumantik). Semarang: Universitas Negeri Semarang
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: PT. Rineke Cipta