bab i1

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan makalah ini didasarkan karena adanya mata kuliah Pendidikan Peserta Didik yang mengharuskan setiap mahasisiwa S1 program studi PGSD, untuk dapat membuat makalah disetiap akhir penutupan Kompetensi Dasar. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan? 2. Apa maksud dari anak adalah totalitas? 3. Apa maksud perkembangan sebagai proses holistic? 4. Apakah yang dimaksud kematangan dan pengalaman? 5. Apakah yang dimaksud kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan? 6. Bagaimana perkembangan biologis dan perseptual anak? 7. Apakah pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan anak? C. Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anak adalah totalitas 3. Mengetahui maksud perkembangan sebagai proses holistic 4. Mengetahui arti kematangan dan pengalaman

Upload: evi-paulina-damayanti-simaremare

Post on 24-Oct-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

Page 1: BAB  I1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembuatan makalah ini didasarkan karena adanya mata kuliah Pendidikan Peserta Didik yang mengharuskan

setiap mahasisiwa S1 program studi PGSD, untuk dapat membuat makalah disetiap akhir penutupan

Kompetensi Dasar.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?

2. Apa maksud dari anak adalah totalitas?

3. Apa maksud perkembangan sebagai proses holistic?

4. Apakah yang dimaksud kematangan dan pengalaman?

5. Apakah yang dimaksud kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan?

6. Bagaimana perkembangan biologis dan perseptual anak?

7. Apakah pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan anak?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anak adalah totalitas

3. Mengetahui maksud perkembangan sebagai proses holistic

4. Mengetahui arti kematangan dan pengalaman

5. Mengetahui arti kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan

6. Mengetahui perkembangan biologis dan perseptual anak

7. Mengetahui pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan anak

BAB II

Page 2: BAB  I1

PEMBAHASAN

A.  Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan atau

menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme atau

individu. Konsep pertumbuhan mempunyai makna luas, mencangkup segi-segi kuantitatif dan kualitatif serta

aspek-aspek fisik-psikis seperti yang terkandung dalam istilah-istilah pertumbuhan, kematangan dan belajar

atau pendidikan dan latihan. Belajar atau pendidikan menunjukkan kepada perubahan pola-pola sambutan

atau perilaku dan aspek-aspek kepribadian tertentu sebagai hasil usaha individu atau organisme yang

bersangkutan dalam batas-batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan demikian, dapat dibedakan bahwa

perubahan-perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar itu berlangsung secara intensional atau

dengan sengaja diusahakan oleh individu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti pertumbuhan

dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya pertambahan waktu atau usia yang ditempuh

oleh yang bersangkutan. Pertumbuhan terbatas pada perubahan-perubahan yang bersifat evolusi (menuju ke

arah yang lebih sempurna).

Perubahan-perubahan aspek fisik dapat diidentifikasikan relative lebih mudah manifestasinya karena dapat

dilakukan pengamatan langsung seperti tinggi dan berat badan, tanggal dan tumbuhnya gigi dan sebagainya.

Lain halnya dengan segi-segi psikis yang relative sulit diidentifikasi karena kita hanya mengamati dan

sampai batas tertentu.

Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju

tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik

maupun psikis. Perkembangan juga bertalian dengan beberapa konsep pertumbuhan (growth), kematangan

(maturation), dan belajar (learning) serta latihan (training).

Perkembangan individu dapat ditujukan dengan munculnya atau hilangnya, bertambah atau berkurangnya

bagian-bagian, fungsi-fungsi atau sifat-sifat psikofisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang sampai

batas tertentu dapat diamati dan diukur dengan mempergunakan teknik dan instrument yang sesuai. Contoh

perkembangan proses berpikir, kemampuan berbahasa dan lain-lain.

B. Anak Sebagai Suatu Totalitas

Konsep anak sebagai suatu totalitas mengandung tiga pengertian, yaitu :

Page 3: BAB  I1

1.      Anak adalah makhluk hidup yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat

dalam dirinya.

Sebagai suatu totalitas, anak dipandang sebagai makhluk hidup yang utuh, yakni sebagai suatu kesatuan dari

keseluruhan aspek fisik dan psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek fisik dan psikis anak

tersebut tidak dapat dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu anak dipandang sebagai suatu individu.

Dalam hal ini kita tidak akan memandang anak sebagai kumpulan organ-organ misalnya ada kepala, kaki,

tangan, dan bagian tubuh yang terpisah satu sama lain.

2.  Keseluruhan aspek anak saling terjalin satu sama lain

Keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut secara terintegrasi saling terjalin dan memberikan

dukungan satu sama lain. Sebagai misal, anak yang dimarahi orang tuanya bisa tidak berselera makan, anak

yang sedang sakit nafsu makannya berkurang dan lain-lain. Contoh tersebut mengilustrasikan adanya

keterkaitan dan perpaduan dalam proses kehidupan dan aktivitas anak. Reaksi-reaksi psikis anak selalu

disertai dengan reaksi fisiknya, begitu pula sebaliknya.

3. Anak berbeda dari orang dewasa bukan sekedar fisik, tetapi secara keseluruhan.

Anak bukan miniature orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya bisa

berbeda dengan orang dewasa, baik dalam segi fisik, cara berfikir, rasionalitas, daya pikir maupun pola

pikirnya. Jadi jangan memaksa anak sesuai dengan yang kita inginkan karena anak itu juga mempunyai

dunianya sendiri. Biarlah mereka menjadi diri mereka sendiri, suatu saat dengan kematangan dan

pengalaman mereka akan menjadi dewasa.

C. Perkembangan sebagai Proses Holistik dari aspek biologis, kognitif, dan psikososial.

Sesuai dengan konsep anak sebagai suati totalitas atau sebagai individu, perkembangan juga merupakan

suatu proses yang sifatnya menyeluruh (holistik). Artinya perkembangan terjadi tidak hanya dalam aspek

tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin satu sama lain. Secara garis besar,

proses perkembangan individu dapat dikelompokkan ke dalam 3 domain, yaitu :

1. Proses Biologis

Proses biologis atau perkembangan fisik mencangkup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti

pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ indrawi, dan sejenisnya.

Perubahan dalam cara menggunakan tubuh atau keterampila motorik dan perkembangan seksual juga

dikelompokkan ke dalam domain ini. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencangkup perubahan fisik

karena kecelakaan, sakit, atau peristiwa-peristiwa khusus lainnya.

Page 4: BAB  I1

2. Proses Kognitif

Proses ini melibatkan perubahanperubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran bahasa, dan cara

individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan

mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau doa,

memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalaman merefleksikan peran kognitif dalam

perkembangan anak.

3. Proses Psikososial

Proses ini melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan kepribadian individu serta cara

yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan

mempengaruhi satu sama lain. Misalnya saja jika seorang anak mengalami gangguan pendengaran maka dia

dapat mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa dikarenakan tidak adanya kata-kata yang dapat

masuk dan dicerna di otaknya.

D. Kematangan dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak

Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari

suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan (readiness) dari suatu fungsi (psikofisis) untuk

menjalankan fungsinya.Pengalaman adalah peristiwa-peristiwa yang dialami individu dalam interaksi dengan

lingkungan. Kematangan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, pola asuh dan kesempatan

yang diberikan. Secara usia anak yang berusia 7tahun harusnya memiliki pengalaman yang lebih banyak

dibandingkan usia 6tahun. Namun pengalaman menjadi berbeda ketika pola asuh yan diberikan berbeda.

E. Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan

Perkembangan dari segi kesinambungan menjelaskan bahwa perkembangan merupakan perubahan kumulatif

yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia. Perkembangan adalah

perubahan yang sifatnya bertahap dan merupakan akumulasi dari perilaku dan kualitas pribadi yang sama

yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam proses perkembangan ini terjadi penambahan maupun

pengurangan keterampilan yang akan dikombinasikan dengan keterampilan yang sudah ada untuk

menghasilkan perilaku yang semakin kompleks.

Sedangkan dari segi ketidaksinambungan menganggap bahwa perkembangan individu melibatkan tahapan-

tahapan yang berbeda. Dalam hal ini perkembangan individu dianggap berlangsung melalui terjadinya

perubahan yang relatif tiba-tiba dari suatu tahap ke tahap berikutnya.

Page 5: BAB  I1

F. Perkembangan Biologis dan Perseptual Anak

1. Perkembangan Fisik

a. Tinggi dan Berat Badan

Pertumbuhan fisik pada usia SD cenderung lebih lambat dan relatif konsisten. Laju perkembangan seperti ini

berlangsung sampai terjadinya perubahan-perubahan besar pada awal masa pubertas. Kaki anak lazimnya

menjadi lebih panjang dan tubuhnya menjadi lebih kurus. Massa dan kekuatan otot anak secara bertahap

terus meningkat di saat semakin menurunnya kadar ‘lemak bayi’. Selama usia SD ini, kekuatan fisik anak

lazimnya meningkat dua kali lipat. Gerakan-gerakan lepas pada masa sebelumnya sangat menbantu

pertumbuhan otot ini.

b. Proporsi dan Bentuk Tubuh

Anak SD kelas awal umumnya masih memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan

ini sedikit demi sedikit berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada

kelas-kelas akhir SD, lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati keseimbangan. Berdasarkan tipologi

Sheldon ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD. Tiga bentuk primer tubuh tersebut adalah :

1) Endomorph, yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar

2) Mesomorph, yakni yang kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar

3) Ectomorph, yakni yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti tak berotot

2. Perkembangan Perseptual

Page 6: BAB  I1

Persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan

proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensasi.

a.  Persepsi Visual

Adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan dan sangat mengutamakan peran indra penglihatan dalam

proses perseptualnya. Dilihat dari dimensinya, ada enam jenis persepsi visual yang dapat dibedakan, yakni :

1) Persepsi Konstanitas Ukuran

Adalah kemampuan individu untuk mengenal bahwa setiap objek memiliki suatu ukuran yang konstan

meskipun jaraknya berbeda. Contohnya anak mampu mempersepsikan bahwa bahwa jalan dipegunungan itu

sama lebarnya tetapi ketika digambar semakin jauh semakin kecil.

2) Persepsi Objek atau Gambar Pokok dan Latar

Persepsi ini memungkinkan individu untuk menempatkan suatu objek yang berada atau tersimpan pada suatu

latar yang membingungkan. Kemampuan ini akan terlihat dalam gambar anak. Misalnya kemampuan anak

dalam menggambar gambar yang tertutup oleh gambar lain.

3) Persepsi Keseluruhan dan Bagian

Merupakan kemampuan untuk membedakan bagian-bagian suatu objek atau gambar dari keseluruhannya.

4) Persepsi Kedalaman Kemampuan seseorang untuk mengukur jarak dari posisi tubuh ke suatu objek.

persepsi ini memerlukan ketajaman visual yang baik.

5) Persepsi Tilikan Ruang.

Merupakan kemampuan penglihatan untuk mengidentifikasi, mengenal, dan mengukur dimensi

6) Persepsi Gerakan

Melibatkan kemampuan memperkirakan dan mengikuti gerakan atau perpindahan suatu objek oleh mata.

Kemampuan persepsi ini juga sudah mulai dikembangkan sejak bayi terhadap gerakan horizontal, disusul

terhadap gerakan vertikal, gerakan diagonal, dan terakhir terhadap gerakan berputar.

b. Persepsi Pendengaran

Page 7: BAB  I1

Persepsi pendengaran merupakan pengamatan dan penilaian terhadap suara yang diterima oleh bagian

telinga. Seperti halnya persepsi penglihatan, perkembangan persepsi pendengaran mencakup beberapa

dimensi, yaitu: persepsi lokasi pendengaran, persepsi perbedaan terhadap suara-suara yang mirip, dan

persepsi pendengaran pokok dan latarnya.

1) Persepsi Lokasi Pendengaran

Persepsi ini berkenaan dengan kemampuan mendeteksi tempat munculnya suatu sumber suara. Misalnya,

kalau si anak dipanggil dari sebelah kiri, maka ia menenggok ke sebelah kiri; kalau ada pada langit langit ada

suara yang menakutkan, maka ia memusatkan perhatiannya ke arah sumber suara tersebut.

2) Persepsi Perbedaan

3) Persepsi Pendengaran Utama dan Latarnya

Kemampuan untuk memperhatikan suara-suara tertentu dengan mengabaikan suara-suara lain yang tidak

berhubungan. Misalnya kita perlu mendengarkan suara guru yang sedang mengajar sambil mengabaikan

suara-suara gaduh yang datang dari luar kelas.

G. Faktor Hereditas dan Lingkungan dalam Perkembangan Anak

Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Hereditas

Faktor hereditas ada dalam diri manusia itu sendiri. Disini terjadi totalitas karakter dari orang tua kepada

anak, dari sini pula kepribadian anak mulai terbentuk karena didikan orang tua.

b. Faktor Lingkungan

Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar. Dalam lingkungan anak diajarkan tentang nilai-nilai budaya

setempat.

Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan

perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan

berkembang tidak lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan

Page 8: BAB  I1

social. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan

lingkungan.

Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda

menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan antara

hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang

bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku.

Diantara kedua faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya saling mengisi dan

mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan lingkungan kepada seorang anak akan

menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya.

MAKALAH YANG LAIN BROOOOOOO BY AJO.

BAB   I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu sistem untuk merubah karakter seseorang menjadi lebih baik. Peserta didik

dalam hal ini bisa sebagai sabjek maupun objek dan sabjek. Peserta didik sebagai objek karena menempati

peranan yang sangat vital untuk selanjutnya dikembangkanpotensi yang ada dalam dirinya begitu juga

sebagai sabjek karena dalam proses pembelajaran peserta didik mempunyai asumsi sendiri untuk menentukan

bagaimana dia harus belajar.

Dalam proses pembelajaran banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan demi kesuksesan suatu pendidikan.

Salah satu faktor adalah dalam diri peserta didik, karena sejak lahir manusia sudah dibekali otak yang bekerja

secara sistematis dan bawaan lahiriyah yang mendorong tingkah laku. Maka metode yang diterapkan oleh

pendidik harus sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam hal ini perlu kiranya diketahui lebih jauh

mengenai peserta didik.

Untuk ini dalam makalah ini penulis mencoba untuk mengulas hal-hal yang berkaitan dengan peserta didik,

faktor-faktor yang mendukungnya dan psikologi yang ada dalam diri peserta didik. Hal inilah yang jarang

Page 9: BAB  I1

diperhatikan oleh pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Seringkali metode yang dipakai tidak sesuai

dengan karakteristik peserta didik sehingga menimbulkan ketidaksinambungan pembelajaran.

B.   Rumusan Masalah

1.  Apa pengertian Peserta Didik?

2.   Bagaimana psikologi Peserta Didik?

3.   Bagaimana etika Peserta Didik?

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Peserta Didik

Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik

secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik

yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik, perkembangan menyangkut

psikis.[1]

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu.[2]

B.  Psikologi Peserta Didik

1.   Kebutuhan Peserta Didik

a.   Kebutuhan Fisik[3]

Fisik mengalami perkembangan yang cepat terutama masa pubertas. Kebutuhan biologis yaitu berupa makan

minum dan istriahat. Fisik adalah awal dari kemampuan peserta didik untuk menunjang pembelajaran untuk

itu makanan yang dikonsumsi harus bergizi dan sehat.

b.   Kebutuhan Sosial[4]

Page 10: BAB  I1

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang berhubngan langsung dengan masyarakat agar peserta didik dapat

berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya, seperti diterima teman-temannya secara wajar.

c.    Kebutuhan untuk mendapatkan status[5]

Peserta didik terutama pada usia remaja membutuhkan suatu yang menjadikan dirinya berguna bagi

masyarakat. Kebanggaan diri sendirisangat penting dalam mencari identitias diri dan kemandirian.

d.    Kebutuhan Mandiri[6]

Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan atau aturan orang tuanya dan mencoba untuk

mengarahkan dan mendisiplinkan dirinya sendiri.

e.    Kebutuhan untuk berprestasi[7]

Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan mendapatkan status dan mandiri Karena

prestasi terbentuk karena terpenuhinya kebutuhan mendapatkan status dan mandiri.

f.   Kebutuhan ingin disayang dan dicintai[8]

Rasa ingin disayangi dan dicintai merupakan kebutuhan yang esensial, karena dengan terpenuhinya

kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap dan mental pesrta didik.

g.   Kebutuhan untuk curhat[9]

Kebutuhan untuk dipahami ide-ide dan permasalahn yang dihadapinya.

h. Kebutuhan untuk memiliki filsafah hidup[10]

Pada usia remaja mulai tertarik untuk mengetahui tentang kebenaran dan nilai-nilai ideal.

2.  Intelegensi Peserta Didik

a.  Kecerdasan Intelektual (IQ)

Page 11: BAB  I1

Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang

memberikan kita kemampuan untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta

inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan “What I Think“.[11]

Cirri-ciri kecerdasan intelektual:

b.  Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan ini di otak berada pada otak belakang manusia. Kecerdasan ini memang tidak mempunya ukuran

pasti seperti IQ, namun kita bisa merasakan kualitas keberadaannya dalam diri seseorang. Oleh karena itu EQ

lebih tepat diukur dengan feeling. Kecerdasan emosional digambarkan sebagai kemampuan untuk memahami

suatu kondisi perasaan seseorang, bisa terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Banyak orang yang salah

memposisikan kecerdasan Emosional ini di bawah kecerdasan intelektual. Tetapi, penelitian mengatakan

bahwa kecerdasan ini lebih menentukan kesuksesan seseorang dibandingkan dengan kecerdasan sosial.

Kecerdasan ini lebih tepat diungkapkan dengan “What I feel”[12]

c.  Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan ini terletak dalam suatu titik yang disebut dengan God Spot. Mulai populer pada awal abad 21.

Melalui kepopulerannya yang diangkat oleh Danar Zohar dalam bukunya Spiritual Capital dan berbagai

tulisan seperti The Binding Problem karya Wolf Singer. Kecerdasan inilah yang menurut para pakar sebagai

penentu kesuksesan seseorang. Kecerdasan ini menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri

manusia. Kecerdasan ini menjawab dan mengungkapkan tentang jati diri seseorang, “Who I am“. Siapa saya?

Untuk apa saya diciptakan?[13]

3.  Tipe Kepribadian Peserta Didik dan Pengaruhnya

Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut

masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan

belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.[14]

 Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:[15]

1.  Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan,

aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.

2.  Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.

3.  Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom

fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

Page 12: BAB  I1

  Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan Kepribadian terbagi menjadi dua belas

kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:[16]

1.   Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.

2.   Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.

3.   Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.

4.   Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.

5.   Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.

6.   Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.

7.   Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.

8.  Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung

jawab.

9.   Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.

10.   Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.

11.   Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.

12.   Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

 Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007) Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat

jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang

menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:[17]

1.       Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat

marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.

2.       Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis,

mudah sedih dan mudah putus asa.

3.       Tpe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/

masa bodoh.

4.       Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.

 Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa Tipologi kepribadian berdasarkan

bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:[18]

Page 13: BAB  I1

1.       Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan

kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.

2.       Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang,

suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.

3.       Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada

pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.

Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).  Menurut

Kurnia (2007) menjelaskan bahwa  Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara

bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.[19]

●      Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)

Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai

mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah

menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses

penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras

kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik.

Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran

atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup

secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

●      Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)

Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal

dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa

anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-

teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan

tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak

usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah

dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk

keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.

●      Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)

Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini

terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih

dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja,

di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih

dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi

pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan

Page 14: BAB  I1

keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada

menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan

dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap

perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya

agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di

sekitarnya.

Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti ada sifat

yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicaraselalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat

atau pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu hal

biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan

peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang

suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik

mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita,

maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang

dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng menyenangkan  yang didapat melainkan suasana tegang.

Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila

murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun

bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta

adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.

[20]

C.      Etika Peserta Didik

Etika  yang harus diperhatikan dalam belajar Dalam hal ini Hasyim Asy’ari mengungkapkan ada sepuluh

etika yang harus dipebuhi oleh peserta didik atau murid, yaitu :[21]

1.              Membersihkan hati dari berbagai gangguan keimanan dan keduniawian

2.              Membersihkan niat

3.              Tidak menunda-nunda kesempatan belajar

4.              Bersabar dan qonaah terhadap segala macam pemberian dan cobaan

5.              Pandai mengatur waktu

6.              Menyederhanakan makan dan minum

7.              Bersikap hati-hati atau wara’

8.              Menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan yang pada akhirnya menimbulkan

kebodohan

Page 15: BAB  I1

9.              Menyediakan waktu tidur selagi tidak merusak kesehatan

10.  Meninggalkan kurang faedah (hal-hal yang kurang berguna bagi perkembangan diri).