bab i. seminar 1

Upload: dvlpin-banget

Post on 12-Jul-2015

191 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI BAB I.........................................................................................................................................1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1 BAB II.....................................................................................................................................10 TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................................10Hipotesa........................................................................................................... 30

BAB III....................................................................................................................................31 METODE PENELITIAN......................................................................................................31Jenis Penelitian................................................................................................. 31 Tempat dan Waktu Penelitian. .........................................................................31 Tempat Penelitian..........................................................................................31 Waktu Penelitian...........................................................................................31 Populasi dan Sampel........................................................................................32 Populasi......................................................................................................... 32 Sampel.......................................................................................................... 32 Teknik Pengumpulan Data................................................................................32 Teknik Penelitian. .........................................................................................32 Teknik Analisis Data. .......................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang.

Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang terdiri dari beribu ribu pulau dan bermacam-macam suku bangsa serta mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam, masing-masing memiliki kebudayaan tersendiri dan mempunyai ciri khas dengan latar belakang daerahnya. Kebudayaan nasional adalah ciri khas yang ditinggalkan oleh pendahulupendahulu atau leluhur bangsa Indonesia yang wajib untuk dilestarikan dan digalakkan oleh generasi selanjutnya, kebudayaan nasional itu hendaknya merupakan suatu tanda akan tanda identitas bangsa Indonesia yang mempunyai sisi positif, maksudnya kebudayaan nasional seyognya

memperlihatkan kelebihan martabat bangsa Indonesia, kemampuan yang setara dengan bangsa lain yang terkemuka di dunia, sehingga bangsa Indonesia itu dihargai oleh bangsa lain sebagai bangsa yang dipercaya, bermartabat luhur serta mempunyai kreatifitas yang positif terhadap pembangunan umat manusia. Dalam menghadapi era globalisasi dengan banyaknya budaya asing yang memiliki daya tarik yang cukup besar akan member dampak semakin melemahnya budaya tradisional menghadapi persaingan, selalu

mempelterisasi masuknya budaya asing itu sendiri dalam persaingan yang begitu ketat Olahraga perlu dilakukan dengan baik, terorganisir dan1

terencana. Pemerintah juga menganjurkan memasyaratkan Olahraga dan memasyaratkan Olahraga dan mengolahragakan masyarakat, hal ini sesuai dengan landasan sistem keolahragaan nasional dalam Undang-Undang Rebuplik Indonesia No.3/Tahun 2005 yang berbunyi: Keolahragaan nasional bertujuan memilihara dan meningkatkan

kesehatan dan kebugaran, prestasi, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa. Memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Undang-undang dasar Rebuplik Indonesia No. 3 pasal 4 tahun (2005:8). Perkembangan olahraga tradisional ataupun kebudayaan daerah adalah salah satu tradisi yang ada pada masyarakat kita, seperti pencak silat. Dimana pencak silat ini merupakan olahraga beladiri tradisional warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang berkembang secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan tersebar di seluruh tanah air Indonesia. Murhananto (1993:31) Pencak silat dalam perwujudanya dalam masyarakat mengandung beberapa aspek, seperti yang dikatakan Murhananto Pencak Silat memiliki empat aspek yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain,keempat aspek tersebut adalah aspek pembinaan mental spiritual,aspek bela diri, olahraga dan aspek seni. Asal mula Pencak Silat secara historis adalah gejala sejarah bangsa Indonesia yang telah dikenal sejak beratus-ratus tahun lalu dengan pasang

2

surut perkembangannya, karenanya zaman kerajaan pun, bangsa kita telah mengenal Pencak silat dalam bentuk berbeda, namun esensi yang sama. Sejarah Pencak Silat secara hipotesis, analogis, dan interperatif dapat dikatakan bahwa Pencak Silat adalah hasil krida budi manusia dan merupakan bagian dari kebudayaan manusiayang pada awalnya adalah cara manusia berkelahi , hal ini berkaitan dengan hasrat berjuang sebagai bagian dari sifat dan pembawaan sosial manusia serta konflik sebagai bagian dari interaksi social manusia dalam hidup masyarakat. Noto Soejitno (1997:15) Pada hakekatnya, Pencak Silat merupakan panduan pendidikan jasmani, rohani, keseniandan warisan social serta budaya leluhur Indonesia, hasil dari panduan itu dimaksud untuk meningkatkan ketagwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi kecerdasan, keterampilan, budi pekerti,

memperkokoh kepribadian dan mempertebal rasa percaya diri. Perkembangan Pencak Silat adalah suatu perubahan yang terjadi pasang surut dalam kurun waktu yang ditentukan,adapun perkembangan Pencak Silat sebagai olahraga prestasi dibagi dalam tiga masa yakni : masa perintisan, masa pemantapan, dan masa perkembangan internasional. Masa perintisan yaitu pada bulan Desember 1971, PB IPSI mengadakan musyawarah kerja IPSI khusus guna menyusun rancangan peraturan pertandingan, rancangan peraturan itu lalu disebarluaskan keberbagai daerah, dicoba dan dikaji kekurangannya. Masa pemantapan tahun1985, disahkan beberapa peraturan baru, yakni pedoman teknik dan tektik pertandingan olahraga Pencak Silat serta ketentuan mengenai wasit juri, pelatih dan pesilat.Masa perkembangan

3

internasional pada tanggal 11 maret 1980, diresmikan berdirinya persekutuan Pencak Silat antar bangsa ( PERSILAT). Murhananto(1993:65) Organisasi nasional Pencak Silat mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tertulis yang disusun atau disepakati bersama oleh seluruh anggotanya, disitu tersurat antara lain sifat hubungan perguruan anggota dengan organisasi nasionalnya. Disitu juga terdapat ketentuan yang mengharuskan perguruan anggota untuk menyelaraskan atau menjiwakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi nasionalnya. Noto Soejitni (1997:123) Disamping itu olahraga Pencak Silat juga harus mempunyai seorang pelatih yang berkualittas untuk menunjang prestasi atlit Pencak Silat. Pelatih yang kreatif akan menggunakan latihan yang bervariasi karena banyak manfaatnya, atlit akan termotivasi dan mengurangi cedera. James Tangkudung (2006:16) Kepemimpinan pelatih harus merupakan seorang individu yang dinamis, yang dapat memimpin dan memberikan motivasi kepada anak asuhnya maupun kepada para pembantunya, dia juga diharapkan dapat bekerjasama dan bergaul dengan orang banyak, menyelami hati mereka, dapat mengeluarkan pendapat-pendapat dan pandang-pandangannya secara jujur dan terbuka. Harsono (1988:16) Oleh karena itu Spesialisasi seorang pelatih sangat berperan, begitu juga dengan atletnya, sebab olahraga Pencak Silat adalah olahraga yang membutuhkan kemampuan fisik, teknik,taktik dan adaptasi psikologi yang

4

merupakan suatu proses kompleks, dengan spesialisasi, atlit harus bersiap-siap menghadapi peningkatan berkelanjutan pada volume latihan dan itensitas. Saat atlet memutuskan latihan khusus, mereka harus siap menggunakan latihan spesifik untuk mengadaptasikan fisik dan psikologi, latihan menuntut peningkatan yang mantap, yang disusun melalui pengujian, perencanaan dan penjadwalan kompetisi dalam satu tahun. James Tangkudung (2006:14) Pencak Silat pada dasarnya adalah sistem beladiri yang bersenjata. Karena itu, cara menggunakan berbagai macam senjata merupakan bagian dari pendidikan, pengajaran dan pelatihan di perguruan-perguruan Pencak Silat. Oleh karena itu, sarana dan prasarana mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi olahraga Pencak Silat, begitu juga dengan partisipasi masyarakat yang merupakan suatu manajemen yang berusaha menyesuaikan kebijakannya dengan langkah-langkah dan pendapat. Di Provinsi Riau Pencak Silat sudah ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat sejak dahulu kala dan terdapat berbagai jenis aliran Pencak Silat. IPSI merupakan salah satu jalan secara khusus untuk mengangkat citra Pencak Silat, di lingkungan masyarakat. IPSI menganjurkan kepada perguruanperguruan untuk menampilkan permainan silat sercara spektakuler, seperti yang pernah dilakukan oleh perguruan Pencak Silat Domas,Tali Putih, Setia Hati, Perisai Diri, Pencak Silat Tenaga Dasar dan yang lainnya. Keberadaan olahraga Pencak Silat harus dijaga dan dilestarikan dan hal ini sebenarnya bukan saj amenjadi tanggung jawab IPSI saja tetapi juga menjadi tanggung jawab moral semua lapisan masyarakat,karena masyarakat tidak pernah lepas

5

dari segala kegiatan yang menyangkut fisik atau jasmani. Dalam melaksanakan tugas melatih di bidang Olahraga terpikul beban tanggung jawab moral yang tidak ringan bagi seorang pelatih pembina dan mengembangkan Olahraga dalam hal latihan olahraga seperti halnya dalam kegiatan manusia lainnya harus ada perencanaan yang sistematis, serta pencatatan dari segala tindakan yang sudah dilakukan. Penyusunan secara bertingkat dan bertahap dapat mengembangkan prestasi Atlet Pencak Silat dengan baik. Latihan yang sifatnya mudah maupun sulit dapat berkembang dalam diri silat, pesilat yang lemah kemampuannya merasa bahwa latihan yang mudah itupun sulit baginya, sebaliknya bagi yang punya kemampuan tinggi itu tidak merasakan hal itu sulit. Untuk itu bagi seorang pelatih yang baik dan kreatif dapat menyusun materi latihannya sesuai dengan kemampuan sehingga latihan yang diberikan dapat diikuti dengan baik. Perwujudan ini sangat berfungsi bagi perkembangan keterampilan jasmani dan rohani bangsa Indonesia pada umumnya, dengan sedikit banyaknya akan menyumbang nilai-nilai dalam rangka pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia Indonesia dalam pembangunan. Hal ini sesuai dengan sistem keolahragaan nasional Dalam Undang-UndangRebuplik Indonesia No. 3/tahun 2005 yang berbunyi: Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi yang bersifat tradisional dilakukan dengan menggali, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan olahraga tradisional yang

6

ada dalam masyarakat. Undang-Undang Rebuplik Indonesia No. 3 pasal 21 ayat 2 tahun (2005:8) Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa olahraga tradisional dapat diwujudkan dengan cara, di gali unsur budayanya dan dikembangkan prestasinya, serta dilestarikan keberadaanya agar budaya tradisional sifatnya, dapat berkelanjutan untuk generasi yang akan dating. Dengan adanya factor-faktor di atas maka perlu untuk mengadakan penelitian lanjutan, sehingga dengan demikian diharapkan akan terungkap factor-faktor penyebab kurang berkembang dan meningkatnya prestasi Pencak Silat di Kota Pekanbaru serta kendala-kendala yang dihadapi, maka penulis mengangkat judul : Pekembangan Olahraga Pencak Silat di Kota Pekanbaru tahun 2005-2010.

B. Identifikasi Masalah.

Sebagaimana dijelaskan dalam latar belakang, bahwa pencak silat merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat menghasilkan prestasi. Maka akan diindentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Apakah pencak silat dapat berkembang di Pekanbaru? 2. Apakah banyak atlit pencak silat dari Pekanbaru berhasil dalam setiap kejuaraan? 3. Apakah pelatih yang ada di Pekanbaru berkualitas?

7

C. Pembatasan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah ini mengingat tenaga yang dimiliki, pendanaan dan terbatasnya waktu. Oleh karena itu peneliti hanya meneliti tentang Perkembangan Olahraga Pencak Silat di Kota Pekanbaru tahun 2005-2010.

D. Rumusan Masalah.

Sebagai landasan dalam merumuskan penulisan ini,agar dapat gambaran yang lebih lengkap dalam penilitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :1. Bagaimana sejarah perkembangan pencak silat di Kota Pekanbaru

tahun 2005-2010?2. Bagaimana kondisi dan perkembangan atlit di Kota Pekanbaru? 3. Bagaimana kualitas pelatih yang ada di Kota Pekanbaru?

4. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana Pencak Silat di Kota Pekanbaru. Dengan rumusan demikian, maka akan terarah dan tepat sasaran dalam penulisan.

8

E. Tujuan Penelitian.

Adapun masalah yang dikemukakan penulis di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perkembangan Olahraga Pencak Silat di Kota Pekanbaru tahun 2005-2010.1. Untuk

mengetahui

perkembanagan

Pencak

Silat

di

Kota

Pekanbaru.2. Untuk mengetahui kondisi dan perkembangan atlet di Kota

Pekanbaru 3. Untuk mengetahui kualitas pelatih-pelatih di Kota Pekanbaru. 4. Untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan latihan Pencak Silat di Kota Pekanbaru.

F. Manfaat Penelitian.

Adapun penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintahan daerah serta seluruh lapisan masyarakat Kota Pekanbaru dalam merealisasikan

perkembangan Olahraga Pencak Silat.2. Merupakan sarana informasi dan untuk memperluas cakrawala

ilmu pengetahuan pengembangan kebudayaan Olahraga Pencak Silat khususnya Kota Pekanbaru. 3. Merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Olahraga FKIP UR.

9

BAB II

TINJAUAN TEORITISA. Kajian Teori.

1. Hakikat Perkembangan Olahraga Pencak Silat Pencak Silat adalah suatu metode bela diri yang diciptakan oleh bangsa Indonesia guna mempertahankan diri dari bahaya-bahaya yang

mengancam keselamatan dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu Pencak Silat sangat dipengaruhi oleh falsafah budaya dan kepribadian bangsa Indonesia. Menurut Murhananto pengertian Pencak Silat secara baku ditetapkan dalam seminar bela diri antar departement, Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Badan Pembinaan Olahraga Bela Diri Indonesia (BADINORDI), dan Komite Olahraga Indonesia (KONI) dalam hal pengertiannya Pencak Silat adalah :1. Budi daya (budaya) bangsa Indonesia. 2. Untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan

integritas terhadap lingkungan hidup dan alam sekitar. 3. Untuk mencapai keselarasan hidup.4. Untuk meningkatkan iman dan tagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Murhananto (1993;5) Pengertian Pencak Silat tersebut harus dijabarkan untuk penerapannya secara operasional. Interpretasinya pun boleh beragam tetapi pada

10

hakikatnya Pencak Silat merupakan paduan pendidikan jasmani, rohani kesenian dan warisan social serta budaya leluhur bangsa Indonesia. Ditinjau dari segi sumber Pencak Silat, Pencak Silat berasal dari masyarakat rumpun melayu, masyarakat rumpun melayu adalah

masyarakat inti atau masyarakat alam melayu, yakni masyarakat pribumi di Negara Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam, ke empat Negara tersebut di pandang sebagai Negara-negara sumber Pencak Silat dalam siding umum ke-4 PERSILAT ( Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa) tahun 1966,kawasan dari Negara tersebut disepakati untuk dinamakan kawasan nusantara. Notoesijitno (1997:15) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Pencak Silat merupakan bela diri tradisional warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang berkembang secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan tersebar di seluruh tanah air pada ummnya. Pada prinsipnya Pencak Silat adalah suatu budaya tradisional yang harus dilestarikankeberadaanya sebagai bentuk kepedulian terhadap budaya bangsa. Bapak Maryun Sudirohadiprojo, salah seorang pendekar pendiri IPSI berpendapat bahwa Pencak Silat adalah budaya asli Indonesia, hipoteseis yang dikemukakannya adalah sebagai berikut, mulamula Indonesia terisolir di pulau-pulau dan mengatasi berbagai kesulitan berdasarkan keadaan disekitarnya, mereka harus mempertahankan diri dari ancaman alam, termasuk binatang-binatang buas, akibatnya cara mempertahankan diri tersebut meniru binatang seperti, ular, kera, kucing,

11

musang, harimau dan binatang lainnya. Hal inilah yang menyebabkan cara bela diri di tiap- tiap daerah nampak khas, barulah setelah ada hubungan dengan dunia lain, antar wilayah atau antar pulau , maka terjadi interaksi budaya, termasuk dalam hal beladiri nya, sehingga terjadilah proses akulturasi yaitu suatu proses yang wajar akibat pertemuan dua budaya . Proses Akulturasi itu tidak hanya berlangsung dua Negara saia, melainkan pula dari banyak budaya. Murhananto (1993:7). Dari kutipan di atas sangat jelas bahwa Pencak Silat itu merupakan bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia, berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia, dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia. Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pada prinsipnya Pencak Silat merupakan unsure-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya turun-temurun. Perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu: perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda, perkembangan pada zaman penjajahan Belanda,perkembangan peda zaman penjajahan Jepang, perkembangan pada zaman kemerdekaan..

12

a. Perkembangan Pencak Silat Pada Zaman Sebelum Penjajahan

Belanda. Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok. Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yang ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemupukan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan

13

Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda.

Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang.

Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan

mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana

14

atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolahsekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita. Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita. d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18

15

Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro. Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah. Menurut Nur Dyah Naharsari (2008:12) Pencak Silat di Indonesia banyak sekali ragamnya, masing-masing daerah mempunyai kesamaan yaitu : 1. Gerakannya halus, lemah dan teratur. 2. Tidak banyak membutuhkan banyak ruangan. 3. Lebih mengutamakan mengelak, memindahkan arah serangan dan mengunci lawan. 4. Posisi tangan dekat dengan badan. 5. Lebih memanfaatkan tenaga lawan. 6. Gerakan dan tendangan kaki tidak terlalu tinggi. Oleh karena Pencak Silat sebagai budaya nasional Bangsa Indonesia yang mempunyai banyak ragam khas masing-masing daerah maka perlu ada nya pembinaan yang sistematis utuk melestarikan warisan nenek moyang kita, terlebih-lebih setelah kungfu masuk IPSI atas anjuran pemerintahan berdasarkan pertimbangan lebih baik kungfu berada dalam IPSI, sehingga lebih mudah mengadakan pengawasan dan pengadilan terhadapnya,sekaligus menasionalisasikan standarisasi yang telah dirintis16

pembuatannya, hanyalah untuk jurud dasar bagi keperluan khusus olahraga dan beladiri sedangkan pengembangannya telah disarankan kepada setiap perguruan yang ada. Sistem pembinaan yang di apakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan jalur pembinaan , sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :1. Jalur pembinaan seni 2. Jalur pembinaan olahraga 3. Jalur pembinaan beladiri 4. Jalur pembinaan kebatinan

Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin social budaya yaitu Pancasila. Pencak Silat Olahraga merupakan pendidikan, pengajaran, dan

pelatihannya pada aspek olahraga dengan tujuan untuk membentuk kemampuan mempraktekan teknik-teknik Pencak Silat yang bernilai Olahraga, karena olahraga untuk anak sangat pentinguntuk menimbuh kembangkan: 1. Aspek mental (contoh : intelegensia, wawasan), aspek fisik ( kebugaran jasmani dan dimensi pertumbuhan jasmani) 2. Aspek perasaan dan emosi ( contoh : self-esteem,optimism) 3. Aspek kesehatan ( bebas dari penyakit)4. Aspek sosial (contoh : keterampilan hidup bersama, hubungan

dalam hidup bermasyarakat ). Rusli Lutan dkk (2002:5)17

Olahraga Pencak Silat dimanfaatkan untuk membentuk perilaku anti -sosial agar seseorang mampu hidup bermasyarakat karena penddidikan, pengajaran, dan pelatihan Pencak Silat mencakup segi mental , spiritual dan fisikal sebagai satu kesatuan pendidikan untuk membentuk sumber daya manusia. Penampakan setiap aspek Pencak Silat menggambarkan sifat dan tujuan keberadaanya yang saty sama lain saling tergantung, saling mendukung dan saling berhubungan sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara kategoris dapat dikatakan bahwa : 1) Aspek Pembinaan Mental Spritual Pembinaan mental spiritual dalam Pencak Silat tidak dapat ditunjukkan secara eksplisit namun tanpa mental spiritual sebuah Olahraga beladiri tidak dapat disebut Pencak Silat hal ini sesuai dengan pengertian Pencak Silat itu sendiri. Pencak Silat adalah budaya bangsa Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi dan integritas terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya agar terwujud keselarasan hidup,guna meningkatkan iman dan taqwakepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Aspek Beladiri Sebagai beladiri khas Indonesia Pencak Silat memiliki ciri umum dan cirri khusus Pencak Silat itu antara lain dapat menggunakan seluruh bagian badan dari ujung rambut hingga ujung kaki dapat digunakan sebagai alat.

18

Adapun cirri khusus dari Pencak Silat ada lima yaitu memiliki sikap tenangdan lemas seperti kucingtetapi tetap waspada, memerlukan kelentuaran, kelincahan, kecepatan dan menentukan sasaran yang tepat dengan gerakan refleks untuk mengatasi lawan, mempergunakan prinsip timbang badan, gerakan pesilat harus berdasarkan permainan dengan perubahan titik berat badan , memanfaatkan setiap serangan lawan dan tenaga lawan. Sedangkan cirri khusus terakhirnya adalah mengeluarkan tenaga sendiri sedikit mungkun sehingga dapat menghemat dan menyimpan tenaga. 3) Aspek Olahraga

a) Pencak Silat sebagai Olahraga Umum Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok. Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya menjadi :

19

1. Olahraga

rekreasi prestasi massal

2. Olahraga 3. Olahraga

Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan menyimpulkan makalah-makalah : 1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat 2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembagalembaga pendidikan 3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah 4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolahsekolah 5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah 6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa. Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah

menghasilkan program Senam Pagi Indonesia (SPI).b)

Pencak

Silat

sebagai

Olahraga

Prestasi

(Olahraga

Pertandingan)20

Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark, Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru. 4) Aspek Seni. Ciri khas lain dari Pencak Silat adalah merupakan bagian dari kesenian daerah-daerah tertentu terdapat terdapat gerakan-gerakan yang diiringi dengan alat-alat music lainnya tabuh, gendang, gong, celempong dan sebagainya yang berdasarkan ciri khas daerah sendiri. Kalau kita perhatikan di beberapa daerah di Indonesia, Pemcak Silat ditampilkan hanya semata-mata sebagai seni tari yang intinya hanya sebagai keindahan

21

gerak tubuhnya menampilkan kelenturan, kelembutan serta gerak tari misalnya tari randai dari Sumatera Barat ini adalah gerakan yang di dasari dari Pencak Silat yang diajarkan pada anak murid yang masih pemula di daerah tersebut. Kalau kita perhatikan aliran-aliran silat pada Pencak Silat tradisional adalah gerak langkah yang dilakukan bermacam-macam gerakannya yaitu sesuai dengan gerak langkah menurut pendapat Noto Soejitno dalam bukunya khazanah Pencak Silat menyatakan bahwa: Gerak langkah adalah teknik berpindah atau mengubah posisi dengan disertai kewaspadaan mental dan indra secara optimal untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan dalam rangka mendekati atau menjauhi lawan bagi kepentingan serangan dan belaan yang dilaksanakan secara taktis dalam pelaksaannya selalu dikombinasikan dan

dikoordinasikan dengan sikap tubuh dan tangan. Noto Soejitno (1997: 66) Gerak langkah merupakan hal yang sangat penting dan mempunyai arti sendiri. Oleh karena itu gerak langkah merupakan pelajaran dasar yang harus dikuasai oleh anak murid silat terlebih dahulu sebelum dilanjutkan pada bentuk latihan yang lain.

22

Adapun yang menjadi penghambat perkembangan budaya tradisional Pencak Silat ini salah satunya yaitu kurangnya pemahaman dan pengertian yang mendalam terhadap kebudayaan sendiri. Kebiasaan masyarakat lebih menyenangi kebudayaan luar seperti ilmu beladiri yudo, karate dan ilmu beladiri lainnya. Padahal ilmu-ilmu beladiri tersebut merupakan barang impor dari Negara-negara luar. Lain halnya dengan Pencak Silat yang merupakan Olahraga beladiri asli Indonesia yang merupakan perpaduan dan penjiwaan nilai-nilai falsafah budi pekerti luhur dengan nilai-nilai luhur falsafah Pancasila. Adapun nilai-nilai tersebut adalah menurut Noto Seijitno ( 1997:66): 1. Nilai etis adalah nilai budi pekerti luhur atau nilai kesusilaan Pencak Silat berdasarkan pepakem (disiplin atau aturan), etika yang didalamnya secara implisit terkandung nilai agama, nilai social budaya dan nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. 2. Nilai teknis adalah nilai kedayagunaan Pencak Silat ditinjau dari kebutuhan dan kepentingan beladiri berdasarkan pepakem logika. 3. Nilai estetis adalah nilai keindahan Pencak Silat berdasarkan pepakem estetika. 4. Nilai ateltis adalah nilai keolahragaan berdasarkan pepakem atletik (disiplin/aturan keolahragaan). Keempat nilai tersebut berkaitan erat dengan cita-cita social dan citacita moral individual dikalangan masyarakat rumpun melayu . Nilai-nilai

23

etis dan teknis mengacu pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan akan kesejahteraan, keduanya meliputi segi rohaniah dan jasmaniah. Nila etis, teknis,estetis dan ateltis sebagai satu kesatuan, selain merupakan nilai-nilai Pencak Silat juga merupakan corak khas dan keistimewaan Pencak Silat yang bersumber dari budaya masyarakat rumpun melayu, keempat nilai tersebut merupakan esensi atau saripati daru jati diri Pencak Silat. 2. Mekanisme Organisasi, Sarana dan Prasarana. Untuk mengembangkan Olahraga Pencak Silat agar lebih baik, maka diperlukan pula mekanisme organisasi yang baik pula sebagai alat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi hendaknya berjalan dengan baik dan berstruktur, untuk itu perlu adanya pengendalian dan kedisiplinan semua personal seperti yang dikemukakan oleh Stephen P Robbins bahwa sebuah struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas-tugas jabatan secara formal dibagikan, dikelompokkan dan dikoordinasikan. Stephen P Robbins (1998:32) Maka oleh karena itu organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan kewenangan dan pengetahuan dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam organisasi yang baik sama bagiannya bekerja dalam keselarasan seakan akan menjadi bagian dari keseluruhan yang tak

24

terpisahkan. Padanya terdapat kesatuan yang disebabkan adanya unsurunsur yang mempersatukan. Dari organisasi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi memegang peranan yang sangat penting dalam setiap kegiatan olahraga Pencak Silat untuk kemajuan dan perkembangannya. Kemudian mekanisme tersebut harus di dukung oleh adanya fasilitas yang baik. Dalam mengembangkan olahraga pada umumnya di samping memerlukan adanya fasilitas ataupun sarana dan prasaranayang memadai. Fasilitas sarana dan prasarana mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan olahraga dan program latihan yang disajikan. Fasilitas sarana dan prasarana yang hampir lengkap perlengkapannya di Kota Pekanbaru hanya dapat ditemukan di PPLP Pekanbaru dan Gedung Sekretariat IPSI di jalan Arengka. Sarana dan Prasarana tersebut adalah samsak, pecing, barbell, pemberat kaki, body protector dan lain-lainnya. Ada juga atlet yang mempunyai perlengkapan sendiri untuk bertanding. 3. Kriteria Siswa dan Atlet. Keberhasilan seorang pelatih dalam membina olahraga untuk

meningkatkan kondisi fisik, berkaitan erat dengan upaya pembinaan dan latihan yang teratur serta berkesinambungan , latihan yang teratur dengan jumlah pembebanan yang memadai akan dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan kemampuan teknik yang berkualitas tinggi. Dengan

25

mempelajari Pencak Silat kita telah ditumbuhi dengan jiwa yang suci, tidak boleh melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama, harus taat menjalankan ibadah, tidak boleh bersikap sombong kepada siapapun. Seluruh anggota silat yang tergabung dalam Pencak Silat IPSI sudah menjadi saudara antara satu dengan yang lain, baik sesama teman, guru/warga maupun sanak saudara keluarga besar Pencak Silat IPSI. 4. Kriteria Pelatih. Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan Pencak Silat yaitu factor yang menstranmisikan suatu pengajaran atau melatih biasanya disebut seorang pelatih. Karena itulah sosok seorang pelatih sangatlah dominan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu perkembangan maupun pembinaan suatu cabang olahraga. Falsafah seorang pelatih harus tercermin di dalam pendapatnya dan tingkah lakunya dalam melaksanakan sebagai coach dan dalam membina atlet-atlitnya untuk memperkembangkan secara optimal kesehatan fisik, mental, spiritual dan sosialnya. Disamping itu tugasnya untuk

memperkembangkan keterampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian dan respek terhadap orang lain. Harsono (1988:7). Sikap sportif seorang coach harus pula mencerminkan contoh nilai sportifitas yang baik karena itulah pelatih harus mengajarkan

26

sikap sportif kepada atletnya dan dapat menangani kemenangan dan kekalahan secara baik. 5. Partisipasi Masyarakat Pemerintah. Perhatian pemerintahan daerah terhadap Pencak Silat IPSI di Kota Pekanbaru sangat menunjang, terbukti dengan adanya peningkatan sarana dan prasarana yang memadai dan tersebar terhadap kelancaran Pencak Silat IPSI dari Koni Kota Pekanbaru yang mendatangkan pelatih-pelatih standar nasional sebagai pelatih dari IPSI baik pelatih Pencak Silatseni maupun laga. Sehingga Pencak Silat dikenal baik setiap daerah yang ada di Kota Pekanbaru.

6. Warna dan Lambang Makna IPSI.

Makna Lambang IPSI

27

Warna Dasar Putih Warna Merah Warna Hijau

: Berarti suci dalam amal perbuatan : Berarti berani dalam kebenaran : Berarti ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu jiwa, yang karena menuju selalu

kemantapan

beriman dan bertauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa secara hikmat dan syahdu Warna Kuning : Berarti bahwa IPSI mengutamakan budi pekerti dan kesejahteraan lahir dan batin dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa Bentuk Perisai Segi Lima : Berarti landasan bertujuan bahwa idiil IPSI berasaskan serta

Pancasila,

membentuk

manusia

Pancasila sejati Sayap Garuda berwarna : Sayap 18 lembar, terdiri dari 17+1 berarti IPSI dengan semangat

28

Proklamasi Kemerdekaan berssatu membangun negara Kuning Berototkan Merah : Berarti kekuatan bangsa Indonesia yang bersendikan kemurnian,

keluruhan dan dinamika, Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar + 8 lembar berarti tanggal berdirinya IPSI adalah 18 Mei 1948 Untaian Lima Lingkaran : Melambangkan bahwa IPSI melalui olahraga merupakan ikatan peri

kemanusiaan antara pelbagai aliran dengan memegang teguh asas

kekeluargaan, persaudaraan dan kegotong royongan Ikatan Pita Berwarna Putih : Bahwa IPSI merupakan suatu ikatan pemersatu dari berbagai aliran

Pencak Silat, yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh rasa

berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia

29

Tangan Putih di Dalam Dasar Hijau :

Menggambarkan membantu ketahanan negara

bahwa dalam

IPSI bidang melalui

nasional

pembinaan mental/fisik agar kaderkader IPSI berkepribadian

nasional serta berbadan sehat, kuat dan tegap Gambar Senjata Trisula : Berlambang selalu siap siaganya IPSI dalam partisipasi membangun negara melalui tiga usaha pokok.

Hipotesa. Berdasarkan kajian teori serta berdasarkan komponen-kompenen yang telah diuraikan. Maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : Pencak Silat di Kota Pekanbaru dapat berkembang dengan pesat jika organisasi IPSI berjalan dengan baik dan pelatih-pelatih nya mempunyai wawasan yang luas dan pandai memodifikasi model latihan sehingga dapat memperkembangkan keterampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian dan respek terhadap orang lain.

30

BAB III

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi pada masa sekarang. Deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk menilai kondisi atau penyelenggaraan suatu program dan hasil penelitiannya untuk menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program tersebut. Sanjaja dan Heriyanto ( 2006:110) Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat Penelitian. Tempat penelitian kantor Sekretariat IPSI JL. Arengka Ujung No. 23, RT. 002, RW. 005, Kel. Bukit Raya. Waktu Penelitian. Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan 05 Mei-30 Juni 2011.

31

Populasi dan Sampel. Populasi. Populasi adalah sekelompok/objek/data yang mempunyai karakter tertentu, yang menjadi perhatian peneliti untuk dipelajari menjadi objek penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah atlit-atlit Pencak Silat yang ada di Kota Pekanbaru. Sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sehubungan dengan persyaratan diatas maka dalam penelitian ini penulis akan hanya mengambilsebagian dari populasi menjadi sampel, yaitu 7 orang atlet putrid dan 7 orang atlet putra. Arikunto (2006:131-134)

Teknik Pengumpulan Data.

Teknik Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, guna mendeskripsikan perkembangan olahraga Pencak Silat di Kota Pekanbaru. Teknik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :a.

Observasi.

32

Untuk melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.b.

Wawancara. Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data yang lebih akurat penulis melakukan wawancara langsung dengan responden.

33

c.

Kepustakaan Untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini.B. Instrumen Penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu jawabannya sudah disediakan terlebih dahulu dan respoden hanya memilih jawaban yang benar. Angket yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut menggunakan empat alternatif jawaban : SS ( Sangat Setuju ) S ( Setuju ) TS ( Tidak Setuju ) STS ( Sangat Tidak Setuju ) =6 =4 =3 =1

Istrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ter aspek berprestasi di Gedung Sekretariat IPSI. Pengumpulan data dilakukan dengan menjalankan angket kepada responden. Tabel kisi-kisi angket tentang pelaksanaan latihan Pencak Silat di PPLP dan Gedung Sekretariat IPSI. Variabel Pelaksanaan pelatihan TC Pencak silat di Gedung Sekretariat IPSI Indikator Bentuk Latihan Kondisi Atlit Sarana dan Prasarana No. Butir 1-10 11-20 21-30

34

Teknik Analisis Data. Seluruh data yang terkumpul dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisa. Setelah semua data terkumpul dan dikelompokkan menurut jenisnya, maka data yang telah ada tersebut diolah secara deskriptif (Anas Sudijono, 2006:43) P = F x 100% Keterangan : P F N = Persentase = Frekuensi = Jumlah responden penelitian

Ditafsirkan dengan (Anas Sudijono, 2004:44) : 76%-100% 56%-75% 40%-55% Kurang dari 40% = Baik = Cukup = Kurang = Kategori Kurang Sekali

35

DAFTAR PUSTAKA

Murhananto , Sejarah silat, Yogyakarta: DIVA Press, 1993.

Noto Seijitno, Khazanah Silat,Yogyakarta,1997.