bab i pengantar -...

14
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Prarancangan pabrik poliethilene dewasa ini menjadi penting dikarenakan kebutuhan manusia akan produk-produk yang menggunakan bahan baku PET (poliethilene terephtalate) semakin banyak. 1. Proyeksi Kebutuhan Polietilene Terephtalate Dalam faktor pertama, yaitu tren permintaan konsumen. Faktor permintaan konsumen sangat dipengaruhi oleh kegunaan produk dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, polietilene terephtalate digunakan sebagai polimer dalalm pembuatan botol minuman pada industri minuman. Industri minuman ini sangatlah banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Belum lagi, dapat digunakan sebagai serat sintetis yang turunannya dapat diaplikasikan untuk peralatan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, dibutuhkan polietilene terephtalate dalam jumlah besar seiring meningkatnya jumlah penduduk dunia. Proyeksi permintaan PET dapat terlihat pada gambar 1.1: Gambar 1.1. Proyeksi Permintaan PET Dunia Dari data www.icis.com yang didapatkan, terlihat bahwa permintaan polietilene terephtalate cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kenaikan permintaan sebesar 7,2% tiap tahunnya dan terlihat bahwa permintaan polietilene terephtalate akan terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan makin pesatnya perkembangan industri polimer dunia sehingga makin banyak membutuhkan polietilene terephtalate sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk- produk polimer lain yang lebih tinggi harganya. 0 10000000 20000000 30000000 2011 2012 2013 2014 2015 Demand, juta ton/tahun Tahun Proyeksi Permintaan PET Dunia Demand of PET

Upload: lythu

Post on 07-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Prarancangan pabrik poliethilene dewasa ini menjadi penting dikarenakan kebutuhan

manusia akan produk-produk yang menggunakan bahan baku PET (poliethilene

terephtalate) semakin banyak.

1. Proyeksi Kebutuhan Polietilene Terephtalate

Dalam faktor pertama, yaitu tren permintaan konsumen. Faktor permintaan

konsumen sangat dipengaruhi oleh kegunaan produk dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, polietilene terephtalate digunakan sebagai

polimer dalalm pembuatan botol minuman pada industri minuman. Industri minuman

ini sangatlah banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Belum lagi, dapat

digunakan sebagai serat sintetis yang turunannya dapat diaplikasikan untuk peralatan

rumah tangga, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, dibutuhkan polietilene

terephtalate dalam jumlah besar seiring meningkatnya jumlah penduduk dunia.

Proyeksi permintaan PET dapat terlihat pada gambar 1.1:

Gambar 1.1. Proyeksi Permintaan PET Dunia

Dari data www.icis.com yang didapatkan, terlihat bahwa permintaan polietilene

terephtalate cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kenaikan

permintaan sebesar 7,2% tiap tahunnya dan terlihat bahwa permintaan polietilene

terephtalate akan terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan

makin pesatnya perkembangan industri polimer dunia sehingga makin banyak

membutuhkan polietilene terephtalate sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk-

produk polimer lain yang lebih tinggi harganya.

0

10000000

20000000

30000000

2011 2012 2013 2014 2015Dem

and,

juta

ton

/tah

un

Tahun

Proyeksi Permintaan PET Dunia

Demand of PET

2

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

60000000

70000000

20

15

20

16

20

17

20

18

20

19

20

20

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

26

20

27

20

28

20

29

20

30

Ke

bu

tuh

an, j

uta

to

n/t

ahu

n

Tahun

Prediksi Kebutuhan PET Dunia

Prediksi Kebutuhan PET Dunia

Untuk rencana pabrik di tahun mendatang, diestimasikan permintaan polietilene

terephtalate dengan asumsi jumlah pemakaian perorang tetap, tetapi jumlah penduduk

bertambah secara linear sehingga kebutuhan polietilene terephtalate diasumsikan

bertambah sekitar 9% per tahunnya, asumsi pabrik akan beroperasi selama 10 tahun

dari tahun 2015 sehingga gambaran kebutuhan polietilene terephtalate seperti

ditunjukkan pada gambar 1.2.

Gambar 1.2. Prakiraan Kebutuhan PET untuk Kebutuhan Mendatang.

2. Penentuan Kapasitas Produksi Polietilene Terephtalate

Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat

diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Strategi penentuan kapasitas

pabrik dapat dilakukan melalui peninjauan beberapa poin, yaitu trend permintaan pasar

dalam dan luar negeri, ketersediaan bahan baku, perkembangan perusahaan kompetitor,

dan kewajaran desain alat.

Dari hasil studi literatur yang telah dilakukan, tidak dapat ditemukan data yang

akurat mengenai nilai impor dan ekspor komoditas Polietilene Terephtalate di

Indonesia. Kemungkinan komoditi ini diimpor oleh Indonesia sebagai bahan-bahan lain

yang mengandung polietilene terephtalate dan dikategorikan sebagai barang lain-lain

sehingga tidak dapat diukur kuantitanya secara pasti. Kami mengambil kesimpulan

untuk membuat pabrik berorientasi ekspor daripada kebutuhan dalam negeri terkait

dengan permintaan pasar yang tinggi di luar negeri. Pertimbangan lain yang dibuat lebih

berorientasi pada kebutuhan ekspor yaitu kebutuhan polietilene terephtalate yang

masih sedikit di dalam negeri. Untuk faktor luar, kebutuhan PET sekitar 17,3 juta ton

untuk pasar Asia pada tahun 2013. Dengan memakai faktor perkembangan kebutuhan

polietilene terephtalate untuk dunia sekitar 9% per tahun, maka dapat diperkirakan

Prediksi Kebutuhan PET Dunia

Prediksi Kebuthan PET Dunia

3

kebutuhan polietilene terephtalate di dunia hanya sekitar 1.557.000 ton/tahun untuk

tahun 2015.

Industri polietilene terephtalate tergolong industri yang baru di negara Indonesia,

sehingga perlu memperhatikan pula industri-industri sejenis yang telah berdiri. Dari

hasil studi yang telah dilakukan, supply ability beberapa perusahaan penghasil

polietilene terephtalate yang telah ada dikatakan besar karena melampaui 100.000

ton/tahun. Ini didapatkan dari perusahaan yang berdiri di luar negeri sehingga target

pemenuhan kebutuhan lebih kepada ekspor ke luar negeri.

Tabel 1.1. Data Supply Ability Perusahaan PET yang telah berdiri di Dunia.

Nama Perusahaan Supply Ability

Octal Petrochemical, Uni Emirat Arab 150.000 ton/tahun

Dhunseri Petrochemical, India 175.000 ton/tahun

Chepsa Petrochem, Kanada 175.000 ton/tahun

JBF Industries, Amerika Serikat 50.000 ton/tahun

sumber : ICIS, 2012

Diperkirakan untuk beberapa tahun kedepan permintaan akan polietilene

terephtalate akan terus meningkat. Untuk kebutuhan Indonesia, tidak dapat diperoleh

cukup data yang menyatakan penggunaan produk polietilene terephtalate, sehingga

kapasitas produksi dari pabrik yang dirancang ini mengacu pada pasaran luar negeri.

Aspek pertimbangan penting yang selanjutnya adalah permasalahan lingkungan

yang sangat serius akibat permintaan dan produksi bahan baku pembuatan plastik.

Permasalahan lingkungan tersebut adalah penumpukan sampah yang tidak diimbangi

dengan pengelolaan dan pengolahan sampah yang memang sulit ditangani. Hal ini akan

berdampak perlahan terhadap permintaan bahan baku pembuatan plastik.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka diputuskan kapasitas

produksi perancangan pabrik polietilene terephtalate ini adalah 175.000 ton/tahun.

Kapasitas ini sama dengan produksi polietilene terephtalate beberapa industri yang

telah berjalan, sehingga salah satu teori kesuksesan penentuan kapasitas pabrik adalah

menjalankan pabrik dengan melihat acuan/standar industri yang telah berjalan pada

umumnya. Kapasitas yang dirancang diharapkan memenuhi aspek perhitungan

ekonomi dan kewajaran desain alat, maka dilakukan sensitivitas ekonomi berdasarkan

4

perubahan kapasitas, agar dapat diketahui perubahan nilai ekonomisnya serta diperoleh

spesifikasi desain alat yang lazim.

3. Penentuan Lokasi Pabrik (Site Selection)

Secara geografis, penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan serta

kelangsungan dari suatu industri kini dan pada masa yang akan datang karena

berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang didirikan.

Pemilihan lokasi pabrik harus tepat berdasarkan perhitungan biaya produksi dan

distribusi yang minimal serta pertimbangan sosiologi dan budaya masyarakat di sekitar

lokasi pabrik (Timmerhause, 2004).

Dalam studi penentuan lokasi pabrik dikenal tiga orientasi pendirian pabrik, yaitu

(raw material oriented, technology and human resources oriented, dan market

oriented). Studi kelayakan pendirian pabrik PET ini yang rencananya akan berada di

Indonesia karena tujuan dalam melakukan tugas akhir ini adalah bagaimana untuk

membuka peluang kelayakan industri dalam meningkatkan lapangan pekerjaan dan

ketahanan industri nasional dengan berdasarkan hasil analisis ekonomi, sosial, hukum,

teknik dan lingkungan. Selain itu, harga lahan di Indonesia yang lebih murah

dibandingkan negara-negara lain (contoh di Semarang hanya Rp. 300.100,00/m2) dan

tenaga kerja negara indonesia yang termasuk dalam negara dengan jumlah penduduk

terbesar ke-4 di dunia (BPS, 2011).

Hal menjadi alasan mengapa kami memilih lokasi di Indonesia tepatnya pulau Jawa

mengingat fasilitas pendukung (support facility) yang lebih banyak untuk mendukung

operasional pabrik dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Orientasi pabrik

yang diprarancangkan disini didasarkan pada analisis berdasarkan 8 kategori pokok.

Kategori pokok tersebut adalah berupa ketersediaan bahan baku (raw material

oriented); ketersediaan air; bahan bakar atau power source industri serta utilitas lainya;

sumber daya manusia (men power); infrastruktur; bahan buangan dan gangguan

lingkungan; pemasaran (market oriented); kondisi geografis, iklim dan bencana;

sertakondisi ekonomi, sosial dan hukum.

Di Pulau Jawa, dipilih 4 lokasi yang kami anggap sesuai, yaitu:

1. Kota Cilegon di Provinsi Banten,

2. Kota Semarang di Propinsi jawa Tengah,

3. Kota Cilacap di Provinsi Jawa Tengah, dan

4. Karawang di Provinsi Jawa Barat.

5

Untuk memilih yang terbaik di antara pilihan-pilihan di atas, dan sebelum

melakukan detil bahasan kriteria-kriteria dalam kategori pokok penentuan lokasi pabrik

PET kami memakai sub-kategori dengan pendekatan indikator umum yang sesuai

dengan standar penetapan lokasi pabrik. Sub-kategori tersebut akan kami estimasi dan

kuantifikasi dalam 4 skala angka (0-3) dengan kategori :

Tabel 1.2. Kriteria Penilaian Kesesuaian Penentuan Kelayakan Lokasi Pabrik PET

Skala Penilaian Singkatan

3 Sangat Sesuai SS

2 Sesuai S

1 Kurang Sesuai KS

0 Tidak Sesuai TS

Sub-kategori tersebut dijabarkan dengan indikator penilaian sebagai berikut :

1. Raw material oriented.

Kesesuaian dengan orientasi dengan indikator kedekatan dengan sumber

bahan baku dan ada tidaknya pelabuhan untuk impor bahan baku.

2. Ketersediaan fasilitas pendukung.

Indikatornya adalah ada atau tidaknya fasilitas juga jauh-dekatnya lokasi

pabrik dengan fasilitas yaitu: Jalur kereta api, Truk dan angkutan barang, Kapal

pengangkut.

3. Ketersediaan sumber utilitas dan power.

Indikatornya adalah ada atau tidaknya fasilitas juga jauh dekatnya lokasi

pabrik dengan sumber utilitas yaitu: Listrik, Sumber air dan Energi fosil (minyak

dan batu bara).

4. Faktor Sosial,

Hal-hal yang terdapat dalam faktor sosial meliputi :

a. Tenaga Kerja. Indikatornya adalah banyak atau sedikitnya tenaga kerja yang

tersedia dalam wilayah tempat pabrik diprarancangkan.

b. Upah Minimum. Indikatornya adalah tinggi rendahnya tingkat upah. Disini,

upah terendah adalah yang terbaik.

5. Faktor Geografis,

Hal-hal yang terdapat dalam faktor geografis meliputi :

6

a. Curah hujan. Indikatornya adalah tinggi rendahnya curah hujan untuk

keperluan air proses.

b. Bencana. Indikatornya adalah sering tidaknya bencana terjadi di suatu

wilayah. Jika sering, tidak direkomendasikan untuk berdiri disana.

c. Harga Lahan. Indikatornya adalah tinggi rendahnya harga lahan di suatu

wilayah. Ingin dicari lahan dengan harga terendah.

Kriteria di atas mengindikasikan ada atau tidaknya, layak atau tidaknya, sedikit

atau banyaknya hal-hal yang penting sebagai kelayakan tempat tersebut untuk dijadikan

lokasi pabrik. Setelah mencari data terkait dengan tempat-tempat yang dijadikan lokasi

pendirian pabrik, untuk kriteria-kriteria di atas, dapat dibuat sebuah tabel penilaian

untuk merekomendasikan tempat terbaik prarancangan pabrik sebagai berikut:

Tabel 1.3. Estimasi Awal Penilaian Lokasi Pabrik Berdasarkan Sub-Kategori.

No. Parameter Penilaian

Cilegon Semarang Cilacap Karawang

1. Raw Material Oriented 3 2 1 3

2. Sarana Transportasi

a. Jalur kereta api 3 3 3 2

b. Truk dan angkutan

barang 3 3 3

3

c. Kapal Pengangkutan 3 3 3 3

3. Sumber Utilitas dan Power

a. Listrik 3 2 1 3

b. Sumber air 3 3 3 3

c. Bahan bakar fosil 2 2 3 2

4. Faktor Sosial

Tenaga Kerja 3 2 2 2

Upah Minimum 1 2 2 1

5. Faktor Geografis

a. Curah hujan 2 2 2 2

b. Bencana 2 1 2 2

c. Harga Lahan 1 2 2 2

Total 29 27 27 28

7

Dari keempat pilihan diatas, dipilih Cilegon sebagai tempat yang paling sesuai untuk

dijadikan lokasi pendirian pabrik. Adapun uraian yang mendukung Cilegon sebagai tempat

pendirian pabrik adalah sebagai berikut:

1. Ketersediaan Bahan Baku (Raw Material Oriented)

Pemilihan lokasi pabrik Polietilene Terephtalate ini dipilih berdasarkan raw

material oriented. Yang menjadi pertimbangan adalah raw material yang dibutuhkan

berjumlah besar, karena pertimbangan biaya bahan baku yang lebih mahal jika diimpor

dari luar. Asam Terephtalate dapat diperoleh dari PT. Pertamina Tanjung Gerem,

Banten. Etilen Glikol sendiri dapat diimpor melalui Pelabuhan Merak, Banten atau

dibuat sendiri dengan mendatangkan bahan baku pembuat Etilen Glikol, yaitu Etilen

dari PT. Chandra Asri Petrochemical, Cilegon. Kedekatan pabrik ini dengan bahan baku

akan memudahkan kinerja pabrik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik.

Oleh karena pasaran yang dituju adalah pasar internasional, dan melihat kedekatan

pabrik dengan bahan baku, hal ini menjadikan pabrik ini sebagai raw material oriented.

2. Ketersediaan Air, Bahan Bakar atau Power Source Industri

Dalam penentuan lokasi pabrik, dibutuhkan data yang lengkap mengenai sumber–

sumber ketersediaan utilitas contohnya air untuk keperluan industri seperti air

pembersih, air proses, air pendingin, dan seterusnya. Begitu juga dengan sumber

pasokan listrik dan bahan bakar agar mampu membangkitkan mesin – mesin industri

sehingga memperlancar kinerja pabrik.

a. Air (air proses, air umpan boiler, air pendingin, air buangan, air pembersih)

Kota Cilegon adalah daerah yang bersifat dataran rendah dengan tanahnya

bersifat organik. Pada waktu tertentu saat air laut pasang bersamaan dengan curah

hujan yang tinggi, menyebabkan genangan air pada wilayah tertentu yang tersimpan

dalam bentuk genangan air pada titik-titik tertentu atau mengalir ke sungai.

Wilayah Cilegon yang terletak di tepi pantai dan adanya pengaruh air laut

pasang, tanah di Cilegon menjadi payau dan asin. Kebutuhan air bersih sebagian

besar masyarakat Cilegon tergantung pada air hujan dan air tawar yang diambil di

hulu sungai serta air bawah tanah atau air artesis.

Pabrik ini memasok kebutuhan air proses dari air laut (Sea Water System),

genangan dan air sungai, terutama dipasok dari sungai. Kebutuhan demin water

dapat diperoleh dengan treatment sendiri melalui instalasi water treatment yang akan

dibangun di pabrik.

8

b. Bahan Bakar dan Power

Bahan bakar berupa gas dan minyak untuk pembangkit mesin industri dapat

dipasok dari beberapa perusahaan minyak, terutama PT. Pertamina RU III

Palembang dan PT. Pertamina RU IV Cilacap.

c. Sumber Daya Manusia (Men Power)

Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah angkatan kerja untuk usia

produktif 15-49 tahun di kota Cilegon pada Agustus 2010 sejumlah 287.396 orang

dengan tingkat pertimbuhan per tahun sebesar 8 – 20%. Sehingga dapat diperkirakan

pada tahun 2012 dan 2013 jumlah angkatan kerja mencapai lebih dari 300.000 jiwa.

Tidak semua angkatan kerja ini dapat terserap, oleh karena tingkat pendidikannya

yang tidak begitu tinggi (sebagian besar berada pada tingkat pendidikan SLTA).

(BPS, 2011)

Sedangkan ketentuan mengenai jumlah upah minimum provinsi di provinsi

Banten pada tahun 2010 sebesar Rp 1.174.000,00, tahun 2011 sebesar Rp

1.224.000,00, tahun 2012 sebesar Rp 1.340.000,00. Kenaikan per tahun sebesar 9%.

Diperkirakan pada tahun 2013 besaran UMP di provinsi Banten yaitu Rp

1.460.600,00 dan pada tahun 2014 besarannya naik menjadi Rp 1.592.000,00 dengan

asumsi prosentase kenaikan upah tidak berubah.

4. Infrastruktur

a. Sarana Transportasi

Setelah bahan baku diproses menjadi produk jadi, langkah selanjutnya adalah

mendistribusikannya menuju daerah – daerah target pemasaran. Sarana transportasi

yang memadai akan mempermudah pendistribusian dan dapat mengurangi biaya

transport yang mahal.

Dua poin sebelumnya mengindikasikan lokasi pendirian akan dilakukan di

Cilegon, Provinsi Banten yaitu tempat dimana kawasan industri Cilegon berada,

sehingga untuk pembahasan berikutnya akan spesifik pada seluruh potensi di kota

tersebut.

1. Jalur kereta api

Jalur kereta api tersedia untuk mengangkut bahan baku dari luar menuju

dekat lokasi pabrik. Jalur ini juga terhubung dengan daerah-daerah pemasaran

yang akan dituju.

9

2. Truk dan angkutan barang

Sarana transportasi melalui darat utamanya dengan truk tersedia di kota

Cilegon. Jaringan jalan di Kota Cilegon dapat dibagi atas jaringan jalan regional

dan jalan lokal (kota). Jaringan jalan regional ke arah timur menghubungkan

Cilegon dengan ibukota provinsi Banten yakni Kota Serang yang jaraknya ±30

km dengan konstruksi jalan aspal. Jika ke arah timur lebih jauh lagi akan menuju

kota Jakarta yang merupakan ibukota negara yang jaraknya ± 90 km dengan

konstruksi jalan aspal.

3. Kapal Pengangkut

Kota Cilegon memiliki beberapa pelabuhan, terutama pelabuhan Merak di

ujung Barat Kota Cilegon, dan pelabuhan lain khusus yang tersebar dan

berbatasan dengan selat Sunda di arah utara dan selatan Kota Cilegon (BPS,

2011).

Seluruh pelabuhan ini dapat dikunjungi kapal dari seluruh penjuru dunia,

karena kota letak kota Cilegon yang strategis, berada di jalur perdagangan

internasional, sehingga pasokan bahan baku Butanol dan HCl serta bahan baku

lain yang harus diimpor dapat terpenuhi dengan adanya pelabuhan – pelabuhan

ini.

b. Listrik

Kebutuhan utilitas seperti steam dan listrik dapat dipenuhi dari PT. PLN

Suralaya, satu – satunya perusahaan penyedia listrik yang supply produksinya

diperuntukkan ke perusahaan di lingkungan Cilegon Industrial Estate.

5. Bahan Buangan dan Gangguan Lingkungan

Bahan buangan atau limbah dari suatu pabrik harus diolah sebelum dibuang ke

perairan atau atmosfer, karena limbah tersebut mengandung berbagai macam senyawa

kimia maupun organik yang dapat membahayakan alam sekitar maupun manusia itu

sendiri dalam jumlah tertentu. Sumber-sumber limbah pabrik polietilene terephtalate

berupa:

1. Limbah padat dari sisa katalis tidak dilakukan pengolahan sendiri yang nantinya

akan dikirimkan kepada produsen Antimon trioksida untuk diregenerasi (biaya

proses produksi lebih optimal).

2. Limbah proses akibat zat-zat yang terbuang, bocor atau tumpah.

10

3. Limbah cair hasil pencucian peralatan pabrik yang diperkirakan mengandung kerak

dari korosi alat dan kotoran-kotoran lain yang melekat pada peralatan.

4. Limbah laboratorium yang mengandung bahan-bahan kimia yang digunakan untuk

menganalisa mutu bahan baku yang dipergunakan, katalis, mutu produk yang

dihasilkan, serta yang dipergunakan untuk penelitian dan pengembangan proses.

5. Limbah domestik yang mengandung bahan organik sisa pencernaan yang berasal

dari aktifitas kepegawaian yaitu limbah kamar mandi, toilet, kertas, alat-alat kantor

lain, serta bahan buangan dapur atau kantin atau bekal makan pegawai.

6. Pemasaran (Market Oriented)

Pola market analysis dapat ditentukan dan diprediksikan menurut hal berikut:

1. Demand/permintaan ( ) Penyerapan ( ) production and supply ( )

2. Demand/permintaan ( ) Penyerapan ( ) production and supply ( )

3. Demand/permintaan ( ) Penyerapan ( ) production and supply ( )

Keterangan: ( ) = naik/mengalami kenaikan; ( ) = turun/mengalami penurunan

Dalam industri PET demand (permintaan) atas kebutuhan PET terus menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya industri kimia berbasis

PET sehingga pola market dapat disimpulkan dengan arus pada pola-1 sehingga industri

ini sangat prospektif kedepanya. Selain itu di Cilegon merupakan daerah padat industri

sehingga produknya dapat dipasarkan kepada pabrik yang membutuhkannya di

kawasan tersebut dan juga produk PET ini akan diekspor kemanca negara sebagai target

utama produksi.

7. Kondisi Geografis, Iklim dan Bencana

Luas wilayah kota Cilegon adalah sekitar 17550 ha. Batas geografis kota Cilegon

adalah sebagai berikut:

U (Utara) : Selat Sunda

T (Timur) : Kabupaten Serang

S (Selatan) : Kabupaten Serang

B (Barat) : Selat Sunda

Kota Cilegon merupakan kota dataran rendah dengan iklim tropika basah, yaitu

wilayah tropis beriklim panas tapi memiliki curah hujan cukup tinggi, 2000 – 3000

mm/tahun yang terjadi antara Oktober – April (BPS, 2011).

Provinsi Banten didominasi oleh batuan cadas yang memiliki struktur keras,

namun subur. Formasi batuan endapan utama terdiri dari batuan sisa humus dan batuan

11

pasir, yang dicampur dengan lempung, namun pulau Jawa masuk dalam zona batas

lempang Eurasia dengan lempeng Australia sehingga potensial untuk terjadi gempa,

tetapi letaknya yang jauh di ujung timur laut Pulau Jawa menyebabkan daerah di sekitar

lokasi pabrik jarang terjadi bencana.

Peta Kota Cilgon dapat dijelaskan melalui gambar 3:

Gambar 1.3. Peta Lokasi Kota Cilegon, Banten, Indonesia.

Sumber: Google Maps, 2013

Dari potensi yang telah dijabarkan, menunjukkan bahwa kota Cilegon telah

memenuhi sebagian besar poin kriteria yang dibutuhkan sebagai lokasi pendirian pabrik

ini. Faktor perizinan pendirian usaha dalam usaha industri utamanya pendirian pabrik

kimia di kota Cilegon juga cukup mudah dan kondusif. Dikarenakan lingkungan

industri yang sudah established sedari lama dan pendirian pabrik baru yang terintegrasi

dengan pabrik lama tentu akan mempermudah proses integrasi antar pabrik serta

mampu menambah pendapatan daerah Cilegon (www.banten.prov.go.id).

12

8. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Hukum

Kondisi ekonomi dalam pendirian pabrik ini berupa komponen biaya ekonomi

pembelian lahan pabrik dan pembangunan gedung, kemungkinan perluasan atau

ekspansi, fasilitas finansial serta pajak. Harga tanah dan gedung yang murah merupakan

daya tarik sendiri, akan tetapi hal ini tergantung dari kondisi ekonomi setempat dan

perlu dikaitkan dengan rencana jangka panjang dengan kemungkinan perluasan atau

ekspansi. Untuk lokasi Cilegon, lahan yang tersedia untuk lokasi pabrik masih cukup

luas dengan harga yang relatif terjangkau serta ekspansi pabrik dimungkinkan karena

tanah sekitar memang dikhususkan untuk daerah pembangunan industri. Perkembangan

perusahaan dibantu oleh fasilitas finansial dengan adanya pasar modal, bursa, sumber-

sumber modal, bank, koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan lainya. Fasilitas

tersebut dapat membantu memberikan kemudahan bagi suksesnya usaha

pengembangan pabrik.

Sikap masyarakat diperkirakan akan mendukung pendirian pabrik poliethilene

terephtalate ini karena akan menjamin tersedianya lapangan kerja bagi mereka. Selain

itu pendirian pabrik ini diperkirakan tidak akan mengganggu keselamatan dan

keamanan masyarakat disekitarya.

Kondisi hukum berkaitan dengan kebijakan industri nasional, dimana pemerintah

Indonesia sedang mendorong perkembangan industri strategis nasional dan menurut

Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinator Perniagaan dan Kewirausahaan Edy

Putera Irawady termasuk memberikan insentif kepada industri PET

(www.kemenperin.go.id)

Saat ini telah tersusun 35 Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas,

yakni:

1. Industri Agro, terdiri atas: (1) Industri pengolahan kelapa sawit; (2) Industri karet

dan barang karet; (3) Industri kakao; (4) Industri pengolahan kelapa; (5) Industri

pengolahan kopi; (6) Industri gula; (7) Industri hasil Tembakau; (8) Industri

pengolahan buah; (9) Industri furniture; (10) Industri pengolahan ikan; (11)

Industri kertas; (12) Industri pengolahan susu.

2. Industri Alat Angkut, meliputi: (13) Industri kendaraan bermotor; (14) Industri

perkapalan; (15) Industri kedirgantaraan; (16) Industri perkeretaapian.

3. Industri Elektronika dan Telematika: (17) Industri elektronika; (18) industri

telekomunikasi; (19) Industri komputer dan peralatannya

4. Basis Industri Manufaktur, mencakup:

13

o Industri Material Dasar: (20) Industri besi dan baja; (21) Industri Semen; (22)

Industri petrokimia; (23) Industri Keramik

o Industri Permesinan: (24) Industri peralatan listrik dan mesin listrik; (25)

Industri mesin dan peralatan umum.

o Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja: (26) Industri tekstil dan produk

tekstil; (27) Industri alas kaki;

5. Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu: (28) Industri perangkat

lunak dan konten multimedia; (29) Industri fashion; (30) Industri kerajinan dan

barang seni.

6. Industri Kecil dan Menengah Tertentu: (31) Industri batu mulia dan perhiasan; (32)

Industri garam rakyat; (33) Industri gerabah dan keramik hias; (34) Industri minyak

atsiri; (35) Industri makanan ringan. (www.kemenperin.go.id)

1.2 Tinjauan Pustaka

Perkembangan ilmu dan teknologi untuk melakukan proses produksi polietilene

terephtalate (PET) dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krencle dan Carothers

pada akhir tahun 1930. Penelitian Krencle mengenai hal tersebut di atas berdasarkan pada

teknik alkil resin yaitu reaksi antara gliserol dan phtalic acid anhidrid sedangkan Caroters

mempelajari persiapan dan hal-hal lain yang berkenaan dengan kelinieran poliester

(polietilene terephtalate). Dari percobaan mereka telah ditemukan beberapa sifat

pembentukan fiber dan hasil percobaan ini merupakan kemajuan tentang struktur bebas dari

polimer. Penemuan ini mendasari pola pikir lebih lanjut, yaitu dengan adanya penemuan

proses pembuatan polivinil klorida (PVC) pada tahun 1933, polimetil metakrilat (PMMA)

pada tahun 1934, dan poliamida, nylon 66, pada tahun 1935, kemudian memungkinkan

penemuan proses pembuatan plastik sintetis yang makin disempurnakan, sehingga menuju

ke arah pendirian industri plastik sintetis modern yang mulai dibuat pada awal abad 20.

Penemuan Krencle dan Carothers masih memiliki kekurangan yaitu fiber yang dihasilkan

memiliki titik leleh yang sangat rendah. (Kirk Othmer, 1981)

Pada tahun 1942, Rex Whinfield dan W. Dickson yang bekerja pada perusahaan Calico

Printers Association di Inggris menemukan sintetis polimer linier yang dapat memproduksi

polietilene terephtalate dari proses ester exchage antara etilen glikol (EG) dan dimetil

terephtalate (DMT), akan tetapi proses ini menghasilkan bahan sampingan berupa metanol

yang memiliki faktor resiko lebih tinggi karena resiko bahan metanol yang mudah terbakar

dan beresiko meledak. Pada perkembangan selanjutnya, produksi polietilene terephtalate

14

untuk serat-serat sintetis menggunakan reaksi esterifikasi dengan menggantikan dimetil

terephtalate dengan asam terephtalate (TPA). Produksi serat polietilene glikol secara

komersial dimulai pada tahun 1944 di Inggris dengan nama dagang “Terylene” dan pada

tahun 1953 oleh perusahaan bernama Dupont di Amerika Serikat dijual dengan nama dagang

“Dacron”. (Kirk Othmer, 1981).

Produksi polietilene terephtalate (PET) dipilih melalui 2 opsi proses, yaitu melalui

reaksi ester exchange antara dimetil terephtalate (DMT) dengan etilen glikol (EG) dan

melalui reaksi esterifikasi langsung antara asam terephtalate (TPA) dan etilene glikol (EG).

Dari kedua opsi reaksi tersebut dipilih reaksi esterifikasi langsung dengan berbagai

pertimbangan.