pendahuluan -...

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan adalah bagian dari sumberdaya alam dan merupakan salah satu komponen utama penyusun kehidupan di Bumi. Komponen utama lainnya adalah air, oksigen, karbon, nitrogen dan sinar Matahari. Seluruh komponen memiliki peranan yang sama penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan di muka Bumi. Kehilangan salah satu komponen tersebut akan menyebabkan terganggu atau bahkan hilangnya kehidupan di Bumi (Platt, 2004). Istilah lahan setidaknya memiliki empat pengertian (Platt, 2004). Pengertian pertama, lahan adalah material fisik dari kulit Bumi (physical material of Earth’s crust) yang mendukung segala bentuk kehidupan. Pengertian kedua, lahan adalah tanah dan semua benda yang menyatu dengannya yang menjadi objek kepemilikan dan mempunyai status hukum (real property or real estate). Menurut pengertian yang kedua, lahan terbagi menjadi satuan tertentu yang disebut persil (parcel). Setiap persil memiliki batas dan status kepemilikan yang terdefinisikan dengan jelas. Pemilik persil dapat berupa perorangan, kelompok, korporasi atau lembaga pemerintah. Pengertian ketiga, lahan adalah objek yang memiliki nilai ekonomi (an object of capital value). Implikasi dari pengertian ketiga adalah lahan merupakan sesuatu yang dapat dimiliki dan digunakan oleh pemiliknya untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang maksimal. Pengertian keempat, lahan adalah sesuatu yang dapat mempunyai nilai nonekonomi. Manusia memanfaatkan sumberdaya lahan dengan berbagai cara dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk dan cara pemanfaatan sumberdaya lahan sangat beragam. Keragaman cara pemanfaatan sumberdaya lahan berkembang sejalan dengan berkembangnya peradaban manusia. Segala bentuk dan cara pemanfaatan sumberdaya lahan oleh manusia disebut penggunaan lahan (Aspinal dan Hill, 2008)

Upload: dokhanh

Post on 14-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan adalah bagian dari sumberdaya alam dan merupakan salah satu

komponen utama penyusun kehidupan di Bumi. Komponen utama lainnya adalah

air, oksigen, karbon, nitrogen dan sinar Matahari. Seluruh komponen memiliki

peranan yang sama penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan di muka

Bumi. Kehilangan salah satu komponen tersebut akan menyebabkan terganggu

atau bahkan hilangnya kehidupan di Bumi (Platt, 2004).

Istilah lahan setidaknya memiliki empat pengertian (Platt, 2004).

Pengertian pertama, lahan adalah material fisik dari kulit Bumi (physical material

of Earth’s crust) yang mendukung segala bentuk kehidupan. Pengertian kedua,

lahan adalah tanah dan semua benda yang menyatu dengannya yang menjadi

objek kepemilikan dan mempunyai status hukum (real property or real estate).

Menurut pengertian yang kedua, lahan terbagi menjadi satuan tertentu yang

disebut persil (parcel). Setiap persil memiliki batas dan status kepemilikan yang

terdefinisikan dengan jelas. Pemilik persil dapat berupa perorangan, kelompok,

korporasi atau lembaga pemerintah. Pengertian ketiga, lahan adalah objek yang

memiliki nilai ekonomi (an object of capital value). Implikasi dari pengertian

ketiga adalah lahan merupakan sesuatu yang dapat dimiliki dan digunakan oleh

pemiliknya untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang maksimal. Pengertian

keempat, lahan adalah sesuatu yang dapat mempunyai nilai nonekonomi.

Manusia memanfaatkan sumberdaya lahan dengan berbagai cara dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk dan cara pemanfaatan sumberdaya

lahan sangat beragam. Keragaman cara pemanfaatan sumberdaya lahan

berkembang sejalan dengan berkembangnya peradaban manusia. Segala bentuk

dan cara pemanfaatan sumberdaya lahan oleh manusia disebut penggunaan lahan

(Aspinal dan Hill, 2008)

Page 2: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

2

Penggunaan lahan merefleksikan interaksi antara manusia dengan

lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal hingga skala global. Pada

tingkat lokal, penggunaan lahan merupakan hasil interaksi antara individu atau

kelompok individu dengan kondisi lingkungannya. Setiap individu merupakan

pengambil keputusan tentang apa bentuk dan atau bagaimana cara memanfaatkan

sumberdaya lahan yang dimilikinya. Pada tingkatan yang lebih makro, regional

hingga global, penggunaan lahan merupakan interaksi antara korporasi atau

lembaga pemerintah (Aspinal dan Hill, 2008).

Sumberdaya lahan termasuk dalam kategori sumberdaya yang

kuantitasnya terbatas. Manusia, sebagai pengguna utama sumberdaya lahan,

cenderung meningkat populasinya dari waktu ke waktu. Meningkatnya populasi

juga diikuti dengan meningkatnya kebutuhan, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Konsekuensi dari meningkatnya kebutuhan manusia, terhadap sumberdaya lahan,

adalah berubahnya bentuk dan cara pemanfaatan sumberdaya lahan. Fenomena ini

disebut sebagai dinamika penggunaan lahan. Dinamika penggunaan lahan adalah

perubahan penggunaan lahan menurut ruang dan waktu (Aspinal, 2008).

Geografi adalah ilmu yang mengkaji fenomena dan proses yang terjadi di

permukaan Bumi. Kajian meliputi fenomena dan proses alamiah maupun yang

berkaitan dengan manusia. Lingkup kajian mulai skala lokal hingga skala global

(Matthews and Herbert, 2008). Menurut White (2002; dalam Herbet, 2008) proses

di permukaan Bumi yang dikaji dalam geografi meliputi proses lingkungan dan

proses sosial. Fokus kajian ilmu geografi adalah pada dimensi keruangan (spatial

dimension) dari proses lingkungan dan sosial tersebut. Menurut Gaile dan

Willmot (2003; dalam Herbet, 2008) Geografi adalah ilmu yang mengkaji

dinamika lingkungan dan sosial (environmental and societal dynamics) dan

mengkaji interaksi sosial dan lingkungan (society-environment interactions).

Ilmu geografi mengkaji fenomena dan proses dipermukaan Bumi

berlandaskan pada tiga konsep inti. Konsep tersebut adalah ruang (space), tempat

(place) dan lingkungan (environment). Geografi dipandang sebagai nexus, yaitu

pertampalan antara konsep ruang, tempat dan lingkungan seperti ditunjukkan pada

Page 3: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

3

Gambar 1.1. Inti dari kajian geografi, berdasarkan gambar tersebut, adalah suatu

integrasi antara variasi keruangan (spatial variation) yang ada di permukaan Bumi

dengan perbedaan atau keunikan antar tempat (distinctiveness of places) dan

interaksi antara manusia dengan lingkungannya

Gambar 1.1. Tiga Konsep Inti dalam Ilmu Geografi (Matthews and Herbert, 2008)

Penggunaan lahan dan dinamikanya merupakan hasil interaksi manusia

dengan lingkungannya. Interaksi terjadi pada tempat-tempat atau lokasi-lokasi

tertentu di permukaan Bumi. Bentuk dan intensitas interaksi tersebut bervariasi

disetiap tempat. Tempat kedudukan suatu fenomena, termasuk fenomena interaksi

antara manusia dan lingkungannya, dalam perspektif ilmu geografi disebut

sebagai ruang. Ruang dalam hal ini merupakan wadah (container) tempat

berlangsungnya proses interaksi.

Dimensi keruangan adalah salah satu fokus kajian dan sekaligus menjadi

ciri dari ilmu geografi. Ruang digunakan sebagai dasar untuk mengkaji ada

tidaknya hubungan antarfenomena. Dua atau lebih fenomena yang menempati

atau berada pada ruang yang sama mengindikasikan adanya hubungan

antarfenomena tersebut. Hubungan ini disebut sebagai hubungan keruangan.

Pemodelan spasial merupakan metodologi penelitian yang berakar pada

paradigma atau kerangka teoretis yang disebut sebagai ilmu keruangan (spatial

science). Paradigma tersebut merupakan satu di antara empat paradigma penting

Page 4: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

4

yang digunakan dalam kajian geografi dewasa ini. Paradigma yang dimaksud

adalah spatial science, humanism, critical realism dan poststructuralism (Gomez

dan Jones, 2010). Berdasarkan uraian tersebut, pemodelan spasial merupakan

salah satu pilar penting dari metodologi penelitian dalam ilmu geografi.

Pemodelan spasial dinamika penggunaan lahan pada hakikatnya bertujuan

untuk memahami dan menjelaskan mekanisme keruangan terjadinya dinamika

penggunaan lahan. Mekanisme keruangan yang sesungguhnya, di dunia nyata,

sangat kompleks dan tidak dapat diketahui secara pasti. Melalui pemodelan,

mekanisme tersebut akan disederhanakan agar lebih mudah dipahami.

Penyederhanaan, dalam rangka menghasilkan model spasial, terdiri dari dua

proses utama. Proses yang pertama adalah konseptualisasi mekanisme dinamika

penggunaan. Proses yang kedua adalah implementasi atau operasionalisasi model

konseptual pada domain spasial

Konseptualisasi mekanisme dinamika penggunaan akan menghasilkan apa

yang disebut sebagai model konseptual. Model ini menggambarkan ide, gagasan

atau pemikiran tentang mekanisme terjadinya dinamika penggunaan lahan.

Umumnya, pendekatan yang digunakan sebagai dasar penyusunan model

konseptual adalah teori atau hasil penelitian. Model yang disusun semata

mendasarkan pada teori disebut sebagai model teoretis. Syarat utama penyusunan

model teoretis adalah adanya teori yang mapan atau definitif mengenai fenomena

atau objek yang dimodelkan.

Teori definitif tentang mekanisme keruangan terjadinya dinamika

penggunaan lahan belum ada (Aspinal, 2008; Aspinal dan Hill, 2008). Dinamika

penggunaan lahan bukan semata proses alamiah yang dapat dijelaskan dengan

menggunakan teori ilmu alam atau ilmu pasti. Dinamika penggunaan lahan adalah

fenomena kompleks yang melibatkan aspek sosial, budaya, ekonomi dan juga

kebijakan. Konseptualisasi dinamika penggunaan lahan memerlukan integrasi

atau kombinasi (overarching) berbagai teori (Aspinal, 2008)

Belum adanya teori definitif tentang mekanisme keruangan dinamika

penggunaan lahan merupakan permasalahan sekaligus celah pengetahuan (gap of

Page 5: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

5

knowledge) yang harus diisi melalui penelitian. Model konseptual dinamika

penggunaan lahan tidak dapat disusun semata mendasarkan teori. Dinamika

penggunaan lahan adalah fenomena yang bervariasi menurut ruang dan waktu.

Teori yang sesuai diterapkan pada tempat dan waktu tertentu tidak dapat serta

merta dideduksi untuk tempat lain. Pendekatan teoretis harus selalu dikombinasi

dengan pendekatan empiris. Kajian secara empiris berlandasakan pada fakta

tentang adanya perubahan penggunaan lahan. Melalui suatu analisis, yang

umumnya dilakukan dengan teknik analisis statistik, dapat diketahui faktor yang

berhubungan dengan perubahan penggunaan lahan. Hasil analisis dapat

dikombinasikan dengan teori yang relevan untuk menyusun model konseptual

dinamika penggunaan lahan.

Model konseptual adalah tahap awal dalam penyusunan model spasial

dinamika penggunaan lahan. Konsep tersebut harus dapat diimplementasikan

dalam bentuk yang lebih nyata. Komponen model konseptual perlu dijabarkan

menjadi komponen pemodelan spasial. Pemodelan spasial terdiri atas tiga

komponen utama yaitu input pemodelan, algoritma pemodelan dan output

pemodelan. Ciri yang membedakan model spasial dari model nonspasial adalah

bagaimana dimensi keruangan direpresentasikan pada setiap komponen modelnya.

Model spasial merepresentasikan dimensi keruangan secara jelas atau eksplisit,

sehingga disebut disebut dengan istilah spatially explicit model.

Input pemodelan disebut sebagai variabel pemodelan, yaitu representasi

dari faktor-faktor yang mempunyai hubungan signifikan dengan terjadinya

perubahan penggunaan lahan. Variabel dalam pemodelan spasial adalah data

spasial atau disebut sebagai peta variabel. Peta tersebut diperoleh melalui proses

yang disebut spasialiasi. Makna spasialisasi dalam hal ini kurang lebih sama

dengan pemetaan. Peta variabel diperoleh melalui pemetaan atau spasialisasi

terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan dinamika penggunaan lahan.

Faktor-faktor tersebut dipetakan menggunakan entitas spasial tertentu. Entitas

spasial dalam konteks pemetaan disebut sebagai unit pemetaan.

Page 6: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

6

Spasialisasi data adalah proses penting dalam pemodelan spasial. Metode

dan teknik spasialisasi seharusnya menjadi kajian fundamental dalam pemodelan

spasial namun sering diabaikan. Setidaknya terdapat dua hal mengapa metode dan

atau teknik spasialisasi sangat penting dalam pemodelan spasial dinamika

penggunaan lahan. Pertama, faktor yang berhubungan dengan perubahan

penggunaan lahan sangat beragam antara lain faktor fisik lahan, faktor sosial-

ekonomi, faktor kebijakan pemerintah dan persepsi individu. Konsekunsesi dari

beragamnya faktor tersebut adalah beragam pula jenis datanya. Kedua, faktor-

faktor yang berhubungan dengan perubahan penggunaan lahan tidak selalu

mempunyai dimensi keruangan yang jelas atau eksplisit. Faktor-faktor yang

demikian disebut sebagai a multivariate pseudo spatial sphere of influence (Hill

dan Aspinal, 2006). Data mengenai faktor-faktor tersebut tidak berada pada

domain spasial. Konsekuensinya, diperlukan proses transformasi untuk mengubah

domain data dari domain asli menjadi domain spasial.

Algoritma secara harfiah berarti suatu prosedur untuk menyelesaikan suatu

masalah atau prosedur untuk mencapai suatu tujuan. Prosedur tersebut berisi

seperangkat aturan yang jelas (unambiguous rules) mengenai tahapan operasional

yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Longley, 2005). Algoritma,

dalam konteks pemodelan spasial, diperlukan untuk mengimplementasikan model

konseptual menjadi model yang lebih kongkrit dan memiliki karakter keruangan

eksplisit yaitu simulasi spasial (spatial simulation). Simulasi spasial adalah

replika mekanisme keruangan atau proses terjadinya perubahan penggunaan

lahan. Hasil konkret yang diperoleh dari simulasi spasial adalah data spasial atau

peta prediksi perubahan penggunaan lahan. Peta tersebut memberikan gambaran

tentang lokasi-lokasi yang diperkirakan mengalami perubahan penggunaan lahan.

Data spasial atau peta prediksi perubahan penggunaan lahan memiliki

manfaat penting dalam kegiatan perencanaan dan pengelolaan lingkungan

(Wainwright and Mulligan, 2004; Aspinal and Hill, 2007). Kegiatan perencanaan,

wilayah maupun kota (regional or urban planning), selalu membutuhkan beragam

data masukan. Prediksi keruangan perubahan penggunaan lahan menjadi masukan

Page 7: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

7

yang berharga dalam perencanaan karena dapat memberikan gambaran tentang

konfigurasi penggunaan lahan di masa yang akan datang (Koomen and Stillwell,

2007). Peta prediksi perubahan penggunaan sangat dibutuhkan namun

ketersediannya relatif terbatas. Pemodelan spasial dapat memberikan kontribusi

yaitu mengisi atau menyediakan data tersebut (fill gaps in data availability).

Uraian tentang dinamika penggunaan lahan dan hakikat model atau

pemodelan, menunjukkan arti penting dan keterkaitan antar keduanya. Dinamika

penggunaan lahan sangat penting dikaji karena berkaitan dengan beragam aspek

mendasar dalam kehidupan manusia. Dinamika penggunaan lahan, di sisi lain,

merupakan fenomena keruangan kompleks yang tidak mungkin dikaji secara

langsung. Pemodelan spasial adalah salah satu metode yang tepat untuk mengkaji

fenomena tersebut.

Pemodelan spasial berfungsi sebagai alat bantu untuk memahami dan

menjelaskan terjadinya dinamika penggunaan lahan. Hal ini sejalan dengan fungsi

didactic dan heuristic dari model seperti yang dikemukakan oleh Sanders (2007).

Pemodelan spasial dinamika penggunaan lahan mempunyai fungsi didactic dan

heuristic. Fungsi didactic berarti memahami terjadinya dinamika penggunaan

lahan. Fungsi heuristic berarti menjelaskan proses terjadinya dinamika

penggunaan lahan. Berdasarkan pada dua fungsi model tersebut, hal penting dan

mendasar dalam penelitian tentang pemodelan adalah cara atau proses penyusunan

model. Hal-hal yang berkaitan dengan proses penyusunan model adalah fokus dari

penelitian tentang pemodelan.

Merujuk pada fungsi didactic dan heuristic dari model, penelitian tentang

pemodelan dinamika penggunaan lahan pada hakikatnya dapat dilakukan

dimanapun (any area). Fokus penelitian adalah pada cara menyusun model dalam

rangka memahami dan menjelaskan proses terjadinya dinamika penggunaan lahan

pada daerah yang dipilih. Cara penyusunan model berhubungan dengan

pendekatan dan metode yang digunakan dalam menyusun model. Terdapat dua

pendekatan utama dalam hal ini yaitu deduktif atau teoretis dan induktif atau

empiris. Mengingat bahwa belum ada teori definitif tentang dinamika penggunaan

Page 8: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

8

lahan, maka pendekatan teoretis harus selalu digabungkan dengan pendekatan

empiris.

Data adalah elemen fundamental dalam pemodelan empiris. Ketersediaan

data, terutama data spasial multitemporal, menjadi hal penting yang harus

dipertimbangkan dalam penelitian tentang pemodelan spasial. Konsekuensinya,

pertimbangan tersebut juga harus digunakan dalam pemilihan atau penentuan

daerah penelitian. Lokasi atau area yang datanya relatif lengkap menjadi prioritas

untuk dijadikan sebagai daerah penelitian. Hal lain yang perlu dipertimbangkan

dalam pemilihan daerah penelitian adalah adanya fenomena perubahan

penggunaan lahan yang cukup signifikan.

Kota Yogyakarta adalah kota yang dikenal dengan beberapa sebutan atau

predikat. Sebutan tersebut antara lain kota perjuangan, kota kebudayaan, kota

wisata dan kota pelajar. Kota pelajar adalah predikat yang paling dikenal oleh

masyarakat. Sebutan sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan perannya

dalam dunia pendidikan. Kondisi tersebut didukung oleh tersedianya tempat

pendidikan dari berbagai jenjang. Khusus pada jenjang perguruan tinggi, jumlah

maupun ragam tempat pendidikan yang tersedia sangat memadai. Berdasar data

dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat

kurang lebih 144 perguruan tinggi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya.

Keberadaan fasilitas pendidikan tersebut menjadi faktor yang menarik minat

orang untuk datang ke Yogakarta.

Berbagai predikat yang melekat pada Kota Yogyakarta menjadikannya

sebagai daerah dengan karakteristik yang khas yang berbeda dengan daerah

lainnya. Kondisi tersebut secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

dinamika perkembangan Kota Yogyakarta dan daerah sekitarnya. Kota

Yogyakarta berkembang menjadi pusat kegiatan bisnis, terutama di sektor

pendidikan dan sektor yang terkait, yang dinamis bagi daerah di sekitarnya.

Perkembangan kota ke daerah di sekitarnya merupakan konsekuensi logis akibat

meningkatnya kegiatan perekonomian dan terbatasnya lahan yang tersedia.

Page 9: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

9

Perubahan penggunaan lahan di daerah sekitar kota adalah dampak yang tidak

dapat dihindari.

Fakta perkembangan daerah pinggiran Kota Yogyakarta dapat dirunut

berdasarkan data dari BPS seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Selama kurun waktu

25 tahun (1980 - 2005) di daerah pinggiran Kota Yogyakarta terjadi perubahan

penggunaan lahan yang cukup signifikan. Persentase lahan pertanian yang

berubah menjadi lahan nonpertanian berkisar antara 17,5% sampai dengan 27 %.

Persentase perubahan lahan pertanian terbesar terdapat di Kecamatan Kasihan

Kabupaten Bantul yaitu 27 %. Persentase perubahan lahan pertanian terkecil

yaitu 17,5% terdapat di dua kecamatan yaitu Kecamatan Gamping Kabupaten

Sleman dan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Persentase perubahan

lahan pertanian tersebut mengindikasikan adanya dinamika penggunaan lahan

yang cukup tinggi di daerah penelitian.

Tabel 1.1. Luas Lahan Pertanian di Daerah Pinggiran Kota Yogyakarta Th. 1980 - 2005

Kabupaten Sleman (ha) Kabupaten Bantul (ha) Tahun Gamping Mlati Depok Banguntapan Sewon Kasihan

1980 1.368 1.300 745 1.708 1.744 922 1985 1.385 1.378 741 1.708 1.668 920 1990 1.263 1.284 740 1.549 1.604 834 1995 1.251 1.295 608 1.534 1.491 806 2000 1.225 1.291 602 1.466 1.363 707 2005 1.128 984 564 1.409 1.305 673

Sumber : Sleman dalam Angka (1980-2005) dan Bantul dalam Angka (1980-2005)

Karakteristik Kota Yogyakarta dan daerah sekitarnya, serta hakikat

penelitian tentang pemodelan dinamika penggunaan lahan, merupakan

pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pemilihan daerah penelitian. Lokasi

penelitian adalah Kota dan daerah pinggiran Kota Yogyakarta. Secara

administratif, daerah penelitian meliputi seluruh wilayah Kota Yogyakart,

sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul.

Daerah penelitian yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bantul meliputi tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon dan Kecamatan

Kasihan. Daerah penelitian yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Sleman

Page 10: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

10

meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Depok, Kecamatan Mlati dan

Kecamatan Gamping. Daerah penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Lokasi Daerah Penelitian

Kajian secara keruangan mengenai perubahan penggunaan lahan di Kota

Yogyakarta dan daerah pinggirannya dapat dilakukan melalui analisis peta dan

atau data penginderaan jauh multitemporal. Peta penggunaan lahan multitemporal

adalah data yang ideal untuk keperluan tersebut. Permasalahannya, peta

penggunaan lahan multitemporal tidak selalu tersedia. Ketersediaan data

penginderaan jauh multitemporal, di sisi lain, jauh lebih baik dibandingkan peta.

Perkembangan teknologi penginderaan jauh saat ini juga mendukung ketersedian

data spasial pada berbagai tingkat kerincian (resolusi spasial). Kelebihan tersebut

Page 11: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

11

menyebabkan data penginderaan jauh semakin banyak digunakan sebagai basis

dalam berbagai kajian fenomena secara keruangan. Data penginderaan jauh sangat

sesuai digunakan sebagai basis pemodelan spasial dinamika penggunaan lahan.

1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Uraian tentang latar belakang penelitian menyiratkan beberapa masalah

berkaitan dengan dinamika penggunaan lahan dan cara mengkajinya melalui

pemodelan. Permasalahan yang dimaksud dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Teori yang menjelaskan penyebab terjadinya dinamika penggunaan

lahan belum bersifat definitif. Dinamika penggunaan lahan adalah

fenomena keruangan kompleks. Faktor penyebabnya sangat beragam dan

hampir sulit diidentifikasi secara pasti. Kompleksitas dari faktor tersebut

semakin bertambah karena intensitas atau peran dari setiap faktor juga

bervariasi menurut ruang dan waktu. Identifikasi faktor penyebab dinamika

penggunaan lahan tidak dapat dilakukan semata-mata secara deduktif

berlandasakan teori atau hasil penelitian terdahulu. Metode deduktif harus

selalu dikombinasikan dengan metode induktif yang berlandasakan pada

analisis terhadap fakta empiris. Dimensi keruangan merupakan aspek

penting yang harus dipertimbangkan dalam analisis, karena dinamika

penggunaan lahan adalah fenomena keruangan. Sebagai konsekuensinya,

faktor-faktor penyebab terjadinya dinamika penggunaan lahan di

daerah penelitian perlu dikaji secara empiris melalui analisis secara

keruangan (analisis spasial). Kajian perlu dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek penting dalam analisis spasial yaitu pengaruh

skala terhadap hasil analisis. Permasalahan ini dikenal dengan sebutan

MAUP (Modifiable Area Unit Problem)

2. Belum ada teori spesifik yang menjelaskan tentang mekanisme

keruangan terjadinya dinamika penggunaan lahan. Dinamika

penggunaan lahan merupakan hasil interaksi keruangan kompleks dari

berbagai faktor. Mekanisme interaksi yaitu kapan dan bagaimana cara

Page 12: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

12

berinteraksinya faktor-faktor tersebut tidak atau belum diketahui secara

pasti. Konsep tentang mekanisme dinamika penggunaan lahan perlu

dirumuskan dalam suatu model konseptual. Penelitian terdahulu belum

ada yang merumuskan dengan jelas mekanisme keruangan terjadinya

dinamika penggunaan lahan.

3. Model konseptual adalah model yang berada pada domain konsep atau

gagasan. Konsep tentang dinamika penggunaan lahan perlu dikonversi

menjadi model dengan domain yang sesuai. Dinamika penggunaan lahan

adalah fenomena keruangan. Domain pemodelan yang sesuai untuk

fenomena keruangan adalah domain spasial. Model yang dihasilkan disebut

sebagai model spasial. Konversi model konseptual menjadi model spasial,

memunculkan masalah transformasi domain. Transformasi dari domain

konsep atau nonspasial menjadi domain spasial pada hakikatnya adalah

spasialisasi data. Spasialisasi data memerlukan metode dan teknik. Metode

dan teknik spasialisasi data adalah bagian penting dalam penyusunan

model spasial namun belum banyak dikaji.

4. Model spasial dinamika penggunaan lahan perlu diimplementasikan

dalam bentuk yang lebih konkret. Simulasi spasial atau simulasi

keruangan adalah salah satu bentuk konkret dari model spasial dinamika

penggunaan lahan. Mekanisme perubahan penggunaan lahan perlu

dimodelkan dalam suatu bentuk simulasi, sehingga diperoleh prediksi

perubahan penggunaan lahan dalam bentuk peta atau data spasial. Data

spasial ini selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan dalam berbagai

kegiatan perencanaan. Permasalahan terkait dengan implementasi model,

dalam bentuk simulasi spasial, adalah perlunya algoritma yang tepat atau

sesuai. Algoritma yang diperlukan adalah yang dapat mereplika mekanisme

keruangan dinamika penggunaan lahan, mengacu pada model konseptual

dan model spasial yang telah disusun. Algoritma simulasi keruangan yang

dapat memenuhi kriteria tersebut perlu dikaji.

Page 13: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

13

Penelitian ini pada hakikatnya adalah proses untuk menemukan solusi atas

permasalahan yang telah dirumuskan. Penemuan solusi atau jawaban akan

diperoleh dengan mengajukan sejumlah pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang secara secara keruangan memiliki hubungan

signifikan dengan perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian dan

bagaimana cara mengkajinya?

2. Teori atau konsep apa yang relevan dengan hasil kajian empiris tentang

determinan perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian? Bagaimana

mekanisme perubahan penggunaan lahan dikonseptualisasikan, ke dalam suatu

model, berdasarkan kombinasi teori dan hasil kajian empiris ?

3. Metode dan atau teknik apa yang dapat digunakan untuk melakukan

spasialisasi data dalam rangka mengubah model konseptual menjadi model

spasial?

4. Bagaimana mengimplementasikan model konseptual ke dalam domain

pemodelan spasial eksplisit?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji faktor-faktor yang mempunyai hubungan signifikan dengan

perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian

2. Merumuskan model konseptual sebagai kerangka teoretis penyusunan model

spasial dinamika penggunaan lahan

3. Mengkaji metode dan teknik spasialisasi data untuk untuk mengkonversi

model konseptual menjadi model spasial dinamika penggunaan lahan.

4. Mengaplikasikan model spasial dalam suatu bentuk simulasi keruangan

(spatial simulation) dinamika penggunaan lahan.

Page 14: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

14

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap pengembangan ilmu baik pada tataran teoretis maupun

praktis. Manfaat pada tataran teoretis dalam rangka pengembangan ilmu Geografi

pada umumnya dan secara khusus di bidang Kartografi adalah:

1. Mengembangkan teori, metode dan teknik untuk mengkaji dinamika

penggunaan lahan secara keruangan. Penggunaan lahan dan dinamikanya

adalah bagian dari objek kajian ilmu geografi. Penelitian ini dapat

mempertegas arti dan makna pemodelan spasial sebagai salah satu metodologi

penelitian dalam ilmu geografi. Pemodelan spasial bukan sekedar teknik atau

metode tetapi merupakan metodologi penelitian. Suatu metodologi harus

mempunyai landasan konseptual atau teoretis yang jelas. Pemodelan spasial

adalah metodologi penelitian yang berakar pada paradigma ilmu keruangan

(spatial science). Setiap fenomena, yang menjadi objek kajian ilmu Geografi,

mempunyai tiga dimensi yaitu tematik, spasial dan temporal. Pemodelan

disebut sebagai pemodelan spasial jika dimensi ruang direpresentasikan secara

jelas dan menjadi bagian penting dalam analisis.

2. Mengembangkan metode pemetaan berbasis pemodelan (modeling based

mapping) sebagai bagian dari kajian Kartografi Analitik (Analytical

Cartography). Peta dapat dihasilkan melalui bermacam proses, salah satunya

adalah penggabungan atau sintesis dari beberapa peta yang telah ada. Model

statistik regresi, regresi logistik biner (binary logistic regression) dan

algoritma kecerdasan buatan (artificial intelligent) yaitu cellular automata,

yang digunakan untuk menyusun peta prediksi perubahan penggunaan lahan

dalam penelitian ini, adalah bentuk pengembangan metode dan teknik sintesis

peta.

Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Model yang dihasilkan dalam penelitian ini, baik model konseptual maupun

model spasial yang berupa peta dan simulasi spasial, dapat digunakan sebagai

Page 15: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

15

alat bantu (tools) untuk memahami dan menjelaskan faktor-faktor dan

mekanisme yang menyebabkan terjadinya dinamika penggunaan lahan.

2. Hasil pemodelan spasial yang berupa peta prediksi perubahan penggunaan

lahan dapat memberikan gambaran secara keruangan eksplisit (spatially

explicit) tentang kemungkinan terjadinya perubahan penggunaan lahan di

daerah penelitian di masa yang akan datang. Pemerintah melalui instansi yang

kompeten dengan perencanan pembangunan dapat memanfaatkan peta

prediksi perubahan penggunaan lahan sebagai masukan dalam proses

perencanaan. Lokasi-lokasi yang diprediksikan mengalami perubahan, namun

dipandang berpotensi menimbulkan permasalahan dikemudian hari, dapat

diidentifikasi lebih awal.

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang penggunaan lahan, dinamika penggunaan lahan dan

pemodelan spasial telah dilakukan oleh sejumlah peneliti. Uraian berikut ini

menjelaskan tentang penelitian-penelitian tersebut untuk menentukan keaslian

penelitian ini.

1) Anwar (2002) meneliti dinamika perubahan penggunaan lahan melalui suatu

simulasi keruangan (spatial simulation). Penelitian dilakukan di sebagian

daerah Nong Chok, sub urban Kota Bangkok, Thailand. Luas daerah

penelitian kurang lebih 10 km2. Fokus penelitian adalah simulasi perubahan

penggunaan lahan sawah (paddy field) menjadi tambak atau kolam ikan air

tawar (fish pond). Periode perubahan yang dikaji adalah 19 tahun (1981 -

2000). Sumber data yang digunakan adalah foto udara Tahun 1981, 1990,

1995 dan 2000. Skala foto udara tersebut bervariasi yaitu skala 1: 50.000, 1:

20.000 dan yang terbesar 1: 15.000. Penggunaan lahan di daerah penelitian

dibedakan menjadi 5 kelas yaitu : paddy field, fish pond, resident and orchard

dan waterbody. Validasi hasil pemodelan dilakukan menggunakan sejumlah

indeks pola bentanglahan (landscape pattern indices). Indeks yang digunakan

Page 16: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

16

adalah : luas, patch density, edge density, mean patch size dan mean nearest

neighborhood.

a. Daerah penelitian relatif kecil, tidak ada variasi bentanglahan

b. Pemilihan variabel pemodelan hanya berdasarkan studi pustaka,

tidak ada kajian (uji statistik) hubungan antara perubahan dengan

variabel

c. Variabel demografi dan sosial ekonomi lebih dominan

2) Singh (2003) dengan judul penelitian ” Modelling Land Use and Land cover

Changes Using Cellular Automata in Geo-Spatial Environment”. Penelitian

berlokasi di Kota Simla, Himarachal Pradesh India. Tujuan penelitan adalah

menyusun model cellular automata untuk memprediksikan perubahan

penutup dan penggunaan lahan. Fokus penelitian adalah pemodelan perubahan

penggunaan lahan dari pertanian ke nonpertanian. Model yang digunakan

adalah cellular automata yang diintegrasikan dengan SIG. Sumber data yang

digunakan adalah citra Landsat tahun 1987 dan citra IRS (Indian Remote

Sensing) 1 D tahun 1999. Citra tersebut digunakan untuk membuat peta

penggunaan lahan tahun 1987 dan 1999. Interpretasi citra dilakukan secara

visual. Penggunaan lahan di daerah penelitian dibedakan menjadi empat

kategori (kelas) yaitu permukiman, pertanian, lahan kosong (termasuk padang

rumput), semak belukar dan hutan. Cellular automa digunakan untuk

mengetahui dinamika perubahan lahan permukiman dan pertanian dengan

mengintegrasikan faktor fisik dan sosial-ekonomi ke dalam model. Faktor

yang digunakan sebagai input pemodelan terdiri dari delapan faktor yang

dikelompokkan menjadi dua kategori. Kategori pertama disebut faktor fisik,

yang terdiri dari curah hujan, lereng, aspect dan ketinggian. Kategori kedua

disebut faktor kedekatan (proximity), yang terdiri dari jarak terhadap jalan,

jarak terhadap kota, jarak terhadap pusat wisata dan jarak terhadap industri.

Setiap faktor diberi bobot, yaitu bobot kesesuaian untuk pertanian dan bobot

kesesuaian untuk permukiman. Penentuan bobot berdasarkan hasil wawancara

dengan narasumber yang dianggap kompeten.

Page 17: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

17

a. Kategori perubahan penggunaan lahan yang dimodelkan terdiri dari

dua kategori yaitu perubahan menjadi lahan pertanian dan

perubahan menjadi permukiman

b. Simulasi dan prediksi perubahan penggunaan lahan didasarkan

pada dua faktor yaitu kesesuaian (suitability) dan ketetanggan

(neighborhood). Faktor kesesuaian diperoleh dengan

menggabungkan bobot dan skor delapan faktor. Metode

penggabungan yang digunakan adalah penjumlahan

3) Aguayo et al (2007) dengan judul penelitian ” Revealing the Driving Forces of

Mid-Cities Urban Growth Patterns Using Spatial Modeling: A Case Study of

Los Ángeles, Chile”. Penelitian dilakukan menggunakan pemodelan spasial

berbasis sistem informasi geografis (SIG). Tujuan dari penelitian ini adalah

mengkuantifikasikan hubungan antara perkembangan kota dengan sejumlah

faktor yang diduga sebagai pemicu (driving force) dan memprediksikan pola

perkembangan kota. Faktor-faktor yang diduga sebagai pemicu perubahan

dipilih secara a priori menggunakan hipotesis yang disusun berdasarkan

pengetahuan lokal mengenai proses urbanisasi di kota tersebut. Faktor-faktor

yang telah dipilih selanjutnya digunakan sebagai variabel dalam pemodelan.

Variabel tersebut dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: variabel jarak,

variabel ketetanggaan dan variabel lingkungan. Variabel jarak terdiri dari:

jarak terhadap jalan, jarak terhadap batas kota, jarak terhadap pusat kota, jarak

terhadap fasilitas umum dan jarak terhadap sungai. Variabel ketetanggan

terdiri dari: kepadatan jaringan jalan, kepadatan daerah perkotaan, kepadatan

industri dan kepadatan fasilitas. Variabel lingkungan terdiri dari : elevasi,

lereng dan jenis tanah. Model yang digunakan adalah regresi logistik biner

(binary logistic regression) dengan dua kategori variabel respon yaitu growth

dan nongrowth.

a. Model yang digunakan untuk prediksi perubahan penggunaan

lahan bersifat statis. Hasil pemodelan tidak mencantumkan secara

eksplisit kapan (periode waktu) perubahan penggunaan yang

Page 18: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

18

dipredisikan akan terjadi. Hasil pemodelan hanya berupa

probabilitas terjadinya perubahan penggunaan lahan pada setiap

lokasi di daerah penelitian.

b. Variabel yang digunakan dalam pemodelan lebih dominan faktor

fisik. Variabel nonfisik direpresentasikan menggunakan fungsi

jarak dan kepadatan, sehingga lebih bersifat fisik.

4) Braimoh dan Onisi (2007) dengan judul penelitian ” Spatial Determinants of

Urban Land Use Change in Lagos, Nigeria”. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengkaji faktor determinan perubahan penggunaan lahan permukiman dan

industri. Faktor determinan selanjutnya digunakan untuk menyusun peta

probabilitas perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan

berlaku sebagai variabel terpengaruh atau terikat. Sejumlah faktor atau kondisi

yang diduga berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan berlaku

sebagai variabel pengaruh atau variabel bebas. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan adalah

aksesibilitas, dampak interaksi keruangan dan faktor kebijakan.

a. Penelitian difokuskan pada perubahan penggunaan lahan

permukiman dan industri dan faktor yang mempengaruhinya

b. Perubahan penggunaan lahan diprediksikan menggunakan model

regresi logistik. Prediksi diwujudkan dalam bentuk peta

probabilitas perubahan penggunaan lahan

5) Susilo (2008) dengan judul penelitian ”Model SIG-Binary Logistic Regression

untuk Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan di Daerah Pinggiran Kota

Yogyakarta”. Penelitian bertujuan untuk menyusun pediksi perubahan

penggunaan lahan secara spasial dengan mengintegrasikan model statistik

dengan SIG. Probabilitas perubahan penggunaan lahan dihitung berdasarkan

sejumlah variabel prediktor menggunakan model regresi logistik biner.

Variabel potensial diidentifikasi berdasarkan studi literatur dan dipilih

menggunakan analisis statistik Man Whitney dan Spearman. Model regresi

logistik biner yang dihasilkan diintegrasikan dengan SIG untuk menghasilkan

Page 19: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

19

peta probabilitas perubahan. Peta prediksi perubahan dihasilkan dengan

mengkonversi probabilitas perubahan menjadi kategori perubahan

menggunakan treshold atau cut value tertentu. Pemilihan treshold didasarkan

pada analisis ROC (Relatif Operating Characterictic) antara prediksi dengan

kondisi aktual. Analisis ROC dikombinasikan dengan perhitungan koefisien

statistik Kappa.

6) Almeida et al (2008) dengan penelitian berjudul ” Using Neural Networks and

Cellular Automata for Modelling Intra-Urban Land-Use Dynamics” . Tujuan

penelitian adalah menyusun simulasi keruangan dinamika penggunaan lahan

menggunakan integrasi neural network dan cellular automata. Penelitian

berlokasi di Kota Piracicaba, sebelah barat Sao Paulo, Brazil. Sumberdata

yang digunakan adalah citra Landsat 5 TM tahun 1985 dan 1999. Neural

network digunakan untuk memproses sejumlah variabel guna menghasilkan

peta probabilitas transisi. Peta probabilitas transisi tersebut selanjutnya dipakai

sebagai input dalam simulasi perubahan penggunaan lahan menggunakan

cellular automata. Simulasi menghasilkan peta penggunaan lahan tahun 1999.

Peta hasil simulasi di validasi menggunakan peta penggunaan lahan aktual

tahun 1999. Hasil validasi menunjukkan peta hasil simulasi mempunyai

ketelitian rata-rata 84,5%.

7) Arsanjani et al (2013) dengan judul penelitian ” Integration of Logistic

Regression, Markov Chain and Cellular Automata Models to Simulate

Urban Expansion”. Tujuan penelitian ini adalah menyusun simulasi

keruangan dan memprediksikan perkembangan Kota Tehran tahun 2016 dan

tahun 2026. Sumber data yang digunakan adalah citra Landsat tahun 1986,

1996 dan 2006. Metode yang digunakan adalah integrasi antara regresi

logistik, Markov chain dan cellular automata. Perubahan penggunaan lahan

tahun 1986-1996 digunakan sebagai dasar untuk menyusun simulasi

perubahan tahun 1996-2006. Peta penggunaan lahan tahun 2006 hasil simulasi

di uji akurasi atau ketelitiannya menggunakan peta penggunaan lahan aktual

tahun 2006. Ketelitian atau kesamaan antara peta hasil simulasi dengan peta

Page 20: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

20

aktual adalah 89 %. Berdasarkan ketelitian tersebut, simulasi digunakan untuk

memprediksi perkembangan Kota Tehran tahun 2016 dan tahun 2026.

8) Boundeth et al (2013), dengan judul penelitian ”Land Use Change and Its

Determinant Factors in Northern Laos: Spatial and Socio-economic

Analysis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola perubahan pengguaan

lahan dan faktor yang mempengaruhinya atau faktor determinan. Penelitian

berlokasi di HouayXai District, Bokeo Province, Laos. Perubahan

penggunaan lahan di daerah penelitian dipetakan menggunakan sumber data

berupa citra Landsat 5-TM tahun 2001, 2004, 2007 dan 2010. Hasil pemetaan

menunjukkan perubahan penggunaan lahan yang dominan adalah hutan

menjadi perkebunan. Analisis statistik dengan teknik regresi logistik

digunakan untuk mengidentifikasi faktor mempengaruhi perubahan

penggunaan lahan tersebut. Unit yang digunakan dalam analisis adalah

responden yaitu petani yang berjumlah 75 orang. Lokasi dari responden

dicatat koordinatnya dengan bantuan GPS.

Seluruh penelitian terdahulu yang dikaji dalam rangka menentukan keaslian

penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 2.1. Berdasarkan tabel tersebut dan

penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dibuat kesimpulan tentang

persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini.

Penelitian ini memiliki beberapa persamaan sekaligus perbedaan dengan

peneliti terdahulu. Persamaan utamanya adalah tema kajian yaitu tentang

pemodelan spasial dinamika penggunaan lahan. Persamaan yang lain bersifat

minor atau parsial, karena hanya bagian tertentu yang sama tetapi tidak ada yang

sepenuhnya sama. Persamaan yang dimaksud antara lain teknik analisis statistik,

teknik simulasi spasial dan teknik validasi hasil simulasi. Perbedaan dengan

peneliti terdahulu ada yang bersifat minor dan ada yang bersifat mayor atau

mendasar. Perbedaan minor antara lain daerah penelitian, waktu penelitian,

sumberdata dan variabel pemodelan. Perbedaan yang bersifat mendasar, dan

paling penting dinyatakan dalam rangka menunjukkan keaslian penelitian ini

adalah:

Page 21: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

21

a) Peneliti terdahulu tidak membuat rumusan model konseptual dinamika

penggunaan lahan. Model konseptual adalah representasi dari konsep dan

teori yang diacu oleh peneliti dan digunakan sebagai kerangka teoretis dalam

penyusunan model. Teori tentang aspek fundamental dan mekanisme

keruangan dibalik terjadinya dinamika penggunaan lahan tidak dikaji dan

dirumuskan secara eksplisit oleh peneliti terdahulu. Penelitian ini secara

eksplisit merumuskan model konseptual, dan menggunakannya sebagai

kerangka teoretis untuk menyusun model spasial dinamika penggunaan lahan.

Model konseptual, dalam penelitian ini, dirumuskan berdasarkan telaah

teoretis yang dikombinasikan dengan kajian empiris.

b) Peneliti terdahulu tidak mengkaji masalah transformasi domain spasial. Model

spasial pada hakikatnya adalah hasil transformasi dari domain konsep (model

konseptual) ke domain spasial eksplisit (model spasial eksplisit). Elemen

model konseptual harus ditransformasi menjadi elemen model spasial

eksplisit yaitu peta atau data spasial. Transformasi domain spasial, secara

sederhana dapat dimaknai sebagai pendekatan, metode dan teknik untuk

mengubah konsep menjadi peta. Istilah lain yang maknanya sama atau hampir

sama adalah spasialisasi data. Transformasi domain atau spasialisasi data

adalah aspek penting dan bersifat mendasar dalam pemodelan spasial, yang

menjadi bagian kajian dalam penelitian ini, dan tidak dikaji oleh peneliti

terdahulu.

Page 22: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

22

Tabel 1.2. Telaah Penelitian Sebelumnya

No Peneliti

Judul Penelitian Tujuan

Penelitian Lokasi

Penelitian Metode

Penelitian Hasil

Penelitian

1 Morshed Anwar (2002)

Land Use Change Dynamics: A Dynamic Spatial Simulation

1. Mengkaji faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan

2. Melakukan simulasi perubahan penggunaan lahan

Nong Chok, Suburban Area of Bangkok. Thailand

Sumber Data:

Foto udara skala 1: 15.000, 1: 20.000 dan 1: 50.000

Data sekunder

Model: Simulasi spasial dengan Cellular Automata

Variabel pemodelan Variabel demografi dan sosial ekonomi

1. Simulasi perubahan penggunaan lahan tahun 1981 – 2000

2. Deskripsi tentang akurasi hasil simulasi perubahan penggunaan lahan, yaitu 69%

2 Anujh Kumar Singh (2003)

” Modelling Land Use and Land cover Changes Using Cellular Automata in Geo-Spatial Environment

Memprediksi perubahan penutup dan penggunaan lahan menggunakan model cellular automata

Kota Simla, Himarachal Pradesh, India

Sumber Data:

Citra Landsat 1987, citra IRS 1999, data sekunder

Model: Simulasi spasial dengan Cellular Automata

Variabel pemodelan Variabel fisik: curah hujan, lereng, aspect dan ketinggian

Variabel kedekatan: jarak-jalan, jarak-kota, jarak-wisata dan jarak - lokasi industri.

Peta prediksi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian tahun 1999 dan 2011

Page 23: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

23

No Peneliti

Judul Penelitian Tujuan

Penelitian Lokasi

Penelitian Metode

Penelitian Hasil

Penelitian

3 Mauricio I. Aguayo, Thorsten Wiegand, Gerardo D. Azócar, Kerstin Wiegand and Claudia E. Vega (2007) Revealing the Driving Forces of Mid-Cities Urban Growth Patterns Using Spatial Modeling

1. Mengkaji faktor pemicu (driving force) perkembangan kota

2. Memprediksi perkembangan kota

Kota Los Angeles, Chile.

Sumber Data: Foto udara tahun 1972, 1992 dan 1998. Skala tidak dicatumkan

Model: Regresi Logistik Biner

Variabel model: Variabel jarak, variabel ketetanggaan dan variabel lingkungan.

1. Faktor pemicu perkembangan kota yaiu aksesibilitas. Variabel prediktor yang paling signifikan adalah: jarak terhadap jalan lokal, kepadatan jaringan jalan dan jenis tanah

2. Prediksi perkembangan kota antara tahun 1992-1998. Ketelitian prediksi 90%

4 Ademola K. Braimoh and Takashi Onishi (2007)

Spatial Determinants of Urban Land Use Change in Lagos, Nigeria

Mengaji faktor determinan perubahan penggunaan lahan, khususnya perubahan penggunaan lahan permukiman dan industri

Lagos City-State

Nigeria

Sumber Data: Citra Landsat TM tahun 1984 dan tahun 2000

Model: Regresi Logistik Biner

Variabel model: Kondisi topografi ; elevasi dan lereng Variabel aksesibilitas Variabel kebijakan: ketersediaan air bersih, perlindungan hutan

1. Peta perubahan penggunaan lahan permukiman dan industri

2. Peta probabilitas perubahan penggunaaan lahan berdasarkan model regresi logistik

5 Bowo Susilo (2008)

Model SIG-Binary Logistic Regression untuk Prediksi

1. Memetakan perubahan penggunaan lahan

2. Menyusun pediksi perubahan

Pinggiran Kota Yogyakarta

Sumber Data: Foto Udara tahun 1981 dan tahun 2000

1. Model Statistik Perubahan Penggunaan Lahan

2. Peta Probabilitas

Page 24: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

24

No Peneliti

Judul Penelitian Tujuan

Penelitian Lokasi

Penelitian Metode

Penelitian Hasil

Penelitian

Perubahan Penggunaan Lahan penggunaan lahan secara spasial dengan mengintegrasikan model statistik dengan SIG

Peta RBI skala 1: 25.000 Edisi Tahun 2000

Model Spasial Regresi Logistik Biner

Variabel : Kondisi fisik lahan yaitu lereng dan aksesibilitas

Perubahan Penggunaan Lahan

6 C. M. Almeida., J. M. Gleriani, E. F. Castejon, and B. S. Soares Filho (2008)

Using Neural Networks and Cellular Automata For Modelling Intra-Urban Land-Use Dynamics

1. Memetakan perubahan penggunaan lahan

2. Menyusun simulasi keruangan dinamika penggunaan lahan menggunakan neural network dan cellular automata

Kota Piracicaba, Barat Sao Paulo Brazil

Sumber Data: Citra Landsat 5-TM tahun 1985 dan 1999

Model Simulasi spasial dengan neural network, Markov dan Cellular Automata

Variabel : Variabel biofisik dan infrastruktur

1. Peta perubahan penggunaan lahan 1985-1999

2. Simulasi perubahan penggunaan lahan tahun 1985 – 1999. Ketelitian hasil simulasi 85,5%

7 Jamal Jokar Arsanjani;Marco Helbichb, Wolfgang Kainza dan Ali Darvishi Boloorani (2013)

Integration of Logistic Regression, Markov Chain and Cellular Automata Models to Simulate Urban Expansion

1. Menyusun simulasi keruangan perkembangan Kota Tehran

2. Menyusun prediksi perkembangan Kota Tehran tahun 2016 dan 2026

Kota Tehran, Iran Sumber Data: Citra Landsat tahun 1986, 1996, 2006

Model Integrasi Logistik Biner Markov Chain dan Cellular Automata

1. Simulasi Perkembangan Kota Tehran, Iran periode 1986-1996 dan 1996-2006

2. Prediksi Perkembangan Kota Tehran. Ketelitian hasil prediksi 89%

Page 25: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96136/potongan/S3-2016-292979-introduction.pdf · lingkungannya. Interaksi terjadi mulai dari skala lokal

25

No Peneliti

Judul Penelitian Tujuan

Penelitian Lokasi

Penelitian Metode

Penelitian Hasil

Penelitian

8 Southavilay Boundeth, Teruaki Nanseki, Shigeyoshi Takeuchi and Tetsuo Satho (2013)

Land Use Change and Its Determinant Factors in Northern Laos: Spatial and Socio-economic Analysis

1. Mengkaji pola dan perubahan penggunaan lahan

2. Mengkaji faktor yang menentukan perubahan penggunaan lahan (determinant factors)

HouayXai District, Bokeo Province, Laos.

Sumber Data: Citra Landsat 5-TM tahun 2001, 2004, 2007 dan 2010

Model Regresi Logistik

Variabel : Luas lahan pertanian dan variabel demografi (jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan)

1. Peta perubahan penggunaan lahan Perubahan penggunaan lahan yang dominan adalah hutan menjadi perkebunan karet

2. Faktor yang menentukan perubahan penggunaan lahan

9 Bowo Susilo Pemodelan Spasial Dinamika Penggunaan Lahan di Daerah Perkotaan Yogyakarta

1. Mengkaji faktor determinan perubahan penggunaan lahan

2. Merumuskan model konseptual sebagai kerangka teoretis penyusunan model spasial dinamika penggunaan lahan

3. Mengkaji metode dan teknik spasialisasi data untuk mengkonversi model konseptual menjadi model spasial.

4. Mengaplikasikan model spasial dalam bentuk simulasi keruangan

Daerah Perkotaan Yogyakarta (Kota dan Pinggiran Kota Yogyakarta)

Sumber Data

Peta Rupabumi Indonesia skala 1: 25.000 Foto Udara skala 1: 20.000 tahun 2000, Citra QuickBird tahun 2007, 2014

Model Model Konseptual: teoretis dan empiris

Model Spasial: transformasi domain konsep ke domain spasial

Simulasi Spasial

1. Faktor Determinan Perubahan Penggunaan Lahan

2. Model Konseptual Dinamika Penggunaan Lahan

3. Model Spasial Dinamika Penggunaan Lahan :

4. Simulasi Keruangan Dinamika Penggunaan Lahan dan Peta Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan