bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya untuk membangun jenis sistem
transportasi yang efisien yang mampu menjangkau seluruh wilayah pelosok yang
ada. Jenis sistem transportasi tersebut ialah sistem transportasi udara. Pada tahapan
perencanaan pembangunan sistem transportasi udara memiliki tiga komponen
penting yang harus diperhatikan, yaitu berkaitan dengan alat angkut (pesawat
udara), jalur penerbangan, serta bandar udara (Salim, 1993).
Kondisi sistem transportasi udara yang berupa bandar udara (bandara) di
Indonesia masih belum mencukupi walaupun saat ini telah terbangun 600 bandara
dengan berbagai kelas yang ada (Nasution, 2004). Banyaknya bandara tersebut
masih belum ideal untuk mengakomodasi kebutuhan penumpang masyarakat
Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Angkasa Pura selaku Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) operator yang mengoperasikan bandar udara di Indonesia,
tahun 2012 pemerintah sudah merencanakan untuk membangun 24 bandar udara
baru (Prakarsa, 2012). Rencana pembangunan bandara baru bukan tanpa sebab,
karena sebagian besar bandara yang akan dibangun merupakan bandara yang akan
menggantikan ataupun menambah kapasitas dari daya tampung penumpang dan
pengunjung bandara. Sesuai dengan rencana yang ada, salah satu bandara yang akan
dibangun ialah bandara Internasional yang berada di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah
menyetujui adanya rencana pembangunan bandara baru di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Pihak Kemenhub menyebutkan bahwa lokasi bandara
sudah resmi akan dibangun di Kulon Progo dan mulai beroperasi pada 2020 (Putra,
2014). Rencana pembangunan bandara yang ada di Kulon Progo tidak lepas dari
daya tampung Bandara Internasional Adisucipto yang sudah melebihi kapasitas
ideal. Menurut Direktur Utama PT Angkasa Pura I Tommy Soetomo (2010, dalam
Kurniawan, 2010) menjelaskan bahwa kondisi Bandara Adisutjipto dalam kurun 5-
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
10 tahun ke depan akan mengalami pertumbuhan rata-rata penumpang sampai 10%
per tahun. Dari sisi jumlah pada tahun 2010 saja penumpang domestik mencapai
tiga juta orang dan penumpang internasional lebih dari dua ratus ribu orang.
Sedangkan luas terminal domestik dan internasional yang ada saat ini hanya cukup
untuk menampung satu juta penumpang per tahun. Kondisi tersebut menandakan
bahwa tingkat penggunaan terminal sudah mencapai tiga kali lipat dari kapasitas
yang ada. Diharapkan adanya bandara baru cukup untuk menampung penumpang
sampai kapasitas 10 kali lipat dari kondisi Bandara Adisucipto saat ini.
Rencana pembangunan bandara yang ada di Provinsi DIY berdasarkan
Peraturan Presiden nomor 48 tahun 2014 merupakan salah satu program yang
diprioritaskan di koridor ekonomi Jawa. Namun adanya rencana pembangunan
bandara ternyata tidak langsung disetujui oleh semua pihak masyarakat yang ada di
Kulon Progo. Sampai saat ini dalam proses pelaksanaannya masih ada penolakan
dari pihak masyarakat yang akan terkena dampak langsung pembangunan.
Masyarakat yang terkena dampak langsung pembangunan bandara yang sebagian
besar petani beranggapan bahwa apabila pembangunan bandara terlaksana maka
mata pencaharian mereka akan hilang. Di sisi lain ada juga masyarakat yang
mendukung pembangunan bandara baru tersebut. Masyarakat yang setuju akan
dibangunnya bandara beranggapan bahwa dengan adanya bandara maka kegiatan
perekonomian akan tumbuh dan berdampak langsung terhadap pendapatan
masyarakat (Sabandar, 2014).
Adanya pembangunan bandara akan secara langsung membawa dampak
bagi masyarakat sekitar bandara. Penumpang dari pesawat udara akan memulai dan
mengakhiri penerbangannya di bandar udara. Pengunjung yang bukan penumpang
pesawat udara juga akan ikut turut meramaikan adanya bandara. Oleh karena itu,
adanya fasilitas pelayanan yang ada di bandara akan sangat dibutuhkan bagi
pengunjung maupun penumpang pesawat udara. Fasilitas tersebut dapat berupa
ruang tunggu, kendaraan angkutan darat, restoran, hotel, rumah makan, tempat
parkir, pertokoan, serta berbagai hal lain yang berkaitan dengan kebutuhan barang
dan jasa. Selain itu menurut Nasution (2004) menyebutkan bahwa dengan adanya
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
bandara di suatu wilayah maka akan terbentuk unit pelayanan yang lengkap dengan
lingkup kegiatan yang meluas. Adanya bandara juga akan menumbuhkan pusat
kegiatan ekonomi baik itu perdagangan maupun jasa. Tumbuhnya pusat kegiatan
tersebut akan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar bandara.
Dampak yang paling terlihat dari adanya bandara baru di suatu wilayah ialah
beralihnya unit kegiatan usaha serta berubahnya penggunaan lahan yang dilakukan
oleh masyarakat sekitar bandara.
Dari sedikit uraian tersebut, maka diperlukan adanya penelitian berkaitan
dengan pandangan masyarakat tentang rencana dibangunnya bandara. Pandangan
masyarakat diwujudkan dalam bentuk persepsi dari masyarakat berkaitan dengan
rencana pembangunan bandara serta kecenderungan rencana reorientasi usaha apa
yang akan dilakukan pasca bandara terbangun. Persepsi berkaitan dengan
reorientasi usaha diperlukan karena pada hasil akhirnya akan mengetahui arahan
usaha yang diminati oleh masyarakat sekitar kawasan terdampak bandara.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan pengembangan kawasan sekitar bandara berkaitan dengan
pengembangan usaha masyarakatnya sehingga pendapatan masyarakat akan
meningkat serta menumbuhkan ekonomi bagi wilayah sekitarnya.
1.2 Perumusan Masalah
Pembangunan infrastruktur transportasi bandara diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi baik itu di dalam wilayahnya maupun di wilayah
sekitarnya (Nasution, 2004). Dengan dibangunnya bandara, maka muncul pusat
pertumbuhan baru yang memberikan dampak bagi wilayah sekitarnya. Seiring
dengan semakin bertambahnya pengunjung dan penumpang bandara, maka fasilitas
pelayanan yang ada di sekitar bandara akan dibutuhkan, sehingga adanya bandara
akan menumbuhkan kegiatan perdagangan dan jasa yang mampu memberikan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Namun dalam proses perencanaan pembangunan bandara di Kulon Progo,
muncul berbagai persepsi yang ada dari masyarakat, baik itu berupa penerimaan
ataupun penolakan. Masyarakat yang menerima dan setuju beralasan bahwa
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
dibangunnya bandara akan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi baik itu
bagi masyarakat maupun bagi daerah. Sedangkan munculnya penolakan dari
masyarakat dikarenakan masyarakat takut akan kehilangan mata pencaharian utama
mereka. Masalah tersebut sampai saat ini masih berlangsung dan dikhawatirkan
berujung pada konflik fisik dan sosial antara pihak masyarakat dengan pemerintah
selaku pengambil kebijakan. Masyarakat yang memiliki perbedaan persepsi
tersebut terdiri atas masyarakat yang terkena dampak secara langsung (masyarakat
terdampak langsung) maupun masyarakat yang terkena dampak tidak langsung dari
adanya pembangunan bandara.
Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui sejauh mana persepsi
masyarakat berkaitan dengan rencana pembangunan bandara yang ada di Kulon
Progo serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di sana. Selain itu dari
adanya penelitian ini juga diharapkan agar dapat mengetahui potensi reorientasi
usaha yang akan dilakukan masyarakat pasca bandara terbangun serta mengetahui
rencana pengembangan kawasan bandara berkaitan dengan pengembangan usaha
masyarakat. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan
dalam pembuatan arahan kebijakan pengembangan usaha masyarakat sekitar
bandara, sehingga masyarakat sekitar bandara dapat terus berkembang dan mampu
meningkatkan kondisi perekonomiannya.
Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana perkembangan rencana pembangunan bandara
internasional di Kulon Progo ?
2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya rencana
pembangunan bandara di Kulon Progo?
3. Potensi reorientasi usaha apa yang akan dilakukan masyarakat setelah
bandara terbangun ?
4. Adakah peran serta pemerintah dalam rangka mengakomodasi
pengembangan usaha masyarakat di calon lokasi bandara?
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adanya rencana pembangunan bandara internasional yang ada di Kulon
Progo menyebabkan munculnya berbagai tanggapan dari masyarakat. Sehingga
tujuan dari diadakannya penelitian ini ialah:
1. Mendeskripsikan perkembangan rencana pembangunan bandara
internasional di Kulon Progo.
2. Mengetahui persepsi masyarakat tentang rencana dibangunnya
Bandara Internasional di Kulon Progo.
3. Mengetahui potensi reorientasi usaha masyarakat di sekitar bandara.
4. Mengetahui peran serta pemerintah berkaitan dengan rencana
pengembangan usaha masyarakat sekitar calon lokasi bandara.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Diharapkan adanya penelitian ini
mampu memberikan pengetahuan serta kontribusi terhadap ilmu pembangunan
wilayah. Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
manfaat dan menjadi bahan masukan khususnya bagi pemerintah kecamatan yang
ada di daerah penelitian serta pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam
pembuatan rencana pengelolaan usaha masyarakat di sekitar bandara.
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Penelitian Sebelumnya
Penelitian persepsi dan potensi reorientasi usaha berkaitan dengan
rencana pembangunan bandara di Kulon Progo memiliki keterkaitan dengan
beberapa hasil penelitian sebelumnya. Kata kunci yang dipakai oleh peneliti
ialah rencana pembangunan bandara, persepsi, dan potensi usaha. Setelah
melakukan pencarian, maka diperoleh beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya
Judul Penelitian Pengarang
/Peneliti Tema
Tujuan Penelitian
Cara pengambila
n sampel
Metode Analisis
Garis Besar
Kesiapan Pemerintah dalam memanfaatkan peluang relokasi Bandara Baru
Inggit Setyawati (Skripsi UGM)
Pembangunan Bandara
Mengetahui kesiapan pemerintah kabupaten Kulon Progo dalam memanfaatkan peluang bandara
Keyperson Kualitatif-verifikatif
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah siap, dengan kendala aspek pembebasan lahan. Masyaraktnya sebagian besar sudah mendukung rencana dibangunnya bandara.
Sustainable Integration of Airports into Urban Planning
Alexandre G. De Barros (Taylor & Francis)
Airport City, Development
Perkembangan konsep Airport City
- Dekriptif
Terjadinya berbagai perubahan lingkungan sekitar akibat adanya bandara.
Airports and Cities in Networks
Maurits Schaafma (Taylor & Francis)
Airport City
Bandara yang mengusung konsep Airport City
- Deskriptif kualitatif
Mendeskripsikan berbagai bandara di dunia yang mengusung konsep Airport City.
Persepsi Masyarakat Kulonrpogo terhadap Rencana Pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo tahun 2010-2011
Nuria Mustaqimah (Skripsi UMY)
Persepsi terhadap rencana
pembangunan
Mengetahui persepsi masyarakat KP terhadap rencana pembangunan
Random sampling
Deskriptif kualitatif
Adanya rencana pembangunan bandara kurang begitu disetujui di daerah ini, karena keterbatasan informasi.
Perubahan Sosial Akibat Kebijakan Relokasi Bandara Adi Sucipto di Desa Palihan, Kulon Progo
Dewi Susilowati (Skripsi, UGM)
Kebijakan rencana
pembangunan Bandara, Pro
Kontra
Mengetahui perubahan sosial pada masyarakat desa palihan terhadap rencana relokasi bandara Adisucipto
Survei Fenomenologi
Perubahan sosial menyentuk aspek nilai, norma, dan kepercayaan yang ditandai dengan adnaya pro kontra pada masyarakat dan memicu terjadinya konflik.
Adanya aktifitas ekonomi baru yaitu pelatihan usaha.
Penelitian oleh Mustaqimah (2011) yang meneliti persepsi
masyarakat Kulon Progo terhadap rencana pembangunan Bandara
Internasional. Penelitian tersebut dilakukan di Desa Palihan, salah satu desa
yang menentang paling keras terkait adanya rencana pembangunan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa rencana pembangunan bandara
internasional pada waktu itu tidak begitu disetujui oleh hampir seluruh
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
warga masyarakat. Hal tersebut terjadi karena adanya keterbatasan
informasi dan pemerintah masih terkesan menutupi tentang adanya rencana
sehingga muncul isu maupun rumor tertentu dan warga merasa tidak
dilibatkan sehingga hasilnya muncul penolakan dari beberapa elemen
masyarakat. Keterbatasan informasi pada masyarakat merupakan hal yang
ditekankan dari penelitian ini. Masyarakat sebagai bagian dari
pembangunan hanya dianggap sebagai obyek saja, tidak berfungsi dari
subyek pembangunan sehingga masyarakat merasa tidak dianggap oleh
pihak pelaku pembangunan utamanya dari kalangan pemerintah.
Penelitian lain yang terkait dengan rencana pembangunan bandara
dilakukan oleh Setyawati (2014). Penelitian ini mengkaji tentang kesiapan
dari pemerintah kabupaten serta masyarakat Kulon Progo terkait adanya
rencana pembangunan bandara. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat sudah siap untuk dibangunnya bandara baru di Kulon Progo.
Masyarakat dalam hal ini sebagian besar merupakan masyarakat terdampak
tidak langsung pembangunan bandara. Adapun dari sisi pemerintah juga
sepenuhnya siap, walaupun masih ada beberapa kendala seperti masalah
pembebasan lahan terhadap warga yang terkena dampak pembangunan.
Susilowati (2014) juga melakukan penelitian yang berhubungan
dengan rencana dibangunnya bandara. Dari penelitian yang dilakukan di
Desa Palihan memicu perubahan sosial yang ada di dalam masyarakat.
Perubahan sosial tersebut terjadi karena dalam wacana kebijakan.
Perubahan sosial yang terjadi menyangkut aspek nilai, norma, dan
kepercayaan yang ditandai dengan munculnya pro dan kontra dalam
masyarakat yang memicu konflik, terjadinya fragmentasi sosial maupun
perubahan aktifitas ekonomi warga masyarakat.
Untuk mengetahui konsep pembangunan bandara yang ada di Kulon
Progo yang mengacu pada konsep Airport City, maka dilakukan kajian
terhadap penelitian yang dilakukan oleh Schaafsma (2012) serta Barros
(2013).
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Airport City merupakan suatu konsep pengembangan kota yang
berbasiskan pada sarana transportasi udara yang berupa bandar udara
sebagai pusat kegiatannya (Schaafsma, 2012). Bandar udara tidak hanya
difungsikan sebagai tempat turunnya penumpang pesawat udara, namun
lebih dari itu adanya bandara merupakan suatu satuan entitas dari berbagai
unsur pembentuk pertumbuhan baru seperti adanya pusat kegiatan ekonomi
yang berfokus pada perdagangan dan jasa. Dari konsep Airport City tersebut
akan mampu menumbuhkan wilayah yang ada di sekitarnya.
Konsep rencana pembangunan bandara di Kulon Progo diarahkan
sebagai fungsi dari Airport City, yang diharapkan dapat menciptakan pusat
pertumbuhan dan perkembangan baru di Kabupaten Kulon Progo serta
mampu mendorong perkembangan wilayah di sekitarnya. Airport City
menurut Barros (2013) merupakan konsep dimana bandara tidak hanya
difungsikan sebatas sebagai tempat pemberhentian pesawat dan
penumpang, namun lebih dari itu bandara seharusnya difungsikan sebagai
tempat integrasi antar moda transportasi yang ada baik itu darat-laut-udara
sehingga menjadi satu kesatuan alat transportasi yang mampu
menghubungkan antar wilayah yang ada di sekitar baik itu inter regional
maupun antar regional yang ada.
Konsep Airport City sendiri sudah berkembang semenjak akhir abad
ke 20 (Schaafsma, 2012). Pembangunan bandara yang berlandasan konsep
Airport City tidak dilakukan di suatu wilayah yang sudah menjadi kota
sebelumnya, namun pembangunan bandara dengan konsep Airport City
dilakukan jauh di luar dari kota utama tersebut. Dengan membangun pusat
pertumbuhan baru yang berupa bandara, nantinya diharapkan wilayah
tersebut menjadi kota sendiri dan dapat berkembang sehingga terjadi
pemerataan. Adapun contoh pengembangan Airport City di beberapa kota
pada negara maju ialah pembangunan bandara di Munich, Oslo, Hongkong,
maupun bandara lainnya. Pembangunan bandara baru di beberapa kota
tersebut direncanakan jauh dari kawasan perkotaan, dengan jauhnya
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
berkisar antara 30 km sampai dengan 60 km. Nantinya adanya bandara baru
yang ada menunjang bandara yang telah ada di kota tersebut. Pada akhirnya,
kawasan perkotaan akan muncul dengan sendirinya mengikuti lokasi dari
bandara yang telah terbangun. Aktifitas ekonomi nantinya akan tumbuh dan
berkembang diantara pusat kota dan bandara.
Keberadaan konsep Airport City yang sukses diterapkan di negara
luar dapat dicontohkan seperti AMS Airport City di Amsterdam, Belanda.
Di lokasi tersebut sekarang menjadi salah satu lokasi bisnis yang paling
baik, dan sebagai penggerak ekonomi nasional negara. AMS Schiphol
Airport diibaratkan sebagai pintu gerbang ekonomi negeri Belanda, bahkan
juga dianggap sebagai pintu masuk benua Eropa. Pintu gerbang tersebut
diibaratkan sebagai penghubung jalur koneksi antar moda transportasi antar
wilayah dalam suatu negara. Adanya jaringan penghubung tersebut akan
memunculkan keuntungan strategis yang dapat menciptakan aktiviitas
ekonomi sehingga menggerakan pertumbuhan di wilayahnya. Contoh nyata
hal tersebut di Eropa selain pada Bandara Schiphol ialah di Bandara Paris
Charles de Guelle di Prancis.
Adapun di negara Indonesia, konsep Airport City sudah ada yang
sampai pada tahap dibangun dan juga ada yang masih direncanakan. Namun
secara keseluruhan untuk penerapan konsep Airport City di Indonesia masih
terus mengalami penyempurnaan. Beberapa bandara yang sudah terbangun
dan mengusung konsep Airport City yaitu Bandara Internasional
Kualanamu di Deli Serdang, Medan serta Bandara Internasional Praya di
Praya, Lombok. Adapun untuk rencana bandara yang sedang diusung untuk
konsep Airport City salah satunya ialah Bandara Internasional Yogyakarta
di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Apabila dibandingkan dengan penelitian yang telah ada sebelumnya,
dari penelitian ini akan dihasilkan pandangan masyarakat terhadap
pembangunan bandara dengan area kajian yang lebih luas dengan tidak
hanya dibatasi oleh aspek administrasi saja, namun juga aspek lain berupa
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
zonasi yang telah ditentukan oleh pemerintah, sehingga dapat diketahui
variabel apa saja yang mempengaruhi perbedaan yang signifikan di tiap
zona tersebut. Selain itu penelitian ini juga akan memberikan pandangan
lebih luas terhadap perkembangan usaha pasca bandara nanti terbangun,
sehingga dapat diketahui kegiatan usaha yang potensial yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tiap zona penelitian.
1.4.2 Landasan Teori
Geografi dan Konsep Pengembangan Wilayah
Geografi merupakan illmu yang mempelajari tentang fenomena
geosfera serta komponen-komponennya secara terpadu, holistik, dan
sistematik dalam konteks keruangan, lingkungan serta kompleks wilayah
untuk kepentingan negara, peradaban manusia dan ilmu pengetahuan atau
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan (Sugeng Martopo,
1995 dalam Yunus, 2007). Menurut Bintarto (1981) geografi merupakan
ilmu yang mempelajari hubungan kausal, gejala-gejala di muka bumi baik
itu yang bersifat fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup di
sekitarnya beserta permasalahan-permasalahannya melalui pendekatan
keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses dan
keberhasilan pembangunan. Dalam ilmu geografi terdapat tiga macam
pendekatan utama yang digunakan sebagai alat analisisnya, yaitu
pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan lingkungan
(ecological approach) dan pendekatan kompleks wilayah (regional
complex approach) (Yunus, 2007).
Pendekatan keruangan merupakan metode analisis yang
menekankan pada eksistensi ruang sebagai wadah untuk mengakomodasi
kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer (Yunus, 2007).
Tema analisis dalam pendekatan keruangan yang dikembangkan pada
disiplin ilmu geografi berupa (1) pola; (2) struktur; (3) proses; (4) interaksi;
(5) organisasi dalam sistem keruangan; (6) asosiasi; (7) tendensi atau
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
kecenderungan; (8) pembandingan atau komparasi; (9) sinergisme
keruangan. Pendekatan ekologi dalam disiplin ilmu geografi menekankan
pada interelasi antara manusia dan atau kegiatannya dengan lingkungannya.
Tema analisisnya terdiri dari (1) perilaku manusia (baik itu sosial, ekonomi
kultural, politik); (2) aktifitas manusia (terkait dengan tindakan, kegiatan
manusia); (3) terkait dengan kenampakan fisikal alami dengan elemen
elemen lingkungannya; (4) terkait dengan kenampakan fisik buatan
manusia. Sedangkan pada pendekatan kompleks wilayah merupakan
integrasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis. Adanya
kompleksitas gejala menjadi dasar pemahaman utama eksistensi wilayah
terhadap fenomena yang ada.
Pengembangan wilayah merupakan suatu ide-ide dasar dan upaya
dalam mengalokasikan dan mengatur sumberdaya yang dimiliki untuk
kepentingan dan kemajuan suatu wilayah. Isi dan konsep dalam rangka
mengembangkan suatu wilayah terdiri atas pengaturan kegiatan utama di
setiap wilayah dan juga mengatur pola keterkaitan antar kegiatan utama
sehingga dapat menciptakan keterpaduan dan harmonisasi pembangunan
(RTRW, 2012). Pengaturan kegiatan tersebut diwujudkan dalam undang-
undang dan ditunjukkan dalam perwujudan dokumen tata ruang.
Pembangunan wilayah tidak lepas dari adanya konsep pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu cara atau
tindakan yang yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup generasi
saat ini tanpa membahayakan kemampuan generasi yang akan datang dalam
mencukupi kebutuhan hidupnya (WCED, 1987 dalam Yunus, 2008).
Dengan kata lain, maka pembangunan berkelanjutan merupakan proses
yang bertujuan untuk melaksanakan program pembangunan saat ini demi
tercapainya kesejahteraan penduduk, namun tetap tidak boleh melupakan
akan kepentingan dan kebutuhan penduduk generasi di masa yang akan
datang.
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Teori Lokasi dan Mutiplier effect
Teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki tentang tata ruang
serta elemen-elemen penyusunnya berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan
yan berkaitan dengannya. Teori lokasi dapat juga disebut sebagai ilmu yang
menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta
hubungannya atau pengaruhnya terhadap berbagai macam kegiatan
usaha ataupun kegiatan lainnya baik ekonomi maupun sosial yang ada di
suatu wilayah (Tarigan, 2005). Adanya lokasi berkaitan dengan adanya
ruang, dan ruang yang dimaksud ialah tempat untuk berkegiatan/aktifitas
manusia. Aktifitas manusia yang ada dalam suatu ruang salah satunya
berupa kegiatan usaha yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Wilayah yang dijadikan sebagai tempat kegiatan maka akan
mengalami perkembangan. Perkembangan yang ada di suatu wilayah tidak
akan lepas dari adanya konsep pembangunan. Menurut Boudeville (1966
dalam Chotimah 2012) pembangunan merupakan peristiwa berkembangnya
pusat pertumbuhan. Teori pusat pertumbuhan yang dikemukakan oleh
Boudeville memiliki makna bahwa suatu wilayah yang memiliki populasi
industri/usaha yang kompleks, akan dikatakan sebagai pusat pertumbuhan.
Populasi industri disini dapat juga dimaksud dengan kegiatan usaha yang
mempunyai pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak langsung)
terhadap kegiatan lainnya. Adanya pembangunan pada suatu lokasi akan
berdampak pada sisi ekonomi dengan membentuk pusat pertumbuhan baru
dan memperluas jangkauan aktifitas industri usaha yang terletak di area
perkotaan dan mempengaruhi zona sekitarnya.
Menurut Tarigan (2005) pusat pertumbuhan dapat diartikan dalam
dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Pusat pertumbuhan
secara fungsional berarti bahwa pada tempat tersebut merupakan pusat dari
aktifitas atau lokasi konsentrasi dari usaha maupun industri yang ada dengan
memberikan efek pertumbuhan dan perkembangan baik itu ke dalam
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
maupun ke luar dari lokasi indsutri tersebut. Sedangkan secara geografis
maka pusat pertumbuhan diartikan sebagai suatu lokasi yang memiliki daya
tarik sehingga mampu menarik berbagai macam usaha untuk berlokasi di
situ dan masyarakat akan bermukim di tempat tersebut. Suatu lokasi dapat
dikatakan sebagai pusat pertumbuhan apabila memiliki empat ciri, yaitu
adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki
nilai ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya
konsentrasi geografis, serta bersifat mendorong daerah belakangnya.
Adanya hubungan internal diartikan sebagai banyaknya jenis
kegiatan usaha yang terbangun serta saling berkaitan antara satu sektor
dengan sektor yang lainnya. Keterkaitan antar sektor tersebut akan
menciptakan pertumbuhan wilayah yang teratur serta tidak mengalami
ketimpangan. Efek pengganda muncul karena adanya keterkaitan antar
sektor tersebut sehingga timbul perputaran kegiatan ekonomi di wilayah
tersebut. Adanya efek pengganda akan mampu memacu pertumbuhan
daerah belakangnya (Tarigan, 2005: 129). Adanya konsentrasi geografis
dicirikan dengan terpusatnya fasilitas-fasilitas yang ada sehingga mampu
menarik orang untuk berkunjung dan membuat daya tarik terhadap wilayah
tersebut. Orang yang datang ke wilayah akan mendapatkan berbagai
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pada lokasi yang berdekatan.
Adapun pada sifat pusat pertumbuhan yang mendorong daerah belakangnya
diartikan dengan terjalinnya hubungan yang harmonis antara pusat
pertumbuhan dengan daerah belakangnya.
Konsep Transportasi
Transportasi merupakan kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
penumpang dari satu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi terdapat dua
unsur penting, yaitu adanya pemindahan /pergerakan (movement) dan
mengubah tempat komoditi atau penumpang ke tempat lain (Salim, 1993).
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
Transportasi Udara
Transportasi udara umumnya dibagi ke dalam tiga golongan, yakni
angkutan udara, penerbangaan umum, dan militer. Kategori penerbangan
swasta dan umum selain penerbangan yang dilakukan perusahaan
penerbangan (airlines) dapat juga berbentuk penerbangan pribadi yang
digunakan oleh industri baik swasta maupun komersial untuk mengirimkan
barang ataupun alat-alat dan hasil produksi. Pada kategori penerbangan
umum juga termasuk kegiatan penerbangan yang sifatnya non-transport,
misalnya untuk keperluan inspeksi penerbangan, pemadaman kebakaran,
dan lain-lain.
Bandar Udara (Bandara)
Bandar udara menurut Utomo (2010) adalah suatu tempat di darat,
di laut atau di air dimana pesawat udara dapat mendarat menurunkan atau
mengangkut penumpang dan barang, perbaikan atau pemeliharaan juga
pengiriman bahan bakar dan kegiatan lainnya. Secara umum suatu bandar
udara harus mampu melayani aktivitas perhubungan udara sesuai jam
operasi (operating hours) dengan menjamin keselamatan penerbangan,
kelancaran dan keteraturan penerbangan.
Fungsi utama sebuah bandar udara sama halnya seperti sebuah
terminal dimana dapat melayani penumpang pesawat udara, sebagai tempat
pemberhentian, pemberangkatan, atapun sekedar persinggahan pesawat
udara (transit). Di dalam bandar udara terjadi berbagai macam rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pesawat terbang, seperti
mengangkut/menurunkan penumpang dan barang, melakukan pengisiaan
bahan bakal, pemeliharaan pesawat, perbaikan kerusakan pesawat, dan lain-
lain. Bandar udara digunakan untuk memproses penumpang dan bagasi
untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Bandar udara
juga digunakan untuk penanganan pengangkutan barang (cargo).
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
Harapan dari pemerintah serta masyarakat, dengan adanya bandara
baru yang terbangun akan memicu munculnya pusat pertumbuhan baru di
Kabupaten Kulon Progo. Diharapkan dengan adanya pusat pertumbuhan
baru tersebut akan mampu meningkatkan pendapatan dan variasi usaha
masyarakat di sekitar wilayah bandara. Adanya bandara baru nantinya akan
diimbangi dengan kebutuhan variasi moda transportasi untuk penumpang,
sehingga akan memicu adanya armada taksi, bus transit, kendaraan travel,
kereta kommuter maupun kereta antar kota yang nantinya dapat menambah
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Selain dari dampak yang
berupa kegiatan transportasi udara secara langsung, juga terdapat dampak
perkembangan kegiatan transportasi non udara yang muncul, seperti
kebutuhan akan tempat bongkar muat dan gudang penyimpanan,
dibangunnya hotel maupun tempat pertemuan, munculnya restoran,
terbangunnya pusat perbelanjaan, rumah sakit, serta berbagai fasilitas lain
sehingga menimbulkan dampak positif bagi tumbuhnya ekonomi
masyarakat sekitar.
Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Udara Nomor KM
44 Tahun 2005 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia 03-
7112-2005, Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)
merupakan wilayah darat, laut, maupun udara di sekitar bandar udara yang
dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin
keselamatan penerbangan. Radius kawasan ini mencapai 15 km dan terbagi
menjadi beberapa zona yang setiap zonanya memiliki ambang batas
ketinggian tertentu berdasarkan kelas bandara yang bersangkutan.
Berdasarkan UU nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan, pada
pasal 201 disebutkan bahwa penetapan lokasi pembangunan bandar udara
harus memperhatikan keserasian dan keseimbangan dengan budaya
setempat dan kegiatan lain terkait di lokasi bandar udara. Selain itu pada
poin selanjutnya juga disebutkan bahwa pembangunan bandara perlu
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
memperhatikan adanya kelayakan ekonomis, finansial, sosial,
pengembangan wilayah, teknis pembangunan, dan pengoperasian serta
kelayakan lingkungan. Pernyataan yang sama juga terdapat pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 40 Tahun 2012 tentang
Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara yang pada
intinya berisikan tentang fungsi dan peran bandara yang tidak boleh lepas
dari kelestarian lingkungan dan masyarakat sekitar.
Persepsi dan partisipasi masyarakat
Persepsi dalam bahasan geografi perilaku oleh Dietvorst (1983,
dalam Daldjoeni 1992) mengandung pengertian sebagai suatu fungsi
psikologis yang memampukan individu untuk mengamati rangsangan
inderawi dan mengubahnya menjadi pengalaman yang berkaitan secara
tertata. Menurut Skinner (1938, dalam Walgito 2003) perilaku manusia
merupakan sekumpulan perilaku yang dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,
nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku merupakan
respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori ini disebut juga dengan
-O- Organisme Respon.
Menurut Notoadmojo (2003), ada beberapa jenis perilaku yang
ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda, yaitu perilaku tertutup artinya
perilaku itu tidak dapat ditangkap melalui indera, melainkan harus
menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes atau alat bantu lain.
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini dapat dalam bentuk perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Contohnya seperti berpikir,
berfantasi, kreatifitas, dan lainnya.
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Sedangkan perilaku terbuka yaitu perilaku yang bisa langsung
dapat diobservasi melalui alat indera manusia. Respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Sebagai contoh
seperti tertawa, berjalan, berbaring, dan sebagainya.
Agar terjadi persepsi maka harus ada syarat yang tercakup dalam
proses persepsi itu sendiri. Menurut Mustaqimah (2011) syarat tersebut
berupa: (1) adanya obyek atau sasaran yang diamati; (2) adanya alat indera
yang cukup baik; (3) adanya perhatian atau dapat juga merupakan persiapan
dalam mengadakan pengamatan terhadap obyek yang akan dipersepsikan,
bisa berupa pengalaman, pengetahuan, dan sikap. Jadi, persepsi merupakan
bentuk dari pandangan seseorang terhadap obyek atau kejadian di
sekelilingnya. Pandangan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan,
pengalaman, kepentingan dan pengetahuannya.
Adanya masyarakat yang ada di suatu wilayah memiliki pemahaman
yang berbeda berkaitan dengan setiap persepsi yang muncul dari individu
yang ada. Proses pembangunan yang akan dilaksanakan di suatu wilayah
akan melibatkan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan adanya persepsi yang muncul dari masyarakat maka diharapkan
dapat menjadi bagian dari proses pembangunan itu sendiri.
Kegiatan Usaha
Usaha di Indonesia dapat berwujud usaha Mikro, Kecil, maupun
Menengah (UMKM). Menurut UU no. 20 tahun 2008 usaha mikro dicirikan
dengan milik perseorangan dengan kekayaan paling bersih sebesar 50 juta
dan hasil penjualan tahunan sebesar 300 juta. Usaha kecil dicirikan dengan
kepemilikan oleh perseorangan atau badan usaha dengan kekayaan bersih
antara 50 juta 500 juta dan hasil penjualan tahunan antara 300 juta sampai
2,5 milyar. Sedangkan usaha menengah dicirikan dengan oleh kepemilikan
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
perseorangan ataupun badan usaha dengan kekayaan bersih antara 500 juta
10 miliar dan hasil penjualan tahunan lebih dari 2,5 miliar.
Menurut Herianto (2012) Terdapat 3 jenis UKM (Usaha Kecil
Menengah) yang ada dalam masyarakat:
(1). Usaha manufaktur (manufacturing business) yaitu usaha yang
mengubah input dasar menjadi produk yang bisa dijual kepada
konsumen.
(2). Usaha dagang (merchandising business) adalah usaha yang menjual
produk-produk kepada konsumen.
(3). Usaha jasa (service business) yakni usaha yang menghasilkan jasa,
bukan menghasilkan produk atau barang untuk konsumen.
Berdasarkan pedoman kriteria teknis kawasan budidaya yang
diterbitkan oleh departemen PU (2003) disebutkan bahwa jenis usaha yang
berkaitan dengan perdagangan dan jasa ialah:
1. Usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat
perkulakan, pertokoan.
2. Usaha penginapan : hotel, guest house, motel, hostel,
penginapan
3. Usaha penyimpanan : tempat parkir, show room, gudang.
4. Usaha tempat pertemuan: Aula, tempat konferensi
5. Usaha pariwisata : bioskop, arena bermain.
Pengelolaan Sumberdaya dan Konflik Lingkungan
Di Indonesia, sumberdaya lingkungan sangat melimpah, namun
seiring dengan berjalannya waktu maka pemanfaatan dan pengelolaannya
harus dapat menampung aspirasi kepentingan dari berbagai pihak.
Pembuatan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya di
suatu wilayah terkadang tidak dapat berjalan dengan mudah, karena di
dalamnya terdapat berbagai kepentingan antar stakeholders. Kepentingan
antar stakeholder seringkali berbeda bahkan dapat bertentangan antara satu
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
dengan yang lain. Adanya konflik di suatu wilayah merupakan akibat dari
ketidakselarasan tujuan dari setiap stakeholder, sehingga konflik antar
stakehoders dalam memperebutkan sumberdaya lingkungan muncul di
berbagai daerah (Baiquni, 2003). Konflik antar stakeholders yang dimaksud
dalam hal ini dapat diklasifikasikan dalam bentuk antara masyarakat dengan
pemerintah daerah kabupaten/kota, antara pemerintah pusat dan daerah
provinsi atau kabupaten/kota maupun konflik antar kelompok masyarakat.
Adanya pendekatan keruangan dan pendekatan lingkungan dalam
ilmu Geografi digunakan sebagai alat analisis dalam persepsi reorientasi
usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Pendekatan keruangan dipilih
karena rencana pembangunan bandara yang terjadi di kabupaten Kulon
Progo merupakan suatu bentuk dari pembangunan yang dilakukan untuk
mengakomodasi kebutuhan manusia di suatu ruang. Pada pembangunan
bandara akan terjadi proses keruangan dimana terjadi perubahan ruang yang
tadinya digunakan oleh masyarakat sebagai permukiman dan tempat untuk
mencari nafkah berubah menjadi suatu pusat pertumbuhan baru. Dari yang
sebelumnya berupa kawasan perdesaan berbasis pertanian direncanakan
akan berubah menjadi kota terpadu. Dengan adanya bandara yang
menimbulkan pusat pertumbuhan baru tersebut, maka timbul interaksi
keruangan antara wilayah terbangun bandara dengan daerah sekitarnya.
Masyarakat yang dibatasi oleh kawasan keselamatan operasional
bandara merupakan komponen utama yang harus diperhatikan oleh
pemerintah. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang berada di dalam
KKOP merasakan dampak secara langsung akibat adanya bandara. Pada
saat bandara sudah selesai dibangun nanti, maka diharapkan masyarakat di
dalam KKOP akan mendapatkan dukungan dan arahan serta sosialisasi dari
pemerintah terkait dengan perkembangan pembangunan bandara, sehingga
masyarakat mampu mengetahui dan menentukan arah usaha yang akan
dilakukan ke depan. Pada akhirnya diharapkan masyarakat dapat merasakan
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
secara langsung peningkatan pendapatan ekonomi dari adanya aktifitas
bandara yang telah jadi.
Partisipasi dan peran serta masyarakat yang akan terkena dampak
pembangunan mutlak diperlukan dan seharusnya masyarakat ikut dilibatkan
dalam pembuatan rencana. Dengan adanya aspirasi dan pendapat dari
masyarakat maka dapat meminimalisir konflik yang terjadi ke depannya.
Adanya penampungan aspirasi dan partisipasi dari masyarakat pada
akhirnya membuat masyarakat mendukung terhadap rencana pembangunan
dan membuat proses pembangunan dapat berjalan lancar.
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
1.5 Kerangka Pemikiran
Setiap wilayah yang dihuni oleh suatu masyarakat seharusnya mengalami
perkembangan baik itu kaitannya dengan jumlah penduduk maupun kondisi
ekonomi sosial masyarakatnya. Adanya wilayah yang selalu berkembang
memberikan efek terhadap kebutuhan akan transportasi serta mobilitas manusia,
barang maupun jasa. Kebutuhan mobilitas antar wilayah dapat diwujudkan dengan
membangun sarana transportasi yang efisien yang mampu menjangkau seluruh
wilayah, salah satunya ialah transportasi udara.
Kondisi transportasi udara yang ada di Indonesia berkembang begitu pesat
ditandai semakin banyaknya jumlah armada pesawat serta jumlah penumpang
pesawat udara. Namun di sisi lain terdapat keterbatasan fasilitas dalam hal
infrastruktur penunjang transportasi udara, yaitu bandar udara (bandara). Sehingga
Angkasa Pura selaku operator penerbangan yang ditunjuk oleh pemerintah beserta
Kementerian Perhubungan membuat rencana pembangunan bandara baru di
berbagai tempat, salah satunya di Provinsi Yogyakarta.
Lokasi rencana pembangunan bandara di Provinsi DIY berada di
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Munculnya rencana pembangunan
menimbulkan persepsi dari masyarakat. Persepsi diwujudkan dengan sikap
kesiapan serta kesetujuan masyarakat terhadap adanya pembangunan bandara, serta
gambaran arah dan jenis usaha yang akan dilakukan oleh masyarakat pasca bandara
terbangun. Mengetahui orientasi usaha dimaksudkan agar nantinya pembuatan
rencana pengembangan yang ada di sekitar bandara dapat selaras dengan keinginan
dari masyarakat sehingga pembangunan dapat berjalan lancar.
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
Secara umum, bentuk kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
1.6 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan suatu ungkapan keingintahuan peneliti
tentang substansi penelitian. Sehingga wujud dari pertanyaan penelitian saat ini
ialah:
1. Sejauh mana perkembangan rencana pembangunan bandara internasional di
Kulon Progo ?
a. Bagaimana perkembangan rencana pembangunan bandara Internasional
di DIY ?
b. Mengapa dibutuhkan bandara baru di Provinsi DIY ?
c. Fenomena apa saja yang terjadi akibat adanya rencana pembangunan
bandara baru ?
2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya rencana pembangunan bandara
di Kulon Progo ?
3. Potensi reorientasi usaha apa yang akan dilakukan masyarakat setelah bandara
terbangun ?
a. Minat usaha apakah yang paling tinggi dipilih oleh masyarakat pasca
bandara terbangun ?
b. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap iklim usaha pasca bandara
terbangun ?
4. Adakah peran serta pemerintah dalam rangka mengakomodasi pengembangan
usaha masyarakat di calon lokasi bandara ?
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
1.7 Batasan Penelitian
Masyarakat: sasaran masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rumah
Tangga yang berada di sepanjang koridor jalan menuju ke area rencana
pembangunan bandara.
Usaha : aktifitas ekonomi yang dilakukan dalam rangka memperoleh pendapatan
yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan.
Potensi reorientasi usaha : Potensi perubahan jenis usaha yang akan dilakukan oleh
masyarakat setelah bandara nanti terbangun.
Rencana pembangunan bandara : dapat berupa dokumen rencana detail tata ruang
kawasan bandara, hasil amdal, maupun dokumen masterplan bandara.
Lokasi terdampak langsung: Merupakan daerah yang terkena dampak
pembangunan bandara secara langsung, dalam hal ini yaitu Kecamatan Temon.
Lokasi terdampak tidak langsung/diluar terdampak: Daerah yang tidak terkena
dampak pembangunan bandara secara langsung (fisik).
Warga terdampak: Warga/masyarakat yang terkena dampak pembangunan bandara
baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Zona KKOP: Kepanjangan dari Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan.
Merupakan jangkauan area sejauh 15 km yang terdiri atas ruang darat, laut maupun
udara diukur dari titik terbangunnya bandara, dalam penelitian ini dibagi menjadi 3
zona yang masing masing sejauh 5 km.
PERSEPSI MASYARAKAT DAN POTENSI REORIENTASI USAHA BERKAITAN DENGANPEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONALDI KULON PROGOAFWAN ANANTYA PRIANGGOROUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/