bab 1 pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periklanan saat ini merupakan jembatan penting dari sebuah produk
kepada konsumennya. Melalui periklanan, pesan-pesan persuasi untuk
membeli dan mengkonsumsi produk tersebut disampaikan kepada masyarakat.
Periklanan menjadi salah satu komoditi yang harus dilakukan dalam strategi
pemasaran sebuah produk. Banyak perusahaan yang selanjutnya
memanfaatkan periklanan dalam memasarkan produknya di pasaran. Oleh
karena itu, pesatnya bisnis periklanan juga memunculkan banyak perusahaan-
perusahaan yang membantu dalam jasa memasarkan sebuah produk.
Perusahaan tersebut disebut dengan istilah agensi iklan.
Secara garis besar, media periklanan yang digunakan oleh agensi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu below the line media dan above the line media.
Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri dalam menyampaikan
pesan kepada target sasaran. Above the line media (ATL) mempunyai kekuatan
berupa jangkauan yang bersifat massive dan serentak, sedangkan below the
line media (BTL) bersifat lebih spesifik dalam menjangkau target sasaran,
dimana pesannya harus benar-benar dirumuskan secara teliti. Dalam proses
kreatif periklanan di ATL dilakukan dengan melakukan riset terhadap media-
media yang potensial dalam menyampaikan pesan pemasaran berdasarkan
pada target audiens media tersebut, rating, atau brand awareness dari media
tersebut di mata masyarakat. Jika terdapat media yang sesuai dengan produk
yang diiklankan, maka sebuah agensi akan melakukan pembelian dan
pemasangan iklan di media tersebut. Proses kreatif periklanan yang dilakukan
di below the line media membutuhkan proses kreatif yang lebih baik,
dikarenakan media yang digunakan harus mampu menarik perhatian target
sasaran yang benar-benar spesifik. Perumusan pesan, pemilihan media, dan
seberapa efektif media tersebut mampu menyampaikan pesan kepada target
2
sasaran, menjadi beberapa pertimbangan yang harus digunakan dalam
melakukan media placement.
Below the line media yang biasanya berupa baliho, poster, flyer,
ataupun event, mempunyai tingkat kesulitan tersendiri dalam memasarkan
produk yang diiklankannya. Baliho, poster, atau flyer merupakan media yang
biasanya ditempatkan di area strategis seperti di jalan-jalan utama, dimana
target sasaran dari media tersebut adalah para pengendara yang terkadang
tidak mampu menyempatkan waktu untuk membaca sepenuhnya pesan di
media tersebut. Penyelenggaraan event sebagai bagian dari BTL juga harus
mampu menarik masyarakat agar datang ke event tersebut dan melakukan
aktivitas sesuai dengan harapan dari penyelenggara, jika tidak, maka event
tersebut menjadi tidak efektif. Beberapa tantangan tersebut yang menyebabkan
diharuskannya terdapat proses kreatif yang lebih maksimal di agensi yang
memfokuskan kepada pelayanan pemasaran melalui BTL dibandingkan di
ATL.
Salah satu contoh agensi iklan yang memfokuskan kepada pelayanan
BTL adalah Mara Advertising. Agensi iklan dari Yogyakarta ini memberikan
pelayanan pemasaran melalui media-media BTL kepada kliennya. Mara
Advertising merupakan agensi lokal yang mampu mendapat kepercayaan dari
perusahaan-perusahaan nasional untuk memasarkan produknya. Hal tersebut
diindikasikan karena strategi media periklanan yang diterapkan oleh Mara
Advertising mampu menyampaikan pesan-pesan pemasaran dari kliennya
kepada target sasaran melalui media BTL. Agensi ini selalu melakukan
inovasi dan evaluasi terhadap pesan (iklan) ataupun media yang digunakannya
dalam memasarkan produk kliennya. Rotasi penggunaan media, desain iklan
yang menarik perhatian dari target sasaran, menjadi salah satu strategi yang
berpengaruh kepada kredibilitas dari agensi ini.
TM Creative Communication merupakan salah satu agensi iklan yang
memberikan jasa periklanannya hanya di media BTL. Media-media periklanan
yang digunakan oleh agensi ini dalam melayani kebutuhan pemasaran dari
kliennya hanya dilakukan melalui media BTL saja. Selain itu, agensi ini juga
3
hanya melayani pada pemasaran dari produk-produk tertentu. Agensi ini
khusus memberiksan pelayanan pemasaran dari produk-produk yang masuk
dalam kategori produk kesehatan, obat-obatan, dan produk nutrisi. Di dalam
memberikan pelayanan jasa pemasaran, TM Creative Communication bekerja
dalam proses kreatif pada bidang aktivasi & promosi, iklan cetak, pemasaran
di bidang media digital, ataupun di radio. Beberapa klien dari perusahaan ini
antara lain Friesland Campina (Frisian Flag), Wyeth, Roche, Merck, dan
Johnson & Johnson. Klien-klien tersebut merupakan perusahaan-perusahaan
yang bergerak pada produk kesehatan seperti nutrisi ataupun farmasi.
Bidang jasa pemasaran yang menangani pada produk kesehatan,
farmasi, dan nutrisi tersebut masih terbilang jarang di industri agensi
periklanan. Di wilayah asia sendiri, hanya terdapat satu agensi iklan yang
menangani bidang pemasaran produk tersebut, yaitu sebuah agensi yang
terdapat di Jepang. TM Creative Communication sendiri merupakan satu-
satunya agensi iklan yang khusus menangani jenis produk-produk tersebut
untuk wilayah Asia Tenggara. Masih jarangnya agensi yang menangani
pemasaran dari jenis produk tersebut dan proses kreatif dari agensi tersebut
dalam memasarkan produk kliennya di media BTL memberikan keunikan
tersendiri pada manajemen periklanan dari TM Creative Communication.
Berbeda dengan manajemen periklanan yang dilakukan oleh agensi
iklan pada umumnya, kegiatan manajemen periklanan TM Creative
Communication sebagai agensi yang khusus menggunakan media BTL banyak
melibatkan aktor-aktor dari industri lain di dalamnya, seperti perusahaan
sebagai klien, vendor, event organizer, dan target sasaran atau konsumen itu
sendiri. Selain itu, bidang pekerjaan yang dikhususkan kepada perusahaan-
perusahaan produk kesehatan, farmasi dan nutrisi membuat segala kegiatan
atau perencanaan periklanan yang dibuat oleh TM Creative Communication
harus mengikuti aturan mengenai pedoman pengawasan promosi dan iklan
obat yang telah dibuat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Penelitian ini selanjutnya akan mengkaji mengenai manajemen
periklanan yang dilakukan oleh TM Creative Communication dalam
4
melakukan jasa pelayanan pemasaran yang dikhususkan kepada produk obat
dan susu melalui media Below The Line.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ingin dikaji
adalah:
“Bagaimana Aktivitas Manajemen Periklanan yang dilakukan oleh TM
Creative Communication dalam menangani klien produk obat dan susu?”.
C. Tujuan Penelitian
i. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana TM Creative
Communication menerapkan fungsi manajemen periklanan dalam
menangani klien produk obat dan susu.
ii. Untuk menganalisis aktivitas manajemen periklanan TM Creative
Communication.
D. Manfaat Penelitian
i. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan bagi masalah
penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan studi
manajemen periklanan khususnya yang menangani klien produk obat dan
susu.
ii. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan
bagi TM Creative Communication dalam meningkatkan kualitas pelayanan
dan perfoma yang diberikan kepada klien.
E. Obyek Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah kegiatan manajemen periklanan yang
dilakukan oleh TM Creative Communication dalam mengelola hubungan yang
terjadi baik di dalam internal perusahaan maupun dengan pihak eksternal
seperti perusahaan (klien), regulator, vendor, dan juga medical experts yang
menjadi target dari perusahaan farmasi (obat) dan nutrisi (susu). Selain itu,
5
penelitian ini juga akan menjelaskan mengenai strategi dan proses kreatif dari
pemasaran produk obat dan susu yang hanya dilakukan di below the line
media.
F. Kerangka Pemikiran
1. Iklan dan agensi iklan
Periklanan merupakan salah satu strategi pemasaran sebuah produk.
Melalui sebuah iklan, produsen dapat mengkomunikasikan pesan-pesan
pemasaran kepada target konsumennya. Untuk mendapatkan efek pemasaran
yang maksimal, sebuah iklan harus mampu mencuri perhatian dari target
sasarannya. Adanya perhatian terhadap iklan tersebut, maka pesan-pesan
yang terdapat didalamnya akan mampu diterima dan dipahami oleh target
sasarannya.
Secara umum, kegiatan periklanan dapat dilakukan dengan beberapa
macam cara. Pertama, dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Perusahaan
tersebut mempunyai bagian atau departemen tersendiri yang salah satu
aktivitasnya melakukan kegiatan periklanan. Umumnya, departemen tersebut
tergabung dalam bagian pemasaran, karena bagian tersebut bertujuan untuk
meningkatkan penjualan, dan hal tersebut sama tujuannya dengan
dilakukannya kegiatan periklanan. Pola periklanan yang dilakukan oleh
perusahaan sendiri di dalam dunia periklanan sering disebut dengan in house
advertising.
Pola kedua ada lah bahwa kegiatan periklanan dilakukan seluruhnya
oleh pihak eksternal, yaitu dengan menyewa jasa perusahaan khusus yang
secara profesional melakukan aktivitas periklanan dari kliennya, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Klien dari perusahaan khusus
tersebut biasanya perusahaan yang ingin memasarkan produk/jasa yang
dimilikinya. Pola ketiga adalah menyerahkan sebagaian kegiatan periklanan
kepada perusahaan khusus yang bergerak dibidang jasa periklanan, namun
sebagian kegiatan periklanan lain masih ditangani oleh perusahaan, dan kedua
aktivitas periklanan tersebut berjalan secara sinergis.
6
Pada proses perencanaan iklan yang dilakukan oleh agensi iklan
terdapat beberapa tahapan. Tahapan awal yaitu perumusan konsep strategi
pemasaran dari sebuah produk ataupun pembuatan bentuk kreatif iklan dari
produk yang dipasarkan. Hingga pada tahapan akhir sendiri dapat berupa
aktivitas-aktivitas promosi melalui media ataupun aktivitas promosi yang
langsung melibatkan target konsumen. Pada beberapa jenis agensi juga
terdapat agensi iklan yang hanya memberikan pelayanan pada salah satu
tahapan dalam aktivitas pemasaran saja. Biasanya beberapa agensi
memberikan pelayanan pemasaran hanya terbatas pada proses kreatif
pembuatan iklan saja, hanya pada aktvitas promosi di lapangan, ataupun
hanya sebatas pada pemasangan iklan di media promosi (BTL atau ATL).
Jika dilihat dari spesialisasi media yang digunakan dalam melakukan
periklanan, agensi iklan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu agensi iklan
ATL dan agensi iklan BTL. Secara umum menurut para praktisi media
periklanan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu media Above The
Line (ATL) dan media Below The Line (BTL). Masyarakat Periklanan
Indonesia mendefenisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu
produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau
seluruh masyarakat1. Media iklan terbagi atas dua, yaitu: media lini atas
(above the line media), merupakan bentuk media primer yang terdiri dari
radio, surat kabar, majalah, papan luar (billboard), dan televisi; dan media lini
bawah (below the line media), merupakan bentuk media sekunder yang terdiri
dari pameran, leafleat, brosur, poster, dan stiker2.
Menurut Didih Suryadi dalam bukunya yang berjudul Promosi Efektif,
Media Above The Line (media lini atas) adalah media yang bersifat massal.
Media ini bersifat massif, seperti televisi, radio, koran, majalah, film, dll3.
Periklanan yang menggunakan media lini atas biasanya dilakukan untuk
jenis-jenis produk yang baru saja lahir di pasaran. Melalui media lini atas
1 Rhenald Kasali. 1995. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, hal. 11 2 Ibid, hal. 23 3 Didih Suryadi. 2011. Promosi Efektif. Jakarta: PT Suka Buku, hal 64
7
tersebut, pesan mengenai keberadaan produk tersebut disampaikan kepada
masyarakat sebagai target konsumen.
Konsep periklanan yang menggunakan media lini atas adalah dengan
menyasar pada publik secara luas dan serentak, dan tidak memiliki interaksi
langsung kepada target sasarannya. Periklanan dengan menggunakan media
ini biasanya hanya mengarah pada pesan satu arah, yaitu dari pengiklan
kepada target sasarannya.
Untuk agensi yang bergerak pada periklanan media ini, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan media buying.
Dalam melakukan seleksi media dan media buying, nilai rating dari media
tersebut menjadi salah satu hal yang diperhatikan. Rating tersebut digunakan
untuk melihat seberapa banyak audiens dijangkau oleh jenis media lini atas
tersebut. Semakin tinggi rating, maka semakin tinggi pula media exposure
yang diberikan oleh media tersebut dalam menyampaikan pesan melalui
iklan4.
Selain itu, frekuensi juga menjadi elemen penting dalam periklanan
menggunakan media lini atas. Iklan yang ditayangkan di beberapa media lini
atas seperti televisi ataupun radio, tidak memiliki waktu yang panjang
dibandingkan iklan yang terdapat di media cetak ataupun media lini bawah.
Biasanya durasi iklan tersebut hanya sekitar 30 detik, sehingga seseorang
yang menjadi target sasaran dapat melewatkan pesan dari iklan tersebut saat
mereka tidak mengakses program acara yang digunakan untuk beriklan di
televisi atau radio.
Jenis kedua ialah Below The Line (media lini bawah). Karakteristik
media lini bawah ini jangkauannya terbatas secara jumlah dan waktu, juga
tidak serempak. Sekalipun demikian, media ini mampu menjangkaun yang
tidak dapat dijangkau Above The Line. Termasuk dalam media ini antara lain,
poster, leaflet, billboard, spanduk, direct mail, bus panel, point of purchase,
dan lain-lain5.
4 Kasali, Op cit, hal 31 5 Ibid, hal 64-65
8
Below The Line Media (media lini bawah) adalah kegiatan periklanan
yang tidak melibatkan pemasangan iklan di media massa dan tidak
mengharuskan adanya komisi kepada agensi iklan6. Seringkali agensi iklan
mendapatkan komisi khusus dari pengiklan karena adanya aktivitas
pemasangan iklan di media. Pada umumnya, kegiatan periklanan lini bawah
ini bersifat penjualan promosi, yaitu kegiatan pemasaran yang dilakukan di
tempat penjualan (point of purchase).
BTL merupakan media yang sifatnya aktif, media ini berinteraksi
secara langsung dengan konsumen untuk membeli produk yang saat itu
diiklankan. Tak hanya itu, BTL juga berfungsi sebagai media yang
mendukung kegiatan ATL apabila dalam mengiklankan suatu produk.
Dengan makin berkembangnya jaman, komunikasi satu arah tidak lagi dapat
disebut komunikasi, karena sifatnya hanya beriklan dan menyampaikan pesan
produsen kepada konsumen.
Oleh karena itu muncullah komunikasi dua arah, dimana ada peran dari
dua belah pihak yaitu produsen dan konsumen (produsen ke konsumen,
konsumen ke produsen). Inilah bentuk komunikasi yang sesungguhnya,
sehingga diperlukan wadah untuk menangani komunikasi ini agar dapat
berjalan baik dan lancar. Dalam periklanan BTL wadah tersebut terwujud
dalam brand experience dan activation.
Above The line Below The Line
Target audiens luas Target audiens terbatas
Lebih untuk menjelaskan sebuah konsep
atau ide. Tidak ada interaksi langsung
dengan audiens.
Media atau kegiatannya memberikan
audiens kesempatan untuk
merasakan, menyentuh atau
berinteraksi bahkan langsung
tindakan pembelian
TV, radio, majalah, koran
Event, sponsorship, sampling, point of sale materials, consumer
promotion, trade promotion, dan lain-lain.
6 Frank Jefkins. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga, hal 381
9
Tabel 1.1. Perbedaan periklanan ATL dengan BTL7
Dari tabel tersebut dapat dilihat bagaimana perbedaan dari aktivitas
periklanan yang menggunakan media ATL dan media BTL. Masing-masing
aktivitas periklanan tersebut mempunyai pendekatan pemasaran yang
berbeda-beda. Pada dasarnya kedua media tersebut mempunyai kelemahan
dan kelebihan masing-masing, dan untuk mencapai aktivitas komunikasi
pemasaran yang maksimal, biasanya sebuah agensi iklan memanfaatkan
kedua jenis media tersebut dalam memasarkan sebuah produk.
Penggunaan dari masing-masing media tersebut juga berpengaruh pada
pesan pemasaran yang ditampilkan dalam masing-masing media tersebut. hal
tersebut dikarenakan karena adanya perbedaan pendekatan pemasaran dari
kedua media tersebut. Oleh karena itu, sebelum menggunakan jenis media
tersebut, sebuah agensi iklan harus mampu memahami konsep pemasaran dari
produk dan karakter dari jenis media yang digunakan untuk beriklan, baik itu
media lini atas ataupun media lini bawah8.
2. Organisasi dalam agensi iklan
Dalam perusahaan jasa periklanan yang besar, pembagian pekerjaan
tercermin pada adanya sejumlah divisi, diantaranya Account Executive (AE),
Account Director (AD), Media Planner and Buyers, Creative Services,
Copywriter, Produksi, dan Riset Pasar (biasanya dimiliki oleh agensi iklan
besar). Dalam sebuah Agensi iklan, terdapat departemen-departemen kerja
untuk menjalankan tugas-tugas seperti di atas9.
1) Departemen bina usaha
Departemen ini disebut juga Client Service Departement atau Account
Service Departement. Di sinilah mereka yang berkualifikasi sebagai
Account Executive, Account Supervisor, dan Account Director berada.
7 http://dc364.4shared.com/doc/i9I-eTjJ/preview.html, diakses pada tanggal 25 Maret 2014, pukul 22.00 WIB 8 Kasali, Op cit, hal 50 9 Santosa, Sigit. 2009. Creative Advertising. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hal. 30-36
10
Merekalah yang ditunjuk perusahaan agensi iklan sebagai penghubung
dalam melayani klien (pengiklan).
2) Departemen kreatif
Departemen ini disebut juga Creative Departement yang dipimpin oleh
seorang Creative Director. Apabila Departemen Bina Usaha disebut
sebagai ujung tombak perusahaan, maka departemen kreatif ini disebut
sebagai dapurnya perusahaan. Di sinilah pesan-pesan periklanan untuk
berbagai media diciptakan, digodok, dan dikembangkan untuk
disampaikan kepada target audiens melalui media yang dipilih. Di
dalam departemen ini bekerjalah orang-orang yang berprofesi sebagai
copywriter dan art director.
3) Departemen media
Di departemen ini bekerjalah Media Planner, Media Buyer, dan Media
Director yang bersama-sama dengan Account Director dan Creative
Director, merancang dan menentukan strategi media untuk suatu
kampanye iklan. Strategi ini, tentunya harus disetujui klien sebelum
dilaksanakan.
4) Departemen research dan monitoring
Mengingat bahwa tugas agensi iklan juga meliputi analisis industri,
produk dan konsumen, pasar, dan sasaran konsumen; maka beberapa
agensi iklan besar di Indonesia mempunyai departemen yang khusus
melakukan research dan monitoring. Riset tersebut bisa dilakukan
sebelum maupun sesudah kampanye periklanan dilancarkan.
Sebagai perancang komunikasi pemasaran, agensi iklan harus paham
bagaimana semua unsur dalam komunikasi pemasaran tersebut berfungsi
untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara professional dan objektif.
Agensi iklan dengan basis sistem yang berbeda tentu memiliki prosedur
khusus yang berbeda dalam menjalankan tugasnya sebagai perancangan
keseluruhan komunikasi pemasaran produk meskipun secara dasar, fungsi
yang dijalankan sama, yaitu bagaimana merangkai pesan yang baik dan tepat
sesuai dengan keinginan pengiklan dan target konsumen.
11
3. Manajemen Periklanan
Manajemen periklanan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari
berbagai organisasi atau lembaga yang saling berinteraksi dan menjalankan
peran yang berbeda dalam proses periklanan10. Inti dalam sistem ini adalah
produsen pemasang iklan atau yang biasa disebut sebagai klien atau
pengiklan. Pengiklan inilah yang memiliki anggaran untuk kampanye
periklanan guna mendukung program pemasaran.
Fokus kegiatan dalam manajemen periklanan adalah pada analisa,
perencanaan, pengendalian, dan aktivitas pengambilan keputusan pada inti
sistem ini, yakni pengiklan. Pengiklan melakukan seluruh pengarahan
manajerial dan dukungan anggaran untuk mengembangkan program
periklanan perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Manajemen
periklanan terdiri dari beberapa pihak dengan peran berbeda yang saling
berkaitan, yaitu pihak pengiklan (klien), agensi iklan, lembaga riset, dan
perusahaan media.
a. Ruang lingkup manajemen periklanan
Ruang lingkup manajemen periklanan meliputi: 1). Menetapkan
tujuan periklanan; 2). Merencanakan anggaran; 3). Merumuskan pesan
periklanan, dan; 4). Menyeleksi media periklanan. Kemudian
implementasi dari keseluruhan cakupan manajemen periklanan tersebut
akan berhubungan dengan taktik dan aktivitas dalam menjalankan
kampanye iklan, menekankan pada satu jenis manfaat dari merek, dan
pada pesan strategis (melihat bagaimana pesan iklan disampaikan).
Proses pertama yaitu menetapkan tujuan periklanan. Tujuan
periklanan merupakan dasar yang digunakan dalam proses kreatif saat
merancang sebuah iklan. Tujuan tersebut digunakan sebagai patokan
dalam perumusan pesan dan pengukuran tingkat keberhasilan dari iklan
tersebut. Untuk menetapkan tujuan periklanan, harus berdasarkan
keputusan-keputusan tertentu, seperti: pasar sasaran; penentuan posisi
10 Kasali, Op cit, hal 18
12
pasar; dan bauran pemasaran. Setelah pasar sasaran, strategi penentuan
posisi dan bauran pemasaran jelas, barulah tujuan periklanan ditetapkan.
Proses kedua yaitu menetapkan anggaran. Anggaran periklanan
bisa ditetapkan berdasarkan pada beberapa metode, yaitu metode
berdasarkan kondisi perusahaan; metode presentase anggaran penjualan;
metode anggaran dari kompetitor; atau metode tujuan dan fungsi iklan.
Proses ketiga yaitu menetapkan pesan periklanan. Pesan menjadi
unsur yang terpenting dalam manajemen periklanan. Melalui pesan,
produsen dapat mengkomunikasikan mengenai keunggulan-keunggulan
produknya agar dikonsumsi oleh target konsumennya. Efek dari
penerimaan pesan oleh target konsumen menjadi indikator dalam
keberhasilan aktivitas periklanan11. Penetapan strategi pesan periklanan
merupakan suati keputusan strategis yang mampu menjami sukses atau
gagalnya sebuah iklan.
Tahapan di atas merupakan salah satu kegiatan manajemen
periklanan yang dilakukan di dalam internal dari sebuah agensi iklan.
Dalam sebuah agensi iklan khususnya yang menggunakan media BTL,
interaksi yang dilakukan tidak hanya melibatkan perusahaan pengiklan
saja, tetapi dalam melaksanakan kegiatan periklanan terdapat beberapa
pihak luar yang dilibatkan, seperti rumah produksi, vendor, event
organizer, dan sasaran dari kegiatan periklanan yang dilakukan yaitu
audiens.
Untuk menggambarkan proses kegiatan manajemen periklanan
tersebut dapat menggunakan teori matematikal Shannon dan Weaver12.
Teori inilah yang menjadi acuan untuk menjawab pertanyaan, “apa yang
terjadi pada pesan yang disampaikan pada saat dikirimkan hingga
diterima?”. Berikut adalah bagan mengenai model dari teori tersebut13 :
11 Onong U Effendy. 1981. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni, hal 45 12 Afriana Dwi Cahyani. 2013. Sistem Syariah dalam Industri Periklanan. Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM. Hal 11 13 Dedy Mulyana. 2008. Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda. Hal 148
13
Gambar 1.1. Model Shannon & Weaver
Bagan model Shannon dan Weaver di atas menggambarkan
bagaimana proses dari penyampaian sebuah pesan. Sumber informasi atau
komunikator menciptakan dan menyampaikan pesan melalui saluran
komunikasi kepada penerima pesan yang akan direspon kembali atau
menciptakan ulang pesan tersebut untuk disampaikan kepada penerima
pesan berikutnya. Namun, yang perlu diperhatikan dari teori ini yaitu
terdapat noise atau gangguan yaitu segala rangsangan yang tidak
diinginkan dan dapat mengganggu proses dari penyampaian pesan.
b. Hubungan agensi iklan dengan pengiklan
Dalam manajemen periklanan, pengiklan atau klien merupakan
aspek penting bagi agensi iklan. Dengan hadirnya klien, maka sejauh
mana keberhasilan dan profesionalitas agensi iklan dapat diukur.
Pengiklan kemudian yang akan membiayai keseluruhan kegiatan
periklanan, dimana kegiatan periklanan tersebut bertujuan untuk
mempromosikan brand baik produk maupun jasa para pengiklan yang
bersangkutan.
Fungsi agensi iklan sebagai perencana pemasaran yang dipilih oleh
sebuah perusahaan tertentu membuat mereka berusaha sebaik mungkin
demi memenuhi nilai apa yang hendak disampaikan pengiklan kepada
masyarakat sebagai calon konsumen. Menurut Harjanto, agensi iklan
14
merupakan perusahaan yang secara bisnis dan etis bertindak untuk dan
atas nama klien-kliennya. Sehingga, agensi iklan sering dipersepsikan
sebagai penanggung jawab penayangan iklan-iklan di media14.
Bentuk kerjasama antara agensi iklan dengan perusahaan pengiklan
dikenal sebagai keterikatan agensi iklan-klien (advertising agency-client
relationship). Ikatan agensi iklan dengan pengiklan tidak hanya bersifat
bisnis, tetapi juga berikut tanggung jawab moralnya. Karena agensi iklan
harus benar-benar perlu memperhitungkan kode etik periklanan agar
pesan-pesan periklanan yang mereka produksi dan publikasikan tidak
berimbas negatif bagi para pengiklan.
Dalam perspektif agensi iklan, menjaga hubungan baik dengan
pengiklan merupakan modal utama untuk menjaga kualitas dan
kepercayaan klien terhadap agensi iklan tersebut. Dengan hasil yang
sesuai dengan apa yang klien inginkan disertai pelayanan selama proses
produksi iklan, maka akan menciptakan loyalitas klien terhadap agensi
iklan sehingga untuk selanjutnya klien tidak segan dalam menggunakan
kembali jasa agensi iklan tersebut.
Tidak hanya dengan pengiklan saja, menjaga hubungan yang baik
antara agensi iklan dengan pihak eksternal lainnya seperti vendor, event
organizer, dan target sasaran juga merupakan bagian yang penting dalam
sebuah manajemen periklanan. Pada agensi iklan seperti TM Creative
Commun ication yang memfokuskan bidang kerjanya pada produk obat
dan susu, menjaga hubungan yang baik dengan para pelaku industri
kesehatan seperti medical expert, healthcare professional, dokter, dan
bidan, menjadi sangat penting untuk dilakukan agar kerjasama yang
diharapkan dapat terjalin dengan baik dan berkelanjutan.
4. Periklanan produk kesehatan
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan
14 Rudy Harjanto. 2009. Prinsip-Prinsip Periklanan. Jakarta: Dewan Perguruan Periklanan Indonesia., hal 609
15
keinginan atau kebutuhan konsumen15. Produk biasanya dihadirkan untuk
memberikan solusi dan jawaban atas kebutuhan yang muncul dalam
masyarakat. Dalam dunia pemasaran, biasanya produk dimunculkan sebagai
jawaban atas kebutuhan masyarakat yang dimunculkan melalui iklan dan
aktivitas pemasaran lainnya. Iklan tersebut menciptakan adanya kebutuhan
yang awalnya tidak ada, dan memberikan jawaban atas kebutuhan tersebut
melalui produk yang diiklankan.
Produk mempunyai pengertian yang lebih luas dari sekedar bentuk
secara fisik. Tetapi juga meliputi segala variabel yang menyertainya, seperti
kemasan, variasi produk, kualitas, merek, ciri khas, desain, ukuran, retur,
layanan dan garansi yang dapat ditawarkan kepada pasar dan dapat
memeuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen.
a. Deskripsi produk kesehatan (obat)
Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, berbagai
jenis produk baru banyak bermunculan dengan menawarkan manfaat
masing-masing. Mulai dari produk substitusi, komplementer, ataupun
produk yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu jenis
produk yang saat ini sedang berkembang pesat adalah pada bidang
kesehatan. Salah satu produk kesehatan yang saat ini sedang menjamur
dan menjadi konsumsi masyarakat adalah obat.
Pengertian obat sebagai sediaan farmasi dapat dilihat pada
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan antara lain disebutkan:
“Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika (pasal 1)”, dan “Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (pasal 1).”
15 Philip Kotler. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan dan PengendalianJakarta: Erlangga, hal 274.
16
Kesalahan dalam penggunaan/konsumsi obat tersebut selain
disebabkan karena faktor kesengajaan, juga terkadang disebabkan karena
aktivitas promosi dari perusahaan farmasi yang memproduksi obat.
Berbagai pesan-pesan persuasi mengenai manfaat dari sebuah obat yang
tidak sesuai dengan karakter obat sebagai produk kesehatan, dapat
menimbulkan persepsi yang salah kepada masyarakat yang berujung pada
penyalahgunaan obat dan juga efek negatif dari penggunaan obat yang
kurang sesuai dengan kondisi konsumennya.
Untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat
yang salah, tidak tepat dan tidak rasional akibat pengaruh promosi
melalui iklan, Pemerintah melakukan pengendalian dan pengawasan
terhadap penyebaran informasi obat, termasuk periklanan obat. Dalam
periklanan obat, masalah yang dihadapi relatif kompleks karena aspek
yang dipertimbangkan tidak hanya menyangkut kriteria etis periklanan,
tetapi juga menyangkut manfaat-resikonya terhadap kesehatan dan
keselamatan masyarakat.
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.00.06. 32.3.295 tahun 2009 tentang Pedoman Pengawasan
Promosi dan Iklan Obat antara lain disebutkan bahwa dalam upaya
perlindungan masyarakat dari penggunaan obat yang salah, tidak tepat
dan tidak rasional akibat pengaruh promosi dan iklan diperlukan
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas obat dan Makanan
(Badan POM) dan Balai POM di provinsi. Sasaran pengawasan adalah
seluruh kegiatan promosi termasuk sponsor dan iklan obat yang dimuat
pada media cetak, media elektronik dan media luar ruang. Ruang lingkup
pengawasan kegiatan promosi tersebut sebagai berikut:
1) Berdasarkan golongan obat, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras
2) Berdasarkan media, yaitu media cetak, media luar ruang, media
elektronik, media ilmiah kedokteran dan farmasi, alat peraga atau alat
bantu yang mengandung unsur promosi.
17
3) Berdasarkan bentuk kegiatan, yaitu sponsor pada pertemuan
ilmiah/sosial, sayembara/kuis berhadiah yang terkait pameran dan
launching obat.
4) Berdasarkan sumber data pengawasan, yaitu hasil survei lapangan dan
laporan masyarakat
Aktivitas pemasaran obat (bebas dan terbatas) dapat menggunakan
strategi pemasaran melalui promosi iklan baik media elektronik atau
media cetak. Kegiatan promosi tersebut selannjutnya diharuskan untuk
menyesuaikan pada kode etik periklanan bagi produk kesehatan, yaitu
produk obat. Hal tersebut dilakukan untuk melindungi hak-hak konsumen
saat mengkonsumsi produk yang dipromosikan.
b. Kode etik periklanan produk kesehatan
Dalam kegiatan periklanan terdapat pedoman yang berisi beberapa
larangan bagi Pelaku usaha dan Pelaku usaha Periklanan dalam
melakukan promosi melalu media iklan. Kemudian ketentuan hukum
dalam iklan obat dikemukakan oleh Badan Pengawas Periklanan
sebagaimana diatur dalam SK Menkes No. 368 mengatakan bahwa iklan
obat harus bersifat tidak menyesatkan. Beberapa pesan yang dilarang
dalam aktivitas periklanan obat yaitu:
� Iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak atau
menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau
memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan
obat. Iklan tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan
penggunaan obat diambil oleh anak-anak.
� Iklan tidak boleh dimuat dengan ilustrasi peragaan maupun kata-kata
yang berlebihan, sehingga dapat menyesatkan konsumen.
� Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau
aktor yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau
menggunakan ”setting” yang beratribut profesi kesehatan dan
laboratorium.
18
� Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum
Bentuk lain yang termasuk dalam pelanggaran adalah sebuah iklan
hanya memberikan setengah kebenaran, yaitu tidak menyampaikan hal-
hal berupa realitas yang negatif tetapi hanya menyampaikan hal-hal yang
dipandang positif. Produsen obat-obatan hanya menyebutkan khasiat dan
kebaikan obat (yang belum tentu benar) dan hanya menjelaskan indikasi
utama serta sebagian kecil kemungkinan yang berakibat buruk bagi
konsumen. Kelengkapan informasi yang disampaikan melalui iklan harus
sesuai dengan Keputusan Menkes no. 386/SK/4/1994, yaitu mengenai
nama, bahan aktif obat, indikasi, aturan penggunaan, efek samping serta
kontraindikasi.
Penggunaan teknik membesar-besarkan manfaat produk diluar
proporsi yang wajar, merupakan tindakan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan etika. Tindakan seperti itu
mengandung ketidakjujuran untuk tidak mengatakan penipuan
terselubung. Para pengguna dan calon pengguna sangat mungkin
memperoleh kesan bahwa karena kehebatannya, produk itulah yang
cocok untuk dibeli dan digunakan. Membesar-besarkan manfaat suatu
produk tidak dapat dibenarkan karena manfaat yang sesungguhnya tidak
sebesar yang diiklankan. Artinya kehebatan produk tidak dapat
dibuktikan melalui penelitian yang obyektif16.
Jadi, pada dasarnya dalam melakukan aktivitas periklanan produk
kesehatan, terdapat beberapa kode etik yang harus ditaati dan dilakukan.
Kode etik tersebut mengatur mengenai pesan-pesan yang ditampilkan
dalam sebuah iklan yang digunakan untuk mempersuasi target konsumen
agar mau membeli produk tersebut. Peraturan kode etik tersebut
selanjutnya berpengaruh kepada kegiatan pemasaran dari produk
kesehatan. Dimana saat sebuah agensi iklan melakukan aktivitas
pemasaran kliennya yang bergerak di bidang kesehatan, harus 16 Sondang Siagian. 1996. Etika Bisnis. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, hal 24.
19
mendasarkan kepada kode etik tersebut dalam merumuskan proses kreatif
produk yang dipasarkannya.
G. Kerangka Konsep: Pelayanan Terhadap Klien Dalam Manajemen
Periklanan
Proses manajemen periklanan dilakukan oleh dua pihak, yaitu biro iklan
dan klien sebagai pihak utama yang merencanakan proses periklanan untuk
produk atau jasa yang dimilikinya. Keseluruhan proses dalam manajemen
periklanan dapat disebut sebagai sebuah proses komunikasi, dimana terjalinnya
interaksi antar dua belah pihak yang menghasilkan suatu pesan tertentu.
Manajemen periklanan merupakan sebuah proses komunikasi dimana biro iklan
akan bertindak sebagai komunikator yang menghasilkan pesan tertentu berupa ide
dan konsep periklanan yang kemudian disampaikan kepada klien sebagai pihak
yang menginginkan adanya pesan untuk diproduksi dan kepada konsumen target
sebagai pihak penerima pesan.
Fungsi biro iklan sebagai perencana pemasaran yang dipilih oleh sebuah
perusahaan tertentu membuat mereka berusaha sebaik mungkin demi memenuhi
nilai apa yang hendak disampaikan pengiklan kepada masyarakat sebagai calon
konsumen. Menurut Harjanto, biro iklan merupakan perusahaan yang secara
bisnis dan etis bertindak untuk dan atas nama klien-kliennya17. Sehingga, biro
iklan sering dipersepsikan sebagai penanggung jawab penayangan iklan-iklan di
media. Harjanto kemudian menyatakan bahwa bentuk kerjasama antara biro iklan
dengan perusahaan pengiklan dikenal sebagai keterikatan biro iklan-klien
(advertising agency-client relationship).
Hubungan antara biro iklan dan pengiklan dapat dijelaskan pula dalam
pemahaman tentang Customer Intimacy. Customer Intimacy menurut Wiersema
dalam bukunya “Customer Intimacy: Pick Your Partners, Shape Your Culture,
Win Together” adalah: “Intimacy is a dynamic relationship of trust and openness,
17 Harjanto, Rudy. 2009. Prinsip-Prinsip Periklanan. Jakarta: Dewan Perguruan Periklanan Indonesia. hal. 609
20
that grow as you deliver result, dependability, time after time18.” . Customer
Intimacy adalah hubungan yang dilandasi kepercayaan dan keterbukaan yang
berkembang subur karena pesan yang diantarkan sebuah biro iklan terhadap
pelanggan. Poin penting dalam customer intimacy antara lain:
1) Perusahaan terus mencari cara untuk menemukan solusi bagi setiap
harapan dan keinginan pelanggannya.
2) Perusahaan membangun hubungan personal dengan pelanggannya
(customer intimacy bukanlah hubungan yang sifatnya transaksional yang
hanya dijalankan sekali, dimana masing-masing pihak saling
mengeksploitasi untuk mendapatkan keuntungan sepihak semaksimal
mungkin).
3) Commitment-over commitment, dengan komitmen untuk mengantarkan
hasil, mencapai kinerja terbaik, kepercayaan dan integritas dari pelanggan.
Selain dengan customer intimacy, memahami klien atau sebaliknya
diungkapkan pula dalam model Learning Relationship Don Peppers dan Martha
Rogers dalam buku Enterprise One to One: Tools for Competing in The Age of
Interactive Age. Menurut mereka, Learning Relationship adalah upaya saling
belajar antara perusahaan dan pelanggannya yang terwujud karena adanya
hubungan jangka panjang yang terjadi antar keduanya. Tidak hanya perusahaan
yang mendengarkan dan mempelajari pelanggannya, tetapi sebaliknya pelanggan
pun mendengarkan dan mempelajari perusahaan19.
Secara garis besar, terdapat beberapa tahapan dalam aktivitas manajemen
periklanan, terkait pelayanan sebuah agensi terhadap kegiatan pemasaran dari
kliennya, yaitu:
1) Penjaringan Klien
Tahapan ini didalamnya terdapat kegiatan yang bertujuan dalam pencarian
klien. Salah satu tujuan agensi iklan adalah memperoleh klien, dan
18 Dalam Palupi, Dyah Hasto. Teguh Sri Pambudi. 2006. Advertising That Sells: Strategi Sukses Membawa Merek Anda Menjadi Pemimpin. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal. 76 19 Ibid, hal. 89
21
melaksanakan konsep pemasaran sebuah perusahaan. Penjaringan klien
merupakan proses presentasi profil dari sebuah agensi iklan, yang
dilakukan dengan mengkomunikasikan kekuatan agensi iklan tersebut,
agar sebuah perusahaan mau menyerahkan aktivitas pemasarannya untuk
dilaksanakan oleh agensi iklan tersebut sebagai klien. Menurut Harjanto,
ada beberapa cara yang ditempuh pula dalam memperoleh klien, antara
lain20:
i. Rekomendasi dari orang lain
Biro iklan yang sudah cukup dikenal reputasinya di kalangan para
pengiklan, secara otomatis akan didatangi oleh berbagai pengiklan
karena direkomendasikan oleh pengiklan lain yang sudah menjadi
klien biro iklan tersebut. Rekomendasi disebabkan karena
kepuasan pihak pengiklan tertentu terhadap biro iklan yang
bersangkutan sehingga saling memberi informasi kepada pengiklan
lainnya.
ii. Aktif mencari klien
Bagi biro iklan yang belum cukup lama ada sehingga belum cukup
dikenal, maka cara untuk mendapatkan klien dilakukan dengan
lebih agresif, yaitu dengan langsung mendatangi para calon klien.
iii. Reputasi dan Relasi Komunitas
Biro iklan menyadari bahwa aspek reputasi yang baik dan relasi
dalam komunitas bisnis periklanan merupakan sumber terbaik bagi
perluasan bisnis mereka.Maka tak mengherankan bila biro iklan
memanfaatkan semua kesempatan untuk membangun reputasi,
terutama di lingkungan komunitas biro iklan.
iv. Presentasi
Jika biro iklan sudah mendapatkan calon klien, para calon klien
tersebut akan meminta biro iklan tersebut untuk memberikan
presentasi. Umumnya presentasi yang diminta adalah untuk
20 Harjanto, Op cit, hal. 636
22
menerangkan hal-hal apa saja yang sekiranya dapat meningkatkan
bisnis mereka, dan bagaimana biro iklan tersebut dapat membantu
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi tersebut.
Beberapa jenis metode penjaringan klien tersebut dilakukan dengan
menyesuaikan pada proil dari sebuah agensi iklan, semakin terkenal agensi
iklan tersebut, akan semakin mudah dalam memperoleh klien.
2) Persetujuan Klien (Client Approval)
Persetujuan klien, merupakan sebuah tahapan yang didalamnya terdapat
proses penyesuaian konsep pemasaran yang diajukan oleh sebuah agensi
iklan kepada kliennya. Penyesuaian tersebut dapat dikatakan sebagai
proses approval dari klien, mengenai kesesuaian konsep pemasaran
(marketing brief) dari sebuah produk dalam pencapaian tujuan pemasaran
dari klien tersebut. Biasanya dalam tahapan ini, akan terdapat beberapa
perubahan dalam konsep pemasaran yang diajukan oleh agensi iklan.
Marketing brief tersebut dibuat sebagai dasar untuk proses selanjutnya
dalam perumusan konsep kreatif (creative concept) dari klien sebuah
agensi iklan.
3) Perumusan creative concept dalam aktivitas pemasaran
Tahapan ini merupakan kelanjutan dari penyusunan marketing brief,
dimana marketing brief tersebut akan didetailkan dalam bentuk aktivitas-
aktivitas pemasasaran yang akan dilakukan. Dalam creative concept ini,
penentuan aktivitas pemasaran yang lebih detail dirumuskan, seperti
penentuan jenis media pemasaran, pesan pemasaran, aktivitas promosi,
ataupun penentuan media-media promosi dalam aktivitas pemasaran
tersebut. Terkadang dalam tahapan ini juga terdapat proses persetujuan
dari klien, karena seorang klien dari sebuah agensi, harus benar-benar
merasa bahwa berbagai aktivitas pemasaran yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhannya.
4) Pelaksanaan Marketing Plan
23
Di dalam tahapan ini terdapat pelaksanaan atau eksekusi creative concept
dan keseluruhan marketing plan yang telah diajukan kepada klien dari
sebuah agensi iklan. Biasanya pelaksanaan marketing plan dapat berupa
beberapa aktivitas pemasaran seperti kegiatan periklanan, pelaksanaan
event, ataupun program-program promosi kepada konsumen. Dalam
tahapan ini, terkadang sebuah agensi iklan akan bekerja sama dengan
sebuah vendor dalam menyiapkan berbagai kebutuhan pelaksanaan
aktivitas pemasaran. Vendor-vendor tersebut dapat berupa supplier
material promosi, SPG, ataupun sebuah event organizer. Oleh karena itu,
bagi sebuah agensi iklan, keberadaan sebuah vendor, memjpunyai peranan
yang cukup penting dalam pelaksanaan konsep pemasaran kliennya.
Gambar.1.2. Keseluruhan tahapan Manajemen Periklanan
Beberapa aktivitas tersebut merupakan gambaran umum dari tugas-tugas
dari sebuah agensi periklanan dalam bekerjasama dengan sebuah perusahaan
untuk memasarkan produk dari perusahaan tersebut sebagai kliennya. Pada
dasarnya sebuah agensi iklan menjadi konsultan pemasaran dari produk atau jasa
kliennya melalui konsep pemasaran dalam bentuk aktivitas periklanan.
24
Aktivitas periklanan juga diharuskan dirancang dengan berdasarkan
karakter dan keadaan pasar dari sebuah produk yang dimiliki oleh klien agensi
iklan. Hal tersebut dilakukan agar aktivitas periklanan dapat bersifat efektif, dan
dapat mencapai tujuan pemasaran kliennya. Secara garis besar, sebuah strategi
iklan harus mampu menjawab pertanyaan dasar dari rancangan sebuah sebuah
kampanye periklanan yang dirumuskan dalam 5W + 1H21, yaitu:
1) What (Apa yang menjadi tujuan iklan?)
2) Who (Siapa khalayak yang akan dijangkau?)
3) When (Kapan sebuah iklan dipasang?)
4) Where (Di media mana iklan dipasang?)
5) Why (Mengapa harus demikian?)
6) How (Bagaimana bentuk kreatif iklan dalam mengkomunikasikan pesan
pemasaran?)
Oleh karena itu selain rumusan pertanyaan 5W + 1H maka pengetahuan
yang cukup tentang produk, persaingan pasar atau kompetitor dan analisis
mendalam tentang konsumen merupakan kunci pokok yang harus diketahui oleh
pemasar sebelum merumuskan sebuah strategi22. Pada tahapan produksi kreatif
sebuah iklan, terdapat beberapa aspek yang harus dilakukan oleh sebuah agensi
iklan dalam merumuskan strategi periklanan. Beberapa aspek tersebut biasanya
dalam bentuk data (brief) yang digunakan untuk merancang pesan, bentuk kreatif,
dan pemasangan iklan di media.
1) Pembuatan marketing brief
Sebelum menentukan strategi periklanan, yang perlu dirumuskan
adalah pengetahuan tentang produk yang akan diiklankan. Informasi
mengenai produk tersebut, disusun dalam bentuk marketing brief yang
21 Suhandang. 2005. Periklanan: Manajemen, Kiat Dan Strategi. Bandung: Nuansa, hal. 57 22 Ian Batey. 2003. Asian Branding: A Great Way To Fly. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, hal. 68
25
dibuat oleh klien23. Informasi tentang produk dalam bentuk marketing
brief tersebut biasanya meliputi:
a) Brand. Merupakan sebuah deskripsi apakah merek tersebut adalah
merek baru atau merek yang telah lama ada di pasar
b) Product knowledge. Merupakan penjelasan singkat tentang fitur
atau benefit yang terkandung dalam produk
c) Diferensiasi. Yaitu sebuah keunggulan yang membedakan sebuah
produk dengan kompetitornya.
d) Target audiens. Yaitu segmentasi yang dimaksud oleh suatu produk
yang akan diiklankan. Kelompok mana yang akan menjadi target
market suatu produk tersebut.
e) Analisis SWOT. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berbagai
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (Streght-Weakness-
Opportunities-Threat) dari sebuah produk yang akan diiklankan.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik produk yang
diiklankan dibandingkan dengan produk pesaing, serta kondisi dan
kecenderungan pasar.
f) Kompetitor. Produk apa saja yang menjadi kompetitor dari produk
yang akan diiklankan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
apa saja kelebihan dan kekurangan dari produk yang akan
diiklankan dibandingkan produk kompetitornya. Selain itu, hal
tersebut juga dilakukan agar dapat menganalisis konsep periklanan
yang dilakukan oleh kompetitornya, baik dalam bentuk kreatif
iklan ataupun bentuk-bentuk pesan pemasaran dari kompetitornya
tersebut.
Marketing brief tersebut merupakan tahap awal dalam proses
perumusan kreatif periklanan dari sebuah produk. Marketing brief dalam
bentuk data-data digunakan sebagai dasar dalam perumusan strategi
23 Agus S Madjadikara. 2004. Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 34
26
periklanan agar sebuah iklan mampu bersifat efektif dalam
mengkomunikasikan pesan pemasaran dari sebuah produk, dan mampu
membuat target konsumennya melakukan perbuatan yang diinginkan oleh
klien.
2) Creative brief
Strategi didefinisikan dengan jelas untuk menstimulasi tujuan yang
besar yang tertuang dalam rangkuman kreatif atau creative brief yang
dibuat untuk agensi dalam menciptakan iklan. Creative brief merupakan
jembatan strategi dengan kreatifitas periklanan. Sebuah creative brief juga
mewakili situasi sekarang, kompetisi, kondisi pasar, dan pertimbangan
media. Creative brief tersebut menjadi sebuah konsep yang memberikan
pandangan penting bagi tim kreatif untuk menetapkan strategi dan
menentukan ide penjualan utama, yang akan menjadi tema dari sebuah
kegiatan periklanan.
Masing-masing agensi periklanan mempunyai model creative brief
yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan produk yang akan di
iklankan. Tidak ada model pemasaran yang begitu kaku sehingga tak dapat
berubah. Tidak ada rumus pemasaran yang begitu ketat sehingga setiap
perubahan dilarang. Hanya pedoman strategi tidak boleh berubah,
sedangkan pedoman taktisnya yang berupa creative brief dapat berubah
menyesuaikan konsep pemasaran dari sebuah agensi iklan24. Hal-hal yang
biasanya terdapat dalam sebuah creative brief 25, yaitu:
a) Tujuan
Aspek pertama yang paling penting sebelum merumuskan strategi
periklanan adalah sebuah sasaran atau tujuan. Tujuan itu tergantung
pada apa yang ingin dicapai oleh klien dalam kampanye. Misalnya,
membangun kesadaran pada suatu merek, mengkomunikasikan
informasi, membuat perilaku atau membangun persepsi.
24 Batey, Op cit, hal. 87 25 Kenneth Roman, Jane Maas, Martin Nisenholtz. 2005. How to Advertise: Membangun Merk dan Bisnis dalam Dunia Pemasaran Baru. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, hal. 45
27
b) Masalah pemasaran
Masalah biasanya ditemukan setelah dilakukan analisis SWOT.
c) Target audiens
Identifikasi target sasaran dengan segmen yang sempit berdasarkan
faktor: demografi, geografis, psikologis, perilaku konsumen dan
pola berpikir dan bertindak. Salah satu hal yang harus jadi
pertimbangan adalah, semakin luas target audiens maka pesan akan
semakin lemah.
d) Konsep pesan pemasaran
Sebuah pesan pemasaran merupakan salah satu kunci dalam
pencapaian tujuan pemasaran melalui periklanan. Oleh karena itu
sebuah ide mengenai pesan pemasaran dalam sebuah iklan menjadi
nilai penting dalam memenangkan kompetisi persaingan pasar dari
sebuah produk.
e) Alasan konsumen untuk percaya
Benefit yang berbeda dari kompetitor yang juga mengatakan hal
yang sama dalam ide penjualan utama atau tema dalam periklanan,
atau sebuah pernyataan yang bertujuan tunggal dari sudut pandang
konsumen yang menunjukkan mengapa konsumen membeli atau
tidak membeli produk atau merek tersebut.
f) Gaya/tone
Daya tarik yang digunakan untuk mewakili kepribadian merek. Ciri
khas komunikasi yang disampaikan harus bisa membawa atau
mewakili pesan periklanan.
g) Dampak yang diharapkan
Pengaruh yang diharapkan melalui periklanan dari khalayak
sasaran dan bagaimana iklan ini dapat meyakinkan konsumen.
Penerimaan komunikan akan pesan yang disampaikan oleh komunikator
menjadi dasar penilaian akan keberhasilan suatu proses komunikasi. Jadi
penetapan strategi pesan periklanan merupakan suatu keputusan strategis yang
28
mampu menjamin sukses atau gagalnya suatu iklan. Hal pertama yang harus
dilihat dalam iklan adalah ide inti dalam strategi pesan sebuah iklan. Konsep
manajemen periklanan yang efektif sangat berperan besar dalam pencapaian
pangsa pikiran (mind share) dan pangsa pasar (market share). Kegiatan periklanan
yang efektif adalah periklanan yang didasarkan pada satu tema besar saja. Tema
besar ini selanjutnya dikenal sebagai what to say-nya sebuah iklan atau inti pesan
yang ingin dikomunikasikan kepada target audiens. Pertimbangan bahwa
periklanan didasarkan hanya pada satu tema besar saja karena keterbatasan daya
ingat manusia. Dengan menggunakan satu tema maka kemungkinan akan
diingatnya pesan suatu iklan oleh konsumen akan jauh lebih besar daripada
menggunakan beberapa tema26 (Durianto, dkk, 2003).
H. Metode Penelitian
Metode yang Penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
meneliti subjek atau objek penelitian dalam lingkungan kesehariannya (Idrus,
2007: 34). Mengacu pada objek dan rumusan masalah dalam penelitian ini maka
metode penelitian kualitatif yang akan digunakan adalah studi kasus. Studi kasus
adalah jenis penelitian yang memberikan suatu gambaran yang mendetail
mengenai latar belakang serta sifat-sifat khas dari suatu kasus atau peristiwa
(Nazir, 1998: 6). Studi kasus memanfaatkan sebanyak mungkin sumber data agar
secara sistematik dapat mengivestigasi individu kelompok, organisasi, dan
peristiwa. Studi kasus mendasarkan diri pada teknik-teknik observasi dan
wawancara. Keuntungan dari menggunakan metode studi kasus ini adalah hasil
penelitian dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya. Dalam banyak hal, teknik
ini juga memberi peluang untuk penelitian beradu dengan berbagi macam buktu
seperti dokumen, wawancara, sistematik, obeservasi langsung, dan penelitian
survey (Yin, 2002: 18).
26 Sugiarto Durianto, Widjaja dan Supratikno. 2003. Inovasi Pasar Dengan Iklan Yang Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal 57
29
Metode studi kasus bertujuan untuk mempelajari latar belakang serta
interaksi suatu lingkungan di suatu unit sosial, individu, kelompok maupun
masyarakat. Hal ini didasarkan pada kelebihan yang dimiliki oleh metode
penelitian tersebut dalam menganalisa masalah penelitian yang bersifat spesifik,
kontemporer, serta kontekstual.
1. Metode pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, yaitu diperoleh melalui sumber dimana biasanya dilakukan
dalam dua cara yakni:
1) Observasi
Observasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta melakukan
pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks penelitian
(Mahi, 2011: 73). Dalam hal ini, jenis observasi yang digunakan adalah
observasi partisipan. Dalam observasi partisipan, peneliti ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian (Mahi,
2011: 76). Keuntungan dari cara ini adalah peneliti merupakan bagian
dari objek penelitian sehingga pengumpulan data atau informasi dapat
dilakkukan dengan mudah dan leluasa.
2) Indepth interview (wawancara mendalam)
Menurut Soehartono (2002) dalam Hikmat, wawancara merupakan
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung
kepada informan oleh peneliti dan jawaban-jawaban tersebut dicatat
atau direkam dengan alat perekam (Mahi, 2011: 80). Penulis melakukan
wawancara mendalam secara langsung dengan pihak yang dianggap
dapat memberikan informasi dan berkompeten sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dan
dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan cara membaca literatur, buku-
buku bacaan dan tulisan ilmiah yang berkaitan dan relevan dengan objek
30
penelitian yang akan diteliti. Sedangkan dokumentasi dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data penting, company profile, dan sebagainya yang
diperoleh dari tempat penelitian.
2. Metode analisis data
Data yang akan dianalisis melalui pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu
dengan mengungkapkan data, menguraikan data dengan mendeskripsikan data
yang diperoleh dari penelitian baik data primer maupun data sekunder dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami kemudian data yang
diperoleh diuraikan serta dikembangankan berdasarkan teori yang ada.
Marshall dan Rossman dalam Kabalmay (2002: 56) mengungkapkan
untuk menganalisis data-data yang telah didapat sehingga diperoleh kesimpulan
yang valid maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengorganisasikan data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui
wawancara mendalam (indepth inteviewer), dimana data tersebut
direkam dengan handphon dibantu alat tulis lainya. Kemudian
dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk
rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah
didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau
hasil yang telah di dapatkan.
2) Reduksi data
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus
yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan
pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Tahapan ini
dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data. Dengan pedoman
ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan
melakukan interpretasi, melakukan pemilihan data yang relevan dengan
fokus penelitian. Data yang relevan kemudian diberi penjelasan singkat,
kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka
konsep yang telah dibuat.
3) Penyajian data
31
Penyajian data dilakukan dengan menyusun data yang diperoleh
dan telah direduksi, kemudian sisajikan dalam bentuk narasi dan tulisan
dengan menyusun kalimat secara logis dan sistematis sehingga mudah
dibaca dan dipahami.
4) Penarikan kesimpulan
Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dimulai sejak
pengumpulan data, yaitu dengan memahami apa arti dari berbagai hal
yang ditemui dengan melakukan pencatatan pertanyaan-pertanyaan,
peraturan-peraturan, arahan dan berbagai jawaban perlu diverifikasi.
Hal tersebut di lakukan dengan aktivitas pengulangan dengan tujuan
pemantapan dan penelusuran data kembali.
3. Keabsahan data
Salah satu syarat bagi analisis data dalam studi kasus adalah data yang
valid. Untuk itu dilakukan upaya validasi data terhadap data-data yang telah
diperoleh. Guba (1981) seperti yang dikutip Idrus menyarankan tiga teknik agar
data dapat memenuhi kriteria validitas dan realibilitas, yaitu: memperpanjang
waktu tinggal, observasi lebih tekun, atau melakukan triangulasi (Idrus, 2007:
178).
Untuk memperkuat validitas data yang telah diperoleh peneliti memilih
teknik triangulasi data. Teknik triangulasi data merupakan satu teknik keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan
pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978: 45)
mengemukakan empat macam cara melakukan triangulasi sebagai teknik
pemerikasaan keabsahan data, yaitu dengan menggunakan sumber, metode,
penyidik, dan teori (Moleong, 2000: 178).
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber dan penyidik. Triangulasi sumber dengan cara menggali kebenaran
informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya,
selain melalui wawancara dan observasi, menggunakan observasi terlibat
32
(participant obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan
resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti dalam hal ini
memanfaatkan narasumber yang dijadikan fokus penelitian sebagai sumber yang
digunakan untuk melakukan pengecekan terhadap data dan informasi yang
diperoleh di lapangan. Selanjutnya peneliti memanfaatkan narasumber lain
sebagai pembanding.