bab i pendahuluan -...

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu kemajuan yang diharapkan secara sosial dan ekonomi. Terdapat banyak pandangan manusia terhadap “yang diharapkan”. Oleh karena itu, kemajuan kondisi hidup manusia haruslah menjadi arti pembangunan yang sesungguhnya. Pembangunan diharapkan dapat mengurangi gap antara yang kaya dengan yang miskin dan mengurangi ketimpangan antara negara maju dengan negara-negara berkembang. Dengan adanya pembangunan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi bukan merupakan suatu topik baru yang menjadi bahasan di dalam ilmu ekonomi. Studi pembangunan ekonomi telah menjadi perhatian bagi para ekonom dari sejak jaman Merkantilis, Klasik, hingga Marx dan Keynes (Widodo, 2006). Kebijakan pembangunan ekonomi yang ditempuh pada pemerintahan masa lalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang luas. Pada masa pemerintahan orde baru, pembangunan diorientasikan pada bidang ekonomi yang menitik beratkan pada peranan uang (capital centered development). Kemajuan dalam kegiatan perekonomian pada masa itu telah berhasil meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur

Upload: voliem

Post on 26-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu kemajuan yang diharapkan secara sosial

dan ekonomi. Terdapat banyak pandangan manusia terhadap “yang diharapkan”.

Oleh karena itu, kemajuan kondisi hidup manusia haruslah menjadi arti

pembangunan yang sesungguhnya. Pembangunan diharapkan dapat mengurangi

gap antara yang kaya dengan yang miskin dan mengurangi ketimpangan antara

negara maju dengan negara-negara berkembang. Dengan adanya pembangunan

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan ekonomi bukan merupakan suatu topik baru yang menjadi

bahasan di dalam ilmu ekonomi. Studi pembangunan ekonomi telah menjadi

perhatian bagi para ekonom dari sejak jaman Merkantilis, Klasik, hingga Marx

dan Keynes (Widodo, 2006).

Kebijakan pembangunan ekonomi yang ditempuh pada pemerintahan

masa lalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang luas. Pada

masa pemerintahan orde baru, pembangunan diorientasikan pada bidang ekonomi

yang menitik beratkan pada peranan uang (capital centered development).

Kemajuan dalam kegiatan perekonomian pada masa itu telah berhasil

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

2

ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi dapat dilihat berdasarkan struktur

kenaikan produksi dan penyerapan tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dari tahun

sebelumnya. Selain itu pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan

ekonomi (economy growth), dimana keduanya memiliki hubungan saling

keterkaitan. Artinya pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi

dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar pembangunan ekonomi

Posisi perekonomian provinsi-provinsi di Indonesia menurut Tipologi

Daerah (Anggit, 2011), Tipologi Klassen Provinsi, Indonesia tahun 2009

menempatkan Provinsi Sumatera Barat pada kelas daerah relatif tertinggal,

dimana pertumbuhan dan pendapatan daerah rendah. Dan yang ditemukan di

lapangan, terdapat pertumbuhan yang tidak begitu terlihat di beberapa

kabupaten/kota, sehingga menjadi pertanyaan untuk melihat secara khusus ke

dalam masing-masing kabupaten/kota di dalamnya.

Ketimpangan regional, krisis multidimensional, kemiskinan, dan

ancaman disintregasi nasional memaksa terjadinya perubahan paradigma

pembangunan. Pada orde reformasi, pembangunan dilakukan dengan pendekatan

ekonomi yang dihumaniskan (people centered development) dengan memasukkan

aspek sosial, kesejahteraan, dan lingkungan. Sehingga pertumbuhan ekonomi

yang dicapai akan menjadi “pelayan” bagi pemenuhan berbagai aspek kebutuhan

masyarakat secara berkeadilan (UNDP dalam Ilmalia, 2005). Sementara itu,

masalah kemiskinan dalam ukuran relatif lebih mendekati kepada permasalahan

ketidakmerataan pendapatan, yaitu suatu ukuran yang membandingkan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

3

penerimaan atau pendapatan seseorang atau sekelompok orang dengan orang atau

dengan kelompok yang lain (Atkinson, 1975).

Penyebab ketimpangan menurut Anwar (2005), terdiri dari beberapa hal

yaitu :

1) perbedaan karakteristik limpahan sumberdaya alam (resource

endowment);

2) perbedaan demografi;

3) perbedaan kemampuan sumberdaya manusia (human capital);

4) perbedaan potensi lokasi;

5) perbedaan dari aspek aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan

keputusan;

6) perbedaan aspek potensi pasar.

Berdasarkan faktor tersebut maka dalam suatu wilayah akan terdapat

beberapa macam karakteristik wilayah ditinjau dari aspek kemajuannya, yaitu:

Wilayah maju, Wilayah sedang berkembang, Wilayah belum berkembang, dan

Wilayah tidak berkembang.

Perbedaan perkembangan wilayah akan membentuk suatu struktur

wilayah yang berhirarki, dimana wilayah yang telah maju cenderung akan cepat

berkembang menjadi pusat aktifitas baik perekonomian maupun pemerintahan.

Wilayah yang sumber daya alamnya kurang mendukung akan relatif kurang

berkembang dan cenderung menjadi wilayah hinterland. Keadaan ini dapat

menjadi faktor pendorong bagi sumber daya manusia untuk bekerja ke wilayah

yang lebih berkembang dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya sehingga akan

semakin sulit bagi wilayah ini untuk berkembang karena telah mengalami

kekurangan sumberdaya manusia.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

4

Perkembangan wilayah di Provinsi Sumatera Barat secara kasat mata

mengindikasikan terdapat ketimpangan wilayah. Kabupaten Kepulauan Mentawai

yang terpisah dari kabupaten/kota lainnya merupakan wilayah yang sangat jauh

tertinggal dibandingkan wilayah lainnya. Secara umum, wilayah yang berada di

bagian Selatan dan Utara juga lebih tertinggal dibandingkan dengan wilayah yang

berada di bagian Tengah. Perbedaan lain juga dapat dilihat dimana wilayah kota

perkembangannya jauh lebih baik dari wilayah kabupaten. Indikator ketimpangan

tersebut dapat dilihat dari infrastruktur jalan, fasilitas ekonomi, serta sarana dan

prasarana sosial. Faktor fisik wilayah di Sumatera Barat yang beragam seperti

topografi, tutupan lahan, dan kerentanan terhadap bencana turut mempengaruhi

terjadinya ketimpangan tersebut.

Setiap nilai kegiatan ekonomi yang dapat berupa produksi barang

maupun jasa di suatu daerah dalam satu satuan waktu (tahun) sederhananya dapat

dijadikan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dalam hal

ini, perhitungan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang akan

dijadikan sebagai acuan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 daerah tingkat dua, yang terdiri 12

Kabupaten dan 7 kota dengan jumlah penduduk lebih dari 4.800.000 jiwa. Tiap

Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

lainnya. Laju pertumbuhan PDRB di kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi

Sumatera Barat tumbuh secara positif yang ditandai dengan pertumbuhan

ekonominya dalam kurun waktu 2001 – 2010 mendekati rata-rata pertumbuhan

ekonomi nasional.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

5

Ketimpangan antar kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dapat

terjadi sebagai akibat karena adanya perbedaan besar sumbangan per sektor

Provinsi Sumatera Barat. Kemudian dekomposisi sumber disparitas di Provinsi

Sumatera Barat yang akan dilakukan dengan analisis Indeks Theill dengan

pengelompokkan wilayah terdiri dari daerah kabupaten dan daerah kota.

Nilai PDRB per Kapita Sumatera Barat (Badan Pusat Statistik, 2010)

sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 yang terus mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun selama periode RPJMD pertama. Tahun 2005 besarnya PDRB

per kapita Sumatera Barat adalah sebesar Rp 6,40 juta/jiwa terus mengalami

kenaikan yang sangat signifikan sampai tahun 2010 yang mencapai Rp

8,16juta/jiwa, dengan pertumbuhan sebesar 17,50% dengan rata-rata pertumbuhan

per tahunnya adalah sebesar 5,50% per tahun.

Pada tahun 2005, terdapat delapan kabupaten dan Kota yang memiliki

nilai pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari rata-rata PDRB per kapita

Sumatera Barat, di antaranya adalah kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar Rp

6,65 juta, kabupaten Lima Puluh Kota yang mencapai Rp 6,56 juta, Kota Padang

sebesar Rp 11,39 juta, dan Kota Payakumbuh yang berada di bawah angka

provinsi Sumatera Barat yakni sebesar Rp 6,32 juta.Pada tahun 2009 masih

terdapat delapan wilayah kabupaten dan Kota yang memiliki PDRB per Kapita

yang lebih tinggi dari rata-rata provinsi yakni Kabupaten Lima Puluh Kota

sebesar Rp 8,04 juta, Kota Padang sebesar Rp 12,96 juta, dan semua kota lainnya

kecuali Kota Padangpanjang yang hanya sebesar Rp 6,85 juta.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

6

Data lain seperti sarana dan prasarana wilayah, juga menunjukkan terjadi

ketimpangan antar wilayah di Provinsi Sumatera Barat. Kondisi jaringan jalan

tidak terdistribusi secara proporsional, dimana wilayah perkotaan memiliki rasio

yang jauh lebih tinggi dibandingkan daerah kabupaten. Rasio panjang jalan per

luas wilayah di Kota Bukittinggi mencapai 712,797 persen, sementara di

Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya 11,360 persen (RTRW Sumatera Barat

2009 – 2029). Beberapa wilayah masih ada yang belum dilalui jalan negara,

bahkan Kabupaten Kepulauan Mentawai tidak memiliki jalan provinsi.

Secara umum perbedaan PDRB dan data sarana prasarana wilayah di atas

memperlihatkan bahwa terdapat ketimpangan antar wilayah di Provinsi Sumatera

Barat. Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Dharmasraya sebagai kabupaten

yang baru dimekarkan pasca tahun 1999 mempunyai nilai PDRB 1.066 miliar

rupiah jauh di bawah rata-rata provinsi 3.612 miliar rupiah (Badan Pusat Statistik

Sumatera Barat, 2009).

Hal ini mengindikasikan bahwa potensi yang dimiliki belum mampu

dieksploitasi secara maksimal atau memang wilayah tersebut tidak memiliki

sumber daya yang cukupuntuk mengembangkan wilayahnya. Sementara

Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, dan Kabupaten

Pasaman juga memiliki nilai PDRB di bawah rata-rata provinsi. Penjelasan di atas

mengakibatkan perlunya penelitian tentang “Pertumbuhan Ekonomi Dan

Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat Tahun

2001-2010”.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

7

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana

pertumbuhan ekonomi, dan ketimpangan regional antar kabupaten/kota se-Provinsi

Sumatera Barat serta hubungannya. Objek penelitian ini adalah seluruh

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dengan menggunakan data sekunder

berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan jumlah penduduk

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2001-2010 serta menggunakan

pendekatan deskriptif untuk: Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Tipologi Klassen,

Indeks Entropi Theil.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil beberapa permasalahan

pokok, yaitu sebagai berikut :

1. bagaimana dinamika laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di

Provinsi Sumatera Barat?

2. berapa besar tingkat ketimpangan antar wilayah kabupaten/kota Provinsi

Sumatera Barat?

3. bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan

antar wilayah di Provinsi Sumatera Barat?

4. bagaimana strategi arahan pengembangan kebijakan yang sesuai untuk

masing-masing tipe wilayah di Provinsi Sumatera Barat?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

8

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. identifikasi dinamika laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di

Provinsi Sumatera Barat pada rentang tahun 2001-2010.

2. identifikasi tingkat ketimpangan yang terjadi antar daerah kabupaten

dengan kota di Provinsi Sumatera Barat.

3. analisis pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan

ketimpangan antar wilayah di Provinsi Sumatera Barat.

4. analisis strategi arahan pengembangan kebijakan yang sesuai untuk

masing-masing tipe wilayah di Provinsi Sumatera Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk :

1. diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

sebagai acuan pengambilan kebijakan dalam pengalokasian dana

pembangunan.

2. sebagai sumber informasi yang dapat dimanfaatkan bagi penelitian yang

sejenis pada masa yang akan datang.

3. sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana tingkat strata satu di Fakultas

Geografi Gadjah Mada serta sebagai cara untuk pengembangan ilmu

pendidikan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

9

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang berupa

skripsi dan tesis sebagai bahan perbandingan dan rujukan. Penelitian ini secara

umum mengambil tema hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

wilayah. Sri Suyatmi (2003) meneliti hubungan antara pembangunan manusia dan

pembangunan ekonomi di Kalimantan Timur pada tahun 1996-2001

menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui adanya perbedaan perubahan

pembangunan manusia antara kabupaten/kota yang memiliki IPM tinggi dan

rendah, serta uji korelasi Kendall’s Tau untuk mengetahui keeratan hubungan

kedua variable tersebut.

Anggun Ciptasari N (2012) meneliti tentang analisis dampak kebijakan

otonomi daerah terhadap ketimpangan perkembangan wilayah di kawasan

Ciayumajakuning menggunakan Tipologi Klassen, indeks entropi Theil, uji

wilcoxon dan regresi data panel dalam mencapai tujuan untuk mengidentifikasi

tingkat kesenjangan perkembangan wilayah, mengidentifikasi pengaruh

pelaksanaan OTDA terhadap ketimpangan perkembangan wilayah, dan

mengindetifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan wilayah pada

pelaksanaan atau implikasi dari kebijakan OTDA.

Sirat Purnama (2008) meneliti tentang pertumbuhan ekonomi dan

ketimpangan pendapatan regional di Provinsi Bengkulu pada tahun 2000-2006.

Penelitian ini menggunakan indeks ketimpangan Williamson dan Indeks Theil

untuk menganalisis ketimpangan pendapatan antar kabupaten, Hipotesa Kuznets

untuk mengetahui berlakunya hipotesa Kuznet tentang U terbalik, dan korelasi

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

10

Pearson untuk mengetahui korelasi antara pendapatan per kapita dengan indeks

Williamson dan indeks Theil.

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-

penelitian sebelumnya. Penelitian ini menitikberatkan pada pola hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan wilayah menjadi beberapa tipe wilayah.

Dengan melihat pola hubungan tersebut dapat disusun arahan pengembangan dan

kebijakan wilayah yang sesuai untuk setiap masing-masing tipe wilayah tersebut.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

12

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

13

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

14

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

15

1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Studi Geografi

Menurut Bintarto (2006), Geografi adalah ilmu yang mempelajari

persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan

atau kelingkungan dalam konteks keruangan. Obyek kajian geografi yaitu obyek

material dan obyek formal. Obyek material adalah erat kaitannya dengan beberapa

aspek kehidupan manusia, lingkungan dan aspek pembangunan. Sedangkan obyek

formal adalah cara memandang dan cara berfikir terhadap obyek material tersebut

dari segi keruangan yang meliputi pola sistem dan proses.

Obyek materi geografi berupa fenomena geosfer, yaitu atmosfer,

hidrosfer, litosfer, serta biosfer, dimana didalam fenomena-fenomena tersebut

dijalin suatu interaksi, baik yang sederhana maupun yang rumit (Bintarto dan

Surastopo, 1988). Sedangkan yang membedakan geografi dengan disiplin ilmu

yang lain adalah obyek formalnya atau dilihat dari pendekatannya. Dalam

geografi terpadu (integrated geography) mengenal bermacam-macam pendekatan

yang secara eksplisit dituangkan ke dalam beberapa analisis yang digunakan

untuk mendekati atau menghampiri masalah-masalah yang ada dalam geografi.

Analisis tersebut adalah (Bintarto dan Surastopo, 1978):

1. Analisa keruangan (spatial analysis) yaitu mempelajari perbedaan lokasi

mengenai sifat-sifat penting, yang memperhatikan penyebaran

penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan

digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

16

2. Analisa ekologi (ecological analysis) yaitu pendekatan yang

memperhatikan interaksi organisme hidup dengan lingkungannya.

3. Analisa kompleks wilayah (regional complex analysis) yaitu suatu

pendekatan yang merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan

analisa ekologikal.

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah analisa

kompleks wilayah yaitu mempelajari bagaimana pola pertumbuhan ekonomi antar

wilayah, dan mengelompokkannya ke dalam empat kelas sesuai dengan Tipologi

Klassen, sehingga dapat terlihat dengan jelas perbandingan pertumbuhan ekonomi

dan pertumbuhan wilayah antar masing-masing kabupaten/kota di Provinsi

Sumatera Barat. Di samping itu juga dipelajari bagaimana adanya ketimpangan

yang terjadi antar wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat tersebut

dengan menggunakan Indeks Entrophi Theil.

1.6.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pertumbuhan ekonomi sering sekali dikacaukan dengan

pengertian pembangunan ekonomi. Padahal, pengertian keduanya itu sebenarnya

berbeda, karena pada dasarnya pengertian pembangunan ekonomi itu sendiri lebih

luas daripada pengertian pertumbuhan ekonomi. Karena itu, pengertian

pertumbuhan (growth) harus dibedakan dengan pengertian pembangunan

(development). Istilah pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

penting dalam ekonomi makro dan merupakan salah satu target utama dalam

kebijakan ekonomi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

17

Menurut Prasetyo (2009), istilah pertumbuhan ekonomi (economic

growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau

pertambahan pendapatan nasional agregatif dalam kurun waktu tertentu, misalkan

satu tahun. Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan jika

jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun

tertentu lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian

pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan kapasitas

produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurung waktu tertentu. Karena itu,

pengertian pertumbuhan ekonomi (economic growth) juga harus dibedakan

dengan perkembangan ekonomi (economic developing). Karena perkembangan

ekonomi tidak hanya menyangkut pertambahan dalam produksi barang dan jasa

secara fisik saja, melainkan juga kualitas barang dan jasa maupun kualitas faktor-

faktor produksi yang terlibat di dalam proses produksi barang dan jasa. Dengan

demikian, maka jika telah terjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, maka

istilah ini dapat diartikan sebagai perkembangan ekonomi.

Agar terjadi pembangunan ekonomi, maka diperlukan syarat perlu dan

syarat cukup adanya pertumbuhan ekonomi (Prasetyo, 2009). Pertumbuhan

ekonomi dianggap sebagai syarat perlu dalam pembangunan jika pertumbuhan

ekonomi benar-benar secara fisik telah terjadi, sedangkan pertumbuhan ekonomi

sebagai syarat cukup jika telah terjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

(perkembangan ekonomi), sehingga pertambahan output agregat berarti pula

pertambahan pendapatan riil perkapita yang semakin baik. Jika demikian, maka

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

18

pengertian pertumbuhan yang berkualitas sering dianggap sebagai pengertian

pembangunan ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi sendiri secara sederhana merupakan proses

kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, sehingga tidak heran jika ada

yang mengartikan pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per

kapita dalam jangka panjang, sehingga tidak heran jika ada yang mengartikan

pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output atau pendapatan perkapita

dalam jangka panjang. Jika pengertian ini yang dimaksud, maka tidak salah juga

jika pengertian pertumbuhan ekonomi sering dikacaukan dengan pengertian

pembangunan ekonomi. Namun demikian, tetaplah bahwa pengertian

pembangunan ekonomi lebih luas daripada pengertian pertumbuhan ekonomi

maupun pengertian perkembangan ekonomi itu sendiri. Karena pengertian

pembangunan ekonomi (economic development) selain mencakup proses

pertumbuhan ekonomi, juga merupakan proses kenaikan struktur ekonomi sosial

dan modernisasi atau kematangan kelembagaan yang lebih luas, termasuk dapat

berkurangnya maasalah kemiskinan dan pengangguran. Namun demikian,

masalah pembangunan ekonomi dalam penelitian ini tidak akan dibahas.

Pertumbuhan ekonomi yang cepat menjadi pekerjaan utama dan tumpuan

perhatian utama para pakar ekonomi, perencana, para pembuat keputusan dan

politikus di negaranegaraberkembang selama tiga dasawarsa ini. Hal ini terjadi

karena pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai prasyarat utama dalam mencapai

taraf kehidupan yang lebih tinggi bagiseluruh anggota masyarakat di negara yang

bersangkutan. Itu pula sebabnya pertumbuhan ekonomi menjadi inti usaha

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

19

pembangunan. Akan tetapi, saat ini berkembang pula pandangan bahwa aspek lain

tak kalah penting dalam pembangunan seperti pemerataan pendapatan dan hasil-

hasil pembangunan, pengentasan kemiskinan, serta penanggulangan masalah

pengangguran (Todaro, 2003).

Selama ini salah satu kriteria yang sering digunakan untuk mengetahui

keadaan perekonomian suatu negara atau daerah adalah dengan melihat

pertumbuhan PDB/PDRB.Menurut Tambunan (2009) Walaupun bukan suatu

indikator yang bagus, tingkat kesejahteraan masyarakat dilihat dari aspek

ekonominya, dapat diukur dengan pendapatan nasional (PN) per kapita. Untuk

dapat meningkatkan PN, pertumbuhan ekonomi diukur dengan pertumbuhan

PDB, menjadi salah satu target penting yang harus dicapai dalam pembangunan

ekonomi. Oleh karena itu, tidak heran jika pada awal pembangunan ekonomi,

umumnya di banyak negara perencanaan pembangunan ekonomi lebih

berorientasi pada pertumbuhan, bukan distribusi pendapatan. Memang untuk

negara seperti Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar.

pertumbuhan ekonomi sangat penting sebagai prioritas pembangunan jangka

pendek. Dalam periode jangka panjang pertumbuhan yang berkesinambungan

membawa perubahan struktur ekonomi lewat efek dari sisi permintaan

(peningkatan pendapatan masyarakat) dan pada gilirannya perubahan tersebut

menjadi faktor pemicu pertumbuhan ekonomi.

Dari berbagai definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

suatu proses perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan atau

pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi daripada yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

20

dicapai pada waktu sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangan baru tercipta

apabila jumlah fisik barang-barang dan jasajasa yang dihasilkan bertambah besar

pada tahun berikutnya. Sedangkan, untuk mengetahui apakah suatu perekonomian

mengalami pertumbuhan perlu ditentukan perubahan yang sebenarnya terjadi

dalam kegiatan-kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun tersebut.

Pada umumnya para ekonom memberikan pengertian yang sama

mengenai pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai kenaikkan GDP/GNP saja tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat

pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau

tidak (Arsyad, 1999).

Terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peranan sektor-

sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Untuk melihat sektor-sektor yang

memberikan peran utama bagi perkembangan perekonomian daerah, menurut

Richardson (2001) dan Glasson (1997), salah satu cara atau pendekatan model

ekonomi regional adalah analisis basis ekonomi (economic base),model ini dapat

menjelaskan struktur ekonomi daerah atas dua sektor, yaitu sektor basis dan non

basis. Model economic base menekankan pada ekspansi ekspor sebagai sumber

utama pertumbuhan ekonomi daerah.

Simon Kuznets dalam Sukirno, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi

sebagai peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang -

barang ekonomi bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini disebabkan

oleh kemajuan teknologi, kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang

dibutuhkan (Sukirno, 1995).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

21

Peroux dalam Arsyad, mengemukakan sebuah teori Pusat Pertumbuhan

(Pole Growth) merupakan teori yang menjadi dasar dari strategi kebijakan

pembangunan industri daerah yang banyak terpakai di berbagai negara dewasa ini.

Pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah ada waktu yang bersamaan,

pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan

dengan intensitas yang berbeda. Inti dari teori ini adalah adanya industri

unggulan yang merupakan penggerak dalam pembangunan ekonomi daerah.

Selanjutnya timbul daerah yang relatif maju akan mempengaruhi daerah-daerah

yang relatif pasif (Arsyad, 1999).

Menurut Fisher dan Kindleberger dalam Djojohadikumo, bahwa

pertumbuhan ekonomi biasanya disertai dengan pergeseran permintaan dari sektor

primer ke sektor sekunder. Pendapat Fisher ini kemudian didukung oleh Clark

dengan menggunakan data Cross Sectional dari beberapa negara. Clark menyusun

struktur kesempatan kerja menurut sektor produksi dan tingkat pendapatan

nasional per kapita. Hasilnya adalah semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita

nasional suatu negara, makin kecil peranan sektor primer dalam menyediakan

kesempatan kerja (Djojohadikusumo, 1994). Perubahan struktur ekonomi yang

terjadi pada suatu daerah memiliki keterkaitan dengan terjadinya perkembangan

sektor-sektor ekonomi yang ada pada daerah tersebut. Dari perubahan struktur

ekonomi yang terjadi, berdasarkan hasil studi empiris dari para ahli yang telah

dikemukakan pada umumnya suatu negaraatau daerah akan mengalami

transformasi ekonomi menuju industrialisasi, yang ditandai dengan semakin

meningkatnya peranan sektor non primer khususnya sektor industri

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

22

terhadap Gross National Product (GNP) dan menurunnya peranan sektor

primer, seiring dengan pertumbuhan ekonominya.

Keberhasilan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sangat

berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah. Oleh karena

itu prioritas pembangunan daerah harus sesuai dengan potensi yang

dimilikinya, sehingga akan terlihat peranan dari sektor-sektor potensial terhadap

pertumbuhan perekonomian daerah, sebagaimana yang diperlihatkan pada

perkembangan PDRB dan sektor-sektornya.

Pola pertumbuhan ekonomi dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah

berdasarkan Tipologi Klassen (Widodo,2006) dapat diklasifikasikan menjadi:

1. daerah yang Maju dan Tumbuh Cepat (Rapid Growth Region)

2. daerah Maju tetapi Tertekan (Retarted Region)

3. daerah Berkembang Cepat (Growth Region)

4. daerah Relatif Tertinggal (Relatively Backward Region)

Pendekatan yang digunakan di dalam analisis tipologi Klassen ini adalah

pendekatan daerah. Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan

untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi

masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah

berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) dan

pendapatan per kapita daerah. Pendekatan daerah pada Tipologi Klassen

menghasilkan matriks klasifikasi wilayah seperti pada tabel 1.2.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

23

Tabel 1.2 Tipologi Klassen

yi > y yi < y

ri > r Wilayah maju dan tumbuh

cepat

Wilayah yang sedang

tumbuh

ri < r Wilayah maju tapi tertekan Wilayah tertinggal

Keterangan :

ri : laju pertumbuhan ekonomi wilayah i

yi : PDRB per kapita wilayah i

r : laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi

y : PDRB per kapita wilayah referensi

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun

tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional.

Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam

perkembangan ekonomi antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan

menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan per kapita antara daerah.

Untuk menghitung ketimpangan regional digunakan Indeks Ketimpangan Entropi

Theil (Kuncoro , 2004).

1.6.3 Ketimpangan Wilayah

Ketimpangan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan,

ditentukan atas keseluruhan populasi dan tidak hanya berfokus pada kaum miskin.

Ukuran paling sederhana dari ketimpangan adalah mengurutkan populasi

termiskin sampai terkaya dan menunjukkan persentase pengeluaran (atau

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

24

pendapatan) yang dianggap berasal dari masing-masing kuintil atau dersil dari

populasi tersebut. Kuintil termiskin umumnya mencakup 6-10 persen dari semua

pengeluaran, sementara kuintil teratas mencakup 35-50 persen.

Ketimpangan wilayah terjadi karena berbagai faktor, diantaranya

pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah yang berbeda-beda, tingkat

pengangguran, aglomerasi, panjang jalan. Pertumbuhan ekonomi yang tidak

merata dapat menyebabkan kesenjangan wilayah. Suatu perekonomian dikatakan

berkembang jika pendapatan per kapita menunjukan kecendrungan jangka

panjang yang meningkat. Umumnya, pembangunan atau pertumbuhan ekonomi

diartikan sebagai kenaikan PDRB.

Van der Eng dalam Kuncoro (2011) telah meneliti strata ekonomi

Indonesia di zaman penjajahan. Pada tahun 1930 (dua tahun setelah Sumpah

Pemuda), 51,1 juta penduduk pribumi (Indonesia) yaitu 97.4% dari seluruh

penduduk yang berjumlah 60,7 juta, hanya menerima 3,6 juta gulden. Jumlah

tersebut setara dengan 0,54% dari pendapatan “nasional” Hindia-Belanda.

Penduduk Asia lain berjumlah 1,3 juta (2,2%) menerima 0,4 juta gulden (0,06%),

sedangkan 241.000 orang Eropa (kebanyakan Belanda) menerima 665 juta gulden

(99,4%). Sangat “timpangnya” pembagian pendapatan nasional iniliah yang sulit

diterima para pejuan perintis kemerdekaan Indonesia yang bersumpah tahun 1928

di Jakarta.

Setelah Indonesia merdeka, ketimpangan ekonomi tidak separah pada

zaman penjajahan, tetapi konglomerasi (1987-1994) telah menciptakan

ketimpangan ekonomi yang luar biasa. Inilah penyebab terjadinya “bom waktu”

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

25

yang kemudian meledak sebagai krismon pada 1997. Selama 26 tahun (1971-

1997), rasio pendapatan penduduk di daerah terkaya dan daerah termiskin

meningkat dari 5,1 (1971) menjadi 6,8 (1982) dan 9,8 (1997). Sebagai salah satu

indikator ketimpangan pendapatan, rasio gini meningkat berturut-turut dari 0,18

menjadi 0,21 dan 0,24 masing-masing pada tahun 1971, 1983, dan 1997.

Rustiadi, et al. (2009) berpendapat bahwa secara filosofis suatu proses

pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan

berkesinambungan, untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan

berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling

humanistik. Selanjutnya Todaro (2003) dalam Rustiadi, et al. (2009) menyatakan

bahwa pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan

kemiskinan.

Lebih dari satu dekade pertumbuhan ekonomi yang cepat di negara-

negara terbelakang hanya memberikan sedikit manfaat atau tidak sama sekali

memberikan manfaat terhadap sekitar sepertiga dari populasi mereka ". Gagalnya

pertumbuhan mereduksi kemiskinan disebabkan oleh gagalnya proses trickle

down effect. Gagalnya kesejahteraan (kue pembangunan) menetes kebawah

membuat kemiskinan semakin dalam meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat

setiap tahun. Artinya hubungan pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan bukan

hubungan kausalitas karena kenaikan pertumbuhan ekonomi tidak mutlak

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

26

menurunkan angka kemiskinan. Ada banyak hal/syarat yang harus terpenuhi

untuk membuat pertumbuhan ekonomi itu inklusif dalam artian pertumbuhan

ekonomi yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat bukan hanya

kelas sosial tertentu dalam masyarakat (Ahluwalia dan Chenery, 1974).

Pembangunan berbasis pengembangan wilayah memandang pentingnya

keterpaduan antar sektoral, spasial, serta pelaku pembangunan di dalam maupun

antar daerah. Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan

sinergis antar sektor pembangunan sehingga setiap program pembangunan

sektoral selalu dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah (Rustiadi et

al. 2009). Namun demikian seringkali pembangunan wilayah yang dilaksanakan

tidak merata, baik antar sektor maupun antar wilayah sehingga mengakibatkan

terjadinya kesenjangan atau disparitas pembangunan antar wilayah.

Secara makro dapat dilihat terjadinya ketimpangan pembangunan yang

nyata misalnya antara desa-kota, antara wilayah Indonesia Timur dan Indonesia

Barat, wilayah Jawa dan luar Jawa, dan sebagainya. Menurut Rustiadi et al.

(2009) faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya disparitas tersebut

adalah sebagai berikut:

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

27

Tabel 1.3 Faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya disparitas.

Faktor Indikator

Geografi Topografi, Iklim, Curah Hujan, Sumber Daya Mineral, dll.

Sejarah Bentuk kelembagaan atau kebudayaan masa lalu

Politik Stabil atau tidak stabilnya

Kebijakan Sentralistik atau desentralistik

Administratif Administrasi yang baik (efisien, jujur, terpelajar, terlatih )

atau bukan

Sosial Masyarakat tertinggal atau maju

Ekonomi

Kuantitas dan kualitas faktor produks (contoh ; lahan,

infrastruktur, tenaga kerja),

akumulasi berbagai faktor (contoh; lingkaran kemiskinan,

standar hidup rendah),

pasar bebas (contoh; speread effect dan backwash effect),

distorsi pasar (contoh;

immobilitas, kebijakan harga, keterbatasan spesialisasi)

1.7 Kerangka pemikiran

Suatu ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan yang, berkembang

apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada

masa sebelumnya. Hal ini mengakibat adanya usaha setiap wilayah untuk terus

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya dari tahun ke tahun. Akan tetapi

adanya perbedaan karakteristik dan sumberdaya masing-masing wilayah

mengakibatkan usaha yang diupayakan masing-masing wilayah tidak berdampak

sama, sehingga terjadi ketimpangan ekonomi baik itu antar wilayah, maupun di

dalam wilayah itu sendiri.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

28

Perbedaan karakteristik antar wilayah memunculkan perbedaan struktur

perekonomian masing-masing wilayah serta memunculkan berbagai tipologi

wilayah, juga adanya perbedaan tingkat pembangunan masing-masing wilayah.

Perbedaan tingkat pertumbuhan mengakibatkan adanya perbedaan dalam upaya

meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan di masing-masing wilayah. Sehingga

hal ini menjadi sebab perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

di masing-masing wilayah. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda di

masing-masing wilayah dengan tingkat ketimpangan yang berbeda juga di setiap

wilayahnya dapat dibentuk suatu pola hubungan antar kedua variabel tersebut

sebagai upaya untuk menentukan arahan pengembangan dan kebijakan wilayah.

Diperlukan kebijakan yang sesuai untuk masing-masing tipe wilayah,

sehingga setiap wilayah dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakter

yang dimiliki oleh masing-masing wilayah dan dapat mengurangi tingkat

ketimpangan, serta dapat mengoptimalkan laju pertumbuhan ekonomi yang

dimiliki masing-masing wilayah tersebut.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

29

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Regionalisasi

Kota

Kabupaten

Geografis Kebijakan

Location

Quotient (LQ)

Sektor

Perekonomian

Karakter Wilayah Pembangunan

Ekonomi

Pertumbuhan Pemerataan

Pertumbuhan

Ekonomi

Ketimpangan

Wilayah

Pola Hubungan

Tipologi Wilayah

Strategi Pengembangan Wilayah

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64710/potongan/S1-2013... · Kabupaten terdapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu sama

30

1.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya

atau juga untuk merumuskan hubungan antar dua atau lebih variabel-variabel

yang diteliti. Hipotesis ini berfungsi untuk menguji kebenaran, serta memberikan

gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori dan memperluas pengetahuan

peneliti mengenai hal yang sedang dipelajari. Mengacu pada permasalahan yang

telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disusun beberapa hipotesis

sebagai berikut :

1. laju pertumbuhan ekonomi pada masing-masing tipologi wilayah di

Provinsi Sumatera Barat tumbuh secara positif antara tahun 2001-2010.

2. tingkat ketimpangan pada daerah kota lebih tinggi dibandingkan dengan

daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat.

3. adanya hubungan yang positif antara pertumbuhan ekonomi dengan

ketimpangan wilayah.