bab i pendahuluan a. latar...

43
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Keberadaan jurnalisme dan produknya tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Begitu pula sebaliknya, teknologi juga memberikan warna baru dalam dunia jurnalisme. 1 Kemunculan surat kabar pada abad ke- 17 2 adalah dampak dari penemuan mesin cetak Gutenberg di Jerman pada tahun 1457 3 yang kemudian disusul dengan terbitnya surat kabar pertama pada 1609. 4 Meski sejarah lebih banyak mencatat kemajuan Eropa dalam dunia percetakan, China sebetulnya sudah lebih dulu memiliki mesin cetak dan menerbitkan surat kabarnya pada abad 748. 5 Hingga sampai sekarang, proses- proses kerja jurnalisme dalam memproduksi berita telah banyak dibantu oleh teknologi, terutama komputer. 6 Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, jurnalisme pada awalnya lahir dalam berita-berita berbentuk lagu dan cerita yang dinyanyikan oleh para pengamen keliling. Jurnalisme modern baru benar-benar muncul sekitar abad ke-17 saat teknologi mesin cetak hadir. 7 Dengan mesin tersebut, lembaran- lembaran berita dan pamflet dapat dicetak dengan kecepatan yang lebih tinggi, 1 John Pavlik, “The Impact of Technology on Journalism”, dalam Journalism Studies, Vol 1, No. 2 (2000), hlm. 229– 230. 2 Asa Briggs & Peter Burke, Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai Internet (Terjemahan A. Rahman Zainuddin) (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), hlm. 17 3 Ibid., hlm. 18 4 John V. Pavlik & Shawn McIntosch, Converging Media: A New Introduction to Mass Communication (Third Edition) (New York: Oxford University Press, 2013), hlm. 85 5 Ibid., hlm. 84 6 Taina Bucher, “Machine Don’t Have Instict’: Articulating the Computational in Journalism” dalam New Media and Society, Vol 19, No. 6 (Juni 2017), hlm. 919 7 Bill Kovach & Tom Rosentiel, Sembilan Elemen Jurnalisme (Terjemahan Yusi A. Pareanom) (Jakarta: Pantau, 2003), hlm. 17

Upload: dangxuyen

Post on 14-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Keberadaan jurnalisme dan produknya tidak terlepas dari pengaruh

perkembangan teknologi. Begitu pula sebaliknya, teknologi juga memberikan

warna baru dalam dunia jurnalisme.1 Kemunculan surat kabar pada abad ke-

172 adalah dampak dari penemuan mesin cetak Gutenberg di Jerman pada

tahun 14573 yang kemudian disusul dengan terbitnya surat kabar pertama pada

1609.4 Meski sejarah lebih banyak mencatat kemajuan Eropa dalam dunia

percetakan, China sebetulnya sudah lebih dulu memiliki mesin cetak dan

menerbitkan surat kabarnya pada abad 748.5 Hingga sampai sekarang, proses-

proses kerja jurnalisme dalam memproduksi berita telah banyak dibantu oleh

teknologi, terutama komputer.6

Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, jurnalisme pada awalnya lahir

dalam berita-berita berbentuk lagu dan cerita yang dinyanyikan oleh para

pengamen keliling. Jurnalisme modern baru benar-benar muncul sekitar abad

ke-17 saat teknologi mesin cetak hadir.7 Dengan mesin tersebut, lembaran-

lembaran berita dan pamflet dapat dicetak dengan kecepatan yang lebih tinggi,

1 John Pavlik, “The Impact of Technology on Journalism”, dalam Journalism Studies, Vol 1, No. 2 (2000), hlm. 229– 230. 2 Asa Briggs & Peter Burke, Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai Internet (Terjemahan A. Rahman Zainuddin) (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), hlm. 17 3Ibid., hlm. 18 4 John V. Pavlik & Shawn McIntosch, Converging Media: A New Introduction to Mass Communication (Third Edition) (New York: Oxford University Press, 2013), hlm. 85 5Ibid., hlm. 84 6 Taina Bucher, “Machine Don’t Have Instict’: Articulating the Computational in Journalism” dalam New Media and Society, Vol 19, No. 6 (Juni 2017), hlm. 919 7 Bill Kovach & Tom Rosentiel, Sembilan Elemen Jurnalisme (Terjemahan Yusi A. Pareanom) (Jakarta: Pantau, 2003), hlm. 17

Page 2: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

2

dalam jumlah yang lebih banyak, dan ongkos yang semakin sedikit.8

Selain pada cetak, kemunculan radio dan televisi juga memberikan

alternatif baru bagi produk-produk jurnalisme. Perubahan format dari teks

menjadi audio dan video menyebabkan penyesuaian kaidah kerja jurnalisme

dengan karakter medianya (platform). Penyesuaian ini, menurut Ashadi

Siregar, pada dasarnya bukan dalam orientasi etis tetapi hanya menyangkut

aspek teknis (technicalities).9 Meski begitu, perbedaan medium tetap

berimplikasi pada pembentukan karakter-karakter khusus pada praktik

jurnalisme. Misalnya saja pada televisi, Soewardi Idris menjelaskan,

jurnalisme dalam televisi lebih menekankan gambar bergerak yang mampu

mempengaruhi emosi penonton.10

Hadirnya teknologi internet juga berimplikasi pada industri media, baik

pada jurnalis, audiens (pembaca), etika dan praktik-praktik jurnalisme, serta

produksi-konsumsi berita.11 Sama seperti cetak, radio, televisi dan berbagai

bentuk media yang hadir sebelumnya, internet tidak hanya mengubah metode

dan tujuan jurnalisme tetapi juga mengubah persepsi orang-orang terhadap

berita. Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar

yang mempengaruhi teknologi, budaya, sosial, dan ekonomi masyarakat.12

Internet menjadi tantangan dalam jurnalisme dan menuntut para

wartawan untuk menulis berita lebih banyak yang cenderung mengundang klik.

Hal ini lantaran ketatnya persaingan industri media online. Apalagi, di era

internet, informasi diproduksi secara terus-menerus sehingga wartawan juga

dituntut agar mampu mengolahnya. Kondisi tersebut pun semakin membuat

peran dan fungsi komputer menjadi krusial. Apalagi, komputer memiliki

8 Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik (Bandung: Rosda, 2005), hlm. 16 9Ashadi Siregar, “Trend Jurnalisme Televisi”, ashadisiregarfiles.wordpress.com, Agustus 2008, dalam https://ashadisiregar.files.wordpress.com/2008/08/trend-jurnalisme-televisi.pdf, diakses pada 13 September 2016 10 Soewardi Idris, Jurnalistik Televisi, (Bandung, Remadja Karya: 1987), hlm. v 11 John V. Pavlik & Shawn McIntosh, Converging Media: A New Introduction to Mass Communication. Third Edition. (New York: Oxford University Press, 2011), hlm. 4 12 Ibid.,

Page 3: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

3

kemampuan untuk menyelesaikan persoalan dengan cepat.

Hal tersebut semakin didukung dengan kajian ilmu komputer paling

mutakhir, yaitu teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan

yang memunculkan mekanisme baru dalam jurnalisme. Mekanisme tersebut

akrab disebut sebagai jurnalisme robot.13 AI sendiri dipahami sebagai

kemampuan dari sebuah komputer untuk berpikir seperti manusia14 sedangkan

jurnalis robot adalah perangkat lunak yang mampu menginterpretasi dan

mengolah data menjadi cerita yang runtut (berita) melalui penyusunan

algoritma.15 Dalam memproduksi berita tersebut, konsep AI yang digunakan

adalah Machine Learning (ML) dan Natural Language Processing (NLP).

Dalam hal ini, ML adalah bagian ilmu komputer yang berfokus pada

pengenalan pola dan pembelajaran oleh kecerdasan buatan. Sedangkan NLP

adalah bidang ilmu komputer yang berhubungan dengan pemrosesan bahasa

manusia dan linguistik. Pengembangan teknologi AI semakin memiliki peran

besar terutama dengan munculnya big data (kumpulan himpunan data dalam

jumlah yang sangat besar dan kompleks di internet)16 yang menyediakan

database bagi jurnalis robot untuk menulis berita. Keberadaan big data memang

memudahkan orang-orang, termasuk jurnalis, untuk mencari, mengolah, dan

menganalisis informasi dari berbagai sumber. Melimpahnya informasi tersebut

juga membuat jurnalis harus mampu memproduksi berita dengan cara yang

baru, berbeda,17 dan lebih kreatif. Apalagi sejak 2013, 90% data telah

dihasilkan melalui internet.18

13 Yves Eudes, “The Journalist Who Never Sleep”, theguardian.com, London, 12 September 2014, dalam https://www.theguardian.com/technology/2014/sep/12/artificial-intelligence-data-journalism-media, diakses pada 7 September 2016. 14 Nick Bostrom, Superintelligence: Paths, Dangers, Strategies (New York: Oxford University, 2014), hlm. 26 15 Yves Eudes, Op. Cit., 16 Rafael Peixoto, Christope Cruz, & Nuno Silva, “Adaptive Learning Process for the Evolution of Ontology-Described Classification Model in Big Data Context”, Makalah disajikan dalam SAI Computing Conference 2016, IEEE Explore, London 13-15 Juli 2016, hlm. 532. 17 Erik Stavelin, “Computational Journalism: When Journalism meets Programming”, Disertasi Doktoral Departemen Informasi dan Kajian Media University of Bergen tidak diterbitkan (dapat diakses di terarsip di http://stavelin.com/uib/ComputationalJournalism_EirikStavelin.pdf), hlm. 10 18 “90 % World’s Data Generated Last Two Years”, dalam https://sciencenode.org/visualization/90-worlds-data-generated-last-two-years.php, diakes pada 7 September 2016.

Page 4: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

4

Sayangnya, jurnalis manusia belum memiliki kapasitas untuk

menganalisis data sebanyak itu. Jurnalis robot dianggap lebih andal dalam

mengolah dan menganalis data. Bahkan, mampu menulis lebih banyak dengan

kesalahan yang lebih kecil. Apalagi, mesin memiliki kelebihan lain seperti

tidak kenal lelah, tidak memerlukan liburan, dan tidak takut terhadap tenggat

waktu untuk terus memproduksi konten.19

Melihat potensi jurnalis robot dan desakan kebutuhan finansial media,

suatu saat mesin dapat menggantikan beberapa posisi manusia dalam

pekerjaan-pekerjaan tertentu. Salah satunya dengan memanfaatkan jurnalis

robot yang dikembangkan oleh Automated Insight untuk menulis berita-berita

rutin seperti yang dilakukan oleh Associated Press (AP). Saat ini, jurnalis robot

yang dikembangkan baik oleh Narrative Science dan Automated Insight sudah

mampu menulis reportase mengenai olahraga, bisnis (laporan finansial), dan

real estate tanpa intervensi manusia. Menurut Kris Hammond, kemampuan

menulis jurnalis robot akan terus bertambah.20 Ken Schwenke (programmer

sekaligus jurnalis) bahkan telah menciptakan jurnalis robot bernama Quakebot

yang mampu melaporkan berita mengenai gempa bumi dengan cepat di Los

Angeles pada 17 Maret 2014.21

Salah satu media di Indonesia yang telah memanfaatkan AI untuk

membantu proses produksi berita adalah Beritagar.id, sebuah situs kurasi berita

dari berbagai jenis media daring. Teknologi ini memanfaatkan Computer-

Assisted Reporting (CAR) atau jurnalis robot yang mengimplementasikan

teknologi AI dengan pendekatan ML dan NLP. Teknologi tersebut

dikembangkan oleh Rekanalar, perusahaan komputasi linguistik yang diinisiasi

Jim Geovedi. Tidak seperti situs agregasi berita yang hanya mengumpulkan

link (tautan), Beritagar.id mengumpulkan dan menganalisis beragam konten di

19 Hiroki Sugita, “Journalism Can Survive Artificial Intelligence,” japantimes.co.jp, 2 Juli 2016, dalam https://www.japantimes.co.jp/opinion/2016/07/02/commentary/japan-commentary/journalism-can-survive-artificial-intelligence/, diakses pada 6 September 2016 20 Op. Cit. 21“Robot Journalist: ‘Quakebot’ Is Just the Beginning,” dalam http://knowledge.wharton.upenn.edu/article/will-robot-journalists-replace-humanl-ones/, diakses pada 6 September 2016

Page 5: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

5

internet dan menceritakannya kembali dengan teknologi CAR. Redaksi

kemudian berperan dalam kurasi, penyuntingan22 hingga melakukan verifikasi

lebih lanjut terhadap tulisan yang dihasilkan.

Beritagar.id memiliki 22 rubrik, diantaranya adalah berita, gaya hidup,

seni hiburan, bincang, editorial, laporan khas, lokadata, infografik, arena, sains

dan tekno, otogen, piknik, tabik, telatah, waini, ulasan, kartun, bahadur, film

bulan ini, berkas korupsi, video, dan foto. Hampir sebagian besar pengerjaan

konten rubrik beritagar.id dibantu oleh CAR. Meski begitu, Beritagar.id juga

melakukan turun lapangan dan wawancara eksklusif dalam rubrik bincang.

Berbeda lagi dengan rubrik laporan khas, Beritagar.id bekerjasama dengan

wartawan lepas (kontributor) di Indonesia untuk menulis laporan panjang.23

Fokus utama dalam penelitian ini sendiri adalah berita-berita yang proses

produksinya dibantu oleh software (perangkat lunak) komputer dan sumber

berita (data) diambil dari media daring yang lain (big data) maupun data publik

yang dapat diakses. Setiap artikel berita yang diterbitkan oleh Beritagar.id

biasanya memuat hingga 12 sumber media daring lain.24 Seperti artikel

berjudul “Sidang Mirna berbuah laporan ke Komisi Yudisial” berisi empat

sumber berita dari portal berita lain yaitu kompas.com, detik.com,

tribunnews.com, dan okezone.com.25

Hadirnya beritagar.id sebagai media pertama berbasis teknologi AI di

Indonesia telah memberikan warna baru dalam dunia jurnalisme. Muammar

Fikrie, salah satu editor beritagar.id mengatakan bahwa jurnalisme yang

diemban adalah bentuk ikhtiar baru yang diperantarai oleh teknologi26, yakni

bagaimana teknologi membantu kerja jurnalisme.

Namun begitu, praktik jurnalisme menggunakan robot bukan tanpa

persoalan. Robot akan menimbulkan otomatisasi dalam ruang redaksi pada

22Lih. https://beritagar.id/tentang-kami 23 Lih. https://beritagar.id/kanal/laporan-khas 24 Wawancara dengan Muammar Fikrie, Editor Beritagar.id, Yogyakarta, 8 November 2016. 25 Muhammad Nur Rochmi, “Sidang Mirna berbuah laporan ke Komisi Yudisial”, dalam Sidang Mirna berbuah laporan ke Komisi Yudisial, diakses 19 September 2016 26 Wawancara dengan Muammar Fikrie, Editor Beritagar.id, Yogyakarta, 8 November 2016

Page 6: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

6

beberapa aktivitas jurnalisme. Hal ini tentu mempengaruhi beberapa aspek.

Bahkan, karena menggunakan robot, pergeseran peran kerja dalam redaksi

dapat terjadi. Sehingga terdapat hibridisasi kerja yang dilakukan oleh manusia

dan robot dalam suatu praktik jurnalisme. Baik praktik dalam mencari data

sampai menuliskannya. Hal inilah yang penting untuk didedah, yakni

bagaimana praktik jurnalisme yang terjadi ketika robot hadir dan mengisi

peran-peran kerja yang dulunya dilakukan oleh manusia. Pergeseran peran

kerja dalam praktik jurnalisme dari manusia menjadi robot tentu akan banyak

berpengaruh. Sebab, teknologi tidak hanya dipandang sebagai medium pesan

tetapi juga produsen pesan itu sendiri.

Selain itu, pengaruh perkembangan teknologi terhadap jurnalisme juga

menimbulkan pertanyaan etis. Apalagi, media ini menggunakan jurnalis robot

dalam membantu produksi berita. Meski menerapkan mesin pembelajar, robot

belum tentu mampu menerapkan seluruh praktik jurnalisme dan memahami

serta mempelajari etika selayaknya jurnalis manusia. Padahal, perbedaan

mendasar dari kerja jurnalisme dengan profesi lain terletak pada tanggung

jawabnya terhadap publik, yakni menyampaikan informasi yang akurat. Di

situlah peran manusia masih sangat penting untuk mengurasi, menyunting, dan

memverifikasi informasi-informasi yang dikumpulkan oleh robot.

Dalam hal ini, penerapan etika yang dilakukan oleh Beritagar.id tidak

hanya berkutat dalam tataran jurnalisme saja. Media tersebut menggabungkan

teknologi dan jurnalisme sehingga menyinggung aspek lain, yaitu komputer

dan informasi. Maka, penerapan etika yang dilakukan juga menyinggung etis

yang berkaitan dengan komputer dan informasi di internet. Oleh karena itu,

dalam memproduksi konten, redaksi harus memilah informasi yang tersebar di

internet (big data) dengan baik. Di samping itu, penting untuk mengetahui

bagaimana Beritagar.id menyusun algoritma yang digunakan untuk mencari

dan menulis berita. Perlu diketahui pula indikator atau kriteria apa saja yang

diterapkan dalam model bahasa pemrograman sehingga mampu menghasilkan

sebuah berita yang sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalisme yang ideal.

Page 7: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

7

Oleh karena itu, penelitian terhadap praktik jurnalisme pada Beritagar.id

menjadi penting untuk mengetahui bagaimana CAR atau jurnalis robot

menerapkan praktik-praktik jurnalisme, baik dari aspek etis maupun teknis.

Selain itu, penelitian ini juga melihat peran-peran antara manusia dan robot

agar produk jurnalisme tersebut tetap berada dalam jalur yang benar. Apalagi,

pencarian sumber informasi yang dilakukan oleh beritagar.id sebagian besar

dilakukan di internet (big data). Mengutip dari tulisan Bre Redana, internet

memang menyediakan semua data, tapi dia tidak akan pernah bisa

menggantikan proses pertemuan dan wawancara. Menurutnya, wawancara

merupakan bentuk konfrontasi kesadaran yang meliputi moral, etik, dan

kemanusiaan.27

Penelitian ini juga penting dilakukan untuk terus mengikuti fenomena-

fenomena terbaru dalam dunia jurnalisme pada era digital. Sebab, saat ini,

jurnalisme memang telah tumbuh melampaui surat kabar pada awal

kelahirannya. Dimulai dari kehadiran majalah, radio dan televisi komersial,

sampai media online, tren jurnalisme terus berubah.28 Oleh karena itu, meneliti

penerapan praktik-praktik jurnalisme pada jurnalisme robot dalam situs

beritagar.id dilakukan untuk memahami seberapa besar implikasi teknologi

pada jurnalisme dalam menciptakan tren baru di era digital.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana praktik jurnalisme berbasis teknologi artificial intelligence

pada situs Beritagar.id?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik jurnalisme berbasis

teknologi artificial intelligence pada situs Beritagar.id.

27 Bre Redana menulis, “Inikah Senjakala Kami…”, Kompas (versi digital) Jakarta, 28 Desember 2015, dalam http://print.kompas.com/baca/2015/12/27/Inikah-Senjakala-Kami, diakses pada 7 September 2016. 28Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: Rosda, 2005), hlm. 17

Page 8: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

8

2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik jurnalisme berbasis

teknologi artificial intelligence pada situs Beritagar.id.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan wacana baru mengenai implikasi teknologi dalam

perkembangan jurnalisme kepada masyarakat, khususnya pelaku media dan

jurnalis.

2. Memberikan gambaran kepada para pelaku media dan jurnalis dalam

melihat perkembangan teknologi sehingga mampu membantu mereka

dalam mengatasi tantangan dunia digital.

3. Memberikan gambaran selanjutnya terhadap kebijakan dan regulasi

jurnalisme yang berkaitan dengan perkembangan teknologi.

4. Penelitian ini bisa menjadi acuan untuk melihat perkembangan jurnalisme

dari masa ke masa, khususnya kaitannya dengan perkembangan teknologi.

E. Kerangka Pemikiran

1. Jurnalisme dan Perkembangan Teknologi

Semenjak kelahirannya, praktik-praktik jurnalisme memang tidak

terlepas dari perkembangan teknologi. Mesin cetak Gutenberg yang hadir

pada 1457 adalah salah satu contoh relasi yang kuat antara perkembangan

jurnalisme dan teknologi. Mesin ini telah memberikan implikasi dalam

perkembangan distribusi berita pada abad ke-17. Pada masa itu pula, surat

kabar mulai hadir dan memberikan janji-janji demokratis yang utuh melalui

praktik-praktik jurnalisme.29 Seiring berjalannya waktu, perkembangan

teknologi terus memberikan pilihan yang lebih banyak dalam menyajikan

produk-produk jurnalisme. Misalnya saja, dengan berkembangnya

jurnalisme berbasis elektronik yang dimulai dengan kehadiran radio pada

29 Bill Kovach & Tom Rosentiel, Sembilan Elemen Jurnalisme (Terjemahan Yusi A. Pareanom) (Jakarta: Pantau, 2003), hlm. 40

Page 9: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

9

tahun 1920-an dan televisi pada akhir 1940-an dan awal 1950-an.30

Munculnya radio dan televisi membuat jurnalisme bertransformasi

dalam bentuk audio dan audio-video. Setelah kemunculan radio dan televisi,

kehadiran internet yang muncul pada abad ke-19 juga mempengaruhi

praktik-praktik jurnalisme. Tom Regan31 berpendapat bahwa “the Internet

and technology are changing the face of journalism around much of the

world”.32 Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini telah mengubah

wajah dan tren jurnalisme di seluruh dunia. Mulai dari cara penyajian,

proses pencarian berita, dan praktik-praktik jurnalisme yang dilakukan.

Kembali mengutip Regan dalam tulisannya di niemanreports.org, “We face

a future in which technology will change journalism, as it always has”.33

Teknologi mengubah jurnalisme mulai dari bagaimana para jurnalis

bekerja untuk mencapai pembacanya, alat yang digunakan dalam mencari

berita, cara menjalin relasi dengan orang-orang yang berhubungan dengan

pekerjaan jurnalisme serta bagaimana menghadapi pesaing-pesaing dalam

industri sejenis.34 Sementara itu jurnalisme tetap digugat oleh prinsip yang

sama, yaitu kejujuran (honesty), keadilan (fairness), dan akurasi

(accuracy).35 Perkembangan mutakhir yang disebut Pavlik sebagai

perubahan dramatis dalam jurnalisme adalah implementasi dari bidang

komputer dan pengolahan data untuk menulis berita yang jauh lebih

komprehensif.36

Dalam perkembangannya kini, terdapat dua model jurnalisme yang

30Ibid., 31 Tom Regan adalah editor situs web The Christian Science Monitor di www.csmonitor.com 32 Tom Regan, “Technology is Changing Journalism”, niemanreports.org, dalam http://niemanreports.org/articles/technology-is-changing-journalism/, diakses pada 8 September 2016 33 Tom Regan, “Technology is Changing Journalism”, niemanreports.org, dalam http://niemanreports.org/articles/technology-is-changing-journalism/, diakses pada 8 September 2016 34 John V. Pavlik & Shawn McIntosch, Converging Media: A New Introduction to Mass (Third Edition) (New York: Oxford University Press, 2013), hlm. 4 35 Tom Regan, “Technology is Changing Journalism”, niemanreports.org, dalam http://niemanreports.org/articles/technology-is-changing-journalism/, diakses pada 8 September 2016 36 Joh V. Pavlik, Januari 2015, “Transformation: Examining the Implications of Emerging Technology for Journalism, Media and Society”, Athens Journal of Mass Media and Communications.

Page 10: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

10

semakin marak bermunculan akibat tuntutan pertumbuhan teknologi. Model

jurnalisme tersebut adalah jurnalisme online dan situs agregasi berita.

Kemunculan dua model jurnalisme ini juga merupakan akibat dari

persaingan ekonomi-politik media di era digital. Sebelum membahas lebih

lanjut mengenai kedua model tersebut, penulis terlebih dahulu akan

memaparkan mengenai konsep jurnalisme digital.

a. Jurnalisme Digital

Konsep mengenai jurnalisme online seringkali dipertukarkan

dengan istilah jurnalisme digital. Kedua istilah ini dianggap sama dan

mewakili keseluruhan praktik jurnalisme generasi “baru”. Melihat hal

itu, Kevin Kawamoto, Profesor College of Social Sciences, Universitas

Hawai kemudian menawarkan konsep lain. Ia melihat bahwa digital

journalism (jurnalisme digital) agak sulit didefinisikan. Ia

menggambarkan jurnalisme digital sebagai praktik jurnalisme dalam

konteks yang baru.

Jurnalisme sebagai aktivitas, sudah dikenal sejak zaman Julius

Caesar berkuasa di Roma, sedangkan digital adalah konteks kekinian

yang muncul seiring berkembangnya teknologi informasi. Ia kemudian

menyimpulkan bahwa terdapat perpaduan antara tradisi dan inovasi

dalam konsep jurnalisme digital.37 Kawamoto mencoba merumuskan

jurnalisme digital sebagai, “penggunaan teknologi digital untuk meneliti

(menggali informasi), memproduksi, dan menyampaikan berita atau

informasi kepada masyarakat yang semakin melek komputer”. Konsep

yang ditawarkan oleh Kawamoto adalah bentuk kompromi yang

digunakan untuk menangkap fungsi jurnalisme, sekaligus mengakui

peranti mutakhir dalam pertukaran informasi oleh masyarakat.

Dalam hal ini, peranti telah mempengaruhi bagaimana jurnalis dan

37 Kevin Kawamoto, Digital Journalism: Emerging Media and the Changing Horizons of Journalism (Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, 2003), hlm. 4-6.

Page 11: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

11

organisasinya bekerja. Mulai dari bagaimana jurnalis atau pewarta

mengumpulkan data tentang suatu peristiwa yang akan diberitakan,

memindahkan informasi dari satu tempat ke tempat lain, menyusun alur

cerita dalam artikel, hingga menyajikannya kepada pembaca, bahkan

berinteraksi dengan mereka.38

Adapun, konsep yang ditawarkan oleh Kawamoto menjadi

penanda perbedaan yang cukup mutlak dengan jurnalisme online. Kedua

istilah itu memang sering dipertukarkan. Namun, jurnalisme digital lebih

mengacu pada aktivitas jurnalisme yang dibarengi dengan inovasi

teknologi paling mutakhir. Misalnya saja penggunaan ponsel untuk

merekam dan mencatat hasil wawancara, penggunaan kamera untuk

membutat foto dan video, aplikasi desain untuk membuat infografis,

sampai pencarian data dengan aplikasi tertentu dan survei melalui

internet. Pemanfaatan teknologi digital tersebut akan terus meningkat

dalam aktivitas jurnalisme seiring dengan perkembangan teknologi yang

semakin pesat. Salah satunya dengan kemunculan teknologi kecerdasan

buatan.

Sementara jurnalisme online lebih banyak diartikan sebagai

platform atau medium baru jurnalisme di era digital. Jadi, jurnalisme

online adalah penyajian produk jurnalisme berbasis online melalui

medium internet. Singkatnya, jurnalisme online hanya berbicara tentang

perpindahan medium dari konvensional menjadi internet. Namun,

jurnalisme online tidak banyak bersinggungan dengan aktivitas

jurnalisme itu sendiri. Jurnalisme online adalah penyebutan platform

media baru. Meski pada kenyataannya, perubahan medium juga

berimplikasi signifikan pada aktivitas jurnalisme.

Melalui pengertian ini pula dapat disimpulkan bahwa jurnalisme

online merupakan bagian dari jurnalisme digital. Namun jurnalisme

digital sendiri bukan bagian dari jurnalisme online. Jurnalisme digital

38 John V. Pavlik, Journalism and New Media (Columbia: Columbia University Press, 2001), hlm. 6-8.

Page 12: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

12

adalah konsep yang jauh lebih besar yang mewadahi seluruh aktivitas

jurnalisme yang dibarengi dengan inovasi-inovasi perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi.

b. Jurnalisme Online

Kehadiran internet dan teknologi telah menandai lahirnya media

baru (internet). Terminologi media baru ini, menurut Wahyuni,

memberikan pemahaman bahwa terdapat media lama.39 Croteou dan

Hoynes seperti yang dikutip oleh Wahyuni mengatakan bahwa “the

differences between ‘new’ and ‘old’ forms of media are substansial in

themselves.”40 Artinya, perbedaan mendasar antara media baru dan

media lama terletak pada mediumnya. Media lama terdiri dari media

cetak (surat dan majalah) dan media penyiaran (radio dan televisi).

Sementara itu, media baru merupakan media yang memanfaatkan

internet sebagai platform utamanya. Platform berbasis internet tersebut

kemudian memunculkan generasi baru yaitu jurnalisme online.

James C. Foust menyebut internet sebagai kemajuan terbesar

dalam dunia komunikasi sejak ditemukannya percetakan.41 Kemajuan ini

juga mempengaruhi wajah jurnalisme dalam praktik-praktiknya baik

dalam kecepatan, teknik, karakter pengiriman, dan format berita. Namun

begitu, Kovach dan Rosenstiel menekankan bahwa perubahan yang

terjadi dalam praktik-praktik jurnalisme harus tetap diimbangi dengan

teori dan filosofi jurnalisme yang sudah ada sejak 300 tahun lalu.42

Jurnalisme online sendiri dipahami sebagai praktik komunikasi

yang dinamis dan fleksibel di era digital. Menurut Lowrey dan Gade,

39 Hermin Indah Wahyuni. Kebijakan “Media Baru” di Indonesia (Harapan, Dinamika, dan Capaian Kebijakan “Media Baru” di Indonesia). (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), hlm. 40. 40Ibid., 41James C. Foust, Online Journalism: Principles and Practices of News for The Web. Second Edition (Scottsdale Arizona: Holcomb Hathaway Publishers, 2009), hlm. 1. 42Bill Kovach & Tom Rosentiel, Sembilan Elemen Jurnalisme (Terjemahan Yusi A. Pareanom) (Jakarta: Pantau, 2003), hlm. 12

Page 13: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

13

jurnalisme online sejatinya merupakan bentuk perpanjangan dari praktik

jurnalisme konvensional yang tanggung jawab dan beban kerjanya lebih

condong pada upaya memperbarui informasi secara online terus-menerus

dan meningkatkan keahlian dan keterampilan baru yang dibutuhkan agar

mampu menghasilkan bermacam-macam produk jurnalistik untuk

beragam platform media dengan segmentasi khalayak yang heterogen.43

Sementara itu Richard Craig memaknai jurnalisme online atau

cyberjournalism sebagai “... proses penyampaian informasi (gabungan

antara tulisan, audio, dan video) dengan menggunakan media internet

(website)... sebagai pelaporan fakta yang diproduksi dan disebarkan

melalui internet (reporting of facts produced and distributed via the

internet)”44. Craig juga menambahkan kekhasan jurnalisme online yang

memungkinkan pengakses untuk membaca kembali berita yang telah

lalu.45 Definisi Craig ini lebih ideal dengan praktik jurnalisme online

yang terjadi saat ini. Sebab, jurnalisme online bukan lagi perpanjangan

dari media lamanya (cetak atau elektonik) tetapi berdiri sendiri.

Dalam hal ini, John V. Pavlik menawarkan konsep yang lebih

mutakhir dengan menyebut jurnalisme online sebagai “contextualized

journalism”, atau jurnalisme kontekstual, karena mengintegrasikan tiga

fitur komunikasi yang unik: kemampuan-kemampuan multimedia

berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi

online, dan fitur-fitur yang ditatanya (customizable features)46.

Jurnalisme online memiliki karakter yang berbeda dengan

jurnalisme tradisional (cetak, radio, televisi) baik format, isi, maupun

mekanisme dan proses hubungan penerbit dengan pengguna atau

pembacanya. Dalam hal ini Deuze membagi karakter jurnalisme online

43 Wilson Lowrey & Peter J Gade, ChangingtThe News: The Forces Shaping Journalism in Uncertain Times. (New York: Routledge, 2011), hlm.4 44 Robert Craig, Online Journalism: Reporting, Writing, and Editing for New Media (USA: Thomson Wadsworth, 2005), hlm. 17 45 Ibid., hlm. 18 46Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Cetakan 1) (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005) cetakan 1, hlm. 137

Page 14: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

14

yaitu hipertekstualitas (hypertextuality), multimedialitas

(multimediality), dan interaktivitas (interactivity).47

Hipertekstualistas berkaitan dengan cara berita yang satu dan

lainnya dihubungkan dengan menggunakan tautan (hyperlink). Tidak

hanya pada koneksi berita, hipertekstualitas juga diartikan sebagai

tautan-tautan yang dapat berupa iklan, kolom komentar, kanal berita, dan

lain-lain yang menyusun laman situs secara utuh.

Sementara itu, multimedialitas berhubungan dengan jenis konten

multimedia yang akan digunakan untuk mendukung penceritaan kisah

tertentu. Jenis konten multimedia yang dipilih nantinya dapat

berpengaruh pada bagaimana khalayak menangkap dan memaknai kisah

yang diceritakan. Dalam arti yang lain, kesuksesan jurnalisme online

dalam menyampaikan pesannya bergantung pada pilihan terbaik atas

format multimedia yang dapat merepresentasikan berita secara optimal.

Interaktivitas memberi ruang pilihan bagi khalayak untuk

merespon, berinteraksi atau bahkan menyesuaikan cerita tertentu. Pilihan

interaktif situs dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu interaktivitas

navigasi seperti tombol menu halaman selanjutnya, halaman

sebelumnya, kembali ke atas, dan menu navigasi lainnya; interaktivitas

fungsional misalnya Bulletin Board System (BBS); dan interaktivitas

adaptif yang menawarkan ruang diskusi dan kustomisasi pribadi melalui

desain web mandiri. Interaktivitas paling canggih adalah interaktivitas

adaptif yang telah memungkinkan situs menyesuaikan diri secara

konsisten terhadap perubahan perilaku pengunjungnya. Namun, tingkat

penggunaan bentuk interaktivitas tersebut tidak setinggi penggunaan

interaktivitas navigasi dan fungsional yang telah sebagian besar

diaplikasikan ke dalam situs-situs berita online.

Melalui berbagai definisi yang telah disebutkan tersebut,

47 Deuze, M., “Understanding the Impact of the Internet: On New Media Professionalism”, Mindsets and Buzzwords, EJournalist Vol 1 No. 1 Tahun 2001 dalam http://www.ejournalism.au.com/ejournalist/deuze.pdf., diakses pada 03 September 2016.

Page 15: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

15

jurnalisme online dapat dimaknai sebagai proses penyampaian informasi

(berita) melalui internet dengan berbagai format, baik teks, audio, video,

maupun grafis. Penerbitan berita secara online ini juga mengintegrasikan

tiga karakter utama dalam jurnalisme online yaitu hipertekstualitas

(hypertextuality), multimedialitas (multimediality), dan interaktivitas

(interactivity).

c. Situs Agregasi Berita

Kehadiran internet juga menimbulkan bentuk jurnalisme baru,

yaitu situs agregasi berita.48 Agregasi berita adalah situs yang hanya

mengumpulkan konten-konten dari media online lain. Seperti yang

dijelaskan oleh Foust dalam bukunya, “A news aggregator is a site that

does not report news or information itself but rather compiles news and

links from other sources.”49 Terdapat berbagai bentuk dan praktik situs

agregasi berita yang terdapat di internet. Kimberley Isbell

mengategorikan situs agregasi berita ke dalam empat bentuk, yaitu feed

aggregators, specialty aggregators, user-curated aggregators, dan blog

aggregators.50

Dalam penelitian ini, Beritagar.id termasuk dalam bentuk blog

aggregators. Media ini menggunakan konten pihak ketiga untuk

membuat blog tentang suatu topik tertentu. Konten dari pihak ketiga

tersebut menjadi bahan baku untuk membuat konten baru pada situsnya.

48 James C. Foust dalam bukunya yang berjudul Online Journalism: Principles and Practices of News for the Web menulis, “In addition to what we might call “mainstream” journalism sites that are associated with legacy media organizations, the Internet is also giving rise to new journalistic forms. For example, news agregrators are sites that do not report news on their own but rather bring together news and information from pre-existing source such as wire services or other media. (hlm. 14) Melalui pernyataan ini, Foust secara tidak langsung menyetujui bahwa situs agregasi adalah bentuk jurnalisme baru yang muncul akibat teknologi internet. Dalam hal ini, penulis menyepakati konsep yang ditawarkan oleh Foust bahwa situs agregasi merupakan bentuk baru dalam jurnalisme meski sebetulnya isu tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan para akademisi dan praktisi. 49James C. Foust, Online Journalism: Principles and Practices of News for The Web. Second Edition (Scottsdale Arizona: Holcomb Hathaway Publishers, 2009), hlm. 68 50 Kimberley Isbell. The Rise of The News Aggregator: Legal Implications and Best Practice. Citizen Media Law Project. The Berkman Center for Internet & Society at Harvard University. 2010. August 30, 2010. Berkman Center Research Publication No. 2010-10

Page 16: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

16

Bahan-bahan tersebut – yang diambil dari sejumlah sumber – ditulis atau

diolah kembali dalam satu cerita (konten situs web). Dalam hal ini,

sumber-sumber yang digunakan oleh pengisi blog aggregators harus

tetap dicantumkan.

Situs agregasi seringkali menuai kontroversi terutama terkait

dengan legalitas penyajian informasi dan keaslian kepemilikan isi berita

yang disajikan. Di Indonesia ketentuan mengenai hal tersebut tercantum

dalam peraturan Dewan Pers Nomor 1 Tahun 2012 mengenai Pedoman

Pemberitaan Media Siber. Media siber sendiri didefinisikan sebagai

segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan

melaksanakan kegiatan jurnalistik.

Pada butir keempat poin d pedoman tersebut disebutkan bahwa,

bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain,

maka: (1) Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada

berita yang dipublikasikan di media siber tersebut atau media siber yang

berada di bawah otoritas teknisnya. (2) Koreksi berita yang dilakukan

oleh sebuah media siber juga harus dilakukan oleh media siber lain yang

mengutip berita dari media siber yang dikoreksi itu. (3) Media yang

menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak melakukan

koreksi atas berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik dan

atau pembuat berita tersebut, bertanggung jawab penuh atas semua akibat

hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu

2. Berita sebagai Manifestasi Jurnalisme

Berita adalah bentuk yang tampak (manifest) dari proses kerja

jurnalistik. Dapat dikatakan, jurnalisme dan berita adalah dua hal yang

saling berkaitan. Menurut Mitchel V. Charnley dan James M. Neal, definisi

berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini,

kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih

Page 17: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

17

baru, dan harus secepatnya disampaikan.51 Sudirman Tebba mendefinisikan

berita sebagai jalan cerita mengenai suatu peristiwa.52 Sementara Asep

Syamsul mendefinisikan berita sebagai laporan peristiwa yang memenuhi

keempat unsur yaitu cepat, nyata, penting, dan menarik.53 Dari beragam

definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa berita ialah informasi aktual

mengenai fakta yang memperhitungkan beberapa unsur, yaitu: cepat, nyata,

penting, dan menarik.

a. Jenis Berita54

Menurut Luwi Ishwara, jenis berita terbagi menjadi dua yaitu event

centered news dan process-centered news. Pertama, berita yang terpusat

pada peristiwa (event centered news) yang baru terjadi dan umumnya

tidak diinterpretasikan atau tidak dihubungkan dengan situasi dan

peristiwa yang lain. Sementara, process-centered news adalah berita

yang berdasarkan pada proses. Berita ini disajikan dengan interpretasi

tentang kondisi dan situasi dalam masyarakat yang dihubungkan dalam

konteks yang luas dan melampaui waktu. Sementara itu, Tebba55

membagi berita menjadi beberapa macam, tergantung dari sudut pandang

seseorang melihatnya, yaitu: sifat kejadian (terduga atau tidak terduga),

cakupan isi berita, dan bentuk penyajian berita.

Jika dilihat dari segi bentuk penyajiannya, berita digolongkan

menjadi tiga, yaitu hard news (berita keras), soft news (berita halus), dan

feature (berita kisah).

b. Berita Online

Meski terdapat banyak gagasan yang mengemuka mengenai unsur-

51 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 64 52Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), hlm. 55 53Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 6 54Ibid., 55Loc. Cit.hlm. 56

Page 18: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

18

unsur yang harus dimiliki dari suatu berita online yang berkualitas.

Namun, belum terdapat acuan secara nyata mengenai berita online.56

Walaupun begitu, fokus yang ditujukan adalah pada bagaimana

mengevaluasi suatu informasi yang diperoleh dari portal online yakni

apakah informasi tersebut objektif57, akurat58, dan lengkap59 adalah

bagian yang secara tidak langsung mempunyai hubungan dengan apa

yang seharusnya dimiliki dari berita sebagai konten online yang

diperoleh dari internet.

Di samping itu, berita online yang kualitasnya baik juga dapat

diketahui dari tiga ciri-ciri jurnalisme online. Ketiga ciri ini dapat

menjembatani pemahaman tentang bagaimana suatu berita online

terwujud secara khas dan berbeda dari berita reguler lainnya60. Berita

online yang berkualitas harus mempunyai: (i) hipertekstualitas: berita

online yang baik harus mempunyai tingkat hipertekstualitas yang

ditandai dengan adanya tautan aktif yang menghubungkan berita; (ii)

multimedialitas: sebagai berita dengan variasi konten teks, audio, dan

visual, berita online yang berkualitas baik dapat menunjukkan kesesuaian

pilihan antara berita tekstual dan jenis konten pendukungnya yakni

apakah berita tersebut akan ditampilkan dengan gambar, rekaman video,

atau keduanya. Setelah itu, berita online yang berkualitas juga harus

mengedepankan relevansi antara isi teks dan konten pendukung yang

telah dipilih yaitu apakah pilihan tersebut telah mampu mengakomodasi

keseluruhan informasi yang hendak disampaikan kepada khalayak; dan

56 Michael Karlsson, Charting the Liqudity of Online News: Moving Towards a Method for Content Analysis Online News. Sage Journal. The International Gazette Vol 74 No. 4 Tahun 2012, hlm. 385–402 dalam http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1748048512439823, diakses pada 10 November 2016. 57 James C. Foust, Online Journalism: Principles and Practices of News for The Web. Second Edition (Scottsdale Arizona: Holcomb Hathaway Publishers, 2009), hlm. 14-16. 58 Itule, B. D., & Anderson, D. A., A News Writing and Reporting. (Beijing: China People’s University Press, 2003), hlm. 168-170 59 John V. Pavlik, Journalism and New Media (Columbia: Columbia University Press, 2001), hlm. 63-64. 60 Deuze, M., “Understanding the Impact of the Internet: On New Media Professionalism”, Mindsets and Buzzwords, EJournalist Vol 1 No. 1 Tahun 2001 dalam http://www.ejournalism.au.com/ejournalist/deuze.pdf., diakses pada 03 September 2016.

Page 19: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

19

(iii) interaktivitas: berita online yang baik mempunyai tingkat

interaktivitas yang mumpuni dengan adanya beragam pilihan bagi

khalayak untuk memberikan tanggapan, yakni memberikan ruang

interaksi antara khalayak yang satu dan yang lainnya serta dialog timbal

balik antara khalayak dan media secara online melalui kolom komentar

yang disediakan. Tidak hanya itu, interaktivitas yang baik dari suatu

berita online juga harus dapat memudahkan khalayak untuk mengakses,

menyimpan, dan membagi berita secara teknis atau dengan kata lain

berita online tersebut harus dapat diunduh, disimpan, dan dibagi secara

online.

3. Big Data dalam Media

Saat ini, kita telah memasuki era big data – era di mana ketersediaan

data begitu berlimpah dan dapat diakses dengan bebas. Menurut Kevin

Murphy, terdapat satu triliun website di internet61 yang setiap harinya terus

mengunggah konten, baik dalam bentuk teks, audio, maupun video yang

tentu saja dapat diakses dengan mudah.

Big data sendiri dipahami sebagai volume data, baik terstruktur

maupun tidak terstruktur, dalam jumlah yang sangat besar, variatif, dan terus

bertambah setiap harinya pada lalu lintas protokol internet.62 Sementara itu,

Viktor Mayer-Schonberger dan Kenneth Cukier mendefinisikan big data

sebagai, “the ability of society to harness information in novel ways to

produce useful insights or good services of significant value”63. Selain itu,

Mayer-Schonberger dan Cukier juga mendefinisikan big data sebagai

“…things one can do at a large scale that cannot be done at a smaller one,

to extract new insights or create new forms of value, in ways that change

61 Kevin P. Murphy, Machine Learning: A Probalistic Perspective terarsip pada https://www.cs.ubc.ca/~murphyk/MLbook/pml-intro-22may12.pdf, diakses pada 24 Oktober 2016 62 Martha L. Stone. Big Data for Media. Report from Reuters Institute for the Study of Journalism. Oxford University. November 2014. 63 Viktor Mayer-Schonberger & Kenneth Cukier. Big Data: A Revolution That Will Transform How We Live, Work, and Think. (New York: Houghton Mifflin Harcourt Publishing, 2013), hlm. 1

Page 20: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

20

markets, organizations, the relationship between citizens and governments,

and more.”64

Data yang besar tersebut, misalnya saja akun pengguna internet,

triliunan unggahan di media sosial, dokumen pribadi, dokumen pemerintah,

dokumen perusahaan, dokumen organisasi, gambar, video, berbagai macam

artikel, data email, dan berbagai aplikasi internet lainnya. Secara spesifik,

dalam kacamata media, big data merujuk pada FourV atau volume, velocity,

variety dan value.65 Keempat hal itu mencakup karakteristik big data yang

berukuran besar, data yang bertambah dengan cepat sehingga perlu

dilakukan analisis yang cepat pula, banyaknya keragaman data, dan

bagaimana data-data tersebut memiliki nilai jurnalisme yang signifikan jika

diolah dengan tepat. Dengan keempat karakteristik big data tersebut,

teknologi ini memberikan sejumlah potensi dalam jurnalisme. Data yang

begitu besar ini dapat dimanfaatkan untuk analisis media mapun sumber

berita yang lebih kredibel.

Besarnya jumlah data ini memiliki beragam potensi dalam berbagai

bidang, termasuk jurnalisme. Kemunculan big data inilah yang kemudian

melahirkan jurnalisme data atau data-driven-journalism (DDJ) yang mulai

digunakan sejak 2009. Bentuk baru dalam jurnalisme ini menggambarkan

proses jurnalistik berdasarkan pada analisis dan penyaringan set data untuk

membuat berita (news story).66 Singkatnya, kehadiran big data telah

memberikan sejumlah data yang begitu besar bagi dunia jurnalisme yang

dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi cerita yang runtut. H.O Maycotte,

CEO Umbel dalam salah satu artikel yang ditulisnya di niemanlab.org

sangat optimis terhadap potensi big data bagi jurnalisme. Ia bahkan

mengklasifikasikan jenis berita apa saja yang mampu ditulis oleh jurnalis

64 Ibid., 65 Martha L. Stone, Big Data for Media. Reuters Institute for the Study of Journalism. University of Oxford. November 2014, hlm. 1 66 Eirik Stavelin. 2014. Computational Journalism: When Journalism meets programming. Dissertation for the degree philosophiae doctor at the University of Bergen. Hlm. 40

Page 21: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

21

berdasarkan big data.67 Beberapa berita yang dapat ditulis dengan big data

adalah bisnis (financial report), world news, berita medis, berita prakiraan

cuaca, serta berita hiburan merupakan beberapa berita yang mampu

diprediksi dengan mengolah dan menganalisis big data.

Melalui data yang terdapat dalam jaringan kabel internet, tidak

menutup kemungkinan jika big data mampu membantu jurnalis untuk

memprediksi nilai saham, melihat peluang pasar produk tertentu, dan

membaca pola perilaku konsumen. Hal ini disebabkan adanya aktivitas di

internet, baik transaksi jual-beli, aktivitas di media sosial atau yang paling

sederhana; bagaimana kita mencari sesuatu di Google.

4. Komputer dan Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Praktik

Jurnalisme

Berkat kajian mengenai AI, penulisan artikel berita dapat dilakukan

oleh komputer melalui bilangan algoritma. Penulisan narasi berita

menggunakan algoritma komputer ini juga disebut sebagai praktik

computational journalism – yaitu penulisan berita yang dilakukan oleh

Computer Assisted Reporting (CAR) atau jurnalis robot. Eirik Stavelin,

dalam disertasinya yang berjudul Computational Journalism: When

Journalism Meets Programming memaparkan lima cara praktik jurnalisme

berbasis perangkat lunak, yaitu jurnalisme presisi (precision journalism),

computer-assisted reporting (CAR), jurnalisme data (data journalism),

jurnalisme database (database journalism), data-driven journalism, dan

computational journalism.

Kelima konsep ini, menurut Stavelin, seringkali dianggap sama begitu

saja. Padahal, menurutnya, kelima konsep tersebut memiliki fungsi yang

berbeda-beda walaupun sesungguhnya kelimanya sama-sama merupakan

pendekatan jurnalisme yang berorientasi pada optimalisasi penggunaan

67 H.O Maycotte, “Big Data Triggers Predictive Journalism”, http://www.niemanlab.org/2015/12/big-data-triggers-predictive-journalism/, diakses pada 30 Desember 2015

Page 22: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

22

komputer. Meski begitu, kelima konsep ini sebenarnya saling berhubungan

satu sama lain. Namun, konsep yang mengacu pada penggunaan algoritma

untuk menulis berita adalah computational journalism.

Adapun, penulisan berita berbasis algoritma juga seringkali

diistilahkan sebagai jurnalisme algoritma. Konstantin Nicholas Dörr

menjelaskan istilah tersebut juga memiliki pengertian yang sama dengan

jurnalisme otomatis (automation journalism).68 Kedua istilah ini juga

mengacu pada jurnalisme robot69 dan kadang diartikan pula sebagai

machine-written journalism. Dalam penelitian ini, penulis menganggap

bahwa semua istilah yang digunakan sebelumnya oleh para pakar memiliki

tafsir makna yang sama. Namun, penulis akan lebih banyak merujuk pada

penggunaan istilah jurnalisme algoritma dan jurnalisme robot.

Algoritma dapat membuat berita dari data yang terstruktur dan secara

otomatis menerbitkan berita-berita tersebut. Penulisan berita berdasarkan

algoritma dapat dilakukan dengan adanya ketersediaan data dan topik yang

bermunculan secara repetitif. Saat ini, algoritma jurnalisme dapat menulis

berita mengenai laporan olahraga, berita finansial, cuaca, dan gempa bumi.

Hal ini dikarenakan isu-isu tersebut memiliki kesediaan data dan

variabelnya konstan (tetap).

Dalam hal ini, algoritma menjadi kunci mengapa penulisan berita bisa

dilakukan oleh mesin dan terjadi secara otomatis. Diakopoulos

mendefinisikan algoritma sebagai serangkaian langkah yang dilakukan

untuk memecahkan suatu masalah tertentu atau mencapai hasil yang

ditetapkan.

An algorithm can be defined as a series of steps undertaken in order to solve

a particular problem or accomplish a defined outcome. Here I consider algorithms

68 Konstantin Nicholas Dörr, “Ethical Challenges of Algorithmic Journalism”, Digital Journalism, Volume 5, Issue 4 Tahun 2017, hlm. 404-419 dalam http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/21670811.2016.1167612?journalCode=rdij20 ,diakses pada 02 Februari 2017. 69 Andreas Graefe. “Guide to Automated Journalism”. Terarsip pada http://towcenter.org/research/guide-to-automated-journalism/, diakses pada 1 Februari 2017

Page 23: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

23

that operate via digital computers due to their prevalence and ability to effect large

numbers of people.70

Latzer juga mendefinisikan algoritma sebagai serentetan deskripsi

aturan yang terbatas (satu set aturan ini disusun berhingga atau memiliki

awal dan akhir sehingga jelas dan dapat diproses oleh komputer dengan

tepat) atau proses untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, Latzer juga

mendefinisikan algoritma sebagai “a sequence of stages that transforms

input through computational procedures (throughput) into output,”.71

Penyusunan algoritma komputer dengan metode artificial intelligence

(AI) atau kecerdasan buatan membuat penulisan berita ini terjadi secara

otomatis. Otomatisasi yang dimaksud mengacu pada kemampuan komputer

untuk memahami penulisan berita secara otomatis melalui pembelajaran

data tanpa harus diberi intruksi setiap hari. Kemampuan komputer yang

mampu belajar sendiri tersebut disebabkan oleh penggunaan teknologi AI

dengan pendekatan Machine Learning (ML) dan Natural Language

Processing (NLP). Beritagar.id menggunakan CAR sebagai perangkat

lunak yang digunakan untuk memproduksi draf berita. Dalam perangkat

lunak inilah, teknologi kecerdasan buatan, baik ML dan NLP berperan

dalam proses produksi berita. Keduanya berfungsi untuk membuat

komputer atau jurnalis robot mempelajari data. Berdasarkan pembelajaran

data tersebut, jurnalis robot dapat menulis beritanya sendiri.

Untuk memahaminya lebih lanjut, akan dijelaskan konsep-konsep

mengenai AI, ML, dan NLP. Chris Smith dalam bukunya The History of

Artificial Intelligence menjelaskan, “AI ranges from machines truly capable

of thinking to search algorithms used to play board games. It has

70 Nicholas Diakopoulos, “Algorithmic Accountability”, Digital Journalism, Volume 3 Issue 3 Rahun 2017, hlm. 400 terarsip pada: http://dx.doi.org/10.1080/21670811.2014.976411, diakes pada 10 Desember 2016. 71 Michael Latzer dkk. 2014 “The Economics of Algorithmic Selection on The Internet”. Handbook on the Economics of the Internet. Terarsip pada: http://www.mediachange.ch/media/pdf/publications/Economics_of_algorithmic_selection_WP_.pdf, diakses pada 20 Januari 2017

Page 24: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

24

applications in nearly every way we use computers in society.72

Sederhananya, AI adalah suatu cara untuk menjadikan komputer berpikir

secerdas atau melampaui kecerdasan manusia. Tujuannya adalah agar

komputer dapat memiliki kemampuan untuk berperilaku, berpikir, dan

mengambil keputusan layaknya manusia.

Terminologi mengenai AI pertama kali dicetuskan oleh John

McCarthy pada tahun 1956 ketika mengadakan konferensi akademis

pertama mengenai kajian tersebut (Konferensi Dartmouth).73 Definisi dan

pemaknaan yang tepat mengenai AI sendiri masih sering menjadi diskusi

dari kalangan akademisi hingga saat ini. Joost N. Kok dalam bukunya yang

berjudul Artificial Intelligence merumuskan empat definisi dari AI74, yaitu:

(a) AI adalah sebuah studi di bidang ilmu komputer yang berkaitan dengan

pengembangan kecerdasan komputer yang disimulasikan seperti cara

berpikir manusia. Dalam hal ini, AI dapat berpikir layaknya manusia seperti

learning (belajar), reasoning (penalaran), dan self-correction (koreksi diri).

(b) AI adalah sebuah konsep di mana kemampuan mesin dapat ditingkatkan

seperti kecerdasan manusia mulai dari learning (belajar), adapting

(beradatapsi), self-correction (koreksi diri) dan lain sebagainya. (c) AI

didefinisikan sebagai, “the extension of human intelligence through the use

of computers, as in times past physical power was extended through the use

of mechanical tools”. (d) AI secara sederhana juga didefinisikan sebagai

sebuah studi yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas kerja komputer

melalui teknik-teknik pemrograman.

Seiring dengan berjalannya waktu, definisi mengenai AI juga terus

berubah. Hal ini dikarenakan kajian AI yang terus berkembang secara cepat.

Definisi mengenai AI kemudian lebih dikenal dengan “imitating intelligent

human behavior” atau mesin yang meniru perilaku manusia yang cerdas.

Secara sederhana, Kok juga mengklasifikan definisi AI ke dalam empat

72 Chris Smith. The History of Artificial Intelligence. (Washington: University of Washington, 2006), hlm. 4. 73Ibid., 74 Joost N. Kok. Artificial Intelligence. (London: Eolss Publishers, 2009), hlm. 1.

Page 25: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

25

kategori, yaitu: (1) System that think like humans, (2) System that act like

humans, (3) System that think rationally, (4) System that act rationally.75

Sementara itu, Machine Learning (ML) adalah sebuah sub bidang dari

AI yang mengajarkan komputer agar dapat secara otomatis mencari solusi

dalam suatu masalah tertentu. Ethem Alpaydin dalam bukunya Introduction

to Machine Learning menulis bahwa, “machine learning is programming

computers to optimize a performance criterion using example data or past

experience.”76 ML adalah pemrograman komputer yang dilakukan dengan

mengoptimalkan kemampuan tertentu menggunakan data (dataset) dan

pengalaman-pengalaman yang sudah ada sebelumnya.77 Dalam hal ini, ML

adalah mesin yang mempelajari pola-pola tertentu dari sejumlah data yang

ada. Mesin tersebut diajarkan untuk dapat memahami berbagai macam pola

dan mampu memecahkan masalah dengan solusi tertentu dari pengenalan

pola-pola tersebut. Dalam menentukan pola dan memecahkan masalah

itulah diperlukan data yang banyak (dataset). Data-data ini akan dipelajari

dan dikelompokkan sesuai dengan kategori masing-masing. Kajian

mengenai ML sendiri biasanya dilakukan dengan pembelajaran berbasis

data.78 Oleh karena itu, data menjadi hal yang penting bagi perkembangan

ML untuk “belajar”.

Data yang digunakan oleh Beritagar.id untuk mencari isu publik dan

menuliskannya dalam sebuah draf artikel berita adalah ratusan media daring

yang terdapat di internet. Sementara data yang digunakan untuk “belajar”

menulis adalah sebaran artikel di berbagai media daring tersebut, hasil berita

yang disunting oleh editor, dan tiga tulisan redaktur utama. Melalui ratusan

media tersebut, teknologi ML dipergunakan agar robot terus belajar dari

media lainnya. Maraknya kajian ML ini sebetulnya terjadi karena

kemunculan big data. Data yang sangat melimpah tersebut menjadi landasan

75Loc. Cit., 76Ethem Alpayden. An Introduction to Machine Learning. Second Edition. (Massachusetts Institute of Technology: 2010). hlm. 1 77Ibid., 78An Introduction to Machine Learning for Students in Secondary Education. Hlm. 243.

Page 26: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

26

lahirnya ML sebagai salah satu kajian dalam ilmu komputer. Meski telah

ada sejak 1930-an, ML baru benar-benar dapat dikembangkan ketika

terdapat data berlimpah yang mencukupi untuk belajar.

Sementara itu, Natural Language Processing79 (NLP) adalah, “the use

of computers to analyze, process, and produce natural language for any

number of purposes”.80 Teknologi ini mengacu pada penggunaan komputer

untuk menganalisis, memproses, dan menghasilkan (memproduksi) bahasa

yang alami (bahasa yang dipergunakan oleh manusia dalam kehidupan

sehari-hari) untuk sejumlah tujuan tertentu. Kajian ini mencakup berbagai

disiplin ilmu, mulai dari ilmu komputer, linguistik, dan artificial

intelligence. Tujuan dari kombinasi berbagai keilmuan tersebut adalah

untuk menciptakan komputer yang memiliki kemampuan bahasa yang sama

seperti manusia. Artinya, komputer tersebut memiliki kemampuan dalam

memahami, menganalisis, dan menyampaikan sesuatu dalam bahasa

tertentu yang dilakukan oleh setiap manusia pada umumnya. Ada berbagai

macam bentuk pengembangan NLP yang kini telah banyak dipergunakan.

Atefeh Farzindar, mengklasifikannya kedalam empat pengembangan81

yaitu: text proofing, speech processing, information access, dan natural

language understanding. Melalui pengembangan NLP ini, jurnalis robot

(CAR) mampu menginterpretasi data menjadi sebuah berita atau cerita sama

seperti jurnalis manusia.

Perkawinan antara big data, komputer, dan jurnalisme itulah yang

kemudian melahirkan Robot Journalism atau jurnalisme robot. Jurnalisme

robot adalah mesin atau software (perangkat lunak) komputer yang mampu

menulis berita seperti manusia. Robot ini menulis berdasarkan algoritma

yang disusun oleh programmer dan mendapatkan sumber informasi melalui

big data.82

79 NLP jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia adalah pemrosesan bahasa alami. 80 Atefeh Farzindar. NLP Technologies: Natural Language Processing and The News Media. 30 July 2015. USC Annenberg School for Communication and Journalism. hlm. 3 81Ibid., hlm. 4-15 82 Ibid,

Page 27: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

27

5. Praktik Jurnalisme Digital Berbasis Teknologi Artificial Intelligence

Praktik yang dilakukan oleh Beritagar.id merupakan gabungan dari

prinsip jurnalisme digital dan jurnalisme online. Beritagar.id memanfaatkan

teknologi mutakhir berbasis artificial intelligence atau robot untuk

mendukung aktivitas-aktivitas jurnalisme. Sementara itu, medium

penyampaian informasi dan format penyajian menggunakan platform

online. Perubahan aktivitas dan penyampaian informasi tersebut tentunya

berimplikasi pada praktik-praktik jurnalisme, baik secara teknis maupun

etis. Penggunaan robot dan platform online akan berimplikasi pada proses

produksi berita, etika, dan profesionalisme kerja jurnalisme dalam ruang

redaksi.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini praktik jurnalisme yang

dilakukan akan dikategorikan pada tiga hal, yakni etika, profesionalismem

dan proses produksi berita dalam praktik jurnalisme. Dalam bukunya yang

berjudul Etika, K. Bertens mendefinisikan etika dalam tiga pengertian.

Pertama, etika sebagai nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau kelompok tertentu dalam mengatur perilakunya. Kedua,

etika didefinisikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral. Sementara,

pengertian yang terakhir adalah ilmu tentang baik atau buruk.83 Berdasarkan

ketiga pengertian tersebut, etika dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai dan

norma-norma moral suatu kelompok yang mengatur baik-buruk perilaku.

Dalam tingkatan yang lebih khusus, misalnya profesi, aturan nilai dan

norma moral dapat dirumuskan dalam kode etik.

Jurnalisme adalah salah satu bentuk komunikasi massa yang memiliki

fungsi menyampaikan kebenaran (informasi) dan tujuannya berorientasi

pada kepentingan publik. Perbedaan inilah yang membedakan jurnalisme

dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Oleh karena itu, dalam

melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, praktik-praktik

83 K. Bertens. Etika (Seri Filsafat Atmajaya). (Jakarta: Gramedia, 2007). Hlm. 6

Page 28: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

28

jurnalisme harus menghormati hak asasi setiap orang, karena itu jurnalis

berikut medianya dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh

masyarakat. Profesionalisme inilah yang kemudian melahirkan etika demi

menjaga moral yang terdapat di masyarakat dan tidak mengusik

kepentingan publik.

Di Indonesia sendiri, terdapat dua landasan moral dalam menjaga

kode etik dan profesionalisme wartawan sebagai pedoman operasional

dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta

profesionalisme, yakni Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Pers dan Pedoman

Pemberitaan Media Siber. Kedua landasan moral dan etika ini diterbitkan

oleh Dewan Pers. Dalam penelitian ini sendiri, penulis merumuskan praktik-

praktik jurnalisme yang meliputi tiga kategori, yakni etika, profesionalisme,

dan prosses produksi.

a. Etika dalam Praktik Jurnalisme Digital Berbasis Teknologi Artificial

Intelligence

1. Originality

Seorang jurnalis yang melaporkan dan menulis cerita harus

menggunakan konten, bahasa dan kalimat yang asli. Tidak melakukan

plagiarisme berarti tidak mengambil pekerjaan orang lain tanpa

mencamtumkan sumber asli.

2. Humanity84

Konsep humanity ini adalah, “Journalists should do no harm.

What we publish or broadcast may be hurtful, but we should be aware

of the impact of our words and images on the lives of other”.

Maksudnya adalah, seorang jurnalis tidak boleh membahayakan. Apa

yang diterbitkan atau disiarkan mungkin akan menyakitkan dan

mengusik rasa kemanusiaan, maka jurnalis harus menyadari dampak

84 Redaksi, “5 Principles of Ethical Journalism”, http://ethicaljournalismnetwork.org/who-we-are/5-principles-of-journalism, diakses pada 30 Desember 2016.

Page 29: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

29

dari kata-kata dan gambar yang diterbitkan pada kehidupan. Dalam

peraturan Kode Etik Jurnalistik, seorang jurnalis tidak boleh menulis

dan menyiarakan berita berdasarkan prasangka maupun diskriminasi.

Selain itu, seorang jurnalis juga tidak boleh menulis berita bohong,

sadis, cabul, dan fitnah. Para jurnalis harus berhati-hati dalam

melakukan pemberitaan-pemberitaan yang terkait dengan kekerasaan

sebab akan memberikan dampak bagi pembaca atua penontonnya.

3. Distinguishing fact and comment

Jurnalis harus membedakan secara jelas antara fakta, dugaan,

dan komentar.85 Dalam KEJ Pasal 3, seorang jurnalis tidak boleh

memberikan opini pribadi. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif,

yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. Oleh

karena itu, dalam melakukan aktivitas jurnalisme dan menulis berita,

seorang jurnalis harus menerapkan asas praduga tak bersalah, yakni

tidak menghakimi seseorang.

Selain itu, dalam penelitian ini, etika tidak hanya menyinggung

jurnalisme saja. Beritagar.id telah menggabungkan beberapa aspek

teknologi yang diantaranya melibatkan komputer sebagai alat produksi

pesan dan internet sebagai sumber informasi. Oleh karena itu, penulis di

sini juga akan menggabungkan etika-etika dalam sistem teknologi

informasi yang berkaitan dengan praktik-praktik jurnalisme, yaitu

privacy dan intellectual property.86

1. Privacy

Privasi menyangkut hak individu untuk mempertahankan

informasi pribadi dari pengaksesan oleh orang lain yang tidak diberi

85 Martin Moore, “What are the Universal Principles that Guide Journalism”, 2 Februari 2010, dalam http://mediashift.org/2010/02/what-are-the-universal-principles-that-guide-journalism032/, diakses pada 30 Desember 2016 86 Maslin Masrom dkk., dalam Analyzing Accuracy and Accessibility in Information and Communication Technology Ethical Scenario Context terarsip pada http://thescipub.com/PDF/ajebasp.2011.370.376.pdf, diakses pada 20 Februari 2017.

Page 30: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

30

izin untuk melakukannya. Menurut Alter (2002), privasi dibedakan

menjadi privasi fisik dan privasi informasi.87 Privasi fisik adalah hak

seseorang untuk mencegah seseorang yang tidak dikehendaki

terhadap waktu, ruang, dan properti (hak milik), sedangkan privasi

informasi adalah hak individu untuk menentukan kapan, bagaimana,

dan apa saja informasi yang ingin dikomunikasikan dengan pihak lain.

2. Property

Perlindungan terhadap hak properti yang sedang digalakkan saat

ini yaitu dikenal dengan sebutan HAKI (Hak Atas Kekayaan

Intelektual). Kekayaan Intelektual diatur melalui 3 mekanisme yaitu

hak cipta (copyright), paten, dan rahasia perdagangan (trade secret).

a. Hak Cipta adalah hak yang dijamin oleh kekuatan hukum yang

melarang penduplikasian kekayaan intelektual tanpa seizin

pemegangnya. Hak cipta biasa diberikan kepada pencipta buku,

artikel, rancangan, ilustrasi, foto, film, musik, perangkat lunak, dan

bahkan kepingan semi konduktor. Hak seperti ini mudah

didapatkan dan diberikan kepada pemegangnya selama masa hidup

penciptanya ditambah 70 tahun.

b. Paten merupakan bentuk perlindungan terhadap kekayaan

intelektual yang paling sulit didapat karena hanya akan diberikan

pada penemuan-penemuan inovatif dan sangat berguna. Hukum

paten memberikan perlindungan selama 20 tahun.

c. Rahasia Perdagangan Hukum: rahasia perdagangan melindungi

kekayaan intelektual melalui lisensi atau kontrak. Pada lisensi

perangkat lunak, seseorang yang menandatangani kontrak

menyetujui untuk tidak menyalin perangkat lunak tersebut untuk

diserahkan pada orang lain atau dijual.

b. Profesionalisme dalam Praktik Jurnalisme Digital Berbasis

87 Ibid.,

Page 31: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

31

Teknologi Artificial Intelligence

1. Public Interest

Jurnalisme menjadi pondasi utama dalam menyuarakan

kepentingan publik. Melalui produk-produknya, jurnalisme

bertujuan untuk melayani kesejahteraan umum dengan

menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat agar

membuat mereka mampu memberikan penilaian atas isu tertentu.

Melalui jurnalisme, kebebasan berpendapat dan berekspresi menjadi

tanda demokratisasi pers dan negara.

2. Independence

Jurnalis harus bebas dari kewajiban akan kepentingan selain

hak publik (menghindari konflik kepentingan elitis). Selain menolak

kepentingan, independen juga tidak melakukan korupsi, “… and

resisting the attempts of advertisers and special interest groups to

influence the news,”88. Dalam KEJ Pasal 6 juga tertulis bahwa

jurnalis dilarang menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan

yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh

saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan

umum.

3. Accountability dan Transparency

Akuntabilitas berarti mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam

berita yang telah ditulis, mengundang kritik dan mengekspos praktik

media. Dalam mengoreksi kesalahan tersebut, jurnalis harus

melakukan yang terbaik untuk memperbaiki informasi yang

diterbitkan jika menemukan informasi yang ternyata tidak akurat.

Ketika kesalahan itu dilakukan, koreksi harus mengikuti sehingga

tetap akurat.89

Selain itu, jurnalis juga harus transparan terhadap tulisan yang

88 Melvin Mencher, News Reporting and Writing (Ninth Edition) (Columbia University: McGraw Hill, 2003),

hlm. 31. 89 Op. Cit. Hlm. 40

Page 32: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

32

dibuatnya. Indikator dari transparansi ini adalah pemberian atribusi

kepada semua sumber. Seorang jurnalis tidak hanya melaporkan

sebuah fakta tetapi juga memberikan informasi darimana fakta itu

berasal. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat memutuskan sendiri

seberapa kredibel fakta-fakta dalam suatu berita. Saat ini, internet

menyediakan dimensi baru dalam atribusi. Misalnya saja, jurnalis

bisa menyediakan tautan (hyperlink) pada nama narasumber dalam

beritanya.90 Kelengkapan atribusi ini semata-mata merupakan

tanggung jawab jurnalis dalam menyampaikan darimana fakta itu

berasal. Jika beberapa sumber keberatan ketika identitasnya

diungkap, anonimitas boleh digunakan tetapi dengan catatan,

jurnalis harus menanyakan terlebih dahulu motif anonimitas sumber

tersebut. Selain itu, jurnalis juga harus menjelaskan mengapa

narasumber tersebut harus menjadi anonim.

c. Proses Produksi dalam Praktik Jurnalisme Digital Berlatform

Online

Dalam bukunya yang berjudul Online Journalism: Principles and

Practices of News for The Web, James C. Foust menulis lima praktik

dalam jurnalisme online, yaitu: fairnerss, attribution, accuracy,

relevance, dan newness. Dual hal pertama yang dibahas oleh Fous

tmenyangkut persoalan etika dan profesionalisme. Sementara sisanya,

yakni accuracy, relevance dan newness berkaitan erat dengan proses

produksi berita. Kedua hal tersebut menjadi acuan dalam memberitakan

suatu informasi atau peristiwa yang dianggap relevan dengan

kepentingan masyarakat dan belum banyak diketahui oleh masyarakat.

1. Truth dan Accuracy

Kewajiban utama dalam jurnalisme adalah menyampaikan

90Ibid., hlm. 6

Page 33: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

33

kebenaran.91 Dalam mencapai kebenaran tersebut, jurnalisme

dilakukan dengan praktik pemeriksaan data, tidak mendistorsi

informasi, mengidentifikasi berbagai macam sumber, menghindari

stereotipe dan mendukung pertukaran pendapat.

Memperoleh kebenaran berarti mendapatkan informasi yang

akurat. Oleh karena itu kebenaran dan akurasi informasi dalam berita

saling berkaitan. Sebuah berita tidak dapat dianggap benar jika

beritanya tidak akurat begitu pula sebaliknya. Akurasi sendiri

menurut James C. Foust berarti mendapatkan fakta yang benar.

Perolehan fakta yang benar ini dilakukan “double-check facts”

dengan melakukan konfirmasi ke berbagai sumber baik berupa

dokumen maupun narasumber (informan)92 agar memperoleh

informasi yang akurat.93

Selain itu, seorang jurnalis harus memastikan bahwa informasi

yang disebarkan adalah jujur, akurat, dan adil. Maka, dalam menulis

berita, jurnalis harus melakukan disiplin verifikasi (verification),

bersikap adil (fairness) dan proporsional (balance) serta obyektif.

Adapun berita tersebut harus disajikan lengkap tanpa ada informasi

maupun fakta yang disembunyikan. Verifikasi dilakukan dengan

mencari berbagai macam sumber baik saksi, pakar, ahli, narasumber

terkait, maupun dokumen-dokumen yang relevan. Fungsi verifikasi

adalah untuk membedakan jurnalisme dari bentuk komunikasi lain

seperti propaganda, fiksi, atau hiburan. Kebenaran dan keakuratan

sebuah berita juga dapat diidentifikasi dengan seberapa adil

(fairness) proporsi informasi dari berita tersebut.94

91 Bill Kovach & Tom Rosentiel, Sembilan Elemen Jurnalisme (Terjemahan Yusi A. Pareanom) (Jakarta:

Pantau, 2003), hlm. 43 92 Melvin Mencher, News Reporting and Writing (Ninth Edition) (Columbia University: McGraw Hill, 2003), hlm. 39. 93James C. Foust, Online Journalism: Principles and Practices of News for The Web. Second Edition (Scottsdale Arizona: Holcomb Hathaway Publishers, 2009), hlm. 5-8 94Ibid., hlm. 5

Page 34: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

34

Melvin Mencher dalam bukunya yang berjudul “News,

Reporting, and Writing,” menuliskan beberapa indikator fairness

dalam berita. Di antaranya adalah kelengkapan cerita, relevansi topik

satu dengan yang lain, kejujuran yang ditandai dengan tidak ada

kebohongan dalam berita, tidak ada emosi yang berasal dari bias si

penulis, dan berita tersebut tidak menyakiti siapapun.95

2. Relevance (Relevansi)

Jurnalisme harus memiliki relevansi terhadap pembacanya.

Artinya, berita tersebut memang penting untuk diketahui oleh

pembaca karena isinya memang berkaitan dengan pembaca. Konsep

relevansi dalam jurnalisme membimbing kita untuk mengetahui apa

yang penting atau tidak penting diketahui oleh masyarakat.96

3. Newness (Kebaruan)

Jurnalisme harus memiliki sebuah kebaruan. Artinya,

jurnalisme harus memberikan dan menyediakan informasi yang

belum pernah diketahui sebelumnya.97

F. Kerangka Konsep

Penelitian ini mendeksripsikan dan menganalisis bagaimana praktik

jurnalisme berbasis teknologi artificial intelligence (AI) yang dilakukan oleh

Beritagar.id. Dalam hal ini, perbedaan mendasar antara Beritagar.id dan media

pers lainnya adalah penggunaan robot dalam suatu aktivitas jurnalisme di ruang

redaksi. AI adalah suatu cara untuk menjadikan komputer berpikir secerdas

atau melampaui kecerdasan manusia. Tujuannya adalah agar komputer dapat

memiliki kemampuan untuk berperilaku, berpikir, dan mengambil keputusan

95 Martin Moore, “What are the Universal Principles that Guide Journalism”, 2 Februari 2010, dalam http://mediashift.org/2010/02/what-are-the-universal-principles-that-guide-journalism032/, diakses pada 30 Desember 2016 96 James C. Foust, Online Journalism: Principles and Practices of News for The Web. Second Edition. Holcomb Hathaway, Publishers. Scottsdale Arizona. 2005, hlm. 6 97 Ibid.,

Page 35: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

35

layaknya manusia.98 Beritagar.id merupakan media online pertama di

Indonesia yang menerapkan AI atau sistem kecerdasan buatan dengan

pendekatan machine learning (ML) dan natural language processing (NLP)

dalam mencari dan mengolah informasi. Penerapan teknologi tersebut telah

menciptakan suatu proses otomatisasi dalam aktivitas jurnalisme. Adanya

otomatisasi di ruang redaksi memberikan indikasi yang berbeda dari praktik

jurnalisme (konvensional) yang dilakukan sebelumnya.

Pertumbuhan teknologi memang terus mempengaruhi proses kerja dan

bentuk-bentuk jurnalisme. Dalam penelitian ini, jurnalisme diartikan sebagai

“kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, baik dalam bentuk

tulisan, suara, dan gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya

dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran

yang tersedia”. Implementasi AI telah mewujudkan otomatisasi pada beberapa

aktivitas-aktivitas jurnalisme.

Dalam menerapkan AI, beritagar.id tentunya tetap harus memperhatikan

berbagai aspek dan kaidah dalam praktik-praktik jurnalisme. Sebagai hal yang

paling fundamental dalam jurnalisme, justru praktik-praktik inilah yang

seharusnya tetap bertahan meski pertumbuhan jurnalisme terus berubah-ubah

dengan berbagai macam format, proses produksi, cara penyajian berita, dan

perubahan perilaku pembaca.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengidentifikasi praktik jurnalisme

berbasis teknologi AI yang dilakukan oleh beritagar.id. Penulis telah

merumuskan sebelas praktik-praktik jurnalisme dari berbagai macam teori dan

konsep yang dikategorikan pada tiga hal, yakni etika, profesionalisme, dan

proses produksi berita. Perumusan praktik-praktik jurnalisme itu sendiri dipilih

karena dianggap sesuai dengan fenomena jurnalisme online di era digital yang

terjadi saat ini. Skema penelitian ini secara ringkas digambarkan sebagai

berikut:

98Chris Smith. The History of Artificial Intelligence. University of Washington. December 2006. Hlm. 4

Page 36: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

36

Bagan 1. 1 Kerangka Konsep

Page 37: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

37

G. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini berusaha menjelaskan dan memaparkan bagaimana

praktik-praktik jurnalisme yang dilakukan oleh beritagar.id dalam

menerapkan teknologi artificial intelligence (AI). Oleh karena itu,

pendekatan kualitatif dinilai lebih relevan dalam penelitian ini karena

pendekatan ini diasumsikan mampu mendeskripsikan sebuah fenomena

secara utuh dan menyeluruh. Afifudin dan Saebani menjelaskan bahwa

pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, dan definisi

sebuah situasi.99

Lebih khusus lagi, metode penelitian studi kasus dinilai memiliki

kapasitas untuk menjabarkan sebuah situasi dan mengidentifikasi masalah-

masalah penelitian. Menurut Kriyantono, studi kasus adalah metode riset

yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang

bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara

komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program,

organisasi atau peristiwa secara sistematis.100 Melalui pendekatan ini,

peneliti memaparkan dan menjabarkan suatu situasi secara rinci dan

memaknainya berdasarkan perspektif yang terdapat dalam kerangka

pemikiran demi menjawab rumusan masalah.

Dalam mengumpulkan berbagai sumber data tersebut, peneliti

membutuhkan berbagai macam instrumen pengumpulan data seperti

wawancara, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan lain sebagainya.

Metode ini memang berupaya secara saksama dan dengan berbagai cara

mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus khusus. Oleh sebab

itu, Robbins menyebut studi kasus sebagai “represent an-indepth analysis

of one setting,”.101 Dengan mempelajari semaksimal mungkin mengenai

99 Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm: 94 100Rachmat Kriyantoro, Riset Komunikasi: Teknis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 66 101 Stephen Robbins, Teori Organisasi: Strukutr, Desain, dan Aplikasi (Edisi 3) (terj. Jusuf Udaya) (Jakarta: Arcan, 1996), hlm. 324

Page 38: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

38

beritagar.id, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan

mendalam mengenai objek yang diteliti. Studi kasus sendiri memiliki empat

ciri-ciri102, di antaranya adalah: partikularistik, deskriptif, heuristik, dan

induktif.

2. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah situs kurasi berita

beritagar.id. Untuk mengetahui praktik-praktik jurnalisme dalam

beritagar.id, peneliti mewawancara beberapa informan yang mengetahui

seluk-beluk mengenai beritagar.id. Informan-informan tersebut adalah

pengelola dan aktor-aktor dalam media tersebut, yakni wakil pemimpin

redaksi, redaktur senior, dan kepala tim Lokadata. Informan ini dipilih

sesuai dengan tugas dan fungsi mereka dalam media tersebut dan dianggap

memahami dengan baik mengenai praktik jurnalisme pada beritagar.id.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor beritagar.id pada 9-10 Mei 2017.

Sementara wawancara dilakukan baik langsung maupun tidak langsung

melalui surat elektronik. Wawancara tersebut dilakukan secara bertahap

dengan menyesuaikan kesediaan dan waktu luang narasumber dari bulan

Maret hingga Juni 2017.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dokumentasi dilakukan dengan

mengumpulkan dokumen-dokumen berupa audio-visual maupun tulisan.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah artikel-artikel

berita pada situs beritagar.id, khususnya yang ditulis oleh jurnalis robot

102 Op. Cit., 67

Page 39: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

39

(CAR) dan diedit oleh kurator atau editor. Kedua artikel tersebut, baik

yang telah disunting maupun yang belum digunakan untuk

membandingkan pengerjaan konten yang dilakukan oleh robot dan

manusia. Hal tersebut dilakukan untuk melihat sejauh apa peran editor

dalam ruang redaksi serta melihat apa saja yang tidak bisa dilakukan oleh

CAR dan harus dikontrol oleh manusia.

b. Observasi

Dalam Afifudin dan Saebani, Nawawi dan Martini menjelaskan

bahwa observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau

gejala-gejala dalam objek penelitian.103 Dalam penelitian ini, peneliti

mengamati masalah-masalah yang terjadi secara langsung tentang

dinamika yang muncul dalam praktik-praktik jurnalisme pada

beritagar.id.

c. Wawancara Mendalam (in depth interview)

Wawancara adalah percakapan antara periset dan informan.104

Wawancara dalam riset kualitatif biasa disebut sebagai wawancara

mendalam (depth interview) atau wawancara secara intensif (intensive-

interview). Wawancara mendalam sendiri diartikan sebagai cara

mengumpulkan data atau informasi agar mendapatkan data yang lengkap

dan mendalam. Jenis wawancara ini biasanya tidak berstruktur karena

bertujuan untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. Pada

wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol

atas respons informan, artinya informan bebas memberikan jawaban.

d. Studi Pustaka

103Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 134 104 Arthur Asa Berger, Media and Communication Research Methods (New York: SAGE Publications, 2000), hlm. 111.

Page 40: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

40

Studi pustaka di sini digunakan sebagai pelengkap data primer.

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dan informasi yang

berkenaan dengan penelitian melalui pembacaan literatur atau sumber

tertulis, seperti buku, jurnal, artikel, penelitian-penelitian sebelumnya,

atau makalah. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti mengumpulkan

referensi yang lebih relevan terkait dengan permasalahan penelitian.

5. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan memindai dan memilih semua data

dari hasil wawancara dengan para informan, observasi di ruang redaksi,

dokumentasi, dan studi pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Setelah pemilihan data selesai, penulis kemudian menghubungkan data-data

tersebut sesuai dengan kerangka konsep yang telah dibangun.

6. Teknik Penyajian Data

Data yang diolah dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi

disajikan dalam bentuk cerita (narasi), tabel, bagan, dan gambar. Sedangkan

transkrip hasil wawancara dan rangkuman data dokumentasi akan disajikan

terlampir.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan, baik

berupa wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka terkumpul.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah mengaji seluruh data yang

didapat, baik data primer maupun sekunder. Kemudian, langkah selanjutnya

adalah mereduksi data. Pereduksian data tersebut dilakukan dengan cara

membuat rangkuman inti dan pernyataan-pernyataan kunci terkait topik

penelitian. Ketiga, pengkategorisasian data. Data yang diperoleh dari

wawancara mendalam serta data-data pustaka tersebut dikelompokan

berdasarkan tema dan kesamaan gagasan untuk dianalisis dan

Page 41: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

41

diinterpretasikan yang kemudian dikaitkan dengan rumusan masalah dan

kerangka pemikiran.

Peneliti memberikan interpretasi terhadap data-data tersebut sesuai

dengan pemahaman peneliti yang berkaitan dengan tema penelitian. Dalam

tahap ini peneliti membandingkan data-data yang diperoleh untuk menguji

kesesuaian antara data hasil dokumentasi, wawancara, studi pustaka, dan

observasi. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat bias antara data yang satu

dengan yang lain. Kemudian, langkah terakhir adalah menyimpulkan data

tersebut dan ditulis pada hasil penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang

mana terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, dan metodologi

penelitian. Latar belakang memuat mengenai deskripsi berbagai hal yang

menunjukkan pemahaman tentang permasalahan yang dikaji. Rumusan

masalah berisi pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan. Tujuan

penelitian merupakan pernyataan dari rumusan masalah. Manfaat penelitian

menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari penelitian. Kemudian, kerangka

teori berisikan konsep-konsep yang berkaitan dengan penelitian. Sementara itu

kerangka konsep merupakan operasionalisasi penelitian berdasarkan teori-teori

yang telah dijabarkan. Metodologi penelitian terdiri dari metode penelitian,

obyek penelitian, lokasi, dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik mengolah data, teknik menyajikan data, dan teknik analisis data.

Bab dua adalah tinjauan pustaka yang terdiri atas konsep maupun teori

yang sifatnya lebih makro dan kontekstual. Sementara itu, bab tiga adalah

obyek penelitian. Kemudian, bab empat adalah pembahasan atau hasil dan

analisis penelitian yang berisi mengenai praktik-praktik jurnalisme berbasis

kecerdasan buatan yang diterapkan oleh beritagar.id.

Selanjutnya, bab lima adalah kesimpulan dan saran. Kesimpulan

Page 42: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

42

berisikan mengenai hasil temuan penelitian dan merupakan jawaban dari

rumusan masalah. Saran berisikan tentang pemantapan hasil penelitian yang

dicapai dan pengembangan penelitian lebih lanjut. Selanjutnya, bagian terakhir

berisikan daftar pustaka dan lampiran.

Page 43: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/130072/potongan/S1-2017... · Pada era digital, komunikasi massa telah mengalami perubahan besar yang mempengaruhi

42