bab 1 pendahuluan 1.1 latar...

26
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program pengajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk penutur asing. Pembelajar asing yang belajar bahasa Indonesia adalah pembelajar yang berkebangsaan non- Indonesia dan berbahasa ibu bukan bahasa Indonesia. Pembelajar BIPA biasanya merupakan pembelajar yang memiliki latar belakang budaya berbeda dengan budaya bahasa yang dipelajarinya. Umumnya pembelajar BIPA merupakan pembelajar dewasa yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing atau bahasa kedua. Pembelajaran BIPA tidak hanya dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia kepada penutur asing, melainkan juga memperkenalkan bahasa Indonesia menjadi sebuah bahasa komunikasi praktis untuk berbagai kepentingan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dardjowidjojo (2003:26) yang menyebutkan bahwa pembelajar BIPA umumnya merupakan kalangan ekspatriat atau orang asing yang memiliki motivasi instrumental. Motivasi instrumental merupakan motivasi keinginan belajar bahasa kedua sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau mendapatkan nilai kelulusan telah mempelajari suatu bahasa. Motivasi instrumental sangat berpengaruh terhadap peserta BIPA karena pembelajar yang mempunyai motivasi instrumental

Upload: doanhanh

Post on 16-Sep-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program

pengajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk penutur asing. Pembelajar

asing yang belajar bahasa Indonesia adalah pembelajar yang berkebangsaan non-

Indonesia dan berbahasa ibu bukan bahasa Indonesia. Pembelajar BIPA biasanya

merupakan pembelajar yang memiliki latar belakang budaya berbeda dengan

budaya bahasa yang dipelajarinya. Umumnya pembelajar BIPA merupakan

pembelajar dewasa yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing atau

bahasa kedua.

Pembelajaran BIPA tidak hanya dimaksudkan untuk memperkenalkan

bahasa dan budaya Indonesia kepada penutur asing, melainkan juga

memperkenalkan bahasa Indonesia menjadi sebuah bahasa komunikasi praktis

untuk berbagai kepentingan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dardjowidjojo

(2003:26) yang menyebutkan bahwa pembelajar BIPA umumnya merupakan

kalangan ekspatriat atau orang asing yang memiliki motivasi instrumental.

Motivasi instrumental merupakan motivasi keinginan belajar bahasa kedua

sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau mendapatkan nilai kelulusan telah

mempelajari suatu bahasa. Motivasi instrumental sangat berpengaruh terhadap

peserta BIPA karena pembelajar yang mempunyai motivasi instrumental

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

2

diprediksi akan mempunyai filter tinggi yang disebabkan oleh keberadaan

motivasi dan akan berhenti ketika pembelajar sudah meraih atau mencapai apa

yang diinginkan.

Pembelajaran BIPA dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar

Indonesia. Pembelajaran BIPA di luar negeri telah dilakukan hampir di seluruh

benua, program BIPA telah diselenggarakan di kurang lebih 45 negara, dengan

174 tempat pelaksanaan yang tersebar di negara-negara di dunia. Lembaga

penyelenggara yang dimaksud pada umumnya berupa perguruan tinggi dan

selebihnya berupa lembaga kebudayaan atau lembaga khusus.

Salah satu negara yang banyak menyelenggarakan pembelajaran bahasa

Indonesia ialah Amerika. Kurang lebih terdapat 13 universitas dan departemen

khusus (Defense Language Institute) milik departemen pertahanan Amerika yang

mengakomodasi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai jurusan, program studi

atau bahasa pilihan. Selain itu, terdapat tiga organisasi nonprofit Amerika yang

secara rutin menyelenggarakan program bahasa Indonesia. Organisasi tersebut

adalah Southeast Asian Studies Summer Institute (SEASSI), Consortium of

Teaching Indonesian-Malay (COTIM), dan United State-Indonesia (USINDO),

serta pada tahun 2010 diselenggarakan organisasi program bahasa Indonesia baru

yang disebut dengan Critical Language Scholarship (CLS).

Kesalahan merupakan suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan. Setiap

pembelajar bahasa umumnya mengalami kesalahan dalam berbahasa sasaran.

Masalah-masalah tersebut juga dapat timbul dalam pembelajaran BIPA

dikarenakan pembelajar kurang menguasai tata bahasa Indonesia, kurang

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

3

memahami kandungan makna dari bentukan kata dalam kalimat, satuan-satuan

linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat bahasa Indonesia belum

dikuasai secara matang, serta penggunaan bahasa Indonesia yang masih

dipengaruhi oleh penggunaan bahasa ibu atau bahasa pertamanya.

Kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan dalam

berbagai tataran. Pertama, berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa

dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi,

sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana. Kedua, berdasarkan

kegiatan berbahasa atau ketrampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi

kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketiga,

berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan

berbahasa secara lisan dan secara tulis. Keempat, berdasarkan penyebab kesalahan

dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan

kesalahan berbahasa karena interferensi. Kelima, kesalahan berbahasa

berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan melalui kesalahan

berbahasa paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.

Penelitian ini akan mengkaji salah satu aspek tataran linguistik, yaitu

morfologi. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabentuk dan

proses pembentukan kata. Di dalam proses morfologi bahasa Indonesia terdapat

tiga proses pembentukan kata, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Dari

ketiga proses tersebut, peneliti membatasi penelitian ini pada ranah kesalahan kata

kerja berafiks yang digunakan. Hal tersebut sesuai dengan Susanto (2001) yang

menjelaskan bahwa kesulitan fundamental yang sering dialami oleh pembelajar

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

4

asing dalam belajar bahasa Indonesia adalah kesulitan memahami proses

pengimbuhan atau afiksasi.

Kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa yang diteliti dalam

penelitian ini adalah keterampilan menulis. Di bawah ini adalah contoh kesalahan

kata kerja yang terjadi dalam karangan.

*(1) Jadi, pemerintah bisa membuat aturan di mana mentebang menjadi kegiatan

ilegal.

*(2) Akhirnya, siswa bisa mengadiri SMA selama tiga tahun.

*(3) Setelah kedelai rebus sudah dingin, pembuat tempe mecampur ragi dan

kedelai rebus itu.

Kesalahan berbahasa pada tataran morfologi ditemukan dalam kata

bercetak tebal di atas. Pada data nomor (1) kesalahan pembentukan kata kerja

dikarenakan fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan.

Kaidah afiksasi awalan {meN-} jika digabungkan dengan kata berfonem awal /t/

seharusnya luluh menjadi {meN-}. Pada data nomor (2) kesalahan pembentukan

kata kerja dikarenakan fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi,

diluluhkan. Kaidah afiksasi awalan {meN-} jika digabungkan dengan kata

berfonem awal /h/ seharusnya tidak luluh. Kalimat tersebut tidak hanya

mempunyai kesalahan pembentukan kata, tetapi juga kalimat tersebut tidak

berterima. Kalimat nomor (2) dianggap tidak berterima dapat dikarenakan

terdapat kata bentukan yang tidak tepat. Kata menghadiri mempunyai makna

‘mengunjungi (pertemuan, rapat); mengikuti (ceramah, upacara)’ kata yang tepat

untuk kalimat tersebut adalah kata menemupuh yang berarti ‘melalui atau

menyusuri, mengikuti (kursus, pelajaran, sekolah dsb)’. Pada data nomor (3)

kesalahan pembentukan kata kerja terjadi dengan membubuhkan prefiks {meN-}

dalam kata campur, tetapi bentukan kata yang dihasilkan tidak sesuai dengan

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

5

tatabahasa. Seharusnya dalam kaidah afiksasi awalan {meN-} jika digabungkan

dengan kata berfonem awal /c/ terbentuk nasal sebelum kata dasar yang menjadi

mencampur. Pembenaran untuk kata bercerak tebal pada data nomor (1), (2), (3)

adalah sebagai berikut.

(1a) Jadi, pemerintah bisa membuat aturan di mana menebang menjadi

kegiatan ilegal.

(2a) Akhirnya, siswa bisa menempuh SMA selama tiga tahun.

(3a) Setelah kedelai rebus sudah dingin, pembuat tempe mencampur ragi

dan kedelai rebus itu.

Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran morfologi tidak hanya

dikarenakan fonem yang seharusnya luluh tidak diluluhkan dan sebaliknya.

Namun terdapat pula interferensi dari bahasa pertama yang mempengaruhi

pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.

*(4) Dalam berdialogue kami mencari banyak persoalan antara kedua negara.

Pada kata kerja dicetak tebal di atas, dapat diketahui bahwa kata dasar

yang digunakan adalah dialogue. Kata dasar tersebut masih berupa kata dasar

dalam bahasa ibu pembelajar yaitu bahasa Inggris. Meskipun dalam bahasa

Indonesia juga terdapat kata serapan dari bahasa Inggris yaitu dialog. Tetapi kata

berdialog tidak berterima dalam kalimat tersebut. Hal itu dikarenakan kata dialog

dalam KBBI mempunyai makna ’percakapan (dalam sandiwara, cerita dsb),

karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih’.

Kata yang tepat untuk sehingga berterima dalam kalimat tersebut adalah kata

diskusi. Kata diskusi mempunyai makna ’pertemuan ilmiah untuk bertukar

pikiran mengenai suatu masalah’.

Hal tersebut termasuk dalam kategori kesalahan dalam ranah performansi.

Faktor performansi menghasilkan kekeliruan (mistake) berbahasa. Kekeliruan

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

6

merupakan penyimpangan yang tidak sistematis. Hal tersebut terjadi dapat

dikarenakan salah dengar dari ucapan yang ditulis ke dalam bahasa tulis.

Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan tersebut dapat dikategorikan

sebagai kesalahan interlingual atau interferensi. Kesalahan tersebut bersumber

dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua. Pembenaran untuk kata

bercerak tebal pada data nomor (4) adalah sebagai berikut.

(4a) Dalam diskusi, kami mencari banyak persoalan antara kedua negara.

Kesalahan penggunaan afiks dapat terjadi dalam pembelajaran bahasa

indonesia bagi penutur asing. Kesalahan penggunaan gabungan afiks {di-kan} dan

{di-i} adalah sebagai berikut.

*(5) Saya baru tahu kalau silat bisa di ajari oleh perempuan dan laki-laki.

*(6) Menurut Mustofa, terkadang pemerintah pusat sering memberikan bantuan

yang tidak sesuai dengan apa yang di perlukan oleh daerah.

Pada contoh di atas, dapat dilihat bahwa pada kalimat (5) dan (6) di-

berfungsi sebagai preposisi. Namun jika kalimat tersebut dibaca secara seksama,

maka akan terlihat bahwa di- sebagai bagian dari kata sesudahnya. Dapat diartikan

bahwa dalam kalimat (5) dan (6) di- merupakan gabungan afiks yaitu {di-i} dan

{di-kan}. Kerancuan penggunaan di- sebagai awalah dan di- sebagai preposisi

muncul dalam karangan mahasiswa asing.

Pada kalimat nomor (5) terjadi kesalahan penggunaan gabungan afiks

dalam kalimat, pembelajar masih rancu menggunakan {di-i} dan {di-kan}.

Pembelajar mengalami kesulitan dalam membentuk verba dari konstruksi pasif.

Kesalahan pada bagian ini dapat disebabkan karena pembelajar belum menguasai

kaidah pembentukan konstruksi pasif dalam bahasa indonesia. Bentuk dasar ajar

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

7

seharusnya diberi imbuhan {di-kan} menjadi diajarkan supaya membentuk verba

pasif yang tepat. Perbaikan dapat dilihat pada konstruksi (5a) dan (6a).

(5a) Saya baru tahu kalau silat bisa diajarkan oleh perempuan dan laki-

laki.

(6a) Menurut Mustofa, terkadang pemerintah pusat sering memberikan

bantuan yang tidak sesuai dengan apa yang diperlukan oleh daerah.

Penutur asli bahasa Indonesia hampir tidak pernah menemukan kesulitan

dalam membentuk kata dengan afiks, tetapi penutur asing banyak mendapatkan

kesulitan karena ketidaktahuan atau ketidakmengertian tentang kaidah-kaidah

tatabahasa Indonesia yang masih samar atau belum jelas. Kesalahan penggunaan

kata kerja dapat berdampak pada kesalahan ketidakberterimaan sebuah kalimat.

Pembelajara BIPA menarik untuk diteliti. Dipilihnya pembelajar BIPA

sebagai subjek penelitian karena belum banyak peneliti yang meneliti tentang

pembelajar bahasa Indonesia untuk penutur asing, khususnya mahasiswa Amerika

sebagai subjek penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

rumusan masakah dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.

1) Bagaimana wujud kesalahan pembentukan kata kerja oleh mahasiswa

Amerika?

2) Apa penyebab kesalahan pembentukan kata kerja oleh mahasiswa

Amerika?

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

8

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, tujuan

penelitiandapat diketahui sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan wujud kesalahan pembentukan kata kerja oleh

mahasiswa Ameika.

2) Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata oleh mahasiswa

Amerika.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan

manfaat secara praktis. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam pengetahuan, pembelajaran, dan penelitian tentang

BIPA dalam kajian morfologi khususnya mengenai pembentukan kata kerja.

Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar untuk menerapkan

ilmu yang sudah didapat dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Bagi

peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan manfaat

sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengajar

BIPA untuk mengetahui bahwa kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi.

Sehingga pengajar BIPA lebih menyeimbangkan pengajaran tidak hanya dalam

tataran sintaksis tetapi juga dalam tataran morfologi. Hal tersebut dapat

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

9

meningkatkan penguasaan bahasa sasaran dan meminimalisasi kesalahan

pembentukan kata dalam kalimat.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berkaitan dengan analisis terhadap yang dilakukan oleh

para pembelajar BIPA yang berbahasa ibu bukan bahasa Indonesia telah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, baik dalam bentuk penelitian

maupun jurnal. Berikut ini merupakan penelitian yang mempunyai relevansi

terhadap penelitian ini.

Dalam jurnal, Nugraha (2000) dengan judul Kesalahan-kesalahan

Berbahasa Indonesia Pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa Asing

menjelaskan tentang bentuk-bentuk kesalahan berbahasa Indonesia pembelajar

BIPA di Indonesian Language and Culture Intensive Course (ILCIC) Universitas

Sanata Dharma tahun 1999-2000 yang berjumlah 70 karangan. Dalam penelitian

ini menjelaskan kesalahan berbahasa dari segi morfologi, sintaksis, dan semantik.

Penelitian tersebut juga memberikan contoh bentuk-bentuk kesalahan dan

memberikan pembenaran bagaimana kalimat yang benar, tetapi belum ada

penjelasan mengapa kesalahan tersebut dapat terjadi dihubungkan dengan karakter

dan bahasa ibu pembelajar bahasa.

Susanto (2001) dalam bentuk tulisan di jurnal berjudul Pengembangan

Bahan Ajar BIPA Berdasarkan Kesalahan Bahasa Indonesia Pembelajar Asing

menjelaskan tentang kesalahan bahasa Indonesia yang dilakukan oleh pembelajar

asing. Tulisan tersebut menitikberatkan analisisnya pada pengembangan bahan

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

10

ajar BIPA. Hasil analisis kesalahan dapat didayagunakan untuk meningkatkan

mutu penyelenggaraan program BIPA, salah satunya untuk meningkatkan mutu

bahan ajar BIPA. Penelitian ini masih bersifat umum, hanya menjelaskan ragam

kesalahan berbahasa yang dihubungkan dengan bahan ajar yang digunakan.

Belum banyak disertasi yang membahas secara menyeluruh tentang

pembelajaran BIPA. Salah satu disertasi yang membahasa tentang BIPA adalah

disertasi Widodo (2004) berjudul Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur

Asing Model Tutorial: Studi Kasus Pembelajaran BIPA Tingkat Pemula pada

Program Center for Indonesian Studies Universitas Negeri Malang.Dalam

disertasi tersebut dijelaskan secara terperinci tentang hakikat dan kedudukan

BIPA di Indonesia pada umumnya dan di universitas terteliti pada khususnya.

Penelitian tersebut menitikberatkan pada pencapaian hasil pembelajaran BIPA

dengan model tutorial. Penelitian ini praktis mengarah pada ranah pengajaran dan

hasil pembelajaran BIPA. Tidak banyak disinggung tentang ranah linguistik.

Penelitian berwujud tesis Seon-hee (2009) berjudul Analisis Kesalahan

Berbahasa Korea (Studi Kasus Karangan Mahasiswa Jurusan Bahasa Korea,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada) menunjukkan kesalahan

pelafalan yang tercermin pada penulisan bahasa Korea. Penelitian tersebut lebih

fokus pada ranah fonologi khususnya dalam membedakan bunyi dalam pasangan

minimal. Faktor penyebab kesalahan dalam bidang fonologi antara bahasa ibu

(bahasa Indonesia) dan bahasa sasaran (bahasa Korea) menyebabkan interferensi

negatif pada bahasa sasaran.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

11

Penelitian Primantari (2012) dengan judul Analisis Kesalahan

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Tataran Sintaksis oleh Pembelajar BIPA

dari Korea. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pembelajar BIPA

dari Korea melakukan kesalahan dalam tataran sintaksis, yaitu pada tataran frasa

dan tataran klausa. Faktor penyebab kesalahan dibedakan menjadi faktor

linguistik dan faktor nonlinguistik. Faktor linguistik dipengaruhi oleh proses

interlingual dan interferensi bahasa Korea. Faktor-faktor nonlinguistik adalah

lingkungan pembelajaran bahasa Indonesia yang kurang kondusif dan kebiasaan

menggunakan bahasa informal dalam karangan.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Analisis Kesalahan

Analisis kesalahan merupakan bidang kajian linguistik yang masuk dalam

kajian linguistik terapan. Penerapan analisis kesalahan dapat dimanfaatkan untuk

memperbaiki dan membantu proses belajar mengajar bahasa sasaran. Tujuan dari

analisis kesalahan dapat memudahkan dan membantu pengajar mengidentifikasi,

mengklasifikasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh

pembelajar yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua. Sesuai dengan

Pateda (1989: 35) menyatakan bahwa analisis kesalahan dimaksudkan supaya

pengajar mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para pembelajar,

memperbaiki metode atau teknik pengajaran serta dapat membantu merencanakan

sistem dan rencana pengajaran bahasa sasaran dari kesalahan-kesalahan yang

dilakukan.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

12

Dalam analisis kesalahan terdapat dua faktor penyebab terjadinya

kesalahan, diantaranya adalah faktor performansi (performance) dan faktor

kompetensi (competence). Faktor performansi menghasilkan kekeliruan (mistake)

dan faktor kompetensi menghasilkan (error). Kekeliruan merupakan

penyimpangan yang tidak sistematis, misalnya karena kelelahan, emosi atau salah

ucap (Pateda, 1989:32).

Dulay (1982:139) menjelaskan bahwa kesalahan yang disebabkan oleh

performansi merujuk kepada penyimpangan kebahasaan yang dihasilkan oleh

pembelajar. Hal tersebut disebabkan oleh sistem pengetahuan pembelajar untuk

memperoleh bahasa target masih dalam tahap perkembangan. Kesalahan

merupakan bentuk bahasa yang tidak benar secara gramatikal baik yang

diucapkan, ditulis, didengar atau dibaca.

Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu teknik untuk

mengidetifikasi dan menginterpretasi secara sistematis kesalahan-kesalahan yang

dibuat oleh pembelajar dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur

berdasarkan linguistik (Crystal via Pateda, 1989:32).

1.6.2 Morfologi dan Proses Morfologis

Morfologi merupakan suatu cabang linguistik mempelajari struktur,

bentuk-bentuk kata, dan mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai

satuan gramatikal. Secara umum morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang

mempelajari bentuk dan proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

13

tersebut dapat berpengaruh terhadap perubahan bentuk kata dan juga terhadap

golongan dan arti kata.

Proses morfologis yang terdapat dalam tataran morfologi merupakan

tataran linguistik yang identik dengan tata kata atau tata bentuk. Dalam bahasa

Indonesia terdapat tiga proses pembentukan kata. Proses afiksasi, reduplikasi, dan

pemajemukan termasuk dalam proses morfologis atau proses pembentukan kata.

Proses afiksasi (affixation) disebut juga dengan proses pengimbuhan.

Afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada sebuah kata dasar atau bentuk

dasar (Chaer, 2003:177). Proses penambahan afiks biasanya dapat mengubah

kelas kata atau makna dari bentuk dasar yang dikenal sebagai proses afiksasi

derivasional. Penambahan afiks yang tidak disertai dengan perubahan kelas kata

ataupun makna dari bentuk dasar dikenal dengan afiksasi inflesional.

Proses pengimbuhan terbagi menjadi beberapa jenis, hal ini bergantung

pada letak atau di mana posisi afiks tersebut digabung dengan kata yang

dilekatinya. Dilihat dari posisi melekatnya dengan bentuk dasar biasanya

dibedakan adanya; prefiks (awalan) yaitu imbuhan yang melekat di depan kata

dasar; sufiks (akhiran) adalah imbuhan yang melekat di belakang kata dasar;

infiks (sisipan) adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar; dan

konfiksadalah imbuhan yang berupa morfem terbagi, bagian pertama berposisi

pada awal bentuk dasar dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar.

Gabungan afiks merupakan morfem terbagi, maka kedua bagian dari afiks

dianggap sebagai satu kesatuan dan pengimbuhannya dilakukan sekaligus, tidak

ada yang lebih dahulu serta tidak ada yang lebih kemudian.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

14

Reduplikasi atau perulangan adalah sebuah proses morfologis untuk

membentuk morfem baru dengan melakukan pengulangan sehingga memunculkan

morfem ulang. Reduplikasi adalah proses morfemis dengan mengulang bentuk

dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan

perubahan bunyi (Chaer, 2003:182). Reduplikasi adalah proses pmbentukan kata

dengan mengulang bentuk dasar secara utuh, sebaigan, berkombinasi dengan afiks

atau dengan perubahan bunyi. Reduplikasi dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa jenis.Ada dua jenis kata ulang yaitu, (1) kata ulang sesungguhnya atau

kata ulang asli, (2) kata ulang semu atau atau kata ulang tidak asli. Kata ulang

sesungguhnya atau kata ulang asli dipilah menjadi (a) kata ulang utuh, (b) kata

ulang sebagian, (c) kata ulang berimbuhan, dan (d) kata ulang berubah bunyi.

Sedangkan kata ulang semu atau kata ulang tidak asli dipilah pada dasarnya bukan

kata ulang, tetapi mempunyai bentuk seperti kata ulang. Misalnya laki-laki, cumi-

cumi, kupu-kupu (Sumadi, 2012:125-126).

Pemajemukan atau komposisi adalah hasil dari proses penggabungan

morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat,

sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang

berbeda, atau yang baru (Chaer, 2003:185). Proses pemajemukan dapat

menghasilkan makna baru dan makna baru tersebut disebut kata majemuk.

1.6.3 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi

Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan

dengan bahasa tulis. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi dapat

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

15

disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan tersebut dapat muncul dalam

pembentukan kata dengan menggunakan afiks, reduplikasi atau pemajemukan

kata.

Salah satu kesalahan berbahasa dalam tataran afiksasi dapat dikarenakan

fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi, namun tidak diluluhkan.

Seperti pada kaidah afiksasi awalan meN-, jika fonem /t/, /s/, /p/ seharusnya luluh

menjadi men-, meny-, dan mem- .

1.1 Tabel Kesalahan Pembentukan Kata Berprefiks

Kata dasar Bentuk kesalahan Bahasa Indonesia baku

Tebang Mentebang Menebang

Sapu Mensapu Menyapu

Pinjam Menpinjam Meminjam

Garuk Mengaruk Menggaruk

Renang Berrenang Berenang

Butuh Dibutuh Dibutuhkan

Kesalahan pembentukan kata kerja berafiks tidak hanya dalam tataran

bentukan kata berprefiks, tetapi juga terdapat kesalahan yang dibentuk dari

gabungan afiks atau konfiks. Seperti contoh di bawah ini.

1.2 Tabel Kesalahan Pembentukan Kata Gabungan Afiks

Kata dasar Bentuk kesalahan Bahasa Indonesia baku

Selesai Menselesaikan Menyelesaikan

Hentak Menghentakan Menghentakkan

Marah Memarahkan Memarahi

Rasa Dirasai Dirasakan

Larang Dilarangkan Dilarang

Kesalahan-kesalahan tersebut mungkin jarang terjadi bagi penutur asli,

namun hal tersebut sangat sukar bagi penutur asing untuk menentukan peluluhan

dalam proses afiksasi bahasa Indonesia. Setyawati (2010) mengungkapkan sumber

kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi bahasa Indonesia, antara lain:

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

16

1. Penghilangan afiks

2. Bunyi yang seharusnya luluh tidak diluluhkan

3. Peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh

4. Penggantian morf

5. Penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-

6. Penggunaan afiks yang tidak tepat

7. Penentuan bentuk dasar yang tidak tepat

8. Penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata

9. Pengulangan kata majemuk yang tidak tepat

Hampir serupa dengan Setyawati (2010), analisis kesalahan berbahasa

dalam tataran morfologi juga diungkapkan oleh Indihadi (2008). Indihadi

membagi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi menjadi 11 macam yaitu

sebagai berikut.

1. Salah penentuan bentuk asal

2. Fonem yang luluh tidak diluluhkan

3. Fonem yang tidak luluh diluluhkan

4. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n-, ny-,

ng-, dan nge-

5. Perubahan morfem ber-, per- dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-

6. Penulisan morfem yang salah

7. Pengulangan yang salah

8. Penulisan kata majemuk serangkat

9. Pemajemukan berafiksasi

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

17

10. Pemajemukan dengan afiks dan sufiks

11. Pengulangan kata majemuk

1.6.4 Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan

Bahasa kedua (B2) merupakan bahasa yang dikuasai manusia setelah

menguasai bahasa pertama (B1). Proses pemerolehan B2 dapat disebut sebagai

proses pembelajaran bahasaatau language learning. B2 dapat dikuasai dengan

proses belajar dengan cara sengaja dan sadar.

Terdapat sebuah usia optimal atau periode kritis yang disebut juga dengan

periode sensitif dalam mempelajari bahasa kedua. Setelah masa remaja, bahasa

harus diajarkan dan dipelajari melalui usaha-usaha secara sadar. Terdapat dua

kepercayaan tradisional atau stigma berkaitan dengan karakteristik pembelajar,

yaitu usia dan bakat. Usia anak-anak lebih berhasil dalam mempelajari bahasa

kedua daripada orang dewasa, serta bakat dalam pembelajaran kedua. Tetapi

orang dewasa memiliki kelebihan kognitif dan afektif jika dibandingkan dengan

anak-anak.Berdasarkan penelitian Wilkins dan Upshur, ditemukan bahwa banyak

kesalahan disebabkan oleh faktor psikologi dan pedagogi, sedangkan Corder

memberikan salah satu jawaban bahwa ada satu kompetensi transisi ke bahasa

kedua (Parera, 1997:137).

Ada beberapa pandangan mengenai penyebab kesalahan berbahasa. James

(1988:137) menyebutkan dua jenis penyebab kesalahan berbahasa, yaitu (1)

kesalahan antarbahasa (interlingual errors) dan (2) intrabahasa (intralingual

errors), sedangkan Richards (1974:173) mengklasifikasikan penyebab kesalahan

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

18

berbahasa menjadi tiga jenis, yaitu (1) kesalahan antarbahasa (interlingual errors)

atau (interference errors), (2) kesalahan intrabahasa (intralingual errors) dan (3)

kesalahan pengembangan (developmental errors).

1. Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)

Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan interferensi. Kesalahan ini

merupakan kesalahan yang bersumber dari pengaruh B1 terhadap B2. Tahap

awal pembelajaran B2, umumnya ditandai oleh transfer interlingual.

Pemindahan unsur-unsur B1 ke B2 yang sedang dipelajari pembelajar.

Kesalahan antarbahasa ini mengarah atau mengacu pada interferensi negatif

terhadap bahasa sasaran. Jika terdapat kesaamaan dan memberikan

kemudahan untuk mempelajari bahasa sasaran, hal itu disebut dengan

interferensi positif.

2. Kesalahan Intrabahasa (Intralingual Errors)

Kesalahan intrabahasa merupakan kesalahan yang dilakukan pembelajar

dalam tahapan perkembangan pembelajaran bahasa sasaran.

3. Kesalahan Pengembangan (Developmental Errors)

Kesalahan pengembangan merupakan kesalahan yang sama seperti halnya

yang dialami anak kecil ketika mempelajari bahasa pertamanya. Pembelajar

mengalami proses-proses yang sama seperti halnya ketika belajar bahasa

pertama dan menghasilkan kesalahan-kesalahan umum belajar bahasa.

Penyebab kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa sasaran dapat

diklasifikasi dari sudut pandang yang berbeda-beda, namun secara garis besar

acuan yang digunakan untuk mengklasifikasikan penyebab kesalahan cenderung

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

19

sama. Berdasarkan taksonomi komparatif menurut Duley (1982) kesalahan

dibedakan menjadi empat tataran kesalahan, yaitu:

1. kesalahan interlingual atau interferensi

2. kesalahan intralingual

3. kesalahan ambigu

4. kesalahan unik

Taylor (1986) menjelaskan bahwa sumber kesalahan terkait dengan

psikolinguistik, epistemik atau bisa juga terletak pada struktur wacana. Bagan

berikut ini menggambarkan sumber-sumber kesalahan dari sudut psikolinguistik.

1.1 Bagan Sumber Kesalahan Berbahasa dari Sudut Psikologi

SUMBER

KESALAHAN

KOMPETENSI

PERFORMANSI

TRANSFER

INTRALINGUAL

UNIK

MASALAH

PEMROSESAN

STRATEGI

KOMUNIKASI

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

20

Dalam kategori strategi performansi, masalah pemrosesan dalam tataran

kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi 4 kesalahan, yaitu

1. Penanggalan (omission)

Penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang

diperlukan dalah suatu frasa atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan

kontruksi frasa atau kalimat.

2. Penambahan (addition)

Penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang

tidak diperlukan dalam satu frasa atau kalimat.Akibatnya terjadi

penyimpangan konstruksi frasa atau kalimat.

3. Kesalahbentukan (misformation)

Penutur bahasa membentuk kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah

bahasa sasaran. Akibatnya konstruksi frasa atau kalimat menjadi salah

(penyimpangan) kaidah bahasa.

4. Kesalahurutan (misordering)

Penutur bahasa menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam

suatu konstruksi frasa atau kaliamat di luar kalidah bahasa sasaran.

Akibatnya frasa atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa.

Secara umum, faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran B2

dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor individu pelajar bahasa, dan faktor

di luar individu pelajar bahasa. Faktor individu pelajar bahasa meliputi: keyakinan

individu dalam belajar bahasa, keadaan afektif individu pelajar bahasa dalam

belajar bahasa, dan faktor-faktor umum pelajar bahasa antara lain aspek usia,

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

21

bakat bahasa, gaya belajar, kepribadian pelajar bahasa dan motivasi (Ellis, dalam

Susanto 2008).

Variabel faktor individu pembelajar dalam belajar bahasa kedua atau

bahasa asing telah diidentifikasi oleh para peneliti terdahulu. Faktor-faktor

perbedaan individu pembelajar bahasa kedua tersebut juga terjadi ketika

pembelajar belajar bahasa asing. Tabel berikut menunjukkan hasil deskripsi dari

tiga peneliti yang berbeda dan dengan cara pengklasifikasian yang berbeda pula.

1.3 Tabel Penelitian Faktor Individu Pembelajar Bahasa

Altman dan Long

(1980)

Shekan (1989) Larsen-Freeman (1991)

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Pengalaman

sebelum belajar

bahasa

4. Kemahiran dalam

bahasa pertama

5. Faktor

Kepribadian

6. Sikap bahasa

7. Sikap dan

motivasi

8. IQ

9. Ketertarikan rasa

bahasa

10. Pilihan sosial

11. Gaya kognitif

12. Strategi

pembelajar

1. Sikap bahasa

2. Motivasi

3. Strategi belajar

bahasa

4. Faktor kognitif

dan efektif

a. Kepribadian

terbuka/tertutu

p

b. Risk-taking

(takut

berbicara

salah)

c. Kecerdasan

d. Latar

e. Keinginan

1. Umur

2. Faktor sosiopsikologis

a. Motivasi

b. Sikap

3. Kepribadian

a. Self-esteem

b. Estrovet

c. Kecemasan

d. Risk-taking

e. Sense penolakan

f. Emphaty

g. Rintangan

h. Toleransi ambigu

4. Gaya kognitif

a. Latar indept/dept

b. Luas kategori

c. Eflexivity/impulse

d. Dengar/lihat

e. Analitik/gestalt

5. Spesifikasi wilayah

6. Strategi belajar

7. Faktor lain-lain seperti

memori dan jenis kelamin (dalam Susanto, 2008)

Terdapat berbagai kendala yang menghambat pelajar asing untuk

menguasai bahasa Indonesia, salah satunya adalah kesalahan dalam penulisan

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

22

bahasa sasaran. Kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik dapat dikategorikan

sebagai berikut, yaitu kesalahan dalam aspek fonologis, kesalahan dalam aspek

morfologis, kesalahan dalam aspek sintaksis, dan kesalahan dalam aspek wacana.

Dari keempat aspek tersebut, peneliti memfokuskan pada aspek morfologi sebagai

subjek penelitian.

Berdasarkan taksonomi strategi permukaan, kesalahan dapat dikategorikan

menjadi empat jenis, yakni kesalahan berbahasa berupa penglihatan (pelajar

menghilangkan kata tugas dan fungsi gramatikal tertentu dalam kalimat),

kesalahan penambahan (ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak

perlu), kesalahan yang berupa salah bentuk (ditandai oleh bentukan atau struktur

yang salah), dan kesalahan yang berupa salah urut (ditandai oleh penempatan

yang tidak benar bagi morfem atau kelompok morfem dalam suatu ujaran) (Burt

dalam Suyitno, 2005:79).

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penggunaan penelitian

kualitatif dalam penelitian ini didasarkan atas dua pertimbangan. Pertama,

pengembangan konsep didasarkan atas data yang ada. Kedua, penelitian ini

bersifat deskriptif, artinya penelitian yang berusaha membuat deskripsi secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki. Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa

penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh

informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan.

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

23

Dengan demikian, pemilihan ancangan deskriptif didasarkan pertimbangan

bahwa penelitian inidilaksanakan terhadap gejala yang sudah terjadi, dilaksanakan

untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena kebahasaan sebagaimana

adanya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang

kesalahan pembentukan kata kerja dalam karangan berbahasa Indonesia

mahasiswa Amerika. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni (1)

metode pengumpulan data, (2) metode analisis data, dan (3) metode penyajian

hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:57).

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan data adalah metode

simak sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Metode

simak dalam hal ini teknik simak bebas libat cakap yang digunakan dengan

menyimak penggunaan kata kerja dalam karangan. Teknik lanjutan yang

digunakan oleh peneliti yakni teknik catat yaitu mencatat data yaitu kata-kata

dalam kalimat yang kesemuanya merupakan kata kerja berafiks.

Jumlah mahasiswa program CLS tahun 2013 sebanyak 29 mahasiswa,

terbagi dalam 6 tingkat, yaitu tingkat pemula 1A berjumlah 5 mahasiswa, tingkat

pemula 1B berjumlah 4 mahasiswa, tingkat pemula 2 berjumlah 4 mahasiswa,

tingkat madya 1 berjumlah 4 mahasiswa, tingkat madya 2 berjumlah 7 mahasiswa

dan tingkat mahir berjumlah 3 mahasiswa. Dari keenam tingkat kemahiran

berbahasa mahasiswa program CLS tahun 2013, dipilih mahasiswa tingkat madya

dan mahir sebagai sumber data penelitian dikarenakan mahasiswa-mahasiswa

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

24

tersebut mempunyai pengalaman belajar bahasa indonesia sebelumnya sehingga

bentukan kata yang dihasilkan diharapkan lebih beragam dan kompleks

dibandingkan dengan mahasiswa tingkat pemula.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kumpulan karangan

yang ditulis oleh 7 mahasiswa tingkat madya dan 3 mahasiswa tingkat mahir.

Karangan-karangan tersebut berjumlah 60 karangan. Jumlah kata yang di

dalamnya terdapat kesalahan pembentukan kata kerja berafiks yang dianalisis

berjumlah 180 buah dalam kalimat.

Mahasiswa CLS tahun 2013 terdaftar sejak tanggal 4 Juni 2013 sampai 5

Agustus 2013 (9 minggu) telah mengikuti pembelajaran BIPA di Center

Indonesian Studies (CIS) BIPA, Fakultas Sastra, Jurusan Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Negeri Malang. Mahasiswa CLS 2013

merupakan mahasiswa dari berbagai universitas di Amerika, berkebangsaan

Amerika dan berbahasa ibu bahasa Inggris.

Jenis data yang dikumpulkan dari karangan mahasiswa Amerika

menunjukkan bahwa penelitian ini mengarah pada penelitian pustaka atau

penelitian data sekunder. Data sekunder akan dikumpulkan dari hasil tugas

menulis di dalam kelas dan ujian-ujian mingguan mahasiswa Amerika selama

mengikuti program CLS 2013.

Dalam pengumpulannya, data akan dikumpulkan berdasarkan dua tahapan.

Pertama, mengumpulkan hasil tugas menulis dan ujian-ujian mingguan

mahasiswa Amerika tingkat madya dan mahir program CLS 2013. Kedua,

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

25

mencatat dan mengidentifikasi temuan data berdasarkan kesalahan pembentukan

kata kerja berafiks dalam karangan.

1.7.2 Metode Analisis Data

Pada tahap analisis data ini, data dianalisis dengan menggunakan metode

agih. Metode agih ini diterapkan dengan teknik bagi unsur langsung sebagai

teknik dasarnya. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan

cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian-bagian atau unsur-unsur

itu dipandang sebagai unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud

(Sudaryanto, 1993:31). Penggunaan teknik dasar ini dimaksudkan untuk

mengidentifikasi kata kerja berafiks yang terdapat dalam karangan berbahasa

Indonesia mahasiswa Amerika program CLS 2013.

Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dengan cara

mengelompokkan kesalahan bentukan kata kerja dalam tataran morfologi

kemudian menganalisisnya. Kemudian hasil pengelompokkan kesalahan bentukan

kata kerja dalam tataran morfologi dihubungkan dengan penyebab-penyebab

kesalahan untuk mengetahui bagaimana terjadinya kesalahan pembentukan kata

kerja tersebut.

7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data dapat menggunakan metode

penyajian formal dan metode penyajian informal (Mahsun 2006:255). Hasil

penelitian ini akan disajikan secara formal dan informal. Secara informal hasil

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74734/potongan/S2-2014... · seharusnya diberi imbuhan ... Menjelaskan penyebab kesalahan pembentukan kata

26

penelitian akan dibahas secara deskriptif menggunakan bahasa yang mudah

dipahami, sedangkan secara formal hasil penelitian ini akan dikemukakan dengan

tabel.

8.1 Sistematika Penulisan

Penyajian ini akan disajikan ke dalam empat bab dengan perincian sebagai

berikut:

1. Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan.

2. Bab II merupakan hasil penelitian yang mendeskrisikan tentang wujud

kesalahan pembentukan kata kerja oleh mahasiswa Amerika.

3. Bab III merupakan hasil penelitian yang menjelaskan tentang penyebab

kesalahan pembentukan kata oleh mahasiswa Amerika.

4. Bab VI merupakan simpulan yang menyimpulkan hasil penelitian analisis

kesalahan pembentukan kata kerja oleh mahasiswa Amerika.