bab i pendahuluan a. latar...

18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat polusi dan perubahan cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Daya tahan tubuh berhubungan dengan kemampuan tubuh untuk menghindari penyakit, terutama penyakit infeksi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dewasa ini, penggunaan bahan alami yang berasal dari tumbuhan cenderung semakin diminati dengan konsep back to nature (Block & Mead, 2004). Imunostimulan adalah bahan yang dapat meningkatkan kerja komponen- komponen sistem imun (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Bahan tersebut mampu memodulasi sistem imunitas manusia dengan berperan memperbaiki ketidakseimbangan sistem imun (Ediati, 2012). Sistem imun terdiri atas imunitas nonspesifik dan spesifik. Kedua sistem imun bekerja sama dalam pertahanan keseimbangan badan. Penyembuhan infeksi akan lebih cepat bila fungsi sistem imun tubuh ditingkatkan. Berbagai bahan asal tanaman dapat memacu fungsi berbagai komponen sistem imun nonspesifik (makrofag, sel NK) dan sistem imun spesifik (proliferasi sel T, sel B yang memproduksi antibodi) serta produksi sitokin sehingga dapat digunakan dalam klinik sebagai adjuvan (meningkatkan sistem imun namun bersifat non imunogenik) untuk penyembuhan berbagai penyakit infeksi (Baratawidjaja & Rengganis, 2010; Anderson, 1999). Kombinasi obat merupakan salah satu cara pengobatan yang efektif (Hafid et al., 2011). Kombinasi efek kandungan aktif dalam campuran bahan dapat melalui

Upload: hoangkhue

Post on 27-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya tingkat polusi dan perubahan cuaca yang tidak menentu akhir-akhir

ini dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Daya tahan tubuh

berhubungan dengan kemampuan tubuh untuk menghindari penyakit, terutama

penyakit infeksi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.

Dewasa ini, penggunaan bahan alami yang berasal dari tumbuhan cenderung

semakin diminati dengan konsep back to nature (Block & Mead, 2004).

Imunostimulan adalah bahan yang dapat meningkatkan kerja komponen-

komponen sistem imun (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Bahan tersebut

mampu memodulasi sistem imunitas manusia dengan berperan memperbaiki

ketidakseimbangan sistem imun (Ediati, 2012). Sistem imun terdiri atas imunitas

nonspesifik dan spesifik. Kedua sistem imun bekerja sama dalam pertahanan

keseimbangan badan. Penyembuhan infeksi akan lebih cepat bila fungsi sistem

imun tubuh ditingkatkan. Berbagai bahan asal tanaman dapat memacu fungsi

berbagai komponen sistem imun nonspesifik (makrofag, sel NK) dan sistem imun

spesifik (proliferasi sel T, sel B yang memproduksi antibodi) serta produksi

sitokin sehingga dapat digunakan dalam klinik sebagai adjuvan (meningkatkan

sistem imun namun bersifat non imunogenik) untuk penyembuhan berbagai

penyakit infeksi (Baratawidjaja & Rengganis, 2010; Anderson, 1999).

Kombinasi obat merupakan salah satu cara pengobatan yang efektif (Hafid et

al., 2011). Kombinasi efek kandungan aktif dalam campuran bahan dapat melalui

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

2

efek sinergisme dan komplementer. Efek sinergisme yaitu saling mendukung

menuju satu indikasi dengan mekanisme yang sama, sedangkan efek

komplementer yaitu saling mendukung menuju satu indikasi dengan mekanisme

berbeda.

Makrofag sebagai sel fagosit dapat membunuh kuman dengan berbagai cara

seperti peningkatan aktivitas enzim lisosomal, produksi sitokin, pelepasan nitric

oxide, interleukin, Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dari makrofag (Ediati, 2012).

Senyawa yang mempunyai bioaktifitas sebagai agen imunostimulan adalah

golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid dan polifenol (Wagner, 1985).

Kombinasi ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan daun

mangga (Mangifera indica L.) memiliki efek sinergisme sebagai imunostimulan.

Sambiloto dengan senyawa aktif andrographolide (diterpen lakton), sedangkan

mangga dengan zat aktif manginferin (xanton). Kedua kombinasi ekstrak tersebut

ternyata memiliki efek sinergisme meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag

dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal

(Pradana, 2012). Beberapa obat yang ada dipasaran saat ini pun merupakan

kombinasi dari satu atau lebih ekstrak bahan alam, sebagai contoh Stimuno®,

Fituno®, Primunox

®, dan Tribost

®.

Meniran merupakan salah satu tanaman yang telah banyak dilaporkan

memiliki efek imunostimulan. Ekstrak air meniran mampu meningkatkan

proliferasi dari sel B dan sel T limfosit, pelepasan sitokin spesifik seperti TNF-α,

IFN-γ dan IL-4. Selain itu, meniran juga mampu memacu aktifitas fagositosis

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

3

makrofag, aktivitas enzim lisosomal, serta pelepasan nitric oxide oleh makrofag

(Nworu, et al., 2010). Kandungan utama dari meniran yang memiliki efek

imunomodulator adalah golongan alkaloid, lignan, dan flavonoid (Chavali, et al.,

2001; Gupta & Ahmed, 1984; Nara et al., 1977; Wagner, 1985).

Apriyanto (2011) menyebutkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun sirih

merah pada tikus dapat menaikkan indeks fagositosis makrofag secara in vivo.

Penelitian Paula (2012) melaporkan bahwa senyawa golongan neolignan daun

sirih merah mempunyai efek imunostimulan secara in vitro terhadap aktivitas

fagositosis makrofag. Daun sirih merah mengandung alkaloid, senyawa fenolat,

flavonoid, isoflavonoid, dan triterpen. Golongan senyawa tersebut sudah diketahui

bermanfaat sebagai antikanker dan imunomodulator (Parmer et al., 1997,

Groteword, 2006).

Berdasarkan penelitian Sriyanti (2012), ekstrak etanol umbi keladi tikus

mampu meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag pada tikus terinduksi

cyclophosphamide. Titania (2012) melaporkan ekstrak etanolik umbi keladi tikus

mampu memperbaiki sistem imun akibat terinduksi cyclophosphamide dengan

parameter peningkatan presentase sel T CD8+. Keladi tikus mengandung

metabolit sekunder alkoloid, flavonoid, dan steroid dengan kandungan utamanya

adalah alkoloid dan flavonoid (Mankaran, 2013).

Pemejanan tunggal dari ekstrak herba meniran, daun sirih merah, dan umbi

keladi tikus secara ilmiah dapat berefek imunomodulator. Kandungan senyawa

yang berbeda-beda dan mekanisme aktivasi makrofag yang berbeda dari masing-

masing ekstrak ternyata mampu meningkatkan fagositosis makrofag. Kombinasi

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

4

ketiganya penting untuk diketahui efek sinergisme melalui mekanisme yang sama

yaitu peningkatan aktivitas fagositosis makrofag.

B. Rumusan Masalah

Apakah kombinasi ekstrak etanol herba meniran (Phyllanthus niruri L.), daun

sirih merah (Piper crocatum Ruiz. & Pav.), dan umbi keladi tikus (Typhonium

flagelliforme (Lodd.) Blume) konsentrasi 1 µg/ml, 10 µg/ml, dan 100 µg/ml

dengan kombinasi 1 (EEM 28,6%, ESM 14,3%, EKT 57,1%), kombinasi 2 (EEM

30,8%, ESM 7,7%, EKT 61,5%) kombinasi 3 (EEM 18,2%, ESM 9,1%, EKT

72,7%) dan kombinasi 4 (EEM 30%, ESM 30%, EKT 40%) dapat meningkatkan

aktivitas fagositosis makrofag mencit jantan Balb/c secara in vitro?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai data ilmiah yang dapat digunakan sebagai pengembangan obat alami

khususnya obat imunomodulator yang terdiri dari herba meniran (P. niruri), daun

sirih merah (P. crocatum), dan umbi keladi tikus (T. flagelliforme) dan secara

khusus mengevaluasi kombinasi ekstrak tersebut secara in vitro terhadap

peningkatan aktivitas fagositosis makrofag mencit jantan Balb/c.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

5

D. Tinjauan Pustaka

1. Sistem Imun

Istilah Imun berasal dari bahasa Latin Immunis yang berarti bebas dari pajak

atau bebas dari beban. Immunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama

infeksi. Gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi

terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-

molekul, dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut respon imun. Sistem imun

diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya yang dapat ditimbulkan

berbagai bahan dalam lingkungan hidup seperti bakteri, virus, toksik, jamur, serta

jaringan asing. Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun alamiah atau

nonspesifik/ natural/ innate/ native/ nonadaptif dan didapat atau spesifik/ adaptif/

acquired (Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

Gambar 1. Perbedaan fungsi sistem imun nonspesifik dan spesifik (Abbas and Lichman,

2005)

a. Sistem Imun Nonspesifik

Disebut nonspesifik karena tidak ditunjukkan terhadap mikroba tertentu, telah

ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

6

terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen

potensial dan merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan

berbagai mikroba dan dapat memberikan respons langsung (Baratawidjaja &

Rengganis, 2010). Sistem imun nonspesifik mencakup :

1) Pertahanan Fisik

Dalam sistem pertahanan fisik, kulit selapur lendir, silia, saluran nafas, batuk,

dan bersin merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit dan

lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus

kebanyakan mikroba.

2) Pertahanan biokimia

Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, air susu ibu melindungi tubuh

terhadap kuman gram positif dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan

dinding bakteri. Saliva mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak

dinding mikroba, dan antibodi serta komplemen yang dapat berfungsi yang dapat

berfungsi sebagai opsonin dalam sel mikroba. Asam hidroklorida dalam lambung,

enzim proteolitik, antibodi dan empedu dalam usus halus menciptakan lingkungan

asam yang mencegah infeksi mikroba.

3) Pertahanan humoral

Sistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul larut. Molekul larut

tertentu diproduksi ditempat infeksi atau cidera dan berfungsi lokal. Molekul

tersebut antara lain adalah peptida anti mikroba, seperti defensin, katelisidin, dan

IFN dengan efek antiviral. Faktor larut lainnya diproduksi ditempat yang lebih

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

7

jauh dan dikerahkan di jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen dan

PFA.

4) Pertahanan seluler

Yang berperan dalam pertahanan seluler adalah fagosit, sel NK, sel mast dan

eosinofil. Dapat ditemukan dalam dalam sirkulasi atau jaringan. Sel yang

ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel

B, sel NK, sel darah merah, dan trombosit. Contoh sel dalam jaringan adalah

eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma, dan sel NK. (Baratawidjaja &

Rengganis, 2010)

b. Sistem Imun Spesifik

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing

bagi dirinya. Ada dua jenis mekanisme efektor yang menengahi respons imun

spesifik (1) mereka ditengahi oleh produk sel jaringan-jaringan limfoit yang

disebut sebagai antibodi (humoral immunity), fungsi utama antibodi ialah

pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus, bakteri serta menetralkan

toksinnya dan (2) mereka yang diperantarai oleh limfosit sendiri yang

tersentisisasi yang disebut imunitas seluler (cell-mediated immunity)

(Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

2. Makrofag

Berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel utama yang

berperan dalam pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan

makrofag) serta granulosit (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Fagosit

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

8

mononuklear dihasilkan oleh sel induk (steam cell) di dalam sumsum tulang

kemudian berdiferensiasi menjadi premonosit-monosit-makrofag. Monosit

berdiameter 10-15 µm. Kemudian bermigrasi dan menetap di jaringan, sel

monosit matang dan menjadi makrofag. Sel makrofag berdiferensiasi, membesar

jumlahnya dan organel-organel bertambah kompleks (Abbas and Lichtman,

2005). Ukuran makrofag bisa 5-10 kali lebih besar dibanding monosit

(Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Makrofag sebagai sel fagosit mampu

membunuh kuman melalui dua mekanisme, yaitu :

a. Oxygen dependent mechanisms

Dimana terjadi peningkatan penggunaan oksigen yang menghasilkan ROIs

(reactive oxygen intermediates) yaitu suatu metabolit oksigen mikrobisidal yang

dilepas selama fagositosis. Ikatan mikroba dengan sel fagositosis terjadi fusi

dengan lisosom membentuk fagolisosom (Abbas & Lichtman, 2005). Dengan

terbentuknya fagolisosom, reseptor fagosit yang mengikat mikroba mengirimkan

sinyal yang mengaktifkan beberapa enzim dalam fagolisosom, salah satunya

oksidase fagosit terbentuk atas pengaruh mediator inflamasi LTB4, PAF dan TNF

atau produk bakteri seperti peptida N-formilmetionil (Baratawidjaja & Rengganis,

2010). Enzim tersebut mengubah oksigen menjadi superoxide anion, hydroxyl

radicals, single oxygen, myeloperoxidase, hydrogen peroxide (H2O2) yang dapat

berinteraksi sehingga menghasilkan metabolit oksigen yang toksik yang dapat

digunakan untuk membunuh kuman (Abbas & Lichtman, 2005).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

9

b. Oxygen independent mechanism

Dengan peningkatan reactive oxygen intermediste (ROIs), makrofag

menghasilkan reactive nitrogen intermediates dengan bantuan enzyme seperti

hydrolitic enzyme, defensins (cationic protein), lysozyme, lactoferrin dan nitric

oxide synthase (iNOS). Nitric oxide synthase merupakan katalase dalam konversi

arginin menjadi NO yang bersifat bakterisidal. Dalam fagolisosom terjadi reaksi

fagosit oksidase antara nitrit oksida dengan hidrogen peroksida atau superoksida

yang menghasilkan radikal peroxy nitrit sangat reaktif dan bisa membunuh

mikroba (Abbas & Lichtman, 2005).

3. Fagositosis

Proses fagositosis terjadi melalui beberapa tingkat yaitu kemotaktis,

menangkap, memakan, fagositosis, memusnahkan, dan mencerna. Kemotaktis

adalah pergerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respons terhadap berbagai

faktor seperti produk bakteri dan faktor kimiawi yang dilepas pada aktivasi

komplemen. Antibodi seperti halnya dengan dengan komplemen (C3b) dapat

meningkatkan opsonisasi. Opsonin adalah molekul besar yang diikat dan dapat

dikenal oleh reseptor permukaan sel fagosit makrofag, sehingga meningkatkan

efisiensi fagositosis. Makrofag mengekspresikan banyak reseptor permukaan yang

dapat menelan mikroba. Bila sudah ditelan, membran menutup, partikel

digerakkan ke sitoplasma sel dan terbentuk vesikel intraseluler yang mengandung

bakteri atau bahan lain asal ekstraseluler yang disebut fagosom. Didalam sel

terdapat enzim lisosom yang diperlukan untuk memecah bahan yang ditelan,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

10

bersatu dengan fagosom membentuk fagolisosom memungkinkan terjadinya

degradasi oleh ROS dan NO sehingga terjadi degradasi oleh makrofag

(Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

Gambar 2. Fagositosis mikroba di dalam sel. (A) Mikroba berikatan dengan reseptor

fagositosis. (B) Membran sel fagosit membentuk fagosom. (C) Mikroba di dalam fagosom

dan berfusi dengan lisosom. (D) Mikroba dihancurkan oleh enzim lisosom , ROS, dan NO di

dalam fagolisosom (Abbas & Lichman, 2005)

Makrofag cocok untuk studi fagositosis karena makrofag dianggap sebagai

salah satu sel fagosit yang paling primitif dari sistem kekebalan tubuh nonspesifik

(Zelikoff et al., 1991 ; Silva et al., 2002 cit Jensch-Junior et al., 2006). Fagositosis

makrofag banyak digunakan sebagai parameter imunologi untuk mengevaluasi

kesehatan/fungsi kekebalan tubuh. Penilaian kemampuan/aktivitas fagositosis

dapat dihitung dengan mengukur kapasitas fagositosis dan indeks fagositosis.

Kapasitas fagositosis =

Indeks fagositosis =

(Jensch-Junior et al., 2006)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

11

4. Imunomodulator

Imunomodulator bekerja melalui mekanisme imunostimulasi dan

imunosupresi. Imunostimulasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun

dengan menggunakan imunostimulan yaitu bahan yang dapat meningkatkan

sistem imun. Imunostimulan dapat berupa imunostimulan biologis (limfokin,

interferon, antibodi monoklonal, Lymphokine-Aktivated Killer, bakteri, jamur)

maupun sintetik (levamisol, isoprinosin, hidroksiklorin, muramil dipeptida, dan

lain-lain) (Bratawidjaja & Rengganis, 2010). Imunosupresi adalah suatu tindakan

untuk menekan respon imun dengan imunosupresan yaitu kelompok obat yang

menekan satu atau lebih komponen dari sistem imun spesifik maupun nonspesifik

seperti mencegah penolakan transpalansi atau mengatasi penyakit autoimun.

Contoh obat imunosupresan adalah cyclosporine dengan aksi mengeblok sitokin

dari T sel (Abbas & Lichman, 2005).

5. Meniran

Gambar 3. Meniran yang digunakan dalam penelitian

Tumbuhan meniran terdapat di India, Cina, Malaysia, Filiphina, Dan

Australia. Tumbuh tersebar hampir di seluruh Indonesia pada ketinggian tempat

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

12

Antara 1 m sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Tumbuh liar di tempat

terbuka, pada tanah gembur yang mengandung pasir, di ladang, di tepi sungai dan

pantai (Departemen Kesehatan RI, 1978).

Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa meniran mengandung

senyawa aktif, yaitu golongan alkaloid seperti 4-metoksi-norsekurinin, 4-metoksi-

sekurinin (Mulchandani & Hassarajani, 1985). Golongan flavonoid seperti

kuersetin, isoquersitrin, astragalin, rutin, kaemferol-1-4’-O-ramnosida; eridiktiol-

7-ramnosida, nirurin (5,6,7,4’-tetrahidroksi-8-(3-metilbut-2-enil)-flavonon-50-

rutinosida (Gupta & Ahmed, 1984; Nara et al., 1977). Golongan lignan seperti

filantin, hipofilantin, nirantin, nirtetralin, filtetralin, lintetralin, nirfilin dan

firnilurin (Ward et al., 1989, Singh et al., 1989). Konsumsi makanan yang

mengandung lignan dapat meningkatkan mediator sitokin seperti IL-12.

Interleukin 12 merupakan mediator utama dan awal pada respon imun non-

spesifik untuk mikroba intraseluler (Gambar 4). Paparan terhadap mikroba

menyebabkan sel-sel imun seperti makrofag dan dendritik sel mengekspresikan

IL-12. Selanjutnya sitokin ini akan menginduksi aktivasi berbagai sel pada sistem

imun, sel TCD8+, natural killer, sel TCD4

+ dan yang lainnya untuk menanggapi

mikroba bersangkutan. (Abbas & Lichman, 2012 cit Yuswanto, 2013; Chavali et

al., 2010). Senyawa yang mempunyai bioaktifitas sebagai agen imunostimulan

adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid dan polifenol (Wagner,

1985). Meniran mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, dan lignan

sehingga berpotensi sebagai imunostimulan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

13

Gambar 4. Induksi IL-12 pada sel-sel imun (Abbas et al., 2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Nworu et al (2010) mengatakan bahwa ekstrak

air meniran mampu meningkatkan proliferasi dari sel B dan sel T limfosit,

produksi IFN-γ dan IL-4. Selain itu, meniran juga mampu memacu aktifitas

fagositosis makrofag, aktivitas enzim lisosomal, dan pelepasan TNF-α, serta

memodulasi pelepasan nitric oxide, oleh makrofag.

6. Sirih Merah

Gambar 5. Daun sirih merah yang digunakan dalam penelitian

Tanaman sirih merah menyukai tempat teduh, berhawa sejuk dengan sinar

matahari 60-75%, dapat tumbuh subur dan bagus di daerah pegunungan. Bila

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

14

tumbuh pada daerah panas, sinar matahari langsung, batangnya cepat mengering.

Selain itu, warna merah daunnya akan pudar (Manoi, 2007 cit Juliantina, 2008).

Daun sirih merah mengandung alkaloid, senyawa fenolat, flavonoid,

isoflavonoid, dan triterpen. Golongan senyawa tersebut sudah diketahui

bermanfaat sebagai antikanker dan imunomodulator (Parmer et al., 1997;

Groteword, 2006). Secara ilmiah, pemberian ekstrak etanol daun sirih merah pada

tikus dapat menaikkan indeks fagositosis makrofag (Apriyanto, 2011). Senyawa

golongan neolignan dari fraksi tak larut n-heksan ekstrak etanol daun sirih merah

juga dapat meningkatkan indeks fagositosis makrofag. Isolasi yang dilakukan oleh

Paula (2012) mendapatkan senyawa golongan neolignan sebagai imunostimulan,

yaitu isolat 1 dan isolat 2 :

Gambar 6. isolat 1 (2-allyl-4- (1'-hydroxy-1'(3" ,4" ,5"-trimethoxyphenyl) propan-2'-yl)-3,5-

dimethoxycyclohexa 3,5-dienone)

Gambar 7. isolat 2 (2-ally-4-(1'-acetyl-1'-(3" ,4" ,5"-trimethoxyphenyl) propan-2'-yl)-3,5-

dimethoxycyclohexa-3,5-dienone)

7. Keladi Tikus

Tumbuh berumpun di alam bebas pada tanah gembur, lembab dan teduh.

Waktu yang tepat untuk pengambilan umbi adalah akhir musim hujan sampai

pertengahan musim kemarau. Di pulau Jawa hampir ditemukan hampir di semua

H3CO

H3CO

H3CO

OH

H3CO

OCH3

O

3'''

2'''

1'''

1

23

4

5

6

3'

2'

1'

6''

5''

4''

3''2''

1''

H3CO

H3CO

H3CO

O

H3CO

OCH3

O

3'''

2'''

1'''

1

23

4

5

6

3'

2'

1'

6''

5''

4''

3''2''

1''

O CH3

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

15

tempat, dataran tinggi maupun dataran rendah. Banyak dijumpai di parit dan

sawah (Widyaningrum, 2011).

Ekstrak etanol umbi keladi tikus mampu meningkatkan kemampuan

fagositosis makrofag dan presentase sel T CD8+ pada tikus terinduksi

cyclophosphamide (Sriyanti, 2012; Titania 2012). Keladi tikus mengandung

metabolit sekunder alkoloid, flavonoid, dan steroid dengan kandungan utamanya

adalah alkoloid dan flavonoid (Mankaran, 2013). Kandungan golongan senyawa

flavonoid dan alkaloid bersifat imunostimulan (Wagner, 1985).

8. Ekstraksi dan Maserasi, dan Identifikasi Menggunakan Kromatografi

Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi atau penyarian adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Peristiwa

difusi lebih berpengaruh dibandingkan osmosis. Dalam penyarian, larutan harus

melewati lapisan batas antara butir serbuk dengan cairan penyari. Kecepatan

melintasi lapisan batas dipengaruhi oleh derajat perbedaan konsentrasi, tebal

lapisan batas, serta koefisien difusi. Ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan

metode maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasiantara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

16

larutan yang terpekat didesak keluar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

1986).

Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling sering digunakan

dalam bidang kimia analisis. Penotolan sampel akan optimal apabila penotolan

dengan bercak sekecil dan sesempit mungkin karena apabila terlalu banyak akan

menurunkan resolusi. Untuk memperoleh reprodusibilitas, volume sampel yang

ditotolkan paling sedikit 0,5 µl. Jika lebih besar dari 2-10 µl maka penotolan harus

dilakukan secara bertahap dengan pengeringan antar totolan. Pengembangan

dilakukan pada bejana kromatografi yang sebelumnya sudah dijenuhi dengan uap

fase gerak. Fase gerak pada bejana ± 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak harus berada di

bawah lempeng totolan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak biasanya bejana

dilapisi kertas saring. Bila fase gerak sudah mencapai ujung kertas saring, maka

dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh. Pengembangan menaik merupakan teknik

yang paling popular dibanding cara lain. Deteksi bercak dapat dilakukan dengan

cara fisika dan kimia. Dengan cara fisika yaitu pencacahan radioaktif dan

flouresensi sinar UV. Sedang untuk kimiawi dengan reagen kromogenik,

menyemprot dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat, memaparkan uap

dengan iodium, dan lain-lain tergantung senyawa yang akan dianalisis (Gandjar &

Rohman, 2007). Perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu terhadap jarak

rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan sampai titik yang memberikan

intensitas maksimum pada bercak, dinyatakan sebagai harga Rf senyawa tersebut

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

17

E. LANDASAN TEORI

Salah satu alternatif untuk mendapatkan terapi yang efektif adalah dengan

menggunakan kombinasi obat. Terapi kombinasi obat akan terjadi efek sinergis

obat dan peningkatan potensi dari satu atau lebih obat melalui mekanisme yang

kompleks dari sistem tubuh (Hafid et al., 2011).

Daun sirih merah mengandung alkaloid, senyawa fenolat, flavonoid,

isoflavonoid, triterpen, dan neolignan. Golongan senyawa tersebut sudah

diketahui bermanfaat sebagai antikanker dan imunomodulator (Parmer et al.,

1997; Groteword, 2006; Paula, 2012).

Meniran mampu memacu aktifitas fagositosis makrofag, aktivitas enzim

lisosomal, dan pelepasan TNF-α, serta memodulasi pelepasan nitric oxide oleh

makrofag (Nworu, et al., 2010). Meniran mengandung golongan senyawa

alkaloid, flavonoid, dan lignan yang berefek sebagai imunostimulan.

Berdasarkan penelitian Sriyanti (2012), ekstrak etanol umbi keladi tikus

mampu meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag pada tikus terinduksi

cyclophosphamide. Kandungan utama pada keladi tikus adalah flavonoid dan

alkaloid (Mankaran, 2013)

Penelitian dari masing-masing tanaman di atas sudah banyak dilakukan dan

terbukti sebagai agen imunomodulator dengan berbagai kandungan yang berbeda

pada masing-masing ekstrak dalam mengaktifkan sistem imun. Secara umum

golongan senyawa yang memiliki efek imunostimulan adalah golongan flavonoid,

alkaloid dan lignan. Kombinasi ketiganya penting untuk diketahui efek sinergisme

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70636/potongan/S1-2014... · dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana,

18

dari kandungan metabolit sekunder yang berbeda tersebut melalui mekanisme

sistem imun yang sama yaitu peningkatan aktivitas fagositosis makrofag.

F. Hipotesis

Kombinasi ekstrak etanol herba meniran (P. niruri), daun sirih merah

(P..crocatum) dan umbi keladi tikus (T. flagelliforme) dapat meningkatkan

aktivitas makrofag mencit jantan Balb/c secara in vitro.