bab i pendahuluan 1.1 latar...

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang terkenal dengan banyak prestasi dan penghargaan, salah satunya yaitu penghargaan sebagai Livable City. Penghargaan Yogyakarta sebagai livable city atau kota layak huni diberikan oleh Eastern Regional Organisation for Planning and Human Settlements (Earoph) 2014. Penetapan Yogyakarta sebagai kota layak huni turut mempertimbangkan beberapa kriteria, misalnya kualitas penataan kota, jumlah ruang terbuka, kualitas kebersihan lingkungan, tingkat pencemaran lingkungan, kualitas air bersih, dan sebagainya 1 . Ironisnya, penghargaan sebagai kota layak huni tidak serta merta menjamin bahwa Kota Yogyakarta sudah terbebas dari lingkungan kumuh. Data dari Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY mengungkapkan bahwa dari 400 hektar kawasan kumuh yang tedapat di DIY, 278,7 hektar diantaranya berada di Kota Yogyakarta. Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar 69 persen kawasan kumuh di DIY terdapat di Kota Yogyakarta. Presentase tersebut dapat dikatakan cukup besar karena luas Kota Yogyakarta adalah 32,2 km 2 dan 2,78 km 2 -nya merupakan kawasan kumuh. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan dan Permukiman DPUP-ESDM DIY, Tri Rahayu, mengatakan bahwa salah satu kriteria kawasan kumuh adalah 1 Mutaqqin, Dani. 2010. Most Livable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni. http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=236, diakses 1 Maret 2015.

Upload: trantuyen

Post on 26-Aug-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang

terkenal dengan banyak prestasi dan penghargaan, salah satunya yaitu

penghargaan sebagai Livable City. Penghargaan Yogyakarta sebagai livable city

atau kota layak huni diberikan oleh Eastern Regional Organisation for Planning

and Human Settlements (Earoph) 2014. Penetapan Yogyakarta sebagai kota layak

huni turut mempertimbangkan beberapa kriteria, misalnya kualitas penataan kota,

jumlah ruang terbuka, kualitas kebersihan lingkungan, tingkat pencemaran

lingkungan, kualitas air bersih, dan sebagainya1. Ironisnya, penghargaan sebagai

kota layak huni tidak serta merta menjamin bahwa Kota Yogyakarta sudah

terbebas dari lingkungan kumuh.

Data dari Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi, dan Sumber Daya

Mineral (PUP-ESDM) DIY mengungkapkan bahwa dari 400 hektar kawasan

kumuh yang tedapat di DIY, 278,7 hektar diantaranya berada di Kota Yogyakarta.

Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar 69 persen kawasan kumuh di DIY terdapat

di Kota Yogyakarta. Presentase tersebut dapat dikatakan cukup besar karena luas

Kota Yogyakarta adalah 32,2 km2

dan 2,78 km2-nya merupakan kawasan kumuh.

Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan dan Permukiman DPUP-ESDM

DIY, Tri Rahayu, mengatakan bahwa salah satu kriteria kawasan kumuh adalah

1 Mutaqqin, Dani. 2010. Most Livable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni.

http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=236, diakses 1 Maret 2015.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

masih banyak terdapat rumah tidak layak huni.2 Pada tahun 2015, jumlah Rumah

Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Yogyakarta adalah 3.304 unit. Di Kecamatan

Danurejan, Kelurahan Tegalpanggung sendiri yang notabene mempunyai luas 35

Ha dan terdiri dari 1.742 unit bangunan, jumlah RTLH-nya mencapai 257 unit.3

Oleh karena itu, guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di

Kota Yogyakarta, maka Pemerintah Kota Yogyakarta mulai menggalakkan

pembangunan vertical housing atau lebih dikenal dengan hunian bertingkat.

Metode pembangunan vertical housing dipilih oleh pemerintah mengingat luas

Kota Yogyakarta yang hanya 32,5 Km2, sehingga tidak efisien apabila

perumahan tetap dibangun secara konvensional. Salah satu kebijakan Pemkot

Yogyakarta terkait dengan vertical housing adalah pembangunan rumah susun

sederhana sewa (rusunawa).

Sebagai salah satu bentuk dari kebijakan publik, maka kebijakan

pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) bila dilihat dari perspektif

instrumental dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan

upaya pemerintah dalam mewujudkan public values4. Public Values yang

dimaksudkan di sini adalah efektivitas. Kebijakan pembangunan rusunawa

merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat, khususnya Kementerian

Perumahan Rakyat untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu untuk meyediakan

tempat tinggal yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), menata

perumahan di perkotaan, dan mengurangi wilayah kumuh. Pemerintah pusat

2 Anonim. 2014. Kota Jogja Terkumuh, Disusul Kabupaten Sleman.

http://www.jpnn.com/m/news.php?id=273597&page=3, diakses 1 Maret 2015. 3 http://www.jogjakota.go.id/app/modules/upload/files/dok-perencanaan/rekap_rtlh_2015.pdf 4 Purwanto, Erwan Agus & Sulistyastuti, Dyah Ratih. 2012. Implementasi Kebijakan Publik Konsep

dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

menganggarkan uang sebesar 500 miliyar dengan subsisi 300 miliyar pada tahun

2007 selanjutnya sebesar 750 miliyar dengan subsidi 800 miliyar pada tahun

2008 (Santoso, 2010:157). Pembangunan rusunawa ini dilakukan oleh pemerintah

di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta.

Ada tiga rusunawa yang terdapat di wilayah Kota Yogyakarta, yaitu

Rusunawa Cokrodirjan, Rusunawa Tegalpanggung atau lebih dikenal dengan

Rusunawa Grha Bina Harapan, dan Rusunawa Jogoyudan. Namun, rusunawa

yang dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta hanyalah Rusunawa Cokrodirjan

dan Rusunawa Grha Bina Harapan, sedangkan Rusunawa Jogoyudan dikelola oleh

Pemerintah Provinsi DIY.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

Tabel 1.1 Data Rumah Susun di DIY

Nama Rusun Kab/Kota Kecamatan Desa Twin

Blok Unit Dibangun

Gemawang Sleman Mlati Sinduadi 1 96 Kemen PU

05/06

Gemawang Sleman Mlati Sinduadi 1 96 Kemen PU

2007

Gemawang Sleman Mlati Sinduadi 1 96 Kemen PU

2009

Pringwulung 1 Sleman Depok Condong

catur 2 196

Kemen PU

2009

Pringwulung 2 Sleman Depok Condong

catur 1 72

Kemen PU

2009

Panggungharjo Bantul Sewon Panggung harjo

2 192 Kemen PU 2009

Cokrodirjan Kota

Yogyakarta Danurejan

Suryat-

majan 1 72

Kemen PU

04/05

Tegalpanggung Kota

Yogyakarta Danurejan

Tegal

Panggung 1 68

Kemen PU

2008

Jogoyudan Kota

Yogyakarta Jetis Gowongan 1 96

Kemen PU

2007

Jogoyudan Kota Yogyakarta

Jetis Gowongan 1 96 Kemen PU 2008

UII Sleman Ngemplak Umbul

Martani 1 96

Kemen PU

2007

UII Sleman Ngemplak Umbul Martani

1 96 Kemen PU 2008

UGM Sleman Depok Catur tunggal 1 96 Kemen PU

2006

UGM Sleman Depok Catur tunggal 1 96 Kemen PU 2007

UGM Sleman Depok Catur tunggal 1 96 Kemenpera

2008

UMY Bantul Kasihan Tamantirto 3 288 Kemen PU 2008

UST Kota

Yogyakarta Umbulharjo Tahunan 1 96

Kemenpera

2009

UAD Kota Yogyakarta

Umbulharjo Giwangan 1 96 Kemenpera 08/09

UNY Kulonprogo Pengasih Pengasih 2 192 Kemenpera

2009

Sanata Dharma Sleman Maguwo harjo Plangan 1 96 Kemenpera 2009

Lanud Adisucipto Bantul Banguntapan Bangun tapan 1 96 Kemenpera

2010

Tambak Bantul Kasihan Ngestiharjo 1 96 Kemenpera 2010

Stikes Sleman Gamping Ambar

Ketawang 1 96

Kemenpera

2010

Jumlah 28 2.616

Sumber: Bidang Perumahan Dinas PUP-ESDM 2011

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

Rusunawa Cokrodirjan dan Rusunawa Grha Bina Harapan berlokasi di

Kecamatan Danurejan, yaitu di bantaran Sungai Code karena salah satu pusat

pemukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah di bantaran Sungai Code.

Rusunawa Cokrodirjan sendiri merupakan proyek rumah susun pertama yang

dibangun oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan kepadatan penduduk di

bantaran Sungai Code. Rusunawa Cokrodirjan dibangun pada tahun 2003 dan

mempunyai luas sekitar 2.991,6 meter persegi. Rusunawa Cokrodirjan terdiri dari

72 unit hunian dan memiliki dua blok hunian empat lantai. Masing-masing unit

hunian terdiri dari ruang tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar mandi,

dan lahan untuk menjemur. Tarif sewa yang diberlakukan pada masa awal

berfungsinya rusunawa Cokrodirjan setelah diresmikan pada tahun 2004

mengikuti Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 85 Tahun 2004, yaitu

lantai satu bertarif Rp 85.000,00 per bulan, lantai dua bertarif Rp 80.000,00 per

bulan, sedangkan lantai tiga bertarif Rp 75.000,00 per bulan.5 Sampai dengan

akhir tahun 2015, seluruh unit hunian sudah ditempati oleh penghuni rusunawa.

Penghuni rusunawa ini dikenakan tarif sewa sebesar Rp 120.000,00 untuk

penghuni yang tinggal di lantai empat, Rp 125.000,00 untuk penghuni yang

tinggal di lantai tiga, Rp 130.000,00 untuk penghuni yang tinggal di lantai dua.

Lantai satu di Rusunawa Cokrodirjan tidak digunakan sebagai unit hunian, tapi

digunakan untuk tempat parkir penghuni dan untuk kios jualan.

Rusunawa yang menjadi proyek lanjutan, yaitu Rusunawa Tegalpanggung

atau lebih dikenal dengan rusunawa Grha Bina Harapan terdiri dari 5 lantai dan 5 Kurniawan, Wawan. 2010. Banyak Peminat, Harga Masih Mencekik.

http://www.jogjainfo.net/2010/01/banyak-peminat-harga-masih-mencekik.html, diakses 5 Maret 2015.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

mempunyai 68 unit hunian. Masing-masing unit hunian rata-rata mempunyai

ukuran 6x3 meter dan sudah terdiri dari ruang tidur, dapur, kamar mandi dalam,

ruang tamu, dan ruang cuci. Rusunawa Grha Bina Harapan merupakan bantuan

dari pemerintah pusat yang sudah mulai ditempati sejak awal tahun 2010, tepatnya

pada Bulan April. Harga sewa yang diterapkan di rusunawa Grha Bina

Harapanpada tahun 2010 berkisar antara Rp 160.000,00 hingga Rp 190.000,00 per

bulan, tergantung dari tingkat kemudahan aksesnya. Setiap penghuni yang

menyewa rusunawa tersebut hanya dapat menghuni selama maksimal 6 tahun

karena pihak pengelola menekankan harus ada rotasi penghuni. Pada akhir tahun

2013, seluruh unit hunian di rusunawa Grha Bina Harapan sudah terisi penuh,

bahkan sudah ada calon penghuni yang menempati daftar antrean.6 Sampai

dengan akhir tahun 2015, seluruh unit hunian sudah ditempati oleh penghuni yang

dinilai memenuhi persyaratan penghunian. Tarif sewa per bulan yang

diberlakukan bagi penghuni Rusunawa Grha Bina Harapan sampai dengan akhir

tahun 2015, yaitu berkisar antara Rp 200.000,00 sampai dengan Rp 230.000,00,

tergantung dari tingkat kemudahan aksesnya. Untuk penghuni rusunawa yang

tinggal di lantai 1 dan mendapatkan prioritas khusus dikenaka tarif sewa sebesar

Rp 8.500,00 per bulan.

Rusunawa dapat diartikan sebagai hunian berupa bangunan bertingkat

yang dibangun dalam suatu lingkungan tertentu yang dilengkapi dengan fasilitas-

fasilitas yang dapat dinikmati bersama. Salah satu peraturan utama yang dijadikan

sebagai landasan dalam pembangunan dan pengelolaan rusunawa di Kota 6 Widiyanto, Danar. 2013. Lahan Terbatas, Rusunawa Sulit Ditambah.

http://krjogja.com/read/158231/lahan-terbatas-rusunawa-sulit-ditambah, diakses tanggal 5 Maret 2015.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

Yogyakarta adalah Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Milik Pemerintah Kota

Yogyakarta yang selanjutnya digantikan oleh Peraturan Walikota Yogyakarta

Nomor 86 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Yogyakarta

Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Milik

Pemerintah Kota Yogyakarta. Menurut peraturan walikota tersebut, tujuan utama

dari pembangunan rusunawa adalah untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang

layak dengan sistem sewa bagi masyarakat, khususnya yang berpenghasilan

rendah dan berdomisili di Kota Yogyakarta atau secara administratif tercatat

sebagai penduduk Kota Yogyakarta. Kriteria masyarakat yang digolongkan

sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) adalah masyarakat yang

mempunyai penghasilan keluarga tiap bulan sebesar 1 atau 2 kali UMP. Kriteria

lain yang digolongkan sebagai MBR adalah masyarakat yang belum memiliki

rumah tinggal yang tetap.

Sebagai salah satu bentuk dari kebijakan publik, maka kebijakan rusunawa

yang tertuang dalam bentuk Perwal Yogyakarta Nomor 86 tahun 2013 juga

mengandung tiga komponen dasar, yaitu tujuan yang luas, sasaran yang spesifik,

dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Di dalam “cara” tersebut diatur

mengenai bagaimana suatu program dilaksanakan demi mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, di dalam Perwal Yogyakarta

Nomor 86 tahun 2013 Pasal 10 diatur tentang Persyaratan dan tata cara

penghunian di rusunawa yang dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

Pemberlakuan pasal ini diharapkan dapat menjamin tercapainya tujuan dan

sasaran utama dari dibangunnya rusunawa di Kota Yogyakarta.

Pasal 10 Perwal Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013 menyebutkan bahwa

calon penghuni rusunawa harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti:

a. penduduk Kota Yogyakarta dan berdomisili di Kota Yogyakarta yang

dibuktikan dengan KTP dan Kartu Keluarga;

b. memiliki pekerjaan tetap, baik bekerja di sektor formal maupun informal

yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari pimpinan bagi yang

bekerja secara formal dan Surat Keterangan dari RT, RW, Lurah, dan

Camat bagi yang bekerja secara informal;

c. penghasilan keluarga rendah dengan pendapatan antara 1 (satu) sampai

dengan 2 (dua) kali UMP yang dibuktikan dengan struk gaji bagi

karyawan swasta yang ditandatangani oleh pengelola gaji dan rincian

pendapatan bagi yang bukan karyawan yang diketahui oleh RT, RW,

Lurah dan Camat;

d. sudah berkeluarga/ menikah dengan dibuktikan Surat Nikah;

e. maksimal anggota keluarga adalah 5 (lima) orang yang dibuktikan dengan

kartu keluarga;

f. belum memiliki rumah tinggal tetap yang dibuktikan dengan Surat

Pernyataan diatas kertas bermeterai dan diketahui oleh RT, RW, Lurah

dan Camat.

Pengimplementasian Pasal 10 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 86

Tahun 2013 tersebut sudah diberlakukan selama beberapa tahun. Semua calon

penghuni rusunawa harus mampu memenuhi persyaratan yang tertulis dalam

Pasal 10 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013 untuk dapat

menjadi penghuni rusunawa. Akan tetapi, seperti pengimplementasian kebijakan

pada umumnya, maka tetap ada berbagai kendala dan resiko terhadap terjadinya

penyimpangan. Ada beberapa contoh kasus terkait dengan penyimpangan dalam

pengimplementasian kebijakan rusunawa, seperti kasus penghuni ilegal di

Rusunawa Marunda, Jakarta Utara.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

Pembangunan Rusunawa Marunda ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

hunian yang layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Salah satu

syarat untuk menjadi penghuni di Rusunawa Marunda adalah penghuni memiliki

Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta7. Akan tetapi, ketika petugas gabungan

dari Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil, Polres Metro Jakarta Utara, dan Satpol PP Jakarta Utara mengelar razia di

Rusunawa Marunda pada tanggal 28 Oktober 2015, ditemukan tujuh penghuni

rusun yang tidak memiliki KTP sesuai domisili alamat rusun. Menurut pengakuan

dari para penghuni ilegal tersebut, mereka membeli unit hunian dari penghuni

sebelumnya seharga 7-10 juta rupiah.8

Maraknya kasus mafia rusun, atau pihak yang terlibat dalam kasus jual

beli unit rusunawa, juga ditemukan di beberapa rusunawa lainnya, seperti di

Rusunawa Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara dan Rusunawa Tipar, Cakung9.

Semakin banyaknya mafia rusun menunjukkan bahwa jumlah penyalahgunaan

peruntukan unit rusunawa juga semakin banyak. Pada umumnya, penghuni pihak

pertama menjual atau menyewakan unit hunian rusunawa mereka karena merasa

keberatan dengan biaya sewa per bulannya.

Kasus penyalahgunaan peruntukan unit hunian rusunawa juga ditemukan

di Rusunawa Bekasijaya yang berada di Jalan Baru Underpass Kampung Mede,

7 Kasim, Lopi. 2014. 212 KK Penghuni Rusun di Jakut Terancam diusir.

http://www.beritajakarta.com/read/2408/212_KK_Penghuni_Rusun_di_Jakut_Terancam_Diusir#.VkITBNLhBH0 , diakses tanggal 10 November 2015.

8 Rudi, Alsadad. 2015. Masih Ada Puluhan Penghuni Ilegal di Rusunawa Marunda. http://megapolitan.kompas.com/read/2015/10/29/14425041/Masih.Ada.Puluhan.Penghuni.Ilegal.di.Rusunawa.Marunda, diakses tanggal 10 November 2015.

9 Rudi, Alsadad. 2015. Dua Mafia Rusun Tertangkap di Muara Baru. http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/14/14530131/Dua.Mafia.Rusun.Tertangkap.di.Muara.Baru , diakses tanggal 10 November 2015.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

Bekasijaya, Kecamatan Bekasi Timur. Kepala Dinas Bangunan dan Pemukiman

Kota Bekasi, Dadang Ginanjar, mengungkapkan bahwa syarat khusus untuk

menjadi penghuni rusunawa adalah berpenghasilan maksimal 2,5 juta per bulan.

Namun pada kenyatannya, pihak yang menjadi penghuni rusunawa tersebut

adalah masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas yang sudah mempunyai

mobil pribadi.10

Hal tersebut tentu merupakan suatu bentuk penyelewengan

karena tujuan dari pembangunan rusunawa tidak sesuai dengan target group yang

ditentukan.

Kasus penghuni rusunawa yang tidak memenuhi persyaratan administratif

yang ditentukan juga ditemukan di rusunawa yang terdapat di Kabupaten Sleman,

Yogyakarta. Kepala UPT Rusunawa, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Sleman, Ahmad Sarbini, mengungkapkan bahwa sudah ditemukan

kasus di mana penghuni rusunawa bukanlah orang yang namanya terdaftar di

database pengelola rusunawa. Selain itu, ada juga penghuni rusunawa yang

terdaftar namun menunjukkan gaya hidup bukan sebagai golongan MBR karena

memiliki mobil baru ataupun berprofesi sebagai pengusaha. Bahkan, ada unit

hunian rusunawa yang ditempati oleh pasangan yang tidak terikat dalam status

pernikahan. Padahal sudah ada aturan yang mengungkapkan bahwa untuk menjadi

penghuni rusunawa harus sudah menikah dan dibuktikan dengan adanya surat

nikah. Sarbini mengungkapkan bahwa terjadinya berbagai kasus pelanggaran

administrasi di atas tidak semata-mata karena kesalahan penghuni. Ada

10 Anonim. 2015. Rusunawa Untuk Orang Kaya.

http://gobekasi.pojoksatu.id/2015/06/30/rusunawa-untuk-orang-kaya/ , diakses tanggal 10 November 2015.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

kemungkinan bahwa kasus tersebut disebabkan oleh proses administrasi awal

yang terlalu lunak dan tidak tegas.11

Inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan di rusunawa yang terletak di

Panggungharjo, Sewon, Bantul juga menunjukkan bahwa masih ditemukan

penghuni rusunawa yang ternyata bukan merupakan warga Bantul. Padahal

sejatinya, pembangunan rusunawa tersebut diprioritaskan bagi warga Bantul yang

masuk kategori miskin dan belum memiliki rumah.12

Guna mengadakan

penertiban penghuni, maka pihak pemerintah bekerjasama dengan pihak pengelola

rusunawa akan meninjau ulang penghuni rusunawa. Jika masih banyak ditemukan

penyelewengan, maka petugas akan melakukan tindakan tegas dengan mengusir

penghuni rusunawa yang bersangkutan. Maraknya kasus penyimpangan seperti

munculnya penghuni ilegal, mafia rusun, dan penghuni rusun yang berasal dari

masyarakat kalangan menengah ke atas yang terjadi di berbagai rusunawa yang

terdapat di beberapa kota di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh lemahnya

pengawasan dari pihak pengelola dan proses recruitment penghuni yang tidak

berjalan sebagaimana mestinya. Proses recruitment awal yang dilalui oleh calon

penghuni rusunawa merupakan salah satu proses penting yang menentukan tepat

atau tidaknya sasaran dari pembangunan rusunawa tersebut.

Rusunawa memang dipandang sebagai solusi tepat untuk masalah

perumahan di wilayah Kota Yogyakarta, khususnya bagi masyarakat kalangan

11 Radar, Irsan1. 2014. 20 Persen Penghuni Rusunawa Bermasalah.

http://www.radarjogja.co.id/blog/2014/04/11/20-persen-penghuni-rusunawa-bermasalah/, diakses tanggal 10 November 2015.

12 Anonim. 2014. Penghuni Rusunawa Ditinjau Ulang. http://www.radarjogja.co.id/blog/2014/12/10/penghuni-rusunawa-ditinjau-ulang/, diakses tanggal 11 November 2015.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

ekonomi lemah. Peminat hunian ini pun semakin bertambah dari waktu ke waktu,

hingga tak jarang sampai menimbulkan daftar antrean karena jumlah unit hunian

yang terdapat di dua rusunawa milik Pemerintah Kota Yogyakarta memang secara

kuantitas belum mampu memenuhi kebutuhan rumah layak huni bagi MBR di

Kota Yogyakarta. Realita ini membuat pihak pengelola rusunawa dan pihak

Pemkot Yogyakarta harus „menyeleksi‟ calon penghuninya, sehingga sasaran

utama dari pembangunan rusunawa tersebut tetap tercapai. Ironisnya, sampai saat

ini masih banyak masyarakat, khususnya masyarakat kalangan ekonomi lemah,

yang merasa keberatan dengan harga sewa yang diterapkan di rusunawa. Misalnya

saja, Bapak Sugiyo yang berprofesi sebagai tukang becak di sekitar rusunawa

Grha Bina Harapan. Pada tahun 2010 Beliau mengaku tertarik untuk menjadi

penghuni rusunawa Grha Bina Harapan, namun merasa keberatan dengan tarif

sewa yang diberlakukan di rusunawa Grha Bina Harapan. Berdasarkan kutipan

dari www.jogjainfo.net , Bapak Sugiyo mengungkapkan:

“Saya juga mikirin duit sewanya, nek Rp200.000 ya gak kuat. Wong cuma tukang

becak tapi kalau harga sewanya bisa kurang dari Rp100.000, kayaknya saya

bisa nyewa. Rumah ini sebenarnya banyak sekali peminatnya, karena

pendaftaran sudah ditutup dan harganya mahal, semua jadi kayak saya, mikir-

mikir lagi”13

Beberapa contoh kasus di atas kemudian memunculkan pertanyan terkait

dengan seberapa jauh keefektifan implementasi Pasal 10 Peraturan Walikota

Yogyakarta No. 86 Tahun 2013 yang menggantikan Peraturan Walikota

Yogyakarta No. 44 Tahun 2009 dalam mengatur tata cara penghunian di

Rusunawa Cokrodirjan dan Rusunawa Grha Bina Harapan. Oleh karena itu,

13 Wawan Kurniawan, Loc.Cit.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai keefektifan

pengimplementasian Pasal 10 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 86 Tahun

2013 dalam rangka pencapaian tujuan dari pembangunan rusunawa, yaitu untuk

menyediakan hunian layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Selain itu, perlu dikaji lebih dalam mengenai faktor-faktor yang menjadi kendala

dan menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam implementasi Pasal 10

tersebut. Kajian mengenai keefektifan implementasi Pasal 10 Perwal Yogyakarta

No.86/2013 ini akan dilakukan dengan menggunakan studi evaluasi implementasi

kebijakan.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Problematika klasik di Kota Yogyakarta terkait dengan tingginya

presentase kawasan kumuh kemudian mendorong pemerintah untuk

mengeluarkan kebijakan vertical housing atau yang kemudian dikenal

dengan istilah rusunawa. Ada dua rusunawa yang dikelola oleh Pemerintah

Kota Yogyakarta, yaitu Rusunawa Cokrodirjan dan Rusunawa Grha Bina

Harapan. Salah satu aturan yang dijadikan pedoman dalam pengelolaan

rusunawa di Kota Yogyakarta adalah Peraturan Walikota Yogyakarta

Nomor 44 Tahun 2009 yang kemudian digantikan dengan Peraturan

Walikota Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013.

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013

menyebutkan bahwa tujuan utama dari pembangunan rusunawa di Kota

Yogyakarta adalah untuk menyediakan tempat tinggal yang layak bagi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Guna mencapai tujuan dan

sasaran utama dari kebijakan rusunawa tersebut, maka dalam Perwal

Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013 juga diatur terkait dengan persyaratan

dan tata cara penghunian. Hal tersebut diatur secara rinci dalam Pasal 10

Perwal Kota Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013.

Akan tetapi, seperti pengimplementasian kebijakan pada

umumnya, maka tetap ada berbagai resiko terhadap terjadinya

penyimpangan dalam pengimplementasian Pasal 10 tersebut. Beberapa

contoh kasus penyimpangan ini sudah ditemukan di beberapa kota, seperti

kasus penghuni ilegal di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara dan Rusunawa

Panggungharjo, Bantul yang disebabkan oleh lemahnya sistem

pengawasan dari pihak pengelola dan lemahnya proses screening awal

calon penghuni rusunawa. Kemungkinan akan terjadinya penyimpangan

ini juga dapat ditemukan di Rusunawa Cokrodirjan dan Rusunawa Grha

Bina Harapan. Hal inilah yang kemudian mengantarkan peneliti untuk

mengkaji lebih dalam mengenai keefektifan implementasi Pasal 10

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013 dalam menjamin

tercapainya tujuan dan sasaran utama dari pembangunan rusunawa di Kota

Yogyakarta, yaitu untuk menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat

berpenghasilan rendah (MBR).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah penghuni Rusunawa Cokrodirjan dan Rusunawa Grha Bina

Harapan sudah memenuhi persyaratan dan tata cara penghunian

seperti yang tertulis dalam Pasal 10 Perwal Yogyakarta Nomor 86

Tahun 2013 (pengganti Perwal Yogyakarta Nomor 44 Tahun

2009)?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses implementasi

Pasal 10 Perwal Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.3.1 Mengetahui efektivitas Pasal 10 Peraturan Walikota Yogyakarta

Nomor 86 Tahun 2013 (pengganti Perwal Yogyakarta Nomor 44

Tahun 2009) dalam menjamin tercapainya tujuan dan sasaran

utama dari pembangunan rusunawa di Kota Yogyakarta.

1.3.2 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi

Pasal 10 Perwal Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

beberapa pihak, antara lain:

1.4.1 Manfaat untuk penulis

a. Memberikan manfaat praktis, yakni sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar S1.

b. Memberikan gambaran tentang isu yang diangkat dalam

penelitian ini, sehingga dapat menimbulkan kesadaran tentang

hal yang harus dilakukan guna menghadapi isu tersebut.

1.4.2 Manfaat untuk masyarakat penghuni rusunawa

a. Memberikan pengetahuan terkait dengan persyaratan dan tata

cara penghunian di Rusunawa Cokrodirjan dan Rusunawa

Grha Bina Harapan berdasarkan Pasal 10 Perwal Yogyakarta

Nomor 86 Tahun 2013.

1.4.3 Manfaat untuk Pemerintah Kota Yogyakarta

a. Memberikan penjelasan mengenai masalah aktual yang terjadi

di Rusunawa Cokrodirjan dan Rusunawa Grha Bina Harapan.

b. Memberikan masukan agar Pemerintah Kota Yogyakarta dapat

mengambil langkah yang tepat guna mengatasi ketimpangan-

ketimpangan yang terjadi di lapangan, sehingga implementasi

Pasal 10 Perwal Yogyakarta Nomor 86 Tahun 2013 sesuai

dengan sasaran awal.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96276/potongan/S1-2016... · ... guna mengatasi semakin bertambahnya jumlah RTLH di Kota Yogyakarta,

1.4.4 Manfaat untuk Unit Pelaksana Teknis Rusunawa

a. Memberikan penjelasan mengenai permasalahan terkait

penghunian yang terjadi di lapangan.

b. Memberikan masukan agar pihak UPT Rusunawa dapat

memperbaiki kinerja, khususnya dalam hal pemberlakuan

persyaratan dan tata cara penghunian bagi calon penghui

rusunawa menurut Pasal 10 Perwal No. 86/2013.

1.4.5 Manfaat untuk pembaca

a. Memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat

secara deskriptif.

b. Memberikan pengantar bagi peneliti lain yang ingin meneliti

permasalahan serupa.