i. pendahuluan - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah...

21
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PARTISIPATIF “Teknologi partisipatif adalah bagian dari proses penerapan inovasi teknologi ke lingkungan social” I. PENDAHULUAN: a. Latar Belakang Negara-negara yang sedang berkembang memerlukan begitu banyak hal untuk mendukung perkembangan negara mereka. Negara-negara tersebut saling meningkatkan berbagai kemampuan mereka dalam segala aspek kehidupan masyarakat seperti pada aspek pertanian serta industri. Kemudian, selain itu mereka juga mengadakan investasi dalam aspek kesehatan masyarakat begitu pula dalam aspek pendidikan. Pengangkutan atau aspek transportasi-pun juga diperlukan, dan juga cara-cara komunikasi yang baru. Dan saat ini, segala aspek kehidupan tersebut telah mampu berkembang dengan pesatnya, perkembangan tersebut beriringan pula dengan perkembangan masyarakat dari masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern, kemudian secara otomatis perkembangan tersebut menuntut masyarakat menuju kearah globalisasi. Pengembangan riset dan teknologi (ristek) berkaitan dengan dinamika politik (politics), kebijaksanaan pembangunan dari pemerintah (policy), dan partisipasi masyarakat (Ranciere, 1999, Cordova,D., 2014).Dengan pengertian, bahwa ristek berkait dengan politik sebagai ruang penentu pilihan berbagai kebijakan yang menentukan jalan perubahan sosial berencana. Sedangkan, kebijakan sendiri ditentukan oleh partisipasi masyarakat, karena proses tersebut menjadi alat pembebasan dan penguatan ketahanan politik itu sendiri. Ristek dapat menjadi penentu perkembangan politik, kebijakan dan partisipasi masyarakat, tetapi dapat juga sebaliknya. Dalam arti, perkembangan politik yang diikuti oleh berbagai kebijakan dan partisipasi masyarakat menjadi penentu pengembangan ristek. Dengan demikian, sepandangan dengan Jansen dan Vellema (2011), bahwa teknologi sepatutnya bukan hanya dimaknai sebagai penelitian dan pengembangan dalam kerangka“teknologi keras”, tetapi juga termasuk hasil dari pengembangan

Upload: donhan

Post on 04-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN TTEEKKNNOOLLOOGGII PPAARRTTIISSIIPPAATTIIFF

“Teknologi partisipatif adalah bagian dari proses penerapan inovasi teknologi ke lingkungan social”

I. PENDAHULUAN: a. Latar Belakang

Negara-negara yang sedang berkembang memerlukan begitu banyak

hal untuk mendukung perkembangan negara mereka. Negara-negara tersebut

saling meningkatkan berbagai kemampuan mereka dalam segala aspek

kehidupan masyarakat seperti pada aspek pertanian serta industri. Kemudian,

selain itu mereka juga mengadakan investasi dalam aspek kesehatan

masyarakat begitu pula dalam aspek pendidikan. Pengangkutan atau aspek

transportasi-pun juga diperlukan, dan juga cara-cara komunikasi yang baru.

Dan saat ini, segala aspek kehidupan tersebut telah mampu berkembang

dengan pesatnya, perkembangan tersebut beriringan pula dengan

perkembangan masyarakat dari masyarakat yang tradisional menjadi

masyarakat modern, kemudian secara otomatis perkembangan tersebut

menuntut masyarakat menuju kearah globalisasi.

Pengembangan riset dan teknologi (ristek) berkaitan dengan dinamika

politik (politics), kebijaksanaan pembangunan dari pemerintah (policy), dan

partisipasi masyarakat (Ranciere, 1999, Cordova,D., 2014).Dengan

pengertian, bahwa ristek berkait dengan politik sebagai ruang penentu pilihan

berbagai kebijakan yang menentukan jalan perubahan sosial berencana.

Sedangkan, kebijakan sendiri ditentukan oleh partisipasi masyarakat, karena

proses tersebut menjadi alat pembebasan dan penguatan ketahanan politik itu

sendiri.

Ristek dapat menjadi penentu perkembangan politik, kebijakan dan

partisipasi masyarakat, tetapi dapat juga sebaliknya. Dalam arti,

perkembangan politik yang diikuti oleh berbagai kebijakan dan partisipasi

masyarakat menjadi penentu pengembangan ristek. Dengan demikian,

sepandangan dengan Jansen dan Vellema (2011), bahwa teknologi sepatutnya

bukan hanya dimaknai sebagai penelitian dan pengembangan dalam

kerangka“teknologi keras”, tetapi juga termasuk hasil dari pengembangan

Page 2: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

pemikiran-pemikiran politik, penelitian kebijakan, dan pengembangan

teknologi untuk penguatan partisipasi masyarakat.

Politik dan kebijakan pembangunan nasional pada masa depan

menunjukkan kembali mengutamakan perhatian kebijakan yang bersifat

kerakyatan. Salah satu indikasinya adalah penguatan masyarakat perkotaan

dan desa sebagai unit administrasi pemerintahan terdepan dan kebijakan

pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan berbasis masyarakat.

Perhatian tersebut jelas memberi arah dan ranah bagi kebijakan

pengembangan ristek.

Salah satu kegiatan pengembangan teknologi partisipatif melalui

pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk

kebijakan dengan semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

aktivitas lainnya adalah bertambahnya pula sampah yang dihasilkan. Sampah

yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal

sebagai limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus

ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri.Limbah domestik

tersebut, baik itu limbah cair maupun limbah padat menjadi permasalahan

lingkungan karena secara kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu

kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan mengganggu kehidupan

makhluk hidup lainnya.

b. Masalah

Paradigma baru menghendaki bahwa paket teknologi yang dihasilkan

oleh lembaga penelitian merupakan respon lembaga tersebut terhadap

kebutuhan masyarakat terhadap teknologi tertentu. Dengan demikian paket

teknologi baru seharusnya merupakan teknologi hasil mengembangkan

teknologi partisipatif peranan pengetahuan asli tidak dapat diabaikan. Melihat

pentingnya peranan masyarakat dalam pelaksanaan penelitian/pengkajian, agar

paket teknologi yang dikembangkan oleh lembaga – lembaga penelitian dapat

direspon oleh masyarakat pengguna maka perlu adanya tahapan awal, yaitu

identifikasi teknologi yang dibutuhkan oleh calon pengguna teknologi. Tahap

ini dilanjutkan dengan perencanaan program, pelaksanaan dan monitoring

Page 3: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

evaluasi. Tahapan ini harus secara konsisten diikuti agar teknologi yang

dihasilkan benar-benar teknologi yang dibutuhkan masyarakat. Dengan

demikian proses adopsi masyarakat terhadap teknologi yang dihasilkan dapat

diharapkan berjalan dengan lancar dan cepat. Sebaliknya teknologi yang tidak

melibatkan masyarakat sebagai pelaku, cepat atau lambat akan ditinggalkan.

Banyak bukti menunjukkan beberapa teknologi yang disodorkan kepada

masyarakat hilang tidak berbekas, karena tidak mempertimbangkan/

memperhatikan faktor- faktor penting seperti; tingkat komunitas, sosial

budaya, ekonomi dan keuntungan relatif.

Salah satu contoh permasalahan yang bersumber dari bertambahnya

tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka terjadi timbulan

sampah yang dihasilkan. Sampah yang ditimbulkan dari aktivitas dan

konsumsi masyarakat yang lebih dikenal dengan limbah domestik telah

menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan

masyarakat itu sendiri. Limbah domesti tersebut, baik limbah cair maupun

limbah padat menjadi permasalahan lingkungan karena secara kuantitas

maupun tingkat bahanya mengganggu kesehatan manusia, mencemari

lingkungan dan mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya.

c. Tujuan

1. Memahami konsep pengembangan teknologi

2. Memahami proses partisipasi masyarakat dalam pengembangan teknologi

3. Memahami metode – metode partisipatif masyarakat

4. Mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan

teknologi

5. Mengetahui penerapan teknologi tepat guna

d. Metoda

Jenis Metoda yang digunakan adalah deskriptif dengan metode

kualitatif, dengan dasar penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data

dengan teknik observasi, yaitu pengumpulan data dengan melalui studi

kepustakaan, dokumen dan hasil-hasil penelitian serta melalui lembaga-

lembaga terkait dengan masalah yang diteliti dan mengadakan pengamatan

langsung objek yang diteliti dengan menggunakan teknik wawancara. Dari

Page 4: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat

dalam program pengelolaan sampah ini belum berjalan secara maksimal. Hal

ini terlihat dari kurangnya keaktifan yang mereka tunjukkan baik itu pada

proses pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, pemanfaatan kegiatan,

hingga evaluasi kegiatan. Adapun untuk pemanfaatan kegiatan maka sudah

pasti masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan program ini seperti

sebagaimana seharusnya, dan pada tahap akhir yaitu evaluasi kegiatan

merupakan saat dimana pemerintah dan masyarakat saling bertukar pikiran

untuk menilai perkembangan program yang sedang dilaksanakan dan

membantu menemukan teknologi dan program-program lain yang dibutuhkan

masyarakat.

II. Tinjauan Teori

Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa latin’’texere’’yang

berarti menyusun atau membangun. Sehingga istilah teknologi seharusnya

tidak terbatas pada penggunaan mesin, meskipun dalam arti sempit hal

tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Roger (1983)

teknologi adalah suatu rancangan (desain) untuk alat bantu tindakan yang

mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dalam mencapai

suatu hal yang diinginkan. Jacques Ellul (1967) mengartikan teknologi sebagai

keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi

dalam setiap kegiatan manusia.

Teknologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa

(Engineering) yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau

proses atau pada penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru. Kemajuan

teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,

karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu

pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif

bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara

baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi

masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-

inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian,

walaupun pada awalnya diciptakanuntuk menghasilkan manfaat positif, di sisi

lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.

Page 5: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

Keikutsertaan rakyat dapat mempengaruhi keseluruhan proses kebijakan,

mulai dari perumusan, pelaksanaan sampai pada penilaian kebijakan. Di

banyak negara berkembang, peran serta masyarakat dalam proses kebijakan

pemerintah hanya bersifat pasif atau reaktif saja. Artinya, keikutsertaan

mereka hanya sebagai akibat dari kebijakan pemerintah. Namun, bersamaan

dengan perkembangan dan kemajuan, masyarakat menjadi lebih aktif, dalam

arti terdapat inisiatif untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Sebagai

contoh, dapat dilihat pada setiap kali ada pengumuman kebijakan pemerintah,

baik di bidang ekonomi maupun politik, selalu ada tanggapan dari masyarakat.

Tanggapan itu tergantung pada persepsi dan kepentingan masing-masing.

Tanggapan ini biasanya berlanjut menjadi reaksi yang tidak sama dalam

rangka memanfaatkan dampak positif ataupun menghindarkan dan

memperkecil akibat negatif dari suatu kebijakan. Sikap masyarakat atas

kebijakan pemerintah ini dapat disebut sebagai partisipasi atau peran serta

Masyarakat dalam politik.

Masyarakat dan desa ke depan juga tidak semata-mata menghadapi

persoalan ekonomi dan sosial. Kondisi lingkungan dan sumberdaya mereka

atau sekitar tempat mereka tinggal telah berubah. Bahkan, akibat berbagai

perubahan dan pengerusakan sumberdaya alam seperti kerusakan hutan,

pencemaran, pertambangan tidak ramah lingkungan memunculkan dampak

negatif berupa bencana. Belum lagi, letak geografis Indonesia memang

termasuk kategori rawan bencana. Kondisi ini menjadi ancaman

kelangsungan hidup masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di pedesaan.

Dalam rentang 2009-2011 diketahui kerentanan desa menghadapi bencana

lebih tinggi dibanding kota. Bentuk bencana yang mengancam masyarakat

dan desa mulai dari banjir, tanah longsor, puting beliung, gempa bumi, hingga

gunung meletus (Bappenas, 2013). Saat ini bencana ini cenderung

menyulitkan kehidupan masyarakat terutama untuk terus menggeluti peluang-

peluang kerja dan usaha. Pada akhirnya, di beberapa daerah keadaan ini

cenderung merusak semangat dan tatanan masyarakat untuk terus

membangun.

Page 6: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

Tantangan kebijakan pencapaian kedaulatan pangan yang menguatkan

masyarakat dan desa pada masa depan adalah bagaimanapengembangan dan

penerapan teknologi sejalan dengan percepatan pembangunan desa dan

sekaligus mencerdaskan dan mensejahterakan, sehingga masyarakatberdikari.

Aspek pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan desa juga perlu

dipertimbangkan bukan hanya melakukan konservasi, tetapi juga sebagai

peluang pengembangan riset dan teknologi serta penerapannya dalam

memperbaiki kerusakan ekologi sumberdaya alam untuk peningkatan taraf

hidup masyarakat.

Untuk melaksanakan pembangunan daerah secara tepat, efektif dan

efisien, dibutuhkan kredibilitas sumber daya manusia masyarakat itu sendiri,

dan kualitas aparatur pemerintahan. Di sini dibutuhkan adanya kebijakan-

kebijakan dari pemerintah daerah yang mampu merespon persoalan

masyarakat setempat. Pembangunan daerah merupakan tugas yang

terbebankan kepada seluruh masyarakat di daerah. Pembangunan daerah tidak

hanya dimonopoli oleh pemerintah kabupaten dan kota saja, melainkan juga

tugas dari masyarakat untuk mengarahkan, menentukan dan mengontrol

proses pelaksanaan pembangunan daerah itu sendiri.

Bowman dan Hampton (dalam Ainur Rohman dkk, 2009: 51)

menyatakan bahwa tidak ada satupun pemerintah dari suatu negara dengan

wilayah yang sangat luas dapat menentukan kebijakan secara efektif ataupun

dapat melaksanakan kebijakan dan progam-programnya secara efisien melalui

sistem sentralisasi. Karena itu, urgensi pelimpahan kebutuhan atau penyerahan

sebagian kewenangan pemerintah pusat, baik dalam konteks politis maupun

secara administratif, kepada organisasi atau unit di luar pemerintah pusat

menjadi hal yang sangat penting untuk menggerakkan dinamika sebuah

pemerintahan. Sebagai sebuah konsep penyelenggaraan pemerintahan,

desentralisasi pada akhirnya menjadi pilihan akibat ketidakmungkinan sebuah

negara yang wilayahnya luas dan penduduknya banyak untuk mengelola

manajemen pemerintah secara sentralistis.

Desentralisasi dalam hal ini juga diminati karena di dalamnya

terkandung semangat demokrasi untuk mendekatkan partisipasi masyarakat

Page 7: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

dalam menjalankan sebuah pembangunan. Pada perkembangannya lebih jauh,

desentralisasi lalu menjadi semangat utama bagi negara-negara yang

menyepakati demokrasi sebagai landasan gerak utamanya. Kesamaan orientasi

desentralisasi dan demokratisasi inilah yang membuat sebuah pemerintahan di

masa kini tidak bisa lagi memerintah secara sentralistiks. Terdapat kesadaran

baru di kalangan para penyelenggara pemerintahan bahwa masyarakat

merupakan pilar utama yang harus dilibatkan dalam berbagai proyek

pembangunan.

Isu demokrasi yang semakin menguat terutama di negara-negara

berkembang, yang oleh Hungtington diistilahkan sebagai kekuatan gelombang

ketiga (third wave) merupakan angin segar bagi semangat mengembangkan

desentralisasi secara teoritik. Demokrasi yang mempersyaratkan tumbuhnya

masyarakat sipil ditopang dengan sistem pemerintahan desentralistik yang

juga mempersyaratkan partisipasi masyrakat secara penuh. Masyarakat sipil

dan partisipasinya dalam pembangunan suatu negara merupakan bagian tak

terpisahkan.

Di sisi lain, aspek kepentingan politik segolongan masyarakat dan

pertentangannya dengan lainnya seringkali mengabaikan kepentingan umum

dari tujuan pembangunan itu sendiri. Hal tersebut di lapangan pada akhirnya

mengakibatkan masyarakat menjadi korban tarik-menarik secara politis dalam

proses perencanaan pembangunan itu sendiri. (Ainur Rohman dkk, 2009: 55)

Masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan, sebab dalam diri

mereka ada keinginan dan kegairahan untuk merubah masa depannya agar

lebih baik. Keinginan serta kegairahan tersebut harus dapat terwujud, sebab

usaha-usaha dari pembangunan itu langsung menyangkut kepentingan dan

kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Ada dua faktor yang

mempengaruhi terhadap berhasil atau gagalnya partisipasi masyarakat dalam

perencanaan pembangunan sebagaimana dikemukakan oleh Conyers (Ainur

Rohman dkk, 2009: 49) yaitu: pertama, hasil keterlibatan masyarakat itu

sendiri, masyarakat tidak akan berpartisipasi atau kemauan sendiri atau dengan

antusias yang tinggi dalam kegiatan perencanaan kalau mereka merasa bahwa

partisipasi mereka dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh

pada rencana akhir. Kedua, masyarakat merasa enggan berpartisipasi dalam

Page 8: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

kegiatan yang tidak menarik minat mereka atau yang tidak mempunyai

pengaruh langsung dapat mereka rasakan.

Dari berbagai pengalaman pembangunan daerah menunjukkan bahwa

tanpa partisipasi masyarakat, maka pemerintahan daerah kekurangan petunjuk

mengenai kebutuhan dan keinginan masyarakatnya. Investasi yang ditanamkan

di daerah juga tidak mengungkapkan prioritas kebutuhan masyarakat. Selain

itu sumber-sumber daya masyarakat yang potensial untuk memperbaiki

kualitas hidup masyarakat daerah tidak terungkap, dan standar-standar dalam

merancang pelayanan dan prasarana yang tidak tepat.

Berbagai kasus yang tersaji menunjukkan bahwa dengan dibukanya

kesempatan berpartisipasi, masyarakat menjadi lebih perhatian terhadap

permasalahan yang dihadapi di lingkungannya dan memiliki kepercayaan diri

bahwa mereka dapat berkontribusi untuk ikut mengatasinya. Proses dialog

stakeholders telah mendorong pemerintahan agar lebih terbuka terhadap

masukan stakeholders lain dan lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat.

Berbagai praktik partnership menunjukkan bahwa kerja sama yang baik hanya

dapat berlangsung apabila komunikasi yang sehat antara pemerintah dan

masyarakat terbangun (Sumarto dalam Ainur Rohman dkk, 2009: 48)

III. Topik Dan Pembahasan Analisis Masalah 1. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH DI PROVINSI BANTEN

1.1. Kondisi Pengelolaan Persampahan di Provinsi Banten

a. Timbulan Sampah.

Jumlah penduduk Provinsi Banten sebesar 8,098 juta jiwa pada tahun

2000 bertambah menjadi 11,248 juta jiwa pada tahun 2012 dengan laju

pertumbuhan penduduk sekitar 2,16 % per tahun. Pertambahan penduduk di

Provinsi Banten penyebarannya tidak merata, tetapi terkonsentrasi di daerah

perkotaan. Hal ini dikarenakan kawasan perkotaan merupakan tempat yang

sangat menarik bagi masyarakat untuk mengembangkan kehidupan sosial

ekonomi.Selain itu, pembangunan ekonomi melalui jalur industrialisasi

berpengaruh langsung terhadap pembangunan perkotaan.

Page 9: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

aktivitas lainnya adalah bertambahnya pula sampah yang dihasilkan. Sampah

yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal

sebagai limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus

ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri.Limbah domestik

tersebut, baik itu limbah cair maupun limbah padat menjadi permasalahan

lingkungan karena secara kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu

kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan mengganggu kehidupan

makhluk hidup lainnya. Jumlah timbulan sampah di Kabupaten/Kota di Provinsi

Banten pada tahun 2012 sebagaimana terlihat pada tabel berikut

Tabel 1

Tabel Jumlah Sampah Terangkut ke TPA Kabupaten/Kota Pada Tahun 2012 Sumber : Inventarisasi Pengelolaan Persampahan di Provinsi Banten, 2013

b. Pewadahan Sampah.

Tidak ada ketentuan tentang pewadahan sampah yang harus digunakan

oleh masyarakat, baik bentuk, ukuran maupun bahan wadah sampah.

Pengadaan dan pemeliharaan wadah sampah merupakan tanggung jawab

masing-masing penghasil sampah baik kelompok masyarakat dalam

pemukiman ataupun di pusat kegiatan yang lain. Pemerintah Daerah atau

Dinas Kebersihan hanya menyediakan dan memelihara wadah sampah yang

ada di jalan.

c. Pengumpulan Sampah.

Fasilitas pengumpulan yang digunakan di kota-kota di Provinsi Banten

dibedakan atas fasilitas yang diletakkan di suatu lokasi dan fasiltas yang

bergerak.Fasilitas yang diletakkan di suatu lokasi bisa berbentuk Bak, Tong,

Kabupaten/ Kota Jumlah Timbulan Sampah (m3/hari)

Jumlah Sampah Terangkut (m3/hari) Tingkat Pelayanan (%)

Kota Tangerang 4.319 3.201 74,1 Kota Tangerang Selatan

1.800 323 18

Kota Serang 1.500 575 38,3 Kota Cilegon 1.157 483 21,0 Kabupaten Tangerang 7.155 1.590 22,0 Kabupaten Serang 2.960 125 4,2 Kabupaten Lebak 2.960 72 2,43 Kabupaten Pandeglang 3.426 162 4,72

Page 10: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

Dipo atau Kontainer.Sedangkan fasilitas pengumpulan yang bergerak bisa

berfungsi pula sebagai sarana pemindahan (transfer) dan juga sarana

pengangkutan (transport). Bentuk sarana pengumpulan yang digunakan oleh

dinas pengelola sampah di kota-kota di Provinsi Banten adalah Becak sampah,

Gerobak, mobil pick-up, dan truk. Tingkat pelayanan pengumpulan sampah

sampai dengan TPA masing-masing Kabupaten/Kota bervariasi.

d. Pemindahan dan Pengangkutan Sampah.

Fasilitas transfer dan transport yang digunakan oleh kota-kota di Provinsi

Banten bervariasi, yaitu TPS pasangan, TPS bin, TPS container, TPS beton,

Gerobag sampah, Truk sampah (dump truck,dan Amrol truck.

e. Sistem Kelembagaan.

Institusi yang bertanggung jawab atas pengelolaan persampahan di

Kabupaten/Kota di Provinsi Banten bentuknya beragam sesuai dengan

kebijakan daerah masing-masing, seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan;

Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman; Dinas Tata Ruang,

Kebersihan dan Pertamanan yang kemudian dituangkan dalam bentuk

Peraturan Daerah. Adanya perbedaan bentuk institusi pengelola persampahan

ini juga berakibat pada berbedanya fungsi dann wewenang masing-masing

institusi tersebut.

f. Sistem Pembiayaan.

Sistem pembiayaan pengelolaan persampahan meliputi:

1) Sumber dana yang digunakan untuk pengelolaan persampahan kota,

2) Besarnya dana yang diterima serta besarnya beaya yang harus dikeluarkan

untuk pengelolaan persampahan dan

3) Cara pembayaran iuran/retribusi kebersihan.

Sumber dana pengelolaan persampahan kota berasal dari:

1) Pembayaran iuran layanan kebersihan,

2) Retribusi kebersihan,

3) Anggaran pendapatan belanja daerah (APBD)

Cara pembayaran retribusi adalah:

1) membayar bersama dengan pembayaran iuran air PDAM,

Page 11: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

2) membayar bersama dengan pembayaran iuran listrik

3) membayar langsung kepada petugas kebersihan

4) membayar melalui ketua RT/RW.

g. Peraturan Perundangan.

Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten telah memiliki Peraturan

Daerah yang mengatur tentang pengelolaan kebersihan. Dalam perda ini diatur

tentang institusi pengelola persampahan, tarif retribusi dan pengelolaan

persampahan secara umum

h. Rencana Pengembangan.

Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Banten telah memiliki rencana

pengembangan pengelolaan persampahan menuju pengurangan reduksi

sampah dari sumbernya, usaha daur ulang sampah serta upaya sosialisi

pemilahan sampah.

1.2.PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

Dalam berbagai aspek pembangunan, masyarakat selalu menjadi unsur

yang utama karena pembangunan ditujukan sebesar-besarnya untuk

kepentingan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat seharusnya tidak hanya

menjadi objek tetapi harus menjadi subjek yang dilibatkan agar masyarakat

bisa menentukan nasibnya sendiri. Begitu pula dalam hal pengelolaan sampah.

Dalam pengelolaan sampah, peran masyarakat menjadi penting karena

beberapa faktor, antara lain : (1)masyarakat merupakan penghasil sampah

yang cukup besar karena makin berkembangnya komplek hunian baru

(permukiman) yang ada di Kabupaten/Kota sehingga sampah domestik rumah

tangga juga makin bertambah; (2)masyarakat seharusnya bisa mandiri dalam

pengelolaan sampah untuk mendukung terciptanya sistem pengelolaan sampah

yang berkelanjutan sehingga tidak selamanya menjadi beban Pemerintah

Kabupaten/Kota; (3) dengan keterbatasan lahan Kabupaten/Kota maka perlu

dipikirkanagar konsep ”zero” waste dapat diterapkan oleh masyarakat agar

masalah lahan untuk TPA mendapatkan solusinya.

Page 12: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

Selama ini, sebagian besar masalah persampahan bagi masyarakat

Kabupaten/Kota masih dilayani oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Di area

permukiman, petugas akan mengambil sampah dari tiap-tiap rumah secara

rutin dan menitipkannya di TPS yang ada di sekitar permukiman sampai Dinas

Kebersihan mengangkutnya ke TPA. Petugas sampah bisa saja dikelola oleh

pemerintah setempat (RT, RW, Kelurahan), Dinas Kebersihan atau bisa pula

dilakukan oleh sektor swasta.Bila dilihat dari tingginya prosentase masyarakat

yang masih dilayani dalam pengelolaan sampahnya, maka dapat disimpulkan

bahwa peran masyarakat dalam pengelolaan sampah masih sangat minim.

Belum lagi tidak sedikit masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada

tempat yang seharusnya, tetapi malah membuang sampah ke sungai atau

tempat-tempat yang bukan merupakan TPS atau TPA ( misalnya di pinggir

jalan atau ruang terbuka hijau/taman). Selain mencemari lingkungan dan

berakibat buruk pada kesehatan, sampah memberi dampak banjir khususnya

pada saat musim penghujan, terutama bila sampah menyumbat saluran

drainase atau menyebabkan sungai yang meluap karena dipenuhi oleh sampah.

1.3.PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

Salah satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat dalam

pengelolaan sampah adalah melalui program pemberdayaan masyarakat dalam

pengelolaan sampah. Melalui program tersebut, masyarakat diharapkan sadar,

mampu dan mandiri dalam menjaga lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain, 1994)

mengartikan kata berdaya berkemampuan atau kesanggupan atau berakal atau

memiliki muslihat untuk mengatasi sesuatu.Sehingga kata pemberdayaan

memiliki makna upaya untuk meningkatkan kemampuan, kesanggupan atau

akal untuk mengatasi sesuatu persoalan/masalah. Keberdayaan masyarakat

dalam pengelolaan sampah dicirikan dengan timbulnya kesadaran,

kemampuan, dan kemandirian dalam pengelolaan sampah. Jadi yang dimaksud

dengan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dalam

penyusunan pedoman ini adalah suatu proses dalam memanfaatkan

kesempatan dan kapasitas masyarakat dalam mengambil keputusan atau

tindakan secara bersama-sama melalui partisipasi, alih pengetahuan, keahlian

Page 13: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

dan dan ketrampilan untuk mengelola sampah, dalam rangka mendukung

program pengelolaan sampah yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah.

1.4.RENCANA AKSI MASYARAKAT (COMMUNITY ACTION PLAN)

Setelah mendapatkan data-data pada persiapan awal, sangat penting

mengadakan pertemuan agar masyarakat dapat berkumpul, melakukan diskusi

dan mengambil keputusan bersama sehubungan dengan rencana pengelolaan

sampah.Pertemuan awal ini dapat disebut sebagai Rencana Aksi Masyarakat

(Community Action Plan). Rencana Aksi Masyarakat adalah suatu tindakan

untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat dengan mengkhususkan pada

kegiatan yang akan dilakukan, siapa yang melakukan dan bagaimana

melakukannya, atau dengan kata lain menjelaskan apa yang diinginkan

kelompok masyarakat untuk dikerjakan dalam mencapai target pengelolaan

sampah yang diinginkan.

Adapun fungsi dari Rencana Aksi Masyarakat adalah :

1. Sebagai sarana untuk menjabarkan hasil pengamatan (survey) yang

dilakukan pada persiapan awal agar dapat membuka wawasan masyarakat

mengenai kondisi dan permasalahan di seputar pengelolaan sampah yang

ada di lingkungan tempat tinggalnya.

2. Sebagai sarana untuk melakukan diskusi kelompok agar masyarakat

berani mengemukakan pendapat tentang hambatan/permasalahan/uneg-

uneg di seputar hal pengelolaan sampah yang ada. Selain itu, masyarakat

dapat aktif mengeluarkan pendapat atau ide tentang solusi untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut.

3. Sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengidentifikasi permasalahan

tentang sampah, menentukan prioritas, memobilisasi sumber daya,

memobilisasi kontribusi, bernegosiasi, menyusun perencanaan,

pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatannya.

4. Sebagai momen untuk membangun komitmen warga untuk mengawali

kegiatan pengelolaan sampah dalam mencapai tujuan pengelolaan sampah

yang diinginkan bersama.

Page 14: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

5. Sebagai kesempatan yang baik untuk membentuk Forum Masyarakat yang

terdiri dari beberapa tokoh masyarakat, yang berfungsi sebagai kelompok

penggerak atau koordinator kegiatan di masyarakat sehubungan dengan

rencana pengelolaan sampah.

Gambar : Salah satu kegiatan Rencana Aksi Masyarakat dalam pengelolaan sampah

1.5.PEMBENTUKAN FORUM MASYARAKAT

Forum Masyarakat adalah suatu kelompok kecil yang terdiri dari beberapa

orang warga yang dianggap cukup memiliki kharisma/integritas dan

kompetensi untuk membimbing, mendampingi serta menuntun masyarakat

dalam kegiatan pengelolaan sampah. Forum Masyarakat ini nantinya akan

mengkoordinir pelaksanaan pemberdayaan masyarakat serta teknis

pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah, mulai dari implementasi sampai

pada tahap evaluasi dan pengawasan. Forum Masyarakat juga berfungsi

sebagai wadah untuk menampung aspirasi warga untuk kepentingan bersama

dan mencari solusi bila timbul permasalahan di seputar pengelolaan sampah.

1.6.KEGIATAN PENGELOLAAN SAMPAH YANG DAPAT DILAKUKAN MASYARAKAT

1.6.1. PEMILAHAN SAMPAH

Page 15: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

Pemilahan sampah adalah hal pertama dan termudah yang dapat dilakukan

oleh tiap orang dan tiap rumah tangga. Meskipun begitu, masih sedikit

rumah tangga yang sudah memilah sampahnya karena beberapa alasan,

antara lain :

a. Malas dan tidak mau repot untuk membuat beberapa tempat

sampah terpilah

b. Tidak memiliki modal untuk menyediakan tempat sampah

terpilah

c. Tidak peduli dan merasa bahwa sampah adalah tanggung jawab

petugas sampah, sehingga membiarkan sampah masih

bercampur di satu tempat.

d. Tidak mengerti proses pengolahan sampah dan dampak dari

produksi sampah yang berlebihan bagi lingkungan.

Pada proses pemilahan, prinsipnya tempat sampah harus dibedakan

menjadi 3 tempat terpisah berdasarkan jenis sampahnya (gambar 2),

yaitu :

A. Sampah organik yaitu sampah basah dari sisa-sisa mahluk

hidup yang bisa diuraikan, contohnya : daun, kayu, buah,

sayuran, sisa makanan dari daging, dll.

B. Sampah non organik yaitu sampah kering yang tidak dapat

diuraikan, contohnya : jenis kertas tertentu, plastik, karton,

kaleng, metal/logam, bahan pecah belah (kaca). Untuk sampah

non organik, dapat pula dibedakan menjadi sampah kertas,

sampah botol plastik dan sampah botol kaleng.

Page 16: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

C. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), yaitu sampah

yang tidak dapat diuraikan dan membutuhkan perlakuan khusus

karena sampah ini mengandung zat kimia yang berbahaya bagi

kesehatan dan lingkungan. Contoh dari sampah B3 misalnya :

baterai, bohlam lampu, limbah kimia dari rumah sakit, limbah

pabrik, dll

Volume sampah organik merupakan penyumbang sampah

terbesar di beberapa perkotaan di Provinsi Banten.Sampah organik

tidak saja dapat diolah menjadi pupuk (biofertilizer), tetapi juga bisa

menjadi bioetanol dan biogas (sumber energi) serta biopestisida

mikroba yaitu untuk mengganti pestisida kimia yang berbahaya bagi

kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu, bila sampah organik ini

benar-benar diolah dengan baik, maka sampah organik tak akan bersisa

sebelum dibawa ke TPS sehingga pada akhirnya tidak membutuhkan

lahan lagi untuk Tempat Pembuangan Akhir.

Begitu pula halnya dengan sampah non organik yang dapat

diolah kembali di pabrik sehingga menjadi produk lain dalam bentuk

yang berbeda. Oleh karena itu jika kedua jenis sampah tersebut diolah

dengan benar, sampah tidak akan menjadi masalah bagi masyarakat

dan pemerintah kota. Untuk sampah B3 memang memerlukan

pengolahan khusus yang harus ditangani oleh instansi dari pemerintah

kota yang berwenang, tetapi volume dan intensitas pembuangan

sampah B3 tidak sebesar sampah organic dan non organik yang

dihasilkan masyarakat. Oleh karena itu alangkah baiknya bila usaha

pengolahan sampah di masyarakat dimulai dari sampah organik dan

sampah non organik yang ada di rumah tangga.

1.6.2. PEMBUATAN KOMPOS

1. Pengertian Pengomposan

Kompos adalah jenis pupuk alam yang dibuat dengan cara

membusukkan atau melapukan bahan-bahan organik sisa-sisa panen

(jerami, batang jagung, dan lain-lain) dan juga sampah dicampur

Page 17: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

dengan pupuk kandang, pupuk fosfat dan sebagainya sesuai kebutuhan,

sehingga mengalami pematangan dan menjadi bahan yang mempunyai

perbandingan Karbon/Nitrogen yang rendah (Djoehana s, 1996).

Menurut Wied Harry (2006) kompos adalah pupuk alami yang terbuat

dari bahan bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja

ditambahkan untuk mempergiat proses pembusukan, misalnya kotoran

ternak. Bahkan kadang, jika dipandang perlu ditambahkan pupuk

buatan pabrik, seperti urea misalnya.Perlu diperhatikan bahwa, tidak

semua sampah bisa dipakai sebagai bahan pupuk.Hanya sampah

berjenis organik (dapat diuraikan oleh mikroorganisme dengan mudah)

yang bisa dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk.Sementara

sampah berjenis anorganik tidak bisa dijadikan pupuk.

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami

penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang

memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat

kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar

kompos dapat terbentuk lebih cepat.

Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,

pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan

aktivator pengomposan.

2. Teknologi pengomposan

Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian

di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun

proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan

lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak

dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan

dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada

prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada

proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses

penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan

Page 18: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan

saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi

permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah

sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah

pertanian dan perkebunan

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik

maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan.

Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain:

PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp,

BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan

SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing

guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki

keunggulan sendiri- sendiri.

a. T

e

k

n

o

l

o

g

i

pengomposan secara aerobik. Pengomposan secara aerobik

Page 19: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

merupakan sistem pengolahan yang dilakukan dengan bertumpu pada

sirkulasi udara selain fermentasi (dekomposisi), teknologi ini paling

banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta

tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi

bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri

dengan bantuan udara. Bila tidak memiliki ruangan yang cukup luas,

maka dapat dibuat tong plastik ukuran 250 liter yang diberi lubang

udara sirkulasi dengan pemutar yang dapat mempermudah proses

pembalikan dan pengadukan. Tong dapat diletakan diluar dan dapat

digunakan hingga 5 (lima) keluarga kecil (rumah) untuk waktu kurang

lebih 3 (tiga) bulan.

b. Teknologi pengomposan secara anaerobik. tertutup yang

mengunakan media tertutup, baik dengan cara menutup sampah

organik dengan terpal atau dengan cara memasukan kedalam tong

komposter berlapis. Pola anaerob biasanya digunakan untuk

pembuatan pupuk cair atau starter kompos sendiri, pola ini tidak jauh

berbeda dengan pola aerob, hanya saja dibutuhkan tempat yang cukup

besar. Untuk pola anaerob, sampah organik disarankan dipotong lebih

kecil dan dicampur kapur sebagai pembatas pada saat pertama

melakukan komposting. Pada pola anaerob suhu yang dihasilkan

sekitar 55 – 65 derajat celcius, pola ini dapat mencampurkan semua

jenis sampah termasuk sampah yang mengandung protein hewani

seperti tulang ikan, ayam, kerbau dan lain-lain. Kadar air yang

dihasilkan 50% lebih dan komposnya lebih tinggi kadar N.

Kelemahan pola ini, proses komposting menghasilkan BOD, dan

kematangan kompos dalam jangka waktu hingga 6 bulan. Akan tetapi

sistem anaerob dengan sistem penyaringan (kompos cair) lebih praktis

dan kompos yang dihasilkan dapat digunakan sebagai starter (EM)

kompos atau dapat dijadikan kompos cair penyiram batang dan daun

tanaman dan dapat digunakan memfermentasi organic dalam

septictank sehingga kotoran tidak menumpuk dan penggunaan

septictank lebiha lama.

3. Tahapan Pembuatan Kompos

Page 20: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

a. Pemilahan Sampah. Sampah yang dikumpulkan di TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) pada umumnya bercampur antara bahan-bahan

organik maupun non organik sehingga pemilahan perlu dilakukan

secara teliti untuk mendapatkan bahan organik yang dapat

dikomposkan seperti dauan-daunan, sisa makanan, sayuran dan

buah-buahan

b. Pencacahan. Sampah organik yang telah terkumpul dicacah dengan

ukuran 3-4 cm. Pencacahan dilakukan untuk mempercepat proses

pembusukan karena pencampuran dengan bahan baku yang lain

seperti kotoran ternak dan bioaktivator menjadi rata sehingga

mikroorganisme akan bekerja secara efektif dalam proses

fermentasi.

IV. KESIMPULAN Kegiatan Pengembangan Teknologi Partisipatif salah satunya dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan pemberdayaaan masyarakat yang merupakan suatu usaha awal untuk membangkitkan kesadaran masyarakat, membuka wawasan, mengubah cara berpikir masyarakat dan mengembangkan potensi yang ada dalam masyarakat. Dari Topik tentang permasalahan sampah di yakini bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dikembalikan kepada masyarakat yang bersangkutan untuk menyadari keberadaan lingkungannya, melihat permasalahan sampah yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya, dan akhirnya memutuskan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki permasalahan sampah yang ada. Pemerintah dan lembaga masyarakat yang ada dapat menjadi promoter atau pendamping agar masyarakat dapat dibantu dalam usaha mempersiapkan pemberdayaan ini, namun tidak menutup kemungkinan bahwa inisiatif kegiatan pemberdayaan masyarakat datang dari keinginan masyarakat sendiri yang menginginkan suatu perubahan yang positif dalam kehidupannya sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri.

V. Daftar Pustaka

1. Ainur Rahman dkk. Politik, Partisipasi dan Demokrasi dalam Pembangunan. Malang,

Averroes Press, 2009

Page 21: I. PENDAHULUAN - dlhk.bantenprov.go.id filepemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan bentuk kebijakan dengan. semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

2. HAW. Widjaja. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta, RajaGrafindo Persada,

2002

3. Anonim, Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

4. Anonim, Undang – Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

5. Suwerda, Bambang 2012, Bank Sampah, Kajian Teori dan Penerapan, Pustaka

Rihama, Yogyakarta

6. Margaretha, rita 2014, Materi Daur Ulang Sampah Plastik, JPSM, Merti

7. http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/17/partisipasi-masyarakat-hanyalah-

mimpi-373788.html

8. http://nissa2601.blogspot.com/2011/05/partisipasi-masyarakat-dalam-

pelaksaan.html