bab i pendahuluan a. dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/laporan... · 2020. 7....

69
1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. 3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 34 Tahun 2016 Tanggal 24 Agustus 2016. tentang Rincian Tugas Balai Konservasi Borobudur 4. Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Borobudur Nomor : 184/E12/HK/2017 tentang Tim pelaksana kajian Balai Konservasi Borobudur Tahun 2017 5. DIPA Balai Konservasi Peninggalan Borobudur tahun 2017 B. Latar Belakang Negara Indonesia kaya akan sumberdaya alam maupun sumberdaya budaya yang bisa digunakan untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Kekayaan sumber daya budaya dapat berupa fisik maupun non fisik. Salah satu kekayaan tersebut adalah sumberdaya arkeologi/ peninggalan purbakala (cagar budaya) yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010, pengertian cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan. pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan (Anomin, 2010). Propinsi Bali merupakan salah satu propinsi yang memiliiki banyak cagar budaya dari masa kerajaan Bali Kuna yang bercorak agama Hindu dari masa abad VIII – XIV M. Cagar budaya yang ditemukan di Propinsi Bali diantaranya adalah arca, prasasti, bangunan kuna seperti pura, pertirtaan dan sebagainya. Salah satu cagar budaya yang memiliki nilai penting yang tinggi adalah Situs Gua Gajah yang terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar. Lokasi Situs Gua Gajah berjarak sekitar 24 Km dari Denpasar. Secara geografis, Situs Gua Gajah terletak pada 8º 20’ 20” Bujur Timur s.d. 8º 51’ 20” Lintang Selatan yang diukur dari meridian Jakarta. Situs Gua Gajah ini terletak di tebing kiri sungai Petanu dengan ketinggian antara 100 meter sampai 400 meter di atas permukaan laut.

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Dasar

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 34 Tahun 2016 Tanggal 24

Agustus 2016. tentang Rincian Tugas Balai Konservasi Borobudur

4. Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Borobudur Nomor : 184/E12/HK/2017

tentang Tim pelaksana kajian Balai Konservasi Borobudur Tahun 2017

5. DIPA Balai Konservasi Peninggalan Borobudur tahun 2017

B. Latar Belakang

Negara Indonesia kaya akan sumberdaya alam maupun sumberdaya budaya yang bisa

digunakan untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Kekayaan sumber daya budaya dapat

berupa fisik maupun non fisik. Salah satu kekayaan tersebut adalah sumberdaya arkeologi/

peninggalan purbakala (cagar budaya) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010, pengertian cagar budaya adalah warisan

budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur

cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang

perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan.

pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan (Anomin, 2010).

Propinsi Bali merupakan salah satu propinsi yang memiliiki banyak cagar budaya dari

masa kerajaan Bali Kuna yang bercorak agama Hindu dari masa abad VIII – XIV M. Cagar

budaya yang ditemukan di Propinsi Bali diantaranya adalah arca, prasasti, bangunan kuna

seperti pura, pertirtaan dan sebagainya. Salah satu cagar budaya yang memiliki nilai penting

yang tinggi adalah Situs Gua Gajah yang terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu,

Kabupaten Gianyar. Lokasi Situs Gua Gajah berjarak sekitar 24 Km dari Denpasar.

Secara geografis, Situs Gua Gajah terletak pada 8º 20’ 20” Bujur Timur s.d. 8º 51’ 20”

Lintang Selatan yang diukur dari meridian Jakarta. Situs Gua Gajah ini terletak di tebing kiri

sungai Petanu dengan ketinggian antara 100 meter sampai 400 meter di atas permukaan laut.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

2

Situs ini membelah daerah perbukitan yang mendominasi keadaan alam sekitarnya, di sebelah

selatan sungai Petanu dan cabangnya, di sebalah timur dan barat perbukitan dan di utara

adalah jalan raya. Suhu udara di situs ini berkisar antara 25º C sampai 30º C dengan curah

hujan rata-rata tiap tahun mencapai 3.500 mm (Suantra dan Muliarsa, 2006).

Pura Gua Gajah ditemukan pertama pada tahun 1923 dan khusus bangunan kolam

ditemukan pada tahun 1954 yang sudah pernah dipugar pada tahun 1975/1976 sampai dengan

1997/1998. Pemugaran saat itu meliputi kegiatan penggalian dan penyelamatan di sekitar

kolam petirtaan. Hasil penggalian antara lain menemukan struktur batu padas yang menempel

pada dinding sisi barat Pura Gua Gajah. Struktur susunan batu padas tersebut kemudian di

bongkar dan dipasang kembali dengan perkuatan struktur beton. Penanganan rekahan dinding

dan langit-langit gua yang pecah diberi isian diberi isian berupa campuran pasir dan semen

pada tempat-tempat tertentu serta diberi nomor untuk memudahkan dalam pengamatan

selanjutnya. Pada tahun 2000 tim dari Balai Studi dan Konservasi Borobudur melakukan Studi

teknis pada situs tersebut (Susilo, dkk, 2000).

Berdasarkan laporan Susilo, dkk (2000) yang melakukan studi teknis, dapat diketahui

bahwa Situs Gua Gajah terletak di daerah yang lebih rendah sehingga mempunyai kelembaban

yang relatif lebih tinggi, dengan curah hujan yang cukup tinggi, yang mana kondisi ini memicu

pertumbuhan jasad baik berupa lumut, algae dan lichen akan tumbuh subur. Selain itu kondisi

struktur batu Gua Gajah yang merupakan proses sedimentasi, seperti telah diketahui bahwa

struktur batuan sedimen rentan terhadap proses pelapukan, oleh karena sebagian besar batuan

yang ada di pura Gua Gajah telah mengalami pelapukan baik secara fisis, khemis dan biologis.

Gua Gajah merupakan gua buatan yang dibangun kedalam lapisan batuan tufa pasiran

dan pasir tufaan. Lapisan batuan merupakan lapisan yang massif dan merupakan blok-blok

batuan yang pada umumnya merupakan bidang kontak antara blok batuan yang merupakan

bagian terlemah dan terisi oleh butiran-butiran halus yang sifatnya lepas. Selain itu pengaruh

aliran rembesan sering muncul melalui bidang kontak ini, yang mengakibatkan kedudukan

batuan batuan menjadi goyah dan memungkinkan lepas dari kedudukan semula (Susilo, dkk,

2000).

Lokasi Gua Gajah berada di dekat jalan raya Ubud dan Gianyar. Kondisi lalu lintas

sangat padat dengan banyak kendaraan yang lewat baik berupa kendaraan pribadi maupun

kendaraan trailer dan umumnya dengan kecepatan tingggi. Kondisi ini menyebabkan adanya

getaran yang ditimbulkan dan dapat dirasakan di dalam gua. Getaran yang terjadi akibat lalu

lintas akan memberikan pengaruh terhadap stabilitas batuan yang ada, terutama lepasnya

batuan berbentuk bongkah-bongkah melalui bidang kontak bongkah-bongkah batu tersebut.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

3

Selain itu, pengaruh pepohonan yang di di tanam di sekitar lingkungan Gua Gajah

mempengaruh kestabilan gua, terutama akar-akar pepohonan yang mampu menembus

retakan/celah yang merupakan bidang kontak bongkah batuan yang dapat berakibat

meregangkan bidang kontak tersebut. Di samping hal-hal di atas, banyaknya kios-kios souvenir

dan beban lapangan pakir kendaraan secara tidak langsung menambah Ketidakstabilan lereng

gua (Susilo, dkk, 2000).

Kondisi Gua Gajah saat ini, jalan raya telah dipindahkan agak jauh dari Gua Gajah,

namun pengaruh pepohonan masih mempengaruhi kestablian gua. Susila dan Tenaya (2016)

mengatakan bahwa pemanfatan Situs Gua Gajah sebagai objek wisata juga memberikan

dampak negatif bagi situs tersebut. Dampak negatif yang ditimbulkan terjadi degradasi material

yang terlihat sangat jelas pada beberapa material situs cagar budaya Gua Gajah yaitu pada

pintu masuk gua dan pada material undak-undak pertirtaan. Pada lantai lorong gua terjadi

penumpukan lapisan tanah disebabkan oleh partikel-partikel tanah pada alas kaki baik sandal

maupun sepatu yang dipakai masuk ke dalam gua oleh pengunjung. Pada undakan pintu

masuk gua terjadi pengikisan material bary padas yang juga disebabkan oleh lalu lalang atau

keluar masuk pengunjung ke dalam / ke luar gua membawa alas kaki. Pada undakan pintu

masuk petirtaan pada bagian barat dan selatan juga terjadi pengikisan materail struktur undak

disebabkan oleh keluar masuk pengunjung membawa alas kaki.

Berdasarkan informasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, kondisi Gua Gajah

sekarang sangat memprihatinkan, selain pertumbuhan jasad seperti jamur, algae dan lichen

yang makin bertambah, juga terjadi retakan di beberapa bagian gua. Selain itu juga terjadi

penurunan lantai dalam gua. Melihat kondisi tersebut diperlukan kajian yang menyeluruh untuk

mengetahui dan mengidentifikasi kerusakan dan pelapukan yang terjadi dan solusi

penanganannya yang akan menjadi fokus pada kajian ini.

C. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka permasalahan yang muncul pada

kajian ini adalah :

1. Jenis-jenis kerusakan dan pelapukan apa saja yang terjadi pada Situs Gua Gajah dan

apa penyebabnya ?

2. Bagaimana solusi penanganan konservasi terhadap kerusakan dan pelapukan yang

terjadi pada Situs Gua Gajah ?

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

4

D. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang diajukan, maka penelitian ini

bertujuan :

1. Mengidentifikasi kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada Situs Gua Gajah

2. Mengidentifikasi penyebab dari kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada Situs Gua

Gajah

3. Mencari solusi penanganan untuk konservasi Gua Gajah.

E. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah :

1. Mengetahui jenis kerusakan dan pelapukan yang terjadi di Situs Gua Gajah serta faktor

penyebabnya

2. Memperoleh rencana penanganan konservasi pada Situs Gua Gajah

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian ini difokuskan pada studi konservasi pada Komlpek Pura Gajah

yang terdiri Gua Gajah dan Petirtaan. Fokus kajian lebih pada kerusakan dan pelapukan yang

terjadi serta solusi penanganannya. Penetapan fokus penelitian diperlukan agar pengkajian

terhadap permasalahan yang telah dirumuskan dapat tercapai sesuai dengan tujuan penelitian

(Muhadjir, 2002 : 148).

G. Metodologi1. Metode penelitian

Untuk membantu dalam penelitian menggunakan metode Induktif kualitatif. Metode ini

bertolak dari data yang ada dilapangan yang kemudian akan dirumuskan menjadi model,

konsep, teori, prinsip, proposi, atau definisi yang bersifat umum. Induksi adalah proses dimana

peneliti mengumpulkan data dan kemudian mengembangkan suatu teori dari data tersebut,

yang sering juga disebut grounded theory (Lawrence R. Frey, dalam Mulyana, 2006 : 156-157).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

5

2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah

- XRF

- Thermodiff

- Portimeter

- Data loger

- Patridisk

- Skavel

- Beker gelas dan stik untuk mengukur penguapan

- Ph meter stik

- Dan lain-lain

Bahan yang digunakan adalah

- Asam Khlorida

- Kaliun Natrium Carbonate

- Tritilpek III

- Aquadest

- Alkohol

- Dan lain-lain

3. Analisis LaboratoriumUntuk mengetahui kandungan unsur pada sampel yang berasal dari Situs Gua Gajah

dilakukan analisis unsur dan analisis petrografi untuk mengetahui kondisi batuan di Situs

Gua Gajah. Analisis dilakukan di Laboratorium Balai Konservasi Borobudur.

4. Tahapan PenelitianSehubungan dengan tujuan kajian ini, maka kajian dilakukan melalui tahapan-tahapan

yang meliputi :

a. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini, untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan kajian, maka

pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

6

1). Studi Pustaka

Pada tahap ini dilakukaan penelahan pustaka yang berhubungan dengan topik yang

dibahas dan dapat digunakan untuk pembahasan topik yang dibicarakan atau sebagai

bahan acuan. Pustaka yang ditelaah meliputi kerusakan dan pelapukan pada cagar

budaya khususnya Situs Gua Gajah dan data tentang konservasi dan arkeologi yang

mendukung kajian.

2). Pengumpulan data lapangan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data ke lapangan yaitu ke Situs Gua Gajah di

Kabupaten Gianyar, untuk memperoleh data-data tentang kondisi keterawatan Gua

Gajah. Selain itu juga diambil data mengenai kondisi lingkungan gua dan pengambilan

sampel untuk dilakukan analisis di laboatorium.

3). Pengujian di laboratorium

Pada kajian akan dilakukan pengujian laboratorium berupa analis unsur dan analisis

petrografi untuk mengetahui data sampel yang dibawa yang dapat menggambarkan

kondisi Gua Gajah yang dikaji. Selain itu juga dilakukan percobaan-percobaan lainnya

untuk mendapatkan data yang akurat.

b. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini, dilakukan pengolahan data hasil pengumpulan data lapangan dan data

hasil analisis di laboratorium serta data pustaka untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Hasil pengolahan data ini diharapkan akan menghasilkan kesimpulan sementara sesuai

denga tujuan kajian.

c. Tahap Penafsiran DataBerbeda dengan dua tahap sebelumnya, maka pada tahap ketiga akan dicoba untuk

dianalis lebih lanjut hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Hasil analisis ini kemudian

akan ditafsirkan lebih lanjut untuk menjawab permasalahan yang ada. Pada tahap ketiga ini

diharapkan diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kesimpulan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

7

yang diambil tentu saja masih bersifat sementara, dan masih tetap diperlukan penelitian

lebih lanjut serta lebih menyeluruh.

5. Kerangka Pemikiran (Bagan Alur)Agar Kajian ini lebih terarah, maka berikut ini alur pemikiran penulis kembangkan

sebagai berikut :

BAB II

Interpretasi

Rekomendasi

Studi Pustaka

Penyusunan Proposalkajian

Analisis

Pengolahan data

Kondisi keterawatan situsPengujian laboratoriumterhadap sampel yangdibawa dari lapangan

Pengumpulan datalapangan

Pustaka

Kesimpulan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Geologi Regional

Kondisi geologi regional Pulau Bali dimulai dengan adanya proses di lautan selama kala

Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu

gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian

membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi

pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah pengendapan

itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang

menyebabkan berbagai bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini

terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang lebih muda.

Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan yang kemudian

menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebagian muncul ke atas permukaan laut. Sementara

ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir

Pliosen terangkat dan tersesarkan.

Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari

barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan

dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan

pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan

Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris. Bagian

selatan lebih landai dari bagian utara. Stratigrafi regional Pulau Bali berdasarkan Peta Geologi

Bali tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.

Menurut Purbo Hadiwidjojo, (1974) dan Sandberg, (1909) dalam Samuhan, dkk (2015),

secara geologi, Pulau Bali masih muda, batuan tertua berumur Miosen. Secara garis besar

batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu :

1. Formasi Ulakan

Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari setumpuk

batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan. Nama

formasi Ulakan diambil dari nama kampung Ulakan yang terdapat di tengah sebaran formasi itu.

Bagian atas formas ulakan adalah formasi Sorga terdiri dari tuf, napal dan batu pasir.

Singkapan yang cukup luas terdapat dibagaian tengah daerah aliran sungai Sorga. Disini

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

9

batuan umumnya miring kearah selatan atau sedikit menenggara (170-190°) dengan kemiringan

lereng hingga cukup curam (20-50°).

2. Formasi Selatan

Formasi ini menempati semenanjung selatan. Batuannya sebagian besar berupa

batugamping keras. Menurut Kadar, (1972) dalam Samuhan, dkk (2015) tebalnya berkisar 600

meter, dan kemiringan menuju keselatan antara 7-10°. Kandungan fosil yang terdiri dari

Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp, menunjukan berumur Miosen. Selain

di semananjung selatan, formasi ini juga menempati Pulau Nusa Penida.

3. Formasi Batuan Gunungapi Pulaki

Kelompok batuan ini berumur Pliosen, merupakan kelompok batuan beku yang umumnya

bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya terbatas di dekat Pulaki. Meskipun

dipastikan berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak lagi dapat dikenali. Di daerah ini

terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat-timur, setidaknya sebagian dapat dihubungkan

dengan persesaran. Mata air panas yang terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan

dengan jalur datar di utara, dapat dianggap sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme,

dengan panas mencapai 47° C dan bau belerang agak keras.

4. Formasi Prapat Agung

Kelompok batuan ini berumur Pliosen, menempati daerah Prapat Agung di ujung barat

Pulau Bali. Selain batugamping dalam formasi ini terdapat pula batu pasir gampingan dan

napal.

5. Formasi Asah

Kelompok batuan ini berumur Pliosen menyebar dari barat daya Seririt ke timur hingga di

barat daya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari breksi yang berkomponen

kepingan batuan bersifat basal, lava dan obsidian. Batuan ini umumnya keras karena

perekatnya biasanya gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang kerapkali menunjukkan

rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umunya berbutir halus. Kerap kali

nampak struktur bantal yang menunjukan suasana pengendapan laut.

6. Formasi batuan gunungapi kuarter bawah

Formasi batuan kuarter bawah di Bali didominasi oleh batuan berasal dari kegiatan

gunung api. Berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali

ditempati batuan yang terdiri dari lava, breksi dan tuf. Semua batuan volkanik tersebut

dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Umur formasi ini adalah kuarter bawah

dan seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan. Pada daerah Candikusuma sampai

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

10

Melaya terdapat banyak bukit rendah yang merupakan terumbu terbentuk pada alas

konglomerat yang membentuk formasi Palasari.

7. Formasi batuan gunungapi kuarter

Proses vulkanis pada kuarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut gunungapi

yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan batuan tuf dan

endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur, batuan gunungapi Gunung Batur, batuan gunungapi

Gunung Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan batuan gunungapi

dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang dan Gunung Lesung. Hanya

dua gunungapi yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam Kaldera

Batur.

Tabel 2.1. Stratigrafi Regional Pulau Bali yang mengacu pada Peta Geologi Lembar Bali

(Purbo Hadiwidjojo,1998)

Umur Geologi Formasi

Kuarter Endapan aluvium terutama di sepanjang pantai, tepi Danau Buyan, Bratan,

dan Batur

Batuan gunung api dari krucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang,

Gunung Lesung

Lava dari Gunung Pawon

Batuan dari gunung api Gunung Batukaru

Batuan gunung api Gunung Agung

Batuan gunung api Gunung Batur

Tuf dan endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur

Kuarter Bawah Formasi Palasari: konglomerat, batu pasir, batu gamping terumbu

Batuan gunung api Gunung Sraya

Batuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan Batur Purba

Batuan gunung api Jembrana: lava, breksi, dan tuf dari Gunung Klatakan,

Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan batuan yang tergabung

Pliosen Formasi Asah: lava, breksi, tuf batuapung, dengan isian rekahan bersifat

gampingan

Formasi Prapat Agung: batu gamping, batu pasir gampingan, napal

Batuan gunung api Pulaki: lava dan breksi

Miosen- Formasi Selatan: terutama batu gamping

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

11

Pliosen

Miosen

Tengah-Atas

Formasi Sorga: tuf, napal, batu pasir

Miosen

Bawah-Atas

Formasi Ulukan: breksi gunung api, lava, tuf dengan sisipan batuan

gampingan

Peta 2.1. Peta Geologi Kabupaten Gianyar yang diadopsi dari Peta Geologi Lembar Pulau Bali(Pemerintah Kabupaten Gianyar, 2015)

Dari peta geologi diatas terlihat bahwa wilayah Kabupaten Gianyar tersusun oleh batuan

gunungapi Buyan-Bratan dan Batur dengan batuan penyusun berupa tuf dan endapan lahar

yang terbentuk pada zaman kuarter. Karena itu batuan penyusun wilayah Kabupaten Gianyar

masih tergolong muda dan secara umum belum mengalami litifikasi (pembatuan) sehingga

yang banyak ditemui adalah endapan-endapan yang mulai memadat tetapi belum mengalami

pembatuan. Endapan tanah yang memadat dan belum mengalami pembatuan inilah yang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

12

menjadikannya lebih mudah untuk dibentuk menjadi gua-gua buatan karena kekerasan tanah

masih rendah (lunak). Akan tetapi gua-gua ini akan lebih mudah mengalami kerusakan dan

pelapukan karena endapan tanah yang belum mengalami pembatuan akan memiliki porositas

yang lebih besar dan densitas yang lebih kecil dibandingkan endapan yang sudah mengalami

pembatuan. Kondisi ini akan mempercepat kerusakan dan pelapukan karena faktor mekanis,

fisis, khemis dan biologis.

2,2. GeosintetikIstilah geosintetik diambil dari kata “geo” yang berarti bumi dan “sintetik” yang berarti suatu

bahan buatan. Geosentetik adalah produk buatan pabrik dari bahan polymer yang digunakan

dalam sistem atau struktur yang berhubungan dengan tanah, batuan atau bahan rekayasa

geoteknik lainnya. Macam-macam geoseintetik yang telah banyak digunakan dalam rekayasa

yaitu :

1. Geotekstil

2. Geomenbran

3. Geogrid

4. Geokomposit

5. Geonet

6. Geosyententhetic

7. Dan lain-lain

Hubungan antara fungsi dan jenis geosintetik diperlihatkan pada diagram di bawah ini:

Diagram 2.1. Fungsi utama dari berbagai macam geosintetik(Fluet, 1988 dalam Hardiyatmo, 2013)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

13

Meterial yang digunakan untuk geosintetik, terutama berasal dari industry plastic, yaitu polymer,

walaupun kadang-kadang karet, fiberglas, dan material yang lain juga digunakan (Hardiyatmo,

2013). Di pasaran, geosentetik tersedia dalam berbagai bentuk geometeri dan komposisi

polymer yang berbeda untuk memenuhu kebutuhan yang sangat banyak. Semua geotekstil

umumnya dibuat dari bahan yang kuat , awet, yang bahan dasarnya tahan terhadap reaksi

kimia, pengaruh cuaca dan proses penuaan. Dalam penggunaan yang permanen, kinerja

jangka panjang struktur tergantung pada keawetan atau daya tahan geosintetik. Bergantung

pada penerapannya, Geosintetik dapat mempunyai spesifikasi khusus, seperti katahanan

terhadap rayapan (creep), temperatur atau sinar ultra violet. Keseluruhan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja geosintetik harus dipertimbangkan dalam perancangan guna pemilihan

tipenya (Hardiyatmo, 2013).

Geosintetik umumnya diidentifikasikan dengan (Ho;tz et, al, 1998 dalam Hardiyatmo, 2013) :

1. Polymer sebagai istilah deskriptif, contohnya kerapatan tinggi (high density) atau kerapatan

rendah (low density)

2. Tipe elemennya, jika cocok (contohnya filament, benang, helaian, rusuk, rusuk terselimut).

3. Perbedaan proses pembuatan (contohnya anyam, nir-anyam, nir-anyam ikat panas,

lembaran halus/kasar dan lain-lain)

4. Tipe utama geosintetik (yaitu geotekstil, geogrid, geomembran dan lain-lain)

5. Masa persatuan luas (contohnya untuk geotekstil, geogrid, geosynthentic clay liner,

pelindung erosi) dan/atau tebal (contohnya untuk tipr geomembran).

6. Sembarang informasi lain atau sifat fisik yang dibutuhkan untuk menggambarkan material

dengan aplikasi khusus. Sebagai contoh, geo tekstil nir-anyam polypropylene serabut

filament needle punched, 350 g/m², geonet polyerhylene, 440 g/m² dengan lubang 8 mm,

geogrid biaksial extruded polypropylene, dengan lubang bukaan 25 x25 mm² dan

sebagainya.

Terkait dengan konservasi Gua Gajah, maka perlu upaya untuk melindungi struktur gua dari

infiltrasi air hujan dan kelembaban udara dari lantai dasar gua. Oleh karena itu, jenis geosintetik

yang dipertimbangkan upaya konservasi tersebut adalah yang memiliki kemampuan transmisi,

filtrasi dan isolasi. Dalam hal ini, tipe geosintetik yang dipilih adalah geokomposit dan

geomembran. Karena bahan geokomposit sendiri dapat berupacampuran dari dua macam jenis

geosintetik, maka penjelasan mengenai jenis geosintetk lain sebagai komponennya akan

disertakan pada bagian berikut.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

14

2.2.1. GeotekstilJenis bahan geosintetik yang banyak digunakan adalah geotekstil. Bahan tekstil bersifat

lolos air ini dibuat di pabrik dari bahan-bahan sintetis , seperti: nylon, polyethilane, polyester,

polypropylene, polyvinyl chloride dan kombinasi daari bahan tersebut. Berdasarkan teksturnya,

geotekstil dapat dibedakan menjadi tipe anyam (woven) dan ni-anyam (non-woven)

Secara umum, geotekstil dapat terdegradasi oleh sinar ultraviolet, sehingga beberapa usaha

dilakukan untuk menaikkan ketahanan bahan geotekstil terhadap ultraviolet salah satunya

dengan mengolah bahan polymer dengan ramuan khusus.

Salah satu fungsi geotekstil adalah sebagai filter. Kemampuan filtrasi terkait dengan aplikasi

geotekstil pada sistem drainase. Dalam hal ini, geotekstil berfungsi untuk menyaring butiran

halus tanah tidak terangkut aliran rembesan yang dapat menyumbat saluran/ pipa drainase

(Hardiyatmo, 2013)

2.2.2. Geomembran

Geomembran adalah suatu material dari karet atau plastic yang kedap air, dan

digunakan terutama untuk pelindung dasar atau tebing pembatas struktur penampung cairan

atau air. Pada prinsipnya geomembran berfungsi sebagai penghalang atau pencegah aliran

kelembaban atau cairan. Sebagai contoh, geomembran dipakai untuk pelindung kolam

Foto 2.1. Tipe Geotekstil

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

15

penampung untuk tempat pembuangan sampah, sehingga air kotor tidak meresap ke dalam di

sekitarnya (Hardiyatmo, 2013).

Geomembran berasal dari bahan mentah yang termasuk resin polymernya sendiri.

Beberapa bahan tambah seperti anti oksida, plastiser, pengisi, karbon hitam dan pelumas,

digunakan sebagai pembantu pemrosesan. Material mentah ini lalu diproses menjadi lembaran

geomembran dengan berbagai macam lebar dan tebalnya (Hardiyatmo, 2013).

Geomembran dapat digunakan untuk melindungi tanah dari pencemaran air kotor atau

limbah dari pembuangan sampah. Untuk perlindungan terhadapnya sobeknya geomembran,

maka geotekstil dapat digunakan untuk menggantikan fungsi lapisan pasir pelindung yang

biasanya digunakan untuk bangunan ini (Hardiyatmo, 2013).

Geotekstil dapat diletakkan pada satu atau dua sisi (atas dan bawah) dari geomembran

(line synthetic) untuk melindungi membran dari tegangan berlebihan yang terjadi saat

pemasangan dan tegangan-tegangan berlebihan yang terjadi pada saat pemasangan dan

tegangan-tegangan berlebihan yang terjadi di kemudian hari. Untuk perlindungan geomembran

dari akibat tegangan yang berlebihan ini dapat digunakan geotekstil yang beratnya dari

sedang sampai berat, Dalam kasus ini geotekstil melindungi geomembram dengan aksinya

sebagai bantalan. Geotekstil memperkecil kemungkinan robek atau tercoblosnya geomembran

Foto 2.2 Bentuk geomembran (sumber :Hardiyatmo, 2013)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

16

dari dari materi tajam dan kerusakan akibat aksi peralatan saat pelaksanaan pekerjaan

(Hardiyatmo, 2013).

Geomembram telah digunakan untuk menangani masalah yang terkait dengan

lingkungan, hidrolik, transportasi, geoteknik, perumahan dan lain-lain (Hardiyatmo, 2013).

Geomembran dapat diaplikasikan pada :

1. Geomembrane dapat menjadi lapisan kedap untuk memisahkan material padat maupun

cairan yang berupa limbah maupun bukan limbah dengan sifatnya yang kedap membuat

tanah dasar dibawahnya tetap terjaga, tidak tercemari.

2. Pada konstruksi jalan, Geomembrane dapat digunakan untuk lapisan tanah dasar yang berair

(memiliki mata air) yang sulit kering. Geomembrane berfungsi sebagai separator dan juga

lapis kedap sehingga timbunan tanah bagus / timbunan perkerasan diatasnya menjadi

terjaga dan tidak terganggu dari air maupun tanah lunak yang mendesak ke atas.

3. Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dan limbah, geomembrane sebagai lapis

kedap menjaga tanah tetap asli tidak tercemar.

4. Pada Kolam, Tambak Ikan/Udang dll, pemasangan geomembrane lebih cepat bila

dibandingkan pemasangan beton maupun batu kali. Sebagai lapis kedap geomembrane juga

mencegah pencemaran, baik dari air kolam terhadap tanah maupun sebaliknya.

5. Pada lapangan golf, geomembrane dapat diaplikasikan pada kolam / danau buatan, sifat

geomembrane yang kedap membuat air tidak terbuang infiltrasi / rembes ke tanah.

6. Pada stock pile batu bara dan bahan tambang lainnya.

7. Pada kolam “heap leach” pada tambang emas.

8. Pada kolam air taman rekreasi. (https://distributorgeotextile2016.wordpress.com).

Gambar 2.1. Penempatan geotekstil untuk perlindungan geomenbram (sumber :Hardiyatmo, 2013)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

17

2.2.3. GeokompositGeokomposit adalah material yang merupakan gabungan dari dua atau lebih jenis

material geosintetik, misalkan geotekstil dan geogrid, geotekstil dan geomembran, atau

gabungan dari material yang lain. Tujuan dibuatnya material geokomposit adalah untuk maksud

tertentu yang memerlukan fungsi masing-masing material secara bersamaan. Misalnya, apabila

geotekstil dilekatkan pada geomembran, maka hal ini untuk melindungi geomembran dari gaya

tusukan, sobekan dan menambah kekuatan tariknya. Terkait dengan fungsinya sebagai

drainase, geokomposit dapat pula berupa kombinasi antara geotekstil yang berfungsi sebagai

filter dan suatu geosintetik khusus yang berfungsi sebagai drainase (Hardiyatmo, 2013)/ Contoh

dari jenis ini adalah geosintetik Delta.

Foto 2.4. Geosintetik komposit (a) Delta dari Tetrasa Geosinindo (b)Mirafi G-series dari Tencate

Foto 2.3. Aplikasi geomembran sebagai lapisan kedap pada dasar

kolam penampungan air

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

18

2.3. Tinjauan Tentang Konservasi Arkeologi

Pemahaman tentang konservasi pada mulanya berhubungan dengan penggunaan atau

pemanfaatan tanah dan air, tanaman, binatang, dan mineral. Dalam hal ini konservasi

dimaksudkan sebagai usaha di dalam memanfaatkan tanah dan sumber-sumber alam secara

bijaksana, agar tanah dan sumber-sumber alam tersebut dapat terpelihara secara baik dan

terlindungi sehingga dapat dimanfaatkan lebih lama. Ide mengenai konservasi ini timbul

karena adanya kesadaran bahwa tanah dan sumber-sumber alam di setiap area memiliki

ketahanan yang terbatas, sedangkan tanah dan sumber-sumber alam tersebut merupakan

modal dasar bagi kehidupan manusia. Dari titik pandang inilah ide konservasi kemudian

berkembang menjadi suatu usaha yang ditujukan pada pemeliharaan tanah, hutan,

margasatwa dan situs-situs arkeologi, dan sejarah (Subroto, 1995).

Dalam konsepsi arkeologis, konservasi adalah pengelolaan dan pemeliharaan benda

cagar budaya agar dapat dimanfaatkan lebih lama dengan tetap mempertahankan makna

kulturalnya. Kegiatan konservasi di bidang ini meliputi; pemeliharaan berkesinambungan

(maintenance), pengawetan objek tanpa melakukan perubahan (preservation), mengembalikan

objek pada keadaan sebenarnya tanpa menggunakan bahan baru (restoration), mengembalikan

objek pada keadaan mendekati aslinya dengan bukti bukti yang ada baik bukti fisik maupun

bukti tertulis (reconstruction), dan memodifikasi objek sesuai dengan penggunaannya

(adaptation) (Taufik, 2005).

Konservasi arkeologi adalah upaya pelestarian benda arkeologi. Oleh karena itu

merupakan prinsip bahwa konservasi harus berdasarkan kaidah-kaidah arkeologi serta budaya

yang melatarbelakanginya. Prinsip ini secara filosofi menjiwai konservasi arkeologi untuk tetap

melestarikan keaslian benda serta nilai yang dikandungnya. Dari segi operasional, konservasi

arkeologi harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. Konservasi tidak cukup hanya

dilakukan dengan pendekatan atau gejala (simptomatik), tetapi harus dilakukan dengan

pendekatan sistemik atas problema yang ada, yang mencakup faktor penyebab, proses

keruskan dan pelapukan yang berlangsung, serta akibatnya. Untuk itu diperlukan suatu pola

pikir untuk memahami permasalahan yang ada, sehingga diperoleh metode konservasi yang

konprehensif dan dapat dipertanggungjawaban secara ilmiah. Prinsip dan pola pikir tersebut

harus dipergunakan sebagai landasan atau arahan dalam menjabarkan metode konservasi

yang tepat guna untuk mencegah dan menanggulangi permasalahan yang ada tanpa

menyimpang dari kaidah-kaidah arkeologi dan budaya (Samidi, 1996/1997)

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

19

Untuk memahami permasalahan kerusakan dan pelapukan benda arkeologi, yang

meliputi interaksi faktor penyebab, mekanisme proses, serta gejala yang timbul atau hasil

degradasi yang diakibatkannya, dapat ditelusuri secara sistematik. Piero Sampaolesi telah

memperkenalkan faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan dan pelapukan benda arkeologi,

yang mencakup faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor kelemahan bawaan

yang menyatu di dalam benda arkeologi, yakni bahan, sistem bangunan (desain dan teknologi),

tanah dasar, lokasi geotopografis dan iklim setempat. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor

lingkungan yang mencakup flora, fauna, ulah manusia dan bencana alam. Faktor-faktor

tersebut berinteraksi satu sama lain yang dapat mengakibatkan terjadinya proses kerusakan

dan pelapukan, yang dalam hal ini resistensi benda arkeologi sangat tergantung dari faktor

intrinsik yang terkandung di dalamnya. Proses degradasi dapat berupa proses mekanis fisik,

kimiawi, biologis atau komplikasi di antara mereka. Metode konservasi yang merupakan muara

dari penanganan permasalahan yang ada, harus ditetapkan secara diagnostik (Samidi, 1997).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

20

BAB IIIGAMBARAN UMUM DAN NILAI PENTING SITUS GUA GAJAH

a. Latar Belakang Sejarah

Keberadaan Situs Gua Gajah didasarkan pada bukti-bukti tertulis dari masa

pemerintahsn kerajaan Bali Kuna pada rentang waktu abad IX – XIII Masehi. Di dalam sumber-

sumber tersebut, Gua Gajah di sebutkan dengan beberapa istilah antara lain Lwa Gajah, Er

Gajah dan Antakujarapada (Susila dan Tenaya, 2016).

Berdasarkan prasasti yang dikeluarkan oleh Paduka Haji Cri Dharmawangsawardhana

Marakatapangkajasthanottunggadewa (1022 M), Raja Anak Wungsu (1053 M, 1071 M), Paduka

Bhatara Cri Mahaguru (1324 yam sang Boddadyaksa. Hal itu Negerakertagama (1365 M)

disebutkan Lwa Gajah. Lwa Gajah juga kadang-kadang dikaitkan dengan tempat suci ini.

Nama tersebut tersurat dalam Lontar Negerakertagama 14.3b dan 79.3c (Pigeaud, 1960, 11

dan 61 dalam Susila dan Tenaya, 2016). Di dalam lontar itu, disebutkan bahwa desa yang

berdekatan dengan Lwa Gajah adalah Desa Badahulu. Desa tersebut disamakan dengan Desa

Bedulu sekarang. Selain itu disebutkan juga bahwa di Lwa Gajah bersemayam Sang

Boddadyaksa. Hal ini karena dihubungkan dengan adanya arca Buddha di kompleks ini.

Nama Er Gajah diperkirakan merupakan nama Situs Gua Gajah pada masa lalu. Nama itu

tercantum dalam prasasti Raja Dharmawangsawardhana Marakatapangkajasthanottunggadewa

dan Prasasti Raja Bhatara Cri Mahaguru tahun 1324 M. Tetapi bila kita perhatikan nama-nama

itu dalam konteksnya, peranan Er Gajah dalam kurun waktu tiga ratus tahun (1022 – 1324) itu

mengalami perubahan. Pada tahun 1022 M dihubungkan dengan pengaturan air di persawahan

(ser) dan pada tahun 1324 M sebagai pendeta siwa (Rajadhyaksa). Dalam kitab

Negarakertagama yang ditulis empat puluh satu tahun sesudah penulisan prasasti tersebut,

sama sekali tidak menyebut Er Gajah (Kusmiati, dkk, 1982).

Istilah Antakunjarapada disebutkan dalam Pandak Bandung (1071 M) yang menyebutkan

adanya tempat suci bernama Antakunjarapada pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu.

Beberapa ahli menghubungkan nama ini dengan Pura Gua Gajah sekarang “Kunjara” berarti

Gajah. Pada prasasti Dawan (1053 M) Antakunjarapada dinayatakan dengan sebutan

Sanghyangdharma (Kusmiati, dkk, 1982).

Dari aspek fungsi, pada zaman Bali Kuna, Kemungkinan besar Gua Gajah dipergunakan

sebagai tempat melakukan semadhu oleh para raja dan para yogin. Hal tersebut dengan alasan

bahwa kehidupan raja-raja zaman dahulu dapat dibagi menjadi 3 phase yakni pada waktu

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

21

masih muda dinobatkan sebagai raja muda (Ywaraja). Kemudian setelah dipandang cukup

waktunya untuk mengendalikan pemerintahan, maka Ywaraja lalu dinobatkan naik tahta

sepenuhnya menggantikan ayahnya. Raja tua setelah menyerahkan pemerintahan kepada

putranya kemudian mengasingkan diri dari kratonnya menuju tempat pertapaan sebagai

Rajarsi. Di dalam pertapaan itulah beliau tinggal dan bersemedi untuk mencapai ketenangan

jiwanya sebagai persiapan akan pergi kea lam baka (Kusmiati, dkk, 1982).

b. Gambaran Umum Situs Gua Gajah

Situs Gua Gajah terdiri dari dari 2 kompleks yaitu Kompleks Pura Gajah dan Kompleks

Arca Buddha.

1. Kompleks Pura Gajah

Kompleks ini dari 2 bangunan yaitu gua dan kolam petirtaaan. Selain itu ada beberapa

benda cagar budaya lainnya seperti Tri Lingga, arca Ganesa, arca Dwarapala, Arca

Pancuran Ganesa dan fragmen stupa/chatra, prasasti dan beberapa benda cagar budaya

lainnya.

a. Gua Gajah

Gua Gajah dipahatkan pada tonjolan dinding batu padas keras yang curam dan

menjorok ke luar sekitar 5 – 7 meter dari dinding batu tersebut. Tonjolan ini dari depan

seperti berbentuk lengkungan dengan tinggi di bagian tengah 6,75 meter dan lebar

8.50 meter. Permukan sisi depan gua dipenuhi oleh hiasan pahatan yang

menggambarkan daun-daun, batu karang, raksasa, kera dan babi. Tepat di bagian

tengah pahatan menggambarkan isi hutan itu, terdapat mulut gua berukuran lebar 1

meter dengan tinggi 2 meter, agak menjorok keluar dari pahatan hutan tersebut. Mulut

gua diperkirakan dimaksud sebagai mulut raksasa, sebab ambang gua itu terdapat

pahatan muka raksasa yang menyeramkan dengan kedua matanya bulat besar melirik

ke arah kanan, rambut dan alis nampak kasar, hidung besar, serta bibir atas dengan

sederetan gigi tepat berada di atas lubang gua. Tampak pula tangan kanan raksasa

dengan jari-jarinya berukuran sangat besar dan tangannya menempel ke muka,

sehingga terkesan seakan-akan raksasa itu sedang menguak hutan. Dengan melihat

subeng yang menghias telinganya memberi petunjuk raksasa itu berjenis kelamin

wanita (raksasi) dan di Bali lazim diberi nama dengan sebutan rangda (Suantra dan

Muliarsa, 2006).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

22

Gua ini berbentuk huruf T. Panjang lorong masuk ke dalam tebing batu padas 9

meter, lebar lorong 1 meter, dan tinggi 2 meter. Pada dinding timur dari lorong itu tepat

2 meter di atas lantai terdapat 2 baris tulisan. Tulisan di baris atas berbunyi “kumon”

dan di baris bawah “Sahy(w)angsa”. Dari bentuk hurufnya, diduga dari abad ke 11

Masehi (Stutterheim, 1829). Beberapa langkah ke dalam lorong ini melebar sepanjang

4 meter dan pada bagian kanan kirinya terdapat ceruk berukuran panjang 2 meter

dengan kedalaman 1 meter. Semakin ke dalam, lorong ini menyempit sampai ukuran

sekitar 1 meter dan pada dinding ada ceruk berukuran panjang 180 cm dengan

kedalaman 75 cm. Lantai lorong melandai atau menurun ke arah timur / selatan,

mungkin sengaja dibuat demikian dengan maksud air tidak tergenang ke dalam gua.

Melewati jarak 9 meter setelah masuk ke dalam gua, lorongnya bercabang dua, satu

membelok ke timur dan ke barat, sehingga membentuk denah menyerupai huruf T.

Lorong yang membentang barah timur barat itu berukuran panjang 13,5 meter, lebar

2,75 dan tinggi 2 meter. Pada dinding utara dari lorong yang melintang kearah barat

terdapat 7 buah ceruk, salah satu dari 7 buah ceruk itu berhadapan dengan jalan

masuk ke gua dan merupakan ceruk terbesar yang berukuran tinggi 126 cm, dengan

kedalaman 135 cm, serta terletak 70 cm di atas tanah. Di dalamnya terdapat fragmen

arca raksasa dan fragmen arca siwa, Keenam ceruk lainnya dan dua ceruk yang

dipahatkan di sebelah kanan kiri lorong pintu masuk (arah utara selatan) nampak

kosong. Ceruk di ujung timur berisi trilingga dan ceruk ujung barat berisi arca Ganesa

(Suantra, I Made dan Iwan Muliarse, 2006).

Foto 3.1. Gua Gajah

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

23

Gambar 3.1. Denah Gua Gajah

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

24

b. Petirtaan

Petirtaan terletak sekitar 11 meter di sebelah selatan (depan) Gua Gajah. Petirtaan

berada 3 meter di bawah permukaan tanah pelataran pura Gua Gajah dan mendapatkan

air dari sumber air yang terletak 100 meter di sebelah timur gua, Air tersebut dialirkan

melalui saluran di bawah tanah dan memancur ke dalam kolam melalui 6 buah arca

pancuran yang berdiri berjajar pada dinding timur kolam. Petirtaan ini disebut kolam suci /

petirtaan oelh karena arca-arca pancuran itu mempunyai prabhamandala yang merupakan

tanda kedewaam (Suantra, I Made dan Iwan Muliarse, 2006). Peninggalan yang terpenting

yang terdapat di dalam petirtaan yaitu :

1). Enam, buah arca pancuranKeenam arca pancuran ini terdiri dari 2 arca laki-laki dan 4 arca wanita terbuat dari

batu padas keras. Mempunyai ciri bentuk perhiasan sama, demikain pula ukuran dari

masing-masing arca adalah sama dengan tinggi 2.30 meter termasuk lapiknya yang

berukuran 72 x 58 cm. Arca-arca ini dengan sikap berdiri tegak di atas Padmasana

yang sudah dalam keadaan aus. Kedua tangan memegang sesuatu benda berlubang

kecil yang terus menerus menguncurkan air ke dalam kolam. Di belakang arca

terdapat yang lazim di sebut prabamandala. Raut muka tampak tenang, rambut

sebagian di sanggul ke atas dan sebagian lagi menjurai ke pundak, Sanggulnya juga

Foto 3.2. Bagian dalam Gua Gajah

Foto 3.3. Arca Ganesa yangterletak di salah satu ceruk

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

25

berhiaskan pita baik pada arca laki-laki maupun wanita, Telinganya memakai subeng,

lehernya memakai kalung, lengannya berhiaskan kelat bahu dan gelang. Bagian perut

sampai pergelangan kaki ditutupi dengan kain dan ujung kain di wuru menjuntai ke

bawah di antara kedua kakinya. Pada bagian kiri kanan pinggang terdapat sampur

yang berfungsi pula sebagai pengikat kain di atas, Oleh karena terlalu lama terpendam

dalam tanah maka bagian-bagian dari keenam arca pancuran ini nampak sudah

aus/rusak (Suantra dan Muliarsa, 2006)

Keberadaan arca pancuran dikaitkan dengan keberadaan tujuh sungai di tanah Hindu

seperti yang disebutkan dalam kitab weda. Kepercayaan kepada kesucian air

pancuran petirtaan Gua Gajah Gua Gajah dapat dihubungkan dengan isi prasasti

Cempaga C, bahwa di Er Gajah pada masa lampau tinggal seorang empu yang

menjabat sebagai dhyaksa pada masa pemerintahan raja Sri Mahaguru (Susila dan

Tanaya, 2016).

2). Kolam Petirtaan

Kolam petirtaan ini terdiri terdri dari 3 buah dan masing-masing kolam petirtaan

dipisahkan dengan tembok-tembok rendah. Tembok tersebut menggunakan bahan

batu baru. Secara keseluruha kolam petirtaan in memanjang dari utara ke selatan

berukuran 23 meter dan lebar 13 meter dengan kedalaman 3 meter. Kolam selatan

berukuran 8,3 meter x 13 meter, sedangkan kolam yang ada di tengah berukuran lebar

3 meter. Dinding kolam berukuran tinggi 2,05 meter sebagian besar merupakan

pasangan batu baru, sedangkan lantai dasar hampir seluruhnya terdiri dari batu asli.

Foto 3.4. Arca pancuran pada Petirtaan GuaGajah

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

26

Untuk mencapai permukaan air kolam / tepian kolam, di setiap kolam terdapat tangga

untuk naik turun. Tangga kolam selatan terletak di sisi selatan (di sudut barat daya dari

kompleks petirtaan) berukuran lebar 3,05 meter dan jumlah anak tangga 11 buah.

Tangga utara terletak pada sisi barat berukuran lebar 6 meter dengan jumlah anak

tangga 11 buah dan tangga untuk kolam tengah juga terletak pada sisi barat berukuran

2 meter dengan anak tangga berjumlah 13 buah (Suantra dan Muliarsa, 2006).

2. Kompleks Arca Buddha

Kompleks Arca Buddha (kompleks lembah Tukad Pakung) terletak di sebelah tenggara dan

selatan dari kompleks petirtaan. Posisi kompleks ini bertebing agak landai di bagian utara,

curam dan sangat tinggi di sebelah selatan. Pada kompleks ini terdapat tinggalan yang

penting antara lain arca Budha, Fragmen Candi dan terowongan air. Arca Budha yang

terdapat pada kompleks ini berjumlah 2 buah, tetapi yang masih tersisa satu buah,

sedangkan sebuah lagi telah hilang. Arca Budha tanpa kepala dalam sikap tangan dhyana

mudra, Fragmen candi tebing yang dapat dikenali adalah bagian yang berbentuk chattra

berjumlah 2 macam, dan sebuah lagi bercabang tiga, masing cabang memiliki beberapa

payung. Chattra tunggal dengan 13 payung. Terowongan berada pada beberapa puluh

meter berfungsi sebagai saluran air. Pada zaman Bali Kuna, terowongan semacam ini

dibuat oleh orang atau kelompok social yang bernama undagi pengarung (Susila dan

Tanaya, 2016).

Foto 3.5. Kompleks petirtaan Gua Gajah

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

27

c. Nilai Penting Situs Gua Gajah

Nilai Penting pada sumberdaya arkeologi perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa

penting sumberdaya arkeoogi yang ada, yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan

pengelolaan selanjutnya terhadap sumberdaya yang dikenal dengan istilah Manajemen

Sumberdya Budaya (Cultural Resource Management /CRM). Penentuan nilai penting

merupakan langkah awal karena perumusan rancangan manajemen sumberdaya budaya

bergantung dari bobot signifikansi yang diberikan kepada sumberdaya arkeologi (Pearson and

Sullivan 1995 dalam Suhartono, 2008).

Dalam melakukan penentuan nilai penting sumberdaya arkeologi bukan perkara yang

mudah karena nilai yang terkandung di dalam sumberdaya arkeologi merupakan sesuatu yang

tidak riel dan sangat subyektif sifatnya. Biasanya penilaian yang dilakukan lebih bersifat

kualitatif, sehingga dalam penilaian yang dilakukan tidak memunculkan angka-angka

(kuantitatif). Menurut Pearson and Sullivan (1995 dalam Suhartono, 2008) apabila

sumberdaya arkeologi tidak memiliki nilai tertentu bagi masyarakat atau sebagian masyarakat,

maka pengelolaan terhadap sumberdaya tersebut tidak perlu lagi dilakukan. Selain itu hasil

penilaian juga menentukan prioritas dan upaya peletariannya.

Dalam menentukan nilai penting sumberdaya arkeologi, ada beberapa variabel . yang

mungkin dapat dipakai sebagai pertimbangan pembobotan, antara lain :

(a) kelangkaan, apakah jumlah sumberdaya budaya yang termasuk jenis ini jarang atau

mudah ditemukan (jumlahnya banyak)

Foto 3.6. Fragmen Candi Tebing Foto 3.7. Arca Budha tanpa kepala

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

28

(b) keunikan, apakah sumberdaya budaya yang dinilai sangat khas di antara

sumberdaya sejenis

(c) umur/pertanggalan, semakin kuno semakin tinggi nilainya (hukum entropi)

(d) tataran, nilai penting sumberdaya dirasakan dan diakui oleh komunitas atau

masyarakat pada tingkat lokal (Kabupaten/Kota), regional (provinsi), nasional

(negara), atau internasional (dunia).

(e) integritas (termasuk keutuhan), nilai sumberdaya akan semakin tinggi apabila

masih menunjukkan kesatuan yang utuh dengan konteksnya, baik itu sebagai benda

tunggal, berkelompok (compound), maupun kompleks (tersebar tetapi merupakan

kesatuan).

(f) keaslian, nilai sumberdaya budaya semakin tinggi jika bahan belum mengalami

penggantian, pengurangan, atau percampuran. (Tanudirjo, 2004 dalam Suhartono,

2008)

Dalam kajian ini akan dilakukan penentuan nilai penting pada situs Gua Gajah yang

merupakan sumberdaya arkeologi peninggalan kerajaan Bali Kuna. Penilaiai nilai penting yang

dilakukan meliputi nilai arkeologi, sejarah, estetika, ilmu pengetahuan dan ekonomi.

a. Nilai Arkeologi

Nilai arkeologis (archaeological value) adalah nilai yang berkaitan kekunoaan

(Subroto, 1995 ; Taufik, 2005). Dalam hal ini meliputi umur bangunan, bentuk arsitektur dan

temuan artefak di sekitarnya. Situs Gua Gajah merupakan situs peninggalan dari Kerajaan

Bali Kuna pada rentang waktu abad IX – XIII Masehi, dan telah berusia antara 700 – 1100

tahun.

Dari segi arkeologi, situs ini memiiki arti yang sangat penting, karena merupakan salah satu

situs pemujaan bagi agama Hindu dalam bentuk gua buatan dan tidak banyak ditemukan di

Indonesia. Situs Gua Gadjah terdiri gua gajah, bangunan petirtaan dan kompleks arca

Buddha. Gua Gajah berbentuk seperti huruf T dan dipahatkan pada tonjolan dinding batu

padas keras yang curam dan menjorok ke luar sekitar 5 – 7 meter dari dinding batu.

Tonjolan ini dari depan seperti berbentuk lengkungan dan di permukan sisi depan gua di

hiasi dengan pahatan kala. Di dalam Gua pada dinding utara dari lorong yang melintang

kearah barat terdapat 7 buah ceruk, salah satu dari 7 buah ceruk itu berhadapan dengan

jalan masuk ke gua dan merupakan ceruk terbesar. Di dalamnya terdapat fragmen arca

raksasa dan fragmen arca siwa, Keenam ceruk lainnya dan dua ceruk yang dipahatkan di

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

29

sebelah kanan kiri lorong pintu masuk (arah utara selatan) nampak kosong. Ceruk di ujung

timur berisi trilingga dan ceruk ujung barat berisi arca Ganesa.

Di depa gua (selatan) terdapat petirtaan yang berada 3 meter di bawah permukaan tanah

pelataran pura Gua Gajah dan mendapatkan air dari sumber air yang terletak 100 meter di

sebelah timur gua, Air tersebut dialirkan melalui saluran di bawah tanah dan memancur ke

dalam kolam melalui 6 buah arca pancuran yang berdiri berjajar pada dinding timur kolam.

Petirtaan ini disebut kolam suci / petirtaan oelh karena arca-arca pancuran itu mempunyai

prabhamandala yang merupakan tanda kedewaam.

Di sebelah selatan dan tenggaran petirtaan terdapat kompleks Arca Buddha (kompleks

lembah Tukad Pakung). Posisi kompleks ini bertebing agak landai di bagian utara, curam

dan sangat tinggi di sebelah selatan. Pada kompleks ini terdapat tinggalan yang penting

antara lain arca Budha, Fragmen Candi dan terowongan air.

.

b. Nilai Estetika

Nilai Estetika (aesthetic value) yaitu nilai keindahan yang dapat menarik dan atau

mendorong wisatawan untuk berkunjung ke tempat itu. Keindahan dan keunikan merupakan

daya tarik khusus bagi penikmat-penikmat seni sehingga menjadikan peninggalan tersebut

terkenal dan dikagumi banyak orang (Hartono, 2004). Nilai estetika yang melekat pada

suatu objek antara lain dapat diamati dari aspek bentuk, pahatan relief, arca, dan gayanya.

(Subroto, 2003). Sedangkan menurut Tanudirjo (2004) nilai estetis adalah kandungan

unsur-unsur keindahan baik yang terkait dengan seni rupa, seni hias, seni bangun, seni

suara maupun bentuk-bentuk kesenian lain.

Situs Gua Gajah memiliki nilai estetika yang cukup tinggi. Dari bentuk arsiktektur memiliki

gaya arsitektur Bali Kuna. Dari aspek seni hias, Hiasan kala yang terdapat di atas pintu

masuk gua memiliki nilai estetika yang tinggi. Hiasan di pntu masuk gua berbentuk muka

raksasa (kala) yang menyeramkan dengan kedua matanya bulat besar melirik ke arah

kanan, rambut dan alis nampak kasar, hidung besar, serta bibir atas dengan sederetan gigi

tepat berada di atas lubang gua. Tampak pula tangan kanan raksasa dengan jari-jarinya

berukuran sangat besar dan tangannya menempel ke muka, sehingga terkesan seakan-

akan raksasa itu sedang menguak hutan. Dengan melihat subeng yang menghias

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

30

telinganya memberi petunjuk raksasa itu berjenis kelamin wanita (raksasi) dan di Bali lazim

diberi nama dengan sebutan rangda.

.

c. Nilai SejarahNilai sejarah (historic valaue), adalah peran sumberdaya arkeologi dalam suatu

peristiwa sejarah yang cukup menentukan, berkaitan dengan tokoh sejarah tertentu, atau

berperan penting dalam tahapan tertentu dalam perkembangan suatu bidang kajian

(Tanudirjo, 2004). Dari segi sejarah, Situs Gua Gajah memiliki nilai sejarah yang tinggi,

merupakan peninggalan dari kerajaan Bali Kuna pada rentang waktu abad IX – XIII Masehi.

Selain itu,pentingnya situs gua Gajah dari aspek sejarah juga didukung oleh adanya

tulisan pada dinding timur dari lorong itu tepat 2 meter di atas lantai.. Tulisan di baris atas

berbunyi “kumon” dan di baris bawah “Sahy(w)angsa”. Dari bentuk hurufnya, diduga dari

abad ke 11 Masehi (Stutterheim, 1829).

d. Nilai Ilmu Pengetahuan

Nilai ilmu pengetahuan adalah sejauh mana sumber daya arkeologi mempunyai

potensi untuk diteliti lebih lanjut dalam menjawab masalah-masalah dalam bidang keilmuan.

Nilai penting ini dapat dirinci lebih lanjut menjadi nilai substantif, antropologis, ilmu sosial,

dan Arsitektural.. Sumberdaya arkeologi mempunyai nilai substantif jika mampu

memberikan jawaban atas masalah yang berkaitan dengan tujuan deskripsi dan eksplanasi

Foto 3.8. Hiasan Kala di atas pintu masuk

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

31

peristiwa atau proses yang terjadi di masa lampau. Aspek ini berkaitan erat dengan

pengkajian secara arkeologis. Nilai penting antropologis untuk menjelaskan perubahan

budaya dalam bentang waktu yang lama dan proses adaptasi manusia terhadap lingkungan

tertentu. Nilai penting bagi ilmu sosial un tuk mengkaji prnsip-prnsip umum dalam bidang

sosial humaniora, terutama yang berkaitan dengan interaksi manusia dengan manusia

lainnya. Nilai penting Arsiterktural untuk menunjukkan gaya seni bangun masa tertentu,

diciptakan oleh arsitek besar, mencerminkan inovasi dalam penggunaan bahan dan

ketrampilan merancang, dan merupakan hasil penerapan teknologi dan materi baru pada

masa ketika dibangun.(Tanudirjo, 2004). Adapun menurut Pearson and Sullvan (1995) nilai

ilmu pengetahuan diberikan kepada sumberdaya arkeologi karena potensinya untuk

mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan tentang masa lalu.

Dari segi ilmu pengetahuan, keberadaan situs Gua Gajah merupakan data yang

penting untuk mengetahui keberadaan situs pemujaan berbetntuk gua buatan dan petirtaan

peninggalan dari Kerajaan Bali Kuna yang terletak di wilayah Gianyar. Di bidang studi

arsitektural dapat mengamati cara-cara dan metode membangun gua buatan yang

digunakan aktivitas manusia. Selain itu dapat juga di amati cara dan metode membangun

petirtaan yang merupakan arsitektural dari rentang waktu abad IX – XIII Masehi.

e. Nilai EkonomiNilai ekonomi (economic value), berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya arkeologi

sebagai objek budaya yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Jika

suatu peninggalan budaya dijadikan objek wisata budaya, maka akan memberikan dampak

ekonomi pada lingkungan sekitarnya terutama pada peningkatan penghasilan masyarakat

dan menambah devisa negara. Masyarakat dan lingkungan yang sebelumnya terisolasi

menjadi terbuka dan mengalami kemajuan-kemajuan karena pemanfaatan objek tersebut.

Kedatangan wisatawan ke objek ini akan memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat yang

tinggal di sekitarnya (Soebroto, 2003)

Situs Gua Gajah memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Situs ini merupakan salah satu obyek

dan daya tarik wisata (ODTW) utama di Bali. Situs Gua setiap tahun dikunjungi ribuan

orang wisatawan asing dari manca negara. Selain wisatawan asing, juga banyak di

kunjungi wisatawan nusantara dari seluruh Indoensia terutama pada saat liburan baik

liburan sekolah, hari raya agama dan lainnya. Banyak kunjungan wisatawan baik manca

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

32

negara maupun nusantara di situs Gua Gajah membawa dampak positif bagi pertumbuhan

ekonomi di sekitar situs.

Berdasarkan analisis nilai penting di atas, dapat diketahui bahwa situs gua Gajah memiliki nilai

penting yang tinggi dari sisi arkeologi, sejarah, estetika, ilmu pengetahuan dan ekonomi.

Dengan demikian, untuk menjaga nilai penting yang dikandung pada situs gua Gajah, perlu

dilakukan upaya pelestarian terhadap situs gua Gajah sehingga dapat diwariskan kepada

generasi yang akan datang.

Foto 3.9. Pengunjung dari Jepang sedang berfoto didepan gua gajah

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

33

BAB IVHASIL PENGUMPULAN DATA

4.1. Kondisi Keterawatan Situs Gua Gajah

Gua Gajah adalah gua buatan yang digali pada tanah batuan beku lunak yang menjorok

keluar sekitar 6 meter. Secara topografi, Gua Gajah berlokasi pada daerah terjal di sekitar

Sungai Petanu dengan kelembaban cukup tinggi. Di bagian atas gua terdapat lahan yang

ditanami pohon rerumputan dan pohon. Lahan tersebut juga digunakan sebagai tempat

pembuangan sisa tebangan pohon.

Dilihat dari karakteristiknya, batuan penyusun Gua Gajah merupakan endapan hasil

aktivitas vulkanik yang tersusun dari campuran abu vulkanik (atau tuf ketika mulai membatu)

yang tersortasi sangat buruk bersama dengan batuapung lapili, yang umumnya memiliki

fragmen litik yang tersebar. Batuan penyusun Gua Gajah merupakan endapan yang belum

mengalami litifikasi (proses menjadi batuan yang kompak/ keras). Bagian yang telah terlihat

mengeras hanya pada permukaannya saja, itupun sangat tipis (1-5 mm) sedangkan bagian

dalamnya masih merupakan tanah yang memadat. Kekerasan bagian permukaan yang telah

mengeras pun cukup rendah, yaitu hanya 2 skala mohs.

Foto 3.1. Kondisi batuan penyusun Gua Gajah Foto 3.2. Bagian permukaan batuan penyusunGua Gajah telah mengeras dan bagian yang

mengeras telah mengalami pengelupasan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

34

Dari hasil uji laboratorium sampel batuan pada dinding dalam maupun pada dinding luar

didapatkan hasil sebagai berikut :

Batuan pH 6dinding Berat jenis 2,56 g/cm3

dalam Porositas 36,07 %Komposisi butiran :- > 2 mm 16,8 % Kerikil dan kerakal- 1 – 2 mm 11,4 % Pasir sangat kasar- 0,5 – 1 mm 14,2 % Pasir kasar- 0,25 – 0,5 mm 23,6 % Pasir sedang- 0,125 – 0,25 mm 15,4 % Pasir halus- 0,063 – 0,125 mm 12,2 % Pasir sangat halus- < 0,063 mm 6,4 % Lanau-lempungKomposisi kimia- Ca 5,59 % Titrimetri- Mg 10,41 % Titrimetri- Fe 7,90 % Titrimetri- Al 11,26 % Titrimetri- SO4 3,00 % Titrimetri- SiO2 43,20 % Gravimetri

Batuan pH 6dinding Berat jenis 2,63 g/cm3

luar Porositas 38,71 %Komposisi butiran :- > 2 mm 20,6 % Kerikil dan kerakal- 1 – 2 mm 13,0 % Pasir sangat kasar- 0,5 – 1 mm 14,4 % Pasir kasar- 0,25 – 0,5 mm 24,4 % Pasir sedang- 0,125 – 0,25 mm 11,8 % Pasir halus- 0,063 – 0,125 mm 10,8 % Pasir sangat halus- < 0,063 mm 5,0 % Lanau-lempungKomposisi kimia- Ca 16,99 % Titrimetri- Mg 6,44 % Titrimetri- Fe 7,81 % Titrimetri- Al 10.12 % Titrimetri- SO4 2,04 % Titrimetri- SiO2 35,98 % Gravimetri

Dari pengujian laboratorium sampel batuan dinding Goa Gajah di bagian dalam

didapatkan hasil bahwa ukuran butir batuan terdiri dari pasir (76,8%), kerikil-kerakal (16,8%)

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

35

dan lanau-lempung (6,4%), sedangkan untuk batuan dinding luar terdiri dari pasir (74,4%),

kerikil-kerakal (20,6%) dan lanau-lempung (5,0%). Dilihat dari kondisi batuan yang belum

mengeras (ukuran butir batuan yang dominan yaitu pasir, kerikil dan kerakal batuan dinding

Goa Gajah cukup baik dalam meresapkan air. sehingga air hujan yang jatuh pada atas goa

dapat meresap melalui pori-pori tanah sampai ke dalam goa. Selain itu karena tanah didominasi

oleh pasir, kerikil dan kerakal, tanah dinding Goa Gajah tidak mengalami kembang susut yang

besar seperti halnya tanah lempung (pada kondisi kering dan jenuh air) sehingga lebih aman

terhadap terjadinya retakan. Kalaupun ada retakan lebih disebabkan pada proses mekanik

seperti pembebanan tanah dinding goa itu sendiri maupun karena getaran.

Jika ukuran butir batuan dinding Gua Gajah dikonversikan ke dalam batuan piroklastik

didapatkan hasil sebagai berikut :

Ukuran

Butir

Butiran

Piroklastik

Batuan dinding

dalam

Batuan dinding

luar

> 64 mm Bomb

Block

2-64 mm Lapili 16,8 % 20,6 %

< 2 mm Debu (ash) 83,2 % 79,4 %

Klasifikasi batuan piroklastik (Fisher, 1966)

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

36

Ukuran butir batuan dinding Gua Gajah kemudian dimasukkan ke dalam klasifikasi batuan

piroklastik. Merujuk pada klasifikasi batuan piroklastik (Fisher, 1966) dengan komposisi debu

(ash) 79,4% - 83,2% dan lapili 16,8% - 20,6%, batuan dinding Gua Gajah merupakan jenis

batuan tuf (belum mengalami litifikasi). Hal ini sesuai dengan peta geologi Pulau Bali, dimana

wilayah Kabupaten Gianyar (Gua Gajah berada di Kabupaten Gianyar) tersusun oleh batuan

gunungapi Buyan-Bratan dan Batur dengan batuan penyusun berupa tuf dan endapan lahar

yang terbentuk pada zaman kuarter. Karena itu batuan penyusun wilayah Kabupaten Gianyar

masih tergolong muda dan yang banyak ditemui adalah endapan-endapan yang mulai memadat

tetapi belum mengalami litifikasi.

Kondisi Gua Gajah telah banyak mengalami kerusakan dan pelapukan, baik kerusakan

mekanis, pelapukan fisis, pelapukan khemis dan pelapukan biologis. Kerusakan dan pelapukan

yang terjadi antara lain adalah retak, pecah, pengelupasan, penggaraman maupun

pertumbuhan mikroorganisme seperti alga, lumut dan lichen. Pada bagian yang mengelupas

biasanya ditumbuhi lumut maupun alga.

1. Kerusakan MekanisKerusakan mekanis yang terjadi pada Situs Gua Gajah adalah retak dan pecah. Retakan

banyak terdapat pada dinding gua sedangkan bagian yang pecah terlihat pada ornamen

gua. Retakan yang terjadi pada dinding gua disebabkan oleh pembebanan maupun

getaran. Pembebanan oleh struktur gua menyebabkan retakan ketika dinding tidak lagi

mampu menahan beban secara stabil. Ditambah dengan kondisi material gua yang belum

terkonsolidasi menyebabkan kekuatan dalam menopang struktur pun akan lebih rendah.

Selain itu getaran baik dari gempa bumi yang pernah terjadi maupun getaran karena

aktivitas lalulintas di dekat gua (sebelum jalan raya dipindah menjauhi gua) juga menjadi

faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya retakan. Hal ini dikarenakan gerakan vertikal

dan horizontal dari getaran sampai batas tertentu akan membuat dinding gua tidak stabil

sehingga menimbulkan retakan. Kondisi retakan di beberapa tempat telah ditutup dengan

mortar. Selain retakan, kerusakan mekanis yang terjadi adalah pecah. Bagian yang pecah

terlihat pada ornamen gua. Kondisi ornamen gua yang pecah ini disebabkan karena efek

getaran yang ditambah dengan kondisi material yang belum terkonsolidasi sehingga

kekuatannya pun rendah.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

37

2. Pelapukan FisisPelapukan fisis yang terjadi pada Situs Gua Gajah adalah pengelupasan. Pengelupasan

banyak terjadi pada dinding maupun ornamen pada bagian luar gua. Bagian yang

mengelupas adalah lapisan tipis pada permukaan batuan penyusun gua yang telah

mengeras. Pengelupasan ini disebabkan oleh adanya kapilarisasi air maupun air hujan

yang merembes pada dinding gua. Faktor kapilarisasi air maupun air hujan yang merembes

pada dinding gua dalam waktu yang lama akan menyebabkan degradasi kualitas batuan

karena ikatan antar partikel material menjadi lemah, sehingga menyebabkan material

batuan menjadi rapuh yang pada akhirnya akan mengelupas. Selain itu degradasi kualitas

material juga disebabkan oleh faktor fluktuasi suhu dan kelembaban (material maupun

lingkungan) yang akan menyebabkan kembang susut material yang lama kelamaan akan

membuat ikatan partikel menjadi melemah yang pada akhirnya akan membuat dinding

mengelupas. Pengelupasan banyak terjadi pada lapisan tipis pada permukaan batuan yang

telah mengeras karena kembang susut material yang telah mengeras dengan yang belum

mengeras akan berbeda. Selain itu pengelupasan banyak terjadi pada bagian luar gua

karena fluktuasi suhu dan kelembaban di luar jauh lebih tinggi daripada di dalam gua.

Bagian luar gua langsung terpapar oleh sinar matahari sehingga akan mempercepat

Foto 4.1. Retakan pada dinding gua yangtelah ditutup dengan mortar

Foto 4.2. Kondisi ornamen gua yang pecah

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

38

pengelupasan. Pada bagian yang mengalami pengelupasan biasanya ditumbuhi lumut

maupun alga.

3. Pelapukan KhemisPelapukan khemis terjadi pada Situs Gua Gajah adalah penggaraman. Penggaraman pada

permukaan dinding gua disebabkan oleh kandungan air yang ada pada pori-pori batuan.

Akibat terjadinya penguapan, air yang ada pada pori-pori batuan akan keluar. Air keluar

membawa mineral yang ada pada batuan sehingga ketika air menguap maka mineral yang

terbawa akan tertinggal dan mengendap pada permukaan batuan.

Foto 4.4. Pengelupasan pada dinding guabagian luar

Foto 4.3. Pengelupasan pada ornamengua bagian luar

Foto 4.5. Penggaraman pada dinding gua

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

39

4. Pelapukan biologisPelapukan biologis terlihat dari dinding dinding gua yang ditumbuhi algae, lumut maupun

lichen. Hal ini dapat disebabkan karena kapilarisasi air maupun air hujan yang menjadikan

dinding menjadi lembab sehingga ditumbuhi oleh algae dan limut. Pada bagian yang relatif

kering dan langsung terpapar oleh sinar matahari, algae bersimbiosis dengan jamur dan

menghasilkan lichen.

Selain itu pelapukan biologis yang terjadi adalah akar tumbuhan yang menembus dinding

gua dan masuk ke dalam gua. Hal ini dikarenakan pada bagian atas gua ditumbuhi oleh

banyak tanaman baik yang berakar serabut maupun tunggang.

Foto 4.6. Dinding bagian luar yang banyakditumbuhi oleh algae, lumut dan lichen

Foto 4.7. Dinding bagian dalam banyakditumbuhi oleh algae dan lumut

Foto 4.8. Vegetasi di bagian atas Gua Gajah

Foto 4.9. Pohon besar (‘Pule’) dibagian atas Gua Gajah

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

40

Selain proses kerusakan dan pelapukan yang terjadi di gua gajah, juaga terdapat beberapa

permasalahan lain yang meliputi

1. Kala di ambang pintu masukDi atas ambang pintu masuk ke gua terdapat arca kala, yang saat ini kondisi di topang

/sangga oleh besi yang sudah berkarat. Pada kala terdapat beberapa retakan dan

pengelupan. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan mengingat letak di atas ambang

tempat wisatawan kurang masuk gua, sedangkan kekuatan kala ini hanya pada besi

yang menyangganya. Jika tidak segara ditangani, dikhawatirkan akan roboh dan

membahayakan keselamatan wisatawan ketika melewati pintu masuk.

Foto 4.17. Besi yang menompang kala

Foto 4.16. Kala diambang pintu masuk

Foto 4.10. Akar tumbuhan menembus dindinggua bagian dalam

Foto 4.11. Akar tumbuhan menembus dindinggua bagian dalam

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

41

2. Dampak Aktifitas Religi

Gua Gajah masih digunakan oleh masyarakat sekitar yang beragama Hindu untuk

melakukan kegiatan keagamaan/religi. Dalam aktifitas religi menggunakan media dupa, lilin

dan kemenyan serta berbagai persembahan seperti bunga, dan lain-lain,

Penggunaan dupa dan lilin dalam kegiatan ritual di dalam gua gajah meninggalkan

dampak pada dinding dan relung gua. Hal ini terlihat ada bekas warna hitam pada beberapa

bagian dinding dan atas gua yang diduga berasal dari asap dupa, lilin dan kemenyan yang

mengenai bagian gua dalam jangka waktu yang lama. Selain itu bekas-bekas noda hitam dan

sisa-sisa pembakaran dupa, lilin kemenyan juga terihat pada relung-relung yang ada di gua.

Foto 4.19. Bekas lilin dan noda hitam disalah satu relung

Foto 4.20. salah satu bekas noda hitam didinding gua

Foto 4.18. Salah satu aktifitas religi di GuaGajah

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

42

4.1. Kondisi Keterawatan Petirtaan

Pada halaman di depan Gua Gajah terdapat petirtaan dengan ukuran panjang x lebar

dalam = 23 x 13 meter. . Petirtaan ini dibangun dengan tatanan blok batu. Jenis batu yang

digunakan adalah breksi tuf. Pada dinding petirtaan, pagar petirtaan maupun pancoran

sebagian besar permukaannya telah ditumbuhi organisme seperti lumut, algae dan lichen.

Kondisi petirtaan yang lembab karena selalu terisi air ditambah dengan lokasinya yang ada di

luar dan selalu terkena langsung sinar matahari menyebabkan organisme mudah tumbuh.

Pada dinding pertirtaan banyak di tumbuhi mikroorganisme seperti lumut (moss), ganggang

(algae) dan jamur kerak (lichen).

Foto 4.21. Kondisi petirtaan dilihat dari atasgua

Foto 4,22. Pertumbuhan lichen, alge danlumut pada dinding petirtaan dan pancuran

Foto 4.23. Pertumbuhan lumut di batupetirtaan

Foto 4.24. Pertumbuhan lichen dan algaepada dinding petirtaan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

43

Bagian tangga maupun lantai petirtaan juga telah banyak mengalami kerusakan dan

pelapukan. Selain pertumbuhan organisme seperti lumut, alga dan lichen, tangga maupun lantai

petirtaan telah banyak mengalami keausan. Penyebab utama terjadinya keausan pada tangga

maupun lantai petirtaan adalah akibat faktor manusia (pengunjung yang turun ke petirtaan)

maupun karena fluktuasi suhu dan kelembaban material serta pertumbuhan organisme. Selain

itu dari karakteristik batu yang kekerasannya hanya sekitar 2-3 skala mohs m

Foto 4.27. Keausan tangga petirtaan karenaaktifitas pengunjung maupun faktorfisis dan biologis

Foto 4.25. aktifitas pengunjungmenuruni tangga petirtaan

Foto 4.28. Keausan pada batu tanggapetirtaan sisi selatan karenaaktifitas pengunjung

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

44

Foto 4.29. Keausan lantai petirtaan karenaaktifitas pengunjung

Foto 4.28. Keausan lantai petirtaan karenaaktifitas pengunjung (gesekan dengan alaskaki pengunjung)

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

45

BAB V. PEMBAHASAN

5.1. Pelapukan Gua

Dari hasil survei menunjukkan bahwa kondisi batuan pada gua telah mengalami

pelapukan cukup tinggi. Kemungkinan faktor utama pelapukan batuan adalah proses fisis akibat

kelembaban yang tinggi dan juga faktor biologis. Hal yang cukup menarik adalah tingkat

kekerasan batuan yang terpapar oleh udara luar sedikit lebih tinggi daripada batuan utamanya

akibat adanya proses kimiawi pada permukaan batuan. Dari uji sederhana, batuan dapat

dipatahkan dengan tangan, dan beberapa bagian bahkan dapat diremukkan menggunakan

tangan. Tingkat pelapukan batuan pada lokasi dapat dikategorikan Lapuk Tinggi (Highly

Weathered, WH) hingga Lapuk Keseluruhan (Completely Weathered, WC) berdasarkan tabel

tingkat pelapukan batuan beku dan batuan metamorf (Tabel 1). Tabel 2 dapat digunakan untuk

memperkirakan kekuatan batuan utuh. Dari tabel tersebut, batuan utuh pada lokasi dapat

dikategorikan sebagai tingkat R1 dengan perkiraan kekuatan tekan uniaksial 1 – 5 MPa

Tabel 5,1. Klasifikasi pada batuan beku dan batuan ubahan yang mengalami pelapukan (Hunt,2007)

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

46

Tabel 2. Estimasi kuat tekan bebas dari pengamatan lapangan (Hoek, 1997)

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

47

Secara keseluruhan, struktur batuan pada Gua Gajah cukup masif dengan bidang

diskontinuitas tidak terlalu rapat. Dari pengamatan visual, dapat diperkirakan bahwa nilai Rock

Quality Designation, RQD > 80 %. Struktur batuan yang ada pada Gua Gajah berupa retakan

dengan lebar rekahan maksimum 5 cm. Beberapa retakan yang cukup besar telah ditangani

dengan mengisi celah dengan spesi semen/ grouting. Retakan yang ada pada batuan

memungkinkan air merembes ke celah batuan dan mempercepat proses pelapukan. Dari

pengamatan, kondisi celah bidang diskontinuitas lembab dan tingkat pelapukan cukup tinggi.

Material yang telah lapuk dari batuan dapat mengisi celah retakan batuan sehingga mengurangi

kekuatan massa batuan secara keseluruhan.

5.2. Kondisi Air

Dari pengamatan di lapangan, alur hidrologi pada lokasi dimulai dari infiltrasi air hujan pada sisi

atas gua. Merembesnya air hujan pada tanah di atas gua menyebabkan tingkat kelembaban

dinding gua menjadi tinggi sehingga mempercepat laju pelapukan. Pada bagian depan gua

juga terdapat pertirtaan tempat retensi air hujan sehingga tanah disekitar gua menjadi lembab.

Lembabnya tanah dalam gua otomatis menyebabkan tingginya tingkat kelembaban udara pada

gua sehingga menciptakan kondisi ideal bagi tumbuhnya ganggang/ lumut pada batuan didalam

gua. Saat turun hujan, bagian dalam juga basah, ini menunjukkan bahwa bagian atas gua

masih bisa di aliran air hujan ke bagian dalam gua. Kondisi ini juga menjadi salah satu faktor

penyebab kelapukan batuan gua.

Foto 6.1. Instalasi listrik di dalam guatampak basah setelah terjadi hujan.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

48

5.3 Stabilitas Gua

Hasil pengamatan dan analisis di ketahui bahwa penyebab berkurangnya stabilitas gua dapat

ditinjau dari dua sisi, yaitu:

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mengurangi stabilitas gua antara lain adalah:

Beban di atas gua, seperti tumpukan material sampah atau sisa tumbuhan, pepohonan

yang cukup besar dan tanah dengan kadar air yang tinggi (akibat infiltrasi)

Pelapukan biologis akibat penetrasi akar pohon ke dalam gua, serta pelapukan oleh

ganggang dan lumut

Kelembaban tinggi mempercepat laju pelapukan batuan utuh dan bidang retak.

b. Faktor Internal

Faktor internal yang berkonstribusi pada berkurangnya stabilitas gua adalah kondisi batuan

utuh dan struktur batuan pada massa batuan secara keseluruhan. Batuan beku muda

dengan tingkat pelapukan cukup tinggi serta dengan struktur yang memiliki retak secara

keseluruhan mengurangi kekuatan massa batuan, sehingga stabilitas gua dapat berkurang.

5.4. Model penanganan Gua Gajah

Gua gajah merupakan data arkeologi yang sangat penting dan mempunyai nilai penting.

Analisis nilai penting menunjukan bahwa situs gua gajah memiliki nilai penting dari sudut

pandang arkeologi, sejarah, ilmu pengetahuan, estetika dan nilai penting ekonomu.

Dikarenankan memiliki nilii penting maka dalam penanganan perlu memperhatikan aspek

arkeologi dan orsinalitas, sehingga solusi menggunakan teknik struktural yang dapat mengubah

keaslian dari situs perlu dihindari. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah soft

engineering yang menggunakan teknik-teknik yang bisa diselaraskan dan tidak mengganggu

nilai penting yang terkandung dalam situs ini.

Dalam upaya konservasi terhadap gua gajah, perlu dibuat penangaanan untuk proses

mengurangi pelapukan terhadap material gua. Penanganan konservasi gua gajah meliputi :

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

49

A. Penataan ulang lahan di atas gua sehingga beban di atas gua dan infiltrasi dapatdikurangiBeberapa cara yang dapat dilakukan meliputi

1. Pembersihan lahan dari puing-puing, sampah, sisa pepohonan, rumpat ilang sertapepohonan sehingga beban di atas gua dapat dikurangiDi atas gua banyak ditemkan puing-puing, sampah dan sisa sisa peponanan yang

menyebar di atas gua sehingga dapat menambah beban gua. Selain itu di atas juga

terdapat beberapa pohon besar seperti pohon kelapa dan beberapa jenis pohon lannya

yang akarnya masuk ke dalam gua. Jika pohon-pohon ini tidak dihilangkan akan

mengganggu kelestarian gua.

2. Untuk meminimalkan dan menghindari air hujan dari atas gua merembes masuk kedalam gua diperlukan pengaplikasian bahan untuk melapisi permukaan atas gua.Ada 2 model opsi yang diajukan pada kajian ini

a. Pelapisan mortar pada atas permukaan Gua Gajah menjadi salah satu opsi untuk

meminimalkan air hujan merembes masuk ke dalam Gua.

Percobaan dilakukan dengan pembuatan mortar semen PC dan mortar hidrolik yang

dibuat dengan beberapa variasi komposisi. Selanjutnya dilakukan uji laboratorium

untuk menentukan mortar dengan kualitas yang paling baik dan paling tepat untuk

diaplikasikan. Hasilnya adalah :

1) Mortar semen PC

Untuk mortar semen PC dibuat dengan 4 variasi komposisi yaitu masing-masing

(perbandingan semen PC : pasir) 1:2, 1:2 + sikalatex, 1:3, dan 1:3 + sikalatex.

Hasilnya adalah sebagai berikut

Komposisi

mortar

Porositas

(%)

Kadar air

jenuh (%)

Daya serap air (%) Kekerasan

(skala mohs)1 jam 3 jam 6 jam 24 jam

1:2 28,23 14,35 12,14 12,31 12,48 12,82 3-4

1:2+ sikalatex

24,84 12,93 6,98 7,85 8,90 9,77 3-4

1:3 29,40 15,62 13,64 13,99 14,34 14,69 3-4

1:3+ sikalatex

26,13 14,14 7,50 8,65 10,00 11,15 3-4

Keterangan

1 : 2 = semen PC : pasir

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

50

sikalatex yang ditambahkan dicampurkan pada air untuk pembuatan mortar

dengan perbandingan 1:4 (sikalatex : air)

Dari tabel pembuatan mortar diatas terlihat bahwa :

• Pengujian porositas dan kadar air jenuh

Pada pengujian porositas, mortar dengan perbandingan 1:2 (semen:pasir)

terlihat bahwa mortar yang ditambahkan sikalatex memiliki porositas yang lebih

kecil dari mortar yang tanpa ditambahkan sikalatex (24,84% : 28,33%). Begitu

juga pada mortar dengan perbandingan 1:3 (semen:pasir) terlihat bahwa mortar

yang ditambahkan sikalatex memiliki porositas yang lebih kecil dari mortar yang

tanpa ditambahkan sikalatex (26,13 % : 29,40 %).

Pada pengujian kadar air jenuh, mortar dengan perbandingan 1:2

(semen:pasir) terlihat bahwa mortar yang ditambahkan sikalatex memiliki kadar

air jenuh yang lebih kecil dari mortar yang tanpa ditambahkan sikalatex

(12,93% : 14,35%). Begitu juga pada mortar dengan perbandingan 1:3

(semen:pasir) terlihat bahwa mortar yang ditambahkan sikalatex memiliki kadar

air jenuh yang lebih kecil dari mortar yang tanpa ditambahkan sikalatex (14,14

% : 15,62 %). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan sikalatex dapat

memperkecil volume pori pada mortar sehingga porositas dan kadar air

jenuhnya akan menjadi lebih kecil.

• Pengujian daya serap air

Pada pengujian daya serap air, mortar dengan perbandingan 1:2 (semen:pasir)

terlihat bahwa mortar yang ditambahkan sikalatex memiliki daya serap air yang

lebih kecil dari mortar yang tanpa ditambahkan sikalatex baik dalam jangka

waktu 1 jam, 3 jam, 6 jam dan 24 jam. Begitu juga pada mortar dengan

perbandingan 1:3 (semen:pasir) terlihat bahwa mortar yang ditambahkan

sikalatex memiliki daya serap air yang lebih kecil dari mortar yang tanpa

ditambahkan sikalatex. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan sikalatex

dapat meningkatkan kekedapan mortar.

Dari hasil pengujian mortar PC terlihat bahwa mortar yang paling baik untuk

digunakan adalah mortar dengan perbandingan 1:2 (semen: pasir) yang

ditambahkan sikalatex karena volume porinya paling kecil sehingga akan membuat

porositas, kadar air jenuh maupun daya serap airnya juga paling kecil (memiliki

kekedapan yang paling baik).

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

51

2) Mortar semen hidrolik

Untuk mortar semen hidrolik dibuat dengan 3 variasi komposisi yaitu masing-

masing (pasir : bubukan bata : kapur) 2:2:1, 2:1:1 dan 3:1:1. Hasilnya adalah

sebagai berikut :

Komposisi

mortar

Porositas

(%)

Kadar air

jenuh (%)

Daya serap air (%) Kekerasan

(skala mohs)1 jam 3 jam 6 jam 24 jam

2:2:1 41,48 27,90 24,47 25,11 25,53 25,95 + 2

2:1:1 38,42 24,54 23,20 23,87 24,10 24,32 + 2

3:1:1 42,62 27,61 24,27 24,85 25,24 25,64 + 2

Keterangan

2:1:1= pasir : bubukan bata : kapur

• Pengujian porositas dan kadar air jenuh

Pada pengujian porositas, mortar dengan perbandingan 2:1:1 (pasir:bubukan

bata:kapur) memiliki porositas yang paling kecil dari mortar dengan

perbandingan 2:2:1 dan 3:1:1 (38,42%:41,48%:42,62%) Pada pengujian kadar

air jenuh, mortar dengan perbandingan 2:1:1 (pasir:bubukan bata:kapur)

Foto 6.2. Mortar dengan sikalatek dantanpa sikalatek

Foto 6.3. Pengujian Mortar

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

52

memiliki juga memiliki kadar air jenuh yang paling kecil dari mortar dengan

perbandingan 2:2:1 dan 3:1:1 (24,54%:27,90%:27,61%). Hal ini menunjukkan

bahwa mortar dengan perbandingan 2:1:1 memiliki volume pori yang paling

kecil.

• Pengujian daya serap air

Pada pengujian daya serap air, mortar dengan perbandingan 2:1:1

(pasir:bubukan bata:kapur) memiliki daya serap air yang paling kecil baik dalam

jangka waktu 1 jam, 3 jam, 6 jam dan 24 jam. Kemudian diikuti oleh mortar

dengan perbandingan 3:1:1 dan yang memiliki daya resap air paling besar

adalah mortar dengan perbandingan 2:2:1.

Dari hasil pengujian mortar hidrolik terlihat bahwa mortar yang paling baik untuk

digunakan adalah mortar dengan perbandingan 2:1:1 (pasir:bubukan bata:kapur

karena volume porinya paling kecil sehingga akan membuat porositas, kadar air

jenuh maupun daya serap airnya juga paling kecil (memiliki kekedapan yang paling

baik). Selain fungsi di atas, mortar hidrolik ini bisa juga berfungsii untuk mengisi

retakan pada dinding gua.

Foto 6.4. Mortar Hodrolik

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

53

b. Pelapisan bagian atas gua dengan lapisan kedap air dan saluran drainasePelapisan menggunakan bahan geosynthetic tipe campuran antara geotekstil yang

berfungsi filter dan lapisan drainasi. Bahan, ini selain kedap air, juga memiliki fungsi

drainasi dan filtrasi sehingga dapat mengalirkan air hujan ke saluran drainasi dan

juga mencegah penyumbatan saluran drainasi oleh butiran tanah.

Pelapis yang digunakan untuk melapisi bagian atas gua Gajah menggunakan

Geokomposit. Hal bertujuan menimalkan infiltrasi air hujan masuk ke dalam gua,

sehingga laju pelapukan yang disebabkan oleh faktor air dapat di minimalkan.

Geokomposit yang digunakan memiliki fungsi Drainase dan filtrasi. Pamasangan

lapisan Geokomposit diharapkan berfungsi efektif mengalirkan rembesan air hujan

ke sistem drainase. Filter pada geokomposit ini mencegah butiran halus dari tanah

asli di atasnya masuk ke saluran drainase, sehingga mencegah penyumbatan. Di

pasaran tipe yang dapat dipakai adalah produk Delta yang didistribusi PT.Geosinindo

atau Mirafi G-series dari Tencate.

Secara teknis pemasangan lapisan geokomposit dilakukan di bagian atas gua gajah

dengan kedalaman 15 cm, dan dibuat miring ke depan dan di depannya diberi

saluran drainase setengah lingkaran terbuka dengan diameter 30 cm. dan di

sambung pipa yang kemudian air dialirkan ke saluran drainase yang sudah ada di

kolam petirtaan. Untuk mencega tanah masuk ke saluran drainase di batas tanah

dengan saluran drainase diberi lapisan ijuk. Sedangkan di dalam saluran drainase di

beri kerikil. Lapisan geokomposit ini kemudian ditimbun tanah dan di atas tanah di

beri tanaman rumput. Untuk saluran drainase dibiarkan terbuka, sehingga saluran

drainse ini mempunyai 2 fungsi, selain sebagai tempatnya masuknya air dari lapisan

geokomposit, juga berfungsi untuk menampung air hujan.

Foto 6.5.Tipe geokomposit yang digunakan

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

54

B. Pelapisan dengan lapisan kedap air di bawah Lantai

Pelapisan di bawah lantai dengan menggunakan lapisan kedap air bertujuan untuk

mengurangi kelembaban bagian dalam gua yang ditimbulkan oleh kapiler air bawah tanah

yang naik ke atas. Bahan kedap air yang digunakan adalah geomembran. Lapisan

geomembran dapat mencegah kelembaban dari bawah tanah ke udara dalam gua,

sehingga dapat mengurangi tingkat kelembaban dalam gua. Secara teknis, lapisan

geomembran ini diletakkan di bawah lantai tanah dengan kedalam sekitar 15 cm. Setelah

lapisan geomembran dipasang kemudian ditutup dengan tanah dan di rapihkan seperti

sebelum dipasang geomembran. Ini sebagai teknik kamuflase sehingga kondisi lantai

kembali seperti kondisi aslinya.

Foto 6.6.. Tipe geomembranyang digunakan

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

55

Gambar 6.1. Skema aplikasi geosintetik dalam konservasi gua gajah

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

56

Gambar 6.2. Detail Posisi Geokomposit dan saluran air

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

57

Gambar 6.3. Detail Irisan Skema Geokomposit dan saluran pembuangan

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

58

5.5. Penanganan perkuatan Kala di pintu masuk.Di depan pintu masuk terdapat kala, yang kondisi di bawah di topang oleh besi yang telah

berkarat. Kondisi ini sangat membahayakan mengingat fungsi besi tersebut sebagai

penompang kala. Untuk itu perlu dilakukan penggantian besi dengan besi yang baru dari bahan

stainless dengan ukuran sama dengan besi yang terpasang. Teknis pemasangan besi

stainless, menginggat kerawaanan jika besi lama dilepas Kepala Kala akan jatuh, sebelum

dilepas perlu ditopang terlebih dahulu dengan menggunakan perancah. Sehingga pengambilan

besi lama dan pemasangan besi stainless akan lebih mudah (lihat gambar 6.4 dan gambar 6.5)

5.6. Analisis dampak penggunaan lilin, dupa dan kemenyanGua gajah saat ini masih digunakan sebagai ibadah oleh pemeluk agama Hindu. Dalam

melaksanakan ibadah menggunakan media dupa, kemenyan dan lilin. Berdasarkan hasil

pengumpulan data yang telah dilakukan menunjukkan penggunaan media tersebut

menimbulkan dampak bagi gua gajah berupa lapisan hitam di relung-relung tempat arca, relung

tanpa arca dan di beberapa dinding gua. Hasil Kajian yang telah dilakukan Yudi Suhartono, dkk

pada tahun 2014, menunjukan bahwa penggunaan lilin, dupa dan kemenyan membawa

dampak negatif di batu candi. Dampak negatif adalah dampak secara estetiika berupa gua

gajah menjadi kotor karena lapisan hitam yang tersebar di berbagai tempat dan kotoran bekas

aktifitas tersebut. Selain itu dampak negatif yang paling utama adalah . pembakaran dupa dan

lilin di dalam bangunan candi menjadi salah satu faktor pendukung pelapukan pada batu candi

(Suhartono, dkk, 2014). Berdasar hal tersebut diperlukan pengaturan dalam penggunaan lilin,

dupa dan kemenyan sehingga dapat mengurangi dampak negatif bagi kelestarian gua. Selain

itu perlu dilakukan pembersihan terhadap bekas sisa pembakaran lilin, dupa dan kemenyan

serta pembersihan lapisan hitam menggunakan bahan etanol meskipun bahan ini belum

maksimal untuk mengembalikan seperti sediakala sebelum terkena dampak.

5.7. Penanganan MikroorganismeMetode pembersihan mikroorganisme meliputi:

1. Pembersihan Mekanis Kering atau Dry Cleaning

Pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan sikat ijuk, sikat nylon, solet bambu, dan

sapu lidi untuk menghilangkan debu, sisa tanah, algae, moss, maupun tumbuhan tingkat

tinggi seperti spermatophyta dan pteridophyta.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

59

Gambar 6.4. Rekayasa pengambilan besi dan pemasangan stainless di bawah Kala

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

60

Gambar 6.5. Ukuran Pipa bulat stainless di pasaran

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

61

2. Pembersihan Mekanis Basah atau Wet Cleaning

Pembersihan basah dilakukan seperti dengan pembersihan mekanis kering tetapi ditambah

dengan menggunakan air. Yang harus dihindari adalah penggunaan air bertekanan tinggi

karena kondisi batuan yang memiliki kekerasan yang rendah (baik tanah Goa (bagian yang

mengeras : + 2 skala mohs) maupun batu pada Petirtaan (2-3 skala mohs). Sasaran yang

dibersihkan adalah sisa tanah, algae, moss dan lichen. Khusus lichen pada umumnya belum

bisa bersih dalam pembersihan ini, maka perlu dilanjutkan dengan pembersihan

menggunakan bahan kimia.

Foto 6.9. Salah satu bagian petirtaan yangditumbuhi lumut (moss)

Foto 6.10. Salah satu bagian petirtaanyang ditumbuhi Lichen

Foto 6.7. Bangunan petirtaan yangditumbuh organisme

Foto 6.8. Salah satu bagian petirtaan yangditumbuhi Algae

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

62

3. Pembersihan Kimiawi atau Chemical Cleaning

Pembersihan dengan menggunakan bahan kimia dimaksudkan untuk membersihkan

mikroorganisme yang tidak dapat dibersihkan dengan cara mekanis kering maupun

mekanis basah. Pembersihan lumut/ moss pada waktu dahulu menggunakan Hyvar Xl.

Sedangkan pembersihan alga menggunakan Hyamin. Akan tetapi karena ada pembatasan

penggunaan bahan kimia maka hyvar dan hyamin sudah tidak digunakan lagi. Jika dilihat

dari kondisi lumut dan alga di batuan Gua dan Petirtaan, metode pembersihan mekanis

kering dan mekanis basah sudah cukup untuk digunakan tanpa ditambah bahan-bahan

kimia.

Sedangkan mikroorganisme jenis lumut kerak (lichen), bahan kimia yang digunakan adalah

AC 322 yang berbentuk pasta, kemudian dioleskan pada permukaan batu yang ditumbuhi

lumut kerak dengan waktu kontak 24 jam. Obyek diusahakan dalam kondisi lembab selama

24 jam. Obyek kemudian dibersihkan dengan menggunakan air hingga air cucian mencapai

pH netral dan obyek bebas dari lichen. Perlakuan diberikan secara selektif yaitu hanya

pada obyek yang ditumbuhi lichen saja

4. Penggunakan minyak atsiri untuk membersihan mikroorganisem

Pengggunaan minyak atseri untuk konsrervasi tradisonal cagar budaya berbahan batu

khusunya pembersihan mikroorganiseme telah dikaji oleh Sri wahyuni dan kawan-kawan

pada tahun 2015 dan 2016, Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa penggunaan minyak

nilam, temu lawak dan minyak cengkeh efektif untuk mematiikan mikroorganise seperti

algae, lumut dan lichen. Secara teknis langkah-langkah pembersihan tradisonal meliputi :

penyemprotan minyak atsiri ke mikroorganisme, dibiarkan selama 24 jam, hasil akan

terlihat terjadi perubahan warna menjadi coklat, ini menunjukkan mikroornise seperti algae

dan lumut telah mati. Setelah itu dibersihakan secara mekanis.

5.8. Analisis Keausan Batu Tangga Pertitaan

Gua Gajah merupakan salah satu destinasi pariwisata utama di Bali. Peningggalan kerajaan

Bali kuna menarik perhatian ribuan wisatawan berkunjung ke situs ini. Banyaknya orang yang

berkunjung dan menuruni kolam petirtaan ternyata meninggalkan jejak – jejak kerusakan pada

batu tangga petirtaan. Jejak – jejak kerusakan tersebut di antaranya adanya keausan batu.

Aktifitas pengunjung pertirtaan yang bermacam – macam ternyata telah menyebabkan

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

63

beberapa batu yang sering dilalui atau sering bersetuhan (kontak dengan pengunjung) menjadi

aus atau rusak. Kerusakan tidak hanya pada tangga tetapi juga lantai petirtaan.

Kerusakan karena keausan tersebut tidak bisa disepelekan dan dipandang sebelah mata. Batu

yang berkontak langsung dengan pengunjung berangsur – angsur akan menjadi aus dan rusak,

hal ini selain mengurangi nilai arkeologis dan sejarah dari candi juga menyebabkan

berkurangnya nilai estetis candi dalam kaitannya dengan konservasi. Untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut, perlu langkah-langkah penanganan di antara pelapisan tangga dan

manajemen pengunjung.

Model pelapisan tangga sudah dilaksanakan di Candi Borobudur dan beberapa situs warisan

dunia di berbagai Negara seperti Percandian Angkor (kamboja) dan Kuil Tien Tan Temple of

Heaven (Cina) (Setyawan, dkk, 2010). Untuk tangga Candi Borobudur dilapisi dengan kayu jati

dan bantalan karet.

Foto 6.11. Pelapisan dengan kayu jati diCandi Borobudur Foto 6.12. Pelapisan dengan bantalan karet di

Candi Borobudur

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

64

Kondisi batu tangga kolam petirtaan gua gajah telah banyak mengalami keausan sehingga

perlu dicarikan solusi penanganannya untuk mencegah keruskan lebih lanjut. Solusi yang

ditawarkan dalam kajian adalah melapisi tangga dengan kayu dan management pengunjung.

Dalam pelapisan batu tangga kolam petirtaan, pemilihan bahan dan metode pengerjaan

didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

1. Tidak bersifat merusak keaslian batu penyusun sturktur tangga atau struktur asli lain di

sekitarnya.

2. Mengutamakan prinsip keaslian bentuk, tata letak, pengerjaan, dan bahan.

3. Reversible (dapat dihilangkan kembali tanpa menyebabkan kerusakan).

4. Efektif dapat langsung digunakan untuk melapisi struktur tangga candi tanpa menggunakan

alat bantu apapun.

5. Estetis atau selaras (tidak mengganggu pandangan dan selaras arsitektur candi).

6. Aman dan nyaman bagi pengunjung (Setyawan, dkk, 2010).

Selain pelapisan tangga kolam petirtaan, untuk mencegah lebih lanjut kerusakan pada kolam

petirtaan perlu juga dilakukan management pengunjung dalam hal ini adalah pembatasan

jumlah pengunjung menuju kolam petirtaan. Selain karena faktor keausan batu tangga, faktor

keselamatan pengunjung karena kondisi kolam yang licin dapat menjadi dasar untuk membatasi

atau melarang pengunjung masuk ke kolam petirtaan.

Foto 6.13. Pelapisan tangga di Angkor(Kamboja)

Foto 6.14. Pelapisan tangga di Kuil Tien(Cina)

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

65

Pembatasan jumlah pengunjung ini juga bisa diterapkan bagi wisatawan yang masuk ke

dalam gua. Pertimbangan melakukan pembatasan jumlah pengunjung karena gua gajah

telah mengalami pelapukan karena berbagai faktor termasuk faktor usia gua yang telah

berusia ratusan tahun.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

66

IV. PENUTUP

4.2. KesimpulanDari hasil anaslisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Batuan penyusun Gua Gajah merupakan endapan hasil aktivitas vulkanik yang tersusun

dari campuran abu vulkanik (atau tuf ketika mulai membatu) yang tersortasi sangat buruk

bersama dengan batuapung lapili, yang umumnya memiliki fragmen litik yang tersebar.

Batuan penyusun Gua Gajah merupakan endapan yang belum terkonsolidasi

2. Gua Gajah telah mengalami kerusakan dan pelapukan sehingga perlu penanagan

konservasi untuk mempertahankan kelestariannya.

3. Penyebab utama proses pelapukan batuan gua gajah kemungkinan adalah proses fisis

akibat kelembaban yang tinggi dan juga faktor biologis. Untuk itu perlu model penanganan

konservasinya

4. Untuk mengurai beban di atas gua perlu dilakukan Pembersihan lahan dari puing-puing,

sampah, sisa pepohonan dan rumpat ilang. Selain perlu dipertimbangkan untuk

menghilangkan vegetasi yang ada di atas gua, seperti pohon kelapa dan lain-lain. Hal ini

perlu dilakukan mengingat akar-akarnya telah menimbus ke dinding gua dan akan

mempercepat proses pelapukan gua.

5. Untuk mengurangi kelembaban giua, di bagian atas gua perlu dilapisi dengan lapisan

kedap air. Ada dua alternative yang di tawarkan. Pertama menggunakan mortar pc

ditambah sikaletk dan mortar kedua. Jika menggunakan kelemahan akan menambah

beban bagian atas gua. Alternatif kedua adalah menggunakan bahan kedap air

Geokomposit dan pembuatan saluran air. Alternatif kedua menguntungkan karena bahan

geomembram beratnya ringan sehingga akan menambah beban gua.

6. Untuk mengurangkan kelembaban yang disebabkan oleh kapiler air tanah, bagian bawah

tanah perlu dilapisi dengan bahan kedap air geomembran.

7. Hasil kajian menunjukan bahwa pertumbuhan mikroornisme seperti algae, lumut dan lichen

sangat tinggi teruatma di pertirtaan. Jika dibiarkan lebih lama akan terjadi proses pelapukan

secara biologis. Untuk mencegah terjadi pelapukan perlu dilakukan pembersihan terhadap

mikroorganise dengan cara mekanis basah dan kering dan pengggunaan bahan tradisional

seperti minyak atsiri untuk membantu mematikam pertumbuhan mikroorganisme.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

67

8. Penanganan keausan batu tangga kolam petirtaan dalam bentuk pelapisan batu tangga

dan lantai serta manajemen pengunjung.

4.3. Rekomendasi1. Kajian ini baru menampilkan model penanganan konservasi gua gajah. Sebelum

melakukan penanganan secara fisik, perlu dilakukan pekerjaan DED (Detail Engineering

Design) untuk menyusun secara detail rencana penanganan konservasi gua gajah.

2. Untuk menjaga kelestarian gua perlu dilakukan manajemen pengunjung dalam hal

pengaturan dan pembatasn jumlah pengunjung yang masuk ke gua, mengingat gua telah

beusia ratusan tahun dan telah mengalami proses pelapukan.

3. Pembatasan dan pengaturan pengunjung juga bisa diterapkan di kolam pertirtaan

mengingat kondisi tangga petirtaan telah mengalami proses keausan batu tangga.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

68

DAFTAR PUSTAKA

Doehne, E. 2002. Salt weathering: a selective review. Dalam Natural Stone, Weathering

Phenomena, Conservation Strategies and Case Studies. Geological Society

London, Special Publication 205, 51–64.

Drajat, Hari Untoro 1995 “Manajemen Sumber Daya Budaya Mati” dalam Seminar Nasional

Metodologi Riset Arkeologi. Depok : Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra

Universitas Indonesia.

Fisher, R.V., 1966, Mechanism of Deposition from Pyroclastic Flows, Amer. J. Sci.

Ford, D. & Williams, P. 2007. Karst Hydrogeology and Geomorphology. John Wiley & Sons,

Ltd., 562p.Hoek, E. 2000. Practical rock engineering. http://www.rockscience.com

Hunt, Roy E. 2007. Characteristics of geologic materials and formations : a field guide for

geotechnical engineers. Taylor & Francis, USA.

Hardiyatmo, Christady H. 2013. Geosintetik untuk rekayasa jalan raya: perancangan dan

aplikasi. UGM Press. Yogyakarta.

Kusmiati, Tjuk Nyak. Dkk. 1982. Laporan Pemugaran Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bali

dan Nusa Tenggara Barat. Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan

Sejarah dan Purbakala.

Pemerintah Kabupaten Gianyar, 2015, Peta Geologi Kabupaten Gianyar, Pemerintah

Kabupaten Gianyar.

Putra, I Gusti Ngurah. 2000. Laporan Kegiatan Konservasi Situs Gua Gajah, Desa Bedulu, Kec

Blah Batu, Gianyar, Bali. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Wilayah kerja

Propinsi Bali, NTT dan NTB.

Samuhan, La Ode, 2015, Geologi Pulau Bali, Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas

MIPA, Universitas Negeri Gorontalo.

Soesilo, Hendi, dkk. 2000. Laporan Studi Teknis Situs Gua Gajah, Kabupaten Gianyar, Propinsi

Bali. Balai Konservasi Borobudur.

Susila, I wayan dan I W.Gde Yadnya Tanaya. 2016. Laporan Kajian Pemanfaatan Situs Goa

Gajah Sebagai Objek Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Gianyar. Balai

Pelestarian Cagar Budaya Wilayah kerja Propinsi Bali, NTT dan NTB.

Setyawan, Hari, dkk. 2010. Kajian Perbaikan Tangga Candi Borobudur. Borobudur : Balai

Konservasi Borobudur

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Dasarborobudurpedia.id/wp-content/uploads/2020/07/Laporan... · 2020. 7. 21. · Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang utara-selatan yang tidak simetris

69

Suhartono, Yudi. 2008. Pelestarian Sumberdaya Arkeologi Dalam Konteks Keruangan Di

Kawasan Borobudur (Studi Kasus Candi Borobudur, Mendut Dan Pawon). Tesis.

Program Studi Arkeologi, Universitas Gadjah Mada.

Suhartono, Yudi,dkk. 2014. Dampak Negatif Dupa Dan Lilin Terhadap Batu Candi. Borobudur :

Balai Konservasi Borobudur.

Suantra, I Made dan I Wayan Muliarse. 2006. Pura Pegulingan, Tirtha Empul dan Goa Gajah,

Peninggalan Purbakala di aliran sungai Pakerisan dan Petanu. Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala Wilayah kerja Propinsi Bali, NTT dan NTB.

Wahyuni, Sri, dkk, 2015. Kajian Minyak Atsiri Untuk Konservasi Cagar Budaya Batu Tahap I.

Borobudur : Balai Konservasi Borobudur

Wahyuni, Sri, dkk, 2015. Kajian Minyak Atsiri Untuk Konservasi Cagar Budaya Batu Tahap Ii.

Borobudur : Balai Konservasi Borobudur

https://www.slideshare.net/krismayoga/kerajaan-hindu-di-bali, 2017