bab i pendahuluan 1etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72056/potongan/s1-2014... · 3 turunan...

4
1 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik dapat meringankan atau menekan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan mengatasi edema. Rasa nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri diakibatkan oleh beberapa rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisika sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin, histamin, serotonin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak. Analgesik secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgesik non narkotik seperti aspirin, parasetamol dan analgesik narkotik seperti morfin (Tjay and Rahardja, 2002; Mutschler, 1991). Aspirin merupakan jenis obat analgesik yang paling banyak digunakan di dunia. Diperkirakan penggunaan aspirin di Amerika mencapai 30 milyar tablet aspirin per tahun (Koester, 1993). Penggunaan aspirin sangat luas dan digolongkan sebagai obat bebas. Aspirin memiliki resorpsi yang cepat terutama pada bagian pertama duodenum, tetapi sifatnya yang asam (pKa 3,5) sebagian zat diserap di dalam lambung (Katzung, 2004). Hal ini menyebabkan resorpsi aspirin berkurang dan mengurangi daya analgesiknya. Aspirin terhidrolisis secara cepat menghasilkan produk asam salisilat dan asam asetat di dalam plasma darah (Marr, 2004). Asam salisilat memiliki daya analgesik yang lebih ringan dibandingkan aspirin, sehingga mengurangi kinerja aspirin sebagai analgesik. Pembuatan senyawa turunan aspirin terus dikembangkan untuk mendapatkan senyawa yang lebih stabil dan meningkatkan daya analgesik. Pembuatan senyawa turunan aspirin harus memiliki kinetika hidrolisis yang lebih lambat dibandingkan aspirin. Beberapa cara dilakukan untuk memperoleh turunan

Upload: dinhthien

Post on 02-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB IPENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik dapat meringankan

atau menekan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan mengatasi edema.

Rasa nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan

berkaitan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri diakibatkan oleh beberapa

rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisika

sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator

nyeri seperti brodikinin, histamin, serotonin dan prostaglandin yang akhirnya

mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak. Analgesik

secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgesik non narkotik

seperti aspirin, parasetamol dan analgesik narkotik seperti morfin (Tjay and

Rahardja, 2002; Mutschler, 1991).

Aspirin merupakan jenis obat analgesik yang paling banyak digunakan di

dunia. Diperkirakan penggunaan aspirin di Amerika mencapai 30 milyar tablet

aspirin per tahun (Koester, 1993). Penggunaan aspirin sangat luas dan

digolongkan sebagai obat bebas. Aspirin memiliki resorpsi yang cepat terutama

pada bagian pertama duodenum, tetapi sifatnya yang asam (pKa 3,5) sebagian zat

diserap di dalam lambung (Katzung, 2004). Hal ini menyebabkan resorpsi aspirin

berkurang dan mengurangi daya analgesiknya. Aspirin terhidrolisis secara cepat

menghasilkan produk asam salisilat dan asam asetat di dalam plasma darah (Marr,

2004). Asam salisilat memiliki daya analgesik yang lebih ringan dibandingkan

aspirin, sehingga mengurangi kinerja aspirin sebagai analgesik.

Pembuatan senyawa turunan aspirin terus dikembangkan untuk

mendapatkan senyawa yang lebih stabil dan meningkatkan daya analgesik.

Pembuatan senyawa turunan aspirin harus memiliki kinetika hidrolisis yang lebih

lambat dibandingkan aspirin. Beberapa cara dilakukan untuk memperoleh turunan

2

aspirin yang diharapkan memiliki daya analgesik yang sama atau lebih dengan

melakukan modifikasi pada gugus karboksilat pada aspirin. Atom hidrogen pada

gugus ini dapat diganti tanpa menghilangkan aktivitasnya, seperti pada logam

asetilsalisilat contohnya Na-asetilsalisilat, Mg-asetilsalisilat, Ca-asetilsalisilat, dan

Cu-asetilsalisilat (Wilson and Gisvold, 1998). Bentuk lainnya merupakan

modifikasi gugus benzoat pada aspirin yaitu ester asetilsalisilat (Gerber et al.,

2006), glukosa asetilsalisilat (Jakob and Tazawa, 2012), aspirin nitro releaser

(NO-aspirin) (Cena et al., 2003), dan isosorbida diaspirinat (Gilmer et al., 2002).

Gerber et al. (2006) melakukan sintesis dan uji daya tembus ester

asetilsalisilat terhadap membran kulit yang merupakan turunan aspirin. Ester

asetilsalisilat yang disintesis memiliki daya tembus yang lebih kecil dan bersifat

lipofil daripada aspirin. Sifat lipofil lebih besar mengindikasikan aktivitas sebagai

senyawa obat (farmasetik) yang lebih besar. Mukhrizal et al. (2013) melakukan

sintesis metil asetilsalisilat dengan mereaksikan metil salisilat dan asetat

anhidrida, dilakukan penambahan NaOH padatan sebagai katalis. Senyawa metil

asetilsalisilat menunjukkan aktivitas sebagai analgesik. Diyah et al. (2010)

melakukan penelitian kinetika degradasi turunan asam benzoilsalisilat dan asam

O-(4-klorobenzoil)salisilat yang merupakan turunan asam salisilat pada kondisi

basa yang menunjukkan dengan adanya gugus benzoil lebih stabil dibandingkan

gugus asetil pada aspirin.

Guna mendapatkan senyawa turunan aspirin maka perlu dilakukan

modifikasi untuk memperoleh aktivitas dan daya kerja yang lebih baik. Beberapa

turunan aspirin yang telah berhasil disintesis menunjukkan golongan ester

asetilsalisilat dan asam benzoilsalisilat memiliki stabilitas dan aksi yang lebih baik

daripada aspirin. Pembuatan senyawa turunan aspirin membutuhkan biaya yang

mahal karena menggunakan bahan dasar aspirin atau asam salisilat. Mengingat

kebutuhan obat jenis analgesik yang sangat banyak, diperlukan sintesis senyawa

analgesik baru dengan membuat senyawa analog aspirin. Salah satu cara

memperoleh senyawa analog aspirin dapat dilakukan dengan membuat senyawa

turunan dari metil salisilat yang diperoleh dari minyak gandapura. Esterifikasi

metil salisilat dengan asetil klorida dan benzoil klorida akan memperoleh senyawa

3

turunan berupa metil asetilsalisilat dan metil benzoilsalisilat. Sintesis metil

asetilsalisilat dengan metode esterifikasi metil salisilat dengan asetil klorida atau

benzoil klorida belum dilakukan. Keberadaan gugus metil ester dan gugus asetil

atau benzoil yang masuk diprediksi membuat stabilitasnya lebih baik dan lebih

bersifat lipofil.

Metil salisilat dapat diperoleh dari minyak gandapura (wintergreen oil).

Minyak gandapura sering digunakan sebagai minyak gosok dan banyak dijual di

pasaran. Bahkan minyak gandapura yang belum diolah mudah didapatkan di

pasaran. Diperkirakan minyak gandapura mengandung metil salisilat sekitar 90%

(Matsjeh, 2014). Diharapkan penggunaan metil salisilat dari bahan alam akan

menekan biaya dibandingkan menurunkannya langsung dari aspirin. Selain itu,

metil salisilat yang terkandung dalam minyak gandapura bisa digunakan sebagai

senyawa kunci dalam mensintesis senyawa obat dari bahan alam karena memiliki

kerangka struktur asam salisilat yang merupakan senyawa analgesik.

Pemanfaatan bahan-bahan alam yang melimpah di Indonesia seperti

minyak gandapura sebagai bahan dasar pembuatan senyawa obat sangat perlu

dilakukan. Dalam penelitian ini minyak gandapura dipilih sebagai bahan dasar

karena kandungannya yang kaya akan metil salisilat. Penelitian ini dikhususkan

pada sintesis metil asetilsalisilat dan metil benzoilsalisilat. Senyawa tersebut

dilakukan uji aktivitas analgesik terhadap mencit jantan galur swiss dan

membandingkannya dengan aspirin.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mensintesis metil asetilsalisilat dan metil benzoilsalisilat menggunakan bahan

dasar metil salisilat yang berasal dari minyak gandapura.

2. Mengetahui aktivitas analgesik metil asetilsalisilat dan metil benzoilsalisilat

dalam berbagai dosis.

3. Membandingkan aktivitas analgesik metil asetilsalisilat dan metil

benzoilsalisilat dengan aspirin.

4

1.3 Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan cara mensintesis senyawa metil asetilsalisilat dan

metil benzoilsalisilat dari metil salisilat yang berasal dari minyak gandapura.

2. Memperoleh data mengenai aktivitas senyawa metil ester asilsalisilat sebagai

senyawa analgesik.

3. Memanfaatkan bahan alam lokal sebagai bahan dasar sintesis senyawa obat.