laporan metil salisilat

Upload: citra-adelina-sitorus

Post on 13-Jan-2016

517 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

aaaa

TRANSCRIPT

14

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Karena sifatnya yang sangat iritatif, penggunaannya secara oral dihindari. Telah banyak dilakukan berbagai modifikasi terhadap struktur asam salisilat untuk memperkecil efek samping dan untuk meningkatkan aktivitas dari senyawa ini disamping untuk menghasilkan senyawa-senyawa yang dapat digunakan secara per oral. Modifikasi struktur yang telah dilakukan yaitu pada gugus karboksil, gugus hidroksi fenolik, maupun pada cincin benzena. Senyawa hasil modifikasi gugus hidroksi fenolik antara lain ialah asam asetil salisilat (aspirin) yang berkhasiat sebagai analgesik-antipiretik, antiinflamasi dan antiplatelet. Senyawa hasil modifikasi pada cincin benzena ialah diflusinal, sedangkan contoh hasil modifikasi gugus karboksil antara lain ialah metil salisilat untuk pemakaian topikal.Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisilat yang paling penting secara komersial, disamping asam asetil salisilat (aspirin). Pada suhu ruangan, metil salisilat berfase cair (tidak berwarna), mempunyai aroma yang khas, larut sempurna dalam alkohol, namun sukar larut dalam air. Metil salisilat mempunyai berbagai kegunaan. Pada industri farmasi, metil salisilat digunakan sebagai bahan aktif dalam berbagai formulasi produk untuk mendapatkan efek analgesiknya. Aroma dan rasanya yang khas juga membuatnya banyak digunakan di industri makanan atau minuman dan industri kosmetik.

Metil salisilat dapat diambil dari tanaman Wintergreen dan Sweet Birch dengan ekstraksi karena tanaman tersebut banyak mengandung Glucoside. Namun karena kegunaannya yang luas dalam berbagai industri sehingga permintaan akan metil salisilat terus meningkat setiap tahunnya, saat ini metil salisilat banyak diproduksi dengan cara mensintesis metil salisilat dari asam salisilat dan metanol dengan reaksi esterifikasi. Oleh karena itu, percobaan sintesis metil salisilat perlu dilakukan untuk mempelajari reaksi pembentukan metil salisilat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang dapat dirumuskan pada percobaan ini yaitu bagaimana reaksi esterifikasi pembuatan metil salisilat, bagaimana uji organoleptik pada produk yang dihasilkan, dan berapa kadar metil salisilat yang dihasilkan.1.3. Tujuan Percobaan

Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari reaksi esterifikasi pembuatan metil salisilat dan melakukan uji organoleptik pada produk yang dihasilkan.1.4. Ruang Lingkup Percobaan

Percobaan dilakukan di Laboratorium Rekayasa Produk dan Integrasi Proses FT. UNTIRTA. Bahan-bahan yang digunakan yaitu asam salisilat, metanol, asam sulfat pekat, larutan NaHCO3 jenuh, MgSO4 anhidrat, dan batu didih.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Asam Salisilat

Asam salisilat merupakan senyawa golongan asam karboksilat yang digunakan pertama kali sebagai analgesik. Selain itu juga merupakan obat untuk antipiretik dan anti-inflamasi. Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem saraf pusat tanpa menekan kesadaran, sedangkan antipiretik adalah obat yang menekan suhu tubuh pada keadaan demam. Karena kedua efek ini didapatkan dalam satu obat, istilah analgesic-antipiretik dipakai sebagai satu kesatuan. Sedangkan anti-inflamasi adalah untuk mengatasi inflamasi / pembengkakan (Djamhuri, 1995).Selain digunakan sebagai bahan utama pembuatan aspirin, asam salisilat juga dapat digunakan sebagai bahan baku obat yang menjadi turunan asam salisilat. Misalnya, natrium salisilat yang dapat digunakan sebagai analgesic dan antipiretik serta untuk terapi bagi penderita rematik akut; amonium salisilat digunakan sebagai obat penghilang kuman penyakit serta bakteri; kalsium salisilat untuk mengatasi diare; timbal salisilat lebih digunakan untuk bahan cat sehingga memiliki ketahanan yang lebih terhadap embun, cahaya, dan panas; magnesium salisilat digunakan sebagai bahan pembuat resin dan amil salisilat berfungsi sebagai bahan baku penyedap rasa dan intisari buah, bahan pembuat parfum, dan industri sabun. Sedangkan turunan lain asam salisilat yang dapat digunakan sebagai krim penahan sinar ultraviolet diantaranya adalah benzil salisik dan fenil salisik (Foye dkk, 1995).2.2. Metil Salisilat

Metil salisilat merupakan senyawa ester yang pada suhu ruangan berfase cair (tidak berwarna), mempunyai aroma yang khas, larut sempurna dalam alcohol, namun sukar larut dalam air. Sebagai bahan obat, metil salisilat merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (NSAID) golongan salisilat. Bahan ini dapat dibuat dalam bentuk sediaan berupa linimentum atau salep yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri pada pinggang, panggul, dan rematik. Manfaat lain dari metil salisilat adalah dapat digunakan sebagai bahan untuk formula keratolitik, anti plak (pada obat kumur), bahan perasa dengan kadar tidak lebih dari 0,04% dan bahan pewangi pada pestisida golongan organofosfat. Selain itu juga dapat digunakan untuk memperjelas warna dari jaringan tanaman atau binatang untuk keperluan imunohistokimia.Metil salisilat dapat diambil dari tanaman Wintergreen dan Sweet Birch dengan ekstraksi karena tanaman tersebut banyak mengandung Glucoside. Secara komersial, produksi metil salisilat merupakan hasil esterifikasi asam salisilat dan metanol dengan menggunakan katalis asam.2.3. Sintesis

Sintesis kimia adalah kegiatan melakukan reaksi kimia untuk memperoleh suatu produk kimia, ataupun beberapa produk. Hal ini terjadi berdasarkan peristiwa fisik dan kimia yang melibatkan satu reaksi atau lebih. Sintesis kimia adalah suatu proses yang dapat direproduksi selama kondisi yang diperlukan terpenuhi.Sintesis kimia dimulai dengan pemilihan senyawa kimia yang biasa dikenal dengan sebutan reagen atau reaktan. Proses ini membutuhkan pengadukan dan dilakukan di suatu wadah reaksi seperti reaktor kimia atau sebuah labu reaksi sederhana. Beberapa reaksi membutuhkan prosedur tertentu sebelum menghasilkan produk yang diinginkan. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu sintesis kimia dikenal dengan istilah perolehan reaksi (dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah yield). Umumnya, perolehan reaksi dinyatakan sebagai berat dalam satuan gram atau sebagai persentase dari jumlah produk yang secara teoritis dapat dihasilkan. Dalam suatu sintesa kimia, terdapat kemungkinan adanya reaksi samping yang menghasilkan produk yang tidak diinginkan. Reaksi samping menyebabkan turunnya perolehan produk yang diinginkan. Bila menginginkan produk dengan kemurnian yang tinggi, tahap pemurnian perlu dilakukan dengan melakukan proses pemisahan.2.4. Reaksi Esterifikasi

Secara umum, reaksi esterifikasi adalah reaksi antara alkohol dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1981).Reaksi esterifikasi menggunakan katalis asam disebut Fischer Esterification. Proses reaksi akan berlangsung lambat tanpa adanya katalis berupa asam kuat, tetapi reaksi akan mencapai kesetimbangan dalam waktu yang singkat ketika asam karboksilat dan alkohol direfluks dengan asam sulfat pekat atau asam klorida dalam jumlah sedikit. Reaksi antara asam salisilat dan metanol menggunakan katalis berupa asam sulfat akan menghasilkan metil salisilat. Karena reaksi esterifikasi bersifat reversible, untuk memperoleh rendemen tinggi metil salisilat, kesetimbangan harus digeser ke arah metil salisilat. Satu teknik untuk mencapai ini adalah menggunakan zat pereaksi metanol berlebih (Daniel dkk, 2011).Adapun reaksi sintesis metil salisilat dari asam salisilat yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Reaksi Esterifikasi Asam Salisilat

2.5. Refluks

Refluks adalah salah suatu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguap. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif. Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau bahannya dimasukkan dalam labu bundar leher tiga. Kemudian dimasukkan batang magnet stirer setelah kondensor pendingin air terpasang, campuran diaduk dan direfluks selama waktu tertentu sesuai dengan reaksinya. Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi. Gas N2 dimasukkan pada salah satu leher dari labu bundar. BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN3.1. Tempat Praktikum

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Produk dan Integrasi Proses FT. UNTIRTA dan diasisteni oleh Dela Astriana Indah N.3.2. Alat dan Bahan3.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:

a. Batang pengaduk 1 buahb. Corong pemisah 1 buahc. Erlenmeyer 1 buahd. Gelas beker 500 ml 1 buah

e. Gelas ukur 25 ml 1 buah

f. Hot plate 1 buahg. Kondensor lurus 1 buahh. Kondensor buble 1 buahi. Labu leher tiga 1 buahj. Pipa elbow 1 buahk. Pipa T 1 buahl. Termometer 1 buah3.2.2. BahanBahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi:

a. Asam salisilat

b. Asam sulfat pekat

c. Es batu

d. Larutan NaHCO3 jenuh

e. Magnetic stirrer

f. Metanol

g. MgSO4 anhidrat

3.3. Diagram Alir Percobaan3.3.1 Diagram Alir Sintesis Metil Salisilat

Diagram alir pada percobaan sintesis metil salisilat kali ini yaitu:10 gram asam salisilat

20 ml metanol2 ml asam sulfat pekat

magnetic stirrer

250 ml aquades

NaHCO3

5 gram MgSO4 anhidrat

Gambar 2. Diagram Alir Sintesi Metil Salisilat3.3.2. Diagram Alir Penentuan Mutu Kadar Metil Salisilat

Sampel produk

NaOH 0.1 N

H2SO4

Sampel produk

Indikator PP

Gambar 3. Diagram Alir Penentuan Mutu Kadar Metil Salisilat3.4. Prosedur Percobaan3.4.1. Prosedur Sintesis Metil Salisilat

Prosedur pembuatan metil salisilat pada percobaan ini, yaitu:1. Memasukkan ke dalam labu leher tiga 10 gram asam salisilat, 20 ml metanol, 2 ml asam sulfat pekat dan batu didih, lalu menggocoknya.2. Melengkapi labu dengan pendingin balik, kemudian merefluk campuran selama 1 jam.3. Kemudian memindahkan campuran ke dalam labu destilasi. Mendestilasi kelebihan metanol absolut pada 65C (menghitung volume metanol berlebih teoritis), lalu mendinginkannya.4. Menuangkan cairan ke dalam decanter dan ditambahkan 250 ml aquades pada gelas beker, mengaduk, dan mendinginkan.5. Setelah lapisan ester mengendap, menambahkan NaHCO3 sampai netral, lalu mengecek dengan kertas lakmus. Memisahkan esternya dengan mendekater atau dengan corong pemisah.6. Mengeringkan dengan 5 gram MgSO4 anhidrat dalam erlenmeyer selama 30 menit.7. Menyaring ester dengan kertas saring.8. Mengumpulkan metil salisilat pada suhu 221-224C.9. Menghitung rendemennya.

3.4.2. Uji mutu kadar metal salisilat:1. Menyiapkan alat dan bahan.2. Memasukkan sampel kedalam labu ukur alas datar menambahkan NaOH 0,1 N.3. Mendidihkan perlahan lahan dalam refluk selama 30-60 menit.

4. Setelah larutan didinginkan bilas kondensor dengan air.

5. Menambahkan indikator PP 2 tetes.

3.5. Gambar Alat

Gambar 4. Seperangkat Alat Refluks

Gambar 5. Seperangkat Alat Destilasi

3.6. Variabel PercobaanDalam percobaan kali ini yang menjadi variabel tetapnya yaitu metanol, asam salisilat dan air, sedangkan yang berperan sebagai variabel berubahnya yaitu waktu refluks dan waktu destilasi.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:Tabel 1. Hasil Percobaan Sintesis Metil SalisilatNoDataHasil Percobaan

1% rendemen15.4 %

2Kadar Metil Salisilat35.6148 %

3Volume Titrasi H2SO40.8 ml

4.2. PembahasanSenyawa metil salisilat dapat dibuat dengan reaksi esterifikasi, yaitu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol yang menghasilkan senyawa ester. Bahan dasar yang digunakan adalah asam salisilat, dimana asam salisilat direaksikan dengan metanol dan dibantu oleh katalis asam sulfat pekat pada suhu 70-80o C selama 1 jam. Selain itu, pada proses pembuatan metil salisilat juga ditambahkan larutan jenuh natrium bikarbonat dan magnesium sulfat anhidrat. Natrium bikarbonat digunakan untuk memisahkan asam salisilat dari metil salisilat. Natrium bikarbonat akan bereaksi dengan asam salisilat membentuk natrium salisilat yang larut dalam air, sedangkan magnesium sulfat digunakan untuk memisahkan air yang masih terdapat dalam metil salisilat. Kemampuan magnesium sulfat untuk menarik air sangat besar, yaitu satu molekul magnesium sulfat mampu mengikat tujuh molekul air.

Dalam proses reaksi esterifikasi tersebut menggunakan metode refluks. Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kima untuk mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Metode refluks digunakan karena dalam pembuatan metil salisilat menggunakan pereaksi metanol yang bersifat volatile (mudah menguap) dan sekaligus berfungsi sebagai media reaksi (pelarut). Dengan menggunakan refluks, jumlah metanol tidak akan berubah selama proses berlangsung. Suhu refluks yang digunakan yaitu di bawah 80o C, dengan alasan bahwa suhu tersebut tidak melebihi titik didih pelarut. Setelah proses refluks selesai, pelarut dipisahkan dari hasil reaksi dengan metode destilasi. Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih. Destilasi dilakukan pada suhu 65o C agar metil salisilat tidak ikut menguap bersama metanol.

Gambar 6. Proses Refluks

Gambar 7. Proses Destilasi

Setelah melalui proses pemurnian, diperoleh produk berupa larutan kuning kecoklatan, berbau khas (seperti minyak gandapura) dan memberikan rasa panas ketika dioleskan pada tangan. Larutan tersebut seharusnya berwarna kuning kemerahan. Kesalahan tersebut terjadi karena labu leher tiga yang digunakan pada saat proses refluks tidak dibersihkan terlebih dahulu sehingga larutan tercampur dengan kotoran yang ada di dalam labu dan mempengaruhi warna produk yang dihasilkan.

Gambar 8. Produk yang Dihasilkan

Selanjutnya dilakukan penetapan mutu kadar pada produk yang dihasilkan, yaitu dengan menambahkan NaOH 0.1 N ke dalam sampel produk kemudian direfluks dan mentitrasi kelebihan basa dengan asam sulfat 0.1 N dengan penambahan indikator phenolftalein. Fungsi indikator phenolftalein adalah untuk mengetahui apakah reaksi sudah mencapai titik ekuivalen atau belum. Dari percobaan yang telah dilakukan, metil salisilat yang diperoleh yaitu sebesar 15.4 %, sedangkan berdasarkan penetapan mutu kadar (Depkes, 1995: 1 ml NaOH 1N setara dengan 152.2 mg metil salisilat), metil salisilat yang diperoleh seharusnya sebesar 35.6148 %. Perolehan hasil yang berbeda dengan literatur disebabkan karena kesalahan pada saat pengenceran H2SO4 yang digunakan untuk titrasi. Volume H2SO4 yang digunakan seharusnya 14 ml, tetapi pada percobaan ini hanya 1.4 ml sehingga mempengaruhi hasil metil salisilat yang diperoleh.

Gambar 9. Titrasi Uji Kadar Mutu ProdukBAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan:

1. Metil salisilat dapat diperoleh dengan cara mensintesis asam salisilat dengan metanol. Reaksi yang terjadi disebut reaksi esterifikasi, yaitu reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol yang menghasilkan senyawa ester.2. Metil salisilat yang diperoleh sebanyak 1.54 gram. Produk yang terbentuk berupa larutan kuning kecoklatan, berbau khas (seperti minyak gandapura), dan terasa panas ketika dioleskan pada kulit.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikan selanjutnya, yaitu:

1. Agar asam salisilat yang digunakan jumlahnya lebih banyak, karena dari percobaan yang telah dilakukan, dengan asam salisilat sebanyak 10 gram, metil salisilat yang dihasilkan sangat sedikit.DAFTAR PUSTAKA

Daniel dkk. 2011. Sintesis 2-Hidroksi-N-Fenil-Benzamida Melalui Esterifikasi Asam Salisilat Dilanjutkan Proses Amidasi Dengan Fenilamina. Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman: Samarinda.

Djamhuri, Agus. 1995. Sinopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik dan Perawatan. Cetakan III. Hipokrates: Jakarta.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Foye WO dkk. 1995. Medical Chemistry. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Rudyanto, Marcellino dkk. (2005). Sintesis N-Metilsalisilamida, N,N-Dimetilsalisilamida dan Salisilpiperidida. Akta Kimindo. 1. No 1 Oktober 2005: 27-34.

Labu leher tiga

Merefluks selama 1 jam

Mendestilasi pada suhu 65o C

Mendinginkan cairan dalam labu leher tiga

Dekanter

Endapan ester

Menetralkan ester

Memisahkan ester dengan corong pemisah

Mengeringkan ester

Menyaring ester dengan kertas saring

Mengumpulkan metil salisilat pada suhu 221-224o C

Menghitung rendemennya

Labu leher tiga

Merefluks selama 45 menit

Erlenmeyer

Buret

Erlenmeyer

Mentitrasi sampel

Menghitung kadar metil salisilat

_1489462315.unknown

_1489462828.unknown