bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/bab_1_sampai_bab_7.pdf ·...

67
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita Indonesia adalah bagian yang tak terpisahkan dan menempati posisi yang sangat signifikan dalam kehidupan dan pembangunan di Indonesia. Keterlibatan wanita sebagai pelaku kriminalitas bukan merupakan sesuatu yang baru, walaupun keterlibatan ini relatife lebih kecil dibandingkan pria (Armasanti 2011). Pada tahun 1988, Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Departemen Kehakiman melakukan studi mengenai menu makanan di beberapa institusi rumah tahanan negara (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas), memberikan informasi bahwa konsumsi makanan yang disediakan di rutan dan lapas bagi warga binaan masih kurang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Selanjutnya, hasil studi tentang kesehatan warga binaan di rutan dan lapas yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Departemen Kehakiman pada tahun 1990, menunjukkan bahwa prevalensi penyakit avitaminosis dan kurang gizi adalah 14,3%, anemia 8,2% dan prevalensi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gizi mencapai 40,9% (Departemen Kesehatan RI. 2009) Perlindungan terhadap setiap warga negara termasuk yang berada di lembaga pemasyarakatan atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu, dengan meningkatkan kualitas dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi sangat berperan

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wanita Indonesia adalah bagian yang tak terpisahkan dan menempati

posisi yang sangat signifikan dalam kehidupan dan pembangunan di

Indonesia. Keterlibatan wanita sebagai pelaku kriminalitas bukan merupakan

sesuatu yang baru, walaupun keterlibatan ini relatife lebih kecil dibandingkan

pria (Armasanti 2011).

Pada tahun 1988, Departemen Kesehatan bekerjasama dengan

Departemen Kehakiman melakukan studi mengenai menu makanan di

beberapa institusi rumah tahanan negara (rutan) dan lembaga

pemasyarakatan (lapas), memberikan informasi bahwa konsumsi makanan

yang disediakan di rutan dan lapas bagi warga binaan masih kurang

dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan

menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Selanjutnya, hasil studi tentang

kesehatan warga binaan di rutan dan lapas yang dilakukan Departemen

Kesehatan dan Departemen Kehakiman pada tahun 1990, menunjukkan

bahwa prevalensi penyakit avitaminosis dan kurang gizi adalah 14,3%,

anemia 8,2% dan prevalensi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

gizi mencapai 40,9% (Departemen Kesehatan RI. 2009)

Perlindungan terhadap setiap warga negara termasuk yang berada di

lembaga pemasyarakatan atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu, dengan

meningkatkan kualitas dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi sangat berperan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

2

dalam meningkatkan status gizi masyarakat, termasuk Warga Binaan

Pemasyarakatan (WBP) di lembaga pemasyarakatan (Departemen

Kesehatan RI. 2009).

Zat gizi adalah senyawa kimia yang diperlukan tubuh untuk dapat

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat gizi

dalam makanan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu zat gizi makro

dan zat gizi mikro sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh dalam

sehari. Zat gizi makro adalah zat gizi yang membentuk bagian utama

makanan yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang lebih banyak, yaitu

karbohidrat, protein, dan lemak. (Almatsier 2006).

Dari hasil penelitian sebelumnya mengenai kajian pola konsumsi

dan tingkat kecukupan makronutrien serta status gizi narapidana anak di

lembaga pemasyarakatam kelas II A Kupang, menunjukkan bahwa tingkat

kecukupan makronutrien narapidana yaitu energi 83,12 %, Kh 122,12 %,

Protein 77,25 % dan lemak 22,86 %, dimana dapat ditarik kesimpulan

bahwa energi, protein dan lemak tergolong dalam kategori defisit,

sedangkan karbohidrat lebih. Sedangkan untuk status gizinya berdasarkan

indeks BB/U yaitu sebanyak 58,33 % tergolong status gizi baik dan 41,67

% tergolong kategori status gizi kurang. Berdasarkan indeks TB/U, masing-

masing kategori status gizi yaitu normal dan pendek mempunyai

persentase yang sama sebanyak 50%. (H Asmaya, Jutomo L, Lada C. O.

2009). Sedangkan berdasarkan hasil analisis zat gizi makro pada siklus

menu 10 hari di Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang pada

tahun 2010 didapatkan rata-rata energi dari makanan yang disajikan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

3

sebesar 2355,02 kkal dengan komposisi 12,41% protein, 11,59% lemak,

75,5 % karbohidrat (Sartika dkk, 2010)

Oleh karena minimnya penelitian mengenai konsumsi pada

narapidana terlebih narapidana wanita yang sangat rentan terjadi

perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang

berjudul “Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro

(Karbohidrat, Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi (Studi kasus Pada

Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota

Malang)” ini nantinya dapat menjadi masukan untuk penetapan kebijakan

pemerintah yang berhubungan dengan upaya perbaikan gizi, dan evaluasi

menu di lembaga pemasyarakatan agar menu makanan yang disediakan di

lembaga pemasyarakatan khususnya di kota Malang seimbang dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi narapidana wanita disana.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah Ada Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro

(Karbohidrat, Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana

Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro (Karbohidrat,

Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana Wanita Di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

4

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat konsumsi energi narapidana wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Kelas II A di kota Malang

2. Mengetahui tingkat konsumsi zat gizi makro (Karbohidrat, protein, dan

lemak narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas

II A di kota Malang

3. Mengetahui status gizi narapidana wanita di Lembaga

Permasyarakatan Wanita Kelas II A di kota Malang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Akademisi/Institusi

1. Sebagai bahan masukan bagi institusi tempat penelitian untuk

memperhatikan tingkat konsumsi energi dan zat gizi makro narapidanya

agar tercapai status gizi yang baik

2. Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi masukan bagi

pihak­pihak terkait untuk lebih memperhatikan kesejahteraan narapidana

didalam lapas, sehingga tetap mempertahankan kualitas kesehatannya.

1.4.2 Bagi Praktisi Kesehatan

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat

konsumsi energi dan zat gizi makro terhadap status gizi narapidana

wanita sehingga dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk

penanganan selanjutnya (upaya peningkatan kualitas makan bagi

narapidana)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

5

2. Menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian ilmiah, serta

dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan selama masa

pendidikan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Definisi

Status gizi adalah ekspresi dari kesinambungan dalam bentuk

variabel-variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari

keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan

zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari terjadinya zat gizi

dalam seluruh tubuh (Supriasa, 2002 dalam gozali 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang antara lain,

produk pangan, pembagian pangan atau pangan, akseptabilitas (daya trima),

prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, pantangan pada makanan

tertentu, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan ekonomi,

kebiasaan makanan, selera makan, sanitasi makanan, dan pengetahuan gizi

(Krisno, 2004 dalam Gozali 2010).

Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat

yaitu gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas, gizi

baik untuk well nourished, gizi kurang untuk under weight yang mencakup

mild dan moderate PCM (Protein Calori Malnutrition), gizi buruk untuk severe

PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwashiorkor, dan kwashiorkor.

Beberapa istilah yang terkait dengan status gizi antara lain,

malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi) Keadaan patologis akibat kekurangan

atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Kurang

Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

7

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari - hari dan

atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya

kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO –

NCHS. Kurang energi protein merupakan defisiensi gizi (energi dan protein)

yang paling berat dan meluas terutama pada balita (Supariasa, 2002).

2.1.2 Cara Penentuan Status Gizi

Status gizi dapat ditentukan secara langsung dan secara tidak

langsung (Widardo, 1997). Sedangkan menurut Supariasa (2002), penilaian

status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi lima penilaian yaitu

antropometri, klinis, biokimia, biofisik, survey konsumsi makanan

2.1.2.1 Antropometri

Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2.1.2.2 Klinis

Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan

yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat

dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

8

rambut dan mukosa oral atau pada organ – organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat

(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat

tanda – tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseoran

dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat penyakit.

2.1.2.3 Biokimia

Penilaian satus gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan

juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis

yang kurang spesifik, maka penentuan secara faali dapat lebih banyak

menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

2.1.2.4 Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi

tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness).

Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

9

2.1.2.5 Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi.

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran

tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.

Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi dua yaitu,

Statistik Vital yang merupakan cara menganalisis data beberapa statistik

kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan

kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan

dengan gizi. Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital

dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran

status gizi masyarakat.

Cara yang kedua adalah dengan Faktor Ekologi, Bengoa

mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah

makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,

tanah, irigasi, dan lain – lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat

penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai

dasar untuk melakukan program intervensi gizi. Faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi persediaan pangan dan asupan gizi seseorang adalah

lingkungan fisik, biologis, budaya, sosial, ekonomi, dan politik (Achmadi,

2009 dalam Gozali 2010)

Penilaian status gizi secara klinis didapatkan kesukaran dalam

pembakuannya dan sering sangat subyektif. Selain itu cara ini tergolong

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

10

mahal dari sudut tenaga karena diperlukan keterampilan khusus untuk

melakukannya (Widardo, 1997 dalam Gozali 2010). Di masyarakat, cara

pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri

gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi

anak balita menggunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai

status gizi. Disamping itu dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat

selalu menggunakan metode tersebut (Supariasa, 2002 dalam Gozali 2010).

Pengukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat

diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara berkembang.

Pengukuran ini merupakan cara pengukuran yang sederhana, sehingga

pelaksanaannya tidak hanya di rumah sakit atau puskesmas, tetapi dapat

dilakukan di posyandu, PKK, atau rumah penduduk (Widardo,1997 dalam

Gozali 2010).

Cara menghitung status gizi :

Klasifikasi Status Gizi untuk orang Asia dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi untuk orang Asia (WHO, 2004)

IMT < 18.5

18.5-22.99

23-27.49

27.5-32.49

32.5-37.49

>37.5

Underweight

Normal

Overweight

Obese class I

Obese class II

Obese class III

IMT kg/m2 = BB (kg) / (Tb (m))

2

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

11

2.2 Energi

2.2.1 Kecukupan Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein

dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme,

pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi

disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek

dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (IOM, 2002).

Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat

dan protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain lemak/gajih

dan minyak, buah berlemak (alpokat), biji berminyak (biji wijen, bunga

matahari dan kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air

rendah (kacang tanah dan kacang kedele), dan aneka pangan produk

turunnanya. Pangan sumber energi yang kaya karbohidrat antara lain beras,

jagung, oat, serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah

dengan kadar air rendah (pisang, kurma dan lain lain) dan aneka produk

turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging,

ikan, telur, susu dan aneka produk turunannya. Angka kecukupan Energi

berdasarkan AKG 2004 dapat dilihat pada tabel 2.2

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

12

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Energi Pada Wanita Menurut Umur Berdasarkan

AKG 2004

Kelompok umur

(wanita)

Berat badan (kg)

Tinggi badan (cm)

Energi (kkal)

10-12 thn 37 145 2050

13-15 th 48 153 2350

16-18 thn 50 154 2200

19-29 thn 52 156 1900

30- 49 thn 55 156 1800

50-64 thn 55 156 1750

60 + thn 55 156 1600

Sumber : AKG 2004

2.2.2 Akibat Kekurangan Energi

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan

kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan

energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan yang

seharusnya. Bila terjadi pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat

badan dan kerusakan jaringan tubuh (Almatsier, 2004).

2.2.2 akibat Kelebihan Energi

Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan

melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi

lemak tubuh, akibatanya terjadi berat badan lebih atau kegemukan.

Kegemukan bisa disebabakan oleh kebanyakan makanan dalam hal

karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak.

Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

13

risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi,

penyakit jantung koroner, penyakit kanker, dan dapat memperpendek

harapan hidup (Almatsier, 2004).

2.3 Protein

2.3.1 Kecukupan protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein,

separonya ada didalam otot, seperlima dalam tulang, dan tulang rawan,

sepersepuluh di dalam kilut, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan

tubuh. semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,

matrik intraseluler dan sebagiannya adalah protein. Di samping itu asam

amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekusor sebagai besar

koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk

kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh

zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh

(Almatsier, 2004).

Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan asam

amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi

terbatas dari karbohidrat dan lemak. Pangan sumber protein hewani meliputi

daging, telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahnya. Pangan sumber protein

nabati maliputi kedele, kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti tempe,

tahu, susu kedele (Almatsier, 2004). Angka kecukupan protein berdasarkan

AKG dapat dilihat pada tabel 2.3

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

14

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein Pada Wanita Menurut Umur Berdasarkan

AKG 2004

Kelompok umur

(wanita)

Berat badan (kg)

Tinggi badan (cm)

Protein (gr)

10-12 thn 37 145 50

13-15 th 48 153 57

16-18 thn 50 154 50

19-29 thn 52 156 50

30- 49 thn 55 156 50

50-64 thn 55 156 50

60 + thn 55 156 50

Sumber : AKG 2004

2.3.2 Akibat Kekurangan Protein

Kekurangan protein banyak terjadi pada masyarakat sosial

ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat

menyebabkan kwasiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun.

Kekurangan protein sering ditemukan bersamaan dengan kekurangan

energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Sindroma

gabungan ini dinamakan Kurang Energi Protein (KEP). Sindroma ini

merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia (Almatsier,2004).

2.3.3 Akibat kelebihan Protein

Kelebihan protein disimpan sebagai protein visceral (visceral

protein) dan somatik (somatic protein). Cadangan protein visceral meliputi

protein plasma, hemoglobin, beberapa komponen pembekuan, hormon,

dan antibodi. Cadangan protein somatik meliputi cadangan pada otot

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

15

rangka dan polos. Cadangan protein sangat esensial untuk berbagai

fungsi fisiologi dasar; sehingga, berkurangnya cadangan protein berakibat

pada berkurangnya fungsi tubuh yang esensial (Almatsier,2004).

Kelebihan Protein secara berlebihan tidak menguntungkan bagi

tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat

dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein tidak baik, karena dapat

mengganggu metabolisme protein yang berada di hati. Ginjal pun akan

terganggu tugasnya, karena bertugas membuang hasil metabolisme

protein yang tidak terpakai. Dan jika kadar protein terlalu tinggi akan

menyebabkan kalsium keluar dari tubuh. Hal ini bisa jadi penyebab

osteoporosis, karena protein merupakan makanan pembentuk asam,

kelebihan asupan protein akan meningkatkan kadar keasaman tubuh,

khususnya keasaman darah dan jaringan. Kondisi ini disebut asidosis.

Gangguan pencernaan, seperti kembung, sakit mag, sembelit, merupakan

gejala awal asidosis (Almatsier,2004).

2.4 Karbohidrat

2.4.1 Kecukupan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro. Karbohidrat ada

yang dapat dicerna oleh tubuh sehingga menghasilkan glukosa dan energi,

dan ada pula karbohidrat yang tidak dapat dicerna yang berguna sebagai

serat makanan. Fungsi utama karbohidrat yang dapat dicerna bagi

manusia adalah untuk menyediakan energi bagi sel, termasuk sel-sel otak

yang kerjanya tergantung pada suplai karbohidrat berupa glukosa.

Kekurangan glukosa darah (hipoglikemia) bisa menyebakan pingsan atau

fatal; sementara bila kelebihan glukosa darah menimbulkan hiperglikemia

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

16

yang bila berlangsung terus meningkatkan risiko penyakit diabetes atau

kencing manis (Mahan K. dan Escott-Stump, 2008).

Bila tidak ada karbohidrat asam amino dan gliserol yang berasl dari

lemak dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan

sstem saraf pusat. Olaeh sebab itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan

karbohidrat sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan WHO

(1990) menganjukan agar 55 – 75 % konsumsi energi total berasal dari

karbohidrat komplek dan paling banyak hanya 10 % berasal dari gula

sederhana (Almatsier, 2004)

2.5 Lemak

2.5.1 Kecukupan Lemak

Lemak (lipid) merupakan komponen struktural dari semua sel-sel

tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh

(McGuire and Beerman, 2011). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan

sterol yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan

manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida.

Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping

mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan

cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-

asam lemak esensial (Mahan, LK dan Escott-Stump, S, 2008). Selain itu

juga berfungsi penting dalam metabolisme zat gizi, terutama penyerapan

karoteniod, vitamin A, D, E dan K (Boyle and Roth, 2010, Brown, 2011,

Hamazaki & Okuyama, 2000)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

17

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (1990)

menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15 – 30 % kebutuhan energi total

dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuahan akan

asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak.

Di antara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari

energi total bersal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh

ganda. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 300 mg sehari.

2.6 Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan

2.6.1 Definisi

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah Unit Pelaksana Teknis

Pemasyarakatan yang merawat dan membina narapidana. Warga Binaan

Pemasyarakatan (WBP) adalah narapidana, anak didik dan klien

pemasyarakatan. Narapidana adalah seorang yang sedang menjalani

pidana hilang kemerdekaan di Lapas Tahanan adalah tersangka atau

terdakwa yang ditempatkan di Rutan untuk kepentingan penyelidikan,

penuntutan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan (Departemen

Kesehatan RI. 2009)

Tujuan lembaga pemasyarakatan adalah pembinaan pelanggar

hukum, jadi tidak semata-mata melakukan pembalasan melainkan untuk

pemasyarakatan dengan berupaya memperbaiki (merehabilitasi) dan

mengembalikan (mengintegrasikan) narapidana ke dalam masyarakat ini

merupakan landasan filosofi dari sistem pemasyarakatan (Departemen

Kesehatan RI. 2009)

Sistem pemasyarakatan di samping bertujuan untuk

mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

18

juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan

diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan pemasyarakatan, serta

merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai

yang terkandung dalam pancasila (Depkes,2009).

Secara umum Hak – hak narapidana ini telah tertuang dalam

Undang-Undang Nomor : 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan yaitu:

melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya,

mendapat perawatan baik rohani maupun jasmani, mendapatkan

pendidikan dan pengajaran, mendapatkan pelayanan kesehatan dan

makanan yang layak, menyampaikan keluhan, mendapatkan bahan

bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang,

mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, menerima

kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya,

mendapatkan pengurangan masa pidana, mendapatkan kesempatan

berasimilasi ternasuk cuti mengunjungi keluarga, mendapatkan

pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang bebas,

mendapatkan hak-hak Narapidana sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku (Armasanthi, 2012)

2.6.2 Kedudukan Wanita di LAPAS

Narapidana perempuan menghadirkan tantangan tertentu bagi

pihak yang berwenang atas lapas, lantaran, atau mungkin karena mereka

merupakan kelompok yang sangat kecil dalam populasi lapas. Profil dan

latar belakang perempuan dalam lapas dan alasan mengapa mereka

dipenjarakan berbeda dari narapidana laki-laki yang berada dalam situasi

yang sama. Pengguna Narkoba suntik dan pekerja seks, pada

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

19

khususnya, lebih banyak jumlahnya. Sekali mereka berada dalam lapas,

kebutuhan psikologis, kebutuhan perawatan dan kesehatan dan

kebutuhan sosial mereka juga akan berbeda. Akibatnya, seluruh fasilitas,

program, dan pelayanan lapas harus disesuaikan untuk memenuhi

kebutuhan khusus pelaku pelanggaran perempuan. Fasilitas, program

dan pelayanan lapas yang ada untuk napi perempuan pada mulanya

dikembangkan untuk napi laki-laki, yang secara historis merupakan

proporsi terbesar dalam populasi lapas. (UNAIDS. 2008.)

Keterlibatan wanita sebagai pelaku kriminalitas bukan merupakan

sesuatu yang baru, walaupun keterlibatan ini relative lebih kecil

dibandingkan pria. Kriminalitas dilakukan kaum wanita dengan segala

aspek yang melingkupi antara lain kondisi yang memaksa untuk

melakukan kriminalitas dan faktor ekonomi yang tidak dapat dihindarinya.

Di mata hukum yang berbuat kriminal dianggap bersalah dan harus

dipidana sesuai dengan tingkat kejahatan dan pelanggaran yang

dilakukan, sehingga harus menjalani proses hukum di suatu tempat

khusus yaitu Lembaga Pemasyarakatan.

Narapidana mempunyai hak-hak yang harus dilindungi dan

diayomi. Hak antara narapidana pria, narapidana wanita dan narapidana

anak berbeda-beda. Dalam hal ini masing-masing narapidana harus ada

yang dikedepankan. Sudah menjadi kodrat wanita mengalami siklus

menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui yang tidak dipunyai oleh

narapidana lain, sehingga sudah menjadi suatu kewajaran bahwa

narapidana wanita mempunyai hak-hak khusus dibandingkan dengan

narapidana lain.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

20

2.6.3 ANGKA KECUKUPAN GIZI TAHANAN / NARAPIDANA

Angka kecukupan gizi tahanan / narapidana tidak berbeda dengan

angka kecukupan gizi untuk orang Indonesia pada umumnya, berdasarkan

komposisi umur dan jenis kelamin tahanan / narapidana adalah 2350 kilo

kalori. Secara garis besar kecukupan gizi tahanan / narapidana dibagi

menjadi dua kelompok yaitu, tahanan / narapidana anak dan remaja umur

10-18 tahun dan tahanan / narapidana dewasa umur di atas 18 tahun.

Kecukupan energi rata-rata pada narapidana dewasa dapat dilihat pada

tabel 2.4 (Departemen Kesehatan RI. 2009)

Tabel 2.4 Kecukupan Energi rata-rata ( kilo kalori )

No Umur Laki-laki Wanita

1 19 -29 tahun 2550 1900

2 30 – 49 tahun 2350 1800

3 50 – 56 tahun 2250 1750 (sumber : Pedoman Standarisasi dan Penetapan Gizi Makanan Narapidana dan Tahanan tahun

2004)

2.6.4 STANDAR KECUKUPAN GIZI NARAPIDANA DAN TAHANAN

Sampai dengan saat ini standar pemberian makanan bagi

narapidana dan tahanan masih mengacu pada Surat Edaran Menteri

Kehakiman RI No.M.02.UM.01.06 tahun 1989 tentang petunjuk

pelaksanaan biaya bahan makanan bagi Napi/Tahanan Negara /Anak yang

dapat dilihat pada tabel 2.5 (Departemen Kesehatan RI. 2009)

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

21

Tabel 2.5 Standar Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan (Berdasarkan Ketentuan

Kementerian Kehakiman)

Macam Konsumen

Surat Edaran Dirjen pemasyarakatan No E.PP.02.05-02 tgl 20-9-2007

Golongan Usia Energi

Pria dan Wanita Dewasa 2.250 Dasar Hukum:SE Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-UM.01.06 tahun 1989 Tentang petunjuk pelaksanaan biaya bama bagi napi/tahanan negara/anak

2.6.5 Penyelenggaraan Makanan di LAPAS

Penyelenggaraan makanan di Lapas dan Rutan dilaksanakan

dimulai dari proses perencanaan anggaran, perencanaan menu,

perhitungan kebutuhan bahan makanan, pemesanan dan pembelian bahan

makanan, penerimaan, penyimpanan, persiapan, pengolahan bahan

makanan, pendistribusian makanan, monitoring, evaluasi, pencatatan dan

pelaporan.

2.6.6 Standar Menu/Master Menu

Standar Menu atau master menu yaitu susunan menu yang

digunakan untuk penyelenggaraan makanan dengan waktu cukup panjang

antara 3( tiga ) hari, 7 ( tujuh ) hari sampai 10 (sepuluh) hari. Macam

hidangan yang disajikan untuk setiap kali makan biasanya dalam jumlah

dan macam yang terbatas dan tidak banyak berbeda dengan menu

makanan keluarga sehari-hari. Menu standar biasa digunakan dalam

penyelenggaraan makanan di rumah sakit, asrama, panti dan lembaga

pemasyarakatan, menu yang dianggap lazim di semua daerah di Indonesia

umumnya terdiri dari susunan hidangan sebagai berikut.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

22

Hidangan makanan pokok yang pada umumnya terdiri dari nasi,

disebut makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh

sebagian besar zat gizi yang diperlukan tubuh. Hidangan lauk pauk, yaitu

masakan yang terbuat dari bahan makanan hewani atau nabati atau

gabungan keduanya. Hidangan berupa sayur mayur, biasanya hidangan ini

berupa masakan yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi

agar mudah ditelan. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, hidangan ini

berfungsi sebagai penghilang rasa yang kurang sedap sehabis makan

sehingga diberi nama pencuci mulut.

Keuntungan –keuntungan yang dapat diperoleh dalam penyusunan

menu untuk 10 ( sepuluh ) hari adalah dapat diketahui kapan sesuatu

macam makanan diberikan, hingga makanan tersebut tidak membosankan

karena terlalu sering dihidangkan. baik. Menu dari hari kehari akan merata,

jadi tidak ada menu yang terlalu sederhana dan tidak ada juga yang terlalu

mewah. Contoh siklus menu pada LAPAS dapat dilihat pada tabel 2.6

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

23

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

24

2.6.7 FREKWENSI PENGGUNAAN BAHAN MAKANAN DALAM SIKLUS

Frekuensi penggunaan bahan makanan bagi tahanan dan narapidana

berdasarkan standar perbaikan dapat dilihat pada tabel 2.7 (Depkes, 2009)

Tabel 2.7 Frekuensi Penggunaan Bahan Makanan (Per Siklus Menu 30 Hari)

No Kelompok makanan

Bahan makanan

Frekuensi Keterangan

1 Makanan pokok (30 kali)

Beras 30

2 Lauk hewani (13 kali)

Daging sapi Ikan asin Ikan segar Telur

3 3 2 63

3 Lauk nabati (16x) Tempe Kacang tanah

14 3

4 Sayuran (30 x) Sayuran 30

5 Buah (5x) Pisang ambon 5

6 Snack (10x) Snack (ubi / kc hijau)

10

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

25

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Mempengaruhi

Riwayat

kesehatan

-infeksi

Non infeksi

Pelayanan kesehatan

Menu makanan

sehari-hari

Status Gizi (IMT)

Tingkat

konsumsi

energi

Tingkat

konsumsi

protein

Keterbatasan anggaran - Lingkungan

- geografi

Tingkat

konsumsi

Karbohidrat

Tingkat

konsumsi

lemak

Kecukupan energi untuk

metabolisme tubuh

Aktifitas Fisik

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

26

Status gizi pada narapidana dipengaruhi oleh riwayat penyakit

narapidana sebelum menjalani hukuman, pelayanan kesehatan yang kurang

memadai didalam Lapas,aktifitas fisik narapidana selama menjalani masa

tahanan serta kualitas dan kuantitas dari makanan yang diberikan kepada

narapidana kurang memenuhi syarat (Nuzula Firdausi, 2010)

Lembaga permasyarakatan merupakan lembaga yang dibiayai oleh

pemerintah, keterbatasan dana yang diberikan dalam penyelenggaraan

makanan menjadi dasar dari penentuan menu makan untuk narapidana,

sehingga apabila narapidana tidak suka dengan makanan yang disajikan

maka akan terjadi penuruan nafsu makan yang akan menyebabkan

penurunan intake energi dan intake zat gizi makro yang sangat dibutuhkan

oleh tubuh.

3.2 Hipotesis

Ada Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro (Karbohidrat,

Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana Wanita Di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

27

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Observasional dengan

rancang bangun cross sectional yaitu semua data variabel yang diteliti

dikumpulkan pada waktu yang sama dengan tujuan untuk mengetahui

hubungan tingkat konsumsi energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein

dan lemak) terhadap status gizinya

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah subjek atau objek yang akan

diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah

seluruh narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan kelas Wanita II A

Malang

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah narapidana wanita yang ada di Lapas

kelas II A malang yang masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi

4.2.2.1 Kriteria Inklusi :

1. Wanita yang berstatus narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II

A di kota Malang.

2. Narapidana yang minimal sudah 4 bulan berada di Lembaga

Pemasyarakatan kelas II A di kota Malang sebelum penelitian dilakukan

3. Narapidana wanita sedang tidak hamil

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

28

4. Narapidana usia 20-45 tahun

5. Narapidana wanita yang bersedia menjadi responden penelitian

4.2.2.2 Kriteria Eksklusi :

1. Sedang Sakit kronis yang mampu mempengaruhi status gizi pada saat

penelitian, contohnya penyakit ginjal kronis, anoreksia, dll.

2. Masa tahanan berakhir/ dipindahkan ke lapas lain sebelum penelitian

selesai.

3. Meninggal saat penelitian.

4. Narapidana wanita yang baru masuk saat penelitian berlangsung.

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling, yaitu Peneliti menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang

sangat spesifik, dan sampel dipilih berdasarkan anggota populasi yang

memenuhi kriteria tersebut, hingga jumlahnya terpenuhi.

4.2.4 Besar Sampel

Untuk menetapkan jumlah sampel dapat menggunakan rumus

dengan metode purposive sampling (Zainuddin, 2002: 58)

Keterangan :

n = Besar sampel

= Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 - (1,96)

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

29

p = Proporsi hal yang diteliti (0,55)

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

N = Jumlah populasi (356)

Dengan menggunakan rumus di atas, maka perhitungan sampel adalah:

N = 1,962 * 0,55 ( 1- 0,55) 356

0,12 (356 -1 ) + 1,962 * 0,55 ( 1 – 0,55)

N = 336,68

4,49

= 71,3 = 71 orang

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Konsumsi energi

dan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) narapidana wanita

4.3.2 Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah Status

gizi narapidana wanita

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diakukan di Kota Malang, tepatnya di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita kelas II A Malang. Penelitian ini dilaksanakan

selama 5 bulan dari bulan November hingga Maret.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

30

4.5 Bahan dan Alat/ Instrumen Penelitian

Dalam penenlitian ini membutuhkan beberapa alat atau instrument untuk

dapat mengumpulkan data yang diharapkan, antara lain:

1. Timbangan berat badan dengan tingkat ketelitian 0,1 kg

2. Microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1 cm

3. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden (lampiran)

4. Form Food Recall (lampiran)

5. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) 2004 (lampiran)

6. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

7. Program komputer SPSS 15,0 for Windows

8. Alat tulis menulis

4.6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara

Ukur

Skala

Data

Skor

Tingkat

Konsumsi

Energi

Presentasi energi yang dapat mencukupi kebutuhan dalam tubuh untuk menunjang segala aktivitas sebelum dan selama melakukan penelitian skripsi. Diukur dengan menggunakan recall 24 jam

Form food recall

Cara ukur :

Dilakukan

dengan

wawancara

dengan

narapidana

sebanyak 3x

dalam seminggu

dengan

ketentuan 2x

hari kerja dan 1x

hari libur

Numerik Di atas AKG : ≥

120% AKG

Normal : 90-

119% AKG

Defisit ringan :

80-89% AKG

Defisit Sedang :

70-79%

Defisit Berat : <

70% AKG

(Depkes RI,

1996)

Tingkat

Konsumsi zat

gizi makro

(karbohidrat,

protein dan

lemak)

Presentase zat gizi

makro yang dapat

mencukupi

kebutuhan dalam

tubuh untuk

menunjang segala

Form Food

Recall

Cara ukur :

Dilakukan

dengan

wawancara

Numerik Di atas AKG : ≥

120% AKG

Normal : 90-

119% AKG

Defisit ringan :

80-89% AKG

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

31

aktivitas sebelum dan

selama melakukan

penelitian skripsi

Diukur dengan

menggunakan recall

24 jam

dengan

narapidana

sebanyak 3x

dalam seminggu

dengan

ketentuan 2x

hari kerja dan 1x

hari libur

Defisit Sedang :

70-79%

Defisit Berat : <

70% AKG

(Depkes RI,

1996)

Status gizi Status gizi adalah

keadaan tubuh

sebagai akibat

konsumsi makanan

dan penggunaan zat

gizi. Status gizi diukur

dengan mengukur

IMT

Alat ukur :

Timbangan

berat badan

dengan

ketelitian 0,1 kg

dan microtoise

dengan

ketelitian 0,1 cm

untuk mengukur

tinggi badan

Cara ukur :

Menimbang

berat badan dan

tinggi badan

narapidana

wanita

Numerik Underweight : <

18,5 kg/m²

Normal : 18,5 –

22,9 kg/m²

Overweight : 23

– 24,9 kg/m²

Obess I : 25 –

29,9 kg/m²

Obess II : ≥ 30

kg/m²

(WHO, 2000)

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

32

4.7 Prosedur Penelitian / Pengumpulan Data

4.7.1 Alur Penelitian

Narapidana wanita di Lapas

kelas II A malang

Skrining/studi pendahuluan dan menentukan sampel

penelitian sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

Melakukan ijin penelitian

Wawancara untuk mengetahui pola dan tingkat

konsumsi energi dan protein pada narapidana

Status gizi baik

Analisis Data

Status gizi kurang

Tanda tangan pada inform concent

Tingkat kecukupan

energi cukup

Tingkat kecukupan

zat gizi makro

rendah

Tingkat

kecukupan energi

rendah

Tingkat kecukupan zat

gizi makro cukup

Pengukuran status gizi

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

33

Gambar 4.1 Alur Penelitian

4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Identitas Narapidana wanita

Data Identitas narapidana diperoleh dengan cara meminta catatan

petugas Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Malang

2. Data Tingkat Konsumsi Energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein,

dan lemak)

Data Tingkat Konsumsi energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan

lemak) narapidana wanita dikumpulkan dengan metode Food recall yaitu

mencatat asupan makan narapidana 3x dalam seminggu, dengan

ketentuan 2x hari kerja dan 1x hari libur.

3. Data Status Gizi Narapidana wanita

Data Status Gizi Responden didapatkan dengan cara menimbang berat

badan dan mengukur tinggi badan narapidana dengan menggunakan

timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg dan microtoise dengan ketelitian

0,1 cm.

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

1. Data identitas responden meliputi umur, jenis kelamin dan berat badan

dianalisis secara deskriptif

2. Data tingkat konsumsi Energi

Data Tingkat Konsumsi Energi diperoleh melalui metode 24 hour recall

diolah dengan cara mengkonversikan konsumsi protein dengan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang kemudian dibandingkan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

34

dengan kebutuhan individu sesuai dengan AKG 2004. Untuk mencari

tingkat konsumsi energi pada narapidana adalah sebagai berikut :

Konsumsi energi narapidana wanita x 100% = ............ % AKG

AKG wanita usia dewasa

Selanjutnya dikategorikan menurut Depkes RI (1996), dengan kriteria

sebagai berikut :

Di atas AKG : ≥ 120% AKG

Normal : 90-119% AKG

Defisit Tingkat Ringan : 80-89% AKG

Defisit Tingkat Sedang : 70-79% AKG

Defisit Tingkat Berat : < 70% AKG

3. Data Tingkat Konsumsi zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak)

Data Tingkat Konsumsi zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan

lemak)diperoleh melalui metode 24 hour recall diolah dengan cara

mengkonversikan konsumsi protein dengan Daftar Komposisi Bahan

Makanan (DKBM) yang kemudian dibandingkan dengan kebutuhan

individu sesuai dengan AKG 2004. Untuk mencari tingkat konsumsi

protein pada narapidana adalah sebagai berikut :

Konsumsi zat gizi makro narapidana wanita x 100% = ............ % AKG

AKG wanita usia dewasa

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

35

Selanjutnya dikategorikan menurut Depkes RI (1996), dengan kriteria

sebagai berikut :

Di atas AKG : ≥ 120% AKG

Normal : 90-119% AKG

Defisit Tingkat Ringan : 80-89% AKG

Defisit Tingkat Sedang : 70-79% AKG

Defisit Tingkat Berat : < 70% AKG

5 Data Hubungan Tingkat Konsumsi Makan terhadap Status Gizi Narapidana

Wanita

Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, semua variabel dilakukan uji

normalitas. Data terdistribusi normal maka digunakan uji Korelasi Pearson

menggunakan derajat kepercayaan 95%, α=0,05, bermakna bila p < 0,05

(Azinar,2005)

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

36

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Deskripsi Lokasi Pelaksanaan Penelitian

5.1.1 Letak geografi dan sejarah berdirinya LP kelas IIA wanita Malang

Lembaga Pemasyarakatan wanita Malang pada awalnya berada di

tengah kota Malang tepatnya di jalan Merdeka Timur Alun-Alun Malang.

Dengan cirri khas bangunan peninggalan colonial Belanda. LP khusus

wanita Malang berubah nama menjadi LP wanita kelas IIA Malang dan

menempati gedung baru yang diresmikan oleh Kepala Kantor

Wilayah pada tanggal 16 Maret 1987 yang berlokasi di jalan Raya

Kebonsari Sukun Malang dengan jarak 5 km dari pusat kota Malang.

Lembaga Pemasyarakatan wanita Malang ini berdiri diatas tanah

seluas 13.780 m2 dan luas bangunan 4107 m2. Lapas wanita kelas IIA

Malang berkapasitas 164 orang, dan penghuni Lapas saat ini rata- rata 300

orang yang terdiri dari narapidana dan tahanan. Saat ini petugas Lapas

wanita kelas IIA Malang berjumlah 67 orang termasuk petugas

pengamanan 32 orang.

5.1.2 Sarana dan Prasarana, serta Kegiatan Pembinaan

a. Pendidikan : Ruang pendidikan dan ruang perpustakaan

Kegiatan : Pembinaan pendidikan melalui kejar paket A, B, dan

C, pembinaan kesadaran hukum, dan perpustakaan.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

37

b. Agama : Mushola dan Gereja

Kegiatan : Pembinaan mental spiritual melalui pembinaan agama

baik secara umum maupun konseling.

c. Olahraga :Lapangan volly, lapangan badminton, lapangan

senam, tenis meja,karambol.

Kegiatan : Senam, bola volly, badminton, tenis meja, karambol.

d. Kesenian : Gamelan, Orgen, Seni tari, Kulintang

Kegiatan : Pembinaan seni karawitan, seni tari, kulintang,

latihan orgen

e. Perawatan Kesehatan :Ruang Poliklinik dilengkapi dengan

sarana peralatan gigi, Dokter Umum, Dokter Gigi paruh

waktu,Perawat.

Pelayanan Kesehatan meliputi : Konsultasi kesehatan pemeriksaan

kesehatan tes laboratorium, pengobatan, rawat inap,pemeriksaan gigi,

dan konsultasi psikologi secara insidentil.

f. Perawatan Makanan: Tersedia ruang makan

Pelayanan makan : Dilaksanakan sehari 3 kali dengan sistem

packing dan makan bergantian tiap blok masing-masing bergiliran

makan bersamadi ruang makan, dan minuman tersediaa dimasing-

masing blok.

g. Fasilitas Pembinaan kemandirian : Ruang kegiatan kerja

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

38

Kegiatan : Meliputi pembuatan kecap, pembuatan tahu,

merajut, menjahit, border, payet, batik halus canting dan batik tulis

dari getah pelepah pisang.

h. Fasilitas lain-lain:

a) Ruang kunjungan

b) Wartel

c) Koperasi

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang ini terdiri dari lima

blok, yaitu:

a) Blok I : Anak dan ibu menyusui, serta WNA Blok ini dihuni oleh semua

narapidana yang memiliki anak atau sedang menyusui, serta WNA (Warga

Negara Asing).

b) Blok II : Khusus narapidana narkoba Sebagian besar penghuni Lapas

ini adalah kasus narkoba sehingga pada blok ini tidak cukup untuk

menampung narapidana narkoba jadi ada sebagian narapidana yang

ditempatkan di blok yang lain.

c) Blok III : Hukuman satu tahun ke atas Pada blok ini ada bermacam-

macam kasus diantaranya kasus pencurian, kasus pemalsuan surat,

kejahatan mata uang, pembunuhan, dan lain sebagainya.

d) Blok IV : Kasus-kasus bukan narkoba

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

39

Pada blok ini ada bermacam-macam kasus diantaranya kasus

pencurian, penggelapan, trafficking, dan lain sebagainya. Lama masa

hukuman napi di blok ini juga bermacam-macam, ada yang dibawah

satu tahun dan ada yang diatas satu tahun.

e) Blok V : Tahanan dan penghuni baru

Pada blok ini hanya dihuni khusus tahanan dan penghuni baru Lapas.

Pada setiap blok ada tiga sel pengasingan kecuali blok I. sel

pengasingan ini digunakan pada narapidana atau tahanan yang mengalami

hukuman atau bagi narapidana dan tahanan PSK.

5.2 Hasil Pengambilan Data Sekunder

5.2.1 Karakteristik Umum Responden

Sampel penelitian adalah 71 orang yang berstatus narapidana di

lembaga pemasyarakatan wanita kelas IIA kota malang. Adapun karakteristik

sampel dalam penelitian ini yaitu umur dan lama masa tahanan. Dari hasil

penelitian diperoleh bahwa jumlah responden yang berusia 20-30 tahun

sebanyak 33 orang, sedangkan yang berumur 31-40 tahun sebanyak 38

orang. Grafik umur responden dapat dilihat pada grafik 5.1

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

40

Gambar 5.1 Grafik Umur Responden

Sebaran lama masa tahanan dapat dilihat pada gambar 5.2 .Rata-rata masa

tahanan responden yang paling banyak adalah 2-3 tahun.

Gambar 5.2 Grafik Lama Masa Tahanan Responden

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

41

5.3 Hasil Pengambilan Data Primer

5.3.1 Status Gizi Responden

Status gizi responden yang paling banyak adalah obesitas 1 sebanyak

30 orang, responden yang memiliki status gizi normal sebanyak 14

orang.

Gambar 5.3 Grafik Status Gizi Responden

5.3.2 Tingkat Konsumsi Energi

Responden yang memiliki kategori kecukupan energi defisit berat

sebanyak 24 orang, sedangkan defisit ringan sebanyak 17 orang.

Gambar 5.4 Grafik kategori kecukupan energi

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

42

5.3.3 Tingkat Konsumsi Protein

Responden yang memiliki kategori tingkat kecukupan protein yang

paling banyak adalah normal dengan 26 orang, sedangkan kategori

tingkat kecukupan protein yang paling sedikit adalah diatas AKG yaitu 3

orang.

Gambar 5.5 Grafik kategori kecukupan protein

5.3.4 Tingkat Konsumsi Lemak

Responden yang memiliki kategori tingkat kecukupan lemak yang paling

banyak adalah defisit berat sebanyak 65 orang.

Gambar 5.6 Grafik kategori kecukupan lemak

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

43

5.3.5 Tingkat Konsumsi Karbohidrat

Responden yang memiliki kategori tingkat kecukupan karbohidrat yang

paling banyak adalah kategori normal sebanyak 29 orang, sedangkan

yang paling sedikit adalah kategori diatas AKG yaitu 5 orang.

Gambar 5.7 Grafik kategori kecukupan karbohidrat

5.3.6 Evaluasi Energi Dan Zat Gizi Makro (Karbohidrat, Protein dan Lemak)

Pada Siklus Menu 10 Hari Di Lapas

Rata-rata energi dalam siklus menu 10 hari di Lapas adalah

2385.27 kkal, rata-rata protein dalam siklus menu 10 hari di lapas adalah

73.89 gr, rata-rata lemak dalam siklus menu 10 hari di lapas adalah 32.99

gr, rata-rata karbohidrat dalam siklus menu 10 hari di lapas adalah 446.69

gr.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

44

Tabel 5.1 evaluasi energi dan zat gizi makro (Karbohidrat,protein, dan

lemak) siklus menu 10 hari

hari Energy Protein Fat Karbohidrat

hari ke 1 2431.9 68.8 33.2 464.8

hari ke 2 2356.2 84.3 36.3 420

hari ke 3 2563.4 78.2 39.1 472.2

hari ke 4 2275.8 62.8 30 437.3

hari ke 5 2469.8 72.3 32 471.9

hari ke 6 2280.3 76.7 29.3 423.1

hari ke 7 2365.4 73.5 24.3 463.9

hari ke 8 2325 67.7 42.4 413.3

hari ke 9 2392.5 76.1 29.2 454.5

hari ke 10 2392.4 78.5 34.1 445.9

rata-rata 2385.27 73.89 32.99 446.69

5.4 Rerata Dan Hasil Korelasi Variabel Status Gizi Dengan Konsumsi Energi

dan Zat Gizi Makro (Protein, Lemak dan Karbohidrat)

Data variabel IMT, kecukupan energy dan zat gizi makro (Protein,

Lemak, dan Karbohidrat) terdistribusi normal, oleh karena itu uji yang

digunakan adalah Uji Korelasi Parametrik, yaitu Uji Pearson. Berikut adalah

hasil Uji Korelasi Pearson.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

45

Tabel . 5.2 Rerata kecukupan Energi, Zat Gizi Makro dengan Status Gizi

Mean (%) Std. Devistion N

Energi 76.83 20.39 71

Protein 86.03 22.32 71

Karbohidrat 47.31 14.01 71

Lemak 85.15 25.44 71

Imt 27.22 4.51 71

Tabel 5.3 Korelasi antara Status Gizi dengan energi dan Zat Gizi Makro

Variabel (n = 71) P r

Energi vs IMT 0.069 .217

Karbohidrat vs IMT 0.084 .207

Protein vs IMT 0.525 .077

Lemak vs IMT 0.124 .184

Dari hasil data diperoleh nilai signifikan korelasi antara energi, dan

zat gizi makro (Kh,P,dan L) terhadap status gizi adalah korelasi tidak

bermakna. Nilai korelasi pearson menunjukan korelasi negatif dengan

kekuatan korelasi lemah untuk energi dan karbohidrat terhadap status

gizi, kekuatan korelasi sangat lemah untuk lemak terhadap status gizi dan

korelasi kuat untuk protein terhadap status gizi.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

46

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah narapidana wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang dengan kriteria rentang usia 20

tahun sampai 45 tahun. Rentang usia ini dipilih oleh peneliti karena

merupakan usia produktif wanita. Usia antara 20 sampai 45 tahun, sering

dihubungkan dengan masa subur atau masa usia produktif. Di usia ini wanita

harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi

prima dan bugar agar terhindar dari berbagai macam penyakit khususnya

untuk persiapan masa tua nantinya (Buana rozi,2011). Sedangkan

responden pada penelitian ini usia yang paling muda adalah 20 tahun dan

usia yang paling tua adalah 40 tahun.

Responden pada penelitian ini telah menjalani minimal 4 bulan masa

tahanan agar diharapkan sudah terjadi perubahan status gizi,dan masa

tahanan responden yang paling awal adalah 5 bulan dan yang paling lama

40 bulan.

6.2 Status Gizi Responden

Status Gizi wanita dewasa dapat dinilai dengan menggunakan Indeks

Masa Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh merupakan alat sederhana yang

dapat digunakan untuk memantau status gizi seseoramg, khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.(Almatsier,2009).

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

47

Sebanyak 42,3% atau 30 responden memiliki IMT obessitas 1,

sebanyak 22,5% atau 16 responden memiliki status gizi obessitas 2,

sebanyak 19,7% 14 responden memiliki status gizi normal, sebanyak 15,5%

atau 11 responden memiliki status gizi overwight. IMT pada responden

paling rendah adalah 18,78 adalah sedangkan IMT responden yang paling

tinggi adalah 38,20. Kegemukan dapat disebabkan oleh kebanyakan makan

dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga karena kurangnya

bergerak. (Almatsier,2004). Kegemukan dapat menyebabkan gangguan

dalam fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis,

seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit

kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier,2004)

6.3 Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro (Protein, Lemak dan

Karbohidrat)

Tingkat konsumsi zat gizi makro (Protein, Lemak, dan Karbohidrat)

adalah perbandingan antara rata-rata konsumsi zat gizi makro dengan

kebutuhan yang seharusnya. (Asmaya h,dkk.2009) Tingkat konsumsi zat gizi

makro narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan dibagi dalam empat

katgori yaitu di atas AKG : ≥ 120% AKG, normal : 90-119% AKG, defisit ringan

: 80-89% AKG, defisit Sedang : 70-79%, defisit Berat : < 70% AKG (Depkes

RI, 1996).

6.3.1 Energi

Berdasarkan hasil recall data konsumsi energi bahwa sebanyak

19 responden berkategori normal, 17 responden berkategori defisit ringan

11 responden berkategori defisit sedang, 24 responden berkategori defisit

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

48

berat . Menurut peneliti hal ini bisa terjadi karena nilai pembanding dalam

mencari nilai kecukupan energi menggunakan AKG, sedangkan

kebutuhan energi setiap responden berbeda-beda bisa lebih atau kurang

dari AKG. Selain itu sebagian besar responden mengaku jarang makan

makanan yang diberikan dari pihak Lapas.

6.3.2 Protein

Berdasarkan hasil recall data konsumsi protein responden bahwa

Sebanyak 4% atau 3 responden berkategori diatas AKG, 37% 26

responden berkategori normal, 20% atau 14 responden berkategori defisit

sedang, 21% atau 15 berkategori defisit sedang, 18% atau 13 responden

berkategori defisit berat. Menurut peneliti hal ini bisa terjadi karena nilai

pembanding dalam mencari nilai kecukupan protein menggunakan AKG,

sedangkan kebutuhan protein setiap responden berbeda-beda bisa lebih

atau kurang dari AKG. Selain itu beberapa responden hanya

mengkonsumsi protein dalam jumlah yang kurang dari seharusnya.

6.3.3 Karbohidrat

Karbohidrat pada komposisi diet normal merupakan penyumbang

energi terbesar, sekitar setengah dari total kebutuhan energi harian.

Dalam sistem metabolisme sebagai sumber bahan bakar tubuh

karbohidrat secara langsung berhubungan dengan energi. Dengan

demikian konsumsi karbohidrat dalam jumlah cukup biasanya

berhubungan dengan kecukupan asupan energi pula. (Regar evan,Rini

sekartini,2012)

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

49

Berdasarkan hasil recall data konsumsi karbohidrat responden

bahwa sebanyak 7% atau 5 responden berkategori diatas AKG, 41% atau

29 responden berkategori normal, 17% atau 12 responden berkategori

defisit ringan, 8% atau 6 responden berkategori defisit sedang, 27% atau

19 responden berkategori defisit berat. Menurut peneliti hal ini bisa terjadi

karena nilai pembanding dalam mencari nilai kecukupan energi

menggunakan AKG, sedangkan kebutuhan energi setiap responden

berbeda-beda bisa lebih atau kurang dari AKG. Namun berdasarkan data

recall sebagian besar responden memakan makanan yang mengandung

karbohidrat tinggi dan dalam bentuk karbohidrat sederhana seperti gula,

dan roti putih, sehingga apabila konsumsi karbohidrat sederhana ini

berlangsung lama akan menyebabkan peningktan berat badan jika ditidak

diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik yang memadai.

6.3.4 Lemak

Lemak merupakan sumber energi padat yang menghasilkan lebih

dari dua kali energi yang dihasilakan karbohidrat. 1 gram lemak

menghasilkan 9 kkal energi. Selain berasal dari lemak makanan,

kelebihan karbohidrat pada tubuh diubah menjadi lemak dan disimpan

dalam jaringan lemak (adipose). Dengan demikian lemak merupakan

simpanan energi yang penting dalam tubuh. (Regar evan,Rini

sekartini,2012)

Berdasarkan data hasil recall selama 3 hari didapat frekuensi

kategori kecukupan lemak sebanyak 91,5% atau 65 responden memiliki

kecukupan lemak dengan kategori defisit berat, 8,5% atau 6 responden

memiliki kecukupan lemak dengan kategori defisit sedang. Menurut

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

50

peneliti hal ini terjadi karena sebagian besar memakan makanan yang

tidak digoreng atau dengan minyak yang sedikit.

6.4 Hubungan Konsumsi Energi dan Zat Gizi Makro (Protein, Lemak dan

Karbohidrat) Terhadap Status Gizi Narapidana Wanita

6.4.1 Hubungan Konsumsi Energi Terhadap Status Gizi

Konsumsi energi adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh

terhadap status gizi seseorang. Pada penelitian ini hubungan antara

konsumsi energi dengan status gizi narapidana adalah korelasi tidak

bermakna dengan arah korelasi negatif (nilai p=.069). Hal ini berbeda dengan

penelitian Muchlisa (2013) yang menunjukkan adanya hubungan antara

asupan zat gizi dengan status gizi. Namun sejalan dengan penelitian Deny

Yuliansyah (2007) dalam Muchlisa (2013) yang menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi.

Tidak adanya hubungan ini dikarenakan status gizi menunjukkan

bahwa banyak yang obesitas sedangkan intake responden tidak berlebih,

sehingga adanya kemungkinan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status

gizi responden. Obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-

faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian

otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak/olahraga, emosi, faktor

lingkungan, faktor sosial, faktor kompensasi, dan faktor gaya hidup

(Supriyanto,2009). Sama halnya dengan pernyataan Karim (2002) bahwa

aktifitas fisik dapat meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah

kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal. Menurut

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

51

Rohmawati,2013 mengatakan bahwa stres mempunyai peran yang penting

pada kejadian underweight dan overweight. Stres diketahui juga dapat

menyebabkan gangguan makan, baik berupa nafsu makan berkurang atau

meningkat.

6.4.2 Hubungan Konsumsi Zat Gizi Makro (Protein, Lemak dan

Karbohidrat)Terhadap Status Gizi

Pada penelitian ini hubungan antara konsumsi zat gizi makro

(Protein, lemak dan karbohidrat) terhadap status gizi narapidana adalah

korelasi tidak bermakna dengan arah korelasi negatif. Hal ini berbeda

dengan penelitian Muchlisa (2013) yang menunjukkan adanya hubungan

antara asupan zat gizi dengan status gizi. Namun sejalan dengan

penelitian Deny Yuliansyah (2007) dalam Muchlisa (2013) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dengan

status gizi. Tidak adanya hubungan ini dikarenakan status gizi

responden menunjukkan obesitas namun intake protein ,lemak,dan

karbohidrat yang berkategori diatas kebutuhan hanya sedikit selebihnya

berkategori normal bahkan cenderung kurang, sehingga adanya

kemungkinan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi

responden.

6.4.3 Evaluasi Siklus Menu 10 Hari

Dari Hasil evaluasi menu 10 hari di Lembaga pemasyarakatan

wanita kelas II A jika dibandingakan dengan standar kecukupan gizi yang

dianjurkan (berdasarkan ketentuan kementerian kehakiman) energi

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

52

sehari sebesar 2250 kkal maka rata-rata energi siklus menu 10 hari Lapas

wanita di kota malang 106% AKG hal ini tergolong normal. Sedangkan

untuk Protein 119,39% tergolong normal , untuk lemak 54,02% tergolong

defisit berat, untuk karbohidrat 122,12% tergolong diatas AKG

6.4.4 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitain ini adalah metode pengumpulan

data yang digunakan yaitu 24 recall hal ini dikarenakan kurang akurat

dalam mengetahui intake responden yang sebenarnya, selain itu

responden pada penelitian ini cenderung kurang focus saat dilakukan

recall dikarenakan jadwal kegiatan di Lapas yang padat sehingga waktu

yang dibutuhkan untuk recall hanya sebentar.

Selain itu angka pembanding konsumsi untuk kebutuhan energi

dan zat gizi makro disesuaikan dengan AKG sedangkan untuk

kebutuhan setiap individu berbeda-beda sesuai dengan tinggi badan,

berat badan, usia dan aktifitas fisik, sehingga nilai kecukupan energi dan

zat gizi makro bisa kekurangan ataupun kelebihan jika dibandingkan

dengan AKG

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

53

BAB VII

Kesimpulan Dan Saran

7.1 Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dan zat gizi makro

(protein, karbohidrat, dan lemak) dengan status gizi narapidana wanita di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A kota Malang

2. Konsumsi energi narapidana wanita yang memiliki kategori normal 26,8%,

dan defisit berat 33,8%.

3. Konsumsi zat gizi makro protein narapidana wanita yang memiliki kategori

diatas normal 37%,dan defisit berat 18%. Kecukupan zat gizi makro

karbohidrat narapidana wanita yang memiliki kategori normal 37%,dan

defisit berat 18%.Kecukupan zat gizi makro lemak narapidana wanita

yang memiliki kateori defisit berat sebanyak 92% dan 8% kategori defisit

sedang.

4. Status gizi narapidana wanita yang memiliki IMT obesitas1 sebanyak

42,3%, obesitas2 22,5%, status gizi normal 19,7%, dan overwight 15,5%

7.2 Saran

Disarankan sebaiknya narapidana wanita di Lembaga Pemasyarkatan

Wanita Kelas IIA di kota Malang memakan semua makanan yang disediakan

oleh pihak lapas, karena energi dan zat gizi makro yang disediakan mencukupi

dari kebutuhan sehari.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

54

Untuk peneilitian selanjutnya disarankan selain mengkaji asupan energi

dan zat gizi juga diharapkan menggali faktor-faktor lain yang mungkin

berpengaruh pada status gizi narapidana wanita. Untuk pembanding asupan

energy dan zat gizi makro digunakan rata-rata kecukupan energy dan zat gizi

makro seluruh responden menggunakan rumus harris benedict ataupun

menggunakan rumus-rumus lain untuk mnghitung kebutuhan energi dan zat gizi

makro untuk individu kemudian, agar lebih mendekati nilai sebenarnya. Selain

itu metode pengumpulan data asupan makan sebaiknya ditambah dengan

menggunakan plate waste sehingga akan didapatkan hasil yang lebih akurat.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

55

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur

Kehidupan. Gramedia Pustaka utama. Jakarta.

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Amarsanthi ni wayan.2012.Perlindungan Hukum Narapidana Wanita Dalam Sistem Pemasyarakatan.Tesis.Program Studi Magister Ilmu

Hukum.Program Pasca Sarjana. Universitas Udayana. Denpasar Azinar Muhammad.2005.Tingkat Konsumsi Energi Dan Konsumsi Protein Serta

Hubungannya Dengan Status Gizi Anak Asuh Usia 10-18 Tahun (Studi

Pada Penyelenggaraan Makanan Di Panti Asuhan Pamardi Putra

Kabupaten Demak).Skripsi.Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas

Negeri Semarang

Boyle MA and Roth SL. ( 2010). Personal Nutrition, Seventh Edition. Wadsworth

Cengage Learning, Belmont.

Brown JE. (2011). Nutrition Through the Life Cycle, Fourth Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont

Buana rozi.2011. Upaya Pencegahan Osteoporosis Pada Wanita Usia Produktif (20-45 Tahun) Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Di

Lembaga Pemasyaraktan Dan Rumah Tahanan Negara. Direktorat

Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Derektorat Bina Gizi Masyarakat.

Jakarta

Fatmawati heni, Satuman,dkk.2008. Jurnal Natur Indonesiapengaruh Likopen

Terhadap Penurunan Aktivitas Mitogen-Activated Protein Kinase

(MAPK) Dan Ekspresi Endothelin-1 (ET-1) Pada Kultur Huvecs Yang

Dipapar Leptin. Fakultas kedokteran. Univeersitas Brawijaya)

Gozali Achmad. 2010.Hubungan Antara Status Gizi Dengan Klasifikasi

Pneomonia Pada Balita Di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari

Surakarta.Skripsi.Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Surakarta

H Asmaya, Jutomo L, Lada C. O. 2009. Kajian Konsumsi dan Tingkat Kecukupan

Makronutrien Serta Status Gizi Narapidana Anak Di Lembaga

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

56

Pemasyarakatan Kelas II A Kupang. Jurusan Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana. Kupang

[IOM] Institute of Medicine. (2005). Dietary Reference Intake for Energy,

Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press, Washington, DC.

Istiono W, Suryadi H, Haris, Irnizarifka, dkk. 2009. Analisis Faktor- Faktor Yang

Mempengaruhki Status Gizi Balita. Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK

UGM. Yogyakarta

Karim.2002. Panduan Kesehatan olahraga untuk tenaga kesehatan. Program

Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI,PDSKO (Persatuan Dokter

Spesialis Kedokteran Olahraga) Dan PPKORI (Perhimpunan Pembina

Kesehatan Olahraga Republik Indonesia).Jakarta

Mahan K. dan Escott-Stump. (2008). Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company.

Muclhisa, Citrakesumasari, Indriasari.2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2013. Universitas Hasanuddin Makassar

Nadimin. Baharudin A. Zakaria A. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Status Gizi Ibu Menyusui Wilayah Kerja Puskesmas

Moncobalang Kabupaten Gowa. Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Pancasakti. Makasar

Pujileksona Sugeng. 2009. Masalah-Masalah Di Penjara Dalam Studi Sosial.

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Sosial Program Pascasarjana

Universitas Airlangga Surabaya

Regar evan,Rini Sekartini.2012. Hubungan Kecukupan Asupan Energi Dan Makronutrien Dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Rohmawati Ninna.2013.Status Depresi Dan Asupan Makan Berhubungan

Dengan Status Gizi Pada Lansia. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Jember

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

57

Sartika iriene,dkk. 2010. Laporan Pre-Dietary Intership Rotasi Food Service

Management Lapas Wanita Kelas IIA Malang tanggal 3 Mei 2010.

Jurusan Gizi. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya.Malang

Sari Dewi, Suhartini, Utomo Bedjo. 2009. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi

Dan Protein Terhadap Status Gizi Balita Dengan Indek BB/U, TB/U

DAN BB/TB. Dosen Luar Biasa STIKES Isan Unggul. Surabaya.

Suparji Agus. 2011. Pelaksanaan Pembinaan Dan Pemenuhan Hak Narapidana

Wanita Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan Pada Lembaga Pemasyarakatan Klas Ii B Pangkalan

Bun. Fakultas Hukum Universitas Antakusuma (UNTAMA) Pangkalan

Bun

Supriyanto.2009. Obesitas, Faktor Penyebab dan Bentuk-bentuk Terapinya.

Dosen Pendidikan Kepelatihan FIK UNY

UNAIDS. 2008. Perempuan Dan HIV Dalam Lingkungan Lapas. United Natoins

rOffice Drugs and Crime

WHO.2009. Women’s Health in Prison Correcting Gender Inequity in Prison

Health. United Nations Office on Drugs and Crime

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

58

Lampiran 1 Formulir Recall 24 jam

Formulir Recall 24 Jam

Petunjuk pengisian:

1. Catat semua makanan, buah, snack yang responden konsumsi (makan) dan minuman yang diminum pada hari kemarin,bila responden berpuasa maka beri keterangan bahwa pada hari kemarin responden berpuasa

2. Kemudian catat jenis bahan makanan yang menyusun masakan/makanan tersebut (contoh: nama masakan sayur sop, bahan makanan penyusun: wortel, kentang, kubis. Nama minuman teh manis, bahan penyusun gula pasir dll).

3. Catat seberapa banyak responden mengkonsumsinya dalam ukuran rumah tangga : sendok, piring, butir, potong, gelas dll (contoh: nasi sebanyak 1 piring, tempe 1 potong, gula 1 sendok makan).

4. Catat secara detail dan lengkap jangan sampai ada yang terlewatkan

Hari Waktu

makan

Nama

masakan dan

minuman

Jenis bahan

makanan

Ukuran

URT Gram

Nama :

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

59

Lampiran 2 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya adalah Widya Adrianingtias dari Jurusan Gizi Kesehatan dengan ini

meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang

berjudul “Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro

(Karbohidrat, Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana

Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang”

2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk hubungan tingkat konsumsi energi

dan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) terhadap status gizi

narapidana wanita di lembaga pemasyarakatan wanita kelas II A kota

malang

3. Prosedur pengambilan data adalah dengan melakukan antropometri yaitu

pengukuran berat badan dan tinggi badan/panjang badan serta mengisi

form 24 hour recall oleh subyek penelitian

4. Keuntungan yang anda peroleh dengan keikutsertaan dengan penelitian ini

adalah mendapatkan pengetahuan dan wawasan terkait cara pengukuran

berat badan dan tinggi badan/panjang badan yang benar sehingga

diperoleh status gizi balita serta dapat mengetahui asupan dengan form 24

hour recall

5. Seandainya anda tidak menyetujui menjadi subjek penelitian, anda boleh

tidak mengikuti penelitian ini sama sekali. Untuk itu, anda tidak akan

dikenai sanksi apapun.

6. Nama dan jati diri anda akan tetap dirahasiakan

Peneliti

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

60

Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Untuk Menjadi Responden

Saya yang bertandatangan dibawah ini meyatakan bahwa :

1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar

persetujuan diatas dan telah dijelaskan oleh peneliti.

2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia) untuk ikut

serta menjadi salah satu subyek penelitian yang berjudul berjudul :

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro (Karbohidrat,

Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana Wanita Di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang

Malang, 2014

Peneliti Yang membuat pernyataan

(......................................) (........................................)

NIM.105070301111006

Saksi 1 Saksi 2

(........................................) (...........................................)

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

61

Lampiran 4 Form Identitas Responden

FORM IDENTITAS NARAPIDANA WANITA PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA \l. Veteran Malang 171 Malang 65145 telp.(0341) 560491

Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur : tahun

3. Agama :

4. Suku bangsa :

5. Asal daerah :

7. Tindak pidana :

8. Lama masa hukuman :

9. Lama masa hukuman yang telah dijalani :

10. Berat badan :

11. Tinggi badan :

12. Status gizi :

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

62

Lampiran 6 Hasil Statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kec_napi ke_p_n ke_l_n ke_Kh_n imt

N 71 71 71 71 71

Normal

Parameters(a,b)

Mean 76.8339 86.0330 47.3109 85.1590 27.2287

Std. Deviation 20.39626 22.32043 14.01386 25.44391 4.51562

Most Extreme

Differences

Absolute .085 .082 .059 .083 .108

Positive .065 .082 .059 .081 .108

Negative -.085 -.074 -.048 -.083 -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .713 .695 .499 .699 .912

Asymp. Sig. (2-tailed) .690 .720 .965 .713 .376

a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

kec_E_napi 76.8339 20.39626 71

ke_p_n 86.0330 22.32043 71

ke_l_n 47.3109 14.01386 71

ke_Kh_n 85.1590 25.44391 71

imt 27.2287 4.51562 71

Correlations

kec_E_napi ke_p_n ke_l_n ke_Kh_n imt

kec_E_napi Pearson Correlation 1 .657(**) .611(**) .981(**) -.217

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .069

N 71 71 71 71 71

ke_p_n Pearson Correlation .657(**) 1 .541(**) .599(**) -.077

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .525

N 71 71 71 71 71

ke_l_n Pearson Correlation .611(**) .541(**) 1 .466(**) -.184

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .124

N 71 71 71 71 71

ke_Kh_n Pearson Correlation .981(**) .599(**) .466(**) 1 -.207

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .084

N 71 71 71 71 71

imt Pearson Correlation -.217 -.077 -.184 -.207 1

Sig. (2-tailed) .069 .525 .124 .084

N 71 71 71 71 71

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

63

kateogori imt

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 14 19.7 19.7 19.7

overwight 11 15.5 15.5 35.2

obess 1 30 42.3 42.3 77.5

obess 2 16 22.5 22.5 100.0

Total 71 100.0 100.0

Statistics

kateogori imt

N Valid 71

Missing 0

Mean 3.6761

Median 4.0000

Std. Deviation 1.03888

kategori energi napi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 19 26.8 26.8 26.8

defisit ringan 17 23.9 23.9 50.7

defisit sedang 11 15.5 15.5 66.2

defisit berat 24 33.8 33.8 100.0

Total 71 100.0 100.0

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

64

ketegori protein

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid diatas akg 3 4.2 4.2 4.2

normal 26 36.6 36.6 40.8

defisit ringan 14 19.7 19.7 60.6

defisit sedang 15 21.1 21.1 81.7

defisit berat 13 18.3 18.3 100.0

Total 71 100.0 100.0

ketegori lemak napi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid defisit sedang 6 8.5 8.5 8.5

defisit berat 65 91.5 91.5 100.0

Total 71 100.0 100.0

kategori kh napi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid diatas akg 5 7.0 7.0 7.0

normal 29 40.8 40.8 47.9

defisit ringan 12 16.9 16.9 64.8

defisit sedang 6 8.5 8.5 73.2

defisit berat 19 26.8 26.8 100.0

Total 71 100.0 100.0

Statistics

kategori

energi napi

ketegori

protein

ketegori

lemak napi

kategori kh

napi

N Valid 71 71 71 71

Missing 0 0 0 0

Mean 3.5634 3.1268 4.9155 3.0704

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

65

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Penjelasan Penelitian Penjelasan Inform Consent Pengisian Inform consent

Koordinasi sebelum dilakukan antropometri

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

66

Pengukuran Antropometri

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf · perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang berjudul “Hubungan

67

LAMPIRAN 8 Pernyataan Keaslian Tulisan

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Widya Adrianingtias

NIM : 105070301111006

Program Studi : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya,

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang,

Yang Membuat Pernyataan,

(………………………………..)

NIM. 105070301111006