i. pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.ub.ac.id/150181/3/5.__bab_i.pdf · kasus peredaran...

4
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan unggas ayam pedaging di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan daging ayam untuk memenuhi protein hewani. Jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar menyukai daging ayam merupakan potensi sangat besar bagi industri daging unggas. Menurut Departemen Riset IFT (Institution Food Technology), kenaikan konsumsi ayam terjadi karena meningkatnya populasi penduduk dan daya beli masyarakat (Kartajaya dan Taufik, 2009). Tingkat konsumsi daging akan terus melonjak karena faktor karakteristik produk unggas yang harganya terjangkau oleh masyarakat luas, berkualitas gizi baik, disukai oleh konsumen segala umur, tersedia dalam jumlah yang cukup. Peningkatan kebutuhan daging ayam belum diimbangi dengan ketersediaan sarana produksi yang memenuhi syarat kehalalan dan sanitasi. Sebagian besar produksi daging domestik termasuk unggas berasal dari Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U) yang tidak memenuhi persyaratan bahkan terlihat seadanya. Kondisi ini telah mendorong tingginya jumlah penyimpangan daging di lapangan, antara lain banyak ditemukan kasus beredarnya produk daging yang tidak memenuhi syarat keamanan dan kehalalan pangan, baik pada produk domestik maupun ekspor impor. Berbagai aturan tentang pangan yang telah ada seperti peraturan pemerintah mengenai daging ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) dan ketentuan tentang sertifikasi halal yang telah ditetapkan secara formal dan eksplisit dalam ketentuan pasal 58 ayat (4) Undang-undang (UU) Nomor 18 Tahun 2009, tidak menjamin daging unggas yang beredar di masyarakat aman, karena pada kenyataannya masih terdapat beberapa kasus peredaran daging yang tidak layak dikonsumsi seperti ayam berformalin, ayam glonggongan, dan ayam tiren (ayam yang mati kemarin), serta ayam yang disembelih tidak memenuhi kaidah syari’at islam.

Upload: others

Post on 19-Jun-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/150181/3/5.__BAB_I.pdf · kasus peredaran daging yang tidak layak dikonsumsi seperti ayam berformalin, ayam glonggongan, dan ayam

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan unggas ayam pedaging di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan daging ayam untuk memenuhi protein hewani. Jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar menyukai daging ayam merupakan potensi sangat besar bagi industri daging unggas. Menurut Departemen Riset IFT (Institution Food Technology), kenaikan konsumsi ayam terjadi karena meningkatnya populasi penduduk dan daya beli masyarakat (Kartajaya dan Taufik, 2009). Tingkat konsumsi daging akan terus melonjak karena faktor karakteristik produk unggas yang harganya terjangkau oleh masyarakat luas, berkualitas gizi baik, disukai oleh konsumen segala umur, tersedia dalam jumlah yang cukup.

Peningkatan kebutuhan daging ayam belum diimbangi dengan ketersediaan sarana produksi yang memenuhi syarat kehalalan dan sanitasi. Sebagian besar produksi daging domestik termasuk unggas berasal dari Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U) yang tidak memenuhi persyaratan bahkan terlihat seadanya. Kondisi ini telah mendorong tingginya jumlah penyimpangan daging di lapangan, antara lain banyak ditemukan kasus beredarnya produk daging yang tidak memenuhi syarat keamanan dan kehalalan pangan, baik pada produk domestik maupun ekspor impor.

Berbagai aturan tentang pangan yang telah ada seperti peraturan pemerintah mengenai daging ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) dan ketentuan tentang sertifikasi halal yang telah ditetapkan secara formal dan eksplisit dalam ketentuan pasal 58 ayat (4) Undang-undang (UU) Nomor 18 Tahun 2009, tidak menjamin daging unggas yang beredar di masyarakat aman, karena pada kenyataannya masih terdapat beberapa kasus peredaran daging yang tidak layak dikonsumsi seperti ayam berformalin, ayam glonggongan, dan ayam tiren (ayam yang mati kemarin), serta ayam yang disembelih tidak memenuhi kaidah syari’at islam.

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/150181/3/5.__BAB_I.pdf · kasus peredaran daging yang tidak layak dikonsumsi seperti ayam berformalin, ayam glonggongan, dan ayam

2

Pada Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U), salah satu unit usaha yang sangat penting dalam menjaga kehalalan pangan yang beredar di masyarakat. Dalam RPH-U terdapat salah satu tahap yang cukup kritis ditinjau dari segi kehalalan yaitu proses penyembelihan yang menentukan halal atau tidaknya daging atau bagian lain dari hewan (lemak, tulang, bulu, dan jeroan) yang dihasilkan (Apriyantono dkk. 2007). RPH-U sangat penting memiliki sertifikat halal, sertifikat halal merupakan sertifikat yang menyatakan kehalalan suatu produk yang dikeluarkan oleh lembaga yang diakui dan kredibel. Sertifikat halal sebagai dokumen pembuktian usaha bahwa semua bahan yang masuk dan yang dihasilkan adalah halal.

Ketentuan undang-undang mengenai peternakan dan kesehatan hewan juga menyatakan bahwa produk hewan yang diproduksi atau dimasukkan ke wilayah NKRI untuk diedarkan wajib disertai sertifikat veteriner dan sertifikat halal. Dalam mengimplementasikan ketentuan undang-undang itu, MUI mendesak pemerintah mewajibkan seluruh Rumah Pemotongan Hewan (RPH), baik yang berada di bawah pemerintah maupun swasta untuk mensertifikasi halal produknya, mengikuti ketentuan fatwa MUI dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan (LPPOM MUI, 2015). Sertifikat halal dapat dikeluarkan jika suatu produk sudah terbukti halal melalui serangkaian audit dan dinyatakan halal melalui fatwa MUI. LPPOM MUI memberikan syarat bagi industri yang ingin mengajukan sertifikat halal, harus memiliki sistem jaminan halal secara tertulis. RPH-U Mitra Karya Unggas merupakan salah satu rumah pemotongan hewan di kota Batu yang menyediakan produk ayam dan bebek. RPH ini memiliki konsumen yang menyebar di kota Malang dan Batu. Konsumen RPH ini mulai dari konsumen warung, depot dan restoran. Kapasitas produksi RPH mencapai 600 ekor per harinya. Pada bulan-bulan tertentu produksi dapat mencapai 1000 ekor per harinya. RPH-U Mitra Karya Unggas belum memiliki sertifikat halal. Pemilik RPH selama ini masih mengembangkan fasilitas bangunan yang dapat menjaga produk agar tidak cepat berbau dan sesuai keinginan konsumen dari segi kebersihan. Pemilik berkeinginan

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/150181/3/5.__BAB_I.pdf · kasus peredaran daging yang tidak layak dikonsumsi seperti ayam berformalin, ayam glonggongan, dan ayam

3

untuk melakukan sertifikasi halal untuk mengembangkan usaha. Selain itu, pemilik juga ingin menunjukkan konsistensi, komitmen dan kredibelitas RPH-U kepada konsumen dalam menyediakan produk daging yang bersih dan halal. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian mengenai penerapan Sistem Jaminan Halal (SJH) dalam memperoleh sertifikat halal di Rumah Pemotongan Hewan Unggas (RPH-U). 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan, maka dirumuskan masalahnya adalah : 1. Bagaimana perbandingan standar proses produksi di RPH-

U dengan standar kehalalan ? 2. Bagaimana rencana penerapan sistem jaminan halal RPH

dalam proses pengajuan sertifikasi halal ?

1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebaga berikut : 1. Membandingkan standar proses produksi di RPH-U dengan

standar kehalalan. 2. Menyusun Sistem Jaminan Halal (SJH) dalam bentuk

manual halal

1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapakan bagi peneliti dapat

digunakan sebagai informasi dan referensi serta menambah wawasan mengenai penerapan Sistem Jaminan Halal (SJH) dalam memperoleh sertifikat halal di Rumah Pemotongan Hewan Unggas (RPH-U), sedangkan bagi pemilik RPH-U diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan referensi dalam memperoleh sertifikat halal serta pengembangan usaha.

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/150181/3/5.__BAB_I.pdf · kasus peredaran daging yang tidak layak dikonsumsi seperti ayam berformalin, ayam glonggongan, dan ayam

4