bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_bab_gabung.pdf · a. latar...

100
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial 1 . Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya masyarakat dan masyarakat tidak dapat terbentuk jika tidak ada kumpulan manusia. Manusia dapat memenuhi kebutuhan atau kepentingannya apabila dilakukan bersama dengan manusia lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut maka dibutuhkan suatu komunikasi. Komunikasi merupakan bentuk hubungan yang dapat dilakukan antara manusia. Hubungan antar manusia secara konvensional dilakukan dengan cara yang sederhana karena hanya sebatas wilayah yang kecil, Seiring dengan perkembangan teknologi mengakibatkan perkembangan dalam komunikasi dalam hubungan manusia yang kemudian berkembang hingga mencapai wilayah yang sangat luas, namun terbatas oleh jarak, ruang dan waktu. Perkembangan umat manusia dalam bidang perkembangan teknologi telekomunikasi dan infomasi menjadi ujung tombak untuk mengatasi masalah keterbatasan jarak, ruang dan waktu dalam berbagai hal 1 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1999, hal 3.

Upload: others

Post on 13-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk

sosial manusia tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Manusia tidak

dapat berdiri sendiri tanpa adanya masyarakat dan masyarakat tidak dapat

terbentuk jika tidak ada kumpulan manusia. Manusia dapat memenuhi

kebutuhan atau kepentingannya apabila dilakukan bersama dengan manusia

lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan

tersebut maka dibutuhkan suatu komunikasi.

Komunikasi merupakan bentuk hubungan yang dapat dilakukan

antara manusia. Hubungan antar manusia secara konvensional dilakukan

dengan cara yang sederhana karena hanya sebatas wilayah yang kecil, Seiring

dengan perkembangan teknologi mengakibatkan perkembangan dalam

komunikasi dalam hubungan manusia yang kemudian berkembang hingga

mencapai wilayah yang sangat luas, namun terbatas oleh jarak, ruang dan

waktu.

Perkembangan umat manusia dalam bidang perkembangan

teknologi telekomunikasi dan infomasi menjadi ujung tombak untuk

mengatasi masalah keterbatasan jarak, ruang dan waktu dalam berbagai hal

1 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1999, hal 3.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

2

khususnya bersosialisai yang menjadi kebutuhan dasar umat manusia,

perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi secara tidak langsung

merubah kehidupan serta pola pikir dengan menghapuskan batas ruang, waktu

dan jarak, Namun perkembangan teknologi ini mengakibatkan sekat antara

ruang privat dan publik menjadi hilang.

Hubungan interaksi sosial yang dilakukan oleh manusia tidak akan

terlepas dari norma yang mengaturnya. Norma yang ada memiliki tujuan

untuk menciptakan keharmonisan dan keselarasan dalam kehidupan sosial

termasuk kehidupan manusia itu sendiri. Selain itu, norma sangat dibutuhkan

untuk mengatur interaksi yang melewati batas teritorial sehingga terdapat

perbedaan dan karakteristik yang berbeda.

Perbedaan akan tampak jelas ketika negara-negara barat (Western

Country) dibandingkan dengan negara-negara timur (Asia Country). Negara-

negara timur (Asia Country) lebih menjunjung tinggi nilai, norma sosial dan

kesopanan terkait dalam hal pengelompokan jenis-jenis informasi atau berita

yang bersifat umum maupun informasi bukan untuk umum ketika

dibandingkan dengan negara-negara barat (Western Country).2 Hal ini

merupakan salah satu perbedaan dari kedua negara dalam hal informasi.

Ketika terjadi interaksi sosial yang melibatkan dua katagori kultur

yang berbeda dimungkinkan terjadi perbedaan mengenai konsep privasi

2Efraim Turban, et al, Electronic Commerce A Manajerial Perspective, Prentice Hall, Upper Saddle

River, New Jersey, 1999 Halaman 28

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

3

maupun hal lain yang terkait hal pribadi, interaksi ini sangat mungkin terjadi

di era ini dengan menggunakan media internet.3

Internet sebagai salah satu hasil dari perkembangan tekhnologi di

bidang jaringan, memberikan warna tersendiri dalam perjalanan sejarah umat

manusia, Kehadiran internet dalam kehidupan manusia akan secara perlahan-

lahan meninggalkan batas konvensional yang terkadang menjadi masalah

terkait jarak, ruang dan waktu. Selain itu, keberadaan internet juga mampu

menunjang sendi perekonomian, mempermudah serta memperluas akses

informasi dan melancarkan berkomunikasi dengan sesama. Hal tersebut

merupakan bentuk nyata dari kemajuan dan kemudahan yang diberikan oleh

internet. Namun, kemudahan yang ditawarkan dengan kehadiran internet

dalam kehidupan manusia ternyata juga memberikan permasalahan baru yang

hingga saat ini masih belum terdapat penyelesaian yang konkrit.

Kehadiran internet selain menimbulkan permasalahan baru ternyata

juga telah mempengaruhi kebudayaan suatu negara. Pergeseran nilai

kebudayaan yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi khususnya

internet telah merubah dan memodifikasi kultur masyarakat dengan berbagai

asimilasi budaya yang mungkin saja terjadi, terlebih jika terkait dalam hal

privasi.

Privasi merupakan sebuah gagasan yang sejak dulu selalu menjadi

perhatian, khususnya sejak Perang Dunia Kedua. Perlindungan privasi secara

3 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Diktat Perkuliahan Hukum Telematika,

Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2004. Halaman 36

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

4

sederhana dapat diasumsikan merupakan bentuk dasar perlindungan terhadap

hak kebebasan, hak untuk melindungi informasi pribadi serta hak kebebasan

berekspresi4 atau Hak untuk dibiarkan sendiri (Rights to be Alone)

5.

Privasi seseorang merupakan sesuatu yang harus dijaga kerahasiaanya.

Ketika tidak ada privasi, maka hidup seseorang akan terasa seperti neraka

dunia, karena rentan terhadap kebebasan seseorang untuk bebas berekspresi

serta rentan terhadap penyalahgunaan data pribadinya oleh orang lain6.

Kekhawatiran lainnya yaitu terhadap informasi terkait hal-hal pribadi akan

diketahui secara luas, khawatir bahwa setiap kegiatan yang dilakukan akan

diketahui dan diawasi pihak tertentu.7

Namun perlindungan privasi tidak berarti tanpa batasan. Dalam hal

tertentu terdapat informasi yang secara luas disepakati sebagai informasi

pribadi yang tidak dilindungi bahkan atas nama hukum berhak disimpangi,

misalnya informasi mengeni jumlah rekening yang dimiliki, nama ibu,

maupun tanda lahir yang melekat pada tubuh. Pada umunya masyarakat

menganggap informasi tersebut merupakan hal yang sifatnya pribadi. Namun

ketika terjadi kondisi khusus yang mengharuskan terjadi pengungkapan data-

data tersebut maka pemilik informasi tidak dapat menolak untuk

memberitahukan atau mengemukakan informasi tersebut dengan dalih

4The European Convention on Human Rights. 5 Samuel D. Warren dan Louis D. Brandeis, The Right to Privacy, Harvard Law Review, Harvard,

1890 Halaman 193. 6 Craig Bellamy, 2006, What is privacy and why is it important (online), ww.CraigBellamy.net(.au),

09 Januari 2013. 7 Budi Agus Riswandi, Perlindungan Hukum Terhadap Privacy di internet (Studi Komparasi

Pengaturan Privacy di Indonesia, Australia, dan Uni Eropa, FENOMENA, Volume 03 Nomor 02,

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2005, Halaman 98.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

5

menyangkut privasi. Selama privasi tersebut terkait dengan kepentingan

publik dan digunakan dengan terbatas dilindungi undang-undang, maka

perlindungan privasi dapat terabaikan.

Internet atau sering dikenal dengan istilah “Network of Netwotks”8,

biasanya didefinisikan merujuk pada sekumpulan atau seperangkat

infrastruktur yang memfasilitasi internet untuk menyebarkan data dalam

kecepatan sangat cepat serta jarak nya sangat dengan waktu yang sekejap9.

Saat ini lebih dari satu miliar orang di dunia menggunakan jejaring sosial.10

.

Sedangkan Jejaring sosial atau lebih sering dikenal sebagai social network

merupakan Platform yang memungkinkan seseorang untuk bertukar pesan,

informasi dan hal lain yang memang dikehendaki untuk di ketahui oleh

rekanan dari orang memanfaatkan jejaring sosial untuk berkomunikasi.

Segala lapisan masyarakat di berbagai belahan penjuru dunia

menguasai bahkan menggemari salah satu fitur yang ditawarkan oleh internet.

Fitur ini dapat menghubungkan sesama manusia yang sebelumnya tidak saling

mengenal satu sama lain menjadi teman akrab setelah memanfaatkan fitur

tersebut. Selain itu, fitur ini juga dapat menghubungkan teman lama, mencari

teman baru, bahkan mencari jodoh.

8William H. Dutton, Through the Network (of Networks), Oxford Internet Institute, London, 2007,

Halaman 10. 9 Ibid Halaman 38. 10

It’s a Social World: Top 10 Need-to-Knows About Social Networking and Where It’s Headed,

COMSCORE (Diakses February. 11, 2013), http://www.comscore.com/Press_Events

Presentations_Whitepapers/2011/it_is_a_social_world_top_10_need-to-

knows_about_social_networking.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

6

Media sosial ini menjadi “dunia kedua” bagi sebagian orang,

menampilkan sisi lain kepribadian seseorang yang tidak mampu ditampilkan

dalam dunia nyata. Namun, keterbukaan pribadi seseorang di internet dapat

menimbulkan kerugian kepada pribadi tesebut. Hal ini disebabkan dalam

media sosial masih memiliki kualitas serta kebenaran informasi patut

dipertanyakan. Akibat kebenaran informasi yang masih belum jelas dalam

internet akan mendorong terjadinya kejahatan maupun pelanggaran terhadap

hak-hak sipil.

Facebook sebagai salah satu jejaring sosial yang mempunyai anggota

sebanyak 800 juta pengguna. Facebook merupakan sosial media yang terbesar

hingga saat ini.11

Pengguna situs ini terdiri dari berbagai unsur lapisan

masyarakat yang mampu untuk bertukar informasi mengenai dirinya kepada

orang lain. Informasi tesebut dapat ditukar melalui media foto, video, fitur

Chat maupun Video Chat, dan tulisan yang dibuat oleh pemilik akun maupun

rekan dari pemilik akun tersebut. Cara kerja interaksi dalam situs ini,

pengguna disyaratkan menjadi “teman” dengan pengguna lain untuk dapat

berinteraksi.

Jejaring sosial sejenis namun berbeda konsep yaitu Twitter, lebih

mengedepankan konsep ”berkicau”, hal ini dikarenakan cara berinteraksi

melalui media ini, yang menjadi objek bersosialisasi dengan pengguna lain

11

Newsroom: Key Facts, FACEBOOK, http://newsroom.fb.com/content/default.aspx (diakses 4

Januari 2012).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

7

adalah “kicauan” atau Tweet12

. Keterkaitan antar pengguna di lakukan dengan

saling follow, sehingga pengguna dapat mengikuti atau mengetahui

perkembangan tweet pengguna lain.

Kedua jejaring sosial tersebut pada dasarnya mendekatkan pengguna

dengan pengguna lain, namun tidak jarang menimbulkan suatu permasalahan

tersendiri ketika pengguna tidak menghendaki adanya interaksi, baik dalam

bentuk percakapan, pertukaran data, maupun interaksi lain, yang

dimungkinkan bahwa nantinya akan mengganggu kenyamanan dan kehidupan

dari penggunanya.

Hal ini dapat terjadi apabila pengguna merasa informasi maupun data

yang tertera maupun dicantumkan dalam jejaring sosial tersebut, digunakan

oleh pihak lain, untuk tujuan yang dianggap mengganggu, membahayakan

bahkan mengancam orang lain. Berdasarkan hal itu maka, pemilik situs

jejaring sosial membuat kebijakan privasi (Privacy Policy) yang memuat

ketentuan mengenai sejauh apa data atau informasi dari pengguna jejaring

sosial dapat diakses atau diketahui oleh pihak selain pengguna akun itu

sendiri.

Apabila kebijakan privasi tersebut di langgar oleh salah satu pihak,

khususnya pihak penyedia jasa layanan media sosial akan menimbulkan suatu

kondisi yang disebut penyalahgunaan data pribadi, karena pihak penyedia jasa

layanan sosial media menyalahi kesepakatan dengan pengguna, mengenai

kewenangan penyedia jasa layanan media sosial mengolah data pengguna.

12Semacam pesan pendek tidak lebih dari 140 karakter dalam tiap Tweet.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

8

Penyalahgunaan data pribadi yang terjadi, biasanya tanpa disadari oleh

pengguna internet, karena tingkat kesadaran masyarakat masih rendah. Kasus

Angel Fraley v Facebook, Inc dan beberapa Landamark Cases lain dapat

dijadikan contoh mengenai kesadaran masyarakat dalam melindungi privasi

dan data pribadi. Kasus yang digunakan berdasar pada seputar masalah yang

sama menunjukan permasalahan tersebut mungkin terjadi dimana saja,

terhadap siapa saja dan kapan saja. Kasus Angel Fraley v Facebook, Inc

terjadi di Amerika Serikat di California, Amerika Serikat. Diawali dari

keberatan dari Angel Fraley selaku pengguna media sosial ini terhadap

tindakan yang dilakukan oleh Facebook. Tindakan yang dilakukan oleh

Facebook yaitu menggunakan foto, nama, serta informasi lain milik

pengguna, untuk digunakan dalam fitur Sponsored Stories13

sehingga nantinya

foto, nama dan informasi lain akan muncul di halaman pengguna lain tanpa

adanya persetujuan dari pemilik foto, nama dan informasi terkait dari pemilik

data tersebut, tindakan ini dianggap menggunakan data pribadi.

Tindakan yang dilakukan Facebook ini dimungkinkan terjadi kepada

seluruh pengguna media sosial tersebut, namun hal tidak disadari oleh

pengguna lain yang tidak merasa dan tidak berkeberatan dengan hal tersebut.

Di Indonesia juga dimungkinkan dan bahkan telah terjadi hal serupa, namun

kesadaran dan tingkat pemahaman masyarakat Indonesia khususnya pengguna

media sosial masih dirasa kurang, mengakibatkan tindakan yang dilakukan

13 Fitur yang menawarkan pengguna Facebook dalam memperoleh rekomendasi teman, iklan, dan hal

lain, dengan memunculkan foto, nama dan informasi lain yang terkait dengan kesukaan pengguna

tersebut

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

9

Facebook tersebut dianggap tidak merugikan, sehingga seringkali di abaikan

dan dianggap tidak terjadi.

Tindakan yang dilakukan oleh Facebook tersebut, tentu menyalahi

kebijakan privasi terkait sejauh apa Facebook sebagai penyedia jasa layanan

berhak mengolah data pengguna, karena sebelum terdaftar sebagai pengguna

media sosial ini, Facebook mengajukan persyaratan yang tertuang dalam

Terms and Condition, yang menandakan persetujuan untuk terdaftar sebagai

pengguna Facebook.

Perlindungan terhadap penyalahgunaan data pribadi telah dilakukan

oleh beberapa Negara hingga saat ini, khususnya Negara yang paham dan

sadar betul akan pentingnya perlindungan privasi. Untuk melindungi hak yang

termasuk dalam privasi serta menjamin dan membatasi sekaligus.

Sejak tahun 1997, Negara di Eropa sudah melindungi dan memberikan

peraturan yang jelas mengenai penggunaan data pribadi seperti yang terjadi di

Italia, Belgia, Portugal dan Yunani, tertuang dalam peraturan yang melindungi

hak individu untuk mengawasi data personal dalam database pemerintahan

atau komersial14

. Negara - negara Eropa mengatur mengenai perlindungan

terhadap privasi dan dituangkan dalam Directive 95/46/EC on The Protection

Of Individuals With Regard To The Processing Of Personal Data And On The

Free Movement Of Such Data (Data Protection Directive) yg kemudian

dilengkapi dg Directive 2002/58 on Privacy and Electronic Communications,

14 Efraim Turban, et al, Electronic Commerce A Manajerial Perspective, Prentice Hall, Upper Saddle

River, New Jersey, 1999 Halaman 75

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

10

( E-Privacy Directive), sementara di Amerika Serikat perlindungan terhadap

privasi diatur dalam Data Privacy Act of 199715

.

Pengaturan mengenai perlindungan terhadap privasi tidak hanya diatur

oleh Negara, namun beberapa organisasi internasional juga mengatur

mengenai perlindungan terhadap penggunaan data pribadi, seperti

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang

merumuskan beberapa pedoman mengenai Privacy Online : Policy and

Practical Guideline, OECD Guideline on the Protection of Privacy and

Transborder Flows and Personal Data, dan OECD Guideline for the Security

of Information System and Networks towards A Culture of Security. OECD

Guidelines ini lah yang dijadikan salah satu dasar dalam perancangan Naskah

Akademik Undang – Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta

mengilhami Safe Harbor Framework yang dijadikan acuan oleh Facebook

dan Twitter dalam pembuatan kebijakan privasi di situs mereka.

Di Indonesia peraturan yang melindungi dan menaungi mengenai

perlindungan privasi hingga saat belum diatur secara sendiri, melainkan diatur

secara terpisah-pisah dan tersebar serta tersirat dari berbagai peraturan, serta

peraturan yang mempunyai visi mendekati perlindungan terhadap penggunaan

data privasi yakni :

15 Thomas J. Smedinghoff (ed), Online Law theSPA’s Legal Guide to Doing Business on the

Internet, Addison-Wesley Developers Press,New York, 2000, Halamn 104.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

11

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Kearsipan menjelaskan mengenai jenis data

pribadi.

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen

Perusahaan.

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan (“UU Adminduk”).16

Dalam peraturan tersebut memang tidak mengatur privasi maupun

perlindungan data pribadi di media sosial namun saling terkait dalam

memberikan gambaran mengenai perlindungan data dan pribadi, seperti

memberikan jenis data yang tergolong bukan data publik, menjamin

kerahasiaan data, dan mewajibkan penyimpan data untuk menyediakan

keamanan yang cukup dalam penyimpanan data tersebut, walaupun hal yang

dibahas mengenai data secara umum bukan yang disimpan atau yang berada

di media sosial

16 Hedri Sasmita Yuda, 2013, Dasar Hukum Perlindungan Data Pribadi Pengguna Internet

(online), www. Hukumonline.com 05 Januari 2013

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

12

Sejalan dengan perkembangan dibentuk lah undang-undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang

didalam peraturan ini secara tidak langsung mengatur tentang perlindungan

data pribadi dengan penjabarannya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2012 Tentang penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP

PSTE).

Para pengguna media sosial khususnya di Indonesia perlu

memperhatikan dan berlaku bijak terkait tindakan yang dilakukan di internet

terlebih pada saat menggunakan media sosial, sosialisasi serta pemahaman

mengenai peraturan ini perlu dilakukan secar masif dan berkelanjutan

mengingat belum ada peraturan yang mengatur perlindungan privasi secara

khusus mengenai perlindungan privasi mengingat dari jumlah penduduk

Indonesia per tanggal 20 Juli 2012 sebanyak 44.074.560 juta penduduk

menggunakan facebook17

, serta sejumlah 19,5 juta penduduk yang tercatat

sebagai pengguna situs twitter 1,3 kicauan per hari,18

.

Dengan total hampir mencapai 55 juta dari 245 juta penduduk

Indonesia yang menggunakan media sosial, timbul potensi masalah terkait

penggunaan data pribadi yang menyangkut privasi di media sosial, walaupun

tiap situs memiliki kebijakan privasi (Privacy Policy) yang telah diatur dan

tercantum dalam situs tersebut, namun tidak menutup kemungkinan bahwa

pengguna yang kurang sadar hukum akan melanggar ketentuan tersebut atau

17 Checkfaceebook.com diakses tanggal 20 januari 2013 18

Aworldoftweets.com diakses tanggal 20 januari 2013

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

13

tidak menyadari hak pribadinya telah dilanggar, oleh karena itu diperlukan

kajian lebih lanjut mengenai bentuk perlindungan situs jejaring sosial dalam

perlindungan data pribadi pengguna nya.

Mengingat jumlah pengguna media sosial di Indonesia yang sangat

signifikan, serta belum ada peraturan tersendiri yang memberikan payung

hukum terhadap privasi terlebih dikemudian hari dimungkinkan terjadi hal –

hal yang tidak di inginkan mengenai masalah privasi khususnya yang terjadi

dan terkait penggunaan data pribadi di media sosial secara melawan hukum,

penulis bermaksud membahas mengenai perlindungan data pribadi di media

sosial dalam bentuk penelitian yang berjudul : “TINJAUAN YURIDIS

PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DARI PENYALAHGUNAAN

DATA PRIBADI PADA MEDIA SOSIAL ( Ditinjau Dari Privacy Policy

Facebook dan Undang – Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik)”, yang dikemudian hari dapat menjadi rujukan

dan tinjauan mengenai penelitian sejenis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka terdapat

beberapa permasalahan penting yang perlu dikaji, yaitu :

1. Bagaimana tanggung jawab hukum media sosial Facebook dalam

melindungi pengguna dari penyalahgunaan data pribadi ?

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

14

2. Bagaimana UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik beserta Peraturan Pelaksanaannya melindungi data pribadi

pengguna media sosial Facebook dari penyalahgunaan data pribadi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis tanggung jawab media sosial

Facebook dalam melindungi pengguna dari penyalahgunaan data

pribadi.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk perlindungan data

pribadi pada UU ITE Nomor 11 tahun 2008 dan PP No. 82 tahun

2012 dalam melindungi pengguna media sosial Facebook dari

penyalahgunaan data pribadi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan rujukan dalam mempelajari bentuk perlindungan

media sosial Facebook dalam melindungi pengguna dari

penyalahgunaan data pribadi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai perlindungan

serta penyalahgunaan data pribadi di media sosial.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

15

2. Manfaat Praktis

A. Bagi Masyarakat

Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang

bentuk perlindungan pemerintah serta prinsip perlindungan data

pribadi

B. Bagi Pemerintah

Untuk mengetahui tentang bentuk serta prinsip perlindungan data

yang ada pada media sosial, serta sebagai rumusan awal apabila

dikemudian hari akan dibentuk peraturan tersendiri mengenai

perlindungan privasi dan perlindungan data.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Pada pendahuluan berisi tentang latar belakang penulis

membahas permasalahan mengenai perlunya tinjauan yuridis

perlindungan data pribadi dari penyalahgunaan data pribadi

pada media sosial dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi penulisan

dan pembahasan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang

berkaitan perlunya tinjauan yuridis perlindungan data pribadi

dari penyalahgunaan data pribadi pada media sosial. Tinjauan

umum mengenai privacy policy, tinjauan umum mengenai

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

16

perjanjian antara pengguna dengan Facebook sebagai

penyelenggara sistem elektronik, bagaimana asas asas umum

mengenai Hukum Perdata internasional, tinjauan umum

mengenai data dan penggolongan antara data publik dan

privat.

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini berisi metode penelitian yang digunakan dalam

melakukan penelitian terdiri dari pendekatan penelitian, jenis

dan sumber bahan hukum, teknik pengumpulan data, teknik

analisis bahan hukum.

BAB IV : Pembahasan

Pada bab ini berisi pembahasan mengenai hasil penelitian

terhadap Rumusan Masalah, yaitu: Tanggung jawab hukum

media sosial Facebook dalam melindungi pengguna dari

penyalahgunaan data pribadi, dan bagaimana Perlindungan

data pribadi pengguna media sosial Facebook oleh UU ITE

dan PP PSTE 82/2012.

BAB V : Penutup

Kesimpulan dari hasil pembahasan bab-bab sebelumnya dan

berisi saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan

yang bermanfaat bagi semua pihak.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Informasi.

Arti dari informasi mempunyai beberapa definisi yang berbeda

tergantung berdasarkan dari sudut pandang, akan tetapi keberagaman definisi

dan pengertian ini memberikan definisi sesungguhnya dari informasi menjadi

bias, sehingga untuk mencari definisi dari informasi perlu dipahami dari sudut

pandang mana definisi tersebut disampaikan, berikut adalah definisi mengenai

informasi dari beberapa sudut pandang19

:

a. “The amount of uncertainty that is reduced when received”20

b. “A difference make difference”21

c. “Information is data that has been processed into a form that is

meaningful to the recipient and is used of real or perceived valve

in current or processing actions or decision”.22

Terjemahan bebas dari sudut pandang mengenai informasi di atas

adalah :

a. "Sejumlah ketidakpastian yang menjadi berkurang ketika

diterima"

b. "Perbedaan yang membuat perbedaan"

c. "Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang

lebih berarti bagi penerimanya dan digunakan dalam persepsi

nyata atau dirasakan dalam tindakan tersebut atau proses atau

keputusan

19 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika (suatu Kajian Kompilasi), Raja Grafindo,

Jakarta, 2005, Halaman 33 20 David Kroenke, Management Information System : Interntional Edition, Mitchell McGraw-Hill,

Singapura, 1993 21 Ibid 22 Gordon B. Davis dan Margareth Olson, Management Information System : Conceptual

Foundations, Structure and Development, McGraw-Hill, New York, 1987, Halaman 5

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

18

Sedangkan menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik,

definisi dari informasi adalah :

“Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda tanda

yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun

penjelasannya yang dapat dilihat, didengar , dan dibaca yang

disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara

elektronik ataupun non elektronik.”

Selain itu Informasi adalah data yang berguna yang telah diolah

sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Data

seseorang dapat menjadi Informasi bagi orang lain. Berlaku sebaliknya,

Informasi bagi seseorang dapat menjadi data bagi orang lain. Dari penjelasan

diatas dapat disimpulkan bahwa data adalah “bahan baku” dari informasi dan

data adalah sumber informasi.Namun, semua itu bermula dari fakta-fakta.

Namun informasi dapat digambarkan berikut ;

” Information is commonly viewed as useful statement or

valuable description about fact (material and/or immaterial) – to be

data, either oral or written, either good or bad, either quantitative or

qualitative form, which is by a mean/tool conveyed from person(s) to

other one(s), from individual to group (institution) and vice-versa, or

from group (institution) to group (institution).”

Informasi umumnya dipandang sebagai pernyataan yang berguna

atau gambaran yang bernilai tentang suatu fakta, material atau non

material/ghaib – menjadi data lisan maupun tulisan, baik maupun buruk,

kuantitatif atau kualitatif – yang dengan suatu alat atau sarana disampaikan

dari seseorang ke orang lain, dari individual ke kelompok dan sebaliknya,

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

19

atau dari kelompok ke kelompok lain. Serta definisi informasi dari sudut

pandang lain:

a. Informasi adalah data yang telah diatur sedemikian rupa

sehingga terorganisir dan komunikatif

b. Informasi adalah catatan dari terpecahkan nya ketidak pastian.

c. Informasi merupakan stimulus yang merangsang struktur

kognitif dari penerima.

d. Informasti adalah bentuk nyata kesadaran kognitif yang

diberikan oleh representasi nyata dari data, representasi ini

memfasilitasi proses dari penyaluran pengetahuan.

e. Informasi adalah proses yang berlangsung dari gambaran apa

yang diterima.

f. Informasi adalah data yang diolah oleh kemampuan manusia

untuk memahami.23

Kaitan antara data dengan informasi sangat erat satu sama lain,

karena keduanya saling berkesinambungan layaknya sebab-akibat berikut ini

penjabaran akan korelasi kedua hal tersebut :

“It is Importance to the difference between data, information

and knowledge.

Data are raw fact of or elementary description of the things,

event, activities and transaction that are captured, recorded, stored,

and classified, but not organized to convey any specific meaning.

23 Muhammad Muhtar Arifin Sholeh, 2009, Apa itu informasi (Online), http://digilib.undip.ac.id /apa-

itu-informasi.ac.id diakses 10 Januari 2013.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

20

Examples of data would include grade point averages, bank balances,

or the number of hours employees worked in a pay period.

Information is collection of fact (data) organized in some

manner so that they are meaningful to recipient. For examples

information about customer names with bank balances or student

name and mark with average marks of other student.”24

.

Terjemahan bebas dari penjelasan diatas adalah :

"Ini adalah Pentingnya perbedaan antara data, informasi dan

pengetahuan.

Data adalah fakta mentah atau deskripsi dasar dari hal, event,

aktivitas, dan transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan, dan

diklasifikasikan, tetapi tidak diorganisasikan untuk menyampaikan

makna tertentu. Contoh data yang akan mencakup kelas titik rata-rata,

saldo bank, atau jumlah jam karyawan bekerja dalam periode

pembayaran.

Informasi adalah kumpulan fakta (data) yang diselenggarakan

dalam beberapa cara sehingga mereka berarti bagi penerima. Untuk

contoh informasi mengenai nama pelanggan dengan saldo bank atau

nama siswa dan tandai dengan tanda rata-rata siswa lainnya.

Data pada intinya fakta mentah yang masih tidak bernilai, namun

apabila telah diolah sedemikian rupa dan memberikan suatu gambaran baru

mengenai sesuatu berarti data tersebut telah berubah menjadi informasi.

Informasi tidak hanya terdiri dari jenis yang tersedia untuk umum

semata, melainkan terdapat informasi yang memang terbatas untuk diketahui

masyarakat umum, informasi yang bersifat terbuka untuk umum disebut

sebagai informasi publik.

Menurut Pasal 1 ayat 2 Undang – Undang Republik Indonesia nomor

14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Informasi Publik

adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim , dan/ atau

24 Rainer Turban dan Potter, Introduction to information Technology, John Willey & Sons inc.,

Halaman 17.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

21

diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan

penyelenggaraan Negara dan atau penyelenggara dan penyelenggaraan

Badan Publik lainnya yang sesuai dengan peraturan ini serta informasi lain

yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Berkaitan dengan definisi informasi publik seperti yang dijelaskan

sebelumnya, tentu berlaku sebaliknya bagi informasi yang bersifat privat,

yaitu informasi yang hanya disimpan, dikelola dan dikirim atau diterima

secara privat bertujuan untuk kepentingan pribadi saja.

B. Tinjauan Umum Privasi.

Privasi mempunyai arti secara luas dan berbagai macam definisi

tergantung dari sejauh apa ruang lingkup peraturan mengenai privasi di suatu

daerah, maupun, ruang lingkup pemerintah di daerah tersebut mengatur

mengenai privasi yang dilindungi25

.

Definisi Privasi Secara umum berdasarkan dari kamus umum

maupun kamus hukum adalah sebagai Berikut “

“Privacy is a conditions of being private, secrecy, the right to

be alone. The right of a person to be free from unwarranted

interference by in matters with which the public is not necessarily

concerned.

Term Rights of privacy is generic term encompassing various

rights recognized to be inherence in concepts of ordered liberty and

such right prevent governmental interference in intimate personal

relationships or activities, freedom of individuals, to make

fundamental choices involving himself, his family and his relationship

with others.

The rights of individual (or Corporations) to withhold himself

and his property from public security.26

.

25 Helen Nissenbaum, Privacy In Context, Stanford University Press, California, 2010, halaman 84. 26 Black Law’s Dictionary : Privacy

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

22

Terjemahan bebas dari definisi privasi diatas adalah :

"Privasi adalah suatu keadaan yang menjadikan privat, bersifat

rahasia, dan berhak atas kesendirian. Hak seseorang untuk bebas dari campur

tangan yang tidak beralasan oleh satu dan lain hal, dimana masyarakat tidak

sepatutnya mengetahui akan hal tersebut.

Ketentuan umum mengenai privasi mencakup berbagai hak yang

diakui sebagai hal yang karena sifatnya termasuk dalam konsep kebebasan

dan hak tersebut untuk mencegah campur tangan pemerintah dalam

hubungan pribadi yang intim kegiatan, kebebasan individu, atau untuk

membuat pilihan yang signifikan yang melibatkan dirinya, keluarganya dan

hubungannya dengan orang lain .

Hak-hak individu (atau Perusahaan) untuk menahan diri dan hartanya

dari keamanan publik”.

Kesimpulan dari pengertian privasi adalah hak untuk mendapat ruang

pribadi dalam bersosialisasi, serta berhak untuk memutuskan siapa, apa atau

bagaimana orang lain mengetahui mengenai informasi tentang dirinya.

Dari berbagai macam definisi yang tersebar secara luas di kalangan

pemerhati dan peneliti mengenai privasi, beberapa berpendapat bahwa

privasi merupakan :

a. “Privacy as a measure of the acces others have to you trough

information, attention, and physical proximity”.27

b. “The condition under which other people are deprived of acces to

either some information about you ar some experience of you”28

c. “Personal Information is not only an aspect of personality, it is

also an object of personality”29

27 Ruth Gavison, Privacy and the Limits of The Law, Yale Law journal, 89 : 421-471 Di print ulang

di Philosopical Dimensions of privacy : An Anthology, ed. F.D. Schoman, Cambridge : Cambridge

University Press, 1984 Halaman 346-402 28 Jeffrey Reiman, Privacy, Intimacy, and Persohood, Philosophy and Public Affair Press, Santa

clara, 1995, Halaman 27 29 Francis S. Chlapowski, The Constitutional Protection of Information Privacy, Boston University

Law Review, Volume 71, 1991, Halaman 133

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

23

Terjemahan bebas dari pendapat tentang privasi di atas adalah :

a. "Privasi sebagai takaran dari akses pihak lain terhadap infromasi,

perhatian dan hubungan".

b. " Kondisi di mana orang lain kehilangan akses ke salah beberapa

informasi tentang Anda dan pengalaman Anda "

c. "Informasi Pribadi tidak hanya aspek kepribadian, juga merupakan

obyek kepribadian".

Sejalan dengan hal tersebut David Flaherty, Komisaris dari

Perlindungan Data untuk British Columbia University mengklasifikasikan

hak-hak yang terkait dalam ruang lingkup yang terkandung dalam privasi,

adapun jenis hak tersebut termasuk beberapa hal berikut ini :

a. The right to individual autonomy (Hak otonomi individual).

b. The right to be alone (Hak untuk menyendiri).

c. The right to private life (Hak atas kehidupan pribadi).

d. The right to control information about oneself (Hak untuk

mengontrol informasi mengenai dirinya sendiri).

e. The right to limit accessibility (Hak untuk membatasi aksesibilitas)

f. The right to exclusive control of acces to private realms (Hak atas

akses eksklusif terhadap ranah privat)

g. The right to minimize intrusiveness (Hak untuk meninimalisir

campur tangan).

h. The right to expect confidentiality (Hak untuk mengharapkan

kerahasiaan).

i. The right to enjoy solitude (Hak untuk menikmati kesunyian).

j. The right to enjoy intimacy (Hak untuk menikmati keintiman).

k. The right to enjoy anonymity (Hak untuk menikmati keadaan tanpa

diketahuinya identitas)

l. The right to enjoy reserve (Hak untuk menyimpan).

m. The right to secrecy (Hak untuk kerahasiaan)30

.

30 David H. Flaherty, Protecting Privacy in Surveillance Societies, University of North Carolina

Press, 1989, Halaman 8.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

24

Keterkaitan antara penggunan tekhnologi dengan privasi adalah

“Privacy and Freedom”, yaitu memfokuskan terhadap kewenangan dalam

penggunaan terhadap informasi tersebut untuk alasan apapun.31

Karakteristik yang melekat pada perlindungan privasi hakikatnya

berkutat pada tiga aspek yaitu :

a. Privacy of Person‟s Persona.

Pada dasarnya aspek ini berpandangan bahwa setiap

orang memiliki hak untuk sendiri (Right to be Alone).

Perbuatan yang melanggar hak ini terkait perbuatan yang

menggangu kesunyian, pembukaan fakta pribadi kepa khalayak

umum, serta pblikasi untuk kepentingan yang tidak

sebagaimana mestinya.

b. Privacy of Data About a Person.

Aspek ini melindungi informasi mengenai seseorang

yang didapat,dikumpulkan atau diketahui kemudian digunakan

oleh pihak lain dengan cara yang dilegalkan, namun

penyalahgunaan terhadap informasi yang telah dikumpulkan

dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap privasi.

c. Privacy of a Person Communication.

Aspek ini melindungi terhadap kebebasan seseorang

dalam berkomunikasi, selama konten yang di komunikasikan

legal, maka kegiatan komunikasi tersebut dilindungi atas nama

31Alan F. Westin, Privacy and Freedom, Atheneum, 1967, Halaman 7.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

25

privasi. Pengungkapan, pengawasan maupun penyadapan tanpa

sepengatahuan yang bersangkutan terhadap

kegiatankomunikasi tersebut dapat di anggap merupakan

pelanggaran privasi32

.

Apabila dapat disimpulkan bahwa privasi merupakan hak yang

melekat pada diri manusia untuk berhak menentukan apa yang dapat menjadi

konsumsi publik atau privat.

C. Tinjauan Umum Data.

Data adalah catatan atas kumpulan fakta33

. Data sering digolongkan

sebagai kata benda jamak secara tertulis yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan, matematika, keuangan, dan komputasi. Di tempat lain, dalam

tata bahasa Bahasa Inggris mendefinisikan data sebagai sebagai kata benda

tunggal34

.

Menurut beberapa sudut pandang, data dapat juga didefinisikan sebagai

berikut:

a. Menurut kamus bahasa Inggris - Indonesia, data berasal dari

kata datum yang berarti fakta.

32 Thomas J. Imedinghaff, ed., Online Law – The SPA’s Legal guide to going Business on the

internet, Canada, Addison-Wesley Developer Press, 1996, halaman 269-273. 33Ardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.3 34www.grammarist.com/usage/data.com diakses 14 Januari 2013

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

26

b. Dari sudut pandang bisnis, data bisnis adalah deskripsi

organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian

(transactions) yang terjadi.

c. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa data adalah deskripsi

dari suatu kejadian yang kita hadapi.

Sedangkan menurut Undang-undang No 11 Tahun 2008 pengertian

dari data tidak dijelaskan dalam pasal manapun, namun dalam Peraturan

Menteri keuangan No. 140/PMK.04/2012 mendefinisikan data elektronik

adalah : informasi atau rangkaian inforrnasi yang disusun dan atau dihimpun

untuk kegunaan khusus yang diterima, direkam, dikirim, disimpan, diproses,

diambil kembali, atau diproduksi secara elektronik dengan menggunakan

komputer atau perangkat pengolah data elektronik, optikal atau cara lain yang

sejenis.

D. Tinjauan Umum Data Pribadi.

Dalam perkembangan terkini data dibedakan menjadi dua, yaitu data

pribadi serta data publik.

Data pribadi adalah data persorangan tertentu yang disimpan, dirawat,

dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaanya.35

Data pribadi atau informasi pribadi dapat berbentuk apa saja yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu, termasuk tetapi tidak terbatas

35 PP Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE) Nomor 82 Tahun 2012 pasal 1 angka

27.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

27

pada termasuk, nama, alamat, tanggal lahir, status perkawinan, informasi

kontak, masalah ID dan tanggal kadaluwarsa, catatan keuangan, informasi

kredit, riwayat kesehatan, di mana seseorang bepergian, dan niat untuk

memperoleh barang dan jasa36

.

Dalam peraturan di Indonesia yang mengatur mengenai perlindungan

data pribadi, tidak dirumuskan secara tertulis, mengenai jenis dan macam dari

data pribadi tersebut.

E. Tinjauan Umum Penyalahgunaan Data dan Privasi.

Data dan privasi yang diakses diluar batas kewenangan, kewajaran

dan tanpa sepengetahuan pemiliknya disebut penyalahgunaan data atau

“Misuse Data”37

.

Tindakan penyalahgunaan data tentu melanggar hak pribadi38

dan

privasi seseorang, dikarenakan tindakan tersebut tanpa sepengetahuan dari

pemilik. Tindakan penyalahgunaan data dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Menghapus Data (Deleted).

b. Merubah Data (Changed).

c. Membuka Data (Disclosure).

36 McCormick, Michelle. "New Privacy Legislation." Beyond Numbers 427 (2003): 10-. ProQuest.

Web. 27 Oct. 2011 37 Susan W. Brenner, Should Commercial Misuse Of Private Data Be A Crime (online),

www.ssrn.com, diakses 22 maret 2013 38 Menurut penjelasan pasal 26 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik, yang dimaksud hak pribadi adalah :

a. Hak pribadi merupakan hak untuk menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam

gangguan.

b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat berkomunikasi dengan Orang lain tanpa tindakan memata-

matai.

c. Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data

seseorang.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

28

d. Menggunakan Data dengan Cara yang tidak sesuai

(Improper Use / Misuse).39

Penyalahgunaan data yang dilakukan oleh Data Controller selaku

penyedia jasa layanan media sosial di Internet atau penyelenggara sistem

elektronik, dapat di indikasi dari kebijakan privasi yang diatur di situs media

sosial tersebut. Tindakan yang dilakukan diluar hal yang telah disepakati

dengan pengguna atau diluar batas kewenangan sebagai Data Controller dapat

dikatakan sebagai penyalahgunaan data.

Dalam kebijakan privasi suatu media sosial, diatur mengenai

kewenangan Data Controller dalam mengolah data dari pengguna, baik yang

bersifat pribadi maupun publik dan disepakati oleh kedua pihak, apabila Data

Controller melakukan hal diluar kesepakatan tersebut maka dengan kata lain

Data Controller melakukan tindakan penyalahgunaan data. Misalkan Data

Controller dan pengguna menyepakati bahwa penggunaan data hanya dapat

diakses oleh Data Controller, namun secara sengaja Data Controller

memperbolehkan pihak ketiga untuk mengakses data pengguna untuk tujuan

lain, dalam hal ini pihak ketiga dan Data Controller melakukan tindakan

penyalahgunaan data.

Penyalahgunaan data tidak hanya dapat dilakukan oleh Data

Controller saja, namun dapat dilakukan oleh pihak lain yang tidak berwenang

untuk melakukan hal yang tidak diperkenankan terhadap data pribadi

39 Preventing Data Misuse (online), IGCSE-ICT.com diakses 21 maret 2013

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

29

seseorang, misalkan mengungkap, merubah, menghapus atau menggunakan

data tersebut untuk tujuan lain.

Penyalahgunaan data dapat diterapkan terhadap data privasi. Data

yang memang jelas tergolong privasi dan tidak ingin diakses oleh pihak lain

apabila dikases dab digunakan oleh pihak yang tidak dikehendaki maka

tergolong penyalahgunaan data, hal yang sama juga terjadi dengan data yang

dapat diketahui oleh umum namun digunakan diluar batas kewenangan

penggunaan, maka dapat dikatakan sebagai penyalahgunaan data.

Perbuatan yang dilakukan terhadap data yang sengaja dan secara sadar

di peruntukan untuk kepentingan publik, juga dapat dikategorikan sebagai

penyalahgunaan data dengan kondisi tertentu, misalnya penggunaan data

publik tanpa ijin untuk tujuan diluar tujuan awal data tersebut dipergunakan,

contohnya : foto yang diunggah ke situs media sosial dengan tujuan

kepentingan pribadi40

digunakan pihak lain untuk melakukan tindakan yang

sifatnya menguntungkan pihak tersebut, digunakan tanpa sepengetahuan

pemilik dan atau menimbulkan kerugian bagi pemilik.

F. Tinjauan Umum Media Sosial.

Media sosial merupakan website penyedia jasa layanan internet yang

memfasilitasi penggunanya untuk membangun koneksi dan keterkaitan

dengan sesama pengguna internet, media sosial menyimpan data mengenai

seluruh pengguna nya di suatu tempat yang sama. Media sosial dapat

40 Data bersifat privat, apabila data tersebut secara khusus digolongkan menjadi data pribadi, tidak

untuk konsusmsi publik, sepanjang tidak ditentukan lain, data yang diunggah di media sosial secara

Default bersifat publik.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

30

digunakan untuk ber silaturahmi dengan kolega, teman, saudara, maupun

kenalan yang baru dikenal serta dapat menemukan kenalan baru dengan minat

yang dan pemikiran yang sama.41

.

Layanan On-Line ini tumbuh seiring perkembangan jaman sejalan

dengan kepopuleran sejak pertama kali ditemukan di tahun 1990.

Berawal sejak email pertama dikirim dalam proyek ARPA di tahun

1971 perkembangan komunikasi terus meningkat, hingga di tahun 1991

ditemukan World Wide Web oleh tim Berners-Lee dari CERN menjadikan

internet sebagai ruang baru dalam berkomunikasi.

Bentuk awal media sosial, yang dapat menghubungkan serta

mempertemukan dan menjadi wadah bersosialisai, diawali dengan

pembentukan Classmates.com yang menghubungkan pengguna yang

mempunyai riwayat pendidikan yang sama sehingga dapat bertemu

kembali.Era baru media sosial ditandai dengan kemunculan Friendster di

tahun 2002 dan Myspace di 2003 yang menarik minat pengguna dari kalangan

remaja, dan orang dewasa dan mampu memperoleh satu juta pengguna.

Situs media sosial terus berkembang pesat sejak saat itu, dan bahkan

kelak menjadi dominan, seperti Facebook yang diciptakan di tahun 2004 oleh

Mark Zuckenberg, dan Twitter di tahun 2006 menawarkan fitur 140-

Character Tweet. Saat ini media sosial tidak dapat dipisahkan dalam

41

Privacy Right Clearinghouse, www.prc.co.id diakses 15 Januari 2013.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

31

kehidupan umat manusia dan bahkan dapat dikatakan berkaitan erat dalam

kegiatan bersosialisasi.42

Sejarah dari media sosial mempengaruhi perkembangan kehidupan

sosial manusia. Perkembangan media sosial dari masa ke masa dapat dilihat

dari gambar 1 tentang sejarah media sosial (Lampiran)

Ada beberapa klasifikasi dari jenis media sosial yang ada antara lain

berdasarkan elemen dan fitur yang ditawarkan oleh media sosial tersebut dan

tidak sedikit yang mempunyai lebih dari satu elemen dan fitur yang jenis nya

berbagai macam, dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Personal Network

Fitur ini menawarkan penggunanya untuk membuat profil online

yang mendetail dan terkoneksi dengan pengguna lain dengan

kaitan ”Friend” contohnya seperti Facebook.

b. Status Update Networks

Elemen ini menawarkan memposting pesan singkat yang dikenal

dengan status, yang tujuan nya untuk memberitahukan keadaan

terkini maupun berkomunikasi dengan pesan singkat, contoh yang

mengaplikasikan hal ini adalah Twitter

c. Location Network

Elemen yang satu ini menawarkan kepada pengguna untuk

menampilkan lokasi dari pengguna saat menggunakan media sosial

42 Beth Hayden dan Rafal Tomal, A history of Social Media, copyblogger.com, di akses 10 Januari

2013

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

32

ini karena jenis yang satu ini ter integrasi dengan GPS (Global

positioning System), contohnya adalah Uber Social.

d. Shared Interest Network

Elemen yang satu ini menawarkan interaksi sesama pengguna yang

mempunyai ketertarikan dalam hal yang sama, contohnya

terhadapa musik, seni, maupun hal lain, contoh dari jenis ini

adalah : DevianArt, linkedln, kaskus.43

Unsur atau fitur yang ditawarkan di jejaring sosial tidak hanya terbatas

menyediakan satu fitur saja, melainkan dapat berisi berbagai macam fitur

yang bertujuan untuk menarik minat pengguna sehingga mampu

meningkatkan nilai ekonomis dari situs tersebut.

Seperti yang terjadi pada Facebook dan Twitter serta, yang memiliki

lebih dari satu fitur namun terdapat perbedaan yang khas sebagai pembeda

satu sama lain.

Facebook menyediakan fitur Update Status yang berfungsi sebagai

media pengguna akun untuk memberitahukan apa yang sedang terjadi dengan

pengguna, dapat diserta dengan mengungah foto, video ataupun catatan yang

berkaitan dengan dirinya, kenalan maupun orang lain yang mempunyai

kesamaan minat, pikiran, gender bahkan hal simpel lain yang mampu

menghubungkan mereka. Situs ini juga menyediakan fitur pertemanan,

dimana pengguna situs ini dapat menambahkan seseorang untuk menjadi

43Tal Z. Zarky, 2008, Law and Online Social Networl : Mapping The Chalanges and Promises of

User-Generated Information Flows (Online), www.ssrn.com, (09 Januari 2013)

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

33

friend dan secara berkala mengetahui Update Status, situs ini juga mampu

memberitahukan melalui Update Status lokasi dari pemilik akun saat

menggunakan akun tersebut dengan fitur GPS (Global Positioning System),

sehingga kenalan dari pengguna akun mengetahui lokasi nya. Fitur Chat juga

ditawarkan oleh situs ini, fitur ini memfasilitasi pengguna untuk mengobrol

satu sama lain dengan Video and Voice Chat maupun Text Chat. Facebook

juga memudahkan mencari kenalan lama dengan saling menghubungkan

melalui kesamaan tempat berkerja, tempat tinggal, sekolah, maupun kesamaan

hobi.

Twitter merupakan jejaring sosial yang “berkicau”, hal ini didasari

oleh fitur yang ditawarkan dalam situs ini yang memanjakan pengguna dengan

fitur Update Status dengan tidak lebih dari 140 karakter. Pengguna situs ini

lebih banyak menggunakan Update Status atau yang lebih akrab dikenal

sebagai Tweet dengan mencurahkan apa yang ada dipikiran, dirasa dan dilihat

serta dialami pada saat tertentu, karena pengguna dari situs ini sering

melakukan Tweet atau secara harfiah dapat diartikan kicauan, maka pengguna

nya sering disebut “Berkicau”. Situs ini juga menawarkan fitur GPS,Upload

Picture, dan Mention. Keistimewaan dari situs ini adalah selebritis maupun

tokoh yang terkenal lain termasuk pengguna dari situs ini, serta dapat

melakukan Mention ke pengguna lain termasuk selebritis dan tokoh terkenal

lain. Mention merupakan fitur yang dimiliki Twitter untuk memberitahukan

kepada pengguna lain bahwa ada pengguna lain yang menyebut nama nya

atau ID nya (Identity), dan mereka dapat saling bertegur sapa melalui Twitter.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

34

Keterkaitan media sosial, penyebaran Informasi, Internet dan privasi

jika dikaitakan dengan hukum, terbentuk dalam suatu hubungan yang saling

terkait, hal ini tercipta karena informasi yang terkait masalah privasi

dilindungi oleh hukum. Prinsip pemahaman informasi yang berisi data pribadi

pada dasarnya terletak dalam ruang lingkup hukum telematika, namun apabila

memandang informasi yang terkait dengan data pribadi dan dilindungi oleh

privasi maka hal tersebut juga dapat dijadikan alur pemikiran dan sudut

pandang.44

Perlindungan terhadap privasi dapat juga dipandang sebagi bentuk

penegakan Hak Asasi Manusia yang memang melekat kepada data pribadi

yang telah dijelaskan sebelumnya, namun dalam hal ini perlindungan data

pribadi yang ada di media sosial, ditinjau dari sejauh apa media sosial

mengatur perlindungan terhadap privasi melalui Privacy Policy yang akan

menjadi topik yang dibahas lebih lanjut.

G. Tinjauan Umum Privacy Policy.

Kebijakan privasi atau Privacy Policy adalah pernyataan atau

dokumen hukum yang mengungkapkan sebagian atau seluruhnya mengenai

cara para pihak mengumpulkan, menggunakan, mengungkapkan dan

mengelola data pelanggan, klien atau yang lebih dikenal dengan istilah User.45

44Edmon Makarim, op.cit, Halaman 47. 45 McCormick, Michelle. New Privacy Legislation, 2003 , http://www.ica.bc.ca, Online (diakses 17

Juni 2013)

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

35

Kebijakan privasi dapat dicantumkan secara tertulis di atas kertas,

nampak pada layar monitor, atau berada pada host46

pada sebuah situs web.

Dalam kebijakan privasi diatur secara detail mengenai cara-cara

penyelenggara jaringan elektronik akan menggunakan berbagai macam

informasi tentang pengguna, yang umumnya mencakup beberapa data dan

informasi pribadi milik pengguna. Sebuah kebijakan privasi harus mencakup

berbagai informasi termasuk identifikasi seperti nama, nomor jaminan sosial

atau ID, informasi keuangan lainnya, informasi medis, dan informasi yang

bersifat pribadi lainnya

Kebijakan privasi telah menjadi bagian penting dari e-commerce dan

perjanjian layanan dalam media Online lainnya, termasuk media sosial.

Beberapa media sosial, seperti Facebook. Mencantumkan kebijakan

privasi dalam situs mereka, yang dapat diakses oleh pengguna untuk

mengetahui sejauh apa data pribadi pengguna diolah oleh Facebook misalnya,

sebagai penyedia jaringan elektronik.

H. Tinjauan Umum Facebook Statement of Rights and Responsibilities.

Facebook Statement of Rights and Responsibilities merupakan

kesepakatan antara pengguna dengan Facebook selaku penyelenggara sistem

elektronik, didalam kesepakatan tersebut mengatur mengenai hak dan

kewajiban dari masing masing pihak.

46 Host adalah jaringan komputer yang terhubung ke jaringan komputer secara Online. Sebuah host

jaringan dapat menawarkan sumber informasi, layanan, dan aplikasi untuk pengguna atau node lain

pada jaringan.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

36

Kesepatan tersebut merupakan perjanjian dengan perumusan sepihak

oleh Facebook, dimana pengguna tidak bisa menegosiasikan isi dari

kesepakatan tersebut. Dokumen hukum itu merupakan prasyarat pengguna

Facebook, sebelum terdaftar sebagai pengguna yang memiliki akun di media

sosial Facebook, apabila pengguna tidak menyetujui kesepakatan tersebut

Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik tidak akan mengijinkan

pengguna tersebut mendaftar dan mendapatkan akun Facebook.

Di dalam Facebook Statement of Rights and Responsibilities diatur

mengenai hak dan kewajiban serta beberapa hal yang terkait dengan interaksi

kedua belah pihak, antara lain sebagai berikut :

a. Privacy.

Mengatur mengenai privasi pengguna media sosial Facebook dalam

aktivitas penggunan media sosial ini serta penjelasan bagaimana

Facebook mengelola data milik pengguna.

b. Information Content and Sharing.

Dalam bagian ini merumuskan mengenai konten dari informasi yang

dimiliki pengguna serta bagaimana informasi tersebut dibagikan dengan

pengguna maupun Facebook.

c. Safety.

Bagian ini mengatur mengenai hal yang dilarang dalam menggunakan

media sosial Facebook, demi menjaga keamanan pengguna, Facebook

serta pengguna lain.

d. Registration and Account Security.

pengaturan mengenai pendaftaran akun pengguna, seperti : pengguna

harus memberikan nama pengguna dengan benar, adanya batasan umur

dalam menggunakan Facebook, serta dianjurkan untuk memperbaharui

secara berkala informasi yang berkaitan dengan data diri pengguna.

e. Protecting Other People‟s Rights.

Mengatur mengenai perlindungan terhadap hak orang lain, seperti

misanlnya tidak boleh menyalahi hak atas intelektual milik orang lain,

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

37

tidak diperbolehkan mengumpulkan atau menggunakan informasi dari

pengguna lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.

f. Mobile and Other Devices.

Pengaturan mengenai aktifitas pengguna dengan menggunakan

perangkat handled maupun peralatan lain yang sejenis.

g. Payment.

Mengatur mengenai pembayaran selama pengguna media sosial

Facebook, yang selanjutnya diatur di Payment Terms.

h. Special Provisions Aplicable to Social Plugin.

Pengaturan mengenai Plugin dari Facebook, pembatasan kewenangan

pengguna terkait hal tersebut.

i. Special Provisions Applicable to Developers/Operators of Applications

and Websites.

Pengaturan mengenai kewenangan Developer dalam menggunakan

media sosial Facebook Terkait dengan penggunaan data pengguna lain.

j. Advertisements and Other Commercial Content Served or Enhanced by

Facebook.

Mengatur mengenai kegiatan pengiklanan dan konten komersial lain

dari perangkat serta website dalam penggunaan media sosial Facebook.

k. Special Provisions Applicable to Advertisers.

Pengaturan khusus yang berlaku bagi pemasang iklan dalam pengguna

media sosial Facebook.

l. Special Provisions Applicable to Pages.

Pengaturan khusus mengenai halaman yang tersedia dalam Facebook.

m. Special Provisions Applicable to Software.

Pengaturan khusus mengenai perangkat yang terhubung dengan

Facebook.

n. Amendments.

Penjelasan bahwa apabila ada perubahan atas kebijakan ini, maka akan

di beritahukan terlebih dahulu.

o. Termination.

Penjelasan terkait penghapusan akun terkait pelanggaran atas apa yang

telah diatur sebelumnya.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

38

p. Disputes.

Mengatur mengenai penyelesaian masalah terkait dengan media sosial

Facebook.

q. Special Provisions Applicable to Users Outside the United States.

Pengaturan khusus bagi pengguna yang berada diluar wilayah Amerika

Serikat.

Dalam kesepakatan tersebut setidaknya mengatur hak dan kewajiban

antara kedua belah pihak secara berimbang, sehingga menimbulkan suatu rasa

aman, nyaman dan tentram dalam menjalankan atau mengakses media sosial

Facebook.

I. Tinjauan Umum Asas Pilihan Hukum Dalam Hukum Perdata

Internasional Terkait Perjanjian Antara Media Sosial Facebook Dengan

Pengguna.

Pilihan hukum merupakan salah satu dari sekian asas yang berlaku

dalam hukum perdata internasional, mempunyai banyak istilah lain dalam

penggunaanya antara lain : Intention Of The Parties, Choice Of Law, Proper

Law, Applicable Law and Connecting Agreement.

Pilihan hukum digunakan oleh para pihak dalam perjanjian yang

berfungsi sebagai berikut :

1. Untuk menentukan hukum yang menaungi kesepakatan dari pihak

tersebut, pada umumnya berupa hukum nasional tertentu, sehingga

jelasa kewenangan hukum mana yang menjadi acuan

2. Menimbulkan kepastian hukum bagi para pihak.

3. Apabila timbul sengketa, pengadilan dapat menentukan hukumnya.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

39

Dalam pelaksanaan pilihan hukum ada beberapa jenis dari pilihan

hukum itu sendiri yang pada umumnya digunakan antara lain :

a. Pilihan hukum secara tegas.

Para pihak dengan jelas mencantumkan bahwa kontrak tersebut

mengacu atau tunduk pada hukumnegara tertentu.

b. Pilihan hukum secara diam-diam.

Para pihak menentukan beberapa hal terkait kontrak, misalnya, bahasa

dan cara penyusunan kontrak secara implisit, para pihak menghendaki

pemakaian peraturan tertentu walaupun tidak menyebut dengan tegas.

c. Pilihan hukum secara dianggap.

Hakim menerima telah terjadi suatu pilihan hukum berdasarkan

dugaan hukum karena tidak nampak secara nyata unsur pilihan hukum

oleh para pihak, terkadang dianggap sebagai penundukan sukarela

karena dianggap para pihak telah melakukan pilihan hukum.

d. Pilihan hukum secara hipotesis.

Para pihak pada dasarnya tidak memiliki keinginan untuk melakukan

pilihan hukum, namun hakin melakukan pilihan tersebut. Hakim

memilih berdasarkan suatu pemikiran, bahwa seandainya para pihak

melakukan pilihan hukum, dan memilih tunduk pada suatu hukum

tertentu yang terbaik bagi para pihak.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

40

Pilihan hukum dapat diartikan sebagai “Kebebasan yang diberikan

kepada para pihak untuk memilih sendiri hukum yang hendak digunakan”47

.

Hubungan hukum ini harus “terletak dibidang internasional, artinya harus ada

unsur asing pada hubungan yang bersangkutan”48

. Pilihan hukum juga dapat

dilihat sebagai penunjukan bersifat hukum Perdata internasional yaitu sebagai

suatu titik taut tertentu”.49

Kebebasan yang difasilitasi oleh pilihan hukum terbatas oleh beberapa

ketentuan yang memaksa, terbatas pada Undang - Undang. Adapaun

beberapa batasan dalam pilihan hukum :

1. Tidak melanggar ketertiban umum.

2. Hanya di bidang hukum kontrak.

3. Tidak boleh dibidang hukum kontrak kerja

4. Tidak untuk menyelundupkan hukum

5. Tidak untuk transaksi tanah atau hak atas benda tidak bergerak

6. Tidak boleh mengenai ketentuan hukum perdata dengan sifat

hukum publik, misalnya status kewarganegaraan atau hukum

keluarga, misalnya waris.50

47 Sudargo Gautama 2, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku Kelima Jilid Kedua

(bagian Keempat), Bandung, Alumni, 2004, Halaman 5. 48 Sudargo Gautama 3, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid III bagian 2 Buku ke 8

(bagian Keempat), Bandung, Alumni, 2004, Halaman 4 49 Sudargo Gautama 2, Op Cit Halaman 204 50 Ibid Hal 205

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

41

Jadi pada dasarnya pilihan hukum diperkenankan mengingat asas

kebebasan berkontrak, namun kebebasan itu terbatas koridor yang telah

diperkenankan.

Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik mengadakan

perjanjian dengan pengguna, yang tertuang dalam Statement of Rights and

Responsibilities, yang berisi tentang hak dan kewajiban Facebook maupun

pengguna dari media sosial tersebut.

Dalam perjanjian tersebut pengguna menyetujui segala hal yang

ditetapkan oleh Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik terkait

aktifitas pengguna di media sosial tersebut.

Salah satu dari beberapa hal yang disepakati antara Facebook dan

pengguna adalah menentukan pilihan hukum untuk memfasilitasi hubungan

hukum pengguna dengan Facebook. apabila terjadi sengketa antara kedua

belah pihak, diselesaikan merujuk pada hukum negara bagian California,

Amerika Serikat.

J. Tinjauan Umum Perbuatan Melawan Hukum Dalam Hukum Perdata

Internasional Terkait Penyalahgunaan Data Pribadi Oleh Media Sosial

Facebook.

Tort berasal dari bahasa latin Tortus yang berarti Twisted, atau dalam

bahasa Indonesia apabila diartikan secara tata bahasa menjadi sesuatu yang

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

42

salah, dan masih digunakan di Perancis „J‟ ai tort‟ yang berarti “saya salah”.

Secara hukum dapat diartikan sebagai perbuatan yang menyalahi hukum.51

Dalam terminologi hukum Indonesia, Tort dapat diartikan sebagai

perbuatan melawan hukum (PMH), yang merupakan terjemahan dari kata

onrechtmatige daad (Belanda). Beberapa sarjana menggunakan istilah

melanggar ada juga yang menggunakan istilah melawan dalam

menerjemahkan onrechtmatige daad. Wirjono Prodjodikoro menerjemahkan

kata onrechtmatige daad menjadi “Perbuatan Melanggar Hukum”, sementara

M.A Moegni Djododorjo, Mariam Darus Badrulzaman, Sri Soedewi,

Masjchoen Sofyan, I.S. Adiwimarta, dan Setiawan menerjemahkan

onrechtmatige daad sebagai “Perbuatan Melawan Hukum”.

Penterjemahan “Perbuatan Melawan Hukum” lebih tepat dibandingkan

dengan “Perbuatan Melanggar Hukum”, karena dalam kata melawan terdapat

sifat aktif dan pasif, secara substantif lebih luas cakupanya dibandingkan

dengan kata “melanggar”. Dalam kata “melawan” dapat mencakup perbuatan

yang disengaja maupun karena lalai, sementara “melanggar” lebih kepada

perbuatan yang berdasar kesengajaan. 52

Penyalahgunaan data pribadi yang dilakukan dengan menyalahi

peraturan yang ada, baik sengaja maupun berdasarkan kelalaian, sejatinya

termasuk dalam “Tort of Disclosure of Privacy Fact” yang merupakan

perwujudan warisan keberhasilan dari Warren dan Brandeis “The Right to

51 Cane, The Anatomy of Tort Law, Hart Publishing, 1999 52 Rosa Agustina dkk, Hukum Perikatan (Law of Obligations), Bali, Pustaka Larasan, 2012, Halaman 3

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

43

Privacy”, teori tersebut menekankan pada perlindungan terhadap

pengungkapan data pribadi baik dari gambar maupun tulisan tentang

kehidupan seseorang. Adapun yang ditekankan oleh Warren dan Brandeis

mengenai hal yang tidak boleh diungkapkan secara umum karena termasuk

data pribadi yaitu:

“Details of sexual relations and idle gossip, which can only be

procured by intrusion upon the domestic circle. The intensity and

complexity of life, attendant upon advancing civilization, have

rendered necessary some retreat from the world, and man, under the

refining influence of culture, has become more sensitive to publicity, so

that solitude and privacy have become more essential to the

individual; but modern enterprise and invention have, through

invasions upon his privacy, subjected him to mental pain and distress,

far greater than could be inflicted by mere bodily injury”53

.

Terjemahan bebas dari pendapat Warren dan Brandeis seperti nampak

diatas adalah :

Rincian dari hubungan seksual dan gosip, yang hanya dapat

diperoleh oleh intrusi pada lingkungan sekitar. Intensitas dan kompleksitas

kehidupan, keikutsertaan selama peradaban yang maju, dianggap perlu

ditarik dari dunia, dan manusia, di bawah pengaruh pemurnian budaya, telah

menjadi lebih sensitif terhadap publisitas, sehingga kesendirian dan privasi

telah menjadi lebih penting untuk individu , tetapi lewat peradaban modern

dan penemuan, menginvasi atas privasi, dia mengalami cidera mental dan

kesusahan, jauh lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh cedera

fisik.

53 Warren & Brandel, Opcit, 196

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

44

Seiring dengan berjalanya waktu, timbul perkembangan dan

pemikiran dari pendekatan privasi yang diberikan oleh Warren dan Brandeis,

munculah pandangan yang dikemukakan oleh Prosser, sumbangsih

pemikiranya menghasilkan argumen tandingan terhadap pendekatan Warren

dan Brandeis, bahwa Prosser tidak hanya memberikan satu jenis tort

melainkan empat jenis tort pengungkapan informasi pribadi, yaitu :

1. Intrusion upon the plaintiff‟s seclusion or solitude, or into

his private affairs.

2. Public disclosure of embarrassing private facts about the

plaintiff.

3. Publicity which places the plaintiff in a false light in the

public eye.

4. Appropriation, for the defendant‟s advantage, of the

plaintiff‟s name or likeness54

.

Terjemahan bebas dari empat jenis Tort menurut Posser diatas adalah :

1. Intrusi pada pengasingan penggugat atau kesendirian, atau

ke urusan pribadinya.

2. Pengungkapan publik fakta pribadi memalukan tentang

penggugat.

3. Publisitas yang menempatkan penggugat dalam cahaya

palsu di mata publik.

4. Perampasan, untuk keuntungan terdakwa, nama penggugat

atau rupa.

Apabila ditambil kesimpulan dari jenis PMH seperti apa yang telah

dijelaskan oleh Prosser bahwa, PMH tidak hanya dapat dilakukan oleh

Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik, melainkan dapat juga

dilakukan oleh pengguna.

54 William L. Prosser, Privacy, CALIF. L. REV 1960 halaman 14

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

45

PMH yang dimaksud adalah suatu perbuatan yang menyalahi

peraturan, baik yang diatur dalam peraturan perundangan maupun peraturan

lain yang mengikat, dalam hal ini ketentuan atau perjanjian antara pengguna

dengan Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik.

K. Tinjauan Umum Doktrin Hukum Perdata Internasional Terkait Perbuatan

Melawan Hukum Yang Dilakukan Oleh Para Pihak Berbeda

Kewarganegaraan.

Doktrin hukum perdata internasional berkaitan erat dengan media

sosial, hal ini dikarenakan pengguna media sosial berasal dari beragam sistem

hukum yang berbeda.

Untuk memfasilitasi interaksi dalam penggunaan media sosial apabila

terjadi permasalahan hukum antara pengguna yang berbeda kewarganegaraan,

berlaku doktrin hukum yang terkait, diantaranya :

a. Pilihan Hukum.

Sesama pengguna media tersebut menentukan sendiri tentang hukum

mana, yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahn hukum

tersebut.

b. Pilihan Forum

Sesama pengguna selaku para pihak, menentukan sendiri tentang

pengadilan dan forum mana yang berlaku untuk menyelesaikan

permasalahn hukum antara keduanya.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

46

Melalui pilihan forum para pihak atau pengguna dapat memilih

menyelesaikan permasalahan hukum tersenut melalui beberapa

alternatif , yaitu :

a. Penyelesaian sengketa dengan Litigasi

b. Penyelesaian sengketa dengan non litigasi

penyelesaian sengketa dengan non litigasi salah satunya berupa

arbitrase. Menurut ketentuan pasal 1 ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999

dinyatakan bahwa:

“Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar

peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

tertulis oleh para pihak yang bersangkutan.”

Arbitrase adalah suatu cara penyelesaian sengketa perdata di luar

pengadilan umum yang didasarkan pada. Menurut Undang-Undang nomor 30

tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa umum, yang

dimaksud dengan arbitrase adalah cara adalah cara penyelesaian suatu

sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian

arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Adapun

perjanjian arbitrase diartikan sebagai suatu kesepakatan berupa klausul

arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para

pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang

dibuat para pihak setelah timbul sengketa

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

47

L. Tinjauan Umum Teori Pertanggungjawaban Hukum.

Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat

dibedakan sebagai berikut55

:

1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan.

Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability

atau liability based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam

hukum pidana dan perdata.

Tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya

pasal 1365, 1366, dan 1367, Prinsip ini menyatakan, bahwa seseorang baru

dapat di minta terkait pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur

kesalahan yang dilakukannya.

Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang dikenal

sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya

empat unsur pokok, yaitu:

a. adanya perbuatan;

b. adanya unsur kesalahan;

c. adanya kerugian yang diderita;

d. adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

55 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta,, Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2006, hlm. 73-79

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

48

Unsur diatas berlaku kumulatif serta berkaitan satu sama lain,

mensyaratkan ada perbuatan hukum yang menyalahi hukum, menimbulkan

kerugian. Antara kerugian dan kesalahan itu terkait satu sama lain dengan

hubungan kausalitas.

2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab.

Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung

jawab (presumption of liability principle), sampai dapat dibuktikan berlaku

sebaliknya.

Kata “dianggap” pada prinsip “presumption of liability” adalah

penting, karena ada kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung

jawab, yaitu dalam hal ia dapat membuktikan bahwa ia telah “mengambil”

semua tindakan yang diperlukan untuk menghindarkan terjadinya kerugian56

Beban pembuktiannya terletak pada si tergugat karena berlaku beban

pembuktian terbalik (omkering van bewijslast). Hal ini tentu bertentangan

dengan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of innocence). yang

berkewajiban untuk membuktikan kesalahan ada pada pihak tergugat.

Tergugat harus menghadirkan bukti-bukti yang menerangkan bahwa yang

bersangkutan tidak bersalah. Tentu saja konsumen tidak dapat serta merta

mengajukan gugatan. Posisi penggugat selalu terbuka untuk digugat balik oleh

pelaku usaha, jika ia gagal menunjukkan kesalahan tergugat.

56 E. Suherman, Masalah Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara Dan Beberapa Masalah

Lain Dalam Bidang Penerbangan (Kumpulan Karangan), Bandung,, Alumni, 1979, hlm. 21

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

49

3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang sebelumnya, ysitu

adanya pembatasan tanggung jawab terhadap penggugat. Tidak semua

perbuatan hukum melekat akan pertanggung jawaban Contoh dari penerapan

prinsip ini adalah pada interaksi di media sosial. Pengguna yang

menggunakan media sosial, merasa keberatan dengan tindakan penyelenggara

sistem elektronik dalam menggunakan data pribadi mereka, namun apa yang

dilakukan oleh penyelenggara sistem elektronik tidak serta merta tergolong

PMH, melainkan dilakukan dengan alas an tertentu yang diperbolehkan.

4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak

Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering dikaitkan

dengan prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability). namun demikian

ada pula para ahli yang membedakan kedua pengertian tersebut.

Strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan

kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian-

pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab,

misalnya pada keadaan force majeure. Sebaliknya absolute liability adalah

prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.

Menurut E. Suherman, strict liability disamakan dengan absolute

liability, dalam prinsip ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

50

dari tanggung jawab, kecuali apabila kerugian yang timbul karena kesalahan

pihak yang dirugikan sendiri. Tanggung jawab adalah mutlak.57

5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan

Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability

principle) dalam praktek sering digunakan untuk membatasi tanggung jawab,

seperti yang dilakukan oleh Facebook sebagaimana yang tertuang dalam

Statement of Right and Responsibilities.

57 Ibid, hlm. 23.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

51

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian Jika dijabarkan berdasarkan kebiasaan dapat berarti58

:

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian;

2. Suatu teknik yang umum bagi bagi ilmu pengetahuan;

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.

Metode penelitian pada hakekatnya mampu memberikan pedoman

tentang cara-cara seorang ilmuan mempelajari, menganalisis, dan memahami

lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.59

Maka berdasarkan uraian diatas

metode penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini akan diuraikan

sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Dalam penulisan ini, jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian

yuridis-normatif adalah suatu prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuan dari sisi normatifnya yang objeknya adalah

hukum itu sendiri60

, yang difokuskan untuk mengiventarisasi dan mengkaji

kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif61

. Penggunaan jenis

penelitian yuridis-normatif dalam penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek

58Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1986, Hal

5 59Ibid, Hlm. 6 60 Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang, 2011, Hal

57 61Ibid Halaman 295.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

52

yakni dari aspek yuridis penelitian ini mencoba mengkaji tinjauan yuridis

penyalahgunaan data pribadi pada media sosial. Sedangkan dari aspek

normatif yakni mencoba menganalisis permasalahan yang ada pada peraturan

atau norma tersebut.

B. Pendekatan Penelitiaan.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah penelitian

kualitatif untuk menganalisis isi atau Analisis Substansi Hukum Privacy

Policy yang diterapkan oleh media sosial Facebook dalam melindungi data

pribadi penggunanya dari penyalahgunaan data pribadi dan menganalisis isi

Undang - Undang No. 10 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik beserta peraturan pelaksanaanya dalam melindungi data pribadi

pengguna media sosial dari penyalahgunaan data pribadi. Selanjutnya hasil

analisis isi tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan dari skripsi ini.

Analisis isi atas Privacy Policy dari Facebook perlu dilakukan dalam

penelitian ini mengingat Facebook adalah salah satu media sosial dengan

jumlah pengguna yang cukup besar besar di Indonesia. Tercatat bahwa

pengguna Facebook di Indonesia menduduki peringkat ke 4 di seluruh dunia,

mencapai 55 juta pengguna dari total 900 juta pengguna facebook, dengan

bertumbuhan tiap bulan rata rata mencapai 800.000 akun baru yang

terdaftar.62

62 www.Facebook.info diakses tanggal 05 Mei 2012

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

53

C. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Pada penelitian ini, bahan hukum dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Jenis Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

A. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri :

1) UU ITE Nomor 11 Tahun 2008

2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang

penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP

PSTE)

3) Facebook Statement of Rights and Responsibilities

4) Facebook Privacy Policy

B. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang terdiri atas:

1) Buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum yang

berpengaruh;

2) Jurnal-jurnal hukum;

3) Pendapat para sarjana;

4) Kasus-kasus hukum yang terkait dengan data pribadi di media

sosial;

5) Yurisprudensi; dan

6) Hasil-hasil symposium

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

54

C. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder63

yang meliputi:

1) Kamus hukum;

2) Kamus Besar Bahasa Indonesia; dan

3) Ensiklopedia.

2. Sumber Bahan Hukum

A. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

penelusuran melalui media cetak maupun media elektronik terkait

peraturan dan kebijakan mengenai perlindungan data pribadi baik

yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.

B. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

PDIH (Pusat Informasi dan Dokumentasi Ilmu Hukum) Fakultas

Hukum Universitas Brawijaya, Perpustakaan Pusat Universitas

Brawijaya, Perpustakaan Umum Kota Malang, dan Internet.

D. Teknik Analisis Bahan Hukum

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode analisis kualitatif yaitu dengan menganalisis dan menguraikan

data dalam bentuk kalimat yang baik dan benar, sehingga mudah

63 Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang, 2011, Hlm.

296

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

55

dibaca dan diberi arti atau diinterprestasikan. Dari analisis data

tersebut maka bisa ditarik kesimpulan baik secara deduktif maupun

induktif.64

Selanjutnya bahan hukum dianalisis untuk menjawab

permasalahan yang diteliti.

E. Definisi Konseptual.

1. Kebijakan Privasi.

Kebijakan privasi adalah pernyataan atau dokumen hukum

yang mengungkapkan sebagian atau seluruhnya mengenai cara para

pihak mengumpulkan, menggunakan, mengungkapkan dan mengelola

data pelanggan, klien atau yang lebih dikenal dengan istilah User.

2. Media Sosial.

Media sosial merupakan website penyedia jasa layanan internet

yang memfasilitasi penggunanya untuk membangun koneksi dan

keterkaitan dengan sesama pengguna internet.

3. Penyalahgunaan.

Sebuah tindakan atau perbuatan diluar batas, kewenangan, atau

melakukan sesuatu tidak sebagaimana mestinya, termasuk perbuatan

melanggar hukum.

4. Data.

Data adalah catatan atas kumpulan fakta.65

64Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2004,

Hlm. 91. 65 Ardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.3

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

56

5. Pribadi.

Keadaan manusia sebagai perseorangan; keseluruhan sifat-sifat

tertentu yang memberikan karakter khusus pada seseorang, misal

watak66

, keadaan fisik, keadaan finansial, dan sebagainya.

6. Data Pribadi.

Data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga

kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.67

Data Pribadi atau Informasi pribadi dapat berbentuk apa saja

yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu, termasuk

tetapi tidak terbatas pada termasuk, nama, alamat, tanggal lahir, status

perkawinan, informasi kontak, masalah ID dan tanggal kadaluwarsa,

catatan keuangan, informasi kredit, riwayat kesehatan, di mana

seseorang bepergian, dan niat untuk memperoleh barang dan jasa68

.

Data pribadi adalah data yang hanya berhak diketahui oleh

pemilik dan pihak yang dikehendaki oleh pemilik.

66 KBBI (Kamus besar Bahasa Indonesia) 67 Pasal 1 ayat 27 PP PSTE 68 McCormick, Michelle. "New Privacy Legislation." Beyond Numbers 427 (2003): 10-. ProQuest.

Web. 27 Oct. 2011

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Hukum Media Sosial Facebook Dalam Melindungi

Pengguna Dari Penyalahgunaan Data Pribadi.

Aktifitas informasi telah berkembang pesat sejak ditemukan internet,

transaksi informasi berlangsung secara cepat, efisien dan akurat.

Kegiatan tersebut tidak lepas dari kejahatan dan pelanggaran, karena

jenis data yang beredar dalam aktifitas internet tidak nampak, maka pemilik

atau penerima sah dari data tersebut seringkali tidak sadar telah terjadi

pelanggaran dan kejahatan terhadap mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa jenis aktifitas transaksi elektronik yang

diminati oleh sebagian besar pengguna internet adalah penggunaan atau

mengkases media sosial.

Aktifitas di media sosial juga tidak luput dari kejahatan dan

pelanggaran, salah satu jenisnya adalah penyalahgunaan data pribadi. Data

pribadi yang tersimpan, dikirim atau diterima baik oleh pengguna maupun

penyelenggara sistem elektronik seringkali menjadi objek pelanggaran dan

kejahatan.

Tindakan represif maupun preventif harus dilakukan oleh kedua belah

pihak untuk meminimalisir tindakan yang merugikan, namun penyedia sistem

elektronik mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena menanggung

sejumlah pengguna media sosial yang tergabung.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

58

Facebook selaku media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak di

dunia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melindungi pengguna

terkait penyalahgunaan data.

Melalui Privacy Policy dan Statement of Rights and Responsibilities

Facebook melindungi hak – hak dari pengguna, serta mengatur kewajiban dari

Facebook selaku penyedia sistem elektronik untuk mewujudkan kondisi yang

aman dari penyalahgunaan data pribadi yang mungkin saja akan terjadi.

Pengguna yang terdaftar dan sudah memiliki akun di media sosial

Facebook menyetujui perjanjian yang disebut Statement of Rights and

Responsibilities dengan Facebook selaku penyedia sistem elektronik terkait

dengan data pribadi.

Beberapa yang diatur dalam perjanjian tersebut antara lain :

1. Privasi (Diatur lebih lanjut dalam Privacy Policy).

2. Hal dan Informasi yang diungkap terdiri dari :

Terkait hal yang berkaitan dan terkandung hak intelektual69

, pengguna

setuju untuk memberikan kewenangan sesuai dengan “Privacy dan

Apliciation Settings”70

, pengguna juga setuju untuk memberikan kewenangan

Non Exclusive, Privacy Policy, Transferable, Sub-Licensable, Royalty-Free,

Worldwide License untuk menggunakan segala hal terkait yang di post oleh

pengguna (IP License). IP License ini berakhir ketika pengguna menghapus

69 Foto, video dan IP Content 70 Fitur yang disediakan oleh Facebook untuk mengatur mengenai privasi dan perangkat

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

59

IP Content atau akun miliknya, kecuali apabila konten tersebut tidak di sebar

pada akun lain dan mereka belum menghapusnya.

Hal ini berarti bahwa Facebook tidak perlu meminta izin menampilkan

hal yang terkait hak intelektual, bebas dari royalti ketika Facebook

menggunakannya, sepanjang konten tersebut termasuk dalam post yang

bersifat untuk konsumsi publik.

Pada saat pengguna menghapus IP Content hal yang sama berlaku

seperti ketika menghapus data di komputer, langsung hilang dan tertampung

pada Recycle Bin, namun Facebook akan menyediakan salinan selama

beberapa waktu.

Terkait dengan penggunaan perangkat yang ada di Facebook,

perangkat tersebut akan meminta izin untuk mengakses informasi maupun

konten yang dimiliki oleh pengguna. Pengaturan kewenangan sejauh apa

perangkat tersebut dapat mengases, ditentukan pada awal pemakaian

perangkat sesuai dengan Data Use Policy dan Platform Page.

Misalkan orang yang menggunakan Facebook Connect71

sebelum

masuk ke perangkat lain, akan ada konfirmasi, apakah pengguna memberikan

persetujuan kepada perangkat tersebut untuk mengakses data dan posting

mereka. Untuk semua perangkat yang memanfaatkan Facebook Connect

untuk mendapatkan pengguna baru, hal ini mungkin berarti bahwa lebih

sedikit orang akan memberi mereka izin untuk memposting pada Timeline

71 Facebook Connect adalah fitur yang digunakan situs lain, sebagai afiliasi dengan Facebook terkait

dengan data diri pengguna, misal dalam situs A yang mensyaratkan melakukan Sign Up atau Log In

sebelum mengunduh data dari situs mereka, dapat menggunakan akun Facebook.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

60

pengguna Facebook. Namun dari perspektif pengguna, kemungkinan akan

pihak ketiga untuk membuat posting pada timeline mereka menjadi lebih

mudah diprediksi.

Gambar 1. Izin Perangkat

Sumber : www.facebook.com diakses pada 20 Juni 2013

Facebook juga mengatur mengenai kewajiban yang harus dilakukan

oleh pengguna yang bertujuan untuk mencegah tindakan penyalahgunaan data

maupun tindakan lain yang tidak di inginkan, contohnya seperti :

a. Pada sub bagian “safety” pada ayat 4 dalan Statement of Rights and

Responsibilities tertulis bahwa :

“You will not collect users' content or information, or otherwise access

Facebook, using automated means (such as harvesting bots, robots,

spiders, or scrapers) without our prior permission.”

Yang berarti bahwa pengguna tidak di perkenankan untuk

mengumpulkan konten atau informasi pengguna, atau menggunakan

Facebook dengan tujuan lain, menggunakan sarana otomatis (seperti

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

61

harvesting bots, robots, spiders, or scrapers72

) tanpa adanya izin dari

Facebook selaku penyedia sistem layanan elektronik.

Pengguna yang menggunakan informasi pengguna lain, di syaratkan

untuk memberitahukan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan terkait jenis

data yang diakses dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan. Dalam

hal ini sepanjang pengguna yang datanya digunakan menghendaki

penggunaan data maka tidak akan terjadi penyalahgunaan data, namun apabila

penggunaan data tersebut tidak diketahui atau diluar yang telah di

perkenankan maka dapat disebut sebagai penyalahgunaan data.

Pengguna juga dilarang untuk mengungkap di Facebook dokumen

identifikasi atau informasi keuangan milik siapapun yang bersifat sensitif.

Pelarangan pengungkapan ini sejalan dengan prinsip kerahasiaan bank, untuk

mencegah penyalahgunaan data pribadi di media sosial Facebook.

Tindakan lain yang tidak diperkenankan di lakukan oleh pengguna,

yaitu tidak di perkenankan untuk melakukan tagging atau mengirim email

undangan tanpa adanya persetujuan. Facebook menyediakan sarana untuk

melaporkan umpan balik atau pengaduan mengenai tagging73

.

Pengguna Facebook juga disediakan berbagai sarana dan prasana yang

bertujuan untuk melindungi data pengguna, tidak hanya tertuang dalam

72 Bots Internet, juga dikenal sebagai web robot, robot WWW atau hanya bot, adalah aplikasi

perangkat lunak yang menjalankan tugas otomatis melalui Internet. Biasanya, bots melakukan tugas-

tugas yang sederhana dan struktural berulang, pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang

mungkin bagi manusia saja. 73 Tag adalah menandai berdasarkan keterkaitan atau hubungan dalam suatu data, misal pengguna A

melakukan tag kepada pengguna B karena dalam data tersebut (foto misalnya) terdapat gha,bar

pengguna B

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

62

dokumen hukum Statement of Rights and Responsibilities yang berisi

perjanjian antara Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik dengan

pengguna. Perlindungan yang dilakukan oleh Facebook terhadap pengguna

juga diatur dalam Privacy Policy, yang berisi kebijakan Facebook mengenai

privasi.

Di dalam Privacy Policy Facebook, pengguna berhak menentukan data

yang di unggah tergolong data privat yang tidak dapat diakses pihak lain, atau

tergolong data publik, seperti yang tercantum dalam salah satu bagian dari

Privacy Policy :

Gambar 2. Contoh Halaman Kebijakan Privasi bagian 1 Facebook

Sumber : Facebook.info diakses pada 5 Mei 2013

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

63

Gambar 3. Contoh Halaman Kebijakan Privasi bagian 2 Facebook

Sumber : Facebook.info diakses pada 5 Mei 2013

Melalui pembaharuan dalam Privacy Policy Facebook yang baru,

pengguna akan menemui beberapa kejelasan dan kemudahan, misalnya ketika

memposting item ke Facebook, pengguna akan diingatkan bahwa jika mereka

memilih pengaturan dengan klasifikasi publik atau privat terhadap data yang

diposting oleh pengguna maka akan dijelaskan mengenai pilihan tersebut.

Pilihan tersebut akan nampak pada saat pengguna akan menuliskan

Status atau akan mengunggah data ke Facebook, seperti yang nampak pada

gambar 2.

Gambar 4. Pilihan Jenis Data

Sumber : www.facebook.com diakses pada 26 Juni 2013

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

64

Aktifitas yang dilakukan oleh pengguna Facebook bermacam macam,

salah satunya mengunggah data ke server. Ketika pengguna mengunggah

konten atau informasi menggunakan pengaturan publik74

, hal ini berarti

semua orang, termasuk yang tidak menggunakan Facebook dapat mengakses

informasi tersebut. Disertai dengan informasi mengenai pengguna, termasuk

nama dan foto profil.

Kekurangan dalam Facebook adalah, sistem pencarian yang

disediakan oleh Facebook, dalam fitur tersebut memungkin pengguna untuk

mencari akun yang bahkan tidak berafiliasi dengan pengguna tersebut atau

dengan kata lain, pengguna tidak dapat memilih kemunculannya dalam mesin

pencari Facebook. Misalnya pengguna A mencari dalam mesin pencari

Facebook, dengan mengetik nama secara acak, maka pengguna tersebut

muncul dalam mesin pencari.

Dalam Privacy Policy Facebook sebenarnya tidak mencantumkan

mengenai jenis dan bentuk perlindungan data pribadi pengguna, melainkan

menjelaskan terkait hal-hal yang data pribadi seperti, infromasi apa saja yang

selalu nampak oleh umum (karena pengguna memilih dan mengklasifikasikan

sebagai data publik) misalnya nama, jaringan (seperti nama sekolah, tempat

bekerja, tempat tinggal, kecuali apabila memang tidak ditampilkan), foto

profil Cover Photo, gender, Username dan User ID dan lain lain.

74 Pada saat mengunggah data di Facebook, sebelumnya pengguna akan diberikan pilihan, untuk

menklasifikasikan jenis data yang diunggah, termasuk dalam data privat atau data publik.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

65

Dalam Privacy Policy diatur hal – hal mengenai :

a. Informasi apa saja yang dikumpulkan oleh penyedia sistem elektronik

terhadap pengguna

b. Bagaimana pengorganisasian pengumpulan data tersebut.

c. Bagaimana informasi tersebut akan digunakan.

d. Kepada siapa informasi tersebut akan dibagikan.

e. Pilihan apa saj, yang dimungkinkan bagi setiap pemilik data terkait

dengan pengumpulan, pendistribusian serta penggunaan informasi

tersebut.

f. Prosedur pengamanan.

g. Melakukan koreksi atas data yang salah atau telah berubah.

Privacy Policy Facebook menerangkan bahwa jenis data yang diterima

oleh Facebook dibagi menjadi dua, data publik dan privat. Data privat

merupakan data yang dapat diakses oleh publik atau pengguna lain, sedangkan

data privat hanya dapat dilihat oleh pihak yang dikehendaki oleh pengguna

dalam hal ini Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik.

Privacy Policy Facebook juga menjelaskan jenis data atau informasi

yang diterima Facebook, data yang diterima untuk pendataan mengenai akun,

maupun aktivitas pengguna di media sosial tersebut.

Ketika pengguna memperkenankan Facebook untuk menggunakan

informasi mereka, pengguna selalu memiliki akses penuh informasinya.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

66

Facebook dalam Privacy Policy menyatakan bahwa tidak akan membagikan

data atau informasi pengguna kecuali :

a. Atas persetujuan pengguna.

b. Memberikan permberitahuan, bahwa hal tersebut termasuk dalam

kebijakan terbaru.

c. Menyamarkan identitas.

Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik menyimpan data

selama itu diperlukan untuk menyediakan produk dan layanan pengguna

secara keseluruhan. Biasanya, informasi yang terkait dengan akun pengguna

akan disimpan sampai akun pengguna tersebut dihapus.

Facebook memperkenankan pengguna untuk memilah jenis data yang

diunggah, artinya pengguna yang menentukan jenis data yang diunggah

tergolong data privat atau publik.

Namun ada beberapa hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa ada

beberapa hal yang mungkin timbul tanpa bisa dihambat oleh Facebook,

semisal seorang pengguna memutuskan untuk menggolongkan tanggal lahir

sebagai informasi atau data pribadi sehingga tidak dapat dilihat oleh publik,

namun Facebook tidak bisa menghalangi postingan dari teman pengguna

yang mengucapkan selamat ulang tahun, sehingga menyebabkan pengguna

lain mengetahui ulang tahun pengguna yang bersangkutan.

Dalam beberapa hal, pengguna tidak diberikan pilihan dalam memilih

jenis informasi tersebut tergolong data pribadi atau data publik. Seperti nama,

foto profil dan lain sebagainya, hal ini dapat diasumsikan bahwa segala hal

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

67

yang tidak disediakan fitur untuk merubah status dari jenis data tersebut,

secara otomatis bersifat data publik.

Pada intinya dalam Privacy Policy Facebook hanya menjelaskan

bagaimana data atau informasi pengguna itu ditangani oleh Facebook.

Pernyataan perlindungan privasi serta ruang lingkup tanggung jawab hukum

Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik terdapat pada Statement of

Right and Responsibilities, dimana terjadi perjanjian kontraktual antara

pengguna dan Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik.

Sebelum menggunakan Facebook, atau mendaftarkan diri sebagai

pengguna media sosial ini, pengguna dihadapkan pada kenyataan bahwa

pengguna harus tunduk pada suatu perjanjian yang telah ditetapkan oleh

Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik.

Persetujuan terhadap perjanjian tersebut tidak dapat dirubah

dikemudian hari, pengguna juga tidak dapat membatasi hak dari pihak pihak

terkait diluar perjanjian yang telah disetujui, hanya dengan memposting atau

mengeluarkan pernyataan hukum pada status Facebook. Beberapa contoh

pernyataan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Contoh pernyataan personal privacy.

1.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

68

2.

Sumber : www.snopes.comprivacy.asp diakses pada 20 juni 2013

Pernyataan seperti diatas dinyatakan oleh pihak yang tidak

mengehendaki pihak lain selain dirinya, termasuk Facebook selaku

penyelenggara sistem elektronik, untuk mengakses data pribadi pengguna

tersebut. Namun hal tersebut tidak dapat berlaku dan tidak ada gunanya

karena tidak ada kekuatan hukum yang cukup untuk melandasi peryataan

tersebut, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, setiap

pengguna yang mempunyai akun Facebook setuju dengan perjanjian yang

tertuan dalam Statement of Rights and Responsibilities.

Apabila ada pihak yang tidak menyetujui perjanjian tersebut, maka ada

beberapa pilihan yang dapat diambil :

a. Menolak atau mengurungkan niat mendaftar segai pengguna

Facebook.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

69

b. Menegosiasikan melalui negara untuk memodifikasi kebijakan

tersebut dengan Facebook.

c. Melakukan atau melayang pengaduan untuk merubah kebijakan

Facebook tersebut.

d. Menghapus atau menutup akun Facebook sehingga tidak lagi

terikat dengan Facebook.

Perjanjian tersebut mengikat pengguna dengan Facebook selaku

penyelenggara sistem elektronik sejak pertama kali dan akan berakhir apabila

tidak lagi berkaitan dengan Facebook atau dengan kata lain menghapus akun

pengguna tersebut dari Facebook.

Apabila terjadi permasalahan hukum antara pengguna dengan

Facebook, sesuai dengan Statement of Rights and Responsibilities yang telah

disetujui oleh pengguna dan Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik

maka pengguna setuju untuk :

1. Menyerahkan segala urusan atau tindakan hukum yurisdiksi

personal yang melekat pada segala jenis subjek hukum, baik

perserorangan maupun badan hukum, pada pengadilan negara

bagian atau federal yang berlokasi di Santa Clara County.

2. Tunduk pada hukum negara bagian California, Amerika Serikat,

tanpa memandang adanya pertentangan hukum.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

70

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait klaim dan penyelesaian

sengketa, bahwa :

1. Dalam ganti rugi yang mungkin dilakukan oleh Facebook tidak

lebih dari $100.

2. Facebook membatasi diri dan tidak ikut campur terkait klaim lain

selain bentuk kerugian yang diderita dan yang digugat oleh

pengguna.

Untuk pihak pengguna yang berada diluar wilayah Amerika Serikat,

bersedia data pribadinya di transmisikan dan diproses di Amerika Serikat.

Tanggung jawab Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik

terkait perlindungan data pribadi pengguna tercantum dengan rinci dalam

Statement of Rights and Responsibilities, yang merupakan dokumen hukum

yang bersifat kontraktual antara pengguna dan Facebook, didalamnya memuat

Hak, kewajiban serta ruang lingkup tanggung jawab Facebook yang disertai

dan didukung dengan dokumen pendukung lain.

B. Perlindungan Data Pribadi Pengguna Media Sosial Facebook Dari

Penyalahgunaan Data Pribadi Menurut Undang - Undang No. 11 Tahun

2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Beserta Peraturan

Pelaksanaannya.

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi

hukum secara ideal, memberikan perlindungan kepada subyek hukum sesuai

dengan aturan dan norma yang berlaku demi mencapai kondisi yang damai

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

71

dan adil. Perlindungan hukum yang dimaksud adalah perlindungan hukum

bagi rakyat sebagai tindakan preventif dan represif.

Tindakan yang preventif bertujuan mencegah terjadinya pelanggaran

hukum, sedangkan perlindungan represif bertujuan untuk menyelesaikan

terjadinya sengketa.75

Terkait dengan perindungan hukum, untuk melindungi rakyat dari

segala kegiatan yang dapat merugikan, melanggar dan meniadakan hak rakyat,

pemerintah membuat serangkaian peraturan terkait berbagai hal mengenai

kegiatan rakyat. Salah satunya dalam bidang informasi dan transaksi

elektronik, melalui Undang – undang nomor 10 tahun 2008 mengenai

Informasi dan Transaksi Elektronik serta peraturan pelaksanaan nya.

Perlindungan terhadap data pribadi yang diatur dalam Undang –

undang nomor 10 tahun 2008 tersebar dalam beberapa pasal baik dalam

bentuk perlindungan represif maupun preventif, menagtur mengenai hak yang

dimiliki oleh pengguna media sosial serta tak luput dari kewajiban, sejalan

dengan hal itu diatur juga mengenai hak penyelenggara sistem elektronik

beserta kewajiban yang harus dilakukan.

1. Perlindungan Hukum Terkait Penyalahgunan Data Yang Dilakukan Oleh

Media Sosial Facebook.

Penyalahgunaan data seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya yang

berarti bahwa, penyalahgunaan data merupakan penggunaan data diluar dari

75 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramitha, Jakarta 1999. Hal.11

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

72

batasan kewenangan, tanpa sepengeetahuan pemilik data dan atau penggunaan

data yang tidak sebagaimana mestinya.

Penggunaan data yang terjadi antara Facebook selaku penyelenggara

sistem elektronik dengan pengguna, tertuang dalam Statement of Rights and

Responsibilities.

Pengguna menyetujui untuk tunduk dengan kebijakan yang telah

ditetapkan sepihak oleh Facebook. Namun tidak menutup kemungkinan

bahwa terjadi hal yang tidak sesuai dengan perjanjian antara pengguna dan

Facebook.

Diluar hal tersebut, menurut Undang – undang nomor 10 tahun 2008

tentang informasi dan transaksi elektronik, ada beberapa hal yang harus

dilaksanakan oleh Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik.

Salah satu pasal yang melindungi data pribadi maupun hak-hak pribadi

ada pada pasal 26 Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi

dan transaksi elektronik yang berbunyi :

1. “Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundangundangan,

penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang

menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas

persetujuan Orang yang bersangkutan.

2. Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan

berdasarkan Undang-Undang ini.

Persetujuan yang dimaksud dalam pasal tersebut mengisyaratkan tidak

hanya sekedar setuju dan bersedia bahwa data pribadinya digunakan,

melainkan perlu adanya kesadaran untuk memberikan persetujuan atas

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

73

penggunaan atau pemanfaatan data pribadi sesuai dengan tujuan atau

kepentingan yang disampaikan pada saat perolehan data.

Selanjutnya, apabila dilihat dalam pasal tersebut terdapat kata “Hak”,

Hak yang dimaksud adalah Hak pribadi berdasarkan penjelasan dari pasal 26

UU ITE, yang tergolong hak pribadi yaitu :

a. Hak pribadi merupakan hak untuk menikmati kehidupanpribadi

dan bebas dari segala macam gangguan.

b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat berkomunikasi dengan

Orang lain tanpa tindakan memata-matai.

c. Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi akses informasi

tentang kehidupan pribadi dan data seseorang.

Tindakan ini sebagai perwujudan pemenuhan ganti rugi atas tindakan

yang merugikan, untuk mengembalikan kondisi sebelum terjadi kerugian itu,

serta kerugian yang timbul karena peristiwa tersebut.

Bentuk perlindungan lain dalam peraturan ini tertuang dalam pasal 15

mengenai tindakan preventif mengenai kewajiban penyelenggara sistem

elektronik dalam menyediakan sistem elektronik, yang berbunyi :

1. Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan

Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung

jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana

mestinya.

2. Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap

Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

74

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam

hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan,

dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.

Berdasarkan penjelasan pasal 15 Undang – undang nomor 11 tahun

2008 menerangkan bahwa yang dimaksud andal, aman serta bertanggung

jawab terkait beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya yaitu :

“Andal” artinya Sistem Elektronik memiliki kemampuan yang sesuai

dengan kebutuhan penggunaannya, sedangkan “Aman” artinya Sistem

Elektronik terlindungi secara fisik dan nonfisik, dan “Beroperasi sebagaimana

mestinya” artinya Sistem Elektronik memiliki kemampuan sesuai dengan

spesifikasinya. “Bertanggung jawab” artinya ada subjek hukum yang

bertanggung jawab secara hukum terhadap Penyelenggaraan Sistem

Elektronik tersebut

Terkait dengan Facebook sebagai penyelenggara sistem elektronik,

berdasarkan peraturan ini timbul kewajiban untuk menciptakan keadaan

sistem elektronik yang mampu menjaga data pengguna, dapat digunakan

dengan baik tanpa gangguan atau kendala dari sistem, serta bertanggung

jawab terhadap segala aktifitas pengguna terkait pengguna media sosial

tersebut.

Facebook telah menerapkan apa yang disyaratkan oleh peraturan

tersebut, hal ini dapat dilihat dari bentuk keperdulian dengan aktifitas

pengguna, kenyamanan dan keamanan media sosial tersebut, dengan membuat

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

75

Statement of Rights and Responsibilities yang berisi pengaturan dan tata cara

dalam menggunakan Facebook.

Apabila terjadi kerusakan atau kegagalan sistem yang terjadi maka

kewajiban yang harus dilakukan penyelenggara sistem elektronik berdasarkan

pasal 15 ayat 2 PP PSTE adalah :

“Jika terjadi kegagalan dalam perlindungan data pribadi yang dikelola,

penyelenggara sistem elektronik wajib memberitahukan secara tertulis

kepada pemilik data pribadi”

Hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah terjadi kebocoran data

pribadi jatuh ke tangan yang salah, digunakan diluar dari penggunaan

semestinya, atau dengan kata lain terjadi penyalahgunaan data”.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan data yang

dilakukan oleh Facebook terhadap data pengguna tertuang dalam Statement of

Rights and Responsibilities dan Privacy Policy, apabila penggunaan data

tersebut diluar dari dari yang telah diperjanjikan, maka dapat memenuhi unsur

dari pasal 26 Undang – undang nomor 11 tahun 2008 dan dapat diajukan atas

dasar kerugian yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.

Hal serupa diperjelas pada pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan

bahwa suatu perbuatan dapat dimintai pertanggung jawaban hukum sepanjang

memenuhi empat unsur, yaitu :

1. Adanya perbuatan.

Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan hukum, yang berarti

perbuatan hukum tersebut menimbulkan akibat hukum. Misalnya

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

76

Facebook melakukan pemindahan data tanpa sepengetahuan

pengguna.

2. Adanya unsur kesalahan.

Perbuatan hukum yang disebutkan diatas, menimbulkan akibat

hukum yang berasal dari unsur kesalahan, dapat berupa menyalahi

peraturan perundang – undangan maupun dalam bentuk

wanprestasi.

3. Adanya kerugian.

Dari perbuatan dan kesalahan yang telah terjadi, timbul suatu

akibat yang berbentuk kerugian. Kerugian tersebut tentu harus

berhubungan dengan perbuatan dan kesalahan yang terkait.

4. Adanya hubungan sebab akibat antara kesalahan dan

kerugian.

Hubungan antara, perbuatan, kesalahan serta kerugian

sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, mempunyai korelasi

sebab akibat. Apabila tidak timbul dari sebab akibat, maka

korelasi antar ketiga unsur yang disebutkan dalam pasal 1365

tidak dapat dikenai tanggung jawab.

Ditinjau dari Undang undang nomor 11 tahun 2008 dan peraturan

pelaksananya beserta peraturan lain yang terkait, apabila penyalahgunaan

data yang dilakukan oleh Facebook memenuhi unsur diatas, misalnya

Facebook melakukan pemindahan data tanpa sepengetahuan pengguna, dari

perbuatan tersebut Facebook tentu menyalahi perjanjian penggunaan data.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

77

Apabila timbul kerugian yang merupakan sebab akibat dari perbuatan

tersebut, maka dari perbuatan tersebut Facebook harus bertanggung jawab

atas perbuatannya. berdasarkan dasar hukum yang ada, yaitu perjanjian

antara pengguna dan Facebook, perbuatan tersebut dapat diajukan gugatan

secara perdata dengan landasan ganti kerugian yang tentunya akan

dilaksanakan di Santa Clara County, California, Amerika Serikat.

2. Perlindungan Hukum Terkait Penyalahgunan Data yang dilakukan oleh

sesama Pengguna Facebook Indonesia.

Aktifitas informasi dan transaksi elektronik melibatkan banyak pihak,

pihak pengguna, pihak penyelenggara sistem elektronik serta pihak pengguna

lain yang saling berhubungan.

Dari berbagai macam aktifitas, tidak hanya menutup kemungkinan,

terjadi aktifitas yang dikehendaki, namun terdapat potensi aktifitas atau

tindakan yang tidak dikehendaki. Salah satunya yaitu tindakan

penyalahgunaan data pribadi yang dilakukan oleh sesama pengguna.

Tindakan semacam ini tentu dilarang, tidak diperkenankan dan

dihindari, oleh pihak penyelenggara, pengguna pemilik data maupun negara

selaku pembentuk peraturan untuk menciptakan aktifitas informasi dan

transaksi elektronik berjalan dengan baik.

Untuk mencegah terjadi tindakan penyalahgunaan data pribadi yang

mungkin dilakukan oleh sesama pengguna media sosial di Indonesia,

pemerintah membentuk suatu peraturan yang menaungi dan mengatur

mengenai hal tersebut.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

78

Diatur dalam pasal 30 undang – undang nomor 11 tahun 2008 tentang

informasi dan transaksi elektronik mengenai pengaksesan secara ilegal yang

berbunyi :

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain

dengan cara apa pun.

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa

pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik.

3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa

pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol

sistem pengamanan.

Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa perbuatan yang dilakukan

tanpa hak atau melawan hukum, yang berarti bahwa melanggar melakukan

perbuatan diluar dari cara dan ketentuan yang wajar dalam mengkases

komputer atau sistem elektronik sebagaimana mestinya, merupakan salah satu

unsur untuk memenuhi perbuatan melanggar hukum yang diatur dalam pasal

ini.

Selanjutnya apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan tujuan

tertentu sebagai mana disebutkan dalam angka 1 hingga 3, yaitu bertujuan

memperoleh informasi elektronik, dan atau dengan cara melanggar,

menerobos. melampaui atau menjebol sistem pengamanan yang ada. Dengan

sengaja dan sadar akan perbuatan nya dapat digolongkan memenuhi unsur

dalam pasal ini secara terpisah maupun keseluruhan.

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

79

Perbuatan tersebut diatas merupakan salah satu tindakan yang dapat

digolongkan sebagai penyalahgunaan data, karena menggunakan atau

mendapatkan data dengan cara yang tidak diperkenankan dan diperbolehkan

sebagaimana mestinya oleh peraturan terkait.

Tindakan penyalahgunaan tersebut yang mungkin saja dilakukan oleh

sesama pengguna Facebook maupun orang lain yang dengan sengaja

melakukan perbuatan tersebut, oleh undang – undang nomor 11 tahun 2008

tentang informasi dan transaksi elektronik tidak diperkenankan, dan diancam

dengan hukuman, sebagaimana tertulis dalam pasal 46, yang berbunyi :

1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00

(enam ratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00

(tujuh ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8

(delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00

(delapan ratus juta rupiah).

Selain tindakan pengaksesan secara ilegal, dalam undang undang ini

juga diatur mengenai pelarangan jenis penyalahgunaan data yang berpotensi

dilakukan oleh sesama pengguna terhadap pengguna lain, yaitu terkait

penambahan, pemindahan maupun menyebabkan data pribadi pengguna lain

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

80

berubah menjadi data publik. Diatur dalam pasal 32 yang berbunyi

sebagaimana berikut :

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi,

melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,

menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem

Elektronik Orang lain yang tidak berhak.

3. Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses

oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana

mestinya.

Apabila pengguna Facebook melakukan tindakan sebagaimana yang

telah disebutkan diatas terhadap pengguna lain dengan unsur yang terpenuhi

sebagian atau seluruhnya dari pasal tersebbut, maka menurut undang – undang

nomor 11 tahun 2008 diancam dengan hukuman yang disebutkan dalam pasal

48, yang berbunyi :

1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8

(delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00

(dua miliar rupiah).

2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 32 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 9

(sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00

(tiga miliar rupiah).

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

81

3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 32 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00

(lima miliar rupiah).

Selain itu untuk tindakan penyalahgunaan data yang mungkin

menimbulkan kerugian dapat dikenakan pasal 26 undang – undang nomor 11

tahun 2008, yaitu mengenai penyalahgunaan data tanpa kehendak dari pemilik

data, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tindakan penyalahgunaan

data yang dilakukan oleh pengguna Facebook yang merupakan warga negara

Indonesia, dikenakan sesuai dengan hukum yang berlaku, yaitu hukum positif

negara Indonesia.

Penyelesaian hukum dapat dilaksanakan di pengadilan negeri seluruh

indonesia, karena yang melakukan tindakan penyalahgunaan data pribadi

adalah orang atau badan hukum yang tunduk pada hukum Indonesia.

3. Perlindungan Hukum Terkait Penyalahgunan Data yang dilakukan oleh

Pengguna Facebook Asing Terhadap Pengguna Facebook Indonesia.

Tindakan penyalahgunaan data pribadi tidak hanya dilakukan oleh

pengguna yang tunduk pada yurisdiksi hukum yang sama. Tidak jarang

tindakan penyalahgunaan data pribadi atau bahkan tindakan melanggar

hukum terjadi dengan melewati batas negara atau kejahatan lintas negara.

Dalam hal terjadi penyalahgunaan data antara pengguna yang

berkedudukan di indonesia dengan pengguna Facebook. Penyelesaian hukum

yang mungkin terjadi ditinjau dari undang – undang nomor 11 tahun 2008

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

82

tentang informasi dan transaksi elektronik, mengacu pada pasal 2 peraturan

tersebut yang berbunyi sebagai berikut :

“Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan

perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini,

baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar

wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah

hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan

merugikan kepentingan Indonesia.”

Menurut pasal 2 undang undang nomor 11 tahun 2008 tentang

informasi dan transaksi elektronik menyiratkan bahwa peraturan ini menganut

asas ektrateritorial, yang berarti kepanjangan secara semu (quasi extentio) dari

yurisdiksi suatu negara di wilayah yurisdiksi negara lain.76

Dikarenakan tindakan pelanggaran hukum dalam ruang lingkup

Cybercrime dapat menimbulkan akibat hukum yang berbeda lokasi dengan

terjadinya perbuatannya.

Berdasarkan pasal 2 undang – undang no 11 tahun 2008, pemerintah

indonesia memiliki kewenangan untuk menegakan hukum sepanjang ada

pelanggaran terhadap peraturan tersebut, serta ada kepentingan bangsa

Indonesia yang dirugika.

Peraturan ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan

melawan hukum sebagaimana diatur pasal 2, baik yang berada di wilayah

hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki

akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan atau di luar wilayah hukum

Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.

76 Muhamad Rakhmanaji, Yurisdiksi Ektrateritorial Dalam Kasus Perusakan Kedutaan Besar Inggris di Iran, ALSA Indonesia, 2012

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

83

Dengan demikian perbuatan yang dilakukan pengguna Facebook yang

tunduk pada hukum selain hukum Indonesia terhadap pengguna Facebook

yang ada di Indonesia, sepanjang memiliki akibat hukum di Indonesia, dapat

ditindak sesuai dengan undang – undang nomor 11 tahun 2008 tentang

informasi dan transaksi elektronik.

Pengguna asing (pengguna Facebook yang tunduk pada hukum selain

Indonesia), mendapatkan akibat hukum yang sama dengan pengguna

Facebook dari Indonesia terkait perbuatan melanggar hukum berdasarkan

undang – undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi

elektronik atau dapat menyelesaikan permasalahan hukum tersebut melalui

arbitrase.

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa ada konflik hukum yang

mungkin terjadi, apabila di negara pengguna asing tidak melarang mengenai

penyalahgunaan data, maka penegakan hukum di bidang ini akan lebih sulit,

oleh karena itu diperlukan kerja sama bilateral (Bilateral mutual assistance)

antar penegak hukum masing – masing negara dan di jutifikasi dengan

peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Namun yang perlu diperhatikan adalah, terkait permasalahan hukum

yang terjadi antara para pengguna, dalam hal ini Facebook selaku

penyelenggara sistem elektronik tidak turut ikut campur dalam permasalahan

antara pengguna sesuai yang tertulis dalam Statement of Rights and

Responsibilities yang menyatakan pada sub bab ”Dispute” :

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

84

“If anyone brings a claim against us related to your actions, content or

information on Facebook, you will indemnify and hold us harmless from and

against all damages, losses, and expenses of any kind (including reasonable

legal fees and costs) related to such claim. Although we provide rules for user

conduct, we do not control or direct users' actions on Facebook and are not

responsible for the content or information users transmit or share on

Facebook. We are not responsible for any offensive, inappropriate, obscene,

unlawful or otherwise objectionable content or information you may

encounter on Facebook. We are not responsible for the conduct, whether

online or offline, or any user of Facebook.”

Facebook juga menghendaki penyelesaian sengketa terhadapnya

dilakukan dan dinaungi oleh hukum negara bagian maupun federal daerah

South Clara County, California Amerika Serikat. Jadi apabila pengguna

Facebook Indonesia mapun pengguna Facebook yang ada di negara lain

mempunyai masalah hukum dengan Facebook diselesaikan sesuai tempat

yang telah disebutkan dan disetujui oleh kedua belah pihak pada Statement

of Rights and Responsibilities, yaitu di South Clara County, California

Amerika Serikat.

C. Analisis Kasus Pelanggaran Privasi Menggunakan Pasal 26 Undang –

Undang No 11 Tahun 2008.

Keberadaan peraturan yang jelas dan tepat guna mendorong

kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya hukum apabila mereka

merasa telah terjadi pelanggaran terkait perlindungan data peribadi. Hal ini

tercermin dalam salah satu contoh Landmark Cases Facebook as defendant :

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

85

a. Fraley vs Facebook, Inc77

Dalam kasus ini penggugat (Angel Fraley, Paul Wang, Suzan

Mainzer) menuntut Facebook, Inc karena dianggap melanggar Civil Code §

3344; California‟s Unfair Competition Law, Business and Professions Code

§ 17200, et seq. (“UCL”). Gugatan tersebut didasari oleh tindakan

Facebook, menggunakan nama, gambar profil, foto, kesamaan, dan identitas

pengguna atau pemilik akun di Facebook. Facebook selaku penyelenggara

sistem elektronik menggunakan data tersebut untuk kepentingan iklan

produk dari advertiser78

tanpa sepengetahuan dari pemilik data. Facebook

menggunakan data pengguna tersebut untuk melakukan iklan, menawarkan

produk melalui Sponsored Stories79

.

Gugatan yang diajukan oleh para pengguna, menuntut Facebook

untuk memberikan kompensasi materiil maupun Non materiil karena telah

merugikan para pengguna.

Berdasarkan kesepakatan, kedua belah pihak berkenan untuk

menyelesaikan permasalahan ini secara damai dengan beberapa kesepakatan

antara para pihak.

Kesepakatan tersebut berisi beberapa hal antara lain adalah sebagai

berikut :

77 Angel Fraley vs Faceebook, Inc, Case No.: 11-CV-01726-LHK 78 Pihak yang memasang iklan di Facebook, iklan tersebut akan muncul dalam Sponsored Stories. 79 Sponsored Stories muncul ketika pengguna berinteraksi dengan website dari Facebook atau pihak

pengiklan dengan cara tertentu, misalnya melakukan “Like”, pada halaman resmi milik pengiklan.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

86

1. Facebook Membayar sejumlah dana sebesar $ 20 juta USD untuk

membayar klaim para pengguna yang merasa dirugikan atas

penggunaan data pribadi yang muncul dalam Sponsored Sories..

Tidak ada yang tahu berapa banyak kompensasi yang diterima oleh

masing-masing pemohon resmi, atau apakah kompensasi tersebut.

Jika jumlah klaim yang diterimadirasa terlalu rendah dan secara

ekonomis tidak sebanding dengan proses serta klaim, pembayaran

akan dilakukan kepada organisasi non profit, Misalnya Organisasi-

organisasi yang terlibat dalam program pendidikan yang

mengajarkan orang dewasa dan anak-anak bagaimana

menggunakan teknologi media sosial dengan aman, atau terlibat

dalam penelitian media sosial, organisasi yang melindungi

kepentingan anak-anak.

2. Facebook Merevisi Terms of Service (dikenal sebagai "Pernyataan

Hak dan Tanggung Jawab") yang berkaitan dengan Sponsored

Stories.

3. Facebook akan Memberikan pengguna (dan orang tua dari pengguna

yang berusia belum dewasa atau wali hukum) informasi tambahan

tentang dan kontrol atas penggunaan mereka (dan anak-anak

mereka) nama dan gambar profil dalam Sponsored Stories.

Kasus Fraley vs Facebook apabila ditinjau dari sudut pandang

hukum privasi di Indonesia tentu tidak jauh berbeda dalam pelaksanaan

secara idealnya.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

87

Menurut pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik :

“…penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang

menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan

Orang yang bersangkutan.“

Penggunaan nama, gambar profil, foto, kesamaan, dan identitas

penggunaFacebook, dilakukan diluar sepengetahuan dari pengguna itu

sendiri tentu hal itu melanggar pasal 26 ayat 1 UU ITE, tindak lanjut

mengenai pelanggaran pasal 26 ayat 1 UU ITE ini ada ayat 2 dari pasal ini,

yang menyatakan bahwa :

“ Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan

berdasarkan Undang-Undang ini.”

Kasus pelanggaran privasi Fraley vs Facebook, apabila terjadi di

indonesia tentu akan memenuhi unsur unsur dari pasal 26 UU ITE, dan

pelaksanaan penegakan hukum dari kasus ini hampir sama dengan

pelaksanaan penyelesaian kasus ini. Apabila kasus tersebut terjadi di

Indonesia maka sesuai dengan pasal 26 undang – undang nomor 11 tahun

2008 maka pemilik data yang mengalami kerugian dapat menggugat

Facebook. Selaku penyelenggara sistem elektronik, Facebook menggunakan

data pengguna tanpa sepengetahuan dan diluar batas kewenangannya, serta

melanggar Statement of Right and Responsibilities

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

88

b. Perrin Davies v Facebook, Inc80

September 2011, Perrin Davies, Cynthia Queen, Brian Lentz, Mathew

Vickery, selaku penggugat menuntut Facebook, Inc di pengadilan Northern

District of California, San Jose Divission. Berdasarkan pelanggaran atas

Terms and Condition yang tertuan pada Privacy Policy milik Facebook, Inc

terkait privasi pengguna, hal ini berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh

Facebook yang melakukan Tracking81

. Tindakan ini dilakukan dengan cara

Cookies yang tetap aktif selama pengguna terhubung dengan internet,

sehingga Facebook dapat memberikan rekomendasi mengenai pertemanan dan

iklan yang terkait dengan pengguna.

Kesepakatan terjadi antara para pihak, yang kemudian memberikan

hak dan kewajiban bagi keduanya yaitu :

1. Facebook Merevisi Terms of Service (dikenal sebagai "Pernyataan

Hak dan Tanggung Jawab") yang berkaitan dengan Sponsored Stories

2. Pengguna memiliki hak untuk menghentikan dan mengintervensi

apabila terjadi akses informasi oleh pihak ketiga maupun Facebook,

apabila tindakan tersebut diluar kepentingan pengguna.

3. Facebook wajib menghentikan pengguna metode Tracking terhadap

pengguna.

80 Kasus Perrin Davies V Facebook, Inc No. 5:12-md-02314-EJD 81 Pelacakan terhadap aktivitas di internet yang dilakukan oleh pengguna Facebook, misalnya

memantau website apa saja yang dikunjungi, sehingga Facebook dapat melakukan pemetaan terhadap

pengguna mengenai beberapa hal meliputi : kesukaan, relasi, dan beberapa hal lain tanpa

sepengetahuan pengguna

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

89

4. Facebook wajib merancang suatu sistem yang dapat melindungi data

pengguna, sehingga tidak dimungkinkan terjadi penyalahgunaan data

oleh pihak lain tanpa sepengetahuan pengguna.

Apabila ditinjau dari undang – undang nomor 11 tahun 2008, yaitu

permasalahan hukum yang terjadi antara Perrin Davies dan Facebook.

Dalam kasus ini Facebook melakukan tindakan akses ilegal dan

intervensi terhadap aktifitas penggunnya, yaitu Perrin Davies yang merasa

terganggu haknya.

Berdasarkan pasal 30 undang – undang nomor 11 tahun 2008 tentang

informasi dan transaksi elektronik mengenai pengaksesan secara ilegal.

Facebook selaku penyelenggara sistem elektronik mampu mengetahui

aktifitas pengguna dalam menggunakan media sosial tersebut, yang

memenuhi unsur dalam pasal 30 ayat 2 dalam peraturan tersebut, berbunyi

sebagai berikut :

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan

hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan

cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik “

Perbuatan tersebut diancam dengan hukuman sebagaimana dalam

pasal 46 undang – undang nomor 11 tahun 2008, yang berbunyi :

“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00

(tujuh ratus juta rupiah.”

Tindakan yang dilakukan oleh Facebook dapat dikategorikan sebagai

tindakan penyalahgunaan data, karena melakukan tindakan yang diluar batas

dan kewenangannya terkait pengolahan data penggunanya.

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

90

Selain memenuhi unsur pasal diatas tindakan Facebook juga

memenuhi unsur pasal lain terkait tindakan Facebook melakukan intervensi

terhadap aktifitas pengguna di media sosial tersebut, yaitu pasal 32 ayat 2

yang berbunyi :

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan

hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada

Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.”

Tindakan yang dilakukan Facebook dalam kasus ini mengetahui

aktifitas penggunaan sosial media, sehingga mengetahui pola, ketertarikan

pengguna terhadap topik tertentu, kemudian memberikan pola aktifitas

tersebut kepada pihak ketiga, pihak ketiga yang ingin mengiklaankan

produknya sesuai dengan ketertarikan pengguna.

Apabila pengguna Facebook melakukan tindakan sebagaimana yang

telah disebutkan diatas terhadap pengguna lain dengan unsur yang terpenuhi

sebagian atau seluruhnya dari pasal tersebut, maka menurut undang – undang

nomor 11 tahun 2008 diancam dengan hukuman yang disebutkan dalam pasal

48 ayat 2, yaitu :

“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 32 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 9

(sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00

(tiga miliar rupiah)”

Tindakan yang dilakukan oleh Facebook selaku penyelenggara sistem

elektronik dalam hal ini mencederai prinsip perlindungan data yang

seharusnya wajib diberikan kepada pengguna. Perbuatan ini tidak sesuai

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

91

dengan pasal 15 undang – undang nomor 11 tahun 2008, yang mensyaratkan

penyelenggara sistem elektronik wajib memberikan hal sebagaimana berikut :

1. Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus

menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman

serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem

Elektronik sebagaimana mestinya.

2. Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap

Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku

dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa,

kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem

Elektronik

Berdasarkan penjelasan pasal 15 Undang – undang nomor 11 tahun

2008 menerangkan bahwa yang dimaksud andal, aman serta beroperasinya

sistem elektronik sebagaimana mestinya yaitu :

1. “Andal” artinya Sistem Elektronik memiliki kemampuan yang sesuai

dengan kebutuhan penggunaannya, walaupun memiliki kekurangan,

namun penyedia sistem elektronik berusaha dengan segala upaya untuk

mewujudkan kondisi andal.

2. “Aman” artinya Sistem Elektronik terlindungi secara fisik dan nonfisik

dari potensi gangguan keamanan yang munkin mengancam pengguna,

baik yang diprediksi maupun tidak dapat diprediksi.

3. “Beroperasi sebagaimana mestinya” artinya Sistem Elektronik

memiliki kemampuan sesuai dengan spesifikasinya, tidak ada

gangguan selama penggunaan sistem elektronik tersebut..

Page 92: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

92

Apabila terjadi kerusakan atau kegagalan sistem yang terjadi maka

kewajiban yang harus dilakukan penyelenggara sistem elektronik berdasarkan

pasal 15 ayat 2 PP PSTE adalah :

“Jika terjadi kegagalan dalam perlindungan data pribadi yang dikelola,

penyelenggara sistem elektronik wajib memberitahukan secara tertulis

kepada pemilik data pribadi”

Hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah terjadi kebocoran data

pribadi jatuh ke tangan yang salah, digunakan diluar dari penggunaan

semestinya, atau dengan kata lain terjadi penyalahgunaan data”.

Tindakan yang dilakukan Facebook tidak mencerminkan hal – hal

yang telah disebutkan diatas, yang seharusnya dilakukan oleh penyelenggara

sistem elektronik yang baik. Dalam kasus ini apabila kasus tersebut terjadi

atau mempunyai akibat hukum di Indonesia, akan dikenakan sesuai dengan

hukum negara Indonesia, sebagaimana yang telah dijelaskan pada bahasan

sebelumnya.

Penggunaan data pribadi yang tanpa sepengetahuan dari pemilik data,

atau dalam hal ini pengguna Facebook tentu sangat tidak sesuai dengan

Statement of Rights and Responsibilities82

.

Hal ini tidak sesuai dengan prinsip perlindungan data pribadi, serta

tidak sesuai dengan kesepakatan antara pengguna dan Facebook selaku

penyelenggara sistem elektronik yang menghendaki adanya pembatasan

kewenangan dalam penggunaan data pengguna. Tindakan yang dilakukan

Facebook yang menyebabkan permasalahan hukum adalaah terkait

82 Syarat dan kondisi yang telah disepakati sebelum seseorang terdaftar sebagai pengguna Facebook.

Page 93: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

93

penggunaan data pribadi pengguna digunakan dengan tanpa sepengetahuan

pemilik data dan tidak dilakukan atas pemberitahuan terlebih dahulu.

Namun dalam kasus ini tidak demikian, penggunaan nama, gambar

profil, foto, keterkaitan, dan identitas pengguna digunakan tanpa

sepengetahuan pengguna dan digunakan untuk tujuan iklan suatu produk di

halaman facebook, sperti yang tertera pada gambar :

Gambar 6. Sponsored Stories Facebook

Sumber : Facebook.com diakses 05 Mei 2013

Kasus yang terjadi di California Amerika Serikat ini, menunjukan

kesadaran masyarakat tehadap perlindungan data dan privasi. Mereka

menyadari bahwa apabila hak mereka dilanggar, mereka dapat mengajukan

gugatan akan kerugian yang ditimbulkan.

Mayoritas masyarakat Indonesia dapat dikatakan lekat dengan media

sosial, khususnya Facebook. Kasus serupa sangat mungkin terjadi di

Indonesia mengingat jumlah pengguna Facebook di Indonesia termasuk

dalam peringkat 5 besar.

Page 94: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

94

Mengingat besaran jumlah penduduk Indonesia yang tergabung

sebagai pengguna Facebook, tidak menutup kemungkinan bahwa kasus

sejenis dapat terjadi di Indonesia. Walaupun sejauh ini belum ada

masyarakat atau dalam hal ini pengguna Facebook yang ada di Indonesia

membawa kasus semacam ini untuk diproses secara hukum.

Penyelesaian dari kasus Fraley vs Facebook menggunakan hukum

yang ada di California, Amerika Serikat mengenai perlindungan data dan

privasi.

Apabila kasus ini terjadi di Indonesia, masyarakat yang menggugat

dapat menggunakan pasal 26 UU ITE sebagai dasar hukum dengan beberapa

penyesuaian.

Page 95: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

95

BAB V

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan.

Tanggung jawab hukum yang di berikan Facebook dalam melindungi

data pribadi pengguna tertuang dalam Statement of Rights and

Responsibilities. Dokumen hukum tersebut merupakan perjanjian antara

Facebook dan pengguna terkait aktifitas di Facebook, dalam dokumen

tersebut berisi hak dan kewajiban antara pengguna dan Facebook selaku

penyelenggara sistem elektronik, serta pengaturan mengenai aktifitas

pengguna dan penggunaan data pengguna oleh Facebook.

Pemerintah republik Indonesia Dalam undang – undang nomor 11

tahun 2008 tentang informasi dan trasnsaksi elektronik diatur beberapa pasal

terkait perlindungan data pribadi yang diatur dalam :

a. Pasal 15 mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh penyelenggara

sistem elektronik.

b. Pasal 26 tentang pelarangan penggunan informasi tanpa kehendak

pemilik data dapat digugat atas dasar ganti kerugian.

c. Pasal 30 pelarangan pengaksesan secara ilegal diancam dengan pasal 46.

d. Pasal 32 tentang perlindungan data pribadi diancam dengan pasal 48.

Apabila terjadi penyalahgunaan data sesama pengguna yang

merupakan warga negara Indonesia, maka akan diselesaikan dengan cara

hukum Indonesia dan dilaksanakan di pengadilan Indonesia.

Page 96: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

96

Berdasarkan pasal 2 peraturan ini, maka mempunyai sifat

ekstrateritorial yaitu dapat peraturan ini dapat dilaksanakan diluar batas

negara Indonesia, apabila mempunyai akibat hukum dan kepentingan di

Indonesia, maka apbila ada pengguna Facebook asing mempunyai masalah

hukum di Indonesia, dapat dikenakan sesuai peraturan hukum di Indonesia.

2. Saran.

Perlindungan data pribadi yang dilakukan oleh Facebook selaku

penyelenggara sistem elektronik dalam hal tertentu dirasa cukup baik,

namun terdapat beberapa saran yang mungkin dapat menyempurnakan

perlindungan tersebut antara lain :

a. Perlu adanya perwakilan Facebook minimal terdapat di wilayah ekonomi

yang ada (misalnya : ASEAN, OCEANIA, EU dan sebagainya) sehingga

memudahkan pengguna untuk memproses masalah hukum tanpa perlu

pergi ke Amerika Serikat.

b. Bagi pengguna Facebook disarankan untuk lebih berhati-hati, serta

memahami terkait aturan penggunaan data secara jelas, sehingga tidak

terjadi hal-hal tidak di ingin pada data pengguna, baik yang bersifat

publik maupun privat.

c. Pemerintah perlu mengadakan perjanjian bilateral mengenai informasi

dan transaksi elektronik, dengan negara asal dari situs yang banyak

diakses oleh masyarakat Indonesia, khususnya media sosial seperti

Facebook, Twitter dan lain sebagainya.

Page 97: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

97

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra Aditya

Bakti, 2004.

Ardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta

2008.

Budi Agus Riswandi, Perlindungan Hukum Terhadap Privacy di internet (Studi

Komparasi Pengaturan Privacy di Indonesia, Australia, dan Uni Eropa,

FENOMENA, Volume 03 Nomor 02, Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta, 2005.

Cane, The Anatomy of Tort Law, Hart Publishing, 1999

Cavoukian, Ann, Who Knows : Safeguarding Your Privacy in Networked World,

Random House Of Canada 1995.

Chlapowski, Francis S, The constitutional Protection of Information Privacy,

Boston University Law Review, Volume 71, 1991.

Dutton William H., Through the Network (of Networks), Oxford Internet Institute,

London, 2007.

Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika (suatu Kajian Kompilasi), Raja

Grafindo, Jakarta, 2005.

Efraim Turban, et al, Electronic Commerce A Manajerial Perspective, Prentice Hall,

Upper Saddle River, New Jersey, 1999.

Flaherty, David H, Protecting Privacy in surveillance societies, University of North

Carolina Press, 1989.

Gavison, Ruth, Privacy and the Limits of The Law, Yale Law journal, 89 : 421-471

Di print ulang di Philosopical Dimensions of privacy : An Anthology, ed.

F.D. Schoman, Cambridge : Cambridge University Press, 1984.

Gordon B. Davis dan Margareth Olson, Management Information System :

Conceptual Foundations, Structure and Development, McGraw-Hill, New

York, 1987.

Page 98: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

98

Gromov, Gregory, Roads and Crossroads of Internet History, University of North

Carolina Press, 2010.

Imedinghaff, Thomas J. ed., Online Law – The SPA’s Legal guide to going Business

on the internet, Canada, Addison-Wesley Developer Press, 1996.

Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif,

Bayumedia,Malang, 2011.

Kroenke, David, Management Information System : Interntional Edition, Mitchell

McGraw-Hill, Singapura, 1993.

Muhamad Rakhmanaji, Yurisdiksi Ektrateritorial Dalam Kasus Perusakan

Kedutaan Besar Inggris di Iran, ALSA Indonesia, 2012

Nissenbaum, Helen Privacy In Context, Stanford University Press, California, 2010.

Rainer Turban dan Potter, Introduction to information Technology, John Willey &

Sons inc. 1997

Reiman, Jeffrey, Privacy, Intimacy, and Persohood, Philosophy and Public Affair

Press, Santa clara, 1995.

Rosa Agustina dkk, Hukum Perikatan (Law of Obligations), Pustaka Larasan, Bali,

2012.

Samuel D. Warren dan Louis D. Brandeis, The Right to Privacy, Harvard Law

Review, Harvard, 1890.

Slater III, William F., Internet History and Growth, Chicago Chapter Of The

Internet Society, 2002.

Smedinghoff, Thomas J. (ed), Online Law theSPA’s Legal Guide to Doing Business

on the Internet, Addison-Wesley Developers Press,New York, 2000.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia

Press, 1986.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty,

1999.

Thomas J. Smedinghoff (ed), Online Law theSPA’s Legal Guide to Doing Business

on the Internet, New York, Addison-Wesley Developers Press, 2000.

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramitha, 1999.

Westin, Alan F, Privacy and Freedom, Atheneum, 1967.

William L. Prosser, Privacy, California. Law. Review 1960

Page 99: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

99

Internet

-------------, Aworldoftweets.com diakses tanggal 20 januari 2013

--------------, Checkfaceebook.com ( 20 januari 2013), 2010.

--------------, Privacy Right Clearinghouse, www.prc.co.id, (15 Januari 2013), (4

januari 2012), 2009.

--------------, www.grammarist.com/usage/data.com (14 Januari 2013), 2009

Beth Hayden dan Rafal Tomal, A history of Social Media (Online),

copyblogger.com, (25 maret 2013), 2012.

Craig Bellamy, 2006, What is privacy and why is it important (online),

www.CraigBellamy.net(.au), (09 Januari 2013), 2012.

Hedri Sasmita Yuda, Dasar Hukum Perlindungan Data Pribadi Pengguna

Internet (online), www. Hukumonline.com (05 Januari 2013), 2013.

It’s a Social World: Top 10 Need-to-Knows About Social Networking and Where It’s

Headed, (online), http://www.comscore.com/Press_ EventsPresentations_

Whitepapers/2011/top_10_need-to-knows_about_social_networking.

(February. 11, 2013), 2011.

Martin Hilbert dan Priscila Lopez, The World’stechnological Capacity To Store,

Communicate And Compute Information, (Online),

martinhilbert.net/WorldInfoCapacity.htm, (20 januari 2013), 2010.

Muhammad Muhtar Arifin Sholeh, 2009, Apa itu informasi (Online),

http://digilib.undip.ac.id /apa-itu-informasi.ac.id , (10 Januari 2013), 2010.

McCormick, Michelle. New Privacy Legislation, 2003 , http://www.ica.bc.ca, Online

(diakses 17 Juni 2013)

Newsroom: Key Facts, FACEBOOK, http://newsroom.fb.com/content/default.aspx

OECD, THE EVOLVING PRIVACY LANDSCAPE:30 YEARS AFTER THE

OECD PRIVACY GUIDELINES (ONLINE), www.OECD.org, (18

Februari 2013), 2011

S.B. 1022, Sen., Reg. Sess, , Posting of Richard Gainer to Davis Wright Treimane

Privacy Blog, http://www.privsecblog.com/archives/122012-print.html,

(Feb. 27, 2013), 2008

Page 100: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ub.ac.id/111593/3/05_BAB_gabung.pdf · A. Latar Belakang Manusia adalah zoon politikon atau makhluk sosial1. Sebagai makhluk sosial manusia

100

Sullivan, Bob, Privacy Lost : EU.,US Differ Greatly (Online), MSNBC.com, (13

Januari 2013), 2006.

Susan W. Brenner, Should Commercial Misuse Of Private Data Be A Crime

(online), www.ssrn.com, 2013

Thomas J. Smedinghoff (ed), Online Law theSPA’s Legal Guide to Doing Business

on the Internet, Addison-Wesley Developers Press, New York, 2000.

Wafa, Tim Global Internet Privacy Rights : A Pragmatic Approach (online),

www.ssrn.com/Global_Internet_Privacy_Rights.html, (12 Januari 2003),

2009.

www.habeasdata.org/Interview-with-Spiros-Simitis diakses pada 21 Februari 2013.

Zarky, Tal Z., Law and Online Social Networl : Mapping The Chalanges and

Promises of User-Generated Information Flows (Online), www.ssrn.com,

(09 Januari 2013), 2008

Peraturan dan undang undang

Facebook Privacy Policy.

Facebook Statement of Right and Responsibilities.

PP Nomor 82 tahun 2012 tentang PSTE.

The European Convention on Human Rights.

Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.