bab i magang agung
DESCRIPTION
Ini adalah laporan magang di Museum Radya Pustaka SurakartaTRANSCRIPT
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek
Kerja Nyata serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa adanya
halangan yang berarti.
Laporan Kerja Praktek Lapangan ini disusun berdasarkan apa yang telah penulis
lakukan pada saat dilapangan yakni pada “Museum Radyapustaka Surakarta”
yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi no. 275 Kel. Sriwedari Kec. Laweyan,
Kota Surakarta dimulai dari tanggal Februari 2014 s/d Februari 2014.
Kerja praktek nyata ini merupakan salah syarat wajib yang harus ditempuh dalam
Program Studi Ilmu Politik. Selain untuk menuntas program studi yang penulis
tempuh kerja praktek ini ternyata banyak memberikan manfaat kepada penulis
baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat penulis
temukan saat berada di bangku perkualiahan.
Dalam penyusunan laporan hasil kerja praktek lapangan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin
mengungkapkan rasa terima kasih kepada :
Kedua orangtua dan keluarga penulis, yang telah memberi dukungan dan
doa-doanya yang tiada henti serta bimbingan dan nasihat kepada penulis.
Bapak Dr. Hilmi Mochtar, M.S, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.
ii
Bapak Tri Hendra, S.IP, M.IP selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan kerja
praktek dan juga penyelesaian laporan kerja praktek lapangan ini.
Bapak Purnomo selaku Ketua Komite Museum Radyapustaka.
Bapak Sanjata, selaku pengurus Komite Museum Radyapustaka
Mbak Windi, selaku Sekretaris Komite Museum Radyapustaka
Mbak Yanti, terimakasih banyak karena telah membimbing kami selama
30 hari dan segala pengalaman yang tak terlupakan yang terjadi selama
proses praktek kerja nyata
Mbak Kurnia Herawati selaku bagian Arsip dan Naskah Kuno
Pak Totok Yasmiran, banyak ilmu yang saya dapat dari Anda
Mas Fajar
Mas Bangkit Supriyadi
Mas Tri
Tak lupa pula penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak terkait lainnya yang telah banyak membantu baik itu untuk
Pelaksanaan Kerja Praktek maupun dalam Penyelesaian Laporan Kerja
Praktek ini.
Penulis akui penulis tidaklah sempurna seperti kata pepatah tak ada gading yang
tak retak begitu pula dalam penulisan ini, apabila nantinya terdapat kekeliruan
iii
dalam penulisan laporan kerja praktek ini penulis sangat mengharapkan kritik dan
sarannya.
Akhir kata semoga laporan kerja praktek lapangan ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi kita semua.
Malang, 29 Oktober 2014
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Nyata ................................................................. 5
1.2.1 Tujuan Bagi Mahasiswa ............................................................... 5
1.2.2 Tujuan Bagi Universitas Brawijaya .............................................. 6
1.3 Manfaat Praktek Kerja Nyata ............................................................... 7
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ............................................................ 8
1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Ilmu Politik ..................................... 8
BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN ...................................... 10
2.1 Defini Keamanan ............................................................................... 10
2.2 Fokus Praktek Kerja Nyata ................................................................ 22
2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan ............................................................. 24
BAB III HASIL KEGIATAN ................................................................. 26
3.1 Gambaran Umum .............................................................................. 26
3.1.1 Profil Museum Radyapusataka .................................................. 26
3.1.2 Sejarah Museum Radyapusataka. ............................................. .29
3.1.3 Visi dan Misi Museum Radyapusataka ...................................... 31
3.1.4 Susunan Keanggotaan Museum Radyapusataka ......................... 34
3.1.5 Lokasi Museum Radyapusataka ................................................. 38
3.2 Deskripsi Kegiatan .............................................................................. 41
3.2.1 Administrasi ............................................................................. 41
3.2.2 Pengenalan Lingkungan ............................................................ 43
v
3.2.3 Mempelajari Peran dan Fungsi ................................................. 43
3.2.4 Agenda Kegiatan Praktek Kerja Nyata ..................................... 44
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ................................................ 51
4.1 fungsi Pendidikan Sejarah dan Kebudayaan Museum Radyapustaka .. 51
4.1.1 Analisa dan Pembahasan .......................................................... 54
4.1.2 Fungsi Edukasi ......................................................................... 56
4.1.3 Fungsi Pengarsipan ................................................................... 58
4.1.4 Fungsi Kebudayaan ................................................................... 60
4.1.5 Manfaat dari Analisis ................................................................ 61
4.2 Peran Museum Radyapustaka sebagai salah satu Landmark budaya Kota
Solo ......................................................................................................... 61
4.3 Keterikatan ......................................................................................... 62
BAB V PENUTUP ................................................................................. 68
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 68
5.2 Saran .................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71
vi
Daftar Tabel
Tabel 2. Jadwal Kegiatan ................................................................. 19
Tabel 3. Daftar Pegawai Museum Radyapustaka ............................. 40
Tabel 3. Agenda Kegiatan PKN ....................................................... 44
Daftar Gambar
vii
Gambar 3.1.1.1 ............................................................................... 27
Gambar 3.1.4.1 ............................................................................... 36
Gambar 4.4.1 .................................................................................. 65
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Budaya sebagai salah satu unsur masyarakar tidak bisa dipisahkan dari
setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Historisitas Indonesia dengan
berbagai kekayaan aspek kebudayaan membuat negara ini berpotensi untuk
mengembangkannya sebagai salah satu unsur pembentuk jati diri bangsa. Dalam
sebuah ungkapan yang terkenal jika ingin membuat hancur suatu bangsa maka ada
tiga cara sederhana, pertama dengan cara mengaburkan sejarahnya, kedua dengan
cara menghancurkan bukti-bukti sejarah bangsa itu hingga tidak bisa mengenali
fakta-fakta tentang genealogisnya dan ketiga, putuskan hubungan dengan
leluhurnya dengan mengatakan leluhurnya bodoh dan primitif.
Museum pada dasarnya merupakan sebuah ruang bersama untuk
mengenali diri sendiri maupun mengenali orang lain. Mengenali diri sendiri bagi
masyarakat yang berasal dari lingkungan dimana museum itu berada dan akan
menjadi ruang mengenali orang lain bagi masyarakat dari luar untuk mengetahui
jejak peradaban bangsa/masyarakat yang terekam dalam museum itu.
Pendapat itu didasarkan bahwa penciptaan karya budaya selalu merupakan
penciptaan kembali dari yang telah dicapai sebelumnya dan diendapkan kembali
dari yang telah dicapai sebelumnya dan diendapkan kembali dalam tradisi
kebudayaannya. Manusia adalah makhluk menyejarah; masa lampaunya adalah
2
warisan, masa depannya adalah kemungkinan, sedangkan masa kininya adalah
inisiatif untuk membaharui masa lampau dan merealisasikan masa depan.
Dalam hal ini museum Radyapustaka sebagai salah satu museum tertua di
Indonesia. Berdiri sejak 28 oktober 1890, Radyapustaka merupakan lembaga
ilmu pengetahuan dan museum tertua di Indonesia yang didirikan oleh putra
bangsa dan berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan peninggalan-
peninggalan sejarah nusantara terutama peninggalan Keraton Kasunanan
Surakarta Hadiningrat yang berkaitan dengan sastra, kesenian, keagamaan dan
politik. Tidak bisa dipungkiri masa lalu memberikan pelajaran yang berharga
sehingga ada sebuah ungkapan, historia docet yang berarti sejarah mengajarinya
dalam artian sejarah mengajari manusia untuk menjadi bijak karena mempelajari
masa lalunya sebagai referensi menapaki masa depan.
Museum Radyapustaka pada awalnya merupakan bagian dari Keraton
Kasunanan Surakarta yang menyimpan koleksi-koleksi Keraton, hal ini ditandai
dengan nama Radyapustaka. Radya berarti Raja dan Pustaka berarti buku atau
kumpulan literatur yang berarti museum ini merupakan museum yang diinisiasi
sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan oleh Keraton.
Pengelolaan museum Radyapustaka dari masa ke masa selalu mempunyai
sejarah dan cerita tersendiri. Selma didirikan terhitung satu abad, setidaknya
terdapat tujuh orang yang memimpin Museum Radyapustaka. Dimulai dari RTH.
Djojodiningrat. Sebagai pemimpin pertama RTH Djojodiningrat merintis museum
sebagai salah satu pusat pengetahuan di zamannya.
3
Harapan berdirinya Museum Radyapustaka pada saat itu memang
bertepatan dengan semangat penyebaran pengetahuan dan sastra dari lingkungan
Keraton Surakarta. Dengan dibangunnya Kota Surakarta pada saat itu menjadi
salah satu kota yang flamboyant menjadikan Kota Surakarta memiliki posisi yang
strategis.
Dengan adanya perhatian yang besar kepada museum maka terdapat suatu
kontribusi yang besar bagi perkembangan pemebntukan kebudayaan suatu
masyarakat. Mengingat salah satu fungsi museum sebagai fungsi edukasi histori,
seudah selayaknya museum-museum besar di Indonesia memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk mengamban amanah dalam misi pembentukan karakter dan
jatidiri suatu bangsa.
1.2 Tujuan PKN
Tujuan pelaksanakan kegiatan PKN yang kemudian diakhiri dengan
penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui hubungan politik dengan
kebudayaan khususnya budaya Jawa yang tergambar dalam beberapa peninggalan
dari masa Keraton Kasunanan Surakarta yang tersimpan di Museum
Radyapustaka. Sebagaimana salah satu fungsi museum sebagai fungsi edukasi
yang juga terkait dengan edukasi politik yang terkait dengan beberapa peristiwa
politik di masa itu. Sehingga penulis berusaha untuk menggambarkan hubungan
itu selama melakukan Praktek Kerja Nyata di Museum Radyapustakal. Selain itu
4
kegiatan PKN yang dilakukan penulis di Museum Radyapustaka Surakarta
mempunyai tujuan bagi mahasiswa sendiri, institusi pendidikan yaitu Universitas
Brawijaya dan bagi instansi tempat mahasiswa melakukan PKN yaitu:
1.2.1 Tujuan Bagi Mahasiswa
1. Melaksanakan kurikulum yang berlaku di Universitas Brawijaya mengenai
program PKN dan melaksanakan kurikulum di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik untuk mata kuliah PKN.
2. Menambah pengetahuan, pengalaman dan kepekaan bagi mahasiswa
khususnya mahasiswa program studi ilmu politik dalam kajian kebudayaan
dan politik.
3. Melihat langsung hubungan budaya dan politik yang telah dipelajari
sehingga dapat membandingkan pengetahuan yang telah diperoleh di
Universitas Brawijaya dengan kenyataan di lapangan.
4. Meningkatkan kemandirian dan kedisiplinan mahasiswa terhadap
pemahaman akan budaya kerja profesional yang menuntut kerjasama,
kualitas kerja, ketepatan waktu dan bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas.
5. Mendapatkan data-data yang dibutuhkan dari instansi terkait melalui
proses penelitian untuk dapat menyusun laporan PKN.
5
6. Memperoleh kesempatan untuk membandingkan kemampuan dan hasil
kerjanya dengan kemampuan hasil kerja para pekerja yang telah
berpengalaman. Dengan adanya perbandingan ini, diharapkan mahasiswa
dapat memperluas pengetahuan dan pengalamannya dalam hal apapun
berdasarkan kenyataan praktik di lapangan kerja.
1.2.2 Tujuan Bagi Universitas Brawijaya
1. Mendapatkan umpan balik dari lapangan mengenai isi materi yang telah
diberikan di bangku kuliah.
2. Memperoleh masukan tentang masalah-masalah di tempat praktik kerja
lapangan.
3. Dapat mengembangkan badan penelitian yang ada di Universitas
Brawijaya.
4. Mendapatkan sebuah media pembelajaran yang efektif bagi
mahasiswanya.
5. Mendapatkan bahan masukan dalam penyusunan kurikulum yang
berkompeten dan sesuai dengan dunia kerja dari waktu ke waktu.
6
1.3 Manfaat PKN
Sesuai dengan aturan matakuliah Praktik Kerja Nyata yang telah
ditetapkan oleh pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, bahwa jangka waktu
pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Nyata adalah minimal 1 bulan dan maksimal 3
bulan. Lalu penulis memutuskan untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja
Nyata ini dalam jangka waktu 1 bulan. Dalam kurun waktu 1 bulan tersebut
penulis akan mendapatkan banyak sekali manfaat yang bisa dijadikan sebagai
bahan pembelajaran bagi penulis. Selain itu manfaat penting untuk mahasiswa
adalah pengalaman kerja dan sebagai sarana untuk mengapliksikan teori yang di
dapat selama mengikuti perkuliahaan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa kegiatan Praktik Kerja Nyata
ini bukan hanya bermanfaat bagi mahasiswa saja, akan tetapi pihak Program Studi
Ilmu Politik beserta instansi terkait yakni Museum Radyapustaka juga bisa
mendapatkan manfaatnya. Manfaat yang akan didapat oleh ketiga pihak tersebut
adalah sebagai berikut :
1.2.2 Bagi Program Studi Ilmu Politik
1. Memberikan bahan masukan sebagai stimulus peningkatan sumber daya
manusia, melalui peningkatan bahan perkuliahan sebagai inspirasi untuk
rancangan pengabdian masyarakat dan penelitian.
2. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga terkait sebagai usaha
meningkatkan serapan pekerjaan bagi lulusan mahasiswa.
7
3. Memperoleh mahasiswa yang sudah siap dan mempunyai pengalaman
untuk bekerja langsung di ranah politik, sehingga eksistensi Program Studi
Ilmu Politik Universitas Brawijaya menjadi diminati oleh banyak orang.
4. Meningkatkan Akreditasi Program Studi Ilmu Politik Universitas
Brawijaya, dengan menyiapkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan siiap
untuk berkiprah didunia perpolitikan Indonesia.
5. Sebagai bahan masukan dan evaluasi pendidikan di Program Studi Ilmu
Politik Universitas Brawijaya, agar dikemudian hari bisa disempurnakan
lagi kegiatan Praktik Kerja Nyata ini.
1.3.3 Bagi Instansi Terkait
1. Program PKN ini dapat dijadikan sebagai forum observasi dari Instansi
atas kompetensi mahasiswa.
2. Memperoleh masukan yang mungkin dapat membantu penyelesaian studi
kasus di lapangan sesuai dengan konsentrasinya.
3. Menjalin hubungan kerja sama dalam bidang pendidikan dengan institusi
sebagai suatu badan penelitian.
8
BAB II
KERANGKA KONSEP KEGIATAN
2.1 Tinjauan Teoritis
Suatu capaian peradaban suatu masyarakat dapat diukur berdasarkan
beberapa indikator-indikator yang kasat mata diantaranya : adanya bukti fisik
berupa peninggalan dan artefak yang merupakan hasil penciptaan oleh suatu kaum
pada periode waktu tertentu.
Yang kedua adalah dengan adanya bukti yang halus, yaitu tentang
karakteristik, perkembangan pemikiran, falsafah dan pola kehidupan yang telah
tertata sebagai tanda kemajuan. Bukti yang pertama dapat dirasakan, disimpan dan
dilihat untuk periode waktu yang temporal, begitupun dengan bukti yang kedua.
Namun bukti non-fisik akan berkembang bersentuhan dengan perkembangan dari
luar.
Adanya museum sebagai salah lembaga yang melestarikan benda-benda
sejarah dan kebudayaan suatu masyarakat merupakan sebuah ukuran untuk dapat
mengetahui sejauh apa pencapaian yang telah dilakukan di masa lalu juga sebagai
media refleksi untuk melakukan hal di waktu yang akan mendatang.
Karl Marx, dalam teorinya tentang perkembangan masyarakat mengatakan
bahwa adanya patung-patung sebagai salah bentuk kepercayaan kuno terhadap
leluhur, terhadap adanya sesuatu yang ghaib di masyarakat timur dan Eropa Utara
9
dan Eropa Timur kala itu merupakan salah satu ciri masyarakat yang terbelakang,
karena dalam pandangannya tentang sejarah yang dialektis-ilmiah menolak segala
hal yang tidak bisa dijelaskan oleh indra dan rasio. Karl Marx berpendapat bahwa
masyarakat yang paling terdidik dan berbudaya adalah masyarakat Komunis,
masyarakta tanpa kelas yang ditandai oleh tidak adanya kepemilikan pribadi dan
kekuasaan mutlak negara dalam politik dan perekonomian.
Adanya tranformasi paradigma yang terjadi dalam suatu masyarakat
membawa dampat psikologis, politik, kultural dan multidimensional lainnya.
Penandaan perkembangan masyarakat ini dalam masyarakat Jawa tradisional
masih begitu lambat karena pola politik yang masih sangat sentralistik.
Di Surakarta pada zaman Paku Buwono IX dan Paku Buwono X menjadi
Sunan perkembangan ini menjadi lebih reformis. Ditandai dengan semaraknya
pembangunan besar-besaran dalam aspek fisik dan perhatian yang besar terhadap
kesustraan sebagai bentuk apresiasi terhadap kebudayaan. Adanya jalan-jalan
besar yang sampai hari ini masih relevan menjadikan
2.2 Sejarah Sebagai Pendidikan Politik
Dalam pendidikan mensyaratkan pencerdasan sebagi upaya untuk
menemukan kebenaran. Dalam dialektika sejarah, tiga bentuk waktu yaitu past
(masa lalu), present (masa kini) dan future (masa depan) memiliki dimensi yang
tidak bisa dipisahkan dan terpisahkan.
10
Prof. Ernest Barker yang merupakan ilmuwan politik yang pernah menulis
buku berjudul “Reflection on Government” pada tahun 1942 menjelaskan bahwa
“any book about politics needs grey hairs”. Maksud pada kutipan tersebut bahwa,
setiap buku tentang politik membutuhkan pemikiran dan pengalaman luas. Secara
etimologis, grey hairs diartikan rambut abu-abu atau sudah tua. Namun secara
implisit, rambut abu-abu yang dimaknai adalah, seseorang yang pemikiran dan
pengalamannya sangat luas sebagai negarawan.
Lain halnya dengan Thomas Jefferson, perancang Declaration of
Independence United State. Ketika ditanyakan mengapa ia tidak menulis sejarah
politik dari zamannya, ia menjawab “while in public life I had not the time, and
now that I am retired I am past the time”. Maksud dari kutipan Thomas Jefferson
adalah ketika semasa mengurus masyarakat dirinya tidak ada waktu, hingga
setelah pension dirinya menyadari. Thomas Jefferson mengakui bahwa waktu
akan selalu maju dan menjadi sebuah kisah. Hal inilah yang disesalkan dirinya ,
mengapa ia tidak menuliskan sesuatu yang berguna dan kelak akan menjadi
sejarah.
Dari dua kutipan tersebut, terdapat titik temu bahwa menjelaskan sesuatu
tentang politik perlu pemikiran yang dalam berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang diperoleh. Maksud pengalaman pada konteks ini ialah sejarah. Menurut F.
Ijswara dalam karanganannya di “Pengantar Ilmu Politik” menjelaskan walau
bagaimanapun pengalaman adalah perguruan tinggi yang tidak dapat digantikan
dengan pengetahuan teoritis apapun. Pengalaman luas dan pengetahuan teoritis
11
yang mendalam adalah suatu kombinasi ideal yang amat penting bagi setiap
pembahasan ilmiah teristimewa pembahasan masalah-masalah kenegaraan.
Hubungan antara sejarah dan politik memang memiliki keterkaitan yang
dalam. Seperti apa yang dilukiskan dengan tepat dan jelas dalam ucapan sarjana
politik Inggris Sir Robert Seeley yang berkata : “History without political science
has no fruit; political science without history has no root. Dengan ucapannya ini,
Seeley telah dapat memperlihatkan adanya hubungan yang erat dan intrinsic
antara kedua pengetahuan itu. Namun hubungan yang begitu erat sekalipun,
belum dapat membenarkan pendapat Seeley bahwa sejarah sebenarnya adalah
politik zaman lampau sedangkan ilmu politik dewasa ini adalah sejarah hari
kemudian. Pernyataan Seeley ini dapat mengakibatkan identifikasi sejarah dengan
ilmu politik. Hal ini kurang tepat sekalipun dimaksudkan dengan sejarah dalam
hubungan ini ialah sejarah politik. Sejarah adalah deskripsi kronologis dari
peristiwa-peristiwa dari zaman silam.
2.2.1 Teori Ruang Publik
Jürgen Habermas menjelaskan konsep ‘ruang publik’ sebagai ruang yang
mandiri dan terpisah dari negara (state) dan pasar (market). Ruang publik
memastikan bahwa setiap warga negara memilik akses untuk menjadi pengusung
opini publik. Opini publik ini berperan untuk memengaruhi, termasuk secara
informal, perilaku-perilaku yang ada dalam ‘ruang’ negara dan pasar. Konsep
12
ruang publik diambil dari sejarah ruang publik kaum borjuis di Jerman pada abad
delapan belas[ii]. Walaupun dalam bukunya kemudian Habermas meratapi
matinya ruang publik ini karena transisi dari kapitalisme liberal ke kapitalisme
monopoli[iii], dia tetap berargumen bahwa ruang publik tetap bisa dijadikan
sebuah ‘tipe (konsep) ideal’[iv] untuk prospek demokrasi pada masa kini. Tidak
seperti pendahulunya di Frankfurt School (lihat Dialectic of Enlightenment yang
ditulis pembimbing Habermas yaitu Horkheimer bersama Adorno[v]) yang
cenderung pesimis terhadap prospek demokrasi, Habermas punya harapan besar
bahwa proyek pencerahan bisa dilanjutkan dengan cara membangkitkan
rasionalitas publik melalui medium dialog. Studi ini kemudian menjadi latar
belakang penelitiannya tentang teori aksi komunikatif (theory of communicative
action).
Dalam The Theory of Communicative Action[vi], Habermas berargumen
bahwa masyarakat modern terdiri dari ‘dunia-kehidupan’ (lifeworld) dan ‘sistem’
(system). Konsep teoretis ini mendemonstrasikan akar-akar dari ‘aksi instrumental
atau strategis’ (instrumental or strategic action) dan aksi komunikatif
(communicative action). Sistem, menurutnya, terdiri dari subsistem ‘uang’ dan
‘kuasa’, dan di dalam subsistem ini perilaku manusia diinstrumentalisasikan untuk
mencapai tujuan subsistem-subsistem tersebut. ‘dunia-kehidupan’, di sisi lain,
biasanya ‘kondusif untuk otonomi, artinya pencapaian tujuan yang dipilih sendiri,
yang tidak mungkin terjadi dalam sistem’[vii]. Dengan menjadi rumah bagi aksi
komunikatif, ‘dunia-kehidupan’ memungkinkan para peserta untuk mencapai
13
tujuannya secara kooperatif dengan pemahaman akan situasi yang didefinisikan
bersama-sama[viii]. Sebagai mekanisme untuk mencapai pemahaman, terkandung
di dalam aksi komunikatif adalah potensi rasional. Potensi rasional dari aksi
komunikatif ini terdiri dari keterbukaan pada logika (reason) dan pendapat
(argument). Di dalamnya, konsensus dicapai melalui pertukaran persetujuan dan
ketidaksetujuan yang menggunakan logika. Dengan argumen teoretis ini,
Habermas juga berpendapat bahwa tujuan dari perubahan sosial adalah untuk
memastikan bahwa ‘dunia-kehidupan’, atau ‘ruang publik’, ada secara mandiri
terlepas dari tendensi ‘sistem’ dan subsistemnya yang menjajah.
2.3 Fokus Praktek Kerja Nyata
Dalam menjalankan kegiatan Praktik Kerja Nyata ini penulis
memfokuskan pembahasan kepada Fungsi Pendidikan Budaya dan Sejarah
Museum Radyapustaka mengingat Museum Radyapustaka adalah museum tertua
di Republik Indonesia. Hal ini penting karena dengan faktor usia yang sudah tidak
muda lagi tentu banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa diambil dari sejarah-
sejarah museum terdahulu.
Museum Radyapustaka menyimpan beberapa naskah dan koleksi buku tua
baik itu berbahasa Indonesia, Belanda, Jawa, Inggris dan bertuliskan latin
maupun Jawa. Ada sebuah adagium yang menyatakan bahwa buku adalah jendela
dunia. Maka sebuah syarat mutlak untuk mempelajari kebudayaan Jawa
khususnya harus membaca naskah-naskah Jawa Kuno.
14
Museum Radyapustaka dalam hal itu pernah bekerjasama dengan Nancy
K. Florida untuk pembuatan microfilm buku-bukunya yang berisi tentang katalog
naskah Jawa Kuno yang salah satunya berada di Museum Radyapustaka.
Pembuatan microfilm ini atas inisiatif nancy, seorang warga negara Amerika yang
mempunyai perhatian terhadap naskah-naskah Jawa Kuno di Museum
Radyapustaka dan tempat-tempat lain.
Berhubungan dengan dilaksanakanya praktek kerja nyata ini, penulis
mencoba menggali informasi dan mengamati secara langsung bagaimana
tindakan-tindakan tersebut bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Artinya,
mahasiswa belajar untuk melihat lebih dekat bagaimana penerapan penanganan
konflik guna meningkatkan kualitas dalam bermasyarakat.
2.4 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Penulis mengikuti beberapa proses-proses
secara umum di Museum Radyapustaka, yaitu sebagai berikut :
1. Mempelajari lingkup kerja dan agenda kerja
2. Mempelajari peran dan fungsi yang dilakukan oleh
3. Ikut berpartisipasi dalam mengelola data dan bahan untuk kegiatan sehari-
hari
4. Mengikuti hearing dan rapat tentang sosialisasi baik internal maupun
15
16
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Gambaran Umum
3.1.1 Profil Museum Radyapustaka
Museum sendiri pada dasarnya sebuah ruang bersama untuk mengenali diri
sendiri maupun mengenali orang lain. Mengenali diri sendiri bagi masyarakat
yang berasal dari lingkungan dimana museum itu berada, dan akan menjadi ruang
mengenali orang lain bagi masyarakat dari luar untuk mengetahui jejak peradaban
bangsa/masyarakat yang terekam dalam museum itu.
Pendapat itu didasarkan bahwa penciptaan karya budaya selalu merupakan
penciptaan kembali dari apa yang telah dicapai sebelumnya dan diendapkan
kembali dalam tradisi kebudayaannya. Manusia adalah makhluk menyejarah;
masa lampaunya adalah salah satu dari museum besar dan penting yang harus
mendapat catatan khusus. Berdiri sejak 28 Oktober 1890, Radyapustaka
merupakan lembaga ilmu pengetahuan dan museum tertua di Indonesia yang
didirikan oleh putra bangsa.
3.1.2 Sejarah Museum Radyapustaka
Semula museum ini bernama Paheman Radyaustaka. Secara terminologis,
paheman berrti tempat berkumpul, radya berarti raja dan pustaka berarti artinya
17
buku atau kitab1. Ratusan buku klasik milik Keraton Kasunanan Surakarta yang
merupakan karya para raja dan pujangga istana tersimpan di dalamnya. Tak heran
jika di halaman gedung Radyapustaka terdapat patung dada Raden Ngabehi
Ronggowarsito, salah satu pujangga besar Jawa yang sangat termasyhur. Patung
tersebut diresmikan pada tahun 1953 oleh Presiden Soekarno.
Paheman Radyapustaka didirikan pada tanggal 28 Oktober 1890 oleh
KRA Sosrodiningrat IV, pepatih di Keraton Kasunanan Surakarta pada masa
pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono IX dan Sri Susuhunan Paku Buwono
X. Untuk menghargai jasanya kemudian dibuatkan patung dada KRA
Sosrodiningrat IV yang sekarang ditempatkan di tengah ruang pamer museum.2
1 Seputar Museum,Mengenal Museum Radyapustaka Hlm. 4 2 Seputar Museum, Mengenal Museum Radyapustaka Hlm 14
18
Gbr. 1 Sunan Pakubuwono IX
19
Gbr.2 Sunan Pakubuwono X
20
Gbr. 3 KRA Sosrodiningrat IV
Seiring waktu, Paheman Radyapustaka tidak hanya menyimpan koleksi
kepustakaan namun juga menyimpan benda-benda bersejarah yang dikumpulkan
dari berbagai lokasi dan sumbangan sejumlah tokoh. Karena itulah selanjutnya
lebih dikenal sebagai Museum Radyapustaka, untuk memberikan gambaran
bahwa di tempat itu tidak hanya menyimpan pustaka-pustaka lama, namun juga
menyimpan benda-benda bersejarah lainnya yang merupakan warisan budaya
masa lalu.
Semula Museum Radyapustaka menempati Panti Wibawa di kompleks
Kepatihan Surakarta ( sekarang menjdi kantor Kejaksaan Negeri Surakarta). Dari
21
tempat itulah cikal bakal perpustakaan Radyapustaka juga aktif dalam bidang
penerbitan, misalnya dengan menerbitkan candrawarti (majalah bulanan)
Sasadara.3
Selanjutnya para pengurus paheman memohon kepada Sru Susuhunan
Paku Buwono X untuk memanfaatkan Loji Kadipolo di Sriwedari yang saat itu
msih kosong untuj kepentingan Radyapustaka. Atas perkenan raha, Museum
Radyapustaka pindah ke Loji Kadipolo pada 1 Januari 1913.
Adapun Loji Kadipolo adalah bagian dari areal lahan yang dibeli oleh Sri
Susuhunan Paku Buwono X dari seorang warga Belanda bernama Johanes
Busselar, dengan akta notaris13/VII Tahun 1877 nomor 10 tanah eigendom.
Lahan yang dibeli dengan harga 65 ribu Gulden Belanda itu kemudian dijadikan
taman wisata atau yang kemudian terkenal dengan nama Kebon Rojo.
3.1.3 Pengelolaan Museum Radyapustaka
Selama lebih dari seabad berdiri, Museum Radyapustaka telah mengalami
pasang surut dan pahit getir sebagai sebua lembaga pengembangan kebudayaan
dan sekaligus panyimpan pustaka dan benda peninggalan sejarah. Selama itu pula
museum ini telah memberikan kontribusi besar dan mengalami pergantian
pengelolaan. Sejak didirikan hingga sekarang setidaknya Museum Radyapustaka
telah dipimpin oleh tujuh masa kepengurusan.
3Buletin Sasadara, Hlm 2
22
Pimpinan pertama Radyapustaka selaku ketua Paheman adalah RTH
Djojodiningrat. Sebagai pimpinan pertama, RTH Djojodiningrat banyak berjasa
sebagai perintis. Untuk menghormati jasa-jasanya, namanya diabadikan sebagai
nama salah satu bangunan (dulu menjadi ruang baca) di Museum Radyapustaka
yaitu gedung Walidyasana yang diambil dari nama kecil RTH Djojodiningrat
yakni Walidi. RTH Djojodiningrat memimpin Radyapustaka hingga tahun 1905.
Kepemimpinan Radyapustaka berikutnya dipegang oleh RT Djojonagoro
sejak tahun 1905 hingga 1914. Pada masa inilah Radyapustaka pindah dari
Kepatihan ke lokasi baru di Loji Kadipolo Sriwedari pada 1 Januari 1913.
Berikutnya RT Wurjoningrat memegang kendali Radyapustaka (1914 –
1926). Pada masa kepemimpinannya, sebagai lembaga ilmu pengetahuan
Radyapustaka menggelar musyawarah mengenai ejaan aksara Jawa. Ejaan ini
dipergunakan hingga kini untuk pedoman penulisan Huruf Jawa yang dikenal
sebagai Ejaan Sriwedari yang diresmikan penggunaannya pada 9 Desember 1922.
Pada masa kepemimpinannya juga Radyapustaka membuka brbagai kursus seni
budaya.
Setelah itu, kepemimpinan Radyapustaka dipegang oleh GPH
Hadiwidjojo. Putra Sri Susuhunan Paku Buwono X ini tercatat sebagai pimpinan
Radyapustaka paling lama yaitu dari tahun 1930 hingga 1975. Pada masa inilah
Museum Radyapustaka mampu mengambil peran penting dengan semakin
mengembangkan kursus-kursus seni budaya, ceramah kebudayaan dan menggelar
23
berbagai kegiatan untuk semakin mengakrabkan dan mengasah kemampuan
masyarakat di bidang seni dan budaya.
Selain menjadi pengelola museum, GPH Hadiwidjojojuga berperan
sebagai kurator. Banyak koleksi museum Radyapustaka terutama benda-benda
kuno merupakan hasil kurasinya.
Pimpinan selanjutnya adalah KRT Hardjonagoro (1975-1990). Masa
kepemimpinannya ditandai dengan brbagai capaian penting, diantaranya renovasi
bangunan museum dan penambahan ruang belakang museum, mengikutsertakan
Radyapustaka dalam pameran museum tingkat internasional, pembuatan
mikrofilm untuk sejumlah naskah-naskah kuno (bekerjasama dengan Nancy K
Florida) dan berbagai kegiatan lainnya untuk peringatan seabad Museum
Radyapustaka.
Selanjutnya KRT Darmodipuro menjadi ketua pelaksana harian Museum
Radyapustaka sejak tahun 1990 menggantikan KRT Hadjonagoro yang
mengundurkan diri. Di masa kepemimpinannya, Museum Radyapustaka
membuka jasa konsultasi pawukon (astrologi Jawa) dan pemilihan hari yang tepat
untuk menggelar acara atau perhelatan.
Sejak tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta membentuk komite untuk
memimpin dan mengelola Museum Radyapustaka. Komite tersebut diberi nama
Komite Museum Radyapustaka.
24
3.1.4 Visi dan Misi Museum Radyapustaka
Dalam ICOM (International Council of Museum) dijelaskan bahwa
museum merupakan lembaga permanen yang tidak untuk mencari keuntungan
(not-for-profit), diabdikan untuk kepentingan dan pembangunan masyarakat, serta
terbuka untuk umum. Museum mengumpulkan, melestarikan, meneliti,
mengkomunikasikan, memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan
lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan
Berkaitan dengan visi dan misi diatas sudah jelaslah bahwa tujuan utama
didirikannya museum memang untuk fungsi pendidikan sehingga sebagai sebuah
lembaga swasta yang dibantu oleh pemerintah.
25
Gbr. 4. Struktur Pegawai Museum Radyapustaka Surakarta
26
3.1.5 Lokasi Museum Radyapustaka
Lokasi Museum Radyapustaka berada di Jalan Slamet Riyadi no 275 Kota
Surakarta. Berada di Kompleks Sriwedari yang berjajar dengan Dinas Pariwisata
sebelah belakang dan Taman Sriwedari di sebelah kiri. Melihat kondisi seperti ini
wajar apabila jumlah kunjungan ke museum Radyapustaka dapat ditingkatkan
dengan promosi bersama yang massif. Namun memang keterbatasan finansial
membuat pengelolaan terkesan “sukarela”.
27
3.2 Deskripsi Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Nyata ini merupakan salah satu program yang
didesain untuk mahasiswa Ilmu Politik agar mengerti praktek teori-teori keilmuan
akademis yang selama ini diajarkan di bangku kuliah. Program kegiatan ini
didukung oleh prodi Ilmu Politik UB dengan pihak Museum Radya Pustaka dengan
harapan terjalin adanya kerjasama yang bersifat mutualisme.
Kegiatan yang dilakukan ketika Praktek kerja Magang ada dua kegiatan pokok
yaitu kegiatan Pengarsipan, Pengarah wisata (guide). Dalam pelaksanaannya
penulis dipandu oleh Mbak Yanti / Soemarni Wijayanti yang menjadi pembimbing
lapangan selama melakukan kegiatan.
PKN ini dilaksanakan di Museum Radya Pustaka yang beralamat di Jl. Slamer
Riyadi no 275 Solo. Betempat di lingkungan Taman Sriwedari membuat Museum
Radya Pustaka mempunyai tempat yang strategis dalam pengembangan promosi
wisatanya.
Ketertarikan penulis untuk mengambil tempat magang ini karena Museum
Radya Pustaka merupakan rujukan dari penulis Amerika, Nancy K. Florida yang
menulis suatu buku tentang kompilasi-kompilasi naskah Jawa Kuno, trutama
koleksi dari Surakarta dan Mangkunegaran. Di Radyapustaka sekalipun semua
naskahnya belum tertata secara tertib, Nancy mengakui bahwa koleksi yang berada
di Radyapustaka adalah koleksi yang tidak bisa dibilang main-main.
28
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penulis selama melakukan praktek kerja
nyata ialah melakukan pengidentifikasian naskah dan wawancara dengan petugas
museum terkait fungsi dan peran naskah koleksi Museum Radyapustaka di
tingkatan Kota Surakarta dan sekitarnya. Beberapa naskah seperti Babad Tanah
Jawi versi Kartosuro sedang dalam proses pemindaian. Proses pemindaian
dilakukan dengan hati-hati dan cermat mengingat naskah kuno rentan untuk sobek
dan rusak. Kondisi penyimpanan naskah kuno juga ditempatkan di ruang khusus
yang terpisah dari ruangan buku-buku baru. Ruangan untuk naskah terletak di
lorong antara ruang etnografi dan ruang depan.
Gbr. 6 Ruang Naskah Museum Radyapustaka
29
3.2.4 Tabulasi Agenda Hasil Kegiatan
Tabel 3.2.4.1
Agenda Kegiatan PKN
No Hari, tanggal
Waktu
Datang
(Pk)
Waktu
Pulang Kegiatan
1 Jum’at, 23 Januari 09.00 11.30 Perkenalan dan Pembekalan materi mengenai Museum
Radyapustaka
2 Sabtu, 24 Januari 09.00 14.00 Tour Setiap Ruangan Museum Radyapustaka Oleh
Pembimbing
3 Minggu, 25
Januari 09.00 14.00 Pembekalan materi dan pelatihan tour guide
4 Selasa, 27 Januari 09.00 14.30 Pembekalan materi kepustakaan perpustakaan Museum
Radyapustaka
5 Rabu, 28 Januari 09.00 13.30 Kerja bakti di ruangan ethnografi
6 Kamis, 29 Januari 09.00 14.00 Pengarsipan dan pendataan ulang buku – buku
7 Jum’at, 30 Januari 09.00 15.00 Mengikuti kelas karawitan dan pengarsipan buku
8 Sabtu, 31 Januari 09.00 14.00 Mengikuti tour guiding terhadap anak-anak SDN II Boyolali
9 Minggu, 1 09.00 14.00 Pengarsipan dan pendataan ulang buku-buku
30
Februari
*Disambung pada halaman berikutnya
No Hari, tanggal
Waktu
Datang
(Pk)
Waktu
Pulang Kegiatan
10 Selasa, 3 Februari 09.00 14.00 Pengarsipan dan pendataan ulang buku-buku
11 Rabu, 4 Februari 09.00 14.00 Pembekalan materi dan pelatihan katalog
12 Kamis, 5 Fabruari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris
13 Jum’at, 6 Februari 09.00 15.00 Komputerisasi data-data buku dan mengikuti kelas karawitan
14 Sabtu, 7 Februari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris
15 Minggu, 8
Februari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris
16 Selasa, 10
Februari 09.00 14.00 Pelatihan dan bimbingan proses digitalisasi naskah kuno
17 Rabu, 11 Februari 09.00 14.00 Digitalisasi naskah kuno
18 Kamis, 12
Februari 09.00 14.00 Digitalisasi naskah kuno dan pendataan ulang buku-buku
19 Jum’at, 13 09.00 11.30 Digitalisasi naskah kuno dan pendataan ulang buku-buku
31
Februari
20 Sabtu, 14 Februari 09.00 14.00 Pengarsipan dan pendataan ulang buku-buku
21 Minggu, 15
Februari 09.00 14.00
Mengikuti acara festival jenang Solo (peringatan hari jadi
Kota Solo)
No Hari, tanggal
Waktu
Datang
(Pk)
Waktu
Pulang Kegiatan
22 Selasa, 17
Februari 09.00 14.00
Membantu proses pengatalogan buku koleksi Museum
Radyapustaka
23 Rabu, 18 Februari 09.00 14.00 Membantu proses pengatalogan buku koleksi Museum
Radyapustaka
24 Kamis, 19
Fabruari 09.00 14.00 Pelatihan dan bimbingan proses recoding buku-buku
25 Jum’at, 20
Februari 09.00 11.30
Menyaksikan pentas sastra dan monolog di halaman Museum
Radyapustaka
26 Sabtu, 21 Februari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris
27 Minggu, 22
Februari 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris
16 Selasa, 23 09.00 14.00 Komputerisasi data-data buku yang telah diinventaris
32
Februari sekaligus mohon pamit kepada seluruh pengelola museum,
terutama kepada pembimbing lapangan yakni, Soemarni
Wijayanti.
Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerha Nyata
Gbr. 7 Tampak Depan Museum Radyapustaka
33
Gbr. 8 alat digitalisasi naskah Kuno
Gbr. 9 Proses Digitalisasi Naskah Kuno
34
Gbr. 10 kegiatan Latihan gamelan bulanan di Museum Radyapustaka
Gbr. 11 Proses Pembersihan lemari Wayang
35
Gbr. 12 Latihan Teater dan Tari di Museum Radyapustaka
36
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Museum Radyapustaka sebagai Sarana Edukasi Kultural-Politik
Politik dalam pengertian lebih luas adalah suatu cara untuk mengatur hajat
hidup orang banyak. Istilah pendidikan politik dalam Bahasa Inggris sering
disamakan dengan istilah political sucialization. Istilah political sosialization jika
diartikan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi
politik.Oleh karena itu, dengan menggunakan istilah political sosialization banyak
yang mensinonimkan istilah pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik,
karena keduanya memiliki makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi
politik adalah pendidikan politik dalam arti sempit.
Menurut Ramlan Surbakti, dalam memberikan pengertian tentang
pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik.
Surbakti (1999:117) berpendapat bahwa:
Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi
politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan
penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan
mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari
berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai
politik.
37
Pendapat di atas secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik
merupakan bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan
masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan
bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik
para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota
masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang
berlangsung dalam masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan dan
politik adalah dua unsur yang saling mempengaruhi. Pengembangan sistem
pendidikan harus selalu berada dalam kerangka sistem politik yang sedang -
dijalankan oleh pemerintahan masa itu. Oleh karena itu segala permasalahan yang
terjadi di dunia pendidikan akan berubah menjadi permasalahan politik pada saat
pemerintah dilibatkan untuk memecahkannya.
4.2 Fungsi Pendidikan Politik
Fungsi pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik
yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara
maksimal dalam suatu sistem politik.
38
Merujuk pada beberapa pengertian pendidikan politik yang telah
disebutkan sebelumnya, maka pendidikan politik mempunyai dua tujuan utama.
Pertama, fungsi pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk tata
perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politih yang dapat menjadikan setiap
individu sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, fungsi
pendidikan politik dalam arti yang lebih luas untuk membentuk suatu tatanan
masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan.
Inti dari pendidikan politik adalah mengenai bagaimana rakyat direkrut
dan disosialisasikan. Jadi, fungsi dari pendidikan politik adalah untuk
menjelaskan proses perekrutan dan upaya sosialisasi kepada rakyat untuk
mengerti mengenai peranannya dalam sistem politik serta agar dapat memiliki
orientasi kepada sistem politik.
Merujuk dari pengertian diatas, bisa dikatakan bahwa Museum juga
merupakan salah satu corong sosialisasi Politik. Namun politik yang diartikan
disini bisa juga diartikan sebagai “politik” kebudayaan dan politik adiluhung yang
selama ini telah kehilangan gaungnya karena banyaknya peminjaman
epistemologis-epistemologis barat yang tidak dibarengi dengan kedewasaan dan
kesiapan budaya untuk meneriman hasil dan produk dari Eropa pada zaman
Belanda dan segala produk budaya modernitas pada saat ini.
39
4.2 Peran Perpustakaan Museum Radyapustaka sebagai Rujukan Utama
Naskah Kuno
Nancy K. Florida adalah seorang Indonesianis asal Amerika Serikat.
Ketertarikannya terhadap budaya Jawa membuat ia pada tahun 1980 terbang ke
Jawa dan mempelajari Bahasa dan Sastra Jawa untuk dibuat sebagai buku. Salah
satu rujukan utama Nancy adalah Perpustakaan dan Ruang Manuskrip
Radyapustaka. Proyek ini memakan waktu yang lama. Atas saran dari Pengageng
Perpustakaan Reksa Pustaka Keraton Surakarta dan Ngarso Pustaka
mangkunegaran, Nancy mulai membuat microfilm dengan pengelola ketiga
perpustakaan tersebut.
Bila melihat kegigihan Nancy, nama Museum Radyapustaka memang
terkenal sebagai salah satu tempat rujukan utama untuk naskah kuno. Koleksi
salah satu versi Babad Tanah Jawa yang berasal dari Zaman Mataram Kartosuro
tersimpan dengan baik di Museum Radyapustaka.
Ruang Manuskrip yang terletak di sebelah kiri sebelum ruang etnografi
menyimpan sekitar 3000 lebih Naskah dan Manuskrip Kuno. Dalam proses
katalogisasi dan digitalisasi memang sangat membutuhkan tenaga yang
berkompeten dan paham tentang seluk beluk perawatan naskah kuno.
40
4.3. Peran Museum Radyapustaka dalam Pendidikan Budaya di Kota Solo
Membahas peran museum Radyapustaka di regional Kota Solo tentunya
Tidak lepas dari peran lembaga kebudayaan dan Lembaga pendidikan di Kota
Solo. Dalam event tahunan pameran naskah kuno di Solo pada kegiatan Eksibisi
nasksh kuno Nasional pada tahun 2007. Hal ini dilakukan dengan kerjasama
antara Pemkot Solo, Museum Nasional Indonesia, Jaringan Museum Nasional
Indonesia, Lembaga kesenian dan kebudayaan se-Solo Raya dan Museum
Radyapustaka sendiri.
Pada event ini, Museum Radyapustaka menjadi tuan rumah pameran
naskah klasik yang tidak kurang dari 5400 naskah klasik Jawa dan lainnya untuk
dipamerkan secara umum kepada masyarakat luas. Secara langsug acara ini juga
bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat luas agar
masyarakat sadara bahwa peninggalan naskah kuno adalah peninggalan yang akan
dapat dipelajari kelak sebagai identitas lokal dan identitas nasional.
4.4 Peremajaan dan Katalogisasi Koleksi Museum Radyapustaka
Peremajaan adalah istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada
suatu tindakan preventif atau pencegahan terhadap suatu benda yang terancam
rusak karena faktor usia. Istilah ini sama dengan istilah rekondisi baik dalam
ukuran bentuk maupun sistemnnya. Melihat kepada koleksi Perpustakaan
Museum Radyapustaka ada beberapa buku yang sudah berusia lanjut dan dimakan
41
rayap pada tepian-tepian bukunya. Hal ini merupakan ancaman natural bagi
keberlangsungan buku tersebut.
Martoadmodjo (1993:5) menjelaskan bahwa perawatan adalah usaha untuk
mencegah kerusakan yang lebih parah untuk bisa digunakan lebih tahan lama dan
tingkat keawetannya meningkat. Buku tua yang sudah dimakan rayap tentunya
tidak akan layak untuk dibaca sehingga fungsi peremajaan dan perawatan menjadi
sangat urgen.
Disini timbul sebuah permasalahan, bagaimanakan cara peremajaan dan
perawatan koleksi museum yang baik dan benar karena teknik penanganan benda
yang sudah tua tentunya tidak sama dengan sekedar menjadi pustakawan yang
koleksinya masih berusia muda sehingga cukup mudah. Apalagi koleksi pustaka
yang kompleks seperti surat kabar, bulletin, poster, peta, fotografi dan bentuk-
bentuk koleksi multimedia seperti CD, Piringan Hitam.
Tujuan dari adanya kegiatan peremajaan dan perawatan adalah untuk
menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam suatu koleksi,
menyelamatkan nilai fisik dan mempercepat perolehan informasi yang tersimpan
dalam bentuk disk (flasdisk, harddisk, CD, DVD) agar mudah digandakan dan di-
backup untuk sewaktu-waktu data primer hilang maka masih dimungkinkan
mempunyai data Salinan sehingga data akan aman dan dapat diakses sesuai
kebutuhan.
42
4.5 Re-Katalogisasi Koleksi Museum Radyapustaka
Setelah pemugaran dan perbaikan ulang bangunan Museum Radyapustaka
pada Januari 2014, semua koleksi museum baik yang berupa senjata, alat music,
wayang, pustaka dan manuskrip dipindahkan total ke ruang belakang untuk
diamankan sementara. Proses ini memakan waktu sekitar 3 bulan lamanya
sehingga arsip dan katalog lama disusun ulang untuk memudahkan pencarian
pengunjung yang berkepentingan.
Koleksi buku misalnya, ada perubahan-perubahan kode yang semula
menggunakan kode lama kemudian berganti menjadi kode baru. Penyusunan kode
baru ini berdasarkan tahun terbit dan jenis buku. Dibawah ini kategori buku-buku
yang disusun ulang katalognya ketika penulis masih menjalankan PKN di
Museum Radyapustaka.
4.6. Sistematika Alur Prosedur peremajaan
Sebelum menghasilkan kode setiap buku, tentu terdapat alur teknis
peremajaan yang harus dilakukan secara berurutan untuk menghindari
tercampurnya antar koleksi. Hal ini dilakukan agar pengunjung mendapatkan
kemudahan untuk melihat-lihat perpustakaan dengan fasilitas katalog. Klasifikasi
buku berdasarkan tahun terbit, jenis kertas, Bahasa, konten dan bentuk jenis buku
43
tersebut. Berbeda dengan peremajaan, digitalisasi digunakan untuk naskah dan
manuskrip yang sudah lanjut usia sehingga proses digitalisasi dan peremajan
menjadi berbeda.
Operasional dalam menjalankan peremajaan diperlukan sebagai standar
operasional. Standar tersebut ditetapkan untuk acuan kualitas. Dibawah ini adalah
alur bagan peremajaan koleksi :
44
1. Penyampulan
Dalam proses ini, buku-buku disampul agar mempercantik tampilannya.
Selain hal itu, penyampulan juga berfungsi sebagai pelindung buku agar terhindar
dan tercegah dari kerusakan. Berikut hasil dokumentasi penulis terkait kegiatan
penyampulan ini. Di gambar tersebut tertumpuk kumpulan buku yang usai
disampul
2. Recoding
Recoding merupakan pengkodean ulang terhadap kode-kode koleksi yang
sudah lama. Setiap buku akan dilabeli kode-kode tertentu sesuai susunan yang
baru. Pemberian kode bertujuan untuk mempermudah pencarian dan penataan
koleksi berdasarkan kode. Selain berguna untuk pengunjung museum, recoding
juga berguna untuk pengurus Museum.
Pada tahapan ini, sebenarnya sebagian buku yang terinvetaris sebelum
tahun 2011 telah terkode setiap bukunya. Namun yang menjadi kendala ialah
kode-kode tersebut tidak terspesifik secara detail, sehingga ini menyulitkan
pengunjung berserta pengurus museum pula. Berikut contoh perbedaan kode buku
terdahulu dengan yang sekarang:
Dengan iustrasi diatas, patut dipahamibahwa usaha recoding diperlukan
untuk penyusunan ulang karena indikator-indikator yang lama sudah usang.
45
Namun untuk recoding sekarang telah memiliki cukup indikator yang dapat
membedakan antar koleksi buku dengan buku lainnya.
3. Inventaris data buku
Inventaris data buku adalah pembuatan atau pencatatan data-data koleksi
buku yang dimiiki museum Radyapustaka (data entry). Inventarisasi ini berguna
sebagai dasar pembuatan katalog beserta sistem pencarian buku berbasis
teknologi. Proses inventarisasi ini dilakukan baik secara manual yaitu melalui
pancatatan data di buku invent dan melalui proses komputerisasi. Perlu diketahui
bahwa buku invent merupakan kumpulan data-data koleksi milik Museum
Radyapustaka.
Pendataan buku merupakan sesuatu yang sangat wajar dalam ranah
kepustakaan. Tahapan ini akan menjadi dasar dari segala kegiatan kepustakaan
karena data merupakan sesuatu yang perlu disimpan sebagai bukti otentik suatu
kepemilikan. Berikut beberapa contoh buku yang telah terinventarisasi di Museum
Radyapustaka :
Kategori Fotocopy : Dalam kategori ini, kebanyakan dan hampir semua
buku adalah hasil fotocopy. Bentuk rupa buku pada kategori ini pun cenderung kusut
dan lapuk karena faktor usia, maka dari itu salah satu caranya ialah dengan
merekondisi kembali melalui cara fotocopy . Hampir keseluruhan koleksi pada
kategoi ini memuat bahasan budaya, sejarah dan adat istiadat suatu daerah.
46
Diantaranya seperti Serat Kalatidha tulisan Ronggowarsito, serat Centhini jilid 1 – 14
dan sejenisnya. Selain itu, aksara beserta bahasa asing yakni Belanda, Inggris serta
Jawa. Penggunaan aksara ada juga yang menggunakan aksara Jawa dan Kawi. (Kode
: [nomer buku]/FTCopy/RP/2010)
Kategori Baru : Jika terdapat sesuatu yang lama, maka terdapat sesuatu
yang baru pula . pada kategori ini memang buku-buku baru hasil hibah yang baru
saja didata. Jenis buku dalam kategori rata-rata terbitan tahun 2000-an dan
seterusnya. Kondisi buku-bukunya pun masih tergolong bagus. (Kode : [nomer
buku]/BR/RP/2010)
Kategori Lama : Pada umumnya, buku koleksi di Museum Radyapustaka
merupakan buku-buku lama. Tetapi dalam kategori ini, koleksi buku lebih cenderung
menyentuh soal buku-buku sejarah nasional Indonesia. Rata-rata buku pada kategori
lama merupakan terbitan sekitaran awal abad 20-an hingga tahun 1970. (Kode :
[nomer buku]/LM/RP/2010)
Kategori Majalah : Majalah-majalah dari tahun ketahun terkumpul pada
kategori ini. Umumnya majalah yang terkumpul merupakan kumpulan jurnal seputar
sejarah dan museum. (Kode : [nomer buku]/MJLH/RP/2010)
Kategori buletin : Sama seperti pada majalah, kategori buletin merupakan
kumpulan koleksi buletin. Namun bedanya buletin dengan majalah ialah konten
beserta bahasanya. Di kategori ini, biasanya tersimpan dan terkumpul buletin kiriman
dari instansi-instansi pemerintahan, asosiasi museum dan semacamnya. Hal tersebut
juga termasuk perbedaan antara kategori majalah dengan buletin. . (Kode : [nomer
buku]/BLTN/RP/2010)
47
Kategori Sastra Daerah : Di kategori ini terkumpul macam sastra
beberapa daerah seperti Jawa, Sunda, Melayu, Bali dan lain-lain. Selain itu juga,
kumpulan cerita rakyat pun ada beserta bermacam-macam babad dari berbagai
daerah. (Kode : [nomer buku]/SASDA/RP/2010)
Kategori Budaya : Pada kategori ini, selain menyimpan berbagaii macam
hasil karya sastra, ada pula kumpulan buku studi antropologi dan kajian terkait
budaya, cultural studies, dan sosiologi. (Kode : [nomer buku]/BUD/RP/2010)
Kategori Indonesia : Pada kategori Indonesia tidak ada yang khusus
karena kategori ini dibedakan berdasarkan bahasanya dengan buku-buku dan koleksi
yang berbahasa Jawa. Pemberian label kategori beserta kode buku-bukunya pun
merupakan recoding pertama dari setiap kategori terhitung sejak tahun 2010. Pada
kategori Jawa pun demikian, karena hal tersebut merupakan penanda antara bahasa
Jawa dengan bahasa Indonesia. Namun buku-buku yang telah dilabeli kategori-
kategori saat ini adalah bentuk revisi dan klasifikasi sebelumnya. (Kode : [nomer
buku]/INDO/RP/2010)
Kategori Kamus : Seperti namanya, jadi dalam kategori ini berbagai
macam kamus tersedia. Beberapa koleksi diantaranya seperti kamus Jawa –
Indonesia – Inggris dan bahkan kamus Kawi- Belanda Kawi-Jawa pun ada. (Kode :
[nomer buku]/KMS/RP/2010)
Kategori Naskah Belanda*
Kategori Naskah Inggris*
Kategori Naskah Kuno Jawa**
*Buku yang belum diperbaharui kodenya
48
**Kategori Naskah Jawa Kuno di ruangan khusus yakni ruangan Manuskrip
dan Naskah
4.2 Digitalisasi Naskah Kuno
Perkembangan teknologi informasi dewasa ini sudah sangat cepat. Kondisi
ini mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk didalamnya adalah
perpustakaan. Produk teknologi informasi berupa perangkat keras sudah
dimanfaatkan sebagai perpustakan mulai dari alat bantu administrasi sampai
sarana membangun perpustakaan digital. Fungsi dari digitalisasi adalah
pembuatan arsip dan salinan dari data primer yang berbentuk naskah, patung, dan
peninggalah-peninggalan lainnya. Tujuanny adalah untuk mengakses naskah
tersebut tanpa membuka naskah aslinya sehingga naskah aslinya tetap terjaga.
Digitalisasi adalah suatu bentuk peremajaan arsip secara digital (e-paper).
Dalam kegiatan ini, upaya digitalisasi hanya diperkenankan untuk arsip dan
naskah-naskah kuno. Digitalisasi dapat berbentuk visual, audio dalam formt
digital. Proses ini memerlukan alat pemindaian seperti komputer, scanner, kamera
dan software pendukung.
Digitalisasi berarti proses untuk menjadikan sesuatu benda atau barang
menjadi mampu terbaca secara audio visual. Apapun barang itu entah gambar,
suara dan video. Urgensi digitalisasi bagi Museum Radyapustaka adalah untuk
49
mencegah kerusakan yang lebih parah khususnya bagi koleksi naskah-naskah
Kuno yang sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Selain untuk keperluan akademis
dan penelitian, digitalisasi sangat penting untuk menyimpan data dalam ukuran
yang sangat portable.
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil kegiatan Praktek Kerja Nyata di museum
Radyapustaka Kota Surakarta, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Museum Radyapustaka tidak hanya memamerkan sejarah kepada
pengunjung museum namun juga menyajikan rentetan proses historis
untuk menyampaikan keterkaitan koleksi demi koleksi
2. Museum Radyapustaka disamping berfungsi sebagai tempat rekreasi juga
berfungsi sebagai tempat edukasi. Adanya perpustakaan Museum juga
turut mendukung perkembangan pengetahuan kebudayaan Jawa.
3. Pendidikan kebudayaan erat kaitannya dengan kepribadian masyarakat.
Masyarakat Solo terkenal dengan slogan “The Spirit of Java”. Slogan ini
kemudian diterapkan dalam perilaku politik yang berakar kepada budaya
Jawa yang santun.
4. Pendidikan Kebudayaan berhubungan dengan mentalitas politik
birokratnya. Pendidikan politik tidak selallu berhubungan dengan
lembaga-lembaga pemerintahan dan birokrasi.
5. Sebagai museum tertua di Indonesia, Museum Radyapustaka memiliki
koleksi naskah, pusaka, benda-benda peninggalan purbakala yang tidak
ternilai harganya.
51
5.2 Saran
Setelah melakukan kegiatan Praktek Kerja Nyata di Museum
Radyapustaka penulis memiliki beberapa saran yang mungkin dapat menjadi
bahan pertimbangan dan evaluasi Pengelola untuk meningkatkan kinerjanya.
Saran tersebut antara lain sebagai berikut :
Menambah Sumber Daya Manusia yang berkualitas agar tercapai kinerja
maksimal sehingga semua kegiatan bisa dilaksanakan secara maksimal.
Dibutuhkan pengkajian intensif tentang prospek Museum Radyapustaka ke
depan agar pengelolaan lebih professional
Perlunya peningkatan pelayanan terhadap pengunjung
Pembaharuan dan Pemeliharaan data dan informasi pada Website
Museum Radyapustaka.
DAFTAR PUSTAKA
52
Buku
Sunarti, Sri & Suhardi , Sosiologi 2 (untuk SMA/MA kelas XI), Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009
William W. Lambert dan Wallace E. Lambert: Sociale Psychologie, Prisma:
Boeken Utrecht-Antwerpen, 1965.
Dahrendorf, Ralf.”The modern social conflict: an essay on the politics of liberty”.
University of California Press, 1990.
Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, PT Gramedia, Jakarta, 1983.
Soerjono Soekanto, SOSIOLOGI: Suatu Pengantar, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 1982
Robin Williams Jr., American Society, New York: A. Fred A. Knopf 1960
Internet
Anonim, http://id.wikipedia.org/wiki/Keamananan (diakses tanggal 28 September
2014)
http://www.aktual.co/sosial/165745dprd-malang-tanggapi- kebijakan- jalan- buka-
tutup one-way diakses tanggal 28 September 2014)
http://regional.kompas.com/read/2014/10/16/1144434571/Ribuan.Warga.Berdemo.
Lagi.Wali.Kota Malang.Dapat.Hadiah.Bom. (diakses tanggal 28
September 2014)
Dheephoer. 2012. Pemerintahan Malang Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik.
Web: http://blog.ub.ac.id/dheephoer/pemerintahan-malang/badan-dan-
kantor/bakesbangpol/ (diakses tanggal 1 juni 2014)
53
Enitas. 2012. Kasus Pegawai Bakesbang. Web: http://www.entitashukum.com/staf
dinas-bakesbangpol-kota-malang-memalsukan-sk-walikota-untuk-garong-
pinjaman-bank/ (diakses tanggal 1 juni 2014)
Dokumen Perundang-undangan
Peraturan Daerah Kota Malang No. 7 Tahun 2012 Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu, Badan Kepegawaian Daerah dan Lembaga Teknis
Daer