bab, i, ii, iii, iv, v copy

52
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi kemanusiaan yang tertinggi dan menjadi pembeda manusia dengan makhluk lain. Di dunia modern saat ini, kemampuan membaca dapat menentukan kualias seorang manusia. Banyak membaca dapat menjadikan seseorang memiliki ilmu pengetahuan luas, bijaksana, dan memilik nilai-nilai lebih dibandingkan orang yang tidak membaca sama sekali, sedikit membaca atau hanya membaca bacaan tidak berkualitas. Baca atau membaca dapat dirtikan sebagai kegiatan menelusuri, memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbol. Simbol dapat berupa rangkaian huruf-huruf, dalam suatu tulisan atau bacaan, bahkan gambar. Walaupun membaca diartikan demikian, tetapi secara khusus membaca diartikan mengerti tulisan. Sekarang bagaimana menjadikan anak mampu membaca dengan baik? Untuk menjadikan anak mampu membaca yang terpenting dilakukan orangtua dan guru adalah memilih media atau sarana yang dapat membantu mengasah kemampuannya dengan cara yang menyenangkan. Pendidikan di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain sesuai dengan perkembangan anak didik. Pelaksanaan pendidikan tersebut harus terencana,

Upload: nona-mere

Post on 13-Apr-2017

1.591 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi kemanusiaan yang

tertinggi dan menjadi pembeda manusia dengan makhluk lain. Di dunia

modern saat ini, kemampuan membaca dapat menentukan kualias seorang

manusia. Banyak membaca dapat menjadikan seseorang memiliki ilmu

pengetahuan luas, bijaksana, dan memilik nilai-nilai lebih dibandingkan orang

yang tidak membaca sama sekali, sedikit membaca atau hanya membaca

bacaan tidak berkualitas. Baca atau membaca dapat dirtikan sebagai kegiatan

menelusuri, memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbol. Simbol

dapat berupa rangkaian huruf-huruf, dalam suatu tulisan atau bacaan, bahkan

gambar.

Walaupun membaca diartikan demikian, tetapi secara khusus membaca

diartikan mengerti tulisan. Sekarang bagaimana menjadikan anak mampu

membaca dengan baik? Untuk menjadikan anak mampu membaca yang

terpenting dilakukan orangtua dan guru adalah memilih media atau sarana

yang dapat membantu mengasah kemampuannya dengan cara yang

menyenangkan.

Pendidikan di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan dengan prinsip

bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain sesuai dengan

perkembangan anak didik. Pelaksanaan pendidikan tersebut harus terencana,

Page 2: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

2

terprogram dan tetap memperhatikan tingkat perkembangan anak. Penggunaan

strategi, metode, sumber dan media belajar mengajar harus disesuaikan

dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak didik.

Membaca dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat

penting. Membaca merupakan sarana utama bagi seorang anak untuk

mengasah keingintahuannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca

yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam

mengungkapkan pikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan

lingkungannya. Oleh karena itu, perkembangan kemampuan membaca anak

dalam proses pembelajaran harus memperoleh perhatian yang serius bagi

pendidik (utamanya guru dan orangtua atau keluarga). Perkembangan

kemampuan membaca anak dapat diamati melalui kemampuan bercerita,

bercakap-cakap, membaca puisi dan sebagainya, yang kesemuanya ini dapat

diperoleh dari berbagai sumber baik melalui bahan bacaan, diceritakan orang

lain atau mendengar siaran-siaran media masa baik lewat radio atau televisi.

Upaya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak di Taman Kanak-

Kanak dapat dilakukan melalui berbagai cara dan tahapan-tahapan tertentu.

Dalam rangka untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu adanya

usaha yang harus dilakukan secara bertahap. Karena membaca merupakan

proses yang lebih rumit dibandingkan dengan proses komunikasi lisan. Hal

tersebut menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi anak terhadap

pembelajaran. Dari 18 anak yang berhasil hanya 5 anak, baru mencapai 25%.

Page 3: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

3

Itu yang terjadi di TK Santa Theresia Danga Mbay Kec. Aesesa Kab.

Nagekeo.

Oleh karena itu usaha awal yang harus ditempuh guru TK Santa

Theresia Danga Mbay membentuk kebiasaan dan kegemaran membaca

melalui media yang dipilih dengan tujuan anak dapat tertarik minat bacanya

sejak dini. Media itu adalah Stiker Huruf agar pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan dan tentunya lebih meningkatkan hasil kemampuan membaca

siswa di TK Santa Theresia Danga Mbay dengan melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) agar mencapai ketuntasan > 75%.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul

“Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia 5 Tahun melalui

Media Stiker Huruf di TK Santa Theresia Danga Mbay”.

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran aspek bahasa mengalami

berbagai masalah yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam

memahami materi. Dari kejadian tersebut penulis mendiskusikan dengan

teman sejawat sehingga diperoleh hasil identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Guru terlalu lama memberikan materi.

2. Guru kurang menyediakan fasilitas pembelajaran yang berupa alat peraga.

3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

4. Siswa kurang respon terhadap pertanyaan guru.

5. Hanya siswa yang pandai yang cepat selesai mengerjakan tugasnya.

Untuk menghindari pengembangan masalah yang terlalu luas, maka

penelitian ini dibatasi permasalahannya yaitu yang berkaitan dengan

Page 4: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

4

meningkatkan kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun melalui Media

Stiker Huruf di TK. Penelitian ini dikenakan pada anak dengan jumlah 18 di

TK Santa Theresia Danga Mbay.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana meningkatkan pemahaman anak dalam membaca melalui

Media Stiker Huruf?

C. PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan pemecahan masalah

pembelajaran dalam kelas, proses pemecahan masalah tersebut dilakukan

secara bersiklus dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan

hasil pembelajaran di kelas tertentu (Arikunto, 2008).

Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang

dikembangkan( Arikunto, 2008 : 3), yang terdiri dari:

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Pengamatan atau observasi

4. Refleksi

Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Page 5: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

5

Setiap tindakan ataupun kegiatan manusia di dunia pasti memiliki

tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui Efektivitas anak melalui Media Stiker Huruf dalam meningkatkan

kemampuan membaca anak di TK Santa Theresia Danga Mbay.

2. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan perbaikan

pembelajaran, diperoleh banyak sekali manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.

1. Secara Teoritis

a. Sebagai pendorong untuk meningkatkan pelaksanaan pendidik

sehingga dapat menjadi produk pengetahuan bagi orangtua dan guru.

b. Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan

bahasa anak terutama membaca.

2. Secara Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1. Meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar anak dalam aspek

pembelajaran bahasa.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap

konsep-konsep perkembangan bahasa yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Manfaat bagi guru

1. Memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternatif

pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi bahasa,

khususnya membaca.

Page 6: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

6

2. Menambah wawasan dan kemampuan guru dalam melaksanakan

perencanaan dan evaluasi kemampuan siswa.

3. Dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mengembangkan

profesionalisme keguruan.

c. Manfaat bagi sekolah

1. Siswa yang bersangkutan akan lebih maju karena siswa dan

gurunya sama-sama memiliki kemampuan yang bagus.

2. Sekolah tidak akan enggan atau ragu untuk melengkapi fasilitas

sarana dan prasaran demi tuntutan kemajuan zaman.

3. Sekolah dipercaya dan didukung oleh masyarakat jika mutu atau

SDM siswa dan gurunya bagus.

Page 7: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

7

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. MEMBACA

1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu aspek penting yang diajarkan,

karena kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks dan

melibatkan berbagai keterampilan. Hal ini ditegaskan oleh Grellt (dalam

Muchlisoh dkk, 1992:119), bahwa “kegiatan membaca adalah semacam

dialog antara pembaca dan penulis, tanpa kecuali anak usia dini, dan

kemampuan membaca mempengaruhi kemampuan berbicara, sehingga

dapat dikatakan bahwa membaca merupakan aspek kebahasaan yang

berfungsi sebagai pintu awal dalam membuka cakrawala berpikir

seseorang”. Demikian pula menurut Flood dan Lapp (1981:350), bahwa

“membaca merupakan suatu proses berpikir yang mana pembaca menjadi

partisipan aktif”.

Anderson yang dikutip oleh Tarigan (1986:8), menjelaskan bahwa

“membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan melalui media kata-

kata, di mana kata-kata tersebut merupakan satu kesatuan yang dapat

dilihat dan mempunyai makna. Proses membaca dimulai dari keinginan

anak untuk memahami dan melafalkan huruf sehingga menjadi rangkaian

kata-kata yang penuh makna.

Page 8: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

8

Oleh karena itu, permulaan membaca bagi anak di Taman Kanak-

Kanak harus memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari pendidik,

sehingga anak menyadari bahwa dengan membaca anak-anak dapat

memperoleh berbagai pengetahuan dan informasi dari media cetak, dan

pada akhirnya mereka dapat menginformasikan dan mengkomunikasikan

itu kepada orang lain.

2. Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan (1984:11) jenis membaca tampak seperti pada

bagan berikut. Membaca terdiri atas :

a. Membaca nyaring

Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau

membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan

suara secara nyaring pada saat membaca.

b. Membaca dalam hati.

Membaca dalam hati, terdiri atas :

1) Membaca ekstensif

Membaca Ekstensif, terdiri atas : membaca survey, membaca

sekilas dan membaca dangkal.

Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang

dilakukan secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan

banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat.

Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang

penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.

Page 9: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

9

2) Membaca intensif.

Membaca Intensif : membaca telaah isi, membaca telaah

bahasa.

Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman,

membaca kritis, membaca ide-ide.

Membaca Telaah Bahasa : membaca bahasa, membaca sastra.

Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara

saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan

mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif

merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci

terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.

Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni

membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi

meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan

membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca

bahasa dan membaca sastra.

3. Tahapan Membaca

Secara khusus, Flood dan Laap (1981:350), mengidentifikasi

tahap-tahap perkembangan kemampuan membaca pada anak yakni: “(1)

tahap fantasi (magical stage), (2) tahap pembentukan konsep diri (self

concept stage), (3) tahap membaca gambar (bridging reading stage), (4)

tahap pengenalan bacaan (teke-off reader stage), dan (5) tahap membaca

Page 10: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

10

lancar (independent reader stage)”. Tahapan-tahapan tersebut dapat

dijelaskan berikut ini.

a. Tahap Fantasi (magical stage)

Pada tahap ini anak mulai menggunakan buku, mulai berpikir

bahwa buku ini penting, melihat atau membolak-balikkan dan kadang-

kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, orang

tua atau guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh

tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak,

membicarakan buku pada anak.

b. Tahap Pembentukan Konsep Diri (self concept stage)

Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan

rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada buku-buku yang

diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan

anak membacakan berbagai buku.

c. Tahap Membaca gambar (bridging reading stage)

Pada tahap ketiga, orang tua dan guru membacakan sesuatu

pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi,

memberikan kesempatan menulis sesering mungkin.

d. Tahap Pengenalan Bacaan (take-of reader stage)

Pada tahap keempat, orang tua dan guru masih harus

membacakan sesuatu untuk anak-anak sehingga mendorong anak

Page 11: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

11

membaca sesuatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru juga

jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.

e. Tahap Membaca Lancar (independent reader stage)

Pada tahap ini, orang tua dan guru masih tetap membacakan

berbagai jenis buku pada anak-anak. Tindakan ini mendorong anak agar

dapat memperbaiki bacaannya. Membantu menyeleksi bahan-bahan

bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.

4. Metode Membaca

Berdasarkan cara penyampainnya, membaca terbagi dalam tiga

kelompok sebagai berikut:

a. Sekuensial

Pada cara ini, membaca dilakukan per bagian kata. Metode ini

tepat diajarkan pada anak-anak yang dominan menggunakan otak

kirinya. Pendekatan dilakukan secara Media Stiker Huruf,

mengenalkan masing-masing huruf, bunyi, suku kata dan

menyusunnya menjadi kata. Berikut ini beberapa metode membaca

yang digolongkan ke dalam pengajaran sekuensial.

1) Fonik

Anak diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan

memnyusunnya menjadi kata. Misalnya, anak diperkenalkan

dengan bunyi vocal bulat (seperti a,u,dan o) beberapa konsonan

bilabial (seperti b,p, dan m)dan konsonan dental (seperti t). huruf-

Page 12: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

12

huruf tersebut lazim diucapkan anak yang belajar bicara,

seperti ta-ta-ta, ma-ma-ma atau pa-pa-pa.

2) Mengeja

Memtode ini diperkenalkan abjad satu per satu terlebih

dahulu, kemudian menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya,

menghafal bunyi rangkaian abjad atau huruf menjadi sebuah suku

kata seperti metode fonik. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu

dapat menimbulkan kebingungan kepada anak, khususnya balita.

Kadang, mereka sulit menerima mengapa rangkaian huruf b dan a

harus dibaca ba (bukan be-a). kelemahan lain, anak suli

menghilangkan kebiasaan mengeja setelah menguasai rangkaian

suku kata. Misalnya proses mengeja be a ba de u du sulit

dihilangkan untuk membaca badu.

3) Suku kata

Metode ini mulai banyak digunakan karena tingkat

keberhasilan cukup baik. Anak diperkenalkan dengan penggalan

suku kata, kemudian dirangkai menjadi satu kata.

Contoh :

Ba bi bu be bo

Ca ci cu ce co

Ba ca bo bo

Page 13: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

13

Keunggulan metode ini merupakan salah satu cara yang paling

banyak digunakan saat ini karena kepraktisannya. Karena metode ini tidak

memerlukan waktu untuk mengeja terlebih dahulu .

b. Simultan

Mengajarkan membaca secara langsung, yaitu seluruh kata

atau kalimat dengan sistem “lihat dan ucapkan”. Gagasan yang

mendasari metode ini adalah membentuk hubungan antara yang dilihat

dengan yang didengarnya sehingga membentuk suatu rantai kaitan

memntal seperti yang dilakukan orang dewasa ketika membaca. Olah

karena itu, cara ini cenderung diperuntukkan bagi anak-anak yang

dominasi otak kanannya menonjol baik. Berikut ini beberapa metode

yang termasuk metode simultan.

1) Membaca gambar

Pada metode ini disajikan suatu gambar dan kata yang

menunjukkan kata gambar tersebut. Cara ini menggunakan

pendekatan permainan, misalkan mengenalkan bahwa suatu

gambar “kucing” berhubungan dengan huruf-huruf “kucing”.

2) Kartu kata atau doman

Metode ini menggunakan kartu-kartu kata yang ukuran

hurufnya besar. Mereka diperkenalkan dengan kata-kata yang

akrab disekeliling anak, misalnya ibu atau mama, bapak atau

papa. Berkali-kali kartu itu diperlihatkan kepada anak disertai

Page 14: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

14

bunyi bacaanya. Jika sudah lancar membaca maka anak

diperkenalkan kata-kata yang baru lain, demikian seterusnya.

3) Membaca “keseluruhan” kemudian “bagian”

Caranya memperkenalkan kalimat lengkap terlebih dahulu,

kemudian dipilah-pilah menjaadi kata, suku kata dan huruf.

Contoh :

ini baju

ini baju

i-ni ba-ju

i-n-i b-a-j-u

c. Eklektik

Cara ini merupakan campuran cara sekuensial dan simultan.

Percampurannya sesuai kebutuhan anak karena setiap anak merupakan

individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk

dalam hal membaca.

Sebagai orang tua dan guru dapat memilih orang yang

mengajarkan membaca.berikut alternatifnya.

1) Menyerahkan kepada guru di sekolah.

Kelemahan cara ini adalah tidak mungkin guru

memberikan layanan yang lebih baik kepada muridnya. Guru

harus memperhatikan banyak siswa dalam waktu bersamaan. Guru

tidak dapat memperhatikan masing-masing sis wa dengan

karakteristikdan gaya belajar membaca yang berbeda. Bahkan,

Page 15: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

15

sebaiknya metode belajar yang digunakan disesuaikan dengan

siswa bersangkutan.

2) Menyerahkan kepada guru privat.

Mungkin, cara ini lebih baik dari cara pertama dan cocok

bagi orangtua yang sibuk. Kelemahannya adalah waktu belajar

anak harus terencana. Jika saatnya kursus maka anak harus

kursus. Padahal, suasana hati anak mungkin sedang tidak bagus.

Untuk anak usia dini, sebaiknya hindari cara yang cenderung

klasikal.

3) Pengajaran oleh orangtua atau anggota keluarga yang dekat

dengan anak.

Ini adalah terbaik. Sisihkan sedikit waktu secara kontinu

tiap hari. Jika kesulitan meluangkan waktu, dapat meminta orang

terdekat anak (seperti nenek, kakek, atau pengasuh). Namun

orangtua perlu memberikan pelatihan terlebih dahulu pada “guru”

ini disertai pesan-pesan, seperti tidak memaksa anak.

5. Manfaat Membaca

Membaca adalah salah satu hobi terbaik yang dimiliki oleh

seseorang. Namun sungguh menyedihkan ketika mengetahui bahwa

kebanyakan dari kita tidaklah diperkenalkan dengan buku-buku yang

menakjubkan dunia. Ini adalah beberapa alasan bagi kita untuk memulai

kebiasaan ini sebelum kamu tertinggal di belakang dalam segala hal.

Page 16: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

16

Beberapa manfaat yang diperoleh anak dari kegiatan membaca,

yaitu :

a. Anak akan memperoleh pengetahuan.

b. Anak dapat mengidentifikasikan dirinya.

c. Anak menemukan nilai-nilai keutamaan untuk membina kepribadian.

d. Anak dapat berimajinasi dengan baik.

e. Anak terbantu untuk menyelesaikan problem yang harus dihadapi.

f. Anak dapat mengetahui pengalaman dan kebudayaan lain.

g. Memupuk rasa percaya diri anak.

Sedangkan menurut Annida (http://rachdie.blogdetik.com)

mengidentifikasikan delapan manfaat dari aktivitas membaca, yaitu

sebagai berikut :

a. Membaca merupakan proses mental secara aktif.

Tidak seperti duduk di depan sebuah kotak idiot (TV,

Plasystation, dll), membaca membuat kamu menggunakan otak kamu.

Ketika membaca, kamu akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal

yang kamu belum mengetahuinya. Dalam proses ini, kamu akan

menggunakan sel abu-abu otak kamu untuk berfikir dan menjadi

semakin pintar.

b. Membaca akan meningkatkan kosakata kamu.

Kamu dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu

kata (yang belum kamu ketahui) dengan membaca konteks dari kata-

kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan

Page 17: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

17

menampakkan kepada kamu begitu banyak kata yang mungkin

sebaliknya belum kamu ketahui.

c. Membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus.

Kamu perlu untuk bisa fokus terhadap buku yang sedang kamu

baca untuk waktu yang cukup lama. Tidak seperti majalah, internet

atau email yang hanya berisi potongan kecil informasi, buku akan

menceritakan keseluruhan cerita. Oleh sebab kamu perlu

berkonsentrasi untuk membaca. Seperti otot, kamu akan menjadi lebih

baik di dalam berkonsentrasi.

d. Membangun kepercayaan diri.

Semakin banyak yang kamu baca, semakin banyak

pengetahuan yang kamu dapatkan. Dengan bertambahnya

pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini

merupakan reaksi berantai. Karena kamu adalah seorang pembaca

yang baik, orang-orang akan mencari kamu untuk mencari suatu

jawaban. Perasaan kamu terhadap diri kamu sendiri akan semakin baik.

[Namun ingat, ikhlas tetap merupakan jalan untuk mencapai

kesuksesan, dan berhati-hatilah dari sikap merasa bangga diri.

Bersyukurlah selalu kepada Allah atas secuil pengetahuan yang

kamu miliki].

e. Meningkatkan memori.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika kamu tidak

menggunakan memori kamu, kamu bisa kehilangannya. Teka-teki

Page 18: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

18

silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah

penyakit Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan,

akan membantu kamu meregangkan “otot” memori kamu dengan cara

yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta

dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita.

f. Meningkatkan kedisplinan.

Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang kita sudah

mengetahuinya untuk dilakukan. Namun, siapa yang membuat jadwal

untuk membaca buku setiap harinya? Hanya sedikit sekali. Karena

itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke dalam jadwal harian

kamu dan berpegang dengan jadwal tersebut akan meningkatkan

kedisiplinan.

g. Meningkatkan kretivitas.

Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka

diri kamu terhadap ide dan informasi baru akan membantu

perkembangan sisi kreatif otak kamu, karena otak kamu akan

menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir kamu.

h. Mengurangi kebosanan.

Salah satu kebiasaan yang saya miliki adalah, apabila saya

merasa bosan, maka saya akan mengambil buku dan mulai

membacanya. Apa yang saya temukan dengan berpegang kepada

kebiasaan ini adalah, saya menjadi semakin tertarik dengan suatu

bahasan buku dan saya sudah tidak bosan lagi. Maksud saya, jika

Page 19: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

19

kamu merasa bosan, kamu akan merasa lebih baik dengan membaca

buku yang bagus, bukan? Jika kamu ingin memecahkan rasa malas

yang monoton, dan kehidupan yang tidak kreatif dan membosankan,

maka pergi dan ambillah satu buku yang menarik. Bukalah halaman-

halamannya dan jelajahi dunia baru yang penuh dengan informasi dan

kecerdasan.

B. MEDIA

1. Pengertian Media

Media merupakan alat atau sarana yang mempunyai fungsi untuk

menyampaikan suatu informasi. Secara harfiah media berarti perantara

yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran

pada dasarnya merupakan wahana dari pesan yang oleh sumber pesan

(guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (anak). Pesan yang

disampaikan adalah isi pembelajaran dalam bentuk tema/ topic

pembelajaran dengan tujuan agar terjadi proses belajar pada diri anak.

Seorang guru TK selalu menginginkan agar pesan yang disampaikannya

dapat diterima anak dengan afektif dan efisien. Untuk itu diperlukan media

pembelajaran. Media yang dikembangkan dengan baik diharapkan dapat

membantu anak memahami pesan yang disampaikan kepada anak.

2. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian

yaitu media visual, audio, dan audiovisual. Berikut ini secara singkat

diuraikan keterangan dari jenis dan karakteristik media pembelajaran.

Page 20: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

20

a. Media Visual

Media visual adalah media yang menyampaikan pesan melalui

penglihatan pemirsa atau media yang hanya dapat dilihat. Jenis media

visual ini tampaknya yang sering digunakan oleh guru TK untuk

membantu menyampaikan isi dari tema pembelajaran yang sedang

dipelajari. Media visiual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan

(projected visual) media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected

visual.

b. Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam

bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.

Contoh media audio adalah program kaset suara dan program radio.

Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran di TK pada

umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-

aspek keterampilan mendengarkan. Dan sifatnya yang auditif, media ini

mengandung kelemahan yang harus di atasi dengan cara memanfaatkan

media lainnya.

c. Media Audiovisual

Media audiovisual merupakan kombinasi dari media audio dan

media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan

menggunakan media audiovisual ini maka penyajian isi tema kepada

anak akan semakin lengkapdan optimal. Selain itu, media ini dalam

Page 21: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

21

batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru. Dalam

hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi karena

penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih

menjadi fasilitator belaljar, yaitu memberikan kemudahan bagi anak

untuk belajar. Contoh dari media audiovisual ini di antaranya program

televisi atau video pendidikan atau instruksional, program slide suara,

dan sebagainya.

C. ANAK USIA 5-6 TAHUN

Anak usia 5-6 tahun termasuk kategori anak usia dini yang mempunyai

karakteristik a unique person (individu yang unik) di mana ia memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional,

kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang

sedang dilalui oleh anak tersebut.

Karakteristik anak usia dini menurut Richard D. Kellough (1996)

adalah :

1. Egosentris

Ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang

dan kepentingannya sendiri.

2. Memiliki Curriosity yang tinggi

Anak mengira dunia ini penuh dengan hal-hal yang menarik dan

menakjubkan. Bagi anak, apapun yang dijumpai adalah istimewa dalam

persepsinya.

Page 22: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

22

3. Makhluk sosial

Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah.

Karena sekolah adalah tempat terlama anak berada. Di sana ia akan

membangun kepuasan melalui penghargaan diri.

4. The Unique Person

Setiap anak berbeda. Mereka memiliki bawaan, minat, kapabilitas,

dan latar belakang kehidupan yang sangat berbeda satu sama lainnya.

Sehingga penanganan pada setiap anak berbeda pula caranya.

5. Kaya dengan fantasi

Mereka senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga

pada umumnya mereka kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita

melebihi pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib

sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa

yang dilihatnya.

6. Daya konsentrasi yang pendek

Menurut Berg (1988) dalam (Hibana: 29:8) disebutkan bahwa

sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun

untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya

perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan

memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap

hal-hal yang menyenangkan.

Page 23: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

23

7. Masa usia dini merupakan masa belajar yang paling potensial

Masa anak usia dini disebut sebagai masa ‘golden age’ atau magic

years (Petterson). Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami

masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh

karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan

rangsangan dari lingkungannya.

Beberapa prinsip-prinsip perkembangan menurut Bredekamp, S. &

Copple, C (1997) yaitu :

1. Aspek-aspek perkembangan anak seperti fisik, social, emosional, dan

kognitif satu sama lain saling terkait secara erat.

2. Perkembangan terjadi dalam suatu urutan.

3. Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan

juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.

4. Pengalaman pertama anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda

terhadap perkembangan anak.

5. Perkembangan berlangsung kearah kompleksitas, organisasi, dan

internalisasi yang lebih meningkat.

6. Perkembangan dan belajar terjadi dipengaruhi oleh konteks social dan

cultural yang majemuk.

7. Anak adalah pembelajar aktif.

8. Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan

biologis dan lingkungan, yang mencakup baik lingkungan fisik maupun

social tempat anak tinggal.

Page 24: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

24

9. Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan social,

emosional, dan kognitif anak, dan juga merefleksikan perkembangan anak.

10. Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan

untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan

juga ketika mereka mengalami tantangan di atas level pengusaannya saat

ini.

11. Anak mendemonstrasikan mode-mode untuk mengetahui dan belajar yang

berbeda serta cara yang berbeda pula dalam mempresentsikan apa yang

mereka tahu.

12. Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang

merasa aman dan menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya,

dan dirasa aman secara psikologis.

D. STIKER HURUF

1. Pengertian Stiker

Stiker (http//:www.artikata.com) merupakan benda berperekat yang

dibuat dengan tujuan untuk direkatkan pada suatu bidang sesuai

kebutuhan. Secara umum stiker bisa di bagi menjadi dua bentuk, yaitu :

a. Stiker Biasa (Non-Cutting), adalah stiker yang umum sering kita lihat

ada di kendaraan atau tempat lainnya. Karakteristik stiker ini terdiri

dari 2 buah bahan yaitu kertas stiker tempat stiker itu menempel

sebelum terpasang di media tempel (seperti kaca/tembok) dan stiker itu

sendiri. Untuk pemasangannya hanya tinggal di lepas dari kertas

Page 25: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

25

stikernya lalu langsung ditempelkan pada media tempel yang akan

menjadi tempat stiker tersebut terpasang.

b. Stiker Cutting (Cutting Stiker), adalah stiker yang hasilnya akan

terpisah-pisah pada setiap bagiannya sebab melalu proses pemotongan

(cutting). Karakteristik stiker ini terdiri dari 3 buah bahan yaitu kertas

stiker tempat stiker itu menempel sebelum terpasang, stiker itu sendiri

dan lapisan transparan untuk proses pemasangan.

2. Asal Usul Huruf

Asal-usul Huruf tidak diketahui, tetapi ada beberapa teori

mengenai bagaimana Huruf itu dikembangkan. Salah satu teori yang

paling populer adalah teori Proto-Sinaitic yang menerangkan bahwa

sejarah Huruf bermula di Mesir Kuno lebih dari satu milenium yang lalu.

Berdasarkan teori ini, Huruf diciptakan untuk mewakili bahasa para

pekerja Semit yang ada di Mesir, dan setidaknya dipengaruhi oleh prinsip-

prinsip abjad dari aksara hieratic Mesir. Jika benar, hampir semua abjad

yang ada di dunia saat ini diturunkan langsung dari perkembangan tersebut

atau terinspirasi oleh desainnya.

Huruf yang paling banyak digunakan saat ini adalah abjad Latin.

Sejumlah besar bangsa-bangsa, termasuk bangsa Yunani mengadopsi

sistem Huruf Phonecia. Bangsa Yunani membuat beberapa perubahan dan

menambahkan sejumlah huruf vokal kedalamnya. Sistem Huruf Yunani ini

memiliki 24 huruf. Beberapa (lambang) huruf diantaranya sama seperti yg

kita pergunakan sekarang, misalnya huruf N (Nu) dan O(Omicron).

Page 26: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

26

Setelah bangsa Yunani selesai mengembangkan sistem Hurufnya, bangsa

Romawi mengadopsinya. Mereka juga membuat beberapa perubahan.

Mereka menambah & menghapuskan beberapa huruf dan mengubahnya

dengan bentuk huruf yang berbeda. Huruf Romawi terdiri atas 23 huruf, 3

huruf U, W dan J yg ditemui dalam sistem Huruf kita merupakan

tambahan. Huruf U dan W dibuat dari huruf Romawi V-yg melambangkan

bunyi dari kedua suara tersebut, dan J dari huruf Romawi I. Romawi

menaklukan banyak negara dan oleh karena itulah metode penulisan

mereka tersebar luas. sampai ke negara kita sekarang ini.

3. Pengertian Huruf

Huruf http://pertelontanahmerah.blogspot.com/search/label/huruf

adalah sebuah set standar lengkap huruf - simbol ditulis dasar - yang

masing-masing kira-kira merupakan fonem dari bahasa lisan, baik seperti

yang ada sekarang atau seperti yang mungkin telah di masa lalu. Ada

sistem lain penulisan seperti menulis logosyllabic, di mana masing-masing

simbol merupakan morfem, atau kata atau suku kata atau tempat kata

dalam sebuah kategori, dan syllabaries, di mana setiap simbol mewakili

sebuah suku kata.

Kata "huruf" itu sendiri populer diyakini berasal dari alfa dan beta,

dua huruf pertama dari Yunani, tetapi beberapa etymologists berpendapat

bahwa kata bukan berasal dari Aleph dan taruhan, dua huruf pertama dari

abjad Fenisia (benar-benar jenis suku kata) yang kemudian memunculkan

abjad Ibrani. Asal sebenarnya dari kata tersebut tidak jelas. Ada puluhan

Page 27: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

27

huruf yang digunakan saat ini. Kebanyakan dari mereka adalah 'linear',

yang berarti bahwa mereka terdiri dari baris. Pengecualian terkemuka

adalah Braille, huruf manual, kode Morse, dan huruf runcing kota kuno

Ugarit. Huruf dan suku kata Terlepas dari ketidaktepatan nya, "Huruf"

Istilah ini umumnya digunakan untuk mengacu pada setiap sistem

penulisan yang baik grafem merupakan suara konsonan dan vokal.

Grafem adalah suatu entitas abstrak yang mungkin secara fisik

diwakili oleh gaya yang berbeda dari mesin terbang. Ada tertulis banyak

entitas yang tidak merupakan bagian dari huruf, termasuk angka, simbol

matematika, dan tanda baca. Beberapa bahasa manusia yang biasa ditulis

dengan menggunakan kombinasi logograms (yang merupakan morfem

atau kata-kata) dan syllabograms bukan huruf. Hieroglif Mesir dan

karakter Cina adalah dua dari sistem penulisan yang paling terkenal

dengan representasi yang umumnya non-abjad.

E. MEDIA STIKER HURUF UNTUK ANAK TK

Anak usia TK dalam proses pembelajaran sering mengalami

kebosanan, sehingga guru harus lebih kreatif mencari metode, kegiatan, dan

media yang disukai anak. Dengan media yang disukai anak secara otomatis

pembelajaran yang disampaikan oleh guru akan mendapat hasil yang baik.

Stiker huruf merupakan media yang dipilih oleh peneliti karena alasan

menarik bagi anak. Dari hasil pengamatan saat istirahat, anak-anak senang

sekali bermain stiker-stiker bergambar kartun, boneka, robot, dll. Sehingga

peneliti antusias untuk memadukan alat permainan anak dengan huruf-

Page 28: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

28

huruf dengan tujuan anak dapat berlatih membaca tetapi sambil bermain

dengan alat permainan yang disukai mereka.

Untuk membuat media stiker huruf peneliti membuatnya sendiri

dengan menggunakan alat dan bahan yang dapat ditemukan di toko alat tulis.

Bahan dan alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Pola huruf (ukuran 250 di word) dan dicetak.

2. Kertas asturo

3. Doble tip

4. Gunting

Cara pembuatan :

1. Siapkan pola huruf, dapat per huruf maupun per suku kata.

2. Guntinglah sesuai pola.

3. Tempelkan doble tip pada bagian belakang pola.

4. Stiker siap ditempelkan sesuai arahan guru pada kertas asturo.

Cara permainan :

1. Pertama-tama guru mengajak anak untuk menyebut “abc/nama-nama

abjad” sambil menunjukkan stiker huruf yang disebutkan.

2. Setelah anak merasa senang guru memulai menjelaskan cara permainan

ini.

3. Arahkan salah satu anak untuk menempelkan stiker misalnya: b-o-l-a.

4. Kemudian minta anak untuk membaca stiker yang sudah ditempelkan pada

kertas asturo. Begitu setetrusnya.

Page 29: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

29

F. KERANGKA BERPIKIR

Bagan Kerangka Berpikir

Kondisi awal guru

menggunakan media

kartu biasa.

Kemampuan membaca

anak meningkat

Tindakan guru

menggunakan media

stiker huruf.

Hasil tidak maksimal.

Page 30: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha untuk

memahami makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian

berlangsung.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di TK Santa Theresia Danga Mbay Kecamatan Aesesa

Kabupaten Nagekeo.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Maret sampai dengan tanggal 7

April 2015.

C. SUBJEK PENELITIAN

Siswa kelas B di TK Santa Theresea Danga Mbay yang berjumlah 18

orang siswa, terdiri dari 8 laki-laki dan 10 anak perAempuan

D. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan

yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan

yaitu:

1. Menyusun rencana tindakan

2. Melaksanakan tindakan

Page 31: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

31

3. Melakukan observasi

4. Membuat analisis dilanjutkan refleksi

Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah

peneliti bersama-sama dengan guru pamong sekaligus sebagai observer.

SIKLUS – 1 PTK Taman Kanak Kanak

a. Penyusunan rencana tindakan 1

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran

berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu

kemampuan membaca meliputi: menyusun rencana kegiatan harian,

menyiapkan alat peraga, (media) apa yang sesuai pokok bahasan yang

akan diajarkan dan bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat

evaluasi yang sesuai dengan tujuan.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media stiker

huruf sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal

pembelajaran guru melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya

jawab tentang benda-benda di sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok

yang terdiri dari 6 anak, siswa masing-masing kelompok di beri tugas

untuk mengamati dan melihat gambar benda dan stiker huruf yang telah

disediakan, kemudian siswa diminta memasang stiker huruf-huruf yang

diperlukan untuk membentuk nama benda yang digambar. Dengan

memberikan tugas-tugas diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang

Page 32: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

32

konsep kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media

gambar dan stiker huruf yang telah disediakan.

c. Melakukan observasi

Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru pamong

melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan

pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk

pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat dengan

tepat, Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang diajukan guru sudah

mencerminkan pembelajaran kemampuan membaca (pra membaca).

d. Pembuatan analisis dan refleks

Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian

dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang

dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan

tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada. Untuk

mengetahui apakah guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang

mencerminkan pembelajaran kemampuan membaca (pra membaca) dapat

dilihat dari komponen-komponen yang terdapat pada rencana

pembelajaran yang telah disusunnya.

SIKLUS - II PTK Taman Kanak Kanak

Tahapan dalam siklus II pada prinsipnya sama dengan tahapan

dalam siklus I yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

pengamatan, dan refleksi. Tindakan pada siklus II akan mengalami

beberapa perubahan, didasarkan atas analisis perubahan dan analisis

Page 33: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

33

refleksi pada siklus I. Perubahan yang dilakukan pada siklus II ini

dilakukan dengan harapan agar terjadi peningkatan prestasi siswa.

E. TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Menurut Sri Maryati dan Rusda Koto S. (2003:39) Pengertian

observasi adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati perilaku anak

melalui proses secara kesengajaan untuk dapat dipertanggung jawabkan

hasilnya secara ilmiah dan sistematis.

Teknik Pengumpulan Data pada penelitian ini diuraikan sebagai

berikut:

1. Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakan pembelajaran

dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamat observasi pada

setiap siklus.

2. Dokumentasi aktivitas siswa (foto menggunakan kamera HP) diambil

pada setiap siklus.

Secara kuantitatif data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif

presentase.Tingkat perubahan yang terjadi diukur dengan persen.Jumlah anak

yang mampu mencapai indikator keberhasilan dibagi jumlah seluruh anak

yang diteliti dikalikan seratus persen, maka diketahui persentase dari tingkat

keberhasilan tindakan. Hal tersebut dapat diketahui dengan rumus: P =

Keterangan : P = Presentase tingkat perubahan N = Nilai yang diperoleh A =

Jumlah anak

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Page 34: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

34

Analisis data adalah suatu cara menganalisis data selama peneliti

mengadakan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian

deskripsi kuantitatif. Menurut Sri Maryati dan Rusda Koto S. (2003:48)

Pengertian skala penilaian Deskripsi adalah paduan dari pengamatan

kuantitatif dan pengamatan kualitatif yang dijabarkan dalam bentuk skala.

(Adapun dalam penelitian ini skala Deskripsi digunakan untuk menilai

lembar observasi dengan skala kriteria : selalu, sering, kadang-kadang,

tidak pernah. Kriteria selalu dengan bobot nilai: 4, sering: 3, kadang-

kadang: 2, tidak pernah: 1)

G. INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila 75% dari jumlah anak

mendapat nilai bintang 3 atau 4. Klasifikasi nilai sebagai berikut:

a. Belum berkembang (BB) = *

b. Mulai berkembang (MB) = **

c. Berkembang sesuai harapan (BSH) = ***

d. Berkembang sangat baik (BSB) = ****

Page 35: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Penelitian Siklus I :

a. Tahap Perencanaan :

Pada tahap ini peneliti menyusun Rencana Kegiatan Mingguan

(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) sesuai dengan

indikator dan cakupan materi yang sudah ditentukan untuk

meningkatkan kemampuan membaca anak pada kelompok B yang

akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada hari jumat, 13

Maret 2015, Peneliti terlenih dahulu menentukan indikator untuk

meningkatkan kemampuan membaca anak sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal (30 Menit)

- Berdoa dan salam

- Absensi

- Penyampaian tema dan sub tema

- Bermain pesan berantai.

2. Kegiatan inti (30 menit)

- Melengkapi huruf yang kurang dengan cara menulis

- Memasang stiker huruf membentuk kata surat dibawah

gambar

- Menghubungkan kata dengan gambar

Page 36: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

36

3. Istirahat (30 menit)

- Cuci tangan

- Berdoa sebelum dan sesudah makan

- Makan

- Bermain

4. Penutup (30 menit)

- Guru menyampaikan hasil penilaian

- Evaluasi dan Informasi

- Doa dan Salam

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan di TK St. Theresia Danga pada kelompok B jumat, 13

Maret 2015 dimulai jam 07.30 s/d 10.30 wita.

Anak kelompok B terdiri dari 8 anak laki-laki dan 10 anak

perempuan. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan

penyambutan.

Dalam kegiatan ini guru menyambut anak di teras di depan kelas

sambil mengucapkan selamat pagi dan memintaa seorang anak

untuk memimpin barisan, anak masuk kelas satu per satu sambil

menyebut urutan bilangan dan menyalami dengan mencium tangan

guru.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di TK St. Theresia Danga

1. Kegiatan Awal (30 Menit)

Page 37: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

37

Guru mengajak anak duduk di karpet membentuk lingkaran

besar, setelah itu guru menyanyikan lagu anak-anak sebagai

pengantar Doa. Doa di pimpin oleh salah seorang anak,

selanjutnya guru membuka percakapan untuk pengenalan hari,

tanggal tahun serta tema dan sub tema : Alat komunikasi

(macam-macam alat komonikasi) pada kegiatan ini guru

menggunakan metode Bermain Pesan Berantai dengan

membisik kalimat “Pak Pos Mengantar Surat”.

2. Kegiatan Inti (60 menit)

Peneliti membuka kegiatan inti dengan Bertanya kepada anak-

anak, maukah kau jadi anak yang pintar? Anak-anak menjawab

mau, lalu guru menyambung dengan kata kalau itu kehendakmu

mari kita lakukan belajar hore kita belajar, guru menunjuk huruf

satu persatu sambil menyebut nama huruf a – z bersama anak-

anak, setelah itu guru menjelaskan cara bermain dari ketiga

jenis main.

a. Menyusun stiker huruf menjadi kata surat dibawah gambar.

Guru memperkenalkan stiker dan menjelaskan cara

menggunakan serta memberi contoh memasangnya.

b. Melengkapi huruf yang hilang pada kolom yang kosong

dilembar LKS dengan cara menulis huruf yang tidak ada.

Untuk kegiatan ini dicontohkan oleh anak yang bernama

Steven.

Page 38: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

38

c. Menghubungkan kata dengan gambar. Untuk kegiatan ini

dicontohkan oleh guru sendiri.

Setiap jenis kegiatan diberi waktu 20 menit, anak-anak disuruh

memilih sendiri kegiatan sesuai dengan minatnya. Kegiatan

dilaksanakan dibawah bimbingan guru.

3. Isitirahat dan Bermain Bebas di Luar Kelas (30 menit)

Anak diberi kesempatan untuk bermain bebas di luar kelas di

bawah bimbingan dan pengawasan guru.

4. Penutup (30 menit)

Kegiatan penutup merupakan kegiatan penenang dimana guru

bersama anak meriview kegiatan dari awal sampai akhir, guru

menyampaikan hasil penilaian kegiatan pembelajaran yang

diperoleh anak yakni : yang mendapat bintang * (belum

berkembang), ** (mulai berkembang), ***(berkembang sesuai

harapan dan **** (berkembang sangat baik) dan menyampaikan

kegiatan yang dilaksanakan besok dan ditutup dengan doa yang

dipimpin oleh salah seorang anak.

Page 39: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

39

TABEL 4.1 Hasil Penilaian Anak Pada Kelompok B1 TK St. Theresia Danga

Siklus I Jumad, 13 Maret 2015

No

Nama Anak

Aspek

Rata-

Rata Ket

Mengenal Huruf

Membuat Suku Kata Menghubungkan

Kata Dengan Gambar

* ** *

** ** **

* ** *

** ** **

* ** * **

** **

1 Steven **** BSB

2 Ketting *** BSH

3 Juan ** MB

4 Rano *** BSH

5 Tesa ** MB

6 Tiara *** BSH

7 Monik ** MB

8 Mariet ** MB

9 Killing ** MB

10 Ranon *** BSH

11 Ica ** MB

12 Ripa * BB

13 Vera ** MB

14 Rasti *** BSH

15 Putri **** BSB

16 Hiral **** BSB

17 Venan ** MB

18 Salbi ** MB

Jumlah 1 9 5 3 1 9 5 3 1 9 5 3 18

Sumber RKH Peneliti Tahun 2015

Page 40: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

40

Keterangan :

- BSB = Berkembang Sangat Baik

- BSH = Berkembang Sesuai Harapan

- MB = Mulai Berkembang

- BB = Belum Berkembang

c. Observasi

Hasil obsevasi pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I dari

Kelompok B TK St. Theresia Danga untuk 18 anak yang terdiri dari

8 laki-laki dan 10 anak perempuan pada hari Jumad 13 Maret 2015

dari pelaksanaan kegiatan awal sampai akhir dengan menggunakan

metode beserta unjuk kerja dan penugasan pada hasil pembelajaran

penelitian memperoleh hasil observasi berdasarkan indikator

sebagai berikut :

1) Melengkapi huruf

2) Memasang stiker huruf membentuk kata dibawah gambar

3) Menghubungkan kata dengan gambar

Dari ketiga indikator ini maka pelaksanaan Siklus I diperoleh

hasilnya sebagai berikut :

1. Bintang 1 (*) belum berkembang :

P = 1

x 100 % 18

P = 5,50%

Page 41: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

41

2. Bintang 2 (**) mulai berkembang 9 anak

P = 9

x 100 % 18

P = 50%

3. Bintang 3 (***) berkembang sesuai harapan 5 anak

P = 5

x 100 % 18

P = 27.77%

4. Bintang 4 (****) berkembang sangat baik 3 anak

P = 3

x 100 % 18

P = 16,66%

TABEL 4.2 Distribusi Hasil Penilaian Siswa Kelompok B

TK St. Theresia Danga

No

Indikator Pencapaian Indikator Penilaian

* ** *** ****

1 Mengenal Huruf 1 9 5 3

2 Membuat Suku Kata 1 9 5 3

3 Menghubungkan Kata dengan Gambar 1 9 5 3

Prosentase (N%) 5,50% 50% 27,77% 16,66%

Page 42: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

42

d. Refleksi

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel diatas bahwa hasil observasi

pada siklus I menunjukan ketuntasan belajar siswa hanya 44,44%.

Disamping itu, observasi tentang aktifitas siswa selama proses

belajar mengajar seperti termuat pada Tabel dapat dikategorikan

aktivitas siswa dalam pembelajaran tergolong aktiv sedangkan hasil

observasi aktivitas guru selama proses belajar mengajar berlangsung

tergolong cukup baik. Ketuntasan yang diharapkan belum tecapai,

oleh karena itu peneliti akan memberikan contoh dan instruksi yang

lebih jelas, terperinci serta menambahkan kegiatan yang

menggunakan stiker huruf serta memperhatikan situasi kelas agar

lebih kondusif pada siklus II dan lebih khusus lagi meperhatikan dan

membimbing 10 anak agar dapat mencapai ketuntasan yang

diharapkan.

2. Penelitian Siklus II :

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun Rencana Kegiatan Mingguan

(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) sesuai dengan

indikator dan cakupan materi yang sudah ditentukan untuk

meningkatkan kemampuan membaca anak pada kelompok B yang

akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada hari Jumat, 27

Maret 2015, Peneliti terlenih dahulu menentukan indikator untuk

meningkatkan kemampuan membaca anak sebagai berikut :

Page 43: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

43

1. Kegiatan Awal (30 Menit)

- Berdoa dan salam

- Absensi

- Penyampaian tema dan sub tema

- Bermain pesan berantai.

2. Kegiatan inti (30 menit)

- Melengkapi huruf yang kurang dengan menggunakan Stiker

- Memasang stiker huruf membentuk kata surat dibawah

gambar

- Menghubungkan kata dengan gambar

3. Istirahat (30 menit)

- Cuci tangan

- Berdoa sebelum dan sesudah makan

- Makan

- Bermain

4. Penutup (30 menit)

- Guru menyampaikan hasil penilaian

- Evaluasi dan Informasi

- Doa dan Salam

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan di TK St. Theresia Danga pada kelompok B Jumat, 27

Maret 2015 dimulai jam 07.30 s/d 10.30 wita.

Page 44: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

44

Anak kelompok B terdiri dari 8 anak laki-laki dan 10 anak

perempuan. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan

penyambutan.

Dalam kegiatan ini guru menyambut anak di teras di depan kelas

sambil mengucapkan selamat pagi dan memintaa seorang anak untuk

memimpin barisan, anak masuk kelas satu per satu sambil menyebut

urutan bilangan dan menyalami dengan mencium tangan guru.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di TK St. Theresia Danga

1. Kegiatan Awal (30 Menit)

Guru mengajak anak duduk di karpet membentuk lingkaran besar,

setelah itu guru menyanyikan lagu anak-anak sebagai pengantar

Doa. Doa di pimpin oleh salah seorang anak, selanjutnya guru

membuka percakapan untuk pengenalan hari, tanggal tahun serta

tema dan sub tema : Alat komunikasi (macam-macam alat

komonikasi) pada kegiatan ini guru menggunakan metode

Bermain Pesan Berantai dengan membisik kalimat “Pak Pos

Mengantar Surat”.

2. Kegiatan Inti (60 menit)

Peneliti membuka kegiatan inti dengan Bertanya kepada anak-

anak, maukah kau jadi anak yang pintar? Anak-anak menjawab

mau, lalu guru menyambung dengan kata kalau itu kehendakmu

mari kita lakukan belajar hore kita belajar, guru menunjuk huruf

satu persatu sambil menyebut nama huruf a – z bersama anak-

Page 45: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

45

anak, setelah itu guru menjelaskan cara bermain dari ketiga jenis

main.

a. Menyusun stiker huruf menjadi kata surat dibawah gambar.

Guru memperkenalkan stiker dan menjelaskan cara

menggunakan serta memberi contoh memasangnya.

b. Melengkapi huruf yang hilang pada kolom yang kosong

dilembar LKS dengan cara menempelkan Stiker huruf. Untuk

kegiatan ini dicontohkan oleh anak yang bernama Hiral.

c. Menghubungkan kata dengan gambar. Untuk kegiatan ini

dicontohkan oleh guru sendiri.

Setiap jenis kegiatan diberi waktu 20 menit, anak-anak disuruh

memilih sendiri kegiatan sesuai dengan minatnya. Kegiatan

dilaksanakan dibawah bimbingan guru.

3. Isitirahat dan Bermain Bebas di Luar Kelas (30 menit)

Anak diberi kesempatan untuk bermain bebas di luar kelas di

bawah bimbingan dan pengawasan guru.

4. Penutup (30 menit)

Kegiatan penutup merupakan kegiatan penenang dimana guru

bersama anak meriview kegiatan dari awal sampai akhir, guru

menyampaikan hasil penilaian kegiatan pembelajaran yang

diperoleh anak yakni : yang mendapat bintang * (Belum

Berkembang), ** (Mulai Berkembang), ***(Berkembang Sesuai

Harapan) dan **** (Berkembang Sangat Baik) dan

Page 46: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

46

menyampaikan kegiatan yang dilaksanakan besok dan ditutup

dengan doa yang dipimpin oleh salah seorang anak.

TABEL 4.3 Hasil Penilaian Anak Pada Kelompok B1 TK St. Theresia Danga

Siklus I Jumad, 27 Maret 2015

No

Nama Anak

Aspek

Rata-

Rata Ket Mengenal Huruf

Membuat Suku Kata

Menghubungkan Kata Dengan Gambar

* ** * **

** **

* ** *

** ** **

* ** *

** ** **

1 Steven **** BSB

2 Ketting *** BSH

3 Juan ** MB

4 Rano *** BSH

5 Tesa ** MB

6 Tiara *** BSH

7 Monik ** MB

8 Mariet ** MB

9 Killing ** MB

10 Ranon *** BSH

11 Ica ** MB

12 Ripa ** BB

13 Vera ** MB

14 Rasti *** BSH

15 Putri **** BSB

16 Hiral **** BSB

Page 47: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

47

17 Venan ** MB

18 Salbi ** MB

Jumlah 0 2 6 10 0 2 6 10 0 2 6 10 18

Sumber RKH Peneliti Tahun 2015

Keterangan :

- BSB = Berkembang Sangat Baik

- BSH = Berkembang Sesuai Harapan

- MB = Mulai Berkembang

- BB = Belum Berkembang

c. Observasi

Hasil obsevasi pada pelaksanaan pembelajaran Siklus II dari

Kelompok B TK St. Theresia Danga untuk 18 anak yang terdiri dari

8 laki-laki dan 10 anak perempuan pada hari Jumad 13 Maret 2015

dari pelaksanaan kegiatan awal sampai akhir dengan menggunakan

metode beserta unjuk kerja dan penugasan pada hasil pembelajaran

penelitian memperoleh hasil observasi berdasarkan indikator

sebagai berikut :

1) Melengkapi huruf

2) Memasang stiker huruf membentuk kata dibawah gambar

3) Menghubungkan kata dengan gambar

Dari ketiga indikator ini maka pelaksanaan Siklus I diperoleh

hasilnya sebagai berikut :

1. Bintang 1 (*) belum berkembang :

Page 48: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

48

P = 0

x 100 % 18

P = 0%

2. Bintang 2 (**) mulai berkembang 6 anak

P = 2

x 100 % 18

P = 11,11%

3. Bintang 3 (***) berkembang sesuai harapan anak

P = 6

x 100 % 18

P = 33,33%

4. Bintang 4 (****) berkembang sangat baik 10 anak

P = 10

x 100 % 18

P = 55,5%

TABEL 4.4 Tabel Distribusi Hasil Penilaian Siswa Kelompok B1

TK St. Theresia Danga

No

Indikator Pencapaian Indikator Penilaian

* ** *** ****

1 Mengenal Huruf 0 2 6 10

2 Membuat Suku Kata 0 2 6 10

3 Menghubungkan Kata dengan Gambar 0 2 6 10

Prosentase (N%) 0 % 11,1% 33,33% 55,5%

Page 49: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

49

d. Refleksi

Dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi siklus II kelompok

B Tk St. Theresia Danga untuk meningkatkan kemampuan membaca

anak ternyata mengalami peningkatan dan memuaskan serta mencapai

target TK St. Theresia Danga untuk kelompok B1 karena sudah

mencapai bintang 3 (***) dan 4 (****) dalam kemampuan membaca

anak. Untuk kegiatan menggunakan Media Stiker dilaksanakan pada

jenjang pendidikan anak usia dini untuk mempersiapkan pendidikan

jenjang berikutnya.

B. PEMBAHASAN

Hasil analisis data pada Siklus I dan II untuk meningkatkan kemampuan

membaca anak di TK St. Theresia Danga, khususnya kelompok B1 Peneliti

memberi suatu pemahaman bahwa anak sudah mampu mengenal huruf dan

membuat suku kata. Dan akan lebih baik lagi kemampuan membaca anak

apabila ada faktor-faktor pendukung yang perlu diperhatikan. Solusi yang

dilakukan Peneliti di TK St. Theresia Danga pada kelompok B sesuai dengan

karakteristik umum anak usia dini, dimana aktivitas bermain menjadi

aktivitas dominan mereka.

Maka dalam meningkatkan kemampuan membacaa anak hendaknya

dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan. Pada Siklus I

dilaksanakan pendekatan bermain sambil belajar dengan berbagai metode dan

pembelajarannya dilaksanakan dalam bentuk permainan secara individu,

kelompok maupun secara klasikal. Hasil pembelajaran siklus I ternyata

Page 50: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

50

kemampuan membaca anak belum mencapai ketuntasan. Maka peneliti

melakukan kegiatan pembelajaran ini secara terus menerus dan menyiapkan

media pembelajaran yang bervariasi, yang menarik minat anak serta

menyenangkan untuk pembelajaran pada siklus II. Hasil pembelajaran pada

siklus II lebih memuaskan dan meningkat bila dibandingkan dengan siklus I.

anak sudah dapat membuat suku kata dan menghubungkan kata dengan

gambar. Ini menandakan kemampuan membaca anak sudah semakin baik,

karena kemampuan membaca anak merupakan suatu hal yang penting dalam

berkomunikasi dengan teman dan orang-orang sekitarnya.

Page 51: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah Proses pembelajaran dengan Menggunakan Media Stiker

Huruf guru TK St. Theresia Danga Mbay Tahun Pelajaran 2014/2015.

Aktivitas guru pada Siklus I. Sedangkan aktivitas siswa pada Siklus I sebesar

44.44 % dengan kategori aktif meningkat menjadi 88,88 % dengan kategori

sangat aktif pada Siklus II.

Penerapan Media Stiker Huruf dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas B1 TK St. Theresia Danga Mbay Tahun Ajaran 2014/2015. Hal tersebut

dapat dilihat berdasarkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan indivisu

pada siklus I 8 Siswa mencapai ketuntasan indivisu meningkat menjadi 18

siswa pada Siklus II. Dan prosentase Ketuntasan Klasikal belajar siswa pada

Siklus I sebesar 44.44% meningkat menjadi 88.88 % pada Siklus II. Nilai

tersebut sudah menunjukan ketuntasan belajar secara klasikal seperti yang

sudah tercantum dalam kurikulum.

B. SARAN

1. Bagi pendidik

a. Sebagai pendidik harus mampu merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi program pembelajaran. Ketiga kegiatan itu sangat

penting dan sangat erat hubungannya. Perencanaan pembelajaran

Page 52: Bab, i, ii, iii, iv, v copy

52

didasarkan pada pelaksanaan dan evaluasi sebelumnya, pelaksanaan

program di dasarkan pada perencanaan dan evaluasi, evaluasi

dilakukan berdasarkan perencanaan dan pelaksanaan program.

Evaluasi berguna 93 untuk menentukan langkah pembelajaran

berikutnya utamanya jika ditemukan masalah maka akan segera bisa

melakukan tindakan.

b. Guru di dalam melakukan kegiatan hendaknya memilih metode dan

media yang sesuai dengan perkembangan anak agar menarik dan

menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan

baik.

c. bagi pendidik diharapkan dapat mengembangkan media pembelajaran

sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak

utamanya untuk mencari dan menemukan metode-metode baru yang

disesuaikan dengan tujuan pendidikan.

2. Bagi orang tua

a. Agar orang tua mengetahui tingkat perkembangan anak dalam

mengembangkan kemampuan bahasa yang dimiliki oleh anak.

b. Agar orang tua dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk

menuangkan ide-idenya melalui bercerita, sehingga anak dapat

mengembangkan perkembangan bahasanya dengan baik.