bab i dan iv copy

Upload: udhay-aryana-aji

Post on 19-Jul-2015

128 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Dengan diberlakukannya wajib belajar sembilan tahun yang terdiri 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP atau pendidikan yang sederajat, menjadikan pelajaran matematika mendapat sorotan atau perhatian yang sangat besar. Matematika Sekolah Dasar merupakan konsep dasar dalam mempelajari konsep-konsep di jenjang sekolah menengah. Menurut Herman Hudoyo (1990:4) secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Matematika disebut ilmu deduktif, karena kita ketahui bahwa baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya. Metode pencarian kebenaran yang dipakai matematika adalah metode deduktif, namun dalam matematika mencari kebenaran bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi semua keadaan harus dibuktikan secara deduktif. Kurangnya nilai matematika dari sebagian besar siswa 9 dari 20 siswa belum mencapai KKM 60%, disebabkan karena siswa kurang menguasai materi. Hal ini dapat dilihat pada saat siswa mengerjakan soal ulangan atau tes, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis bermaksud 1

2

untuk mengadakan penelitian mengenai masalah Kelipatan Bilangan dengan menggunakan alat peraga pita bilangan. Penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran sangat membantu proses komunikasi antara guru dan siswa, karena dapat menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya salah komunikasi dalam penyampaian materi. Mengingat pentingnya manfaat media pengajaran maka seorang guru harus berusaha mengembangkan keterampilan untuk membuat sendiri alat bantu pengajaran karena media pengajaran harus disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar dapat efektif dan mencapai sasaran. Dengan seringnya berlatih menggunakan alat peraga diharapkan keterampilan siswa meningkat sehingga hasil belajar meningkat.

Permasalahan di atas menjadikan peneliti mengemukakan alasan pemilihan judul sebagai berikut. 1. Penelitian tindakan kelas berkaitan langsung dengan mata pelajaran matematika. Karena peneliti mengajar di SD 01 Kantor Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang maka dengan cepat dapat mengetahui hambatan dan keberhasilan siswa dalam belajar. 2. Minat belajar siswa kurang. Agar ada minat siswa dalam belajar, alangkah baiknya bila dalam mengajarkan matematika digunakan alat peraga atau model dan pengajarannya beraneka ragam serta sesuai dengan konsep yang akan ditanamkan. 3. Keterampilan menyelesaikan soal rendah. Setiap Sekolah Dasar terdapat beberapa anak yang mengalami kesulitan belajar yang berarti

3

keterampilan anak dalam menyelesaikan soal rendah dan kurang. Bila dibanding dengan pelajaran lain nila rata-rata mata pelajaran matematika menduduki urutan bawah. Hal ini membuktikan betapa rendahnya keterampilan menyelesaikan soal matematika bagi siswa kelas IV SD 01 Kantor Kecamatan Delta Pawan. Ini disebabkan oleh kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Di lain pihak, matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. 4. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah di Sekolah Dasar Negeri 01 Kantor Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang. Adapun peneliti memilih lokasi di sekolah ini karena peneliti bertugas sebagai guru kelas IV di SD itu sendiri. Kemungkinan hambatan dan kesulitan yang dihadapi siswa dapat terdeteksi secara jelas sehingga penelitian akan berjalan dengan lancar. Di samping itu kegiatan penelitian tindakan kelas belum pernah dilaksanakan di sekolah tempat peneliti mengajar. 5. Penggunaan alat peraga lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal. Pada hakekatnya belajar dan mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Sebagai komunikasi pembelajaran siswa menjadi komunikator terhadap siswa lain dan guru sebagai fasilitator. Maka akan terjadi proses interaksi dengan kader pembelajaran yang tinggi. Proses komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar tanpa diimbangi dengan penggunaan alat peraga. Komunikasi dapat dijadikan sebagai alat control komunikator untuk

4

melakukan

perbaikan.

Untuk

menghindari

atau

mengurangi

kemungkinan kemungkinan yang terjadi salah komunikasi maka diperlukan alat bantu (sarana) yang dapat membantu meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal matematika.

Menurut Anderson (Isti Hidayah, Sugiyarto 2003:5). Alat peraga sebagai media atau perlengkapan yang digunakan untuk membantu guru mengajar. Menurut Darhim (Isti Hidayah, Sugiyarto 2003:5) alat peraga yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah tertuang dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Apakah dengan mengunakan pita bilangan dapat meningkatkan hasil belajar menentukan kelipatan suatu bilangan siswa kelas IV SDN 01 Kantor Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang. Dari permasalahan diatas dijabarkan sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah langkah langkah pembelajaran matematika tentang kelipatan suatu bilangan melalui permainan pita bilangan ?

5

2.

Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika tentang kelipatan suatu bilangan melalui permainan pita bilangan ?

3.

Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa tentang materi kelipatan suatu bilngan melalui permainan pita bilangan ?

C.

Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan diadakan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan langkah langkah pembelajaran tentang kelipatan suatu bilangan melalui permainan pita bilangan. 2. Menginterprestasikan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran kelipatan suatu bilangan melalui permainan pita bilangan. 3. Mengetahui hasil belajar siswa tentang kelipatan suatu bilangan setelah guru menggunakan permainan pita bilangan.

D.

Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi guru, siswa, dan sekolah.

a.

Bagi guru

6

1.

Tugas guru menjadi lebih ringan karena adanya alat peraga pita bilangan.

2. 3. b.

Guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi. Menambah semangat dalam mengajar.

Bagi siswa 1. Siswa akan merasa senang mengikuti pelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga pita bilangan. 2. 3. Siswa akan lebih mudah menerima pelajaran matematika. Siswa lebih mudah mengerjakan soal-soal latihan.

c.

Bagi sekolah 1. 2. 3. Sekolah mendapat masukan tentang cara penelitian tindakan kelas. Bila situasi Penelitian Tindakan Kelas dapat berkembang maka akan muncul budaya meneliti di lingkungan sekolah. Meningkatkan prestasi sekolah.

7

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Belajar 1. Pengertian Belajar Banyak para ahli pendidikan yang mencoba merumuskan tafsiran tentang belajar. Namun di antara mereka saling berbeda satu sama lain, hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam mengambil sudut pandang. Perbedaan tersebut justru akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang belajar. Menurut Morgan (dalam M. Dalyono, 1996:211), belajar adalah setiap perubahan yang relatife menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan Rochman Nata Widjaya (1984:13) memberikan definisi mengenai belajar sebagai berikut. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Whitherington, dalam buku Educational Psychology,

mengemukakan, Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian

7

8

yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. (M. Ngalim Purwanto, 1992:84) Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting dalam mencirikan pengertian tentang belajar. 1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. 2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang

disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. 3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung sehari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus menyampingkan perubahan-perubahan adaptasi,

9

ketajaman perhatian seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara. 4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik dua unsur penting dalam belajar yakni usaha dan perubahan tingkah laku. Jadi walaupun terjadi perubahan tingkah laku jika tanpa usaha bukanlah belajar.

2.

Belajar Matematika Menurut Jerome S Bruner dalam hasil studinya tentang perkembangan belajar, menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami peristiwa di lingkungannya, menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Proses belajar menurut Bruner terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 1) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive) Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda riil atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya.

10

2.

Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.

3.

Tahap Simbolik Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental dalam bentuk simbol dan bahasa.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika mempunyai empat aspek yaitu fakta, konsep, prinsip, dan skill. Menurut Pandoyo (1984:3-5), pengertian hal-hal tersebut di atas adalah sebagai berikut. 1) Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : simbol, angka, dan notasi. 2) Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh atau bukan Contoh. Konsep memiliki tiga dimensi yaitu: a) internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan pada kita untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut; b) verbalisasi tersebut; atau kemampuan mendefinisikan konsep

11

c)

nama, artinya mengetahui nama yang memberikan pada konsep-konsep tersebut. Contoh konsep adalah lingkaran, persegi, persegi panjang.

3)

Prinsip sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep. Prinsip-prinsip pokok disebut hukum atau teorema yang dapat disajikan dalam bentuk-bentuk rumus. Contoh prinsip adalah penjumlahan dan bilangan real adalah komulatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam satu bidang datar akan berpotongan di satu titik.

4)

Skill

(keterampilan)

adalah

keterampilan

mental

untuk

menjalankan prosedur untuk menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Contoh dari skill adalah kemampuan dapat menyelesaikan soal materi nilai tempat.

Di samping pemilihan metode secara tepat, juga dipergunakan media pengajaran secara tepat pula. Media pengajaran khususnya alat peraga sangat berperan dalam membimbing abstraksi para siswa. Menurut Amin Suyitno, dkk (1997c:41), materi yang disajikan pada umumnya terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama adalah uraian, sedangkan bagian kedua adalah latihan. Kedua bagian tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan, artinya mempelajari matematika mencakup dua bagian yaitu bagian teori yang mempelajari

12

fakta, konsep, dan prinsip serta bagian lain yaitu berlatih keterampilan, yaitu latihan mempergunakan konsep dan prinsip untuk menyelesaikan soal-soal matematika.

B.

Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk mencapai suatu perubahan sikap maupun tingkah laku yang baik yang bersifat keseluruhan sebagai hasil interaksi dan pengalaman individu dengan lingkungan (Slameto, 1991:4). Menurut Purwanto (1990:85) belajar merupakan perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan kematangan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari melakukan aktifitas tertentu. Hasil belajar pada hakekatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar, mencakup 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, Sudjana (2000:39). Sedangkan Dimyati (2000) berpendapat hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angkaangka atau skor melalui tes hasil belajar di akhir pembelajaran. Menurut Travers dalam Sudjana (2000:53) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Beliau membedakan belajar menjadi dua macam yaitu pertama, belajar sebagai proses dan kedua belajar sebagai hasil. Dalam hubungan ini belajar sebagai hasil merupakan akibat wajar dari belajar sebagai proses. Dengan kata lain proses belajar

13

menyebabkan hasil belajar. Belajar merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang baru. Keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa, dan hasil yang dicapai selalu meningkat atas dasar bahan pelajaran yang dipahami. Lebih lanjut belajar dapat diartikan Proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. (Tim MKPBM, 2000:8). Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman yang meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan ada apresiasi. Sedangkan yang dimaksud pengalaman dalam proses belajar adalah interaksi antara individu dan lingkungan. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), nilai sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotorik).

C.

Kesulitan Belajar 1. Kesulitan Belajar dan Gejala-gejalanya

14

Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar di antaranya adalah: a. menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata nilai yang dicapai kelompok ; b. c. d. hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan ; lambat dalam melakukan tugas belajar ; menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain ; e. menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, membolos, tidak mau mencatat pelajaran, dan lain-lain ; f. menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadpi situasi tertentu (Rochman Natawidjaya, 1984:20).

2.

Latar Belakang Kesulitan Belajar Kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa disebabkan berbagai faktor, baik yang terdapat dalam diri anak maupun di luar dirinya. a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar meliputi:

15

1)

Kondisi fisiologis yakni kemampuan, keutuhan anggota badan, keadaan gizi dan kondisi panca indera.

2)

Kondisi psikologis meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.

b.

Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari luar diri siswa yang sedang belajar meliputi: 1) Faktor lingkungan, meliputi lingkungan alami yakni udara, suhu, iklim, dan lingkungan sosial meliputi masyarakat dan teman belajar. 2) Faktor instrumental yaitu faktor yang penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, meliputi kurikulum, metode, sarana, fasilitas, guru.

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam hal prestasi belajar dan kesulitan belajar pada pokok bahasan Kelipatan suatu bilangan maka peneliti membentuk kelompok-kelompok kecil dan membuat media garis bilangan.

D.

Pembahasan Materi Kelipatan Suatu Bilangan

16

Sesuai dengan kurikulum 2006, pada kompetensi dasar terdapat dua materi yaitu faktor dan kelipatan, dalam penelitian ini materi yang dikaitkan dengan penelitian tindakan kelas adalah tentang kelipatan suatu bilangan. Contoh Kelipatan Suatu Bilangan Perhatikan tabel perkalian di bawah ini:

(Depdiknas, 2006) 1x2 =2 2x2 =4 3x2 =6 4x2 =8 5 x 2 = 10 2 didapat dengan cara mengalikan 2 dengan 1 4 6 8 didapat dengan cara mengalikan 2 dengan 2 didapat dengan cara mengalikan 2 dengan 3 didapat dengan cara mengalikan 2 dengan 4

10 didapat dengan cara mengalikan 2 dengan 5

2, 4, 6, 8, 10, ... masing masing di dapat dengan cara mengalikan 2 dengan bilangan asli, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, ... kita katakan bahwa : bilangan bilangan 2, 4, 6, 8, 10, ... adalah bilangan bilangan kelipatan 2. Coba tuliskan bilangan bilangan asli kelipatan 2 yang < 20. Marilah kita perhatikan bilangan bilangan kelipatan 2 di atas.

17

2 1x2

,

4

,

6

,

8

,

10

, ...

2x2 3x2 4x2 5x2 Langkah untuk mendapatkan bilangan-bilangan kelipatan 2 adalah: Langkah ke-1 : Tulislah dalam bentuk perkaliannya. 1 x 2, 2 x 2, 3 x 2, 4 x 2, 5 x 2, ... Langkah ke-2 : Tulislah dalam bentuk hasil kalinya. 2, 4, 6, 8, 10, ... 9 x 2 = 18 adalah bilangan asli kelipatan 2 yang < 20 yang paling besar. Jadi bilangan-bilangan asli kelipatan 2 yang