bab i fix
DESCRIPTION
nvnmbmjTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nyeri bersifat subjektif dan merupakan sensasi sekaligus emosi. Pada
sebagian besar pasien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau
rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi menciderai (berbahaya). Nyeri
berfungsi protektif, memicu respon terhadap stress berupa penarikan, melarikan
diri, atau mobilisasi tubuh. Namun, apabila fungsi protektif ini sudah selesai,
nyeri yang berlanjut dapat memperlemah pasien, karena sering disertai oleh suatu
respon stress berupa meningkatnya rasa cemas, denyut jantung, tekanan darah,
dan kecepatan pernafasan. Nyeri adalah alasan tersering yang diberikan oleh
pasien apabila mereka ditanya kenapa berobat.1
Obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter
sebagai analgetik dan anti-inflamasi adalah obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Efek terapi OAINS sebagai anti-inflamasi analgetik, berasal dari
kemampuannya untuk menghambat enzim siklooksigenase yang terdapat dalam 2
isoform yang disebut COX-1 dan COX-2 sehingga biosintesis prostaglandin yang
merupakan mediator nyeri tidak terjadi. Salah satu obat golongan OAINS yang
sering digunakan adalah Ibuprofen (Motrin, Advil). Ibuprofen adalah OAINS
COX-nonselektif yang dapat menimbulkan efek analgesik pada dosis 200-400 mg.
Sehingga ibuprofen dosis 200 mg dijual sebagai obat generik bebas di beberapa
negara termasuk di indonesia. Meskipun ibuprofen tergolong obat yang cukup
1
2
aman, namun perlu diperhatikan dalam penggunaannya karena dapat
menimbulkan efek samping. Secara umum OAINS berpotensi menyebabkan efek
samping pada 3 sistem organ yaitu saluran cerna, ginjal dan hati. Efek samping
yang paling sering terjadi adalah induksi tukak peptik, dan gangguan fungsi
trombosit.1,2,3
Efek samping yang ditimbulkan oleh obat sintetik kimiawi dapat menjadi
alasan bagi masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dengan kembali
mengkonsumsi obat-obatan alami dalam menyembuhkan penyakit. Hal ini dapat
memberikan peluang besar bagi Indonesia yang diketahui memiliki ragam
tanaman dengan jumlah yang sangat banyak. Salah satunya adalah tanaman obat
yang jumlahnya mencapai 7500 spesies, sehingga 30 tahun ke depan tanaman obat
berpotensi sangat cerah.4 Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya
bangsa yang perlu dilestarikan, diteliti, dan dikembangkan.5 Penggunaan tanaman
obat harus dapat dipertanggung jawabkan serta didukung dengan data ilmiah,
supaya kontroversi pemakaiannya dalam praktek kedokteran sehari-hari dapat
dihindari. Penelitian ilmiah tanaman obat telah banyak dilakukan oleh para
peneliti, diantaranya tanaman obat yang berkhasiat sebagai analgesik.6
Senyawa kimia seperti flavonoid dan polifenol yang terkandung pada obat
tradisional seperti kayu rapat (Parameria laevignata J.) dan madu telah terbukti
bersifat analgetikum dengan cara melindungi membran lipid dan mencegah enzim
siklooksigenase sehingga produksi prostaglandin dapat terhambat.6,7,8 Flavonoid
adalah salah satu turunan dari senyawa polifenol merupakan senyawa metabolit
skunder yang terdapat pada tanaman hijau. Senyawa yang bersifat antioksidan ini
dapat ditemukan pada batang, daun, bunga dan buah.9
3
Tanaman lengkuas (Alpinia galangal L.) adalah obat tradisional yang kaya
akan metabolit sekunder seperti senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan minyak
atsiri.10,11,12 Lengkuas juga terbukti berkhasiat sebagai antibakteri,12 antijamur,13
antikanker,14 dan antialergi.15 Selain itu rimpang lengkuas dapat berfungsi sebagai
penyembuhan memar, ekspektoran, gangguan lambung dan saluran cerna.16 Hal
tersebut di atas yang menjadi latar belakang peneliti untuk mengeksplorasi
aktivitas infusa herba dan rimpang lengkuas terhadap respon nyeri tikus (Rattus
norvegicus).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu :
1. Apakah infusa herba dan rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memiliki
efek analgesic pada tikus ?
2. Berapa konsentrasi efektif infusa herba dan rimpang lengkuas (Alpinia
galanga L.) sebagai analgesik ?
3. Bagaimana aktivitas analgesik infusa herba dan rimpang lengkuas (Alpinia
galanga L.) bila dibandingkan dengan ibuprofen?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Membuktikan efek infusa herba dan rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.)
sebagai analgesik pada tikus (Rattus norvegicus).
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui infusa herba dan rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) 10%,
20%, dan 40% memiliki efek analgesik.
4
2. Mengetahui konsentrasi efektif infusa herba dan rimpang lengkuas (Alpinia
galanga L.) sebagai analgesik.
3. Mengetahui aktivitas analgesik infusa herba dan rimpang lengkuas (Alpinia
galanga L.) bila dibandingkan dengan ibuprofen.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Keilmuan
Memberikan tambahan pengetahuan mengenai manfaat herba dan rimpang
lengkuas Alpinia galangal L. sebagai analgesik.
1.4.2. Manfaat Praktis
Sebagai studi pendahuluan yang terkait dengan efek analgesik dengan bahan
herbal khususnya lengkuas (Alpinia galangal L.) sehingga nantinya mampu
menjadi pilihan obat alternative.