bab i askeb neonatus

Upload: dede-c-ngenk

Post on 08-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askeb

TRANSCRIPT

PAGE 15

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSaat ini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.Pada tahun 2007 terdapat 24 ibu hamil yang dinyatakan positif mengidap virus HIV/AIDS. Bila jumlah ibu hamil yang positif HIV bertambah, ada kemungkinan peningkatan balita yang terinfeksi penyakit yang sama. Sebagian besar data dan fakta lapangan bahwa kota Surabaya menduduki peringkat 1 dalam kasus HIV/AIDS di Jawa Timur, terdapat 449 (75,59%) kasus berada di Surabaya dari jumlah total 594 kasus HIV/AIDS di Jawa Timur. Angka kematian akibat HIV/AIDS masih tinggi, 80 persen sudah mengidap AIDS. Di Jatim jumlah akumulasi penderita HIV/AIDS yang meninggal sejak tahun 1989 sampai Agustus 2007 mencapai 339 orang dari 1.445 penderita AIDS.

Penyakit AIDS disebabkan karena melemah atau pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah viral load yang cukup rendah untuk dianggap aman.

Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh virus HIV. HIV dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya. Tanpa upaya terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah ibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi.

Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS sehingga kita sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan nantinya bisa memberikan asuhan keperawatan dengan baik.

1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan bagaimana masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah: 1. Apakah HIV/AIDS itu? 2. Bagaimana penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS tersebut?

3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulis mengangkat masalah AIDS dalam Makalah ini adalah1. Untuk mengetahui HIV/AIDS tersebut.2. Agar mengerti tentang penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS. 3. Supaya memahami cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah: Untuk memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi muda tentang AIDS, sehingga dengan demikian kita semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja menyebabkan penyakit AIDS.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.Acquired : didapat, bukan penyakit keturunanImmune : sistem kekebalan tubuhDeficiency : kekuranganSyndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit.AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare). Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut. Kasus AIDS pertama pada wanita diamerika serikat dilaporkan terjadi pada tahun 1981.

AIDS merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 25-34 tahun dikota new York.

Menurut CDC penyebab terjadinya infeksi HIV pada wanita secara berurutan dari yang terbesar adalah sebagai berikut pemakai obat injeksi terlarang 51 %, wanita heteroseksual 34%, transfusi darah 8%, dan tidak diketahui sebanyak 7%, sekitar 85% dari wanita yang menderita AIDS tersebut berada dalam usia subur anatar 15-44 tahun,oleh karena itu terdapat resiko untuk menularkan HIV kepada anak selam kehamilan, persalinan dan melaluiASI

2.2 Etiologi. Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;

1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). (WHO, 2003).

2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.

3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.

4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV..

5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.

2.3 Cara penularan HIV/AIDS dari Ibu ke bayi. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain bisa juga ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi jumlahnya sangat sedikit.

Sejumlah 75-85% penularan virus ini terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama para pemakai narkoba suntik yang dipakai bergantian), 3-5% dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar.

Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-50 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat . Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan tertular virus tersebut melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, proses persalinan dan pemberian ASI.Menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:

1. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.

2. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya. Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup. Berdasarkan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Apabila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan jika gejala AIDS sudah tampak jelas maka kemungkinannya akan meningkat mencapai 50% (PELKESI, 1995).Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:

1. Periode kehamilan. Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:

a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan.

b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu.c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.

d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.2. Periode persalinan.Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.

Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah:

a. Lama robeknya membran.

b. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).

c. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomi.

d. Anak pertama dalam kelahiran kembar.3. Periode Post Partum.Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resikoa. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.

b. Status gizi ibu yang buruk2.4 Infeksi Pada BayiJika dites HIV, sebagian besar bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV-positif menunjukkan hasil positif. Ini berarti ada antibodi terhadap HIV dalam darahnya. Namun bayi menerima antibodi dari ibunya, agar melindunginya sehingga sistem kekebalan tubuhnya terbentuk penuh. Jadi hasil tes positif pada awal hidup bukan berarti si bayi terinfeksi.Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem kekebalan tubuhnya akan membentuk antibodi terhadap HIV, dan tes HIV akan terus-menerus menunjukkan hasil positif. Jika bayi tidak terinfeksi, antibodi dari ibu akan hilang sehingga hasil tes menjadi negatif setelah kurang-lebih 6-12 bulan. Sebuah tes lain, serupa dengan tes viral load dapat dipakai untuk menentukan apakah bayi terinfeksi, biasanya beberapa minggu setelah lahir. Tes ini, yang mencari virus bukan antibodi, saat ini hanya tersedia di Jakarta, dan harganya cukup mahal.

2.5 Kesehatan IbuPenelitian baru menunjukkan bahwa perempuan HIV-positif yang hamil tidak menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak mempengaruhi kesehatan perempuan HIV-positif.

Namun, terapi jangka pendek untuk mencegah penularan pada bayi bukan pilihan terbaik untuk kesehatan ibu. ART adalah pengobatan baku. Jika seorang perempuan hamil hanya memakai obat waktu persalinan, kemungkinan virus dalam tubuhnya akan menjadi resistan terhadap obat tersebut. Hal ini dapat menyebabkan masalah untuk pengobatan lanjutannya.Seorang ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan semua masalah yang mungkin terjadi terkait ART: 1. Jangan memakai ddI bersama dengan d4T dalam ART-nya karena kombinasi ini dapat menimbulkan asidosis laktik dengan angka tinggi.

2. Jangan memakai efavirenz atau indinavir selama kehamilan.

3. Bila CD4-nya lebih dari 250, jangan mulai memakai nevirapine.4. Beberapa dokter mengusulkan perempuan berhenti pengobatannya pada triwulan pertama kehamilan. 2.6 Tanda Dan Gejala Penyakit AIDS Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :

1. Saluran pernafasan Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.

3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah pelvic inflammatory disease (PID) dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).2.7 Diagnosis.

1. VCT (Voluntary Counseling Testing)

VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga, dan lingkungannya. Tujuan VCT.

a. Upaya pencegahan HIV/AIDS.

b. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi / pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV

c. Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat

Faktor yang menyebabkan diagnosa AIDS pada wanita terlambat antara lain adalah sulitnya fasilitas untuk didatangi,buruknya penggunaan fasilitas kesehatan, sedikitnya kecurigaan tenaga kesehatan terhadap kemungkinan timbulnya AIDS pada wanita selain itu wanita yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena AIDS tidak menyadari gejala awal dari infeksi HIV .Gejala ginekologi seringkali menjadi tanda pertama dari infeksi HIV pada wanita. Tetapi gejala ini belum termasuk dalam kretria CDC tentang infeksi AIDS sehingga para dokter tidak mencurigainya sebagai infeksi HIV . gejala ginekologi pada infeksi AIDS setelah dilakukan refisi pada sistem klasifikasi ditahun 1993 anatara lain kandidiasis vulvovaginal yang persisten, sering timbul, atau hampir tidak memberikan respon terhadap terapi : displasia serviks sedang ampai inpasif penyakit inflamasi pelvis terutama yang disertai dengan abses pada tuba dan ovarium : dan ulkus herves simpleks yang timbul lebih dari satu bulan . gejala ginekologi lainnya yang belum dimasukan kedalam kritria klasifikasi adalah ulkus genetal, virus human papiloma, sifilis dan kondiloma akuminata.

2. Pemerikasaan Laboratorium.

a. Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA;tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV ; penurunan sel T limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan perbandingan 2:1 dengan sel T4; peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV); peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai polymerase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV mungkin positif).b. Pemeriksaan histologis, sitologis urin,darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi.c. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.

d. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.3. Tes Antibodi.

a. Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.

b. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.

c. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot untuk memastikan seropositifitas.

d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.4. Pendeteksian HIV.

Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus (viral burden).2.8 HIV& AIDS Dimasa Kehamilan

Banyak wanita yang mengetahui status HIV mereka melalui pemeriksaan perintal. Dalam keadaan ini, adalah baik untuk memberikan nasihat tentang kehamilannya, baik itu berupa penghentian ataupun kelanjutan dari kehamilan. Angka transmisi vertikal dari ibu kejanin yang dikandung sebesar 25 % - 35% hasil studi lainnya ada yang menunjukan angka yang lebih tinggi .

Wanita mungkin membutuhkan pemeriksaan awal dan perawatan terhadap HIV pada saat hamil pemeriksaan yang biasa dilakukan terhadap individu yang terinfeksi tetapi tidak menunjukan gejala tidak perlu diubah. Pemeriksaan nilai CD4 harus dilakukan setiap 3bulan untuk menentukan apakah pasien perlu diberikan zidovudin atau obat profilaksis terhadap penomonia pneumocysties carinii. Pengobatan pada wanita hamil tidak berbeda dengan wanita yang tidak hamil hanya sedikit, mungkin tidak ada, trapi yang cukup memiliki kemampuan untuk mengganggu janin sehingga perlu diganti pemberiannya 2.9 PengobatanPemberian profilaksis PPC tidak boleh ditunda pada wanita hamil yang mempunyai nilai T4 kurang dari 200mm . PPC telah dikaitkan dengan rendahnya hitung T4 sama seperti pada wanita tidak hamil. Pemberian sulfametoksazol atau pentamidin aerosol dapat dilakukan. Tetapi pada pemberian sulfametoksazol harus diwaspadai adanya toksisitas bilirubin pada fetus dan neonatus. Pada terapi dengan sulfametoksazol ditemui adanya kernikterus pada bayi-bayi prematur. Oleh karena itu terapi sulfamethoxazole diberikan pada trimester pertama dan kedua serta terapi pentanidin aerosol pada trimester ketiga . pentamidin aerosol hanya berada dalam serum dengan kadar yang rendah dan hanya sedikit yang masuk kejanin.Penggunaan zidovudin perlu ditawarkan pada wanita hamil dengan nilai T4 kurang dari 500mm, lebih baik bila terapi ini diberikan sesudah trimester pertama setelah untung rugi dari pemberian terapi ini didiskusikan . akibat dari pemberian terapi ini adalah anemia, rasa mual, muntah, kemungkinan terjadi malformasi pada janin dan adanya perbaikan setatus kekebalan

Penatalaksanaan persalinan & postpartumTindakan berhati-berhati haru dilakukan pada setiap pasien dan tidak terbatas pada wanita yang terinfeksi oleh HIV . pelindung mata perlu dikenakan selama pemeriksaan dengan menggunakan spekulum untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya ruptur membran dan selama persalinan. Pengisap tradisional Delee yang menggunakan mulut tidak boleh digunakan untuk menghisap mekonium dari saluran pernafasan bayi. Sebagai gantinya dapat digunakan kateter penghisap yang dihubungkan dengan alat penghisap yang ada didinding dengan menggunakan pipanpanjang.

Karena angka kejadian transmisi vertikal atau plasenta adalah kira-kira sebesar25%-35%, semua janin harus diperlakukan sebagai individu yang tidak terifeksi saat persalinan. Pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari transmisi horizontal atau transmisi dari ibu kebayi ibu diijinkan untuk menggendong bayinya tetapi harus dengan berhati hati agar bayi tidak terpapar oleh sekresi ibu HIV dapat ditemukan pada air susu ibu. The american collage of obstetricians and gynocologists menghimbau agar wanita yang terinfeksi oleh HIV tidak menyusui sendiri bayinyaKeluarga BerencanaWanita yang terinfeksi oleh HIV masih mempunyai hak untuk memilih metode kontrasepsi yang mereka sukai. Menderita HIV tanpaknya tidak menghambat keiginan untuk hamil pada beberapa wanita, sebagian wanita merasa bahwa merka mempunyai warisan untuk ditinggalkan dan lebih deket dengan pasangan mereka melalui anak yang dilahirkan. Walauun begitu adapula sebagaian wanita yang tidak menghendaki kehamilan. Wanta-wanita ini perlu mendapatkan konseling mengenai jenis-jenis kontrasepsi disertai informasi tentang keuntungan dan kerugiannya. Tindakan pembeahan sterilisasi jangan disarankan atau dihilangka jika cara ini dipilih oleh pasien denga tujuan sebagai alat kotrasepsi, tindakan ini harus dilakukan dengan stadar yang berlaku metode penghalang seperti pemakaian kondom dapat memberikan perlindungan terhadap terjadinya infeksi HIV dan penyaki-penyakit hubungan seksual, tetapi tidak mempunyai angka keberhasilan yang sama tinggi dengan alat kontrasepsi lainnya seperti kontrasepsi oral atau norplant dalam mencegah terjadinya kehamilan. Metode pencegahan lainnya seperti diafragma dan spons sama sekali tidak efektif sebagai alat kontrasepsi atau sebagai alat untuk menvegah terjadinya transmisi HIV ataupun penyakit-penyakit hubungan seksual

Kontrasepsi oral dan kontrasepsi hormon berjangka panjang seperti norplant dan depo provera tidak merupakan kontraindikasi pada wanita yang terinfeksi HIV disaat ini . penelitian kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan gangguan perjalanan penyakit HIV .

Pemakaian spiral/ IUD tidak dianjurkan pada wanita yang terinfeksi oleh HIV karena kemungkinan dapat menjalarkan infeksi keatas sehingga menimbulkan penyakit inflamasi pelvis (PIP). Wanita yang menggunakan spiral mempunyai kecendrungan untuk mengalami pendarahan yang dapat menyebabkan transmisi HIV lebih mudah terjadi. Jika wanita yang terinfeksi oleh HIV memilih menggunakan alat kontrasepsi selain kondom, maka mereka diingatkan agar tetap memakai kondom untuk melindungi pasangannya dari HIV dan dirinya sendiri dari penyakit hubungan seksual.Pencegahan Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:

1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang baru dilahirkan. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 23 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.2. Penanganan obstetrik selama persalinan. Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.3. Penatalaksanaan selama menyusui. Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.TINJAUAN KASUSSOAP ANTENATALCARE (ANC)

Tanggal : 27- 03-2012 Pukul : 11- 45 wib

A. Identitas.

Nama Ibu: NadirahNama Suami : SyahrilUmur : 33 thnUmur : 35 thnSuku/Bangsa : Aceh/IndonesiaSuku/Bangsa : Aceh/IndonesiaAgama: IslamAgama : Islam

Pendidikan: SMAPendidikan : SMA

Alamat: Paya DemamAlamat : Paya demam

B. Subjektif.

Ibu mengatakan ini kehamilan pertama

HPHT : 10-10-2012

Ibu mengatakan pusing, sering demam, batuk sudah 3 minggu, sariawan susah untuk makan. Adanya cairan seperti keputihan yang berbau.

C. Objektif.

TD: 110/60 mmHgPols: 74 x/mTemp: 36CResp : 20 x/mTB: 156 CmBB : 55 KgLILA : 27,0 Cm Pemeriksaan Leopold :Tinggio fundus uteri : 34 cmposisi punggung janin : PUKAbagian terendah janin : kepalaPenurunan bagian terendah :Kepala sebagian kecil sudah masuk PAP / Convergent.

DJJ:130 X /menitTBJ : 3565 GramTTP : 17-7 - 2012 K/U : Kurang Baik.

Pemeriksaan Kebidanan : ibu positif terkena Virus HIV.

D. Assesment.

Ibu dengan G: I P: 0 A: 0 umur kehamilan 38 minggu, janin hidup intra uterin, posisi PUKA, presentasi kepala dan Convergent, keadaan ibu kurang baik pemantau lebih lanjut akan kondisi ibu, karena ibu tertular Virus HIV.E. Plening.

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga2. Menginformasikan keadaan ibu dan janinya berdasarkan hasil pemeriksaan.

3. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi.

4. Menginformasikan pada ibu tentang tanda bahaya selama kehamilan.

5. Memberi tablet fe dengan dosis 1 tablet sehari.

6. Memberikan ibu obat ARV untuk dikonsumsi selama kehamilan.

7. Penanganan dan pelayanan yang lebih ekstra untuk pasien yang dimaksudkan

8. Menganjurkan ibu untuk kembali apabila ada keluhan.

9. Pendokumentasian tentang data- data pasien. BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan AIDS disebabkn oleh virus yang bernama HIV, Human Immunodeficieny Virus apabila terinfeksi HIV maka tubuh akan mencoba melawan infeksi tersebut tubuh akan membentuk antibodi , yaitu molekule-molekule khusus untuk melawan HIV tes darah untuk HIV berfungsi untuk mencari kebradaan antibodi tersebut apabila memiliki antibodi ini dalam tubuh kita, maka artinya ita telah terinfeksi HIV, orang yang memiliki antibodi HIV disebut ODHAKarena wanita hanya sebagian kecil dari kasus infeksi HIV, maka informasi klinik penting tentang epidimeologi, menentukan kasus, dan pengobatan HIV baru mulai disingkapkan belakangan ini studi telah mendukung perubahan difinisi dan klasifikasi AIDS oleh CDC untuk mengikut sertakan penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada wanita studi lanjutan akan memberikan kontribusi yang lebih banyak lagi terhadap perawatan pasien3.2 SaranAgar kita semua terhindar dari AIDS, maka kita harus berhati-hati memilih pasangan hidup, jangan sampai kita menikah dengan pasangan yang mengidap HIV AIDS karna selain dapat menular kepada diri kita sendiri juga dapat menular kepada janin dalam kandungan kita, kita juga harus berhati-hati dalam pemakaian jarum suntik secara bergantian dan transfusi darah dengan darah yang sudah terpapar HIV .DAFTAR PUSTAKA

Hudak- Gallo : KEPERAWATAN KRITIS : Pendkatan holistik,Ed.6,Vol 1&2

Kee-hayes : FARMAKOLOGI :Dengan pendekatan proses keperawatan.

Shawn C.Shea M.D.:WAWANCARA PSIKIATRI: Seni pemahaman. Talbot :PENGKAJIAN PERAWATAN KRITIS,ED.2.

Podomoro agung sunter.penerbit buku kedokteran.jakarta:EGC18