bab 4 pembahasan objek penelitian blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/bab4/2012-2-01020-mc...
TRANSCRIPT
47
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Graha Layar Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa dan produk. Konsep utama dari PT. Graha Layar Prima
adalah one entertainment center. Blitzmegaplex merupakan salah satu bentuk
usaha yang dikelola oleh PT. Graha Layar Prima.
Gambar 4.1 Logo Blitzmegaplex
Blitzmegaplex berdiri berdasarkan pengalaman pribadi dari CEO
Blitzmegaplex, David Hilman, dimana David Hilman merasa kecewa setiap
kali menonton film. Pencarian parkir yang sulit dan antiran yang panjang
dalam bioskop untuk memperoleh tiket menonton menjadi inspirasi bagi David
Hilman untuk mendirikan suatu jaringan bioskop dengan konsep baru. Alasan
lainnya adalah minimnya variasi film dan waktu tayang yang tersedia di
bioskop.
Ananda Siregar selaku Direktur Utama dari Blitzmegaplex melihat
adanya peluang besar dalam bisnis hiburan ini, dikarenakan masih terbatasnya
pilihan hiburan yang tersedia di luar rumah dan meningkatnya animo dari
generasi muda yang mencari hiburan di luar rumah mereka.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Singapura yang memiliki
jumlah penduduk hanya kisaran tiga juta penduduk, namun memiliki empat
48
pengelola bioskop dan Kuala Lumpur yang memiliki jumlah penduduk sekitar
dua sampai dengan tiga juta penduduk, namun sudah memiliki lima pengelola
bioskop. Jumlah penduduk Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sekitar
dua ratus juta penduduk merupakan pasar potensial bagi Blitzmegaplex.
Sebelum Blitzmegaplex didirikan, David Hilman mengadakan riset sejak
tahun 2002 untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pesaing yang sudah
lama mendominasi pasar. David Hilman banyak membaca buku referensi untuk
memperoleh penjelasan yang mendetail mengenai bioskop, mengadakan focus
group discussion bagi komunitas di setiap daerah yang akan dibangun
Blitzmegaplex, mengunjungi beberapa bioskop di luar negeri. Bahkan Ananda
Siregar sempat mengadakan survey selama 2 tahun mengenai kebiasaan dan
pola menonton masyarakat di Jakarta terutama di mall – mall kelas atas.
Ananda juga melakukan kerja praktek di Golden Screen Malaysia selama 6
bulan dan mempelajari banyak hal mengenai operasional bioskop, mulai dari
memasang film, memutar proyektor hingga cara mengolah popcorn untuk
pelanggan.
Pada 26 Oktober 2006, Blitzmegaplex resmi di buka untuk pertama
kalinya di Paris Van Java, Bandung. Gerai kedua Blitzmegaplex terletak di
Grand Indonesia, Jakarta pada tanggal 21 Maret 2007. Selanjutnya
Blitzmegaplex membuka beberapa gerai secara berturut – turut di Pasific Place
pada tanggal 16 Januari 2008, Mall of Indonesia pada tanggal 7 November
2008, Mall Teras Kota, BSD pada tanggal 17 Juli 2009, Central Park pada
tanggal 22 April 2010, Bekasi Cyber Park pada tanggal 3 Juni 2011, The Plaza
Balikpapan pada tanggal 26 Oktober 2012, dan gerai terakhir terdapat di Kepri
Mall, Batam yang didirikan pada tanggal 29 Desember 2012.
49
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
4.1.2.1 Visi
“ To be the ultimate choice for the most unforgettable entertainment
experiences”
The main focus of the above visions are :
- The ultimate choice : as the most preferred choice for entertainment
experiences chosen by the target market.
- The most unforgettable entertainment experiences : through a combination
of extraordinary product and services.
Artinya :
Visi
“ Menjadi pilihan utama pengalaman hiburan yang paling tak terlupakan.”
- Pilihan Utama : Sebagai pengalaman hiburan terpilih yang paling tak
terlupakan oleh target pasar.
- Pengalaman hiburan yang paling tak terlupakan : Melalui kombinasi
produk dan jasa yang luar biasa.
4.1.2.2 Misi
- To provide the most innovative, fun and enjoyable entertainment
experiences to all our customers.
- To create growth opportunities to all our stakeholders, employees,
suppliers and community in a “green” way
50
Artinya :
Misi
- Untuk menyediakan pengalaman hiburan yang paling menyenangkan, seru
dan inovatif untuk seluruh konsumen.
- Untuk menciptakan peluang pertumbuhan bagi para stakeholder,
karyawan, distributor dan masyarakat dengan cara yang “sehat”.
4.1.3 Struktur Perusahaan
Tabel 4.1 Struktur Perusahaan
Sumber : Blitzmegaplex
COO
General Manager
Regional Manager
Cinema Manager
Ass. Cinema Manager Departement
Unit
Section Administration
Administration
Store & Stock Management
Performance Monitoring
Commercial
Merchandising
Concession
Box Office
Support
Movie Club
Concierge
CRO
Service
Usher
Cleaning Service
Security
Maintenance
Projectionist
IT
51
4.1.4 Job Description (Deskripsi Pekerjaan)
4.1.4.1 Cinema Manager
a. Melakukan analisa terhadap pesaing di area Jakarta, Bandung dan
Tangerang.
b. Mempelajari kegiatan operasional bioskop.
c. Memberikan masukkan kepada departemen – departemen terkait
sehubungan dengan kinerja bioskop.
d. Membuat work flow kegiatan operasional.
e. Membuat deskripsi tugas dan tanggung jawab masing – masing
departemen.
f. Membuat modul pelatihan.
g. Melakukan penerimaan karyawan operasional (bekerja sama dengan
Human Resource).
h. Melakukan pelatihan bagi karyawan baru
4.1.4.2 Box Office (Ticketing)
a. Memberikan pelayanan penjualan tiket film
b. Memberikan informasi tentang film yang diputar dalam Blitzmegaplex
kepada pelanggan.
c. Mengetahui setiap promo yang berlangsung di Blitzmegaplex.
d. Mendata penjualan tiket di Blitzmegaplex perharinya.
4.1.4.3 Concession (Counter Snack)
a. Memberikan pelayanan dalam penjualan snack dalam Blitzmegaplex.
b. Mendata jumlah penjualan snack perharinya
52
4.1.4.4 Merchandising
a. Melayani penjualan merchandising di Blitzshoppe kepada konsumen.
b. Melakukan pendataan jumlah penjualan merchandising perbulannya.
c. Memberikan penjelasan mengenai kegunaan dan fungsi dari merchant
yang dijual.
4.1.5 Bidang Usaha Blitzmegaplex
Blitzmegaplex merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
dan produk. Blitzmegaplex menawarkan berbagai macam hiburan dengan
konsep one entertainment center.
Blitzmegaplex menyediakan berbagai macam film baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Seperti Film Indonesia, Hollywood, Hongkong, Eropa.
Blitzmegaplex juga menayangkan beberapa film yang hampir tidak pernah
ditayangkan oleh kompetitornya, seperti film Hindi (Bollywood), Thailand dan
Korea.
Sebagai perusahaan bioskop, pendapatan utama Blitzmegaplex berasal
dari penjualan tiket film yang harganya berbeda – beda untuk setiap daerah di
mana Blitzmegaplex tersebut berada. Hal ini merupakan upaya penyesuaian
terhadap daya beli masyarakat di daerah sekitar Blitzmegaplex. Blitzmegaplex
dalam auditoriumnya menerapkan standar harga tiket yang berbeda
berdasarkan tipe – tipe auditorium yang terdiri dari :
53
4.1.5.1 Regular Class
Regular Class merupakan auditorium Blitzmegaplex yang paling
standar. Regular Class ini tersedia di semua gerai Blitzmegaplex. Jumlah
tempat duduk maksimum dalam regular class adalah 200 buah dalam satu
auditorium.
Gambar 4.2 Regular Class Blitzmegaplex
Sumber : www.blitzmegaplex.com
4.1.5.2 Satin Class
Satin Class merupakan auditorium yang berada satu level lebih tinggi
dari regular class. Satin class saat ini hanya tersedia di Blitzmegaplex Grand
Indonesia dan The Plaza, Balikpapan. Kapasitas masing – masing satin class
ini adalah 52 kursi.
Gambar 4.3 Satin Class Blitzmegaplex
Sumber : www.blitzmegaplex.com
54
4.1.5.3 Velvet Class
Velvet Class Blitzmegaplex menawarkan kenyamanan dalam menonton
film dengan sofa bed. Para penonton bisa menyaksikan film dengan
kenyamanan ekstra sambil tiduran yang dilengkapi dengan bantal empuk dan
selimut yang hangat. Blitzmegaplex juga menyediakan sandal tidur yang
dapat digunakan jika penonton ingin pergi ke kamar kecil. Jika memerlukan
bantuan, penonton dapat memanggil petugas hanya dengan menekan tombol
yang terdapat di setiap sofa bed. Saat ini velvet class hanya tersedia di Pasific
Place, Mall of Indonesia dan Central Park.
Gambar 4.4 Velvet Class Blitzmegaplex
Sumber : www.blitzmegaplex.com
4.1.5.4 Velvet Suite
Velvet Suite adalah suatu fitur baru yang hanya tersedia di
Blitzmegaplex Central Park. Perbedaan antara velvet class dan velvet suite
adalah velvet class hanya dapat dinikmati oleh dua penonton saja, namun
velvet suite memberikan fasilitas tambahan yakni sofa yang nyaman agar
penonton dapat mengajak dua orang anggota keluarganya dengan
kenyamanan yang tetap ekslusif.
55
Gambar 4.5 Velvet Suite Blitzmegaplex
Sumber : www.blitzmegaplex.com
4.1.5.5 Dining Cinema
Blitzmegaplex membuka dining cinema pada tanggal 5 November 2008
di Mall of Indonesia. Konsep dining cinema memadukan antara kenikmatan
menonton film seru dan kenikmatan sajian istimewa dalam auditorium khusus
yang nyaman dan elegan berkapasitas terbatas. Suasana auditorium dining
cinema ini mirip seperti velvet class, hanya saja kursinya bukan sofa bed
melainkan sofa biasa yang dilengkapi dengan meja makan. Kapasitasnya
terdiri dari 32 reclining seats di Mall Of Indonesia.
Gambar 4.6 Dining Cinema Blitzmegaplex
Sumber : www.blitzmegaplex.com
4.1.5.6 3D Cinema
Sebagai upaya mengikuti perkembangan teknologi audio video di
dunia, Blitzmegaplex memanjakan penonton dengan pemutaran film – film
56
3D yang didukung teknologi RealD. Blitzmegaplex pertama kali
menghadirkan 3D Cinema ini di Grand Indonesia pada April 2009.
Blitzmegaplex menyediakan auditorium khusus untuk memutar film – film
3D untuk memaksimalkan kemampuan teknologi RealD yang digunakan.
Untuk menonton film 3D ini, penonton akan dipinjami sebuah kacamata
khusus sehingga gambar yang ditampilkan dapat terlihat lebih berdimensi.
Auditorium khusus dengan silver screen yang digunakan untuk mendukung
teknologi RealD dapat juga digunakan untuk menampilkan film – film non
3D sehingga gambar yang dihasilkan menjadi lebih baik, hal ini
menyebabkan Blitzmegaplex tak jarang juga memutar film – film biasa (non
3D) pada auditorium yang biasa digunakan untuk memutar film 3D. Harga
tiket untuk film 3D ini bervariasi untuk tiap bioskop Blitzmegaplex dan dapat
dilihat pada daftar harga di sub – bab selanjutnya.
4.1.6 Jumlah Layar dan jumlah maksimal penonton di masing – masing
auditorium Blitzmegaplex Central Park
Tabel 4.2 Jumlah Layar dan Jumlah Maksimal penonton di masing – masing
Auditorium Blitzmegaplex Central Park
Nama Bioskop
Regular Class
Satin Class
Velvet Class
Velvet Suite
Dining Cinema
3D Cinema Total
L P L P L P L P L P L P Central
Park 10 1.819 - - 2 84 1 20 - - - - 1.923
Sumber : Hasil Observasi (2013)
Keterangan :
L = Jumlah Layar
P = Jumlah Maksimal Penonton dalam masing – masing auditorium
57
4.1.7 Harga tiket bioskop di Blitzmegaplex Central Park
Tabel 4.3 Harga tiket bioskop di Blitzmegaplex Central Park
Lokasi Kelas Hari
Senin – Kamis Jumat Sabtu – Minggu (Public Holiday)
Central Park
Regular Rp. 35.000,- Rp. 40.000,- Rp. 55.000,- 3D Cinema Rp. 40.000,- Rp. 45.000,- Rp. 60.000,- Velvet Class Rp. 140.000,- Rp. 160.000,- Rp. 200.000,- Velvet Suite Rp. 200.000,- Rp. 225.000,- Rp. 250.000,- Hindi Movie Rp. 45.000,- Rp. 50.000,- Rp. 65.000,- Local Movie Rp. 30.000,- Rp. 35.000,- Rp. 50.000,-
Sumber : Hasil Observasi (2013)
4.2 Profil Konsumen
Populasi dari penelitian ini adalah jumlah maksimal dari penonton
Blitzmegaplex Central Park dalam satu bulan. Hal ini di lihat berdasarkan
jumlah kapasitas kursi penonton yang tersedia di Blitzmegaplex Central Park.
Dari jumlah populasi tersebut, diambil beberapa sampel yang mewakili
keseluruhan populasi dengan menggunakan rumus Slovin dan diperoleh hasil
sebanyak 100 responden dari penonton Blitzmegaplex Central Park pada bulan
Mei 2013.
Setelah melakukan survey dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
penonton Blitzmegaplex Central Park pada bulan Mei 2013, didapatkan data
konsumen sebagai berikut :
4.2.1 Jenis Kelamin
Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, terdapat
57 responden Laki – laki (57%) dan 43 responden perempuan (43%), dimana
hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.7 berikut :
58
Gambar 4.7 Jenis Kelamin Responden
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi : Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki – Laki 57 57% Perempuan 43 43%
Total 100 100% Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
4.2.2 Usia
Dari 100 orang responden, terdapat 15 responden yang berusia di bawah
17 tahun (15%), 22 responden yang berusia diantara 18 – 27 tahun (22%), 35
responden yang berusia diantara 28 – 37 tahun (35%), 20 responden yang
berusia 38 – 47 tahun (20%), dan 8 responden yang berusia diatas 47 tahun
(8%), dimana hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.8 berikut :
Gambar 4.8 Usia Responden
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
59
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi : Usia Responden Usia Frekuensi Presentase
< 17 Tahun 15 15% 18 – 27 Tahun 22 22% 28 – 37 Tahun 35 35% 38 – 47 Tahun 20 20%
> 47 Tahun 8 8% Total 100 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
4.2.3 Profesi
Dari 100 orang responden, terdapat 29 responden yang berprofesi sebagai
pelajar / mahasiswa (29%), 39 responden yang berprofesi sebagai karyawan
(39%), 21 responden yang berprofesi sebagai wirausaha (21%), dan 11
responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga (11%), dimana hal
tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.9 berikut :
Gambar 4.9 Profesi Responden
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi : Profesi Responden
Profesi Frekuensi Presentase Pelajar / Mahasiswa 29 29%
Karyawan 39 39% Wirausaha 21 21%
Ibu Rumah Tangga 11 11% Total 100 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
60
4.2.4 Pendapatan rata – rata per bulan
Dari 100 orang responden, terdapat 22 responden yang memiliki
pendapatan perbulan dibawah Rp. 1.000.000,- (22%), 57 responden yang
memiliki pendapatan diantara Rp. 1.000.001,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-
(57%), dan terdapat 21 responden yang memiliki pendapatan diatas Rp.
5.000.000,- (21%), dimana hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.10:
Gambar 4.10 Pendapatan per Bulan Responden
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi : Pendapatan rata – rata perbulan Pendapatan / bulan Frekuensi Persentase
< Rp. 1.000.000,- 22 22% Rp. 1.000.001,- - Rp. 5.000.000,- 57 57%
> Rp. 5.000.000,- 21 21% Total 100 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
4.2.5 Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan
Gambar 4.11 Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
61
Dari 100 orang responden, terdapat 40 responden yang menonton di
Blitzmegaplex sebanyak 1 – 2 kali per bulan (40%), 43 responden yang
menonton di Blitzmegaplex sebanyak 3 – 4 kali per bulannya (43%), dan 17
responden yang menonton di Blitmegaplex lebih dari 4 kali perbulannya (17%)
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi : Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan
Intensitas Menonton / bulan Frekuensi Presentase 1 – 2 kali 40 40% 3 – 4 kali 43 43% > 4 kali 17 17% Total 100 100% Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
4.3 Analisis Data
4.3.1 Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pernyataan yang terdapat
dalam kuesioner tersebut mampu menjelaskan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai dari r–hitung
dengan r–tabel dimana degree of freedom (df) = n – 2. Arti dari nilai n adalah
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sebanyak 100
responden. Maka, dalam penelitian ini nilai degree of freedom (df) = 100 – 2 =
98 dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel = 1,66. Dari t tabel
tersebut digunakan untuk memperoleh hasil r tabel dengan rumus :
21+=−
df
ttabelr
198
66,1
+=− tabelr
62
99
66,1=− tabelr
1668362773,0=− tabelr
17,0=− tabelr
Suatu variabel dapat dinyatakan valid jika memiliki r hitung lebih besar
dari pada r tabel. (Sarjono, 2011:45)
• Jika r hitung > 0,17, maka variabel tersebut dinyatakan valid
• Jika r hitung < 0,17, maka variabel tersebut dinyatakan tidak valid
4.3.1.1 Uji Validitas Perceived Quality (X1)
Variabel Perceived Quality diukur melalui butir pernyataan 1, 2, 3, 4
dan 5 dalam kuesioner yang di bagikan kepada responden. Dengan
menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.9 Uji Validitas Perceived Quality (X1)
No Pernyataan r hitung r tabel Keterangan 1 0,556 0,17 Valid 2 0,364 0,17 Valid
3 0,385 0,17 Valid
4 0,260 0,17 Valid
5 0,633 0,17 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang
digunakan untuk mengukur variabel perceived quality valid. Hal ini
dikarenakan semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total
Correlation) > 0,17 sehingga variabel perceived quality dapat dianalisa pada
tahap selanjutnya.
63
4.3.1.2 Uji Validitas Brand Loyalty (X2)
Variabel Brand Loyalty diukur melalui butir pernyataan 6, 7, 8, 9 dan
10 dalam kuesioner yang di bagikan kepada responden. Dengan
menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10 Uji Validitas Brand Loyalty (X2)
No Pernyataan r hitung r tabel Keterangan 6 0,405 0,17 Valid 7 0,346 0,17 Valid
8 0,367 0,17 Valid
9 0,399 0,17 Valid
10 0,538 0,17 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang
digunakan untuk mengukur variabel brand loyalty valid. Hal ini dikarenakan
semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total Correlation) > 0,17
sehingga variabel brand loyalty dapat dianalisa pada tahap selanjutnya.
4.3.1.3 Uji Validitas Purchased Decision (Y)
Variabel Purchased Decision diukur melalui butir pernyataan 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20 dalam kuesioner yang di bagikan kepada
responden. Dengan menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai
berikut
64
Tabel 4.11 Uji Validitas Purchased Decision (Y)
No Pernyataan r hitung r tabel Keterangan 11 0,729 0,17 Valid 12 0,619 0,17 Valid
13 0,616 0,17 Valid
14 0,538 0,17 Valid
15 0,682 0,17 Valid
16 0,534 0,17 Valid 17 0,467 0,17 Valid
18 0,371 0,17 Valid
19 0,583 0,17 Valid
20 0,627 0,17 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang
digunakan untuk mengukur variabel purchased decision valid. Hal ini
dikarenakan semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total
Correlation) > 0,17 sehingga variabel purchased decision dapat dianalisa
pada tahap selanjutnya.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Suatu variabel akan dinyakatan reliable jika memiliki nilai Cronbach
Alpha’s > 0,600. (Kuncoro dan Riduwan, 2008:220–221)
Tabel 4.12 Cronbach’s Alpha
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan Perceived Quality (X1) 0,679 Reliable
Brand Loyalty (X2) 0,652 Reliable Purchased Decision (Y) 0,857 Reliable
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa :
1. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Perceived Quality (X1) adalah
sebesar 0,679, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha
65
(0,679) > 0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan
yang digunakan untuk mengukur variabel perceived quality bersifat reliable.
2. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Brand Loyalty (X2) adalah sebesar
0,652, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,652) >
0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan yang
digunakan untuk mengukur variabel brand loyalty bersifat reliable.
3. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Purchased Decision (Y) adalah
sebesar 0,857, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha
(0,857) > 0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan
yang digunakan untuk mengukur variabel purchased decision bersifat
reliable.
4.3.3 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada seluruh jawaban
kuesioner, baik pernyataan untuk variabel X1, variabel X2 maupun Variabel Y
dengan melihat titik sebaran data pada gambar grafik Q-Q plot pada setiap
variabel. Data dari setiap variabel dapat dinyatakan berdistribusi secara normal,
jika sebaran data berada pada garis lurus sebaran titik plot.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah : (Santoso, 2010:92)
1. Jika Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) > 0,05, maka data dapat
dikatakan berdistribusi normal.
2. Jika Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) < 0,05, maka data dapat
dikatakan tidak berdistribusi normal.
66
Angka Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) dapat dilihat melalui test
of normality atau plot dengan menggunakan SPSS 17.0.
4.3.3.1 Uji Normalitas Perceived Quality (X1)
Tabel 4.13 Uji Normalitas Perceived Quality (X1)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Perceved Quality .086 100 .064 .980 100 .132
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.12 Grafik Normal Q-Q Plot Perceived Quality (X1)
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada uji Kolmogorov-
Smirnov Sig. = 0,064. Dimana 0,064 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
data dari perceived quality berdistribusi secara normal.
67
4.3.3.2 Uji Normalitas Brand Loyalty (X2)
Tabel 4.14 Uji Normalitas Brand Loyalty (X2)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Brand Loyalty .084 100 .078 .981 100 .154
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.13 Grafik Normal Q-Q Plot Brand Loyalty (X2)
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa pada uji Kolmogorov-
Smirnov Sig. = 0,078. Dimana 0,078 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
data dari brand loyalty berdistribusi secara normal.
68
4.3.3.3 Uji Normalitas Purchased Decision (Y)
Tabel 4.15 Uji Normalitas Purchased Decision (Y)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Purchased Decision .072 100 .200* .987 100 .466
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.14 Grafik Normal Q-Q Plot Purchased Decision (Y)
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa pada uji Kolmogorov-
Smirnov Sig. = 0,200. Dimana 0,200 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
data dari purchased decision berdistribusi secara normal.
69
4.3.4 Korelasi
Untuk mengetahui hubungan antara variabel perceived quality (X1)
dengan purchased decision (Y), dan variabel brand loyalty (X2) dengan
purchased decision (Y) dapat dilihat pada Tabel 4.16
Tabel 4.16 Uji Korelasi
Correlations
Perceived
Quality Brand Loyalty
Purchased
Decision
Perceived Quality Pearson Correlation 1 .940** .969**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
Brand Loyalty Pearson Correlation .940** 1 .930**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
Purchased Decision Pearson Correlation .969** .930** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Tabel 4.17 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Tingkat Hubungan 0,80 - 1,000 Sangat Kuat 0,60 - 0,799 Kuat 0,40 - 0,599 Cukup Kuat 0,20 - 0,399 Rendah 0,00 - 0,199 Sangat Rendah
Sumber : Kuncoro & Riduwan (2007, 233)
70
4.3.4.1 Uji Korelasi antara variabel Perceived Quality (X1) dan Purchased
Decision (Y)
Hipotesis :
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality dan
Purchased Decision.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality dan
Purchased Decision.
Dasar pengambilan keputusan :
Sig > 0,05 = Ho diterima
Sig < 0,05 = Ho ditolak
Keputusan :
Sig = 0,00
Sig < 0,05 = Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan
Terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality (X1) dan
Purchased Decision (Y). Koefisien korelasi hubungan antara Perceived
Quality (X1) dan Purchased Decision (Y) adalah sebesar 0,969, dimana
hubungan tersebut bersifat Sangat Kuat (berada dalam range 0,80 – 1,000) dan
searah karena tandanya positif.
71
4.3.4.2 Uji Korelasi antara variabel Brand Loyalty (X2) dan Purchased Decision
(Y)
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty dan
Purchased Decision.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty dan Purchased
Decision.
Dasar pengambilan keputusan :
Sig > 0,05 = Ho diterima
Sig < 0,05 = Ho ditolak
Keputusan
Sig = 0,00
Sig < 0,05 = Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan
Terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty (X2) dan
Purchased Decision (Y). Koefisien korelasi hubungan antara Brand Loyalty (X2)
dan Purchased Decision (Y) adalah sebesar 0,930, dimana hubungan tersebut
bersifat Sangat Kuat (berada dalam range 0,80 – 1,000) dan searah karena
tandanya positif.
Tabel 4.18 Hasil Analisis Korelasi Variabel X1, X2 dan Y
Hubungan antara Korelasi Sifat Hubungan X1 dan Y 0,969 Sangat Kuat, Searah dan Signifikan X2 dan Y 0,930 Sangat Kuat, Searah dan Signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
72
4.3.5 Analisis Regresi Berganda
Analisa regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh dari variabel perceived quality (X1) dan brand loyalty (X2) terhadap
purchased decision (Y) pada Blitzmegaplex. Setelah data – data kuesioner
yang telah dibagikan diolah dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.19 Variables Entered dan Model Summary
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Tabel Variables Entered menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel
yang dikeluarkan (removed), atau dengan kata lain kedua variabel bebas dapat
dimasukan dalam perhitungan regresi.
4.3.5.1 Uji F
Tabel 4.20 Anova
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
73
Hasil Uji F Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh nilai FHitung sebesar
780,187 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai FTabel dapat dicari
pada tabel F dengan df1 = 2 dan df2 = 97. Maka di peroleh FTabel sebesar 3,09.
Dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
- Jika Fhitung > Ftabel = Ho ditolak dan Ha diterima
- Jika Fhitung < Ftabel = Ho diterima dan Ha ditolak
Tabel 4.21 Tabel FTabel
Dengan Ftabel sebesar 3,09 dapat di simpulkan bahwa Fhitung > Ftabel,
dimana 780,187 > 3,09 dan nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil
daripada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha3 di terima dan Ho3 di tolak
74
yang berarti variabel Perceived Quality dan Brand Loyalty secara simultan
memiliki pengaruh terhadap Purchased Decision.
4.3.5.2 Uji Determinasi
Tabel 4.22 Model Summary
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Angka R square adalah 0,941. Hal ini berarti 94,1% purchased decision
Blitzmegaplex dapat dijelaskan oleh variabel perceived quality dan brand
loyalty. Sedangkan sisanya (100% - 94,1% = 5,9%) dapat dijelaskan oleh
faktor internal dan eksternal lainnya diluar penelitian ini .
4.3.5.3 Uji t
Untuk menguji pengaruh Perceived Quality dan Brand Loyalty secara
parsial terhadap Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park
Periode Mei 2013 digunakan uji statistik t (Uji t).
Dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
- Jika thitung > ttabel = Ho ditolak dan Ha diterima
- Jika thitung < ttabel = Ho diterima dan Ha ditolak
75
Tabel 4.23 Tabel Coefficients
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Berikut adalah hasil analisis bagian coefficients Regresi Berganda :
1. Diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2
Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2
Dimana :
Y = Purchased Decision (Keputusan Pembelian) Blitzmegaplex
X1 = Perceived Quality (Kesan Kualitas)
X2 = Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
Pada persamaan regresi di atas, dapat diketahui konstanta sebesar
0,105 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel X1
(Perceived Quality) dan variabel X2 (Brand Loyalty), maka nilai variabel Y
(Purchased Decision) adalah 0,105.
Koefisien regresi variabel X1 (Perceived Quality) sebesar 0,836,
menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1
nilai pada variabel X1 (Perceived Quality) dan tidak terdapat penambahan
76
pada variabel X2 (Brand Loyalty), maka variabel Y (Purchased Decision)
akan mengalami kenaikan sejumlah 0,836.
Y = a + b1X1 + b2X2
Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2
Y = 0,105 + 0,836 (1) + 0,170 (0)
Y = 0,105 + 0,836 + 0
Y = 0,941
Koefisien regresi variabel X2 (Brand Loyalty) sebesar 0,170,
menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1
nilai pada variabel X2 (Brand Loyalty)dan tidak terdapat penambahan pada
variabel X1 (Perceived Quality), maka variabel Y (Purchased Decision)
akan mengalami kenaikan sejumlah 0,170.
Y = a + b1X1 + b2X2
Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2
Y = 0,105 + 0,836 (0) + 0,170 (1)
Y = 0,105 + 0 + 0,170
Y = 0,275
Dari tabel 4.23 dapat diperoleh thitung dari setiap variabel independen
(bebas) dalam penelitian ini. Nilai thitung dari masing – masing variabel bebas
akan dibandingkan dengan nilai ttabel dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95% atau 0,05, maka di peroleh ttabel sebesar 1,66.
77
Tabel 4.24 Tabel ttabel
1. Pengaruh variabel X1 (Perceived Quality) secara parsial terhadap variabel Y
(Purchased Decision)
Berdasarkan tabel 4.23 diatas, dapat diketahui bahwa pengaruh variabel
X1 (Perceived Quality) secara parsial terhadap variabel Y (Purchased
Decision) memiliki nilai thitung sebesar 11,326. Dengan demikian, thitung dari
variabel X1 (Perceived Quality) lebih besar dari pada ttabel (11,326 > 1,66).
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 dtolak dan Ha1 diterima. Hal ini berarti
variabel Perceived Quality memiliki pengaruh secara parsial terhadap
variabel Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park Periode Mei
2013.
78
2. Pengaruh variabel X2 (Brand Loyalty) secara parsial terhadap variabel Y
(Purchased Decision)
Berdasarkan tabel 4.23 diatas, dapat diketahui bahwa pengaruh
variabel X2 (Brand Loyalty) secara parsial terhadap variabel Y (Purchased
Decision) memiliki nilai thitung sebesar 2,269. Dengan demikian, thitung dari
variabel X2 (Brand Loyalty) lebih besar dari pada ttabel (2,269 > 1,66). Maka
dapat disimpulkan bahwa Ho2 dtolak dan Ha2 diterima. Hal ini berarti
variabel Brand Loyalty memiliki pengaruh secara parsial terhadap variabel
Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park Periode Mei 2013.
4.3.6 Analisis Jawaban Responden
Analisis jawaban responden dilakukan untuk melihat dan mengetahui
rata – rata atas tanggapan responden pada masing – masing pernyataan yang
terdapat dalam kuesioner.
4.3.6.1 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Perceived Quality
Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan
yang digunakan untuk mengukur variabel Perceived Quality (X1). Berikut
adalah hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner
pada masing – masing pernyataan dalam variabel Perceived Quality :
Interval = nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5
= ( 5 – 1) 5
= 0,8
79
Tabel 4.25 Analisis Jawaban pada variabel Perceived Quality
Pernyataan Interval Mean Predikat P1 Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju Cukup Setuju
Setuju Sangat Setuju
1,00 – 1,8 3,5 Setuju P2 1,9 – 2,6 3,51 Setuju P3 2,7 – 3,4 3,33 Cukup Setuju P4 3,5 – 4,2 3,55 Setuju P5 4,3 – 5,0 3,51 Setuju
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013
Gambar 4.15 Tanggapan responden pada variabel Perveived Quality
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
4.3.6.2 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Brand Loyalty
Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan
yang digunakan untuk mengukur variabel Brand Loyalty (X2). Berikut adalah
hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner pada
masing – masing pernyataan dalam variabel Brand Loyalty:
Interval = nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5
= ( 5 – 1) 5
= 0,8
80
Tabel 4.26 Analisis Jawaban pada variabel Brand Loyalty
Pernyataan Interval Mean Predikat P6 Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju Cukup Setuju
Setuju Sangat Setuju
1,00 – 1,8 3,52 Setuju P7 1,9 – 2,6 3,62 Setuju P8 2,7 – 3,4 3,50 Setuju P9 3,5 – 4,2 3,31 Cukup Setuju P10 4,3 – 5,0 3,42 Cukup Setuju
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.16 Tanggapan responden pada variabel Brand Loyalty
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
4.3.6.3 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Purchased Decision
Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan
yang digunakan untuk mengukur variabel Purchased Decision (Y). Berikut
adalah hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner
pada masing – masing pernyataan dalam variabel Purchased Decision :
Interval = nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5
= ( 5 – 1) 5
= 0,8
81
Tabel 4.27 Analisis Jawaban pada variabel Purchased Decision Pernyataan Interval Mean Predikat
P11 Sangat Tidak Setuju 1,00 – 1,8
3,64 Setuju P12 3,41 Cukup Setuju P13
Tidak Setuju 1,9 – 2,6 3,64 Setuju
P14 3,61 Setuju P15
Cukup Setuju 2,7 – 3,4 3,52 Setuju
P16 3,63 Setuju P17
Setuju 3,5 – 4,2 3,64 Setuju
P18 3,43 Cukup Setuju P19
Sangat Setuju 4,3 – 5,0 3,57 Setuju
P20 3,53 Setuju Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.17 Tanggapan responden pada variabel Perveived Quality
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
4.3.7 Uji Hipotesis
Tabel 4.28 Ringkasan hasil perhitungan uji koefisien regresi linear berganda
Variabel Faktor Significancy X1 Perceived Quality 0,000 X2 Brand Loyalty 0,025 Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Keterangan :
Significancy dilihat dari kolom Sig. pada tabel 4.20 Coefficients.
3,25
3,3
3,35
3,4
3,45
3,5
3,55
3,6
3,65
P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
3,64
3,41
3,643,61
3,52
3,63 3,64
3,43
3,57 3,53
Mean Purchased Decision
82
a. Pengambilan Keputusan
Uji Koefisien Regresi
• Ho = Koefisien regresi tidak signifikan
• Ha = Koefisien regresi signifikan
Dengan menggunakan hasil significancy sebagai ukuran, maka koefisien
tersebut harus dibandingkan dengan kriteria yang digunakan, yaitu:
• Jika Significancy > 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak
• Jika Significancy < 0,05
Ho ditolak dan Ha diterima
b. Keputusan
• Faktor Perceived Quality.
Significancy = 0,000. Maka Significancy < 0,05. Maka, Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti bahwa koefisien regresi faktor perceived
quality adalah signifikan, dimana artinya bahwa faktor perceived quality
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchased decision.
• Faktor Brand Loyalty
Significancy = 0,025. Maka Significancy < 0,05. Maka, Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti bahwa koefisien regresi faktor brand loyalty
adalah signifikan, dimana artinya bahwa faktor brand loyalty memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap purchased decision.
83
4.4 Implikasi Hasil Penelitian
Setelah melakukan analisis mengenai pengaruh Perceived Quality (X1) dan
Brand Loyalty (X2) terhadap Purchased Decision (Y) dengan menggunakan
SPSS 17.0. Maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh variabel Perceived Quality (X1) secara parsial terhadap variabel
Purchased Decision (Y)
Besarnya pengaruh Perceived Quality (X1) secara parsial terhadap
variabel Purchased Decision (Y) dapat dilihat melalui tabel 4.23 dimana
terdapat koefisien regresi variabel X1 (Perceived Quality) sebesar 0,836,
menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1
nilai pada variabel X1 (Perceived Quality) dan tidak terdapat penambahan
pada variabel X2 (Brand Loyalty), maka variabel Y (Purchased Decision)
akan mengalami kenaikan sejumlah 0,836.
Hal ini sesuai dengan pendapat Durianto, Sugiarto dan Sitinjak
(2004:100-101) yang mengatakan bahwa persepsi kualitas (Perceived
Quality) harus diikuti dengan peningkatan kualitas yang nyata dari
produknya. Kesan atau mutu yang dirasakan mencerminkan perasaan
konsumen secara menyeluruh mengenai suatu merek, sehingga menjadi
sangat berperan dalam keputusan konsumen dalam memutuskan merek mana
yang akan dibeli dan akhirnya akan sampai pada tahap evaluasi yang menuju
pada rasa puas dan tidak puas. Persepsi kualitas ini merupakan variabel yang
secara terus menerus akan diingat oleh konsumen ketika mendengar atau
melihat sesuatu hal yang berkaitan dengan identitas dari suatu produk.
84
2. Pengaruh variabel Brand Loyalty (X2) secara parsial terhadap variabel
Purchased Decision (Y)
Besarnya pengaruh Brand Loyalty (X2) secara parsial terhadap variabel
Purchased Decision (Y) dapat dilihat melalui tabel 4.23 dimana terdapat
koefisien regresi variabel X2 (Brand Loyalty) sebesar 0,170, menyatakan
bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1 nilai pada
variabel X2 (Brand Loyalty) dan tidak terdapat penambahan pada variabel X1
(Perceived Quality), maka variabel Y (Purchased Decision) akan mengalami
kenaikan sejumlah 0,170.
Hal ini sesuai dengan pendapat Aaker (2008:122) yang mengatakan
bahwa tingkat loyalitas merek yang tinggi terhadap suatu merek dapat
menciptakan rasa peraya diri yang besar pada pelanggan saat mengambil
keputusan untuk melakukan pembelian. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sri Wahjuni Astuti dan I Gde Cahyadi (2007) yang
menyatakan bahwa loyalitas merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan
pembelian. Hasil yang ditemukan menyatakan bahwa tingkat brand loyalty yang
tinggi, yaitu berupa komitmen yang kuat dari konsumen terhadap merek dapat
menciptakan rasa percaya diri yang besar pada konsumen saat mengambil
keputusan pembelian. Hal ini disebabkan karena konsumen merasa memiliki
ikatan yang besar bahwa keputusannya membeli merek tersebut adalah
keputusan yang tepat.
3. Pengaruh variabel Perceived Quality (X1) dan variabel Brand Loyalty (X2)
secara simultan terhadap variabel Purchased Decision (Y)
Besarnya pengaruh X1 dan X2 secara simultan terhadap Y dapat dilihat
dari nilai R Square yaitu sebesar 0,941 Hal ini berarti sebesai 94,1%
85
Purchased Decision Blitzmegaplex dapat dijelaskan oleh variabel Perceived
Quality dan Brand Loyalty (Tabel 4.20). Sedangkan sisanya (100% - 94,1%
= 5,9%) dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal lainnya.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Durianto, dkk (2004), yang
mengemukakan bahwa elemen – elemen ekuitas merek (Brand Awareness,
Brand Association, Perceived Quality dan Brand Loyalty) dapat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen karena ekuitas merek yang
kuat akan mengurangi keinginan konsumen untuk berpindah ke merek lain.
Lebih lanjut Durianto, dkk (2004) mengatakan Empat elemen inti
ekuitas merek (Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan
Brand Loyality) yang kuat dapat meningkatkan keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah di sebarkan dapat diketahui
bahwa faktor yang paling mempengaruhi pelanggan untuk melakukan
pembelian di Blitzmegaplex adalah bentuk pelayanan yang ramah terhadap
pelanggannya, jenis film yang lebih bervariasi, firur dan fasilitas yang
memadai, harga yang kompetitif, dan lokasi yang strategis.