bab 3 studi islam

13
APLIKASI KEIMANAN DALAM BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN 1. Pengertian Ilmu Filsafat dan Ilmu Kalam Dalam mempelajari ilmu tauhid terdapat dua cara, yaitu mempelajari ilmu filsafat dan ilmu kalam. 1.1 Ilmu Filsafat Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab falsafah yang juga diambil dari bahasa Yunani philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = Cinta) dan (sophia = kebijaksanaan). Sehingga arti harfiahnya adalah cinta kebijaksanaan. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. 1 Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Al-Farabi (870-950 M) seorang filosof Islam mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bagaimana hakekat alam yang sebenarnya. Ada juga yang mendefinisikan filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia 1 http://id.wikipedia.org/wiki/filsafat

Upload: liskadamiati

Post on 02-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 3 Studi Islam

APLIKASI KEIMANAN DALAM BERBAGAI ASPEK

KEHIDUPAN

1. Pengertian Ilmu Filsafat dan Ilmu Kalam

Dalam mempelajari ilmu tauhid terdapat dua cara, yaitu mempelajari

ilmu filsafat dan ilmu kalam.

1.1 Ilmu Filsafat

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa indonesia

merupakan kata serapan dari bahasa Arab falsafah yang juga

diambil dari bahasa Yunani philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini

merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia =

Cinta) dan (sophia = kebijaksanaan). Sehingga arti harfiahnya

adalah cinta kebijaksanaan. Dalam bahasa Indonesia seseorang

yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.1

Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para

filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan

kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Al-Farabi

(870-950 M) seorang filosof Islam mendefinisikan filsafat sebagai

ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bagaimana hakekat

alam yang sebenarnya. Ada juga yang mendefinisikan filsafat

adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran

manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.2

Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat

ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari

sebab segala sesuatu, memecahkan permasalahan, mencari

kebenaran sesungguhnya.

Di kalangan umat islam filsafat dianggap perlu dipelajari

sebab filsafat berguna untuk mengembangkan pemikiran,

mentiarkan, memperkuat dan mempertahankan aqidah Islam.

1 http://id.wikipedia.org/wiki/filsafat2 Irmayanti Meliono,dkk, MPKT Modul 1, Lembaga

Penerbitan FEUI, Jakarta, 2007 hlm. 1

Page 2: Bab 3 Studi Islam

1.2 Ilmu Kalam

Untuk mendefinisikan ilmu kalam, maka cukup dengan

mengatakan , “ilmu kalam merupakan sebuah ilmu yang mengkaji

doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok islam (ushuluddin).

Ilmu kalam mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya

membuktikan keabsahannya dan menjawab keraguan terhadap

akidah-akidah pokok tersebut.”3

Ilmu ini disebut ilmu kalam sebab di dalamnya banyak sekali

dibicarakan tentang kalamullah.4

Dasar-dasar akidah Islam telah dijelaskan oleh Nabi

Muhammad saw melalui pewahyuan Al-Qur’an dan kumpulan

sabdanya untuk umat manusia.5 Generasi muslim awal telah

meyakini dan menghayati akidah ini meski belum diformulasikan

sebagai suatu ilmu lantaran rumusan tersebut belum diperlukan.

Pada periode selanjutnya, persoalan akidah secara ilmiah

dirumuskan oleh sarjana Muslim yang dikenal dengan nama

mutakallimun. Hasil rumusan mutakallimun itu disebut ilmu kalam.

Ilmu kalam bertujuan membantu memperoleh dan

mempertahankan keyakinan muslim yang telah tertanam. Jadi

selain nash, ilmu kalam juga menaggunakan akal.6

Ilmu kalam dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :

1. Golongan Jabariah

Golongan ini didirikan oleh Jaham bin Safwan pada abad ke-2

H, dan disebut juga sebagai golongan jahamiah. Alasan

mengapa golongan ini dinamakan Jabariah dikarenakan

bahwa salah satu pandangannya mengatakan bahwa

perbuatan baik maupun buruk manusia bukanlah atas

3 Murtadha Muthahhari, Mengenal Ilmu Kalam, Pustaka Zahra, Jakarta, 2002, hlm. 25

4 Beni Kurniawan, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Grasindo, Jakarta, 2009, hlm.162

5 Ibn Taymiyyah, Ma’arij al-Wushul, (t.p.:Mathba’ah al-Mu’ayyad,1318 H), hlm. 2

6 Ibn Rusyd, Tujuh Perdebatan Utama dalam Teologi Islam, Erlangga, 2006, hlm. 2

Page 3: Bab 3 Studi Islam

kehendak dirinya, akan tetapi karena paksaan (jabar) dari

Allah swt., sehingga manusia tidak mempunyai kekuasaan

sedikit pun untuk memilih dari perbuatan yang akan

dilakukannya.

Yang menjadi dasar mereka adalah firman Allah dalam surah

As-Saffat:96, Al-Hadid:22, Al-Anfal:17 dan At-taubah:51.

2. Golongan Qadariyah

Golongan ini didirikan oleh Ma’had Al-Jauhari di Irak akhir

abad 1 H. Nama golongan ini berdasarkan kepada pengertian

bahwa manusia mempunyai qudrat atau kekuasaan, dan

untuk berbuat harus sesuai dengan kehendaknya. Manusia

dijadikan Allah swt diberi potensi untuk berbuat, Allah swt

tidak ada pengaruhnya kepada segala perbuatan manusia.

Dalilnya terdapat pada surah Al-Kahfi:29, Ar-Ra’du:11, Al-

Balad:10

3. Golongan Mu’tazilah

Didirikan oleh Abu Huzaifah Wasil bin Ata. Ajarannya antara

lain menyebutkan bahwa setiap orang Islam yang melakukan

dosa besar disebut fasiq artinya mereka bukan mukmin dan

bukan pula kafir. Baginya mereka tidak akan masuk surga dan

neraka, tetapi menempati tempat tersendiri antara keduanya.

Mereka disebut muk’tazilah karena berpendapat seperti ini.

4. Golongan Asyariah

Didirikan oleh Abdul Hasan Al-Asyari tahun 300 H. Golongan

ini merupakan reaksi kepada golongan Mu’tazilah. Golongan

ini juga disebut dengan ahlussunnah wal-jama’ah, karena

mereka banyak berpegang kepada tradisi dari nabi dan

sahabatnya, dengan jumlah pengikut yang banyak.

Pendapatnya terhadap ketuhanan dikemukakan bahwa Allah

mempunyai sifat dan nanti pada akhirat, Allah akan dapat

dilihat.

Page 4: Bab 3 Studi Islam

2. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Kalam

Sebenarnya ilmu kalam dan filsafat islam tidak bisa dibedakan

secara tajam karena keduanya mengandung unsur filosofis. Ibn

Khaldun menjelaskan bahwa mutakallimun umumnya berpikir tentang

alam semesta dengan segala kondisinya sebagai argumen atas

eksistensi Tuhan, sedangkan filsuf umunya berpikir langsung terhadap

wujud mutlak tanpa mengawali dengan bepikir tentang alam untuk

mengenal Tuhan.7

Mutakallimun mengkaji persoalan kalam dengan mendahulukan

nash, sedangkan filsuf membahasnya tanpa melalui nash. Namun

keduanya dapat mencapai titik temu melalui nash. Tambahan pula,

mutakallimun berpendapat bahwa akal mestinya berjalan dibelakan

nash. Namun demikian, filsuf berpendapat bahwa akal mampu

berjalan sendiri tanpa harus merujuk kepada nash. Para filsuf merujuk

kepada nash untuk menilai kebenaran pendapat mereka.

Perbedaan antara kedua ilmu tersebut terletak pada aspek

metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika

(aqliyah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan

metode berfikir filosofis) dan argumentasi naqliyah yang berfungsi

untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama. Pada dasarnya ilmu

ini menggunakan metode dialektika (jadilah) /dialog

keagamaan.Sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan

untuk memperoleh kebenaran rasional. Filsafat menghampiri

kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal

(mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mendalam) dan

terikat logika.

Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang

menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Filsafat berkembang

menjadi sains dan fisafat sendiri. Dilihat dari aspek aksiologinya, ilmu

kalam berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk

mengenal rasio sebagai upaya mengenal Tuhan secara rasional.

7 Ahmad Mahmud Subhi, Fi’Ilm Al-Kalam, Dirasah Falsafiyyah, (Iskandariyyah: Dar al-kutub al-jami’iyyah, 1969, hlm. 1

Page 5: Bab 3 Studi Islam

Adapun filsafat berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang

yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara

bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya

langsung.

Filsafat dijadikan sebagai aat untuk membenarkan nash agama.

Filsafat mengawali pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah

pembenarannya diberikan wahyu sedangkan ilmu kalam mencari

wahyu yang berbicara tentang keberadaan Tuhan baru kemudian

didukung oleh argumentasi akal.

Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara ilmu

kalam dan filsafat adalah :

1. Dalam ilmu kalam filsafat dijadikan sebagai alat untuk

membenarkan ayat-ayat al-Qur’an, sedangkan dalam filsafat

sebaliknya, ayat-ayat al-Qur’an dijadikan bukti untuk

membenarkan hasil-hasil.

2. Pembahasan dalam ilmu kalam terbatas pada hal-hal yang

tertentu saja. Masalah yang dimustahilkan al-Qur’an

mengetahui tidak dibahas oleh ilmu kalam tetap dibahas oleh

filsafat.8

3. Tauhid sebagai Aqidah dan Filsafat Hidup Manusia

Akidah Islam sering disebut tauhid. Ajaran tauhid disebut

pula ajaran monotisme. Aqidah ini sudah ada sejak zaman Nabi

Adam a.s. sebagai seorang nabi dan rasul, Adam telah membawa

aqidah ketauhidan tersebut, suatu aqidah yang diberikan Allah

kepada beliau. Karena itu umat Islam yakin nabi Adam menganut

paham monotisme dan tidak mungkin menganut paham politisme /

kemusyikan.

Nabi Adam tahu betul tentang Tuhan Yang Maha Esa, Allah

SWT. Dengan keyakinan bahwa Akidah ketauhidan sudah ada

8 M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,1999

Page 6: Bab 3 Studi Islam

sejak Nabi Adam a.s. Umat islam menolak teori Charles Darwin

dan pengikutnya mengenai evolusi tentang asal-usul agama.

Alasan yang biasa dikemukakan dalam penolakan teori tersebut

adalah sebagai berikut :

1.    Kalau agama islam muncul melalui proses evolusi sesuai

dengan tingkat dan kemajuan ilmu pengetahuan berarti

agama islam adalah produk manusia. Sedangkan islam

adalah agama wahyu, datang dari Allah SWT. Ia bukan

kebudayaan, sekalipun ia melahirkan kebudayaan dan

peradaban.

2.    Kalau Adam a.s adalah seorang Nabi, tentu ia diberi bekal

oleh Allah SWT dengan agama tauhid atau monoteisme.

Dalam kepercayaan Umat beriman, Adam adalah Nabi.

Salah satu keunggulan Islam dibanding semua agama lain

di dunia adalah identitas tauhid yang melekat di dalamnya.

Sebagai agama tauhid, Islam menempatkan keesaan Allah pada

posisi tertinggi. Dalam pandangan Islam, tuhan hanya satu, the

only one; dan the only one itu adalah Allah yang merupakan

sumber atau pusat dari segala sesuatu yang ada di alam semesta.

Prinsip itu dipertegas dengan memposisikan tauhidullah pada

urutan pertama rukun Islam.

Wujud dari kesatuan ketuhanan itu terpancar jelas dari persaksian

manusia tauhid bahwa laailaahaillallaah, tidak ada tuhan selain

Allah. Dengan mengatakan “la”, berarti manusia tauhid

menyatakan “tidak” terhadap segala sumber keyakinan dan

kekuatan nonilahiah. Jadi, pada setiap yang bukan tauhid,

manusia tauhid harus berani mengatakan tidak. Sehingga, tidak

ada tuhan, tidak ada kekuatan lain kecuali Allah, laa haula wa laa

quwwata illaa billaah. Itu berarti, sebelum meyakini Allah, kita

wajib mengingkari yang selain Allah.

Page 7: Bab 3 Studi Islam

Karena itu, karakteristik pertama manusia tauhid adalah sikap

penolakannya terhadap pedoman hidup yang datangnya bukan

dari Allah. Dalam QS Al-Baqarah ayat 256 ditegaskan:

“Barangsiapa mengingkari, mengufuri, dan menolak semua objek

persembahan kecuali Allah, maka dia memegang tali yang kokoh.”

Karakteristik pertama manusia tauhid adalah sikap

penolakannya terhadap pedoman hidup yang datangnya bukan

dari Allah. Ia harus berani melawan kebatilan, kekufuran,

kebobrokan, keburukan. Tiada rasa takut untuk melakukan itu

karena ketakutan hanya ditujukan kepada Allah.

Kedua, manusia tauhid memiliki komitmen utuh pada

Tuhannya. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah

sebagai fokus dari segala sumber. Allah lah satu-satunya sumber

nilai. Segala sesuatu bersumber dari Allah dan segala sesuatu

pasti akan kembali kepada Allah. Apa yang dikehendaki Allah,

akan menjadi pedoman manusia tauhid dalam melangkahkan kaki

menyusuri jalan kehidupan. Misalnya saja, Allah mencintai

keindahan, maka keindahan itu pula yang akan digelorakan

manusia tauhid. Keindahan itu bisa berwujud dalam perilaku yang

santun, tampilan yang bersih, sikap yang tawadhu’, atau tutur kata

yang sopan. Manusia tauhid tak mau menerima otoritas dan

petunjuk selain dari Allah. Ia berusaha secara maksimal untuk

menjalankan pesan dan perintah Allah sesuai dengan kadar

kemampuan yang ada.

Ketiga, manusia tauhid mempunyai tujuan hidup yang jelas.

Dengan bertauhid, seorang muslim juga memproklamasikan

kehidupannya hanya untuk Allah.

Keempat, manusia tauhid juga mempunyai misi jelas

tentang kehidupan yang hendak dibangun bersama manusia lain.

Misi manusia tauhid adalah mewujudkan sebuah orde kehidupan

yang sesuai dengan keinginan Allah. Maka, perubahan harus

selalu didengungkan oleh manusia tauhid. Tentu, bukan

perubahan menuju keburukan, tetapi perubahan menuju kebaikan.

Page 8: Bab 3 Studi Islam

Ia harus terpanggil untuk menjebol kejumudan masyarakat. Ia

harus tergerak untuk mengubah tatanan masyarakat menjadi

tatanan yang berkeadilan sosial, berperikemanusiaan, dan

berkesejahteraan menuju tatanan yang beradab; bukannya

tatanan yang biadab. Pembentukan orde sosial yang adil dan etis

adalah tugas yang diperintahkan Allah melalui Al Quran.

Kelima, manusia tauhid bersikap progresif dengan selalu

menilai kualitas kehidupannya. Apabila ditemukan unsur-unsur

syirik, ia akan membongkar kehidupannya dan membangunnya

kembali agar sesuai dengan pesan-pesan Illahi. Ia tak

menganggap dirinya sebagai orang besar karena yang besar

hanyalah Allah. Anggapan seperti itulah yang menggiringnya

untuk selalu merasa kecil di hadapan Allah. Karenanya, ia tidak

akan menyombongkan diri, sebab yang berhak sombong hanyalah

Allah.9

9 http://dirbas.blogspot.com/ 2012/07/aplikasi-keimanan-dalam-berbagai-aspek.html

Page 9: Bab 3 Studi Islam

DAFTAR PUSTAKA

1. Http: //id.wikipedia.org/wiki/filsafat

2. Meliono, Irmayanti,dkk.MPKT Modul 1.Jakarta:Lembaga Penerbitan

FEUI.2007

3. Muthahhari,Murtadha.Mengenal Ilmu Kalam.Jakarta:Pustaka

Zahra.2002,

4. Kurniawan,Beni.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan

Tinggi.Jakarta:Grasindo.2009

5. Taymiyyah,Ibn.Ma’arij al-Wushul, (t.p.:Mathba’ah al-Mu’ayyad,1318 H)

6. Rusyd,Ibn.Tujuh Perdebatan Utama dalam Teologi

Islam.Jakarta:Erlangga.2006

7. Mahmud Subhi,Ahmad.Fi’Ilm Al-Kalam.Dirasah Falsafiyyah,

(Iskandariyyah: Dar al-kutub al-jami’iyyah.1969)

8. Asmuni,M. Yusran, Ilmu Tauhid.Jakarta:PT Raja Grafindo

Persada.1999

9. http://dirbas.blogspot.com/ 2012/07/aplikasi-keimanan-dalam-berbagai-

aspek.html

Page 10: Bab 3 Studi Islam