studi islam di tengah masyarakat majemuk : islam...

62
ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK Dr. H. Abd. Rozak, M.A Drs. H. Ja’far, M.A STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN

Upload: vuduong

Post on 07-Aug-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN

STUDI ISLAMDI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK

Dr. H. Abd. Rozak, M.ADrs. H. Ja’far, M.A

STUD

I ISLAM

DI TEN

GA

H M

ASY

ARA

KA

T MA

JEMU

K : ISLA

M RA

HM

ATA

N LIL’A

LAM

IN

Page 2: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK

(Islam Rahmatan lil „Alamin)

Dr. H. Abd.Rozak, M.A

Drs. H. Ja‟far, MA

Page 3: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

ii

STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK

(Islam Rahmatan lil „Alamin)

Oleh:

Dr. H. Abd. Rozak, MA

Drs. H. Ja‟far, MA

Desain Sampul:

Fatkhul Arifin

Tata Letak:

Abu Zarin

ISBN: 978-602-52780-2-0

Penerbit

Yayasan Asy Syariah Modern Indonesia

Alamat : Jl. Padaidi Rt. 004/001 Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan, Hotline : 021-74715992

e-mail: [email protected]

Cetakan: Ke-1 Januari 2019

All rights reserved

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Page 4: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

iii

DAFTAR ISI

BAB I : AGAMA ISLAM

A. Pengertian Agama Islam | 1

B. Islam Sebagai Agama | 4

C. Islam Agama Allah Untuk Seluruh Manusia | 12

BAB II : POKOK POKOK AJARAN ISLAM

A. Keimanan (Aqidah Islam) | 13

B. Ibadah dan Syariah | 20

C. Akhlak | 22

BAB III : SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM

A. Al-Qu‟an | 25

B. Al-Hadits | 36

C. Ijma‟ | 40

D. Qiyas | 43

E. Ijtihad | 45

BAB IV : DAKWAH ISLAMIYAH

A. Dakwah Islam Zaman Rasul | 57

B. Dakwah Islam Zaman Khulafaurrasyidin | 66

BAB V : TOKOH UTAMA ISLAM

A. Nabi Muhammad SAW | 74

B. Khulafaurrasyidin | 96

Page 5: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

iv

BAB VI : TOKOH ULAMA MUJTAHID

A. Muhammad bin Idris Asy-Syafi‟i (Imam Syafi‟i) | 110

B. Abu Hanifah bin Tsabit bin Zufi (Imam Hanafi) | 111

C. Malik bin Anas (Imam Maliki) | 112

D. Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal (Imam Hambali) | 114

E. Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin (Imam Ja‟fari) | 115

BAB VII : PERKEMBANGAN FILSAFAT, TASAWUF DAN TAREKAT ISLAM

A. Perkembangan Filsafat | 117

B. Perkembangan Tasawuf | 125

C. Perkembangan Tarekat | 142

BAB VIII : ISLAM DAN MASYARAKAT MAJEMUK DI INDONESIA

A. Sejarah Dakwah Islam di Indonesia | 163

B. Perkembangan Pendidikan Islam | 173

C. Perkembangan Hukum Islam | 187

D. Perkembangan Politik Islam | 194

E. Perkembangan Budaya Islam di Indonesia | 198

Page 6: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul „Alamin, yang senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kami, sehingga kami diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menyusun buku Studi Islam di Tengah Masyarakat Majemuk.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil mengemban misi Allah, mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju keceriaan dan keselamatan. Beliau juga telah berhasil mengentaskan manusia dari lembah kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, menjadi manusia yang merdeka, adil dan makmur. Semoga kita tetap menjadi pengikutnya yang setia serta memperoleh syafa‟atnya kelak di hari kiamat. Amien.

Harapan kami, meskipun buku ini jauh dari sempurna, namun tetap dapat memberikan kemudahan dalam memahami Islam secara menyeluruh, serta dapat mendorong para pembaca untuk lebih giat lagi dalam belajar dan memahami berbagai seluk beluk Islam.

Akhirnya, kami berserah diri kepada Allah, semoga buku ini tercatat sebagai amal shaleh. Amien.

Ciputat Timur, Desember 2018

Page 7: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

1

BAB I AGAMA ISLAM

A. Pengertian dan Fungsi Agama

1. Pengertian Agama

Pengertian agama secara umum dapat di lihat dari sudut kebahasaan (etmologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah dari pada mengartikan agama dari sudut istilah, karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subyektivitas dari orang yang mengartikanya. Atas dasar ini, maka tidak mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik mendefinisikan agama.

Mukti Ali, M. Sastrapratedja mengatakan bahwa salah satu kesulitan untuk berbicara mengenai agama secara umum ialah adanya perbedaan- perbedaan dalam memahami arti agama, di samping adanya perbedaan juga dalam cara memahami arti agama serta penerimaan setiap agama terhadap suatu usaha memahami agama. Setiap agama memiliki interpretasi diri yang berbeda dan keluasan interpretasi diri itu juga berbeda-beda.1

Agama menurut kamus bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga di sebut nama lainnya dengan ajaran dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Kata “Agama”berasal dari bahasa sansekerta yang berarti ”Tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah “Religi yang berasal dari bahasa latin “Religio”dan berakar dari kata kerja re-ligare yang berarti “Mengikat

1 M. Sastrapratedja, “Agama dan Kepedulian Sosial” dalam soetjipto

Wirosardjono, Agama dan pluralitas Bangsa, ( Jakarta;P3M,1991) cet.1 h. 29.

Page 8: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

2

kembali”. Maksudnya, dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya dengan tuhannya.

Dalam bahasa Arab, “Agama “ berasal dari kata”Addin” berarti undang- undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Pengertian ini sejalan dengan kandungan agama yang di dalamnya terdapat peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang harus di patuhi penganut agama yang bersangkutan. Selanjutnya, agama juga mengusai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh dengan tuhannya

Menurut Harun Nasution, kata”Agama” tersusun dari dua kata, a= tidak dan gama= kacau, jadi tidak kacau, artinya setiap orang yang memiliki agama maka kehidupannya akan terarah dengan agama. Karena agama adalah suatu wadah yang mana di dalamnya terdapat syariat atau peraturan-peraturan yang bisa membawa seseorang menjadi lebih terarah dalam kehidupannya.

Dari beberap definisi tersebut,dapat di simpulkan bahwa kata agama memiliki arti ikatan. Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi oleh manusia. Karena mempnyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu ikatan yang lebih tinggi dari manusia. Suatu kekuatan gaib yang tak dapat di tangkap oleh panca indra.2

Adapun pengertian agama secara istilah yang di kemukakan oleh Elizabeth K.Nottingham dalam bukunya “agama dan masyarakat” berpendapat bahwa agama adalah gejala yang sangat sering terdapat di mana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita dalam membuat abstraksi ilmiah. Ia juga mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya arti dari

2 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1,

(Jakarta: UI press,1979), h.9-10

Page 9: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

3

keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Sementara ia menambahkan bahwa bahwa agama adalah pantulan dari solidaritas social, bahkan kalau dikaji, katanya, Tuhan itu sebenarnya adalah ciptaan masyarakat.3

Kaum sosiolog mendefinisikan agama dari kenyataanya yang bersifat lahiriah, dan bukan dari aspek batiniahnya. Pengertian agama yang dibangun kaum sosiolog bertolak dari “das sein”, yakni agama yang dipraktekan dalam kenyataan empiric yang terlihat, dan bukan berasal dari aspek “das sollen”, yakni agama yang seharusnya dipraktekan dan secara normative teologis sudah pasti baik adanya. Agama dalam kenyataan empiric ini, bisa jadi berbeda dengan agama yang terdapat pada aspek batiniah yang bersifat substantif.

Dari beberapa definisi di atas kita dapat menjumpai 4 usur yang menjadi karaktristik agama sebagai berikut.

unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib.

Unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahtraan hidup di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang di maksud.

Unsur respon yang bersifat emosional dari manusia.

Unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib dan kitab suci yang mengandung ajaran – ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara dan sebagainya.4

3 Taufik Abdullah, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990), cet II h.1 4 Harun Nasution, Op. Cit. h.11

Page 10: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

4

2. Fungsi Agama

a) Fungsi agama dalam kehidupan individu

Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.

Selain itu pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses, dan rasa puas. Perasaan positf ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motifasi dan nilai etik juga merupakan harapan.

Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong indivdu untuk melakukan suatu aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut agama yang dianutnya.

B. Islam Sebagai Agama (Din al-Islam)

1. Pengertian Agama Islam

Islam adalah agama yang diwahyukan Allah kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul.5 Allah dalam menyampaikan wahyunya disampaikan melalui perantara yaitu Malaikat Jibril. Dengan demikian maka Agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan untuk manusia

5 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, UI

Press, Jakarta, 2010h.17

Page 11: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

5

melalui Muhammad SAW sebagai Rasul Allah yang mendapatkan wahyu Allah dengan perantara malaikat Jibril.

Agama Islam adalah agama yang berasal dari Allah Tuhan pencipta dan pemelihara alam jagat raya ini, Allah mempunyai sifat suci dan absolut, di mana kebenaran dan perintah-Nya tidak dapat ditolak oleh manusia. Norma-norma akhlak yang diajarkan Islam mempunyi pengaruh besar dalam membina manusia untuk berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.6 Berikut ini Firman Allah yang berkenaan dengan Aagam Islm :

Surat Ali Imron : 3/19

19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Surat An-Nisa : 4/125

125. dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang Islam ( menyerahkan dirinya dengan ikhlas ) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.

Surat Al-Baqarah : 2/131

131. ketika Tuhannya berfirman kepadanya: Islamlah ("Tunduk patuhlah!") Ibrahim menjawab: "Aku Islam (tunduk patuh ) kepada Tuhan semesta alam".

Surat Ali Imron : 3/67

67. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus[201] lagi Islam ( berserah diri kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik.

6 Ibid, h.12

Page 12: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

6

Surat Ali Imron : 3/84

84. Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami muslim ( menyerahkan diri)."

2. Makna Islam

Islam mempunyai makna yang luas, dalam bahasa Arab yakni :

a. Aslama , yuslimu, Islaman = Berserah diri, yakni orang Islam adalah orang yang berserah diri kepada Allah dan Rasulnya dengan pernyataan Syahadatain, orang Islam adalah orang yang rela diatur dengan hukum-hukum Allah .

b. Salamatan = Selamat, orang Islam adalah orang yang akan selamat, yakni diselamatkan Allah di hari akhir , orang Islam adalah orang yang menjaga keselamatan diri dan saudaranya sesma muslim.

c. Silmun = Damai/tenteram , orang Islam adalah orang yang berdamai, mendamaikan sesama muslim dan mendamaikan orang lain . “ Al-Muslimu Man Salimal muslimuuna min lisanihi wa yadihi “

d. Sullamun = anak tangga, maksudnya progresif/maju/berubah kearah yang lebih baik . Kehidupan orang Islam adalah kehidupan yang selalu berkembang menaiki anak tangga menuju kesempurnaan keimanan dan ketakwaan.

e. Salimun = sehat, yakni orang Islam adalah orang yang sehat, kondisinya bersih, suci dari hadas dan najis, bersih jasmani dan rokhani.

Page 13: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

7

3. Orang Islam ( Muslim )

Siapakah orang yang dimaksud dengan orang Islam (muslim)?

a. Orang yang telah menyatakan diri masuk Islam , mereka yang telah berikrar dengan syahadatain (dua kalimat Syahadat) disebut orang Islam. Orang Islam yang dalam katagori pemahaman ini adalah orang yang di luar Islam kemudian masuk Islam, mereka awalnya disebut sebagai muallaf ( orang yang sdg dibujuk hatinya).

b. Orang yang lahir dari orang Islam, secara agama belum pernah menyatakan diri keluar dari Islam, karena orang Islam memperlakukan anaknya sebagai anak Islam, kecuali diambil anak asuh oleh orang di luar Islam, maka harus diperiksa lagi apakah dia masih mengikuti agama orang tua aslinya, atau telah mengikuti agama orang tua asuhnya.

c. Orang Islam yang berada di negara Islam, mereka dapat melaksanakan seluruh ketentuan agama baik adalam segi Aqiedah, Ibadah, Akhlak maupun hukum-hukum agama dan hukum negara serta kemasyarakatan jika mereka benar2 Islam.

d. Orang Islam yang berada bukan di negara Islam, mereka dapat menjalankan Aqidah Islam dan Ibadah Islam. Akan tetapi hukum-hukum negara dan kemasyarakatan yang berdasarkan hukum Islam, tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan.

e. Orang Islam di dunia saat ini di tahun 2016 jumlahnya sekita : 1,7 milyar sementara orang Kristen : 2,3 milyar . Penduduk dunia saat ini diperkirkan telah mencapai 7,3 Milyar. Jumlah pemeluk Agama Islam di dunia saat ini 23%, sedangkan jumlah pemeluk Agama Kriten ( Katholik dan Protestan) saat ini 32 % dari penduduk dunia , maka jumlah umat Islam saat ini masih dibawah pemeluk Kristen. Selain Islam dan Kristen sekitar 50% penduduk dunia ini beragama ; Hindu, Budha, Kong Hu Chu, Aminisme, Dynamisme, Komunisme. Menurut data

Page 14: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

8

Hasil Penelitian di Canada oleh Peer Reseach Centre (PRC) pada Tanggal; 9/5/2015 menyatakan bahwa pada tahun 2070 Islam akan menjadi Agama terbesar pemeluknya di seluruh dunia. Penduduk Islam terbesar adalah India, bukan Indonesia lagi, karena pendudukn Hindia lebih besar dari Indonesia dan Islam Hindia adalah Islam yang toleran. Ada dua faktor penyebab melesatnya penganut agama

Islam , yang pertama ; faktor demografi bahwa rata-rata satu orang wanita muslim melahirkan 3 ( tiga orang anak), sedangkan anak yang salih bagi keluarga muslim dapat mendoakan orang tua mereka untuk keselamatan di akhirat, sehingga konsep keluarga muslim memang sangat mendambakan kelahiran anak yang kelak menjadi anak shaleh. Adapun rata-rata seorang wanita di negara-negara Eropa hanya melahirkan 2 (dua) orang anak. Yang kedua faktor al-Qu‟an, karena saat ini semua bangsa mudah mengakses al-Qur‟an, sehingga orang dengan mudah dapat mempelajari kitab suci agama ini dengan terjemahan berbagai bahasa, sehingga terlihat keunggulan ajaran Islam yang membuat mereka dengan sukarela berbondong-bodong masuk Islam.

4. Ruang Lingkup Islam

Allah swt berfirman:

19. manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih[679]. kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu[680], pastilah telah diberi keputusan di antara mereka[681], tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

Islam, Kristen, dan Yahudi memiliki lebih banyak unsur pemersatu dari pada titik seteru. Ada banyak sekali kesamaan terkait dengan isi kitab suci maupun kisah tentang para nabi. Ketiga agama ini sama-sama melandaskan bahwa ketaatan sejati terhadap wahyu ilahi harus dilandasi hubungan yang benar dengan tuhan dan sesama manusia. Bahkan , ketiganya dapat di pandang sebagai satu agama , sebagaimana di ungkapkan secara berulang-ulang dan gamblang dalam Al-

Page 15: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

9

Quran yaitu, agama yang ditetapkan tuhan untuk nabi Muhammad dan pengikutnya sama dengan agama yang di tetepkan untuk nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Kesatuan agama-agama Ibrahim ini diibaratkan layaknya sebuah pohon , di mana ajaran tauhid merupakan akar dari semua agama yang ada di dunia ini, yang mana akhirnya umat manusia menjadi golongan- golongan yang berbeda –beda termasuk beda tata caranya dalam beribadah kepada yang maha kuasa.

Ruang lingkup Islam itu sendiri, yakni :

a. Aspek Akidah yaitu keimanan dan keyakinan terhadap Allah dan Rasulnya.

b. Aspek Fiqih yaitu hukum-hukum syariat yang mengatur perbuatan dan perkataan.

c. Aspek Akhlak yaitu ceminan akidah yang teladan.7

Berdasarkan pengamatan analitis, bahwasanya agama sebagai obyek sosiologi, terdapat tiga kawasan agama atau ruang lingkup agama, yaitu:

a) Kawasan putih

Yang dimaksud dengan kawasan putih adalah suatu kawasan di mana kebutuhan manusiawi yang hendak dicapai masih dapat dicapai dengan kekuatan manusia sendiri.

b) Kawasan hijau

Kawasan hijau meliputi daerah usaha di mana manusia merasa aman dalam artian akhlak (moral). Dalam kawaasan ini tindak langkah manusia dengan sesamanya diatur oleh norma-norma rasional yang mendapat legitinasi oleh agama.

7 Lihat Abuddin Nata.”Metodologi Studi Islam”.cet,8.hlm 11.

Page 16: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

10

c) Kawasan hitam

Kawasan gelap meliputi daerah usaha di mana manusia secara radikal dan total mengalami kegagalan yang disebabkan ketidakmampuan mutlak manusia sendiri. Kawasan ini disebut daerah gelap karena rasio manusia tidak sanggup menangkap hakekat (substansi) kekuatan luar, karena dia itu di luar jangkauan manusia.

5. Dalil-Dalil Islam dalam Al-Qur‟an

a. Islam adalah agama yang diridloi Allah

19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. ( Ali Imron /3: 19)

85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imrom /3 : 85)

3. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu ( Al-Maidah/5:3)

b. Islam adalah Agama semua Rasul Allah

132. dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". ( Al-Baqarah/2 : 132 )

84. berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, Maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." ( Yunus/10: 84)

Page 17: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

11

52. Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Islam) . ( Ali Imron /3;52)

c. Umat Islam hendaklah menjadi umat terbaik.

Umat Islam adalah umat terbaik, jika umat ini berpegang

teguh kepada Agama Allah yakni : Menegakkan amar ma‟ruf dan nahyi munkar dan tetap istiqomah dalam

keimananya kepada Allah :

110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. ( Ali Imron /3:112)

d. Umat Islam adalah umat yang berkwalitas

Umat Islam dalam prinsip Islam yakni Sullam , artinya progress, maka harus senantiasa meningkatkan kadar keislamannya dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah , agar sampai akhir hayatnya dalam keadaan tunduk kepada Allah ( Islam )

102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. ( Ali Imron /3 ;110)

e. Islam Agama yang sesuai dengan Fitrah Manusia

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Page 18: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

12

C. Islam Agama Allah Untuk Seluruh Manusia

Ayat-ayat al-Qur‟an

Ali Imron : 3/19

19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

An-Nisa : 4/125

125. dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.

Al-Baqarah : 2/131

131. ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".

Ali Imron : 3/67

67. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus[201] lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik.

Ali Imron : 3/84

84. Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami menyerahkan diri."

Page 19: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

13

BAB II

POKOK POKOK AJARAN ISLM

A. Keimanan (Aqidah Islam)

1. Pengertian

Kata ¨aqidah¨ berasal dari bahasa arab yaitu kata kerja áqdun-áqoid berarti akal atau ikatan. Secara istilah aqidah berarti sesuatu yang wajib diyakini tanpa keraguan. Sedangkan maksud dari aqidah Islamiyah yaitu meyakini secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Inti dari akidah Islamiyah yaitu meng-Esa-kan Allah SWT. dengan meyakini bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Akidah merupakan pondasi dalam beragama. Aqidah Islamiyah menempati tempat yang paling utama dalam peta keagamaan. Pokok-pokok Aqidah islamiyah terangkum dalam rukun iman yaitu, iman kepada ke-Esa-an Allah, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para nabi dan rasul Allah, iman kepada hari akhir (hari kiamat), dan iman kepada qada dan qadar. Seseorang dikatakan memiliki aqidah jika semua hal dalam rukun iman tersebut terikat kuat dalam sanubarinya dan mampu menolak segala hal yang di luar rukun iman sehingga aqidah Islamiyah akan menjadi karakteristik di dalam diri setiap orang mukmin. Aqidah Islamiyah adalah kewajiban yang paling besar karena aqidah Islamiyah adalah sesuatu yang pertama kali diwajibkan pada pemeluk Islam. Orang yang beraqidah kuat pasti akan melakukan kewajiban-kewajiban agama dengan sungguh-sungguh

2. Hakikat Aqidah

Dalam menjelaskan definisi aqidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan. Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah perkataan Arab yang

Page 20: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

14

berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mempraktekkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang bermaksud:

"Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan anggota". (al-Hadis) Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari dirinya sendiri dan Allah swt namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat. Sebaliknya iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.

Firman Allah swt dalam Surat Al-Hujuraat : 15

15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.

Firman Allah swt dalam Surat Al-Anfal : 2-4

2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

3. Kedudukan Aqidah Islamiyah

Karena pada dasarnya manusia telah mengenal Allah meski secara global, maka para Rasul utusan Allah diutus bukan untuk memperkenalkan tentang Allah semata. Namun hakikat dakwah para Rasul adalah untuk menuntut mereka

Page 21: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

15

agar beribadah hanya kepada-Nya. Dengan demikian materi dakwah para rasul adalah Tauhid Uluhiyah. Oleh karena itu istilah tauhid tatkala disebutkan secara bebas (tanpa diberi keterangan lain) maka ia lebih mengacu kepada Tauhid Uluhiyah. Dalam kehidupan manusia tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di antaranya sebagai berikut:

Hakikat tujuan penciptaan jin dan manusia.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka (hanyalah) menyembah–Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Ibnu Abbas menyatakan bahwa perintah menyembah/ibadah dalam firman Allah adalah perintah untuk bertauhid.

a. Hakikat tujuan pengutusan para rasul dan materi dakwah mereka.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Toghut (sesembahan selain Allah) itu.” (QS. An Nahl: 36)

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al Anbiya: 25)

b. Kewajiban pertama bagi manusia dewasa lagi berakal.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.” (QS. An Nisa: 36)

Di dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk bertauhid terlebih dulu sebelum memerintahkan yang lainnya.

“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi

Page 22: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

16

(dosa) orang-orang mu‟min laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

Di dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk bertauhid dahulu sebelum beramal.

b. Pelanggaran tauhid yaitu syirik adalah keharaman yang terbesar.

“Katakanlah: Marilah kubacakan apakah yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan dia, berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak……” (QS. Al Anám: 151)

Allah mendahulukan penyebutan keharaman syirik sebelum yang lainya karena keharaman syirik adalah yang terbesar.

3. Karakteristik Aqidah Islamiyah

Sesungguhnya orang yang mau berfikir obyektif, jika ia mau melakukan perbandingan antara berbagai keyakinan yang ada di antara umat manusia saat ini, niscaya ia menemukan beberapa karakteristik dan ciri-ciri dari „aqidah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah yang merupakan „aqidah Islamiyah yang haq (benar) berbeda dengan lainnya.

Karakter Dan Ciri-Ciri Itu di antaranya:

[1] Keotentikan Sumbernya.

Hal ini karena „aqidah Ahlus Sunnah semata-mata hanya bersandarkan kepada al-Qur-an, hadits dan ijma‟ para ulama Salaf serta penjelasan dari mereka. Ciri ini tidak terdapat pada aliran-aliran Mutakalimin, ahli bid‟ah dan kaum Sufi yang selalu bersandar kepada akal dan pemikiran atau kepada kasyaf, ilham, wujud dan sumber-sumber lain yang berasal dari manusia yang lemah. Mereka jadikan hal tersebut sebagai patokan atau sandaran di dalam masalah-masalah yang ghaib. Padahal „aqidah itu semuanya ghaib.

Page 23: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

17

Sedangkan Ahlus Sunnah selalu berpegang teguh al-Qur-an dan Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Ijma‟ Salafush Shalih dan penjelasan-penjelasan dari mereka. Jadi, „aqidah apa saja yang bersumber dari selain al-Qur-an, hadits, ijma‟ Salaf dan penjelasan mereka itu, maka adalah termasuk kesesatan dan kebid‟ahan.

[2] Berpegang Teguh Kepada Prinsip Berserah Diri Kepada Allah Dan Kepada Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

Sebab „aqidah adalah masalah yang ghaib, dan hal yang ghaib itu hanya tegak dan bersandar kepada kepasrahan (taslim) dan keyakinan sepenuhnya (mutlak) kepada Allah (dan Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam). Maksudnya, hal tersebut adalah apa yang diberitakan Allah dan Rasul-Nya (wajib diterima dan diyakini sepenuhnya. Taslim merupakan ciri dan sifat kaum beriman yang karenanya mereka dipuji oleh Allah, seraya berfirman:

"Artinya : Alif Laam Mim. Kitab al-Qur'an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka beriman kepada yang ghaib..."[Al-Baqarah: 1-3]

Perkara ghaib itu tidak dapat diketahui atau dijangkau oleh akal, maka oleh karena itu Ahlus Sunnah membatasi diri di dalam masalah „aqidah kepada berita dan wahyu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sangat berbeda dengan Ahli bid‟ah dan Ahli Kalam (mutakalimin). Mereka memahami masalah yang ghaib itu dengan berbagai dugaan. Tidak mungkin mereka mengetahui masalah-masalah ghaib. Mereka tidak melapangkan akalnya dengan taslim, berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak pula menyelamatkan „aqidah mereka dengan ittiba‟ dan mereka tidak membiarkan kaum Muslimin awam berada pada fitrah yang telah Allah fitrahkan kepada mereka.

[3] Sejalan Dengan Fitrah Yang Suci Dan Akal Yang Sehat.

Hal itu karena „aqidah Ahlus Sunnah wal Jam‟ah berdiri di atas prinsip ittiba‟ (mengikuti), iqtidha‟ (meneladani) dan

Page 24: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

18

berpedoman kepada petunjuk Allah, bimbingan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan „aqidah generasi terdahulu (Salaful Ummah). „Aqidah Ahlus Sunnah bersumber dari sumber fitrah yang suci dan akal yang sehat itu sendiri serta pedoman yang lurus. Betapa sejuknya sumber rujukan ini. Sedangkan „aqidah dan keyakinan golongan yang lain itu hanya berupa khayalan dan dugaan-dugaan yang membutakan fitrah dan membingungkan akal belaka.

[4] Mata Rantai Sanadnya Sampai Kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Para Shahabatnya Dan Para Tabi‟in Serta Para Imam Yang Mendapatkan Petunjuk.

Tidak ada satu dasar pun dari dasar-dasar „aqidah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah yang tidak mempunyai dasar atau sanad atas qudwah (contoh) dari para Shahabat, Tabi‟in dan para Imam yang mendapatkan petunjuk hingga Hari Kiamat. Hal ini sangat berbeda dengan „aqidah kaum mubtadi„ah (ahli bid‟ah) yang menyalahi kaum Salaf di dalam ber„aqidah. „aqidah mereka merupakan hal yang baru (bid‟ah) tidak mempunyai sandaran dari al-Qur'an dan as-sunnah, ataupun dari para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Tabi‟in. Oleh karena itu, maka mereka berpegang kepada kebid‟ahan sedangkan setiap bid‟ah adalah kesesatan.

[5] Jelas Dan Gamblang.

„Aqidah Ahlus Sunnah mempunyai ciri khas yaitu gamblang dan jelas, bebas dari kontradiksi dan ketidakjelasan, jauh dari filsafat dan kerumitan kata dan maknanya, karena „aqidah Ahlus Sunnah bersumber dari firman Allah yang sangat jelas yang tidak datang kepadanya kebatilan (kepalsuan) baik dari depan maupun dari belakang, dan bersumber dari sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya. Sedangkan „aqidah dan keyakinan yang lainnya berasal dari ramuan yang dibuat oleh manusia atau ta‟wil dan tahrif mereka terhadap teks-teks syar‟i. Sungguh sangat jauh perbedaan sumber dari „aqidah Ahlus Sunnah dan kelompok yang lainnya. „Aqidah Ahlus

Page 25: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

19

Sunnah adalah tauqifiyah (berdasarkan dalil/nash) dan bersifat ghaib, tidak ada pintu bagi ijtihad sebagaimana yang telah dimaklumi.

[6] Bebas Dari Kerancuan, Kontradiksi Dan Kesamaran.

„Aqidah Islam yang murni ini tidak ada kerancuan padanya, tidak pula kontradiksi dan kesamaran. Hal itu karena „aqidah tersebut bersumber dari wahyu, kekuatan hubungan para penganutnya dengan Allah, realisasi ubudiyah (penghambaan) hanya kepada-Nya semata, penuh tawakkal kepada-Nya semata, kekokohan keyakinan mereka terhadap al-haq (kebenaran) yang mereka miliki. Orang yang meyakini „aqidah Salaf tidak akan ada kebingungan, kecemasan, keraguan dan syubhat di dalam beragama. Berbeda halnya dengan para ahli bid‟ah, tujuan dan sasaran mereka tidak pernah lepas dari penyakit bingung, cemas, ragu, rancu dan mengikuti kesamaran.

Sebagai contoh yang sangat jelas sekali adalah keraguan, kegoncangan dan penyesalan yang terjadi pada para tokoh terkemuka mutakallimin (ahlu kalam), tokoh filosof dan para tokoh sufi sebagai akibat dari sikap mereka menjauhi „aqidah Salaf. Dan kembalinya sebagian mereka kepada taslim dan pengakuan terhadap „aqidah Salaf, terutama ketika usia mereka sudah lanjut atau mereka meng-hadapi kematian, sebagaimana yang terjadi pada Imam Abul Hasan al-Asy‟ari (wafat th. 324 H). Beliau telah merujuk kembali kepada „aqidah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah („aqidah Salaf) sebagaimana dinyatakan di dalam kitabnya, al-Ibanah „an Ushuliddiyanah, setelah sebelumnya menganut „aqidah mu‟tazilah, kemudian talfiq (paduan antara „aqidah mu‟tazilah dan „aqidah Salaf) dan akhirnya kembali kepada „aqidah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah. Hal serupa juga dilakukan oleh Imam al-Baqillani (wafat th. 403 H) sebagaimana dinyatakan dalam kitab at-Tamhid, dan masih banyak lagi tokoh terkemuka lainnya.

Page 26: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

20

4. Fungsi Aqidah Islamiyah

Aqidah tauhid sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim akan memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain:

a) Menopang seluruh prilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan.

b) Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian dan penyerahan dirinya secara utuh kepada Zat yang Maha Besar.

c) Iman memberikan daya dorong utama untuk bergaul dan berbuat baik sesama manusia tanpa pamrih.

d) Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata.

e) Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler).

f) aqidah adalah dasar fondasi

g) g. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu‟amalat dengan baik.

h) Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu‟amalat aqidah.

i) Sesorang tidak akan dinamai berahklak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar

B. Ibadah dan Syari‟ah

1. Ibadah

Ibadah artinya adalah penghambaan, pengabdian, ketundukan seorang hamba Allah sebagai makhluk (ciptaan Allah ) kepada dzat yang menciptakan (khalik), yakni Allah SWT.

Page 27: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

21

Ibadah dalam Islam mempunyai kedudukan yang penting, sebagai pengakuan dan realisasi atas Syahadah (persaksiannya) kepada Allah. Ketundukan seorang hamba kepada Allah dibuktikan dengan melaksanakan Ibadah. Ibadah seorang hamba yag dilakukannya kepada Allah di samping merupakan pengabdiannya juga merupakn wujud terimakasih (syukur) kepada Allah atas nikmatnya yang sangat besar yang dirasakan oleh hamba tersebut.

Dalam pandangan para ualama membagi ibadah tersebut dalam dua katagori, yakni Ibadah mahdhah dan ibadah ammah. Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan tata caranya secara rinci dan telah ditentukan waktu maupun ukurannya secara rinci pula oleh Allah dan Rasulullah SAW, seperti : Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Qurban. Karena telh ditentukan secara rinci maka seorang hamba Allah harus melakukannya sesuai dengan ketentuan tersebut. Adapun Ibadah Ammah, adalah ibadah yang umum sifatnya dan ketentuan-ketentuannya sesuai dengan kepatutan di mana seorang hamba melakukannya, seperti : menuntut ilmu, mencari nafkah, makan, minum, bertamu, dan sebagainya.

2. Syari‟ah

Syariah, atau Syariat,mempunyai arti tata aturan dalam Islam, di mana Islam adalah agama yang sempurnya, mengatur seluruh aspek kehidupan penganutnya yakni umat Islam . Syariat juga berarti tuntunan kehidupan seorang hamba muslim sesui dengan tuntunan yang diberikan oleh Allah dan dicontohkan secara praktis oleh Rasulullah SAW dan diikuti oleh para sahabatnya hingga pengikutnya secara turun temurun. Aturan atau tuntunan dalm Syariat Islam adalah kemurahn Allah kepada hamba-Nya, karena dengan menjalankan Syari‟at Islam tersebut secara baik, seorang hamba akan menjalani kehidupan ini dengan baik pula dan dengan selamat sejahtera dunia akhirat.

Islam telah memberikan tuntunan hidup bagi pemeluknya dalam segala aspek kehidupan, telah diberikan

Page 28: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

22

tuntunan yang jelas dan gamblang, seperti tuntunan atau aturan tentang : Perkawinan, Pembagian harta waris, pergaulan sesama manusia, jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, bertamu, bermusyawarah, tidur, mendidik anak, berbakti kepada orang tua, membina rumah tangga,berpakian, berbicara, bepergian (musafir), dan lain lain telah diatur seluruhnya sebagai pedoman dalam praktek kehidupam seorang muslim sehari-harinya.

C. Akhlak

1. Pengertian akhlak

Akhlak menurut Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) : adalah sifat yang tertanam dalm jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan , tanpa memerlukan pertimbangan akal pikiran lagi .8 sedangkan menrut Imam al-Ghazali ( 1059 H/1111 M) Akhlak adalah : Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran lagi.9

Akhlak adalah bagian pokok dari ajaran Islam, akhlak disebut juga ajaran yang berkaitan dengan etika, budi pekerti . Akhlak al-Karimah adalah budi pekerti yang mulia, Akhlak Islam adalah akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang merupakan nilai-nilai mulia yang ada dalam al-Qur‟an.

Menurut Abuddin Nata, perbuatan yang tergolong dalam perbuatan akhlak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:10

a. Perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah melekat menjadi kepribadian dan karakternya. Misalnya seseorang dikatakan dermawan ,

8 Lihat Ibnu Miskawaih, Tahdzib Al-Akhlak wa Tahthir al-A‟raq (

Mesir : al-Mathba‟ah al-Mishriyah, 934 M) cet.1 hal.40 9 Lihat Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Jilid III ( Beirut , Dar al

Fikr, t.th) hal. 56 10 Lihat, Abuddin Nata, Studi Islam Konprehenship, Kencana Prenada

Media Group, Jakarta, 2011, h.151

Page 29: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

23

apabila kedermawanannya telah menjadi kepribadiannya.

b. Perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran lagi. Hal ini terjadi karena perbuatan tersebut telah melekat dalam jiwa dan kepribadiannya, sehingga dengan mudah dapat dilakukan . Shalat yang telh mendrh daging dalam diri seseorang, misalnya dapat dikerjakan dengan mudah.

c. Perbuatan yang timbul atas kemauan orang yang mengerjakannya, tanpa ada tekanan atau paksaan dari luar dirinya. Seseorang yang tampaknya baik dn saleh perbuatnnya, atau sebaliknya, namun perbuatn ini dilakukan dalam sebuah sinetron atau sandiwara, maka perbuatan ini belum dikatakn perbuatan akhlak, karena boleh jadi perbuatan tersebut hanya sekedar skenario, bukan perbuatn yang muncul dari diri orang yang melakuknnya.

d. Perbuatan yng dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau berpura-pura, sebagimana yang demikian itu sering terjadi dalam sandiwara.

e. Perbuatan itu adalah perbuatan yang dilakukan, karena semata-mata atas panggilan Allah SWT.

Page 30: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

24

BAB III

SUMBER SUMBER AJARAN ISLAM

Sumber utama ajaran agama dalam Islam yang utama adalah al-Qur‟an dan al-Hadis atau al-Sunnah . Al-Qur‟an adalah Wahyu Allah yang mutlak kebenarannya dan tidak dapat dibantah oleh akal dan kebenaran manusia, sehingga al-Qur‟an adalah sumber ajaran utama dalam Islam. Al-Hadis atau al-Sunnah adalah sumber ajaran utama yang kedua setelah al-Qur‟an, sebab al-Hadis atau al- Sunnah adalah ajaran-ajaran dan contoh teladan dari Rasulullah SAW, menusia yang telah dipercaya dan diangkat oleh Allah sebagai Rasul yakni utusan Allah untuk menyampaikan Agama Islam kepada manusia. Hadis Rasul kedudukannya lebih tinggi dari pemikiran atau pendapat manusia baik dia ulama maupun ilmuan, sehingga al-Hadis atau al-Sunnah dari Rasul harus digunakan dalam menerapkan ajaran-ajaran agama. Al-Hadis atau al-Sunnah ini berupa perkataan Nabi, perbuatan Nabi dan persetujuan Nabi.

Sumber-sumber ajaran Islam, berkaitan pula dengan sumber-sumber hukum Islam. Yang dimaksud sumber hukum adalah dasar-dasar pijakan dalam pengambilan keputusan hukum. Para ulama sepkat bahwa sumber hukum dalam Islam adalah , al-Qur‟an, Al-Hadis atau Al-Sunnah, Ijma, dan Qiyas.11 Para ulama juga berpendapat bahwa hasil Ijtihad juga sebagai sumber hukum dan ada juga yang lainnya yang tidak seluruhnya dibahas dalam tulisan ini . Hasil ijtihad para ulama dapat dijadikan rujukan dalam mengambil keputusan hukum, sehingga hasil ijtihat merupakan bagian dari sumber hukum dalam agama Islam. Adapun ijtihad itu berfungsi pula sebagai metode penerapan hukum. Manakala terdapat persoalan hukum yang terjadi pada umat Islam sedangkan dalam nash yang menunjukkan kasahihannya tidak ditemukan

11. Aminuddin Ya‟kub, dkk, ushul Fiqh, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, 2005,h.78

Page 31: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

25

, maka para ulama berpendapat bahwa mereka dapat berijtihad untuk menetapkan hukum tersebut demi kemaslahatan kehidupan umat Islam. Ijtihad ini dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat Rasul dan para ulama ahli hukum yang memenuhi syarat untuk berijtihad.

A. Al-Qur‟an

1. Pengertian Al-Qur‟an

a. Pengertian Al-Qur‟an secara bahasa

Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab

Yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur‟an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yaknipada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah:

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur‟an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”. ( al-Qiyamah : 17-18)

b. Pengertian al-Qur‟an Secara Syari‟at (Terminologi)

Al-Qur‟an adalah kalam Allah ta‟ala yang diturunkan kepada Rasul dan Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu „alaihi wasallam, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.

Allah ta‟ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur‟an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insaan: 23)

Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf: 2)

Allah ta‟ala telah menjaga Al-Qur‟an yang agung ini dari upaya perubahan, penambahan, pengurangan atau pun

Page 32: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

26

menggantikannya. Dia ta‟ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr: 9)

Oleh karena itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh Allah yang berhasil untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya. Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka tipudayanya.

2. Fungsi dan Peranan Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah wahyu Allah ( 7:2 ) dan mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw ( 17:88; 10:38 ) sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim ( 4:105; 5:49,50; 45:20 ) dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya ( 5:48,15; 16:64 ), dan bernilai abadi.

Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (buta huruf) (7:158) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi (571 - 632 M). Diantara ayat-ayat tersebut umpamanya : 39:6; 6:125; 23:12,13,14; 51:49; 41:11-41; 21:30-33; 51:7,49 dan lain-lain.

Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa

Page 33: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

27

Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT. (30:2,3,4;5:14).

Bahasa Al-Qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikian itulah „Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Walid, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha bujukan dan diplomasinya.

Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat Adh-Dhuha yang dibaca Nabi. Tepat apa yang dinyatakan Al-Qur'an. Sebab seseorang tidak menerima kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu :

a. Tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh (67:10).

b. Tidak sempat mendengar dan mengetahui Al-Qur'an secara baik (4:82).

Al-Qur'an menyebutnya Al-Maghdhub ( orang yang dimurkai Allah ) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran itu, dan disebut Adh-dhollin (orang yang tersesat ) karena tidak menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa Al-Qur'an itu wahyu Allah, maka Al-Qur'an sendiri menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan Al-Qur'an (2:23, 24, 17:88). Sebagai pedoman hidup, Al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum yang mengartur kehidupan dalam berhubungan antara manusia dengan Allah dan makhluk lainnya.

Page 34: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

28

Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti : beribadah langsung kepada Allah (2:43,183,184,196,197; 11:114), berkeluarga (4:3, 4,15,19,20,25; 2:221; 24:32; 60:10,11), bermasyarakat ( 4:58; 49:10,13; 23:52; 8:46; 2:143), berdagang (2:275,276,280; 4:29), utang-piutang (2:282), kewarisan (2:180; 4:7-12,176; 5:106), pendidikan dan pengajaran (3:159; 4:9,63; 31:13-19; 26:39,40), pidana (2:178; 4:92,93; 5:38; 10:27; 17:33; 26:40), dan aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan dapat sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu (7:158; 34:28; 21:107).

Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan seluruh tata nilai tersebut dalam kehidupannya (2:208; 6:153; 9:51). Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang Al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa (33:36). Melaksanakannya dinilai ibadah (4:69; 24:52; 33:71), memperjuangkannya dinilai sebagai jihad dijalan Allah (61:10-13; 9:41), mati karenanya dinilai sebagai mati syahid (3:157, 169), hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi (4:100, 3:195), dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir (5:44,45,47).

Sebagai korektor, Al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai Al-Qur'an sebagai tidak sesuai dengan ajaran Allah yang sebenarnya. Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan dan lain sebagainya.

Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan Al-Qur'an tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Tentang ajaran Trinitas (5:73).

b. Tentang Isa (3:49, 59; 5:72, 75).

c. Tentang penyaliban Nabi Isa (4:157,158).

Page 35: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

29

d. Tentang Nabi Luth (29:28-30; 7:80-84) perhatikan, (Genesis : 19:33-36).

e. Tentang Harun (20:90-94), perhatikan, (keluaran : 37:2-4).

f. Tentang Sulaiman (2:102; 27:15-44), perhatikan (Raja-raja 21:4-5) dan lain-lain.

3. Penerjemahan Al-Qur‟an

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.

Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:

1) Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002.

2) Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus.

3) An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy.

4) Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS.

Page 36: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

30

4. Nama Lain dari Al-Qur‟an

Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:

a) Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)

b) Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)

c) Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)

d) Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)

e) Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)

f) Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)

g) Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)

h) Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)

i) At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)

j) Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)

k) Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)

l) Al-Bayan (penerang): QS(3:138)

m) Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)

n) Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)

o) An-Nur (cahaya): QS(4:174)

p) Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)

q) Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)

r) Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)

5. Struktur dan Pembagian Al-Qur‟an

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al

Page 37: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

31

Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-„Asr. Total jumlah ayat dalam Al-Qur'an mencapai 6236 ayat di mana jumlah ini dapat bervariasi menurut pendapat tertentu namun bukan disebabkan perbedaan isi melainkan karena cara/aturan menghitung yang diterapkan. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat,sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

6. Kedudukan Al-Qur‟an

a) Kitabul Nabawal Akbar (Berita dan Kabar)

“tentang Apakah mereka saling bertanya-tanya? tentang berita yang besar (yang dimaksud dengan berita yang besar ialah berita tentang hari berbangkit)”. QS : An Naba‟ : 1-2

b) Kitabul Hukmi Wa Syariat (Hukum dan Syariah)

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”.

Page 38: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

32

(QS : Al Maaidah :49-50)

c) Kitabul Jihad

“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS : Al Ankabut :69)

d) Kitabul Tarbiyah

“tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah s.w.t.)karena kamu selalu mengajarkan al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS : Ali Imran : 79)

e) Kitabul Ilmi

1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (al-Alaq: 1-5)

f) Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)

“Maka jika mereka tidak Menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.(QS : Al Qashash : 50) )

Page 39: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

33

7. Fungsi Al- Qur‟an :

a) Al-Qur‟an Sebagai Petunjuk (Huda)

Allah SWT berfirman ;

1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Di awal surat al-baqarah tersebut Allah SWT menyebut al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Adapun petunjuk bagi orang bertaqwa mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan faedah dari al-Qur‟an tersebut. Al-Qur‟an merupakan petunjuk dilalah dan irsyad

(penjelasan dan pembimbing) bagi seluruh manusia, dan petunjuk bagi orang yang bertaqwa, khususnya mereka yang memenuhi panggilan al-Qur‟an.

b) Al-Quran Sebagai Ruh

Di dalam ayat yang lain, Allah SWT menyebut al-Qur‟an dengan ruh, dan salah satu makna ruh di sini adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan makna.

c) Al-Qur‟an Sebagai Cahaya (Nur)

Allah SWT menamai al-Qur‟an dengan Nur (cahaya), yaitu sesuatu yang menerangi jalan yang terbentang di hadapan manusia sehingga manusia mampu melewatinya tanpa ada hambatan.

d) Al-Qur‟an Sebagai Pembeda (Al-Furqan)

Allah SWT berfirman ;

Page 40: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

34

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS : Al Furqaan : 1)

Artinya al-Qur‟an membedakan antara yang hak dengan yang batil, antara yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaat dengan yang berbahaya.

e) Al-Qur‟an Sebagai Obat Penawar (Asy Syifa)

Al-Qur‟an bersifat Asy syifa (obat penawar) sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT yang terjemahnya :

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS : Yunus : 57)

Dia merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (menimpa badan) dan penyakit yang bersifat maknawi (menimpa hati).

8. Sejarah Perkembangan Al-Qur‟an

a) Periode penurunan Al-qur‟an

Dipercayai oleh umat Islam bahwa penurunan Al-Qur'an terjadi secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

b) Pengumpulan Al-Qur‟an di Masa Rasulullah

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Page 41: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

35

Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

c) Pengumpulan Alqur‟an di Masa Khulafaur Rasyidin

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang

Page 42: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

36

digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

Apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).Lihat Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an

B. Al-Hadis/Al-Sunnah

1. Pengertian

Al-Hadis adalah adalah suatu perkataan atau berita . Hadis Rasul adalah suatu perkataan, berita, informasi yang berasal dari Rasulullah SAW. Sedangkan Al-Sunnah adalah jalan hidup yang dilalui, atau yang di jalani atau sesuatu yang telah dibiasakan. Sunnah Rasul adalah apa yang biasa di jalankan dalam kebiasaan hidup Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun persetujuan Rasul.

2. Kedudukan al-Hadis/al-Sunnah

Al-Hadis/al-Sunnah , mempunyai kedudukan dalam hukum Islam adalah sebagai sumber kedua dalam hukum Islam setelah a-Qur‟an . Sebagai sumber hukum yang kedua,

Page 43: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

37

al-Hadis/al-Sunnah mempunyai peranan penting setelah al-Qur‟an. Al-Qur‟an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat islam diturunkan pada umumnya dalam kata – kata yang perlu di rinci dan di jelaskan lebih lanjut, agar dapat di pahami dan di amalkan, al-Hadis/al- Sunnah antara lain sebagai penjelas ayat-ayat al-Qur‟an yang kurang jelas atau sebagai penentu beberapa hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur‟an. Disampaikan dalam al-Qur‟an Surat al-A‟raf ayat : 158 ;

158. Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

Adapaun Al-Sunnah terbagi menjadi empat macam, yakni:

a. Sunnah Qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah

b. Sunnah Fi‟liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah

c. Sunnah Taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Nabi terhadap pernyataan ataupun perbuatan orang lain

d. Sunnah Hammiyah, yakni sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi tidak sampai dikerjakan.

3. Fungsi Al-Hadis/Al-Sunnah

Adapaun fungsi al-Hadis/al-Sunnah dalam pengambilan atau istinbat hukum dalam ajaran Islam adalah :

a. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al- qur‟an. misalnya dalam al - Qur‟an terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaanya di jelaskan dalam Sunnah Rasul.

Page 44: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

38

b. Sebagai penjelasan isi al- Qur‟an. Di dalam al-Qur‟an Allah memerintah kan anusia mendirikan shalat. Namun di dalam al- Qur‟an kitab suci tidak di jelaskan banyaknya raka‟at, cara rukun dan syarat mendirikan shalat, maka Sunnah menjelaskan dan mencontohkan jumlah raka‟at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.

c. Menambahan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar -samar ketentannya di dalam al-Qur‟an. Sebagai contoh larangan nabi mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan sebagian ini tidak terdapat dalam a;l-Qur‟an. Namun kalau di lihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan talli silaturahmi antara dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama islam.

Pada prinsipnya fungsi sunnah terhadap Al-Qur‟an sebagai penjelasan/penafsir/perinci hal-hal yang masih global. Sunnah juga dapat membentuk hukum sendiri tentang suatu hal yang tidak disebutkan dalam Al-Qur‟an.

Dalam Sunnah terdapat unsur-unsur sanad (keseimbangan antar perawi), matan (isi/materi), rowi (periwayat).

Pembagian Sunnah dapat pula dilakukan melalui pembagian berdasarkan rawinya dan berdasarkan sifat perawinya. Dilihat dari segi jumlah perawinya, Sunnah dapat dibagi ke dalam 3 kelompok :

1) Sunnah Mutawattir, yaitu sunnah yang diriwayatkan banyak perawi.

2) Sunnah Masyhur, yaitu sunnah yang diriwayatkan 2 orang atau lebih yang tidak mencapai tingakatan mutawattir.

3) Sunnah Ahad, yaitu sunnah yang diriwayatkan oleh 1 perawi saja.

Page 45: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

39

4) Sunnah Mursal, yaitu Sunnah (al-Hadis) yang rangkaian riwayatnya terputus di tengah-tengah, sehingga tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam keadaan yang sempurna, Sunnah Qauliyah (al-Hadis) terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Matan, yaitu teks atau bunyi yang lengkap dari hadist itu dalam susunan kalimat yang tertentu.

2. Sanad, yaitu bagian yang menjadi dasar untuk mementukan dapat dipercaya atau tidaknya sesuatu hadist. Jadi tentang nama dan keadaan orang-orang yang sambung-menyambung menerima dan menyampaikan hadist tersebut, dimulai dari orang yang memberikannya kepada sumbernya Nabi Muhammad SAW yang disebut Rawi. Hadist Mursal, yaitu hadist yang rangkaian riwayatnya terputus di tengah-tengah, sehingga tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Ditinjau dari sudut sifat (atribut) si periwayat, hadist dapat dipecah menjadi tiga bagian ,yaitu :

1. Hadist Shahih (benar), dimana perawinya terkenal orang baik dan boleh dipercayai.

2. Hadist Hasan (baik), dimana perawinya tidak mencapai derajat perawi hadist shahih tetapi tidak diketahui ada cacatnya.

3. Hadist Dha‟if (lemah), dimana perawinya diragukan keberadaannya.

Perlu ditegaskan di sini bahwa Rasulullah melarang para sahabatnya menuliskan secara resmi al-Hadist (Sunnah Qauliyah) untuk mencegah agar ayat-ayat Al-Qur‟an dan sunah Rasul tidak bercampur maka dari itu para sahabat nabi menyiarkan hadist dengan jalan riwayat (meriwayatkan) dari mulut ke mulut.

Page 46: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

40

Sunnah berkedudukan sebagi dalil hukum Islam. Hal ini didasarkan kepada Nash Al-Qur‟an Surat An-Nisaa‟ ayat 79, yang artinya sebagai berikut :

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi rasul pada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (AN-Nissa‟ : 79)

Di dalam ilmu hadist dikenal adanya ulama hadist yang masykur. Keenam ulama hadist yang kitabnya disebut Kutubussittah ( Kitab Enam) tersebut ialah :

1) Al-Bukhari (194-256H / 810-870M)

2) Muslim (204-261H / 820-875M)

3) Abu Daud (202-275H / 817-889M)

4) An-Nasa-I (225-303H / 839-915M)

5) At-Turmudzi (209-272H / 824-915M)

6) Ibnu Majah (207-273H / 824-884M)

C. Ijma‟ Ulama

1. Pengertian Ijma‟ Ulama

Ijma‟ adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahid (yang berijtihad) dari kaum muslimin pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW atas sesuatu hukum syara dalam satu kasus” .12

Hasil dari ijma‟ Ulama dalam satu masalah yang penting dalam urusan Umat Islam, maka hal tersebut menjadi hukum yang dapat dijadikan pedoman dalm kehidupan umat Islam. Betapa pentingnya Ijma‟ulama tersebut dalam persoalan kehidupan umat Islam dewasa ini yang penuh dengan perkembangan yang pesat di seluruh dunia. Namun demikian

12 Djazuli- I.Nurol Aen Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam , Raja

Grafindo Persada, Jakarta, th.2000,h.109

Page 47: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

41

betapa tidak mudahnya Ijma‟ ulama dilakukan, karena harus memenuhi persyaratan sebgai berikut :

a. Ada perwakilan para ulama mujtahid dari seluruh perwakilan umat Islam di semua nagara, untuk berkumpul atau bertemu atau saling berkomunikasi untuk membahas suatu masalah yang dipandang baru bagi umat Islam, masalah tersebut tidak dapat ditemukan secara jelas dalam Al-Qur‟an dan Al-Sunnah.

b. Para ulama mujtahid tersebut bersepakat untuk memutuskan hukum yang dibahas secara bersama-sama, bukan hanya beberapa orang ulama saja, atau ulama satu atau dua negera saja, sehingga keputusn tersebut adalah keputusan seluruh ulama Islam di seluruh negara.

c. Kesepakatan atau kebulatan pendapat harus nyata, baik dengan perbuatan maupun dengan fatwanya, karena ada kemungkinan diantara ulama mujtahid tersebut ada yang diam, mengakibatkan perbedaan dalam nilai ijma‟ sukuti/diam.

d. Kebulatan pendapat orang-orang yang bukan ulama mujtahid tidak disebut ijma‟ ulama, demikian juga kebulatan pendapat hanya sebagian besar ulama mujtahid, bukan ijma‟ulama.

2. Kedudukan Ijma‟Ulama

Apabila terjadi Ijma‟ terhadap suatu masalah , maka hasil ijma‟ tersebut wajib diikuti, dan hukum dalam masalah yang telah diputuskan dalam ijma‟ tersebut mempunyai nilai qath‟iy (tetap dan pasti) tidak bisa dihapus atau ditentang dengan hasil ijtihad misalnya, karena kebulatan pendapat para muj‟tahid dalam Ijma‟ tersebut telah menunjukkan kebenaran sesuai dengan jiwa Syari‟ah dan dasar-dasar yang umum.13

13

Djazuli- I.Nurol Aen Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam , Raja

Grafindo Persada, Jakarta, th.2000,h.110

Page 48: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

42

Namun para ulama menyatakan bahwa ijtihd saat ini sangat sulit dapat dilaksanakan, karena mekanisme dan teknisnya memerlukan usaha-usaha yang besar yang tidak mudah untuk dilakukan.

3. Dalil-dalil Ijma‟

a. Surat An-Nisa (4) , ayat : 59

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

b. Surat An-Nisa (4), ayat : 83

83. dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri[322] di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri)[323]. kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

c. Surat An-Nisa (4), ayat 115 :

115. Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu[348] dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Dalam keterangan hadis rasul dijelskan bahwa umat Islam akan bersepakt dalm kebaikan, tidak mungkin umat Islam bersepakat dalam kesalahan;

“Tidak mungkin Umatku berijma‟ (bersepakat) dalam kesalahan” (HR. Abu Daud). “Tidak mungkin Allah menghimpun umatku seluruhnya untuk melakukan kesesatan” ( Al-Hadis)

Page 49: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

43

D. Al-Qiyas

1. Pengertian

Qiyas adalah mempersamkan suatu hukum dalam suatu kasus yang tidak terdapat nash dengan suatu kasus hukum yang lain yang dinashkan, karena persamaan ilat hukum.14 Imam Syafii mengatakan :15

“Setiap kejadian /peristiwayang terjadi pda seorang muslim, pasti ada hukumnya, dan dia wajib mengikuti nash ( dalil al-Qur‟an dan al-Hadis), apabila ada nashnya. Apabila tidak ada nashnya maka dicari dari permasalahannya (dalalah-nya) di ats jalan yang benar degan ijtihad dan ijtihad itu adalah qiyas”

Dalam hal ini Djazuli juga mengutip pendapat ulama Indonesia Hasby Ash Shiddieqy yang mengatakan bahwa : Pada masa shabat, qiyas diartikan dengan mengembalikan ssuatu dengan maksud Syara kepada kaidah-kaidah yang umum , dan kepada ilat-ilat yang lekas difahami yang tidak berselisih lagi.

2. Kedudukan Qiyas

Dalam hal kedudukan qiyas sebagai sumber ajaran Islam, para ulama fiqh terbagi atas dua pendapat yakni :

a. Junhur Ulama berpendapat bahwa qiyas dapat dijadikan hujjah syara‟

b. Mazhab yang lin yakni Nidhomiyah, Dhohoriyah dn Syiah Imamiyah dan sebagian dari kaum Mu‟tazilah menolak qiyas sebagai cara untuk menetapkan hukum.

Adapun alasan jumhur ulama yang yang berpendapt bahw qiyas dapat dijadikan hujah syara‟ didasari oleh alasan sebagai berikut :

14

Djazuli- I.Nurol Aen Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam , Raja

Grafindo Persada, Jakarta, th.2000,h.121

15 Ibid,h. 121

Page 50: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

44

1. Dalil-dalil dari al-Qur‟an dan al- Hadis

a. Surat An-Nisa (4) ayat : 59

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Keterangan Qiyasnya: Kata farudduhu artinya: mengembalikan, maksudnya meliputi mengembalikan kaidah-kaidah Syara‟ yang umum dan mengembalikan hal-hl yang tidak dinashkn kepada hal-hl yang tidak di nashkan.

b. Surat Al-Hasyr ayat : 2

2. Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama[1463]. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.

Keterangan Qiyasnya : Kata Fa‟tabiruu artinya : Qiyashkanlah dirimu karena kamu juga manusia seperti mereka. Apabila kamu melakukan hal yang seperti mereka , maka akan mengalmi seperti apa yang mereka alami.

c. Hadis Riwayat al- Nasa‟iy

“Dulu saya melarang kamu menyimpan daging qurban, karena banyak orang berkumpul. Maka sekrang boleh makan, menyimpan dan menyedekahkannya” ( HR. Al-Nasa‟iy )

Page 51: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

45

Pemahaman Qiyasnya : Jika banyak orang berkumpul, maka dilarang menyimpan daging kurban krena banayk orang yang membutuhkan, jika tidak ada orang berkumpul, maka boleh menyimpannya. Dengan demikian hukum itu ada apabila ada illatnya dan hukum tidak ada dalam artian mubah bila tidak ada illatnya.

d. Hadis Riwayat Ahmad dan Abu Daud

Dalam suatu peristiwa Umar pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang qublah pada bulan Ramadhan, Rasul menjawab :

“Bagaimana pendpatmu (wahai Umar) apabila kamu berkumur-kumur pada padahal engkau berpuasa? Jawab Umar ; Tidak apa apa ya Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah menjawab : Demikian pula halnya qublah” ( HR. Ahmad dan Abu Daud )

Dalam hadis ini Rasulullah melakukan qiyas antara qublah (tanpa inzal) dan berkumur-kumur yang mana satu (qublah) diqiaskan dengan uang lainnya (berkumur-kumur) keduanya tidak membatalkan puasa. 16

d. Al- Ijtihad

1. Pengertian dan ruang lingkup Ijtihad

Secara etimologis, ijtihad berarti bekerja-keras, bersungguh-sungguh, atau mencurahkan segala kemampuan sampai pada batas yang maksimal. Secara teknis, ijtihad meliputi tiga dimensi pengertian. Pengertian menurut kata kerja, menurut kata benda, dan menurut kata sifat. Pertama, pengertian menurut kata kerja, ijtihad adalah “mencurahan kemampuan maksimal oleh seorang ahli hukum (faqih) untuk meng-istinbath-kan ketentuan-ketentuan hukum syara‟ yang rinci dari dalil-dalilnya,” yakni menyangkut perbuatan

16

Djazuli- I.Nurol Aen Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam , Raja

Grafindo Persada, Jakarta, th.2000,h.126

Page 52: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

46

manusia dengan manusia lain dan alam (muamalat). Kedua, pengertian menurut kata benda, ijtihad adalah hasil kerja intelektual seorang ahli hukum dalam menyimpulkan ketentuan-ketentuan hukum. Pengertian menurut kata sifat, ijtihad adalah kata yang menunjukkan sifat seorang mujtahid, yaitu “kecakapan yang dengannya seorang ahli hukum mampu menyimpulkan suatu ketentuan hukum syara‟ dari dalil-dalilnya.

Kata ijtihad dalam bahasa Arab mengambil bentuk masdar tsulatsi mazid. Bila dikembalikan ke bentuk aslinya yang hanya memiliki tiga huruf ia menjadi jahada dan bentuk masdarnya ada dua; jahdun dan juhdun. Para ahli bahasa terbagi dalam pemaknaan dua kata ini. Ada yang menganggap keduanya memiliki satu arti sedangkan yang lainya meyakini masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri. Jauhari menuliskan: “Al-Jahdu dan al-Juhdu kedua-duanya memiliki arti kemampuan, oleh karenanya pada surat Taubah ayat 79 dapat dibaca kedua-duanya, Walladzina laa yajiduna illa jahdahum atau juhdahum.

Sementara Ahmad Fayyumi dalam kamusnya membedakan antara al-Jahdu dan al-Juhdu. Ia menuliskan: “Al-Juhd adalah kata yang dipakai oleh orang-orang Hijaz sementara kata al-Jahd dipakai oleh selain Arab Hijaz. Al-Jahd memiliki arti mengerahkan segenap kemampuan. Sementara kata al-Juhd mengandung makna kesulitan”.

Mencermati arti yang disampaikan para ahli bahasa terlihat ada perbedaan dalam memaknai akar kata ijtihad. Namun bila diteliti lebih dalam lagi sebenarnya tidak ada perbedaan di sana. Kata al-Jahdu yang memiliki arti mengerahkan segenap kemampuan tidak akan pernah dilakukan oleh seseorang bila tidak menemui sebuah kesulitan. Artinya kedua kata ini saling melengkapi. Setiap kesulitan akan dihadapi dengan segenap kekuatan yang dimiliki sebagaimana segenap kekuatan hanya akan dikeluarkan bila menghadapi kesulitan.

Page 53: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

47

Raghib Al-Isfahani dengan indah mengartikan kata ijtihad dengan menggabungkan dua unsur tersebut. Beliau menuliskan, „Wa Al Ijtihadu Akhdzun Nafsi Bi Badzlit Thoqoti Wa Tahammuli Al Masyaqqoh‟ (Ijtihad adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segala kemampuan yang dimiliki dan menanggung semua kesulitan yang ada).

Lapangan ijtihad itu adalah masalah-masalah yang tidak disinggung-singgung di dalam teks-teks syari‟ah, baik berupa al-Qur‟an maupun Hadis, atau ada di dalam teks, tetapi tidak secara eksplisit. Bahkan, teks-teks tersebut juga menjadi objek ijtihad apabila ia berupa Hadis, yaitu mengenai apakah ia otentik berasal dari Nabi atau tidak. Adapun masalah-masalah yang sudah secara eksplisit ditentukan dalam teks-teks syari‟ah menurut para ulama tidak dapat diijtihadkan lagi.

Ijtihad juga merupakan satu kata kunci guna dapat memahami Islam. Mengingat proses ijtihad membutuhkan kemampuan komprehensif seorang pemikir Islam (baca: mujtahid) atas ilmu-ilmu Islam dan tentunya ilmu-ilmu lain dan metodologi yang memiliki kaitan erat dalam proses penyimpulan sebuah hukum syariat.

Para ahli usul fiqih mengkategorikan tingkatan–tingkatan kualitas mujtahid yakni:

a. Ijtihad mutlak, yaitu suatu tingkat ijtihad tinggi dengan otoritas penuh dalam penentuan ushul (prinsip– prinsip dan metode ijtihad) dan furu‟ (detail-detal ketentuan hukum). Biasanya tingkat ini dinyatakan hanya dimiliki oleh pendiri–pendiri mazhab dan beberapa murid langsung mereka yang tertentu;

b. Ijtihad nisbi, yaitu suatu tingkat ijtihad dengan otoritas terbatas di mana mujtahid mengikuti guru (imam)-nya dalam prinsip-prinsip dan metode ijtihadnya, tetapi tidak terikat kepadanya dalam menyimpulkan detail hukum;

c. Ijtihad dalam mazhab, yaitu tingkat ijtihad dengan otoritas yang khusus dalam masalah–masalah yang belum dilakukan ijtihad oleh imam, tetapi ia terikat

Page 54: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

48

kepada prinsip dan hasil ijtihad imam dalam detail hukum. Jadi, ijtihad ini terbatas hanya pada penerapan kaidah imam (guru) terhadap kasus–kasus yang belum diselesaikan oleh imam itu;

d. Tarjih, yaitu suatu tingkatan ijtihad yang berupa aktivitas menimbang di antara pendapat-pendapat yang sudah ada untuk mencari yang lebih kuat dan sesuai untuk keadaan tertentu. Inilah tingkat ijtihad paling rendah, lebih di bawah tarjih tidak ada lagi ijtihad, melainkan yang ada hanya ittiba‟, yaitu mengikuti ijtihad orang lain dengan memahami argumentasinya, dan taqlid, yaitu mengikuti ijtihad orang lain secara patuh dengan tanpa memahami argumentasi dan dasarnya.

2. Persyaratan Mujtahid

Seorang yang dikatagorikan sebagai Ulama Mujtahid ( yang mampu berijtihad)dalam Islam, tidak dapat dicapai dengan mudah oleh setiap ulama, karena tidak semua ulama memiliki kemampuan yang memenuhi syarat sebagai seorang mujtahid. Praktek ijtihad tidak dapat dilaksanakan oleh sembarang orang. Syarat ijtihad menurut Mohammad Iqbal hampir-hampir tidak bisa terpenuhi terutama untuk ijtihad mutlak. Klasifikasi dimaksud meliputi:

a. Pengetahuan bahasa Arab sampai pada tingkat ahli; b. Penguasaan al-Qur‟an dengan berbagai aspeknya seperti

masalah asbabun nuzul, nasikh-mansukh, qiraat-nya, dan lain-lain;

c. Penguasaan Hadis dengan berbagai aspeknya yang jauh lebih rumit dari al-Qur‟an;

d. Mengetahui segi-segi ijma‟ dan perbedaan pendapat; e. Penguasaan terhadap qiyas; f. Penguasaan tentang tujuan hukum; g. Memiliki pertimbangan baik dan ketajaman pemahaman; h. Itikad baik.

Page 55: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

49

3. Kedudukan, Fungsi dan Hukum Ijtihad

Ketika Nabi s.a.w. akan mengutus Mu‟adz ibn Jabal ke Yaman untuk bertindak sebagai hakim, beliau bertanya kepada Mu‟adz : “Apa yang akan kau lakukan jika kepadamu diajukan suatu perkara yang harus diputuskan?” Mu‟adz menjawab : “Aku akan memutuskannya berdasakan ketentuan yang termaktub di dalam Kitab Allah (Al-Qur‟an)!” Nabi bertanya lagi : “Bagaimana jika didalam Kitab Allah tidak terdapat ketentuan tersebut?” Mu‟adz menjawab : “Dengan berdasarkan Sunnah Rasulullah s.a.w.” Nabi bertanya lgi : “Bagaimana jika ketentuan tersebut tidak terdapat pula dalam Sunnah Rasulullah?” Mu‟adz menjawab : “Aku akan berIjtihad dengan pikiranku, aku tidak akan membiarkan satu perkarapun tanpa putusan.” Lalu Rasulullah menepuk dada Mu‟adz seraya mengatakan : „Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada utusanku untuk hal yang melegakanku‟.

Dari hadis riwayat Mu‟adz di atas diperoleh kesimpulan bahwa sumber-sumber asli Hukum Islam adalah Al-Qur‟an dan Sunnah. Jika di dalam Al-Qur‟an atau Sunnah tidak terdapat ketentuan hukum sesuatu, maka diusahakan menemukan hukumnya melalui ijtihad.

a. Kedudukan Ijtihad dalam Ajaran Islam

Kedudukan ijtihad dalam Islam amat penting, ijtihad merupakan sebagai ruh dari dinamika hukum Islam, dengan kata lain, ijtihad adalah modal penting agar hukum Islam senantiasa dapat menjawab persoalan kemanusiaan sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan dilatarbelakangi pemahaman ayat Al Quran pada QS 33:36 maka urusan manusia dalam menjalani hidupnya itu ada yang sudah ditentukan dan ada yang belum ditentukan (oleh Allah [Quran] dan Rasulullah Muhammad [Al Hhadits]). Untuk itu urusan-urusan yang sudah ada dan jelas ketetapannya dalam Al-Quran dan Al-Hadits oleh ulama disebut sebagai Asas Syara' atau Pokok Ajaran Islam. Sedangkan urusan-urusan yang tidak jelas atau tidak ada ketetapannya dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Page 56: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

50

disebut sebagai Furu' Syara' atau Cabang Ajaran Islam. Ijtihad inilah yang tiada lain merupakan Cabang Ajaran Islam itu. Dan hal-hal yang bersifat ijtihadi ini, dalam Al-Quran apapun keputusannya sudah dimaafkan oleh Allah.

Sifat ketetapan yang termasuk dalam Asas Syara' ini pada dasarnya mengikat seluruh umat Islam, kecuali dalam keadaan darurat. Sedangkan untuk urusan Ijtihadi, pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam (karena pada dasarnya sudah dimaafkan Allah), kecuali ditetapkan oleh penguasa (ulil amri) untuk diberlakukan di bawah kekuasaannya. Itulah mengapa ketetapan ijtihad bisa berbeda dalam karena beda ruang maupun waktu. Tergantung penguasaan argumentasi masing-masing. Di sinilah letak dinamika Ajaran Islam dalam menghadapi tantangan zaman. Hanya saja untuk mengetahui apakah suatu urusan itu itu sudah ada atau sudah jelas ketetapannya dalam Al Quran atau AL Hadist tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Tentunya yang mengetahuinya adalah orang yang paham betul isi Al-Quran dan Al-Hadits dan orang itu tunduk patuh mentaatinya. Orang semacam itulah yang dalam Al-Quran disebut sebagai 'Ulama (QS. 35:28).

Jadi, Ijtihad berdasarkan pelakunya bisa perorangan bisa bersama-sama. Yang bersama-sama inilah sekarang ini dikenl sebagai Ijma'.

Lantas, berdasarkan tujuannya ijtihad itu ada yang dimaksudkan untuk membangun kemashlahatan umat (selanjutnya dikenal sebagai mashlahatul mursalah) dan ada yang dimaksudkan untuk mencegah atau menolak kerusakan (selanjutnya dikenal sebagai saddudz-dzaari'ah).

Adapun Qiyas adalah salah satu metode dalam memutuskan perkara ijtihad.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran

Page 57: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

51

itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”. [QS 33: 36]

b. Fungsi Ijtihad

Fungsi ijtihad ialah untuk menetapkan hukum sesuatu , yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti di dalam A-lqur‟an dan hadits . Begitu pula dewasa ini, kehidupan dimulai dari realita. Kita tidak mulai pembaruan dari teks, tidak dari agama, akidah ataupun dari syari`at. Ini adalah metode Islam ketika kita mencermati metode asbâb al-nuzûl (konteks sosial atau sebab-sebab turunnya wahyu), dan nâsikh wa al-mansûkh (ayat yang menghapus dan ayat yang dihapus). Asbâb al-nuzûl berarti memperhatikan dan memprioritaskan realita atas teks, memperhatikan pertanyaan daripada jawaban. Seperti ayat-ayat wa yas`alûnaka `ani-l khamr (mereka bertanya kepadamu mengenai khamer/minuman keras), wa yas`alûnaka `ani-l mahîdl (menstruasi), wa yas`alûnaka `ani-l anfâl.. dst. Saat ini apa pertanyaaan-pertanyaan yang dihadapai kaum muslimin? wa yas`alûnaka `ani-l awlamah (globalisasi), wa yas`alûnaka `an nihâyah at-târîkh (akhir sejarah), wa yas`alûnaka `ani-l ihtilâl (kolonialisme), wa yas`alûnaka `ani-l faqr (kemiskinan), wa yas`alûnaka `ani-l bathâlah fi indûnisiâ (pengangguran di Indonesia), wa yas`alûnaka `ani-l fasâd (kerusakan)...dst. Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah permulaan, dari permasalahan dan musibah yang menggejala di seluruh masyarakat muslim. Jadi kita memulai dari realita yang general. Maka dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwasannya fungsi ijtihad dewasa ini ialah sebagai salah satu cara untuk menentukan hukum islam yang tidak tercntum secara jelas dalm Al-Quran dan Al-Hadist.

Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detil oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan

Page 58: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

52

terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan baru dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari. Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.

Ijtihad telah dipraktekkan sejak jaman Rasul. Rasulullah memberi pemecahan terhadap berbagai masalah yang dihadapi komunitas Islam berdasarkan al-Qur‟an. Tetapi, tidak semua masalah mendapat penegasan eksplisit dari wahyu. Menurut pendapat mayoritas ulama, Rasul sering berijtihad, yang pernah sesekali tidak tepat. Nabi segera mendapat teguran dari wahyu jika terjadi kesalahan dalam berijtihad. Sebagai contoh, keputusannya mengenai pembebasan dengan tebusan taw teguran dengan firman Allah; “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan perang sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda dunia sedang Allah menghendaki pahala akhirat.” (Q.S., 8 : 67).

Para sahabat Nabi pun berijtihad di kala beliau masih hayat. Nabi sendiri memerintahkan Amir Ibn al-Ash untuk memutuskan suatu perkara. Lalu, ia merasa canggung dan bertanya kepada Nabi, “Apakah saya pantas berijtihad padahal Engkau ada?” lalu jawab Nabi, “Ya, jika kamu benar dapat dua pahala dan jika salah dapat satu pahala”.8 Dalam Hadis disebutkan bahwa ada dua orang dalam perjalanan, lalu mereka kehabisan air, sementara mereka harus shalat. Mereka bertayamum dan shalat. Tak lama kemudian mereka

Page 59: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

53

menemukan air, sementara waktu shalat masih ada. Masing–masing di antara mereka berijtihad. Ijtihad salah satu di antara mereka berdua adalah mengulangi shalat dan yang lain tidak. Kasus ini diketahui Rasulullah, dan dia mengakui (kebenaran) hasil ijtihad kedua sahabat itu.

Pada masa Rasulullah tidak ada problem metodologis pemahaman al-Qur‟an karena para sahabat berada langsung di bawah bimbingannya, dan bila perlu mereka dapat bertanya secara langsung mengenai masalah-masalah yang tidak jelas bagi mereka karena waktu itu belum muncul kaidah-kaidah yang pada masa kemudian dibakukan dalam teori yurisprudensi. Satu–satunya yang ideal bagi mereka adalah perilaku Nabi. Mereka belajar wudlu, shalat dan haji dengan cara mengamati langsung tindak mengajukan dan minta keputusan Nabi.

Tetapi, lain halnya setelah Nabi wafat, wahyu sudah tidak turun lagi, Rasul tempat bertanya telah tiada, sementara persoalan–persoalan kemasyarakatan dan agama justru berkembang sebagai akibat luasnya wilayah yang didiami umat. Banyak masalah baru timbul dan belum pernah ada petunjuk pemecahannya baik dalam al-Qur‟an maupun hadis Nabi. Para sahabat dengan demikian harus berijtihad dengan menafsirkan ulang dan memperluas pengertian–pengertian hukum yang telah tersedia dalam al-Qur‟an dan Hadis Nabi SAW.

Pada periode awal, ra‟yu (pertimbangan pemikiran yang sehat) banyak digunakan dan merupakan alat ijtihad yang utama. Istilah ini merupakan istilah generik yang mendahului pertumbuhan hukum serta prinsip–prinsip qiyas dan istihsan yang lebih sistematis.

Para sahabat tidak memahami al-Qur‟an dan Sunah Rasul secara harfiah. Mereka menggali semangat dan prinsip yang terkandung di dalamnya untuk kemudian diterapkan pada keadaan konkrit yang mereka hadapi. Sebagai contoh, Umar ibn Khattab tidak membagi-bagikan tanah- tanah di Irak (yang

Page 60: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

54

disebut tanah Sawad) kepada para prajurit yang menaklukkannya seperti yang berlaku dalam tradisi Rasulullah dan Abu Bakar. Alasan Umar tidak membagikan tanah tersebut ditemukan dalam al-Qur‟an (Q.S.,59:6-10) yang pada intinya melarang penumpukan harta pada orang orang yang telah kaya. Dari sejarah kita ketahui bahwa tentara pada jaman Rasulullah dan Abu Bakar tidak digaji karena itu mereka mendapat bagian dari rampasan perang. Tetapi, pada jaman Umar diadakan tentara reguler dan diberi tunjangan tetap. Karena itu, Umar tidak memberi rampasan perang kepada mereka. Hasil tanah Sawad tersebut digunakan oleh Umar untuk kepentingan umum seperti tunjangan bagi mereka yang kurang mampu dan biaya pemeliharaan perbatasan, dan lain-lain.

Pada masa tabi‟in dan sesudahnya kegiatan ijtihad kian berkembang berikut dengan berbagai kecenderungan masing-masing. Perbedaan-perbedaan kian berkembang dan corak ijtihad sangat dipengaruhi oleh sifat kedaerahan. Orang–orang Irak dianggap lebih cenderung pada penggunaan rasio, sementara orang–orang Madinah lebih menyukai tradisi atau Hadis. Namun, kedua kecenderungan ini tidaklah merupakan kutub-kutub yang bertentangan satu sama lain secara frontal. Kecenderungan-kecenderungan itu hanya merupakan perbedaan porsi saja dalam pemakaian rasio atau Hadis. Pada dasarnya keduanya sama-sama memakai ra‟yu dan Hadis, namun orang-orang Madinah lebih banyak menggunakan referensi Hadis, sedang orang Irak terpaksa berhati-hati menerima Hadis karena mereka memang agak jauh dari sumber tradisi Rasulullah di Madinah.

Pada periode imam-imam mujtahidin yang berlangsung di abad II H sampai pertengahan abad IV H, terjadi perkembangan ijtihad yang pesat, mazhab–mazhab hukum mengalami kristalisasi, dan metode-metode pemahaman al-Qur‟an dan Hadis dibakukan. Peranan yang sangat menonjol dalam bidang ini dimainkan oleh Asy-Syafi‟i (W. 204 H.) yang

Page 61: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

55

menyusun kitab al-Risalah yang menjadi buku pertama dalam metodologi pemahaman hukum dan dalam metodologi Hadis. Bahkan, dalam disiplin ilmu-ilmu syari‟ah metodologi beliau masih tetap relevan dan dipertahankan sampai sekarang.

c. Hukum melaksanakan Ijtihad

Ijtihad di kalangan ulama Islam merupakan salah satu metode istinbath atau penggalian sumber hukum syara melalui pengarahan seluruh kemampuan dan kekuatan nalarnya dalam memahami nash-nash syar‟I atas suatu peritiwa yang dihadapi dan belum tercantum atau belum ditentukan hukumnya.

Adapun hukum melakukan ijtihad antara lain :

1) Orang tersebut dihukumi pardlu a‟in untuk berijtihad apabila ada permasalahan yang menimpa dirinya.

2) juga dihukumi fardlu a‟in jika ditanyakan tentang suatu permasalahan yang belum ada hukumnya.

3) Dihukumi fardlu kifayah ,jika permasalahan yang dijukan kepadanya tidak dikhawatirkan akan habis waktunya.

4) Dihukumi Sunnah apabila ber-Ijtihd terhadap permasalahan yang baru, baik ditanya maupun tidak.

5) Dihukum haram,apabila ber-Ijtihad terhdap permasalahan yang sudah ditetapkan secara qat‟I,sehingga hasil ijtihad itu bertentangan engan dalil syara.

Ijtihad dapat dipandang sebagai salah satu metode untuk menggali sumber hukum Islam. Yang menjadi landasan dibolehkannya ijtihad banyak sekali, baik melalui pernyataan yang jelas maupun berdasarkan isyarat, di antaranya adalah Firman Allah SWT yang berbunyi:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu

Page 62: STUDI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK : ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44443/2/BUKU STUDI ISLAM.pdfislam rahmatan lil’alamin studi islam di tengah

56

menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”(QS.Surat An-Nisa,105).

Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencurian yang dilakukan Thu‟mah dan ia Menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu‟mah tidak mengakui perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi. hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu‟mah kepada Nabi s.a.w. dan mereka meminta agar Nabi membela Thu‟mah dan menghukum orang-orang Yahudi, Kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu‟mah, Nabi sendiri Hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu‟mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.

Dan hal itu telah diikuti oleh para sahabat setelah Nabi Wafat. Mereka selalu berijtihad jika menemukan suatau masalah baru yang tidak terdapat dalam AL-Qur‟an dan Sunnah Rasul.