bab 2 landasan teori - library & knowledge...

32
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Jenis-jenis Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood (2004, p4), sistem informasi terdiri dari beberapa jenis, sebagai berikut : 1. Sistem Pengolahan Data Elektronik (EDP), yaitu pemanfaatan teknologi komputer untuk melakukan pengolahan data transaksi-transaksi dalam suatu organisasi. 2. Sistem Pengolahan Data (DP), mempunyai arti yang sama dengan istilah EDP. 3. Sistem Informasi Manajemen (MIS), yaitu penggunaan teknologi komputer untuk menyediakan informasi bagi pengambilan keputusan para manajer. 4. Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke dalam format pengambilan keputusan bagi kepentingan pemakai akhir. 5. Sistem Pakar (ES), yaitu sistem informasi berbasis pengetahuan yang memanfaatkan pengetahuannya tentang bidang aplikasi tertentu untuk bertindak seperti seorang konsultan ahli bagi pemakainya. 6. Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu dibuat bagi kebutuhan informasi strategik manajemen tingkat puncak. 7. Sistem Informasi Akuntansi (AIS), yaitu sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi.

Upload: vanxuyen

Post on 17-Sep-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.1 Jenis-jenis Sistem Informasi

Menurut Bodnar dan Hopwood (2004, p4), sistem informasi terdiri dari beberapa

jenis, sebagai berikut :

1. Sistem Pengolahan Data Elektronik (EDP), yaitu pemanfaatan teknologi

komputer untuk melakukan pengolahan data transaksi-transaksi dalam suatu

organisasi.

2. Sistem Pengolahan Data (DP), mempunyai arti yang sama dengan istilah EDP.

3. Sistem Informasi Manajemen (MIS), yaitu penggunaan teknologi komputer

untuk menyediakan informasi bagi pengambilan keputusan para manajer.

4. Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke dalam format

pengambilan keputusan bagi kepentingan pemakai akhir.

5. Sistem Pakar (ES), yaitu sistem informasi berbasis pengetahuan yang

memanfaatkan pengetahuannya tentang bidang aplikasi tertentu untuk

bertindak seperti seorang konsultan ahli bagi pemakainya.

6. Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu dibuat bagi kebutuhan informasi

strategik manajemen tingkat puncak.

7. Sistem Informasi Akuntansi (AIS), yaitu sistem berbasis komputer yang

dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

8

2.1.2 Definisi Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Wilkinson, Cerullo, Raval, Wong-On-Wing (2000, p7), sistem informasi

akuntansi merupakan kesatuan terstruktur dalam suatu entitas, seperti perusahaan bisnis,

yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen lainnya untuk mengubah data-data

ekonomi menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

informasi pemakai yang beragam.

Menurut Mcleod dan Schell (2001, p219), pemrosesan data perusahaan dilakukan

oleh suatu sistem informasi akuntansi dengan mengumpulkan data yang

menggambarkan aktivitas perusahaan, mengubah data tersebut menjadi informasi, dan

membuat informasi tersedia bagi pemakai yang berada di dalam maupun di luar

perusahaan.

Menurut Horngren, Harrison, Bamber (2002,p5), menjelaskan bahwa akuntansi

merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk melakukan penilaian atas suatu

proses bisnis, menyampaikan dalam sebuah laporan untuk dapat dikomunikasikan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan pengambilan keputusan.

Jadi kesimpulannya, sistem informasi akuntansi merupakan salah satu jenis dari

sistem informasi yang berbasis komputer yang diperlukan oleh perusahaan dalam

memproses transaksi bisnisnya sehari-hari untuk menghasilkan informasi akuntansi serta

informasi-informasi lainnya mengenai proses bisnis perusahaan, yang diperlukan oleh

pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

9

2.2 Sistem Informasi Akuntansi Pembelian dan Utang Usaha

2.2.1 Proses Bisnis Terkait

Menurut Rama dan Jones (2006, p18), proses bisnis merupakan urutan aktivitas

yang dijalankan perusahaan untuk memperoleh, memproduksi, dan menjual barang dan

jasa. Proses bisnis tersebut dapat dikelompokan ke dalam tiga siklus transaksi utama,

yaitu :

1. Siklus perolehan (pembelian), meliputi proses pembelian barang dan jasa.

2. Siklus konversi, meliputi proses untuk mengubah sumber daya yang diperoleh

menjadi barang dan jasa.

3. Siklus pendapatan, meliputi proses penyediaan barang dan jasa kepada

pelanggan.

Menurut Wilkinson et. al (2000, p45), proses bisnis suatu perusahaan

dikelompokan menjadi lima siklus transaksi, yaitu :

1. General ledger and reporting cycle (siklus jurnal umum dan laporan

keuangan), meliputi pencatatan jurnal umum dan laporan keuangan.

2. Revenue cycle (siklus pendapatan), meliputi penjualan dan penerimaan kas.

3. Expenditure cycle (siklus pengeluaran), meliputi pembelian dan pengeluaran

kas.

4. Conversion cycle (siklus konversi), meliputi proses pengubahan sumber daya

menjadi barang dan jasa.

5. Human resource management cycle (siklus manajemen sumber daya manusia),

meliputi perekrutan dan pembayaran tenaga kerja.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

10

Dalam siklus pengeluaran, pemrosesan data dilakukan dengan dua sistem, yaitu

purchasing and payables processing system dan cash disbursement processing system.

Ada tiga proses utama dalam purchasing and payables processing system, yaitu :

1. Prosedur pembelian

Bagian pembelian menerima daftar permintaan pembelian dari bagian

persediaan, kemudian memproses daftar permintaan pembelian tersebut, dan

selanjutnya mempersiapkan order pembelian.

2. Prosedur penerimaan

Bagian penerimaan menerima barang dari pemasok dan mengecek barang yang

diterima apakah sesuai dengan order, jika terjadi ketidaksesuaian barang yang

diterima baik disebabkan karena kerusakan atau ada sebagian barang yang

kualitasnya kurang baik, maka perusahaan dapat mengajukan retur pembelian

setelah ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Selanjutnya membuat

laporan penerimaan barang.

3. Prosedur utang usaha

Bagian utang menerima faktur dari pemasok dan kemudian mengecek faktur

apakah sesuai dengan order dan barang yang diterima. Kemudian mencatat

utang yang terjadi dan mempersiapkan bukti pengeluaran kas untuk pelunasan

utang kepada pemasok. Menurut Romney dan Steinbart (2003, p426), ada dua

metode pelunasan utang yang digunakan oleh perusahaan, yaitu :

a. NonVoucher system, merupakan mekanisme pelunasan utang usaha di

mana satu bukti kas keluar untuk mencatat satu pelunasan utang usaha

kepada pemasok. Kelemahannya adalah perusahaan harus membuat banyak

cek dan bukti kas keluar untuk setiap pelunasan.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

11

b. Voucher system atau disbursement voucher, di mana satu bukti kas keluar

digunakan untuk membayar beberapa tagihan dari satu pemasok yang

sama. Keunggulan sistem ini adalah perusahaan cukup membuat satu cek

untuk membayar beberapa tagihan sekaligus, memudahkan pelacakan atas

pelunasan (prenumbered system), dan proses validasi yang cepat.

2.2.2 Fungsi Terkait

Menurut Wilkinson et. al (2000, p470), tanggung jawab dalam siklus pengeluaran

biasanya di bawah pimpinan fungsi inventory management/logistics dan fungsi

finance/accounting, seperti yang terlihat dalam Gambar 2.1 berikut ini :

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

12

Logistics Finance/Accounting

Vice-president,logistics

Vice-president,finance

Purchasing Receiving Inventorystores Production

Budgetingand cashplanning

Inventorycontrol

Accountspayable

Cashdisbursements

Generalledger

Recognizeneed for goods

or servicesPlace order Receive and

store goods

Determine validityof paymentobligation

Make cashdisbursement

Maintainaccountspayable

Posttransactionsand prepare

financial report

Sumber : Wilkinson et. al (2000, p471)

Gambar 2.1 Fungsi terkait dalam siklus pengeluaran

1. Inventory management/Logistics

Memiliki tanggung jawab untuk mengelola persediaan, dan dalam siklus

pengeluaran inventory management mencakup :

a. Fungsi pembelian, yaitu bertanggung jawab untuk memilih pemasok dan

memastikan barang yang akan dibeli.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

13

b. Fungsi penerimaan, yaitu bertanggung jawab untuk menerima barang yang

dipesan, memeriksa kuantitas dan kondisi barang dan memindahkan barang

ke tempat penyimpanan.

c. Fungsi penyimpanan persediaan, yaitu bertanggung jawab untuk menjaga

barang dari pencurian, kehilangan, dan kerusakan, serta menyiapkan barang

jika dibutuhkan.

2. Finance/Accounting

Memiliki tanggung jawab yang berhubungan dengan data keuangan, informasi,

perencanaan dan pengendalian atas sumber daya. Untuk siklus pengeluaran,

finance/accounting mencakup :

a. Fungsi pengeluaran kas, yaitu bertanggung jawab untuk menyiapkan cek

untuk pengeluaran dan memelihara data-data yang berhubungan dengan

pengeluaran kas.

b. Fungsi pengendalian persediaan, yaitu bertanggung jawab untuk

memelihara data-data persediaan dan mengajukan permintaan pembelian.

c. Fungsi utang usaha, yaitu bertanggung jawab untuk memelihara data-data

utang pemasok dan menyetujui faktur pemasok untuk pembayaran.

d. Fungsi jurnal umum, yaitu bertanggung jawab untuk memelihara akun-

akun aset, ekuitas, beban dan pendapatan.

2.2.3 Dokumen Terkait

Menurut Wilkinson et. al (2000, p472), dokumen-dokumen yang digunakan dalam

siklus pengeluaran, yaitu :

1. Purchase requisition : daftar permintaan pembelian barang atau jasa.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

14

2. Purchase order : pesanan pembelian barang atau jasa berdasarkan purchase

requisition yang telah disetujui.

3. Receiving report : laporan penerimaan barang.

4. Supplier’s (vendor) invoice : faktur tagihan dari pemasok atas pembelian

barang atau jasa.

5. Disbursement voucher : bukti pengeluaran kas untuk pelunasan utang kepada

pemasok.

6. Disbursement check : dokumen akhir untuk melakukan pembayaran kepada

pemasok.

7. Debit memorandum : dokumen atas retur pembelian.

8. New supplier (vendor) form : formulir yang digunakan untuk menyeleksi

pemasok baru yang menampilkan data harga, tipe produk yang disediakan,

pengalaman, credit standing, dan referensi.

9. Request for proposal (or quotation) : formulir yang digunakan untuk prosedur

tawar-menawar, menampilkan produk yang dibutuhkan dan perbandingan

harga.

2.2.4 Tujuan Siklus Pengeluaran

Menurut Wilkinson et. al (2000, p469), tujuan siklus pengeluaran yaitu :

1. Menjamin bahwa barang dan jasa dipesan sesuai dengan kebutuhan.

2. Menerima barang yang dipesan dan memeriksa kondisi barang tersebut.

3. Menjaga atau menyimpan barang sampai dibutuhkan.

4. Menentukan bahwa faktur atas barang dan jasa adalah benar.

5. Mencatat dan mengklasifikasikan pengeluaran (perolehan) dengan tepat dan

akurat.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

15

6. Memposting obligasi dan pengeluaran kas ke dalam akun pemasok dalam

utang usaha.

7. Menjamin bahwa semua pengeluaran kas telah diotorisasi sebagaimana

mestinya.

8. Mencatat dan mengklasifikasikan pengeluaran kas dengan tepat dan akurat.

2.3 Sistem Pengendalian Internal

2.3.1 Definisi Sistem Pengendalian Internal

Menurut Rama dan Jones (2006, p103), pengendalian internal adalah suatu proses

yang dipengaruhi oleh suatu dewan pengurus entitas dari direktur, manajemen dan

personel lainnya, yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak berkenaan

dengan pencapaian tujuan dengan kategori sebagai berikut : efektivitas dan efisiensi

operasi, reliabilitas laporan keuangan, dan pemenuhan atas hukum dan peraturan yang

digunakan.

Menurut Romney dan Steinbart (2003, p195), pengendalian internal merupakan

rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk melindungi aset,

menghasilkan informasi yang akurat dan dapat diandalkan, mengembangkan dan

meningkatkan efisiensi operasi, dan mendorong ketaatan pada kebijakan manajemen

yang telah ditetapkan.

Jadi kesimpulannya, sistem pengendalian internal merupakan suatu sistem yang

dibuat dalam organisasi atau perusahaan untuk menjamin dan memastikan bahwa aset

terlindungi dengan baik, informasi yang dihasilkan juga akurat dan dapat diandalkan,

efektivitas dan efisiensi dalam operasi, serta kebijakan, hukum dan peraturan yang ada

dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

16

2.3.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) dalam buku Wilkinson

et. al (2000, p234), pengendalian internal memiliki tiga tujuan utama, yaitu :

1. Efektivitas dan efisisensi operasi.

Memelihara kinerja dan profitabilitas yang dicapai, serta melindungi aset.

2. Kehandalan laporan keuangan.

Menjamin atau memastikan persiapan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

3. Dipatuhinya hukum dan peraturan yang ada.

Pemenuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku.

2.3.3 Komponen Sistem Pengendalian Internal

Dalam buku Rama dan Jones (2006, p105), COSO report mengidentifikasi lima

komponen pengendalian internal yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi

untuk mencapai tujuan pengendalian internal, yaitu :

1. Control environment

Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun organisasi untuk

mengontrol kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut berhubungan dengan

integritas, nilai etika, filosofi manajemen dan operating style. Hal ini juga

termasuk cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab, mengatur

dan mengembangkan sumber daya manusia, serta perhatian dan petunjuk dari

board of directors.

2. Risk assessment

Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat

menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

17

3. Control activities

Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan organisasi untuk

menangani resiko. Control activities mencakup :

a. Performance review, kegiatan yang berhubungan dengan analisis terhadap

kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat dengan

anggaran, standar perhitungan dan data pada periode sebelumnya.

b. Segregation of duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk

mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan

menjaga aset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.

c. Application controls, berhubungan dengan aplikasi sistem informasi

akuntansi.

d. General control, pengawasan yang lebih luas yang berhubungan dengan

berbagai aplikasi.

4. Information and communication

Sistem informasi dalam perusahaan merupakan kumpulan prosedur (manual

dan otomatis) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses dan

melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam organisasi. Dan

komunikasi berhubungan dengan menyediakan pemahaman atas peraturan dan

tanggung jawab individu.

5. Monitoring

Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa

pengendalian internal organisasi berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

18

2.3.4 Prosedur Pengendalian Pembelian

Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p213), terdapat lima prosedur atas

pengendalian internal, yaitu :

1. Otorisasi

Setiap transaksi pada sistem harus diotorisasi dengan semestinya untuk

mengurangi resiko penyalahgunaan. Otorisasi dapat diberikan dalam bentuk

umum dan khusus. Secara umum, otorisasi dilakukan misalnya dengan

membuat kebijaksanaan mengenai harga barang yang akan dijual dan berapa

maksimum jumlah kredit yang diberikan. Sedangkan pada otorisasi khusus

biasanya diberikan manajemen pada beberapa transaksi tertentu. Pihak yang

memiliki wewenang dalam memberikan otorisasi adalah pejabat yang memiliki

posisi berhubungan dengan sifat maupun makna transaksi yang bersangkutan.

2. Dokumentasi yang memadai

Dokumen berfungsi sebagai penerus informasi di lingkungan organisasi atau di

antara organisasi yang berbeda. Beberapa prinsip dalam penggunaan dokumen

adalah sebagai berikut :

a. Diberikan nomor urut tercetak, agar dapat memudahkan dalam pelacakan di

masa depan.

b. Dokumen dibuat sederhana agar dapat mudah dimengerti.

c. Memuat data yang lengkap sesuai kebutuhan

d. Dibuat pada saat transaksi tertentu

3. Pengamanan fisik

Pengamanan fisik sangat penting, terutama dalam hal pengamanan harta

perusahaan.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

19

4. Pemisahan tugas dan fungsi

Dalam merancang organisasi perusahaan, perlu diperhatikan pertimbangan-

pertimbangan sistem pengendalian internal sebagai berikut :

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara

tegas.

b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan

yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.

c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tiap unit

organisasi.

d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.

5. Verifikasi secara independen

Merupakan pengujian kecermatan data transaksi dengan pengecakan ulang

yang dilakukan pihak lain.

Menurut Romney dan Steinbart (2003, p435), terdapat beberapa ancaman dalam

kegiatan pembelian dan prosedur pengendalian untuk mengatasi ancaman-ancaman

tersebut, seperti yang terlihat pada Tabel 2.1 berikut ini :

Process / Activity

Threat Applicable Control Procedures

Pemesanan Barang : 1. Mencegah kekurangan

dan atau kelebihan stok Sistem pengawasan persediaan, catatan persediaan perpetual, teknologi barcode, perhitungan fisik persediaan secara periodik

2. Permintaan item atau barang yang tidak diperlukan

Catatan persediaan perpetual yang tepat, persetujuan permintaan pembelian

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

20

3. Pembelian barang pada saat inflasi

Membuat penawaran bersaing, menggunakan pemasok yang telah disetujui, persetujuan order pembelian, pengendalian anggaran

4. Pembelian barang dengan kualitas yang rendah

Menggunakan pemasok yang telah disetujui, persetujuan pesanan pembelian, mengawasi kinerja pemasok, pengendalian anggaran

5. Pembelian barang dari pemasok yang tidak terotorisasi

Persetujuan pesanan pembelian, membatasi akses terhadap master file pemasok

6. kickback Kebijakan, karyawan bagian pembelian mengungkapkan adanya minat dalam hal keuangan dengan pemasok, audit pemasok

Penerimaan dan penyimpanan barang : 7. Menerima barang yang

tidak dipesan Bagian penerimaan memverifikasi keberadaan pesanan pembelian yang sah

8. Membuat kesalahan dalam perhitungan

Menggunakan teknologi barcode, dokumen kinerja karyawan, insentif untuk perhitungan yang benar

9. Pencurian persediaan

Pembatasan akses fisik, perhitungan fisik secara periodik dan rekonsiliasi perhitungan fisik dengan catatan, dokumentasikan seluruh catatan mutasi persediaan

Persetujuan dan penyimpanan barang : 10. Kegagalan untuk

mengetahui kesalahan tagihan pemasok

Pengecekan ulang terhadap ketepatan tagihan, pelatihan staf utang usaha

11. Membayar barang yang tidak diterima

Hanya membayar tagihan yang didukung oleh laporan penerimaan, pengendalian anggaran

12. Kegagalan untuk mengambil diskon pembelian yang tersedia

Pengarsipan yang baik, anggaran arus kas

13. Membayar tagihan yang sama

Hanya membayar tagihan yang dilampiri voucher, pengendalian akses terhadap master file pemasok

14. Pencatatan dan posting kesalahan dalam utang

Pengendalian entry data dan edit data

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

21

15. Perlakuan yang salah terhadap kas, cek

Membatasi akses terhadap cek kosong, memeriksa mesin signing dan terminal EFT, pemisahan tugas antara bagian utang usaha dan kasir, rekonsiliasi akun bank dengan seseorang yang independen terhadap proses pengeluaran kas, memeriksa ukuran perlindungan termasuk pembayaran positif

Pengendalian umum : 16. Kehilangan data Rencana back-up dan pemulihan dari

bencana, pengendalian akses secara fisik dan logik

Sumber : Romney dan Steinbart (2003, p435)

Tabel 2.1 Ancaman dan prosedur pengendalian dalam kegiatan pembelian

2.4 Konsep Object Oriented Analysis and Design

Menurut Whitten, Bentley, Dittman (2001, p646), teknik object oriented analysis

digunakan untuk mempelajari suatu objek untuk melihat apakah dapat digunakan

kembali atau diadaptasi dengan penggunaan baru, dan untuk menjelaskan objek yang

baru dimodifikasi akan digabungkan dengan objek yang telah ada ke dalam aplikasi

komponen bisnis yang bermanfaat.

Menurut Mathiassen et. al (2000, p12), object oriented analysis and design

merupakan kumpulan dari pedoman umum untuk melakukan analisis dan desain. Object

oriented analysis and design mencerminkan empat perspektif pokok pada suatu sistem

dan konteksnya, yaitu kandungan informasi dari sistem, bagaimana sistem akan

digunakan, sistem sebagai keseluruhan atau satu kesatuan, dan komponen-komponen

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

22

sistem. Keempat perspektif tersebut dihubungkan dengan empat aktivitas utama object

oriented analysis and design, yaitu problem-domain analysis, application-domain

analysis, architectural design, dan component design secara berturut-turut seperti yang

terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini :

Componentdesign

Requirementsfor use

Model

Specifications ofcomponent

Specification ofarchitecture

Problem-domainanalysis

Application-domainanalysis

Architecturaldesign

Sumber : Mathiassen et. al (2000, p15)

Gambar 2.2 Aktivitas utama dalam object oriented analysis and design

2.4.1 System Definition

Menurut Mathiassen et. al (2000, p23) :

System Definition : “a concise description of a computerized system

expressed in natural language.”

System definition merupakan gambaran singkat dari sistem yang ada, suatu definisi

sistem.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

23

2.4.2 FACTOR Criterion

Menurut Mathiassen et. al (2000, p39) :

Functionality : Sistem functions yang mendukung tugas-tugas

dalam application-domain.

Application-domain : Bagian dari organisasi yang mengurus,

memonitor atau mengontrol problem-domain.

Conditions : Kondisi atau situasi di mana sistem akan

dikembangkan dan digunakan.

Technology : Teknologi yang digunakan.

Objects : Main objects dalam problem-domain.

Responsibility : Tanggung jawab sistem keseluruhan dalam

hubungan dengan konteksnya.

2.4.3 Rich Picture

Menurut Mathiassen et. al (2000, p26) :

Rich Picture : “an informal drawing that presents the illustrator’s

understanding of a situation.”

Dengan rich picture dapat melihat overview dari situasi yang ada dalam sistem

dengan cepat dan dapat melihat aspek-aspek penting berdasarkan situasi tersebut.

Digunakan pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap

situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Dapat digunakan juga sebagai alat

untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem. Dan

agar dapat menggambarkan situasi yang ada, terlebih dahulu pengembang sistem

dapat mengunjungi perusahaan untuk melihat bagaimana perusahaan beroperasi,

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

24

berbicara dengan banyak orang untuk mengetahui apa yang terjadi atau seharusnya

terjadi, dan mungkin melakukan beberapa wawancara formal.

2.4.4 Problem-Domain Analysis

Menurut Mathiassen et. al (2000, p45-48) :

Problem domain : “that part of a context that is administrated, monitored or

controlled by a system.”

Tujuan dari analisis problem-domain adalah untuk mengidentifikasi dan membuat

model suatu problem-domain. Ada tiga aktivitas utama yang dilakukan pada

analisis problem-domain, seperti yang terlihat pada Tabel 2.2 berikut ini :

Activity Content Concepts

Classes Object dan event mana saja

yang merupakan bagian

dari problem domain?

Class, object, event

Structure Bagaimana Class dan

object secara konseptual

dihubungkan?

Generalization,

aggregation,

association, cluster

Behavior Properti dinamis apa yang

dimiliki oleh object?

Event trace, behavioral

pattern, attribute

Sumber : Mathiassen et. al (2000, p48)

Tabel 2.2 Aktivitas dalam problem-domain analysis

2.4.4.1 Classes

Menurut Mathiassen et. al (2000, p49-55), dalam aktivitas ini akan

mengklasifikasikan object-object dan event-event yang akan menjadi bagian dari

problem-domain.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

25

Konsepnya :

Object : Kesatuan dengan identity, state dan behavior.

Event : Suatu peristiwa atau kejadian yang secara seketika menyertakan

satu atau lebih object-object.

Class : Deskripsi dari kumpulan object-object yang memiliki structure,

behavioral pattern dan attribute yang bersamaan.

Hasil dari aktivitas class adalah sebuah event table.

2.4.4.2 Structure

Menurut Mathiassen et. al (2000, p69-79), dalam aktivitas ini akan

menggambarkan hubungan struktural dalam problem-domain, baik statis, struktur

abstrak antar class, dan dinamis, struktur konkrit antar object. Hasil dari aktivitas

struktur adalah sebuah class diagram, dimana class diagram menggambarkan kumpulan

dari class-class dan merupakan hubungan yang terstruktur. Ada dua tipe struktur, yaitu :

1. Struktur antar class

Generalization : Suatu general class (super class) yang menjelaskan

properti pada suatu grup specialized classes (subclasses).

Cluster : Kumpulan class-class yang saling berhubungan.

Hubungan dalam generalization dapat dikatakan sebagai hubungan “is-a”, di

mana berarti subclass mempunyai attribute dan operation yang sama dengan

super class. Dan cluster digambarkan dengan notasi file folder yang di

dalamnya terdapat kumpulan class yang saling berhubungan.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

26

2. Struktur antar object

Aggregation : Suatu superior object (keseluruhan) yang mengandung

beberapa object (sebagian).

Association : Relasi yang penting antar sejumlah object.

Hubungan aggregation dirumuskan sebagai hubungan “has-a” atau “is-part-

of”. Ada tiga tipe struktur aggregation, yaitu :

a. Whole-part, di mana whole (keseluruhan) adalah jumlah dari part

(sebagian), jika dilakukan penambahan atau penghapusan sebagian, maka

akan mengubah keseluruhannya.

b. Container-content, di mana whole (keseluruhan) adalah container bagi

part (sebagian), jika dilakukan penambahan atau penghapusan sebagian,

tidak akan mengubah keseluruhannya.

c. Union-member, whole (keseluruhan) adalah part (sebagian) yang

terorganisasi. Tidak akan terjadi perubahan pada keseluruhannya jika

dilakukan penambahan atau penghapusan sebagian, tetapi ada

batasannya.

Hubungan association digambarkan sebagai garis yang menghubungkan

class-class yang relevan. Hubungan antar class pada aggregation mempunyai

hubungan yang kuat sedangkan association tidak. Dan aggregation

melukiskan hubungan yang tetap, sedangkan association melukiskan

hubungan yang tidak tetap.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

27

2.4.4.3 Behavior

Menurut Mathiassen et. al (2000, p89-95), dalam aktivitas ini akan

menggambarkan properties dan attributes yang dinamis untuk setiap class yang dipilih.

Hasil dari kegiatan behavior adalah sebuah statechart diagram.

Konsepnya :

Event trace : Kumpulan kejadian yang melibatkan object spesifik.

Behavioral pattern : Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk semua

object dalam suatu class.

Attribute : Deskripsi properti dari suatu class atau event.

Ada tiga jenis notasi untuk behavioral pattern, yaitu :

1. Sequence, di mana sekumpulan event muncul satu persatu.

2. Selection, di mana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event yang

muncul.

3. Iteration, di mana sebuah event muncul sebanyak nol atau beberapa kali.

2.4.5 Application-Domain Analysis

Menurut Mathiassen et. al (2000, p115-117) :

Application domain : “the organization that administrates, monitors, or

controls a problem-domain.”

Tujuan dari analisis application-domain adalah untuk menganalisis kebutuhan dari

pengguna sistem. Ada tiga aktivitas utama yang dilakukan pada analisis

application-domain, seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 berikut ini :

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

28

Activity Content Concepts

Usage Bagaimana sistem

berinteraksi dengan people

dan sistem di dalam

konteks?

Use case, actor

Functions Apa kemampuan sistem

untuk memproses

informasi?

Function

Interfaces Apa target kebutuhan

interface sistem?

Interface, user

interface, system

interface

Sumber : Mathiassen et. al (2000, p117)

Tabel 2.3 Aktivitas dalam application-domain analysis

2.4.5.1 Usage

Menurut Mathiassen et. al (2000, p119-129), usage mencerminkan bagaimana

sistem berinteraksi dengan people atau actor di dalam suatu konteks. Hasil dari aktivitas

usage adalah use case diagram dan deskripsi dari semua use case dan actor.

Konsepnya :

Actor : Suatu abstrak dari pemakai atau sistem lain yang berinteraksi

langsung dengan target sistem.

Use case : Suatu pola interaksi antara sistem dengan actor di dalam

application-domain.

Selanjutnya, berdasarkan use case diagram dihasilkan suatu sequence diagram, di mana

sequence diagram ini menggambarkan interaksi antara beberapa object yang terlibat di

dalam suatu konteks yang digambarkan dalam use case diagram-nya.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

29

2.4.5.2 Functions

Menurut Mathiassen et. al (2000, p137-139), function mencerminkan

kemampuan sistem dalam memproses informasi. Merupakan fasilitas untuk membuat

model bermanfaat bagi actor. Fokus pada apa yang bisa dilakukan sistem untuk

membantu actor dalam pekerjaan mereka. Ada empat tipe function, yaitu :

1. Update : functions yang diaktifkan oleh suatu event problem-domain dan

menghasilkan suatu perubahan dalam model-model state.

2. Signal : functions yang diaktifkan oleh satu perubahan dalam model state dan

menghasilkan suatu reaksi dalam konteks, di mana reaksi ini mungkin akan

diperlihatkan kepada actors di dalam application-domain atau suatu

intervensi langsung di dalam problem-domain.

3. Read : functions yang diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi dalam

tugas actors dan menghasilkan sistem yang memperlihatkan bagian-bagian

dari model yang relevan.

4. Compute : functions yang diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi

dalam tugas actors dan terdiri dari suatu perhitungan yang mencakup

informasi yang disajikan oleh actor atau model, hasilnya adalah suatu

tampilan dari hasil perhitungan.

2.4.5.3 Interfaces

Menurut Mathiassen et. al (2000, p151-156), interface mencerminkan tampilan

dari sistem yang digunakan oleh actors untuk berhubungan dengan sistem. Aktivitas

interface mempunyai tiga konsep, yaitu :

1. Interface, fasilitas yang membuat model sistem dan fungsi dapat digunakan

oleh actor.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

30

2. User interface, merupakan interface untuk user.

3. System interface, merupakan interface untuk sistem lain.

User interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan tugas dan memiliki

pemahaman user terhadap sistem. Ada empat jenis pola user interface, yaitu :

1. Menu selection, di mana menampilkan pilihan-pilihan pada user interface.

2. Form fill-in, merupakan pola klasik untuk memasukan data.

3. Command-language, di mana user memasukan dan mengaktifkan format

perintah sendiri.

4. Direct-manipulation, di mana user memilih object dan melaksanakan

function atas object, kemudian melihat hasil dari interaksi mereka tersebut.

Hasil dari aktivitas interface adalah sebuah deskripsi elemen user interface dan system

interface yang lengkap yang menunjukan pemenuhan kebutuhan pemakai. Hasil dari

aktivitas user interface berupa dialogue style dan form presentasi, daftar lengkap dari

elemen user interface, window diagram terpilih dan navigation diagram. Dan hasil dari

system interface berupa class diagram untuk peralatan dan protocol eksternal untuk

berinteraksi dengan sistem yang lain.

2.4.6 Architectural Design

Menurut Mathiassen et. al (2000, p173-176), tujuan dari architectural design

adalah untuk menstrukturkan suatu sistem yang terkomputerisasi. Arsitektur membentuk

sistem yang sesuai memenuhi criteria design tertentu. Berfungsi sebagai kerangka untuk

pengembangan selanjutnya. Ada tiga aktivitas utama yang dilakukan pada architectural

design, seperti yang terlihat pada Tabel 2.4 berikut ini :

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

31

Activity Content Concepts

Criteria Apa saja kondisi dan

criteria untuk perancangan?

Criterion

Components Bagaimana sistem

terstruktur menjadi

komponen-komponen?

Component

architecture,

component

Processes Bagaimana proses sistem

didistribusikan dan

dikoordinasikan?

Process architecture,

process

Sumber : Mathiassen et. al (2000, p176)

Tabel 2.4 Aktivitas dalam architectural design

2.4.6.1 Criteria

Menurut Mathiassen et. al (2000, p177-182) :

Criterion : Suatu properti khusus dari suatu arsitektur.

Tujuannya untuk mempersiapkan prioritas dari suatu perancangan.

Suatu desain yang baik memiliki tiga ciri-ciri, yaitu :

1. Tidak memiliki kelemahan

Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas

berdasarkan peninjauan kembali dan pengalaman, dan membantu dalam

menentukan prioritas dari kriteria yang akan mengatur dalam aktivitas

pendesainan.

Ada beberapa kriteria untuk kualitas software, seperti yang terlihat Tabel 2.5

berikut ini :

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

32

Criterion Measure of

Usable Kemampuan sistem untuk beradaptasi

dengan organisasi, work-related, dan

konteks teknik.

Secure Pencegahan atas akses yang tidak sah

terhadap data dan fasilitas.

Efficient Eksploitasi yang ekonomis atas fasilitas

dari technical platform.

Correct Pemenuhan atas kebutuhan.

Reliable Pemenuhan atas ketelitian yang

dibutuhkan dalam fungsi eksekusi.

Maintainable Biaya untuk penempatan dan perbaikan

kerusakan sistem.

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem

melakukan fungsinya sesuai yang

diharapkan.

Flexible Biaya untuk memodifikasi sistem.

Comprehensible Upaya yang dibutuhkan untuk

memperoleh pemahaman yang logis

mengenai sistem.

Reusable Potensi untuk menggunakan bagian dari

sistem pada sistem lain yang

berhubungan.

Portable Biaya untuk memindahkan sistem pada

technical platform yang lain.

Interoperable Biaya untuk merangkai sistem pada

sistem lain.

Sumber : Mathiassen et. al (2000,p178)

Tabel 2.5 Kriteria klasik untuk kualitas software

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

33

2. Menyeimbangkan beberapa kriteria

Konflik sering terjadi antara kriteria, oleh sebab itu untuk menentukan

kriteria mana yang akan diutamakan dan bagaimana cara

menyeimbangkananya dengan kriteria yang lain bergantung pada situasi

sistem tertentu.

3. Usable, flexible and comprehensible

Kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek

pengembangan sistem. Usability menentukan kualitas sistem bergantung

pada bagaimana sistem dapat bekerja dalam konteks, flexibility menentukan

penyesuaian sistem terhadap perubahan organisasi dan kondisi teknik, dan

comprehensibility menentukan perkembangan yang kompleks dari sistem

terkomputerisasi, model dan deskripsi harus mudah untuk dipahami.

2.4.6.2 Component Architecture

Menurut Mathiassen et. al (2000, p189-201) :

Component architecture : Suatu struktur sistem dari komponen-komponen

yang saling berhubungan.

Tujuannya untuk menciptakan struktur sistem yang dapat dipahami dan fleksibel.

Ada tiga pola umum dalam component architecture, yaitu :

1. Layered architecture

Bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah layered architecture

terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan di

mana lapisan yang di atas bergantung kepada lapisan yang ada di bawahnya.

Perubahan yang terjadi pada setiap lapisan akan mempengaruhi lapisan di

atasnya.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

34

2. Generic architecture

Digunakan untuk memperinci atau menguraikan sistem dasar yang terdiri

dari interface, function, dan model komponen. Di mana model komponen

terletak pada lapisan yang paling bawah, diikuti dengan system function dan

komponen interface diatasnya. Layer interface dapat dipecah menjadi dua

bagian, yaitu user interface dan system interface.

3. Client-server architecture

Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem

diantara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada

arsitektur ini yaitu sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab

daripada server adalah untuk menyediakan database dan resources yang

dapat disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki

tanggung jawab untuk menyediakan local interface untuk setiap

penggunanya.

Ada beberapa jenis distribusi dalam client-server architecture, seperti yang

terlihat pada Tabel 2.6 berikut ini :

Client Server Architecture

U U+F+M Distributed presentation

U F+M Local presentation

U+F F+M Distributed functionality

U+F M Centralized data

U+F+M M Distributed data

Sumber : Mathiassen et. al (2000, p200)

Tabel 2.6 Jenis distribusi pada client-server architecture

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

35

2.4.6.3 Process Architecture

Menurut Mathiassen et. al (2000, p209-219) :

Process architecture : Struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-

proses yang saling bergantung.

Tujuannya untuk mendefinisikan struktur fisik dari suatu sistem.

Hasilnya berupa deployment diagram. Ada tiga jenis pola distribusi, yaitu :

1. Centralized pattern

Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya dapat

melihat user interface saja. Keuntungan dari pola ini, dapat

diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten karena

hanya berada pada satu tempat saja, strukturnya mudah dipahami dan

diimplementasikan, dan kemacetan jaringannya moderat.

2. Distributed pattern

Pada pola ini semua terdistribusi ke user atau client dan server hanya

menyebarkan model yang telah di-update di antara client. Keuntungannya,

waktu akses yang rendah , sehingga tidak terjadi kemacetan jaringan, kinerja

lebih maksimal, dan back-up data banyak. Kerugian, banyaknya data

redundant sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan yang

tinggi karena semua update harus disebarkan kepada semua client, kebutuhan

teknis yang canggih, arsitekturnya lebih sulit dipahami dan

diimplementasikan.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

36

3. Decentralized pattern

Pola ini berada di antara kedua pola di atas. Pada pola ini client memiliki data

tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Server menyimpan

data umum dan function atas data-data tersebut, sedangkan client menyimpan

data yang merupakan milik bagian application-domain client tersebut.

Keuntungan, konsistensi data karena tidak ada duplikasi data antara client

dengan client lain ataupun dengan server , lalu lintas jaringan jarang karena

jaringan hanya digunakan ketika data umum di-server di-update. Kerugian,

semua processor harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan

memelihara model dalam jumlah besar, sehingga akan meningkatkan biaya

hardware.

2.4.7 Component Design

Menurut Mathiassen et. al (2000, p231-233), tujuan dari component design adalah

untuk menentukan kebutuhan di dalam kerangka arsitektur. Ada tiga aktivitas utama

yang dilakukan pada component design, seperti yang terlihat pada Tabel 2.7 berikut ini :

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

37

Activity Content Concepts

Model component Bagaimana model

direpresentasikan sebagai

class di dalam sistem?

Model component,

attribute

Function

component

Bagaimana functions

diimplementasikan?

Function component,

operation

Connecting

component

Bagaimana komponen-

komponen dihubungkan?

Component, connection

Sumber : Mathiassen et. al (2000, p232)

Tabel 2.7 Aktivitas dalam component design

2.4.7.1 Model Component

Menurut Mathiassen et. al (2000, p235-246) :

Model component : Bagian dari suatu sistem yang mengimplementasikan

model problem-domain.

Tujuannya untuk menggambarkan model problem-domain.

Hasil dari model component adalah restrukturisasi class diagram yang dibuat

pada tahap analisis, terdiri dari penambahan class, attribute dan struktur baru

yang menunjukan events. Restrukturisasi class dapat terjadi pada :

a. Generalization, jika terdapat dua class dengan attribute yang sama maka

dapat dibentuk class baru (revised class).

b. Association, jika terdapat hubungan many-to-many.

c. Embedded iterations, yang terdapat dalam statechart diagram. Misalnya jika

sebuah class dalam statechart diagram mempunyai tiga iterative events,

maka kita dapat membuat tiga class di dalam design model.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00005-AKSI Bab2.pdf · Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke

38

2.4.7.2 Function Component

Menurut Mathiassen et. al (2000, p251) :

Function component : Bagian dari suatu sistem yang mengimplementasikan

kebutuhan-kebutuhan atau persyaratan fungsional.

Tujuannya untuk menentukan implementasi dari functions.

Hasilnya berupa class diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang

kompleks.

2.5 Implementasi Sistem

2.5.1 Definisi Microsoft Visual Basic.NET 2003

Menurut Suryo Kusumo (2003, p2), Microsoft Visual Basic.NET yang selanjutnya

disingkat dengan VB.NET adalah bahasa pemrograman untuk membuat aplikasi berbasis

Windows. VB.NET memberikan pemakai akses ke informasi, file atau program, setiap

tempat, setiap saat, setiap platform dan setiap device/perangkat. Pemakai tidak perlu

tahu di mana informasi berada atau detail bagaimana cara memanggilnya. VB.NET

memiliki fitur bahasa pemrograman berorientasi objek termasuk implementasinya secara

penuh : inheritance/pewarisan, encapsulation/pembungkusan, dan polymorphism/banyak

bentuk.

2.5.2 Definisi Microsoft SQL Server 2000

Menurut Martina (2003, p12), SQL Server 2000 adalah mesin database

client/server yang berbeda dengan database komputer tunggal tradisional yang memakai

sistem pemakaian file secara bersama-sama. SQL Server 2000 memberikan bahasa

antarmuka yang baik untuk pemrograman dan komunikasi pada server.