bab 2 landasan teori - library & knowledge...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Jenis-jenis Sistem Informasi
Menurut Bodnar dan Hopwood (2004, p4), sistem informasi terdiri dari beberapa
jenis, sebagai berikut :
1. Sistem Pengolahan Data Elektronik (EDP), yaitu pemanfaatan teknologi
komputer untuk melakukan pengolahan data transaksi-transaksi dalam suatu
organisasi.
2. Sistem Pengolahan Data (DP), mempunyai arti yang sama dengan istilah EDP.
3. Sistem Informasi Manajemen (MIS), yaitu penggunaan teknologi komputer
untuk menyediakan informasi bagi pengambilan keputusan para manajer.
4. Sistem Pendukung Keputusan (DSS), yaitu data diproses ke dalam format
pengambilan keputusan bagi kepentingan pemakai akhir.
5. Sistem Pakar (ES), yaitu sistem informasi berbasis pengetahuan yang
memanfaatkan pengetahuannya tentang bidang aplikasi tertentu untuk
bertindak seperti seorang konsultan ahli bagi pemakainya.
6. Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu dibuat bagi kebutuhan informasi
strategik manajemen tingkat puncak.
7. Sistem Informasi Akuntansi (AIS), yaitu sistem berbasis komputer yang
dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi.
8
2.1.2 Definisi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Wilkinson, Cerullo, Raval, Wong-On-Wing (2000, p7), sistem informasi
akuntansi merupakan kesatuan terstruktur dalam suatu entitas, seperti perusahaan bisnis,
yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen lainnya untuk mengubah data-data
ekonomi menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
informasi pemakai yang beragam.
Menurut Mcleod dan Schell (2001, p219), pemrosesan data perusahaan dilakukan
oleh suatu sistem informasi akuntansi dengan mengumpulkan data yang
menggambarkan aktivitas perusahaan, mengubah data tersebut menjadi informasi, dan
membuat informasi tersedia bagi pemakai yang berada di dalam maupun di luar
perusahaan.
Menurut Horngren, Harrison, Bamber (2002,p5), menjelaskan bahwa akuntansi
merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk melakukan penilaian atas suatu
proses bisnis, menyampaikan dalam sebuah laporan untuk dapat dikomunikasikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan pengambilan keputusan.
Jadi kesimpulannya, sistem informasi akuntansi merupakan salah satu jenis dari
sistem informasi yang berbasis komputer yang diperlukan oleh perusahaan dalam
memproses transaksi bisnisnya sehari-hari untuk menghasilkan informasi akuntansi serta
informasi-informasi lainnya mengenai proses bisnis perusahaan, yang diperlukan oleh
pihak internal maupun eksternal perusahaan.
9
2.2 Sistem Informasi Akuntansi Pembelian dan Utang Usaha
2.2.1 Proses Bisnis Terkait
Menurut Rama dan Jones (2006, p18), proses bisnis merupakan urutan aktivitas
yang dijalankan perusahaan untuk memperoleh, memproduksi, dan menjual barang dan
jasa. Proses bisnis tersebut dapat dikelompokan ke dalam tiga siklus transaksi utama,
yaitu :
1. Siklus perolehan (pembelian), meliputi proses pembelian barang dan jasa.
2. Siklus konversi, meliputi proses untuk mengubah sumber daya yang diperoleh
menjadi barang dan jasa.
3. Siklus pendapatan, meliputi proses penyediaan barang dan jasa kepada
pelanggan.
Menurut Wilkinson et. al (2000, p45), proses bisnis suatu perusahaan
dikelompokan menjadi lima siklus transaksi, yaitu :
1. General ledger and reporting cycle (siklus jurnal umum dan laporan
keuangan), meliputi pencatatan jurnal umum dan laporan keuangan.
2. Revenue cycle (siklus pendapatan), meliputi penjualan dan penerimaan kas.
3. Expenditure cycle (siklus pengeluaran), meliputi pembelian dan pengeluaran
kas.
4. Conversion cycle (siklus konversi), meliputi proses pengubahan sumber daya
menjadi barang dan jasa.
5. Human resource management cycle (siklus manajemen sumber daya manusia),
meliputi perekrutan dan pembayaran tenaga kerja.
10
Dalam siklus pengeluaran, pemrosesan data dilakukan dengan dua sistem, yaitu
purchasing and payables processing system dan cash disbursement processing system.
Ada tiga proses utama dalam purchasing and payables processing system, yaitu :
1. Prosedur pembelian
Bagian pembelian menerima daftar permintaan pembelian dari bagian
persediaan, kemudian memproses daftar permintaan pembelian tersebut, dan
selanjutnya mempersiapkan order pembelian.
2. Prosedur penerimaan
Bagian penerimaan menerima barang dari pemasok dan mengecek barang yang
diterima apakah sesuai dengan order, jika terjadi ketidaksesuaian barang yang
diterima baik disebabkan karena kerusakan atau ada sebagian barang yang
kualitasnya kurang baik, maka perusahaan dapat mengajukan retur pembelian
setelah ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Selanjutnya membuat
laporan penerimaan barang.
3. Prosedur utang usaha
Bagian utang menerima faktur dari pemasok dan kemudian mengecek faktur
apakah sesuai dengan order dan barang yang diterima. Kemudian mencatat
utang yang terjadi dan mempersiapkan bukti pengeluaran kas untuk pelunasan
utang kepada pemasok. Menurut Romney dan Steinbart (2003, p426), ada dua
metode pelunasan utang yang digunakan oleh perusahaan, yaitu :
a. NonVoucher system, merupakan mekanisme pelunasan utang usaha di
mana satu bukti kas keluar untuk mencatat satu pelunasan utang usaha
kepada pemasok. Kelemahannya adalah perusahaan harus membuat banyak
cek dan bukti kas keluar untuk setiap pelunasan.
11
b. Voucher system atau disbursement voucher, di mana satu bukti kas keluar
digunakan untuk membayar beberapa tagihan dari satu pemasok yang
sama. Keunggulan sistem ini adalah perusahaan cukup membuat satu cek
untuk membayar beberapa tagihan sekaligus, memudahkan pelacakan atas
pelunasan (prenumbered system), dan proses validasi yang cepat.
2.2.2 Fungsi Terkait
Menurut Wilkinson et. al (2000, p470), tanggung jawab dalam siklus pengeluaran
biasanya di bawah pimpinan fungsi inventory management/logistics dan fungsi
finance/accounting, seperti yang terlihat dalam Gambar 2.1 berikut ini :
12
Logistics Finance/Accounting
Vice-president,logistics
Vice-president,finance
Purchasing Receiving Inventorystores Production
Budgetingand cashplanning
Inventorycontrol
Accountspayable
Cashdisbursements
Generalledger
Recognizeneed for goods
or servicesPlace order Receive and
store goods
Determine validityof paymentobligation
Make cashdisbursement
Maintainaccountspayable
Posttransactionsand prepare
financial report
Sumber : Wilkinson et. al (2000, p471)
Gambar 2.1 Fungsi terkait dalam siklus pengeluaran
1. Inventory management/Logistics
Memiliki tanggung jawab untuk mengelola persediaan, dan dalam siklus
pengeluaran inventory management mencakup :
a. Fungsi pembelian, yaitu bertanggung jawab untuk memilih pemasok dan
memastikan barang yang akan dibeli.
13
b. Fungsi penerimaan, yaitu bertanggung jawab untuk menerima barang yang
dipesan, memeriksa kuantitas dan kondisi barang dan memindahkan barang
ke tempat penyimpanan.
c. Fungsi penyimpanan persediaan, yaitu bertanggung jawab untuk menjaga
barang dari pencurian, kehilangan, dan kerusakan, serta menyiapkan barang
jika dibutuhkan.
2. Finance/Accounting
Memiliki tanggung jawab yang berhubungan dengan data keuangan, informasi,
perencanaan dan pengendalian atas sumber daya. Untuk siklus pengeluaran,
finance/accounting mencakup :
a. Fungsi pengeluaran kas, yaitu bertanggung jawab untuk menyiapkan cek
untuk pengeluaran dan memelihara data-data yang berhubungan dengan
pengeluaran kas.
b. Fungsi pengendalian persediaan, yaitu bertanggung jawab untuk
memelihara data-data persediaan dan mengajukan permintaan pembelian.
c. Fungsi utang usaha, yaitu bertanggung jawab untuk memelihara data-data
utang pemasok dan menyetujui faktur pemasok untuk pembayaran.
d. Fungsi jurnal umum, yaitu bertanggung jawab untuk memelihara akun-
akun aset, ekuitas, beban dan pendapatan.
2.2.3 Dokumen Terkait
Menurut Wilkinson et. al (2000, p472), dokumen-dokumen yang digunakan dalam
siklus pengeluaran, yaitu :
1. Purchase requisition : daftar permintaan pembelian barang atau jasa.
14
2. Purchase order : pesanan pembelian barang atau jasa berdasarkan purchase
requisition yang telah disetujui.
3. Receiving report : laporan penerimaan barang.
4. Supplier’s (vendor) invoice : faktur tagihan dari pemasok atas pembelian
barang atau jasa.
5. Disbursement voucher : bukti pengeluaran kas untuk pelunasan utang kepada
pemasok.
6. Disbursement check : dokumen akhir untuk melakukan pembayaran kepada
pemasok.
7. Debit memorandum : dokumen atas retur pembelian.
8. New supplier (vendor) form : formulir yang digunakan untuk menyeleksi
pemasok baru yang menampilkan data harga, tipe produk yang disediakan,
pengalaman, credit standing, dan referensi.
9. Request for proposal (or quotation) : formulir yang digunakan untuk prosedur
tawar-menawar, menampilkan produk yang dibutuhkan dan perbandingan
harga.
2.2.4 Tujuan Siklus Pengeluaran
Menurut Wilkinson et. al (2000, p469), tujuan siklus pengeluaran yaitu :
1. Menjamin bahwa barang dan jasa dipesan sesuai dengan kebutuhan.
2. Menerima barang yang dipesan dan memeriksa kondisi barang tersebut.
3. Menjaga atau menyimpan barang sampai dibutuhkan.
4. Menentukan bahwa faktur atas barang dan jasa adalah benar.
5. Mencatat dan mengklasifikasikan pengeluaran (perolehan) dengan tepat dan
akurat.
15
6. Memposting obligasi dan pengeluaran kas ke dalam akun pemasok dalam
utang usaha.
7. Menjamin bahwa semua pengeluaran kas telah diotorisasi sebagaimana
mestinya.
8. Mencatat dan mengklasifikasikan pengeluaran kas dengan tepat dan akurat.
2.3 Sistem Pengendalian Internal
2.3.1 Definisi Sistem Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones (2006, p103), pengendalian internal adalah suatu proses
yang dipengaruhi oleh suatu dewan pengurus entitas dari direktur, manajemen dan
personel lainnya, yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak berkenaan
dengan pencapaian tujuan dengan kategori sebagai berikut : efektivitas dan efisiensi
operasi, reliabilitas laporan keuangan, dan pemenuhan atas hukum dan peraturan yang
digunakan.
Menurut Romney dan Steinbart (2003, p195), pengendalian internal merupakan
rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk melindungi aset,
menghasilkan informasi yang akurat dan dapat diandalkan, mengembangkan dan
meningkatkan efisiensi operasi, dan mendorong ketaatan pada kebijakan manajemen
yang telah ditetapkan.
Jadi kesimpulannya, sistem pengendalian internal merupakan suatu sistem yang
dibuat dalam organisasi atau perusahaan untuk menjamin dan memastikan bahwa aset
terlindungi dengan baik, informasi yang dihasilkan juga akurat dan dapat diandalkan,
efektivitas dan efisiensi dalam operasi, serta kebijakan, hukum dan peraturan yang ada
dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya.
16
2.3.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) dalam buku Wilkinson
et. al (2000, p234), pengendalian internal memiliki tiga tujuan utama, yaitu :
1. Efektivitas dan efisisensi operasi.
Memelihara kinerja dan profitabilitas yang dicapai, serta melindungi aset.
2. Kehandalan laporan keuangan.
Menjamin atau memastikan persiapan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
3. Dipatuhinya hukum dan peraturan yang ada.
Pemenuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku.
2.3.3 Komponen Sistem Pengendalian Internal
Dalam buku Rama dan Jones (2006, p105), COSO report mengidentifikasi lima
komponen pengendalian internal yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi
untuk mencapai tujuan pengendalian internal, yaitu :
1. Control environment
Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun organisasi untuk
mengontrol kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut berhubungan dengan
integritas, nilai etika, filosofi manajemen dan operating style. Hal ini juga
termasuk cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab, mengatur
dan mengembangkan sumber daya manusia, serta perhatian dan petunjuk dari
board of directors.
2. Risk assessment
Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat
menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal.
17
3. Control activities
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan organisasi untuk
menangani resiko. Control activities mencakup :
a. Performance review, kegiatan yang berhubungan dengan analisis terhadap
kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat dengan
anggaran, standar perhitungan dan data pada periode sebelumnya.
b. Segregation of duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk
mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan
menjaga aset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.
c. Application controls, berhubungan dengan aplikasi sistem informasi
akuntansi.
d. General control, pengawasan yang lebih luas yang berhubungan dengan
berbagai aplikasi.
4. Information and communication
Sistem informasi dalam perusahaan merupakan kumpulan prosedur (manual
dan otomatis) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses dan
melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam organisasi. Dan
komunikasi berhubungan dengan menyediakan pemahaman atas peraturan dan
tanggung jawab individu.
5. Monitoring
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa
pengendalian internal organisasi berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
18
2.3.4 Prosedur Pengendalian Pembelian
Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p213), terdapat lima prosedur atas
pengendalian internal, yaitu :
1. Otorisasi
Setiap transaksi pada sistem harus diotorisasi dengan semestinya untuk
mengurangi resiko penyalahgunaan. Otorisasi dapat diberikan dalam bentuk
umum dan khusus. Secara umum, otorisasi dilakukan misalnya dengan
membuat kebijaksanaan mengenai harga barang yang akan dijual dan berapa
maksimum jumlah kredit yang diberikan. Sedangkan pada otorisasi khusus
biasanya diberikan manajemen pada beberapa transaksi tertentu. Pihak yang
memiliki wewenang dalam memberikan otorisasi adalah pejabat yang memiliki
posisi berhubungan dengan sifat maupun makna transaksi yang bersangkutan.
2. Dokumentasi yang memadai
Dokumen berfungsi sebagai penerus informasi di lingkungan organisasi atau di
antara organisasi yang berbeda. Beberapa prinsip dalam penggunaan dokumen
adalah sebagai berikut :
a. Diberikan nomor urut tercetak, agar dapat memudahkan dalam pelacakan di
masa depan.
b. Dokumen dibuat sederhana agar dapat mudah dimengerti.
c. Memuat data yang lengkap sesuai kebutuhan
d. Dibuat pada saat transaksi tertentu
3. Pengamanan fisik
Pengamanan fisik sangat penting, terutama dalam hal pengamanan harta
perusahaan.
19
4. Pemisahan tugas dan fungsi
Dalam merancang organisasi perusahaan, perlu diperhatikan pertimbangan-
pertimbangan sistem pengendalian internal sebagai berikut :
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tiap unit
organisasi.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.
5. Verifikasi secara independen
Merupakan pengujian kecermatan data transaksi dengan pengecakan ulang
yang dilakukan pihak lain.
Menurut Romney dan Steinbart (2003, p435), terdapat beberapa ancaman dalam
kegiatan pembelian dan prosedur pengendalian untuk mengatasi ancaman-ancaman
tersebut, seperti yang terlihat pada Tabel 2.1 berikut ini :
Process / Activity
Threat Applicable Control Procedures
Pemesanan Barang : 1. Mencegah kekurangan
dan atau kelebihan stok Sistem pengawasan persediaan, catatan persediaan perpetual, teknologi barcode, perhitungan fisik persediaan secara periodik
2. Permintaan item atau barang yang tidak diperlukan
Catatan persediaan perpetual yang tepat, persetujuan permintaan pembelian
20
3. Pembelian barang pada saat inflasi
Membuat penawaran bersaing, menggunakan pemasok yang telah disetujui, persetujuan order pembelian, pengendalian anggaran
4. Pembelian barang dengan kualitas yang rendah
Menggunakan pemasok yang telah disetujui, persetujuan pesanan pembelian, mengawasi kinerja pemasok, pengendalian anggaran
5. Pembelian barang dari pemasok yang tidak terotorisasi
Persetujuan pesanan pembelian, membatasi akses terhadap master file pemasok
6. kickback Kebijakan, karyawan bagian pembelian mengungkapkan adanya minat dalam hal keuangan dengan pemasok, audit pemasok
Penerimaan dan penyimpanan barang : 7. Menerima barang yang
tidak dipesan Bagian penerimaan memverifikasi keberadaan pesanan pembelian yang sah
8. Membuat kesalahan dalam perhitungan
Menggunakan teknologi barcode, dokumen kinerja karyawan, insentif untuk perhitungan yang benar
9. Pencurian persediaan
Pembatasan akses fisik, perhitungan fisik secara periodik dan rekonsiliasi perhitungan fisik dengan catatan, dokumentasikan seluruh catatan mutasi persediaan
Persetujuan dan penyimpanan barang : 10. Kegagalan untuk
mengetahui kesalahan tagihan pemasok
Pengecekan ulang terhadap ketepatan tagihan, pelatihan staf utang usaha
11. Membayar barang yang tidak diterima
Hanya membayar tagihan yang didukung oleh laporan penerimaan, pengendalian anggaran
12. Kegagalan untuk mengambil diskon pembelian yang tersedia
Pengarsipan yang baik, anggaran arus kas
13. Membayar tagihan yang sama
Hanya membayar tagihan yang dilampiri voucher, pengendalian akses terhadap master file pemasok
14. Pencatatan dan posting kesalahan dalam utang
Pengendalian entry data dan edit data
21
15. Perlakuan yang salah terhadap kas, cek
Membatasi akses terhadap cek kosong, memeriksa mesin signing dan terminal EFT, pemisahan tugas antara bagian utang usaha dan kasir, rekonsiliasi akun bank dengan seseorang yang independen terhadap proses pengeluaran kas, memeriksa ukuran perlindungan termasuk pembayaran positif
Pengendalian umum : 16. Kehilangan data Rencana back-up dan pemulihan dari
bencana, pengendalian akses secara fisik dan logik
Sumber : Romney dan Steinbart (2003, p435)
Tabel 2.1 Ancaman dan prosedur pengendalian dalam kegiatan pembelian
2.4 Konsep Object Oriented Analysis and Design
Menurut Whitten, Bentley, Dittman (2001, p646), teknik object oriented analysis
digunakan untuk mempelajari suatu objek untuk melihat apakah dapat digunakan
kembali atau diadaptasi dengan penggunaan baru, dan untuk menjelaskan objek yang
baru dimodifikasi akan digabungkan dengan objek yang telah ada ke dalam aplikasi
komponen bisnis yang bermanfaat.
Menurut Mathiassen et. al (2000, p12), object oriented analysis and design
merupakan kumpulan dari pedoman umum untuk melakukan analisis dan desain. Object
oriented analysis and design mencerminkan empat perspektif pokok pada suatu sistem
dan konteksnya, yaitu kandungan informasi dari sistem, bagaimana sistem akan
digunakan, sistem sebagai keseluruhan atau satu kesatuan, dan komponen-komponen
22
sistem. Keempat perspektif tersebut dihubungkan dengan empat aktivitas utama object
oriented analysis and design, yaitu problem-domain analysis, application-domain
analysis, architectural design, dan component design secara berturut-turut seperti yang
terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini :
Componentdesign
Requirementsfor use
Model
Specifications ofcomponent
Specification ofarchitecture
Problem-domainanalysis
Application-domainanalysis
Architecturaldesign
Sumber : Mathiassen et. al (2000, p15)
Gambar 2.2 Aktivitas utama dalam object oriented analysis and design
2.4.1 System Definition
Menurut Mathiassen et. al (2000, p23) :
System Definition : “a concise description of a computerized system
expressed in natural language.”
System definition merupakan gambaran singkat dari sistem yang ada, suatu definisi
sistem.
23
2.4.2 FACTOR Criterion
Menurut Mathiassen et. al (2000, p39) :
Functionality : Sistem functions yang mendukung tugas-tugas
dalam application-domain.
Application-domain : Bagian dari organisasi yang mengurus,
memonitor atau mengontrol problem-domain.
Conditions : Kondisi atau situasi di mana sistem akan
dikembangkan dan digunakan.
Technology : Teknologi yang digunakan.
Objects : Main objects dalam problem-domain.
Responsibility : Tanggung jawab sistem keseluruhan dalam
hubungan dengan konteksnya.
2.4.3 Rich Picture
Menurut Mathiassen et. al (2000, p26) :
Rich Picture : “an informal drawing that presents the illustrator’s
understanding of a situation.”
Dengan rich picture dapat melihat overview dari situasi yang ada dalam sistem
dengan cepat dan dapat melihat aspek-aspek penting berdasarkan situasi tersebut.
Digunakan pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap
situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Dapat digunakan juga sebagai alat
untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem. Dan
agar dapat menggambarkan situasi yang ada, terlebih dahulu pengembang sistem
dapat mengunjungi perusahaan untuk melihat bagaimana perusahaan beroperasi,
24
berbicara dengan banyak orang untuk mengetahui apa yang terjadi atau seharusnya
terjadi, dan mungkin melakukan beberapa wawancara formal.
2.4.4 Problem-Domain Analysis
Menurut Mathiassen et. al (2000, p45-48) :
Problem domain : “that part of a context that is administrated, monitored or
controlled by a system.”
Tujuan dari analisis problem-domain adalah untuk mengidentifikasi dan membuat
model suatu problem-domain. Ada tiga aktivitas utama yang dilakukan pada
analisis problem-domain, seperti yang terlihat pada Tabel 2.2 berikut ini :
Activity Content Concepts
Classes Object dan event mana saja
yang merupakan bagian
dari problem domain?
Class, object, event
Structure Bagaimana Class dan
object secara konseptual
dihubungkan?
Generalization,
aggregation,
association, cluster
Behavior Properti dinamis apa yang
dimiliki oleh object?
Event trace, behavioral
pattern, attribute
Sumber : Mathiassen et. al (2000, p48)
Tabel 2.2 Aktivitas dalam problem-domain analysis
2.4.4.1 Classes
Menurut Mathiassen et. al (2000, p49-55), dalam aktivitas ini akan
mengklasifikasikan object-object dan event-event yang akan menjadi bagian dari
problem-domain.
25
Konsepnya :
Object : Kesatuan dengan identity, state dan behavior.
Event : Suatu peristiwa atau kejadian yang secara seketika menyertakan
satu atau lebih object-object.
Class : Deskripsi dari kumpulan object-object yang memiliki structure,
behavioral pattern dan attribute yang bersamaan.
Hasil dari aktivitas class adalah sebuah event table.
2.4.4.2 Structure
Menurut Mathiassen et. al (2000, p69-79), dalam aktivitas ini akan
menggambarkan hubungan struktural dalam problem-domain, baik statis, struktur
abstrak antar class, dan dinamis, struktur konkrit antar object. Hasil dari aktivitas
struktur adalah sebuah class diagram, dimana class diagram menggambarkan kumpulan
dari class-class dan merupakan hubungan yang terstruktur. Ada dua tipe struktur, yaitu :
1. Struktur antar class
Generalization : Suatu general class (super class) yang menjelaskan
properti pada suatu grup specialized classes (subclasses).
Cluster : Kumpulan class-class yang saling berhubungan.
Hubungan dalam generalization dapat dikatakan sebagai hubungan “is-a”, di
mana berarti subclass mempunyai attribute dan operation yang sama dengan
super class. Dan cluster digambarkan dengan notasi file folder yang di
dalamnya terdapat kumpulan class yang saling berhubungan.
26
2. Struktur antar object
Aggregation : Suatu superior object (keseluruhan) yang mengandung
beberapa object (sebagian).
Association : Relasi yang penting antar sejumlah object.
Hubungan aggregation dirumuskan sebagai hubungan “has-a” atau “is-part-
of”. Ada tiga tipe struktur aggregation, yaitu :
a. Whole-part, di mana whole (keseluruhan) adalah jumlah dari part
(sebagian), jika dilakukan penambahan atau penghapusan sebagian, maka
akan mengubah keseluruhannya.
b. Container-content, di mana whole (keseluruhan) adalah container bagi
part (sebagian), jika dilakukan penambahan atau penghapusan sebagian,
tidak akan mengubah keseluruhannya.
c. Union-member, whole (keseluruhan) adalah part (sebagian) yang
terorganisasi. Tidak akan terjadi perubahan pada keseluruhannya jika
dilakukan penambahan atau penghapusan sebagian, tetapi ada
batasannya.
Hubungan association digambarkan sebagai garis yang menghubungkan
class-class yang relevan. Hubungan antar class pada aggregation mempunyai
hubungan yang kuat sedangkan association tidak. Dan aggregation
melukiskan hubungan yang tetap, sedangkan association melukiskan
hubungan yang tidak tetap.
27
2.4.4.3 Behavior
Menurut Mathiassen et. al (2000, p89-95), dalam aktivitas ini akan
menggambarkan properties dan attributes yang dinamis untuk setiap class yang dipilih.
Hasil dari kegiatan behavior adalah sebuah statechart diagram.
Konsepnya :
Event trace : Kumpulan kejadian yang melibatkan object spesifik.
Behavioral pattern : Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk semua
object dalam suatu class.
Attribute : Deskripsi properti dari suatu class atau event.
Ada tiga jenis notasi untuk behavioral pattern, yaitu :
1. Sequence, di mana sekumpulan event muncul satu persatu.
2. Selection, di mana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event yang
muncul.
3. Iteration, di mana sebuah event muncul sebanyak nol atau beberapa kali.
2.4.5 Application-Domain Analysis
Menurut Mathiassen et. al (2000, p115-117) :
Application domain : “the organization that administrates, monitors, or
controls a problem-domain.”
Tujuan dari analisis application-domain adalah untuk menganalisis kebutuhan dari
pengguna sistem. Ada tiga aktivitas utama yang dilakukan pada analisis
application-domain, seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 berikut ini :
28
Activity Content Concepts
Usage Bagaimana sistem
berinteraksi dengan people
dan sistem di dalam
konteks?
Use case, actor
Functions Apa kemampuan sistem
untuk memproses
informasi?
Function
Interfaces Apa target kebutuhan
interface sistem?
Interface, user
interface, system
interface
Sumber : Mathiassen et. al (2000, p117)
Tabel 2.3 Aktivitas dalam application-domain analysis
2.4.5.1 Usage
Menurut Mathiassen et. al (2000, p119-129), usage mencerminkan bagaimana
sistem berinteraksi dengan people atau actor di dalam suatu konteks. Hasil dari aktivitas
usage adalah use case diagram dan deskripsi dari semua use case dan actor.
Konsepnya :
Actor : Suatu abstrak dari pemakai atau sistem lain yang berinteraksi
langsung dengan target sistem.
Use case : Suatu pola interaksi antara sistem dengan actor di dalam
application-domain.
Selanjutnya, berdasarkan use case diagram dihasilkan suatu sequence diagram, di mana
sequence diagram ini menggambarkan interaksi antara beberapa object yang terlibat di
dalam suatu konteks yang digambarkan dalam use case diagram-nya.
29
2.4.5.2 Functions
Menurut Mathiassen et. al (2000, p137-139), function mencerminkan
kemampuan sistem dalam memproses informasi. Merupakan fasilitas untuk membuat
model bermanfaat bagi actor. Fokus pada apa yang bisa dilakukan sistem untuk
membantu actor dalam pekerjaan mereka. Ada empat tipe function, yaitu :
1. Update : functions yang diaktifkan oleh suatu event problem-domain dan
menghasilkan suatu perubahan dalam model-model state.
2. Signal : functions yang diaktifkan oleh satu perubahan dalam model state dan
menghasilkan suatu reaksi dalam konteks, di mana reaksi ini mungkin akan
diperlihatkan kepada actors di dalam application-domain atau suatu
intervensi langsung di dalam problem-domain.
3. Read : functions yang diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi dalam
tugas actors dan menghasilkan sistem yang memperlihatkan bagian-bagian
dari model yang relevan.
4. Compute : functions yang diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi
dalam tugas actors dan terdiri dari suatu perhitungan yang mencakup
informasi yang disajikan oleh actor atau model, hasilnya adalah suatu
tampilan dari hasil perhitungan.
2.4.5.3 Interfaces
Menurut Mathiassen et. al (2000, p151-156), interface mencerminkan tampilan
dari sistem yang digunakan oleh actors untuk berhubungan dengan sistem. Aktivitas
interface mempunyai tiga konsep, yaitu :
1. Interface, fasilitas yang membuat model sistem dan fungsi dapat digunakan
oleh actor.
30
2. User interface, merupakan interface untuk user.
3. System interface, merupakan interface untuk sistem lain.
User interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan tugas dan memiliki
pemahaman user terhadap sistem. Ada empat jenis pola user interface, yaitu :
1. Menu selection, di mana menampilkan pilihan-pilihan pada user interface.
2. Form fill-in, merupakan pola klasik untuk memasukan data.
3. Command-language, di mana user memasukan dan mengaktifkan format
perintah sendiri.
4. Direct-manipulation, di mana user memilih object dan melaksanakan
function atas object, kemudian melihat hasil dari interaksi mereka tersebut.
Hasil dari aktivitas interface adalah sebuah deskripsi elemen user interface dan system
interface yang lengkap yang menunjukan pemenuhan kebutuhan pemakai. Hasil dari
aktivitas user interface berupa dialogue style dan form presentasi, daftar lengkap dari
elemen user interface, window diagram terpilih dan navigation diagram. Dan hasil dari
system interface berupa class diagram untuk peralatan dan protocol eksternal untuk
berinteraksi dengan sistem yang lain.
2.4.6 Architectural Design
Menurut Mathiassen et. al (2000, p173-176), tujuan dari architectural design
adalah untuk menstrukturkan suatu sistem yang terkomputerisasi. Arsitektur membentuk
sistem yang sesuai memenuhi criteria design tertentu. Berfungsi sebagai kerangka untuk
pengembangan selanjutnya. Ada tiga aktivitas utama yang dilakukan pada architectural
design, seperti yang terlihat pada Tabel 2.4 berikut ini :
31
Activity Content Concepts
Criteria Apa saja kondisi dan
criteria untuk perancangan?
Criterion
Components Bagaimana sistem
terstruktur menjadi
komponen-komponen?
Component
architecture,
component
Processes Bagaimana proses sistem
didistribusikan dan
dikoordinasikan?
Process architecture,
process
Sumber : Mathiassen et. al (2000, p176)
Tabel 2.4 Aktivitas dalam architectural design
2.4.6.1 Criteria
Menurut Mathiassen et. al (2000, p177-182) :
Criterion : Suatu properti khusus dari suatu arsitektur.
Tujuannya untuk mempersiapkan prioritas dari suatu perancangan.
Suatu desain yang baik memiliki tiga ciri-ciri, yaitu :
1. Tidak memiliki kelemahan
Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas
berdasarkan peninjauan kembali dan pengalaman, dan membantu dalam
menentukan prioritas dari kriteria yang akan mengatur dalam aktivitas
pendesainan.
Ada beberapa kriteria untuk kualitas software, seperti yang terlihat Tabel 2.5
berikut ini :
32
Criterion Measure of
Usable Kemampuan sistem untuk beradaptasi
dengan organisasi, work-related, dan
konteks teknik.
Secure Pencegahan atas akses yang tidak sah
terhadap data dan fasilitas.
Efficient Eksploitasi yang ekonomis atas fasilitas
dari technical platform.
Correct Pemenuhan atas kebutuhan.
Reliable Pemenuhan atas ketelitian yang
dibutuhkan dalam fungsi eksekusi.
Maintainable Biaya untuk penempatan dan perbaikan
kerusakan sistem.
Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem
melakukan fungsinya sesuai yang
diharapkan.
Flexible Biaya untuk memodifikasi sistem.
Comprehensible Upaya yang dibutuhkan untuk
memperoleh pemahaman yang logis
mengenai sistem.
Reusable Potensi untuk menggunakan bagian dari
sistem pada sistem lain yang
berhubungan.
Portable Biaya untuk memindahkan sistem pada
technical platform yang lain.
Interoperable Biaya untuk merangkai sistem pada
sistem lain.
Sumber : Mathiassen et. al (2000,p178)
Tabel 2.5 Kriteria klasik untuk kualitas software
33
2. Menyeimbangkan beberapa kriteria
Konflik sering terjadi antara kriteria, oleh sebab itu untuk menentukan
kriteria mana yang akan diutamakan dan bagaimana cara
menyeimbangkananya dengan kriteria yang lain bergantung pada situasi
sistem tertentu.
3. Usable, flexible and comprehensible
Kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek
pengembangan sistem. Usability menentukan kualitas sistem bergantung
pada bagaimana sistem dapat bekerja dalam konteks, flexibility menentukan
penyesuaian sistem terhadap perubahan organisasi dan kondisi teknik, dan
comprehensibility menentukan perkembangan yang kompleks dari sistem
terkomputerisasi, model dan deskripsi harus mudah untuk dipahami.
2.4.6.2 Component Architecture
Menurut Mathiassen et. al (2000, p189-201) :
Component architecture : Suatu struktur sistem dari komponen-komponen
yang saling berhubungan.
Tujuannya untuk menciptakan struktur sistem yang dapat dipahami dan fleksibel.
Ada tiga pola umum dalam component architecture, yaitu :
1. Layered architecture
Bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah layered architecture
terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan di
mana lapisan yang di atas bergantung kepada lapisan yang ada di bawahnya.
Perubahan yang terjadi pada setiap lapisan akan mempengaruhi lapisan di
atasnya.
34
2. Generic architecture
Digunakan untuk memperinci atau menguraikan sistem dasar yang terdiri
dari interface, function, dan model komponen. Di mana model komponen
terletak pada lapisan yang paling bawah, diikuti dengan system function dan
komponen interface diatasnya. Layer interface dapat dipecah menjadi dua
bagian, yaitu user interface dan system interface.
3. Client-server architecture
Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem
diantara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada
arsitektur ini yaitu sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab
daripada server adalah untuk menyediakan database dan resources yang
dapat disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki
tanggung jawab untuk menyediakan local interface untuk setiap
penggunanya.
Ada beberapa jenis distribusi dalam client-server architecture, seperti yang
terlihat pada Tabel 2.6 berikut ini :
Client Server Architecture
U U+F+M Distributed presentation
U F+M Local presentation
U+F F+M Distributed functionality
U+F M Centralized data
U+F+M M Distributed data
Sumber : Mathiassen et. al (2000, p200)
Tabel 2.6 Jenis distribusi pada client-server architecture
35
2.4.6.3 Process Architecture
Menurut Mathiassen et. al (2000, p209-219) :
Process architecture : Struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-
proses yang saling bergantung.
Tujuannya untuk mendefinisikan struktur fisik dari suatu sistem.
Hasilnya berupa deployment diagram. Ada tiga jenis pola distribusi, yaitu :
1. Centralized pattern
Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya dapat
melihat user interface saja. Keuntungan dari pola ini, dapat
diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten karena
hanya berada pada satu tempat saja, strukturnya mudah dipahami dan
diimplementasikan, dan kemacetan jaringannya moderat.
2. Distributed pattern
Pada pola ini semua terdistribusi ke user atau client dan server hanya
menyebarkan model yang telah di-update di antara client. Keuntungannya,
waktu akses yang rendah , sehingga tidak terjadi kemacetan jaringan, kinerja
lebih maksimal, dan back-up data banyak. Kerugian, banyaknya data
redundant sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan yang
tinggi karena semua update harus disebarkan kepada semua client, kebutuhan
teknis yang canggih, arsitekturnya lebih sulit dipahami dan
diimplementasikan.
36
3. Decentralized pattern
Pola ini berada di antara kedua pola di atas. Pada pola ini client memiliki data
tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Server menyimpan
data umum dan function atas data-data tersebut, sedangkan client menyimpan
data yang merupakan milik bagian application-domain client tersebut.
Keuntungan, konsistensi data karena tidak ada duplikasi data antara client
dengan client lain ataupun dengan server , lalu lintas jaringan jarang karena
jaringan hanya digunakan ketika data umum di-server di-update. Kerugian,
semua processor harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan
memelihara model dalam jumlah besar, sehingga akan meningkatkan biaya
hardware.
2.4.7 Component Design
Menurut Mathiassen et. al (2000, p231-233), tujuan dari component design adalah
untuk menentukan kebutuhan di dalam kerangka arsitektur. Ada tiga aktivitas utama
yang dilakukan pada component design, seperti yang terlihat pada Tabel 2.7 berikut ini :
37
Activity Content Concepts
Model component Bagaimana model
direpresentasikan sebagai
class di dalam sistem?
Model component,
attribute
Function
component
Bagaimana functions
diimplementasikan?
Function component,
operation
Connecting
component
Bagaimana komponen-
komponen dihubungkan?
Component, connection
Sumber : Mathiassen et. al (2000, p232)
Tabel 2.7 Aktivitas dalam component design
2.4.7.1 Model Component
Menurut Mathiassen et. al (2000, p235-246) :
Model component : Bagian dari suatu sistem yang mengimplementasikan
model problem-domain.
Tujuannya untuk menggambarkan model problem-domain.
Hasil dari model component adalah restrukturisasi class diagram yang dibuat
pada tahap analisis, terdiri dari penambahan class, attribute dan struktur baru
yang menunjukan events. Restrukturisasi class dapat terjadi pada :
a. Generalization, jika terdapat dua class dengan attribute yang sama maka
dapat dibentuk class baru (revised class).
b. Association, jika terdapat hubungan many-to-many.
c. Embedded iterations, yang terdapat dalam statechart diagram. Misalnya jika
sebuah class dalam statechart diagram mempunyai tiga iterative events,
maka kita dapat membuat tiga class di dalam design model.
38
2.4.7.2 Function Component
Menurut Mathiassen et. al (2000, p251) :
Function component : Bagian dari suatu sistem yang mengimplementasikan
kebutuhan-kebutuhan atau persyaratan fungsional.
Tujuannya untuk menentukan implementasi dari functions.
Hasilnya berupa class diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang
kompleks.
2.5 Implementasi Sistem
2.5.1 Definisi Microsoft Visual Basic.NET 2003
Menurut Suryo Kusumo (2003, p2), Microsoft Visual Basic.NET yang selanjutnya
disingkat dengan VB.NET adalah bahasa pemrograman untuk membuat aplikasi berbasis
Windows. VB.NET memberikan pemakai akses ke informasi, file atau program, setiap
tempat, setiap saat, setiap platform dan setiap device/perangkat. Pemakai tidak perlu
tahu di mana informasi berada atau detail bagaimana cara memanggilnya. VB.NET
memiliki fitur bahasa pemrograman berorientasi objek termasuk implementasinya secara
penuh : inheritance/pewarisan, encapsulation/pembungkusan, dan polymorphism/banyak
bentuk.
2.5.2 Definisi Microsoft SQL Server 2000
Menurut Martina (2003, p12), SQL Server 2000 adalah mesin database
client/server yang berbeda dengan database komputer tunggal tradisional yang memakai
sistem pemakaian file secara bersama-sama. SQL Server 2000 memberikan bahasa
antarmuka yang baik untuk pemrograman dan komunikasi pada server.