bab 2 landasan teori - library & knowledge...

64
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pelanggan 2.1.1. Konsep Pelanggan Menurut Greenberg (Greenberg I. P., 2010, p. 8) pelanggan adalah individu atau kelompok yang membeli produk atau jasa berdasarkan keputusan mereka dengan pertimbangan atas manfaat dan harga produk dan jasa tersebut. Pelanggan adalah individu atau kelompok yang membeli produk atau jasa untuk kebutuhan mereka, dan kegiatan ini dilakukan secara berulang dalam kurun waktu tertentu. 2.1.2. Nilai Pelanggan Menurut Schiffman & Kanuk (Customer Behaviour, 2010, p. 29), nilai pelanggan adalah perbandingan antara keuntungan yang didapat pelanggan (ekonomi, fungsional, dan psikologi) dengan sumber daya yang dikeluarkan (uang, waktu, usaha, dan psikologi) untuk mendapatkan produk tersebut. Nilai pelanggan adalah manfaat yang diterima oleh pelanggan atas usaha yang dikeluarkan untuk memperoleh produk atau jasa. 2.1.3. Kepuasan Pelanggan Menurut Kotler (Kotler & Keller, 2011, p. 163), kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang merupakan hasil dari perbandingan antara kinerja produk yang diterima (hasil) dikaitkan dengan harapan dari pelanggan. Jika kinerja lebih kecil dari harapan, maka dikatakan pelanggan

Upload: vankhuong

Post on 16-Jul-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pelanggan

2.1.1. Konsep Pelanggan

Menurut Greenberg (Greenberg I. P., 2010, p. 8) pelanggan adalah

individu atau kelompok yang membeli produk atau jasa berdasarkan keputusan

mereka dengan pertimbangan atas manfaat dan harga produk dan jasa tersebut.

Pelanggan adalah individu atau kelompok yang membeli produk atau jasa

untuk kebutuhan mereka, dan kegiatan ini dilakukan secara berulang dalam

kurun waktu tertentu.

2.1.2. Nilai Pelanggan

Menurut Schiffman & Kanuk (Customer Behaviour, 2010, p. 29), nilai

pelanggan adalah perbandingan antara keuntungan yang didapat pelanggan

(ekonomi, fungsional, dan psikologi) dengan sumber daya yang dikeluarkan

(uang, waktu, usaha, dan psikologi) untuk mendapatkan produk tersebut.

Nilai pelanggan adalah manfaat yang diterima oleh pelanggan atas usaha

yang dikeluarkan untuk memperoleh produk atau jasa.

2.1.3. Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler (Kotler & Keller, 2011, p. 163), kepuasan pelanggan

adalah perasaan senang atau kecewa yang merupakan hasil dari perbandingan

antara kinerja produk yang diterima (hasil) dikaitkan dengan harapan dari

pelanggan. Jika kinerja lebih kecil dari harapan, maka dikatakan pelanggan

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

10

tidak puas. Jika kinerja berbanding dengan harapan, maka pelanggan puas. Jika

kinerja lebih besar dari harapan, maka dikatakan pelanggan sangat puas.

2.1.4. Kesetiaan Pelanggan

Menurut Kotler & Keller (Kotler & Keller, 2011, p. 163), kepuasan

didefinisikan komitmen terdalam untuk membeli atau berlangganan kembali

produk atau jasa yang disukai pada masa mendatang, walaupun adanya

kemungkinan pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang akan mengubah

prilaku.

2.2. Hubungan (Relationship)

2.2.1. Konsep Relationship

Hubungan terjadi karena adanya interaksi yang berulang antara

perusahaan dengan pelanggan atau pemasok. Jika interaksi itu hanya sekali

seperti membeli produk dari suatu took, belum bisa dikatakan sudah

terciptanya hubungan antara took tersebut dengan pembeli. Ketika kita

berinteraksi secara berulang dengan pihak lain untuk maksud dan tujuan

tertentu, maka kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan itu tersusun dari

serangkaian episode interaksi antara dua pihak secara berulang. Episode disini

diartikan sebagai transaksi (yang memiliki awal dan akhir) yang terjadi antara

perusahaan dengan pelanggan seperti melakukan pembelian, negosiasi harga,

dan lain lain, Francis (Buttle, 2009, p. 27).

2.2.2. Fase-Fase dalam Hubungan

Francis (Buttle, 2009, p. 28), hubungan itu dapat berubah setiap waktu,

seperti antar pihak menjadi lebih dekat atau lebih jauh, interaksi menjadi lebih

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

11

sering atau semakin jarang. Karena hubungan terus berubah, mereka menjadi

bervariasi, baik dari jumlah dan keragaman episode serta interaksi yang terjadi

dalam setiap episode.

Fase hubungan dengan pelanggan dapat dibagi menjadi :

a. kesadaran (awareness)

Kesadaran terjadi dimana masing-masing pihak menjadi perhatian

terhadap pihak yang memungkinkan sebagai partner potensial.

b. eksplorasi (exploration)

Eksplorasi merupakan masa dari inventigasi dan pengetesan

kemampuan dan kinerja terhadap partner potensial.

c. ekspansi (expansion)

Ekspansi merupakan fase dimana masing-masing pihak meningkatkan

ketergantungan kepada pihak lain. Dalam fase ini transaksi menjadi

lebih sering dan kepercayaan mulai terbentuk.

d. komitmen (comitment)

Tahapan komitmen ditandai dengan peningkatan adapatasi dan setiap

pihak mengerti peran dan tujuan masing-masing. Proses pembelian

yang menjadi otomatis merupakan salah satu tanda komitmen.

e. pembubaran (dissolution)

Tidak semua hubungan mencapai tahap komitmen, sebagian dari

mereka berakhirsebelum mencapai tahap komitmen. Beberapa dari

mereka berakhir karena pelanggaran terhadap kepercayaan dan

perubahaan kebutuhan dari partner.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

12

2.3. Manajemen

2.3.1. Pengertian Manajemen

Menurut Stephen & Mary (P.Robins & Coulter, 2012, p. 36), manajemen

melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap kegiatan kerja supaya

kegiatan tersebut dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.

Efisiensi diartikan memperoleh output yang lebih dari jumlah input yang

paling sedikit. Karena manager harus berurusan dengan input yang mahal,

meliputi sumber daya seperti tenaga kerja, uang, dan mesin, mereka diharuskan

mengelola penggunaan yang efisien dari sumber daya tersebut. Efisiensi sering

disebut doing things right atau melakukan sesuatu dengan benar, tidak

memboroskan sumber daya. Stephen & Mary (P.Robins & Coulter, 2012, p.

36)

Efektif disebut juga melakukan hal yang benar, yang artinya

melaksanakan kegiatan yang dapat membantu organisasi dalam mencapai

tujuannya. Stephen & Mary (P.Robins & Coulter, 2012, p. 36).

2.3.2. Fungsi Manajemen

Menurut Stephen & Mary (P.Robins & Coulter, 2012, p. 37), fungsi

manajemen terbagi atas 4 fungsi utama, yakni ;

a. Perencanaan (Planning)

Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan penetapan

tujuan, penyusunan startegi untuk mencapai tujuan yang telah

diterapkan, dan pengembangan perencanaan untuk mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

13

b. Pengelolaan (Organizing)

Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan pengaturan

dan penataan kerja untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Pembimbingan (Leading)

Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan kerjasama

dengan orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi.

d. Pengaturan (Controlling)

Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemantauan,

perbandingan, serta perbaikan kinerja.

2.4. Customer Relationship Management

2.4.1. Konsep Customer Relationship Management

Menurut Judy & Raymond (Strauss & Frost, 2010, p. 355), Customer

Relationship Management (CRM) adalah proses dari menargetkan,

memperoleh, melakukan transaksi, melayani, mempertahankan, dan

membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

Menurut Kotler (Kotler & Keller, 2011), Customer Relationship

Management merupakan pembangunan ikatan yang kuat dengan pelanggan. Ini

merupakan proses dari pengelolan informasi pelanggan dan secara hati-hati

mengelola touch points dari pelanggan dengan tujuan untuk memaksimalkan

loyalitas pelanggan.

Menurut Roger, Robert, & Daniel (Baran, Galka, & Strunk, 2008, p. 5),

Customer Relationship Management didefinisikan sebagai strategi bisnis untuk

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

14

mengoptimalkan pendapatan, keuntungan, dan kepuasa pelanggan dengan

mengelola pelanggan, membina prilaku kepuasan pelanggan, dan

mengimplementasikan proses pemusatan pelanggan.

Menurut Francis (Buttle, 2009, p. 4), Customer Relationship

Management adalah pendekatan yang terintegrasi untuk mengidentifikasi,

memperoleh, dan mempertahankan pelanggan. CRM memungkinkan

perusahaan untuk mengelola dan mengkoordinasikan interaksi pelanggan di

berbagai chanel, departemen dari bisnis dan geografis. CRM membantu

perusahaan dalam memaksimalkan nilai dari setiap interaksi pelanggan dan

mendorong kinerja perusahaan yang unggul.

2.4.2. Manfaat Customer Relationship Management

Menurut Judy (Strauss & Frost, 2010), manfaat CRM meliputi

peningkatan pendapatan dari penargetan yang lebih baik, peningkatan wallet

share dari pelanggan yang ada, mempertahankan pelanggan untuk waktu yang

lama. Manfaat-manfaat ini direalisasikan dari database, yang dapat membantu

perusahaan mengetahui pelanggan mereka dengan lebih baik, dan mengunakan

pengetahuan tersebut untuk membangun loyalitas serta peningkatan nilai waktu

dari pelanggan.

Menurut Baran, Galka & Strunk (Baran, Galka, & Strunk, 2008, p. 16),

penerapan sistem CRM dapat mengurangi biaya yang besar dalam bisnis,

membuat proses perolehan pelanggan yang efektif biaya, mengurangi biaya

penjualan, meningkatkan loyalitas pelanggan, mengurangi usaha yang mahal

dalam memperoleh pelanggan baru. Dari sisi pendapatan, CRM

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

15

memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan berfokus pada

pelanggan yang memberi keuntungan tinggi.

2.4.3. Jenis-jenis dari Customer Relationship Management

Menurut Francis (Buttle, 2009, p. 4), Customer Relationship

Management dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yakni;

a. Startegic CRM

Strategic CRM berfokus pada pengembangan budaya bisnis pada

pemusatan pelanggan. Budaya ini dibuat untuk memenangkan dan

menjaga pelanggan dengan membuat dan menyampaikan nilai yang

lebih baik dari pesaing.

b. Operational CRM

Operational CRM berfokus pengotomatisasi proses yang dilakukan

pelanggan seperti penjualan, pemasaran, dan layanan pelanggan.

c. Analytical CRM

Analytical CRM berfokus pengalian data yang berhubungan dengan

pelanggan untuk tujuan taktik dan strategi.

d. Collaborative CRM

Collaborative CRM merupakan penerapan teknologi yang bisa

menjembatani perusahaan dengan pelanggan, guna meningkatkan nilai

dari perusahaan, mitra bisnis, dan pelanggan.

2.4.4. Tahapan-Tahapan CRM

Menurut O’Brien & Marakas (O'Brien & Marakas, 2010, p. 268), CRM

mendukung 3 siklus hidup pelanggan seperti pada gambar 2.1.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

16

Gambar 2.1 Tiga Fase CRM Sumber : O'Brien, J. A.,; Marakas, G. M. (2010, p. 268)

Tiga (3) siklus hidup pelanggan yang didukung CRM adalah :

a. Acquire

Acquire merupakan tahap memperoleh pelanggan baru. Sebuah bisnis

dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

pelanggan baru, seperti halnya manajemen kontrak, penjualan,

pemenuhan dan pemasaran langsung.

b. Enhance

Dalam tahapan enhance (meningkatkan keuntungan dari pelanggan

yang sudah ada), sebuah bisnis dapat meningkatkan keuntungan

dengan mendorong penjualan barang pelengkap lainnya atau sering

disebut dengan cross-selling.

c. Retain

Agar dapat mempertahankan pelanggan yang ada, perusahaan perlu

memberikan layanan secara proaktif. Nilai yang dirasakan oleh

pelanggan adalah hubungan yang lebih personal dengan "perusahaan

mereka".

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

17

Fungsional CRM dalam mendukung tiga (3) siklus hidup pelanggan :

a. Direct marketing

Fitur direct marketing dapat mendukung perusahaan dalam memperoleh

pelanggan baru atau acquire, seperti penjualan, pemenuhan, dan pemasaran

langsung. Tujuan fitur CRM ini adalah membantu pelanggan untuk mengetahui

produk atau jasa unggulan yang ditawarkan oleh perusahaan.

b. Cross-sell dan up-sell

Melalui CRM, perusahaan dapat meningkatkan keuntungan dari pelanggan

yang sudah ada atau enhance dengan memasarkan produk yang berbeda kepada

pelanggannya melalui fitur cross-selling dan up-selling, dengan demikian maka

dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Nilai yang dilihat oleh

pelanggan adalah kemudahan one stop shopping.

c. Proactive service

Melalui sistem dan basis data, CRM dapat membantu perusahaan secara

proaktif menganalisis, mengidentifikasi, menentukan pelanggan yang setia dan

menguntungkan. Perusahaan dapat memberikan reward atau penghargaan

kepada pelanggan yang setia agar pelanggan tersebut tetap setia bertransaksi

dengan perusahaan. Nilai yang dirasakan oleh pelanggan adalah hubungan

yang lebih personal dengan "perusahaan mereka".

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

18

2.5. Electronic Customer Relationship Management

2.5.1. Konsep Electronic Customer Relationship Management (e-CRM)

Menurut Tawfik & Albrecht (Jelassi & Enders, 2008), e-CRM

merupakan penggunaan internet dan aplikasi Teknologi Informatika dalam

mengelola hubungan dengan pelanggan.

Menurut Dave (Chaffey, 2009, p. 486), e-CRM merupakan pengabungan

alamiah dari web dengan komunikasi email yang menyediakan wadah ideal

untuk mengembangkan hubungan pelanggan, serta database yang menjadi

dasar untuk menyimpan informasi tentang hubungan pelanggan dan

menyediakan layanan peningkatan dan personaliasasi informasi untuk

memperkuat hubungan pelanggan.

2.5.2. Tujuan e-CRM

Menurut Tawfik & Albrecht (Jelassi & Enders, 2008), sejak internet

dipakai untuk mendukung kegiatan dalam rantai pasokan perusahaan, e-CRM

juga merupakan bagian yang penting. e-CRM bertujuan untuk :

1. Menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan untuk

mengimbangi biaya perolehan pelanggan baru.

2. Mengurangi tingkat berpindahnya pelanggan.

3. Meningkatkan walletshare melalui cross selling dan up selling.

4. Meningkatkan profitabilitas dari pelanggan berprofit rendah.

5. Fokus terhadap pelanggan yang bernilai tinggi.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

19

2.5.3. Elemen e-CRM

Menurut Tawfik (Jelassi & Enders, 2008), e-CRM terdiri dari empat (4)

elemen utama seperti digambarkan pada gambar 0.2, yakni ;

Gambar 2.2 Elemen dari CRM Sumber : Tawfik Jelassy (2008)

a. Customer Selection

Seleksi pelanggan ini mengacu pada penargetan segmen pelanggan.

Kriteria apa yang mendeterminasikan siapa yang akan menjadi

pelanggan paling menguntungkan.

b. Customer Acquisition

Perolehan pelanggan mencakupi pemberian promosi dan insentif,

guna untuk (1) memperoleh pelanggan baru dan (2) membujuk

pelanggan yang sudah ada untuk menggunakan tawaran yang berada

di situs perusahaan.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

20

c. Customer Retention

Tujuannya, (1) mengubah pelanggan yang hanya melakukan

pembelian sekali saja untuk melakukan pembelian ulang dan (2)

menjaga pelanggan selama mungkin dalam channel online

perusahaan.

d. Customer Extention

Berfokus untuk memaksimalkan lifetime value dari pelanggan.

Perusahaan dapat dengan memperluas ringkup dari pelanggan yang

sudah ada melalui cross selling.

2.6. Value Chain

Menurut Michael, Stewart & Lyman (Hitt, Black, & Porter, 2012, p. 93), rantai

nilai atau value chain terdiri dari serangkaian aktivitas yang secara langsung

memproduksi atau mendukung proses produksi produk dan jasa yang ditawarkan

perusahaan kepada pelanggan. Komponen dalam rantai nilai dapat dibagi menjadi

lima kegiatan utama dan empat kegiatan pendukung, seperti yang disajikan pada

gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kegiatan dalam value chain Sumber : (Hitt, Black, & Porter, 2012, p. 94)

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

21

2.6.1. Kegiatan Utama dalam Value Chain

Kegiatan utama dari value chain merupakan kegiatan yang terlibat

langsung dalam pembuatan produk atau jasa, serta pendistribusiannya kepada

pelanggan, (Hitt, Black, & Porter, 2012, p. 93). Kegiatan utama rantai nilai

mencakupi :

1. Inbound logistics

Komponen ini terdiri dari kegiatan yang berhubungan dengan

penerimaan, penyimpanan dan penyebaran beragam input yang

diperlukan untuk produksi produk atau jasa.

2. Operations

Komponen operasi berhubungan dengan kegiatan produksi atau

pengubahan input menjadi produk atau jasa.

3. Outbound logistics

Logistik keluar meliputi kegiatan pemindahan produk atau jasa dari

lokasi perusahaan ke lokasi pelanggan.

4. Marketing and sales

Kegiatan pemasaran dan penjualan merupakan kegiatan

pemberitahuan kepada pelanggan potensial bahwa produk atau jasa

dari perusahaan tersedia dan membujuk mereka untuk melakukan

pembelian.

5. After-sale service

Kegiatan pelayanan dirancang untuk melakukan memastikan bahwa

pelanggan puas terhadap produk yang telah dibeli dan meningkatkan

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

22

kemungkinan untuk melakukan pembelian ulang. Kegiatan layanan

meliputi perbaikan, instalasi, penyediaan suku cadang.

2.6.2. Kegiatan Pendukung dalam Value Chain

Kegiatan pendukung merupakan kegiatan-kegiatan yang memfasilitasi

pembuatan produk atau jasa, serta pendistribusiannya kepada pelanggan, (Hitt,

Black, & Porter, 2012, p. 93). Kegiatan pendukung meliputi :

1. Firm infrastructure

Infrastruktur perusahaan mencakupi manajemen umum, finansial,

akuntansi, hukum, relasi pemerintah, dan kegiatan lainnya. fasilitasi

2. Human Resource Management

Merupakan kegiatan perekrutan, pelatihan, evaluasi, kompensasi, dan

pengembangan karyawan yang diperlukan dalam kegiatan utama.

3. Technology Development

Merupakan penerapan teknologi baru untuk mendukung kegiatan

utama.

4. Procurement

Merupakan pengadaan atau pembelian barang atau aset yang

diperlukan untuk kegiatan utama.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

23

2.7. Analisis Lingkungan Industri : Model Lima Kekuatan Porter

Menurut Fred (David, 2010, p. 106), model lima kekuatan Porter merupakan

pendekatan yang sering digunakan untuk mengembangkan strategi dalam industri. Di

mana, model tersebut digunakan untuk menganalisis persaingan antara perusahaan

dalam industri, seperti yang diilustrasikan pada gambar 0.3. Kekuatan persaingan

perusahaan bervariasi antara industri dengan industri yang lain. Menurut Porter,

haikat dari persaingan dapat dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan :

Gambar 2.4 Lima Kekuatan Porter Sumber : Fred R. David (2010, p. 106)

2.7.1. Persaingan antar perusahaan yang bersaing

Menurut Fred David (2010, p. 106), persaingan antar perusahaan yang

bersaing merupakan kekuatan yang paling kuat dari lima kekuatan persaingan.

Strategi perusahaan dapat berhasil apabila strategi tersebut menyediakan

keunggulan kompetitif dari strategi yang disusun oleh pesaing. Strategi

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

24

perusahaan mungkin akan bertemu dengan strategi balasan pesaing, seperti

penurunan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur, peningkatan iklan.

Kekuatan persaingan antar perusahaan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah pesaing, kapasitas dan ukuran pesaing berbanding

dengan perusahaan, permintaan produk dari industri menurun, pemotongan

harga produk menjadi umum. Persaingan juga akan meningkat ketika

konsumen dapat dengan mudah berpindah ke merek lain, ketika hambatan

untuk keluar pasar yang tinggi, ketika biaya tetap dari produk tinggi, ketika

produk dapat bertahan lama, ketika permintaan dari konsumen bertumbuh

dengan lambat dan menurun sehingga menjadikan pesaing kelebihan kapasitas

dan persediaan, ketika perusahaan saingan yang beragam dalam strategi, asal-

usul, dan budaya, serta ketika merger dan akuisisi yang umum di industri.

2.7.2. Potensi masuknya pesaing baru

Menurut Fred David (2010, p. 108), pada saat pesaing baru dapat dengan

mudah masuk ke dalam industri tertentu, daya saing di antara perusahaan yang

ada akan meningkat. Untuk masuk ke dalam industri, hambatan bagi pesaing

baru mencakupi kebutuhan untuk mendapatkan skala ekonomi, kebutuhan

untuk menguasai teknologi, kurangnya pengalaman, loyalitas pelanggan yang

kuat, preferensi merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya

saluran distribusi yang memadai, kebijakan dan peraturan pemerintah,

kurangnya akses terhadap bahan baku, kepemilikan paten, serangan dari

pesaing yang ada, kejenuhan pasar.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

25

2.7.3. Potensi pengembangan produk substitusi

Menurut Fred David (2010, p. 109), persaingan yang harus dihadapi oleh

perusahaan terkadang berhadapan dengan produsen produk pengganti dari

industri yang berbeda. Kehadiran produk pengganti memberikan batasan harga

yang dapat dibebankan pada produk yang dijual perusahaan, jika melebihi

batasan harga tersebut akan menjadikan konsumen berpindah ke produk

pengganti lainnya. Tekanan persaingan dari produk pengganti meningkat

seiring dengan menurunnya harga dari produk pengganti dan switching cost

dari konsumen menurun. Kekuatan kompetitif dari produk substitusi diukur

dari pangsa pasar yang diraih oleh produk tersebut, dan rencana dari

perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penetrasi pasar.

2.7.4. Daya tawar pemasok

Menurut Fred David (2010, p. 109), daya tawar dari pemasok

mempengaruhi kekuatan persaingan dalam indutri, khususnya ketika jumlah

supplier yang banyak, ketika hanya terdapat sedikit bahan baku penganti,

ketika penggantian bahan baku memakan biaya yang tinggi. Pentingnya antara

pemasok dengan perusahaan untuk menentukan harga yang masuk akal,

kualitas yang ditingkatkan, pengembangan layanan baru, pengiriman tepat

waktu, dan mengurangi biaya persediaan, sehingga meningkatkan keuntungan

jangka panjang untuk semua pihak yang berkaitan.

Dalam kebanyakan industri, penjual menjalin strategi kemitraan dengan

pemasok terpilih guna untuk (1) menggurangi biaya persediaan dan logistic; (2)

mempercepat ketersediaan komponen yang akan dating; (3) meningkatkan

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

26

kualitas dari komponen dan bagian yang dipasokan dan mengurangi tingkat

kecacatan komponen; (4) menekan penghematan biaya antara perusahaan

dengan pemasok mereka.

2.7.5. Daya tawar pelanggan

Menurut Fred David (2010, p. 109), ketika perusahaan fokus terhadap

pelanggan atau volume pembelian pelanggan besar, kekuatan tawar mereka

merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan industri.

Pesaing lain mungkin memperpanjang garansi atau memberikan layanan

khusus untuk mendapatkan loyalitas pelanggan pada saat daya tawar pelanggan

tinggi. Daya tawar pelanggan juga tinggi ketika produk yang dibeli adalah

produk standar atau tidak berbeda dengan produk lain, sehingga pelanggan

sering melakukan negosiasi harga, cakupan garansi, dan meminta aksesoris

tambahan.

Daya tawar dari pelanggan dapat menjadi kekuatan paling penting yang

mempengaruhi keunggulan kompetitif perusahaan. Konsumen dapat

meningkatkan daya tawar pada situai berikut :

1. Jika mereka dapat berpindah merek atau produk substitusi dengan

switching cost yang rendah.

2. Jika mereka sangat penting bagi penjual.

3. Jika penjual berjuang pada saat penurunan permintaan pelanggan.

4. Jika mereka diinformasikan tentang produk, harga dan biaya penjual.

5. Jika mereka memegang kendali dalam dan kapan bisa membeli

produk.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

27

2.8. Desain Penelitian

2.8.1. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber pengumpulan data bisa berasal dari data primer atau sekunder.

Data primer merupakan informasi dari tangan-pertama (sumber asal)

yang diambil peneliti untuk tujuan tertentu. Data primer bisa didapat

dengan cara wawancara, kuisioner, observasi. Data sekunder

merupakan informasi dari sumber yang telah ada yang diambil oleh

peneliti. Data sekunder dapat diperoleh dari artikel, buku, majalah,

hasil penelitian sebelumnya, dan lain-lain (Sekaran & Bougie, 2010,

p. 180).

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan melakukan tanya jawab dengan responden untuk

memperoleh informasi terkait dengan masalah yang diteliti.

Wawancara dapat berbentuk terstruktur dan tidak terstruktur,

(Sekaran & Bougie, 2010, p. 186).

Wawancara terstruktur ditandai dengan adanya pertanyaan yang telah

disusun terlebih dahulu sebelum melaksanakan wawancara.

Sedangkan wawancara disebut tidak terstruktur karena peneliti

melakukan proses wawancara tanpa menyusun pertanyaan-

pertanyaan yang akan dijawab oleh responden.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

28

3. Kuisioner

Kuisioner adalah daftar sejumlah pertanyaan tertulis yang telah

dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab responden. Kuisioner

merupakan metode pengumpulan data yang efisien ketika peneliti

mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana

mengukur variable yang diminati, (Sekaran & Bougie, 2010, p. 197).

4. Observasi

Obersevasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati objek yang ingin diteliti. Peneliti

dapat berperan serta sebagai partisipan atau nonpartisipan untuk

mengamati objek penelitian, (Sekaran & Bougie, 2010, p. 211).

5. Studi literatur

Studi literatur adalah peninjauan terhadap karya publikasi dan

nonpublikasi dari sumber sekunder terkai dengan bidang yang diteliti,

(Sekaran & Bougie, 2010, p. 38).

2.8.2. Populasi

Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal

dari minat yang ingin diinvestigasi oleh peneliti, (Sekaran & Bougie, 2010, p.

262).

2.8.3. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji apakah alat pengukuran mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Data dikatakan valid jika r hasil > r

tabel.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

29

2.8.4. Uji Reliabilitas

Kehandalan (reliability) suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana

pengukuran tersebut tanpa bias dan dapat menjamin pengukuran lintas waktu

yang berbeda, (Sekaran & Bougie, 2010, p. 161).

Kehandalan dibuktikan dengan menguji konsistensi dan stabilitas.

Konsistensi mengidentifikasi seberapa baik item-item yang digunakan untuk

mengukur sebuah konsep bersatu menjadi sebuah kumpulan. Alfa Conbrach

adalah koefisien keandalan yang menunjukkan seberapa baik item dalam suatu

kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain, (Sekaran & Bougie, 2010,

p. 324). Data dikatakan reliable jika Alfa Conbrach > rtabel.

2.9. Analisis Kesenjangan Kualitas Layanan

Analisis kesenjangan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi

antara layanan yang diharapkan pelanggan dengan layanan yang diterima atau

dirasakan pelanggan. Analisis ini menyediakan informasi yang bermanfaat bagi

perusahaan untuk tindakan perbaikan atas kualitas layanan yang masih kurang

menurut persepsi pelanggan, (Pauna, 2012).

2.9.1. Konsep Kualitas Layanan

Menurut Douglas & John (Hoffman & Bateson, 2010, p. 319), kualitas

layanan (service quality) adalah sikap yang terbentuk dalam waktu jangka

panjang, merupakan evaluasi keseluruhan dari kinerja perusahaan.

Menurut James & Mona (Fitzsimmons & Fitzsimmons, 2006), kualitas

dari layanan terbentuk pada saat proses layanan diberikan ke pelanggan.

Kualitas layanan berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Ketika layanan

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

30

yang diberikan melebihi harapan dari pelanggan, maka layanan yang dirasakan

oleh pelanggan memiliki kualitas yang sangat baik atau mengejutkan. Ketika

layanan yang diberikan tidak memenuhi harapan pelanggan, maka kualitas

layanan dikatakan jelek atau tidak dapat diterima. Ketika layanan yang

diberikan memenuhi harapan pelanggan, maka kualitas layanan dianggap

memuaskan.

2.9.2. Pengukuran Kualitas Layanan

Pengukuran terhadap kualitas layanan diperoleh dengan cara

membandingkan persepsi dan harapan pelanggan terhadap layanan yang

diberikan oleh perusahaan. Pengukuran yang sering digunakan untuk

mengukur kualitas layanan adalah SERQUAL. SERQUAL adalah alat

diagnostik yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan

perusahaan dalam lingkup kualitas layanan. Skala pengukuran SERQUAL

didasarkan pada lima dimensi kualitas layanan yang diperoleh melalui

wawancara terhadap sekelompok konsumen atau pelanggan. Lima dimensi

tersebut mencakupi wujud(tangibles), keandalan (reliability), ketanggapan

(responsiveness), keyakinan (assurance), dan empati (empathy) (Hoffman &

Bateson, 2010, p. 328).

1. Tangibles

Dimensi tangibles membandingkan harapan dan persepsi pelanggan

tentang kemampuan perusahaan untuk mengelola wujud mereka.

Wujud dari perusahaan terdiri dari berbagai macam benda seperti

arsitektur, desain, tata letak, brosur, warna dinding, fasilitas, peralatan,

penampilan personil perusahaan. Dalam SERQUAL, pengukuran dari

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

31

dimensi tangibles berfokus pada peralatan dan fasilitas, serta personil

perusahaan dan bahan komunikasi.

2. Reliability

Dimensi reliability mencerminkan konsistensi dan keandalan kinerja

dari perusahaan. Dimensi ini menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi janji yang telah dibuat. Apakah perusahaan

menyediakan tingkat layanan yang sama setiap waktu, atau tingkat

yang berbeda-beda setiap waktu? Apakah perusahaan menepati janji

mereka, tagihan pelanggan akurat, mencatat transaksi dengan akurat?

Pelanggan siap membelanjakan uang mereka jika penyedia layanan

menunjukkan layanan dan melakukan transaksi sesuai dengan yang

dijanjikan. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menggunakan

SERQUAL, dimensi reliability merupakan yang paling penting dari

dimensi lainnya.

3. Responsiveness

Responsiveness mencerminkan komitmen perusahaan untuk

menyediakan layanan secara tepat waktu. Dimensi responsiveness

digunakan untuk mengukur kemauan dan atau kesiapan karyawn

untuk memberikan layanan.

4. Assurance

Dimensi assurance dari SERQUAL membahas kompetensi dari

perusahaan, kesopanan kepada pelanggannya, dan keamanan dari

transaksi. Kompetensi berhubungan dengan pengetahuan dan

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

32

ketrampilan dalam memberikan layanan perusahaan. Apakah

perusahaan memiliki ketrampilan yang diperlukan dalam untuk

menyelesaikan layanan secara professional?

5. Empathy

Empathy merupakan kemampuan untuk merasakan perasaan orang

lain sebagai perasaan sendiri. Dimensi empathy mengukur kepedulian

dan perhatian perusahaan tentang kebutuhan pelanggan mereka dan

membuat layanan perusahaan dalam diakses oleh pelanggan mereka.

2.9.3. Matriks Kepentingan dan Kinerja Layanan

Menurut Freddy (Rangkuti, 2002, p. 109), konsep pengukuran

kepentingan (importance) dan kinerja (perfomance) layanan berasal dari

konsep SERVQUAL. Matriks kepentingan dan kinerja layanan digunakan

untuk mengukur kesenjangan antara tingkat kepentingan pelanggan (harapan

pelanggan) dengan tingkat kinerja layanan perusahaan. Gambar matriks

kepentingan dan kinerja layanan dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Matriks Kepentingan dan Kinerja Layanan Sumber : Freddy Rangkuti (2002, p. 109)

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

33

Matriks ini terdiri dari empat kuadran, yakni :

1. Kuadran I (attributes to improve)

Kuadran ini menggambarkan faktor-faktor yang tingkat

kepentingannya tinggi, tetapi pada kenyataan tingkat kinerjanya

rendah (tingkat kepuasan pelanggan terhadap faktor masih sangat

rendah. Perusahaan perlu meningkatkan performance variable-varibel

layanan yang berada pada kuadran ini.

2. Kuadran II (maintain performance)

Kuadran ini menggambarkan faktor-faktor yang dianggap penting

bagi pelanggan dan kinerja dari faktor-faktor telah memenuhi

kepuasan pelanggan. Namun, kinerja dari faktor-faktor yang berada

pada kuadran ini harus dipertahankan karena faktor-faktor tersebut

dapat menjadi kekuatan bagi perusahaan dan menjadi produk atau jasa

yang unggul di mata pelanggan.

3. Kuadran III (attributes to maintain)

Kuadran ini menggambarkan faktor-faktor yang dianggap penting

bagi pelanggan dan kenyataan kinerjanya juga tidak terlalu tinggi.

Perbaikan terhadap variable-variabel yang berada pada kuadran ini

perlu dipertimbangkan kembali karena bagi pelanggan variable-

variabel tersebut tidak terlalu penting.

4. Kuadran IV (main priority)

Kuadran ini menggambarkan faktor-faktor yang kenyataan kinerjanya

tinggi, namun tidak terlalu penting bagi pelanggan. Untuk itu,

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

34

perusahaan perlu menggurangi peningkatan pada variable-variabel

yang berada dalam kuadran ini, karena dari sisi manfaat tidak terlalu

penting bagi pelanggan dan juga memakan biaya.

2.10. Manajemen Strategi

2.10.1. Konsep Manajemen Strategis

Menurut Fred (David, 2010, p. 5) manajemen strategis dapat

didefinisikan sebagai seni dan ilmu dalam merumuskan,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang

memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya. Manajemen

strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan

atau akuntansi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi untuk

mencapai kesuksesan organisasi. Manajemen strategis bertujuan untuk

mengeksploitasi dan menciptakan peluang yang baru dan berbeda di kemudian

hari; perencanaan jangka panjang, sebaliknya mencoba untuk mengoptimalkan

tren-tren saat ini untuk kemudian hari.

2.10.2. Manfaat Manajemen Strategis

Menurut Fred (David, 2010, p. 48), manajemen strategis memungkinkan

perusahaan lebih proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depan

sendiri, yang memungkinkan perusahaan untuk memulai dan mempengaruhi

(bukan hanya merespon) kegiatan-kegiatan, sehingga perusahaan dapat

mengontrol nasib sendiri. Ditinjau dari sejarah, manfaat umum dari manajemen

strategis telah membantu organisasi dalam merumuskan strategi yang lebih

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

35

baik melalui penggunaan pendekatan sistematis, logika, dan rasional dalam

pemilihan strategi.

Manfaat manajemen strategis dapat dilihat dari sisi keuangan dan non-

keuangan.

1. Manfaat keuangan

Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan yang menerapkan

konsep manajemen strategis lebih memperoleh laba dan kesuksesan.

Penggunaan manajemen strategis dalam bisnis menunjukkan

peningkatan yang signifikan dalam penjualan, keuntungan, dan

produktivitas jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

merencanakan kegiatan sistematik. Perusahaan yang berkinerja tinggi

tampaknya membuat keputusan yang lebih tepat dengan

mengantisipasi konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.

2. Manfaat non-keuangan

Selain membantu perusahaan menghindari kendala keuangan,

manajemen strategis menyediakan manfaat nyata lainnya, seperti

meningkatkan kesadaran akan ancaman eksternal, peningkatkan

pemahaman strategi pesaing, meningkatkan produktivitas karyawan,

mengurangi perlawanan terhadap perubahan, dan pemahaman yang

lebih jelas tentang hubungan kinerja dan penghargaan.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

36

2.10.3. Tahapan Model Manajemen Strategis

Menurut Fred (David, 2010, p. 37) proses manajemen strategis

mencakupi tiga tahapan seperti pada gambar 2.6, yakni perumusan strategi,

implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

Perumusan strategi dimulai dengan pengembangan visi dan misi,

mengidentifikasi peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal organisasi,

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari internal perusahaan,

menciptakan sasaran jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan

memilih strategi khusus untuk dicapai.

Implementasi strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan

sasaran tahunan, membuat kebijkan, memotivasi karyawan, dan mengalokasi

sumber daya sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat dilaksanakan.

Implementasi strategi mencakupi pengembangan budaya yang mendukung

strategi, membuat struktur organisasi yang efektif, mengarahkan usaha

pemasaran, mempersiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan

sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja

organisasi.

Evaluasi strategi mencakupi (1) peninjauan faktor internal dan eksternal

yang merupakan dasar untuk strategi sekarang, (2) mengukur kinerja, dan (3)

mengambil tindakan perbaikan. Evaluasi strategi dibutuhkan karena

kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan yang akan datang. Kesuksesan

selalu menciptakan masalah yang baru dan berbeda.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

37

Gambar 2.6 Tahapan Model Manajemen Strategis Sumber : Fred R. David (2010, p. 47)

2.10.4. Kerangka Perumusan Strategi

Menurut Fred (David, 2010, p. 209), teknik perumusan strategi dapat

dikelompokan menjadi tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, seperti

pada gambar 2.7. Peralatan yang terdapat dalam kerangka dapat diterapkan

pada semua jenis dan ukuran organisasi serta dapat membantu organisasi dalam

mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih strategi.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

38

Gambar 2.7 Kerangka Perumusan Strategi Sumber : Fred R. David (2010, p. 209)

2.10.4.1. Tahap Masukan

Tahap pertama meliputi matriks External Factor Evaluation (EFE),

matriks Internal Factor Evaluation (IFE), dan Competitive Profile Matrix

(CPM). Disebut juga tahapan masukan, menyimpulkan informasi

masukan dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Informasi

yang berasal dari ketiga matriks tersebut menyediakan informasi

masukan untuk tahapan pencocokan dan keputusan.

1. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Menurut Fred (David, 2010, p. 112), matriks EFE

memungkinkan penyusun strategi merangkum dan mengevaluasi

informasi tentang ekonomi, sosial, budaya, demografi,

lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan

persaingan. Cara pengembangan matriks EFE adalah sebagai

berikut :

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

39

- Buat daftar faktor eksternal dari segi peluang dan ancaman

yang mempengaruhi perusahaan dan industri.

- Tentukan bobot setiap faktor dengan kisaran nilai 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot menunjukan

hubungan kepentingan dari faktor untuk mencapai

kesuksesan dalam industri. Jumlah keseluruhan bobot adalah

1,0.

- Tentukan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap kunci faktor

external untuk mengindikasikan seberapa efektifnya strategi

perusahaan dalam merespon faktor tersebut. Dimana 4 =

respon lebih unggul, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon

rata-rata, 1 = respon buruk.

- Kalikan setiap bobot dengan peringkat untuk mendeterminasi

nilai tertimbang.

- Jumlahkan keseluruhan nilai tertimbang.

2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Menurut Fred (David, 2010, p. 155), matriks IFE merupakan

alat perumusan strategi yang memungkinkan untuk merangkum

dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dari area fungsional

perusahaan, dan menyediakan dasar untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi hubungan antara area tersebut. Cara

pengembangan matriks IFE sama seperti halnya dalam matriks

EFE yaitu :

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

40

- Buat daftar faktor internal yang merupakan proses audit

internal, dari segi kekuatan dan kelemahan perusahaan.

- Tentukan bobot setiap faktor dengan kisaran nilai 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot menunjukan

hubungan kepentingan dari faktor untuk mencapai

kesuksesan dalam industri. Jumlah keseluruhan bobot adalah

1,0.

- Tentukan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap kunci faktor

external untuk mengindikasikan seberapa efektifnya strategi

perusahaan dalam merespon faktor tersebut. Dimana 1 =

kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, 3 = kekuatan

minor, 4 = kekuatan utama.

- Kalikan setiap bobot dengan peringkat untuk mendeterminasi

nilai tertimbang.

- Jumlahkan keseluruhan nilai tertimbang.

3. Matriks Competitive Profile Matrix (CPM)

Menurut Fred (David, 2010, p. 113), matriks CPM

mengidentifikasi pesaing utama perusahaan dan kekuatan serta

kelemahannya terhadap strategi perusahaan. Bobot dan total

skor antara matriks CPM dan EFE mempunyai arti yang sama.

Namun, faktor kritikal suskes dalam CPM mencakupi masalah

internal dan eksternal. Peringkat menunjukkan kekuatan dan

kelemahan, dimana 4 = kekuatan besar, 3 = kekuatan kecil, 2 =

kelemahan kecil, 1 = kelemahan besar. Faktor kritikal sukses

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

41

dalam CPM tidak dikelompokan menjadi peluang dan ancaman

seperti halnya EFE. Dalam CPM, peringkat dan total nilai

tertimbang dari pesaing dapat dibandingkan dengan pesaing

lainnya. Analisis komparatif ini menyediakan informasi strategis

internal yang penting.

2.10.4.2. Tahap Pencocokan

Tahap kedua meliputi matriks Strength-Weakness-Opportunity-

Threat (SWOT), matriks Space Position and Action Evaluation

(SPACE), matriks Boston Conculting Group (BCG), matriks Internal-

External (IE), matriks Grand Strategy. Disebut juga tahapan pencocokan,

tahapan ini berfokus pada pembuatan strategi alternatif yang layak

dengan menyelaraskan kunci faktor internal dan external.

1. Matriks SWOT

Menurut Fred (David, 2010, p. 210), matriks SWOT merupakan

alat pencocokan yang dapat membantu manager

mengembangkan empat jenis strategi, yakni strategi SO

(strengths-opportunities), strategi WO (weaknesses-

opportunities) , strategi ST(strengths-threats) , strategi WT

(weaknesses-threats). Pencocokan kunci faktor eksternal dan

internal merupakan bagian tersusah untuk pengembangan

matriks SWOT dan membutuhkan pertimbangan baik.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

42

Strategi SO menggunakan kekuatan internal untuk mengambil

keuntungan dari peluang-peluang eksternal. Setiap manajer

menginginkan organisasi mereka berada pada posisi dimana

kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan

dari tren dan peristiwa eksternal. Organisasi umumnya akan

mengejar strategis WO, ST dan WT untuk memperoleh situasi

dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika

perusahaan memiliki kelemahan yang besar, mereka akan

mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika perusahaan

menghadapi ancaman yang besar, mereka akan menghindarinya

dan berkonsentrasi pada peluang-peluang yang ada.

Strategi WO bertujuan meningkatkan kelemahan internal

dengan mengambil keuntungan dari peluang eksternal.

Terkadang kelemahan internal menghadang perusahaan untuk

meraih peluang yang ada. Alternatifnya perusahaan dapat

mengakuisisi tekonologi dengan cara membentuk perusahaan

gabungan dengan perusahaan yang memiliki kompetensi dalam

hal tersebut. Alternatif strategi WO dapat dilakukan dengan

merekrut dan melatih karyawan dengan kemampuan teknikal

yang dibutuhkan.

Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk

menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal.

Ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat selalu berhadapan

dengan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

43

Perusahaan yang menjiplak ide, inovasi, dan paten dari produk

merupakan ancaman dalam banyak industri.

Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk

mengurangsi kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal. Organisasi dihadapkan dengan sejumlah ancaman

eksternal dan kelemahan internal dapat dibilang merupakan

posisi yang sangat sulit. Dalam kenyataannya, perusahaan harus

menghadapinya untuk bertahan hidup, melakukan pengabungan

usaha, menyatakan bangkrut, pembubaran.

2. Matriks Strategies Position and Action Evaluation (SPACE)

Menurut Fred (David, 2010, p. 181), matriks SPACE merupakan

alat pencocokan penting lainnya. Matriks ini terdapat empat

kuadran yang menunjukan strategi agresif, konservatif, defensif,

dan kompetitif yang paling sesuai bagi perusahaan, seperti pada

gambar 2.8. Sumbu dari matriks SPACE merepresentasikan dua

dimensi internal yakni financial position (FP) dan competitive

position (CP) serta dua dimensi eksternal yakni stability position

(SP) dan industry position (IP). Keempat faktor mungkin adalah

penentu yang paling penting dari posisi strategis keseluruhan

organisasi.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

44

Gambar 2.8 Matriks SPACE Sumber : Fred R. David (2010, p. 213)

Tahapan yang dibutuhkan untuk mengembangkan matriks

SPACE :

- Pilih serangkaian dari variable untuk mendefinisikan financial

position (FP), competitive position (CP), stability position

(SP), dan industry position (IP).

- Tentukan nilai dengan tingkatan dari +1 (buruk) sampai +7

(bagus) pada setiap variabel yang menempati dimensi FP

dan IP. Tentukan nilai dengan tingkatan dari -1 (bagus)

sampai -7 (jelek) pada setiap variabel yang menempati

dimensi SP dan CP. Pada sumbu FP dan CP, buatlah

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

45

perbandingan dengan pesaing-pesaing. Sedangkan pada

sumbu IP dan SP, buatlah perbandingan dengan industri lain.

- Hitunglah nilai rata-rata untuk FP, CP, IP, dan SP dengan

menjumlahkan nilai yang diberikan untuk setiap variable,

kemudian bagi dengan jumlah dari variable yang

bersangkutan.

- Letakan nilai rata-rata untuk FP, CP, IP, dan SP pada sumbu

dalam matriks SPACE.

- Jumlahkan nilai pada sumbu x (CP, IP) dan petakan hasilnya

pada sumbu X. Jumlahkan nilai pada sumbu y (FP, SP) dan

petakan hasilnya pada sumbu Y. Petakan titik potong dari

titik xy yang baru.

- Gambarkan arah panah dari pangkal matriks SPACE melalui

titik potong xy yang baru. Arah panah ini menunjukkan

strategi yang disarankan untuk perusahaan : agresif,

kompetitif, defensif, dan konservatif.

Ketika perusahaan yang berada pada kuadran agresif dalam

matriks SPACE, perusahaan berada dalam posisi sempurna

untuk menggunakan kekuatan internal untuk (1) meraih

keuntungan dari peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan

internal, (3) menghindari ancaman eksternal. Oleh karena itu,

strategi penetrasi pasar, pengembangan produk, integrasi ke

belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, atau

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

46

diversifikasi layak untuk dipilih, tergantung pada keadaan

khusus yang dihadapi perusahaan.

Kuadran konservatif mengartikan perusahaan berada pada

kompetensi dasar dan tidak mengambil resiko berlebihan.

Strategi yang sering digunakan mencakupi penetrasi pasar,

pengembangan pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi

yang berhubungan.

Kuadran defensif menunjukkan bahwa perusahaan harus fokus

pada perbaikan kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal. Strategi defensif meliputi penghematan, divestasi,

likuidasi, dan diversifikasi tekait.

Terakhir, kuadran kompetitif mengindikasikan strategi

kompetitif. Dimana strategi yang dapat diterapkan mencakup

integrasi ke belakang, ke depan, horizontal, penetrasi pasar,

pengembangan pasar, dan pengembangan produk.

3. Matriks Internal-External (IE)

Menurut Fred (David, 2010, p. 220) matrik IE menempatkan

berbagai divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel, seperti

pada gambar 2.9. Matriks IE dibuat berdasarkan dua dimensi,

yakni nilai tertimbang IFE pada sumbu x dan nilai tertimbang

EFE pada sumbu y. Mengingat kembali bahwa setiap divisi dari

organisasi harus membangun matriks IFE dan EFE sebagai

bagian dari organisasi. Jumlah nilai tertimbang yang berasal dari

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

47

divisi memungkinkan penyusunan matriks IE level organisasi.

Sumbu x dari matriks IE, jumlah nilai tertimbang IFE dari 1,0

sampai 1,99 merepresentasikan posisi internal yang lemah; nilai

2,0 sampai 2,99 menunjukkan rata-rata; dan nilai 3,0 sampai 4,0

menunjukkan posisi internal yang kuat. Sama hal dengan sumbu

x, pada sumbu y, jumlah nilai tertimbang EFE dari 1,0 sampai

1,99 dinilai rendah; nilai 2,0 sampai 2,99 dinilai sedang ; dan

nilai 3,0 sampai 4,0 dinilai tinggi.

Gambar 2.9 Matriks Internal-External (IE) Sumber : Fred R. David (2010, p. 221)

Matriks IE dapat dibagikan menjadi tiga kelompok besar yang

mempunyai implikasi strategi berbeda. Kelompok pertama,

mencakupi sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

48

dan membangun. Strategi yang paling tepat diterapkan pada

divisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan

pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif

(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi

horizontal).

Kelompok kedua, mencakupi sel III, V, atau VII dapat dikelola

dengan strategi menjaga dan mempertahankan; penetrasi pasar

dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum

dipakai pada jenis divisi ini.

Kelompok ketiga, mencakupi sel VI, VIII atau XI, merupakan

panen atau divestasi. Organisasi yang sukses dapat mencapai

portofolio bisnis yang masuk atau berada disekitar sel I.

2.10.4.3. Tahap Keputusan

Tahap ketiga disebut juga tahapan keputusan, tahapan keputusan

meliputi matriks Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

1. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Menurut Fred (David, 2010, p. 224), QSPM menggunakan

informasi masukan dari tahap 1 untuk mengevaluasi strategi

alternatif yang layak secara objektif pada tahap 2. QSPM

menampilkan strategi alternatif yang berhubungan dan

memberikan dasar untuk memilih strategi khusus. QSPM

memungkinkan penyusun strategi dalam mengevaluasi strategi

alternatif, dengan berdasarkan faktor sukses penting internal dan

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

49

eksternal perusahaan yang telah diidentifikasi sebelumnya.

QSPM menderteminasikan strategi relatif berdasarkan pada

sejauh mana faktor keberhasilan internal dan eksternal pada saat

dikapitalisasi ataupun ditingkatkan.

Tahapan untuk pengembangan QSPM sebagai berikut :

- Buat daftar faktor eksternal peluang dan ancaman, serta faktor

internal kekuatan dan kelemahan pada kolom sebelah kiri

dari QSPM.

- Tentukan bobot di setiap faktor eksternal dan internal.

- Periksa kembali matriks pada tahapan pencocokan, dan

identifikasi strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan

perusahaan untuk pengimplementasian.

- Determinasikan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS)

Didefinisikan sebagai nilai numerik yang menunjukan daya

tarik relatif masing-masing strategi dari kumpulan

alternatif. Dimana nilai AS terdiri dari 1 = tidak memiliki

daya tarik, 2 = daya tarik rendah, 3 = daya tarik sedang, 4 =

daya tarik tinggi.

- Hitung total nilai ketertarikan (TAS)

- Hitung keseluruhan jumlah dari total nilai ketertarikan (TAS)

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

50

2.11. Analisis dan Perancangan Sistem

2.11.1. Konsep Sistem Informasi

Sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen yang saling

terhubung dan berfungsi secara bersama untuk mencapai suatu hasil (Satzinger,

Jackson, & Burd, 2009, p. 6).

Sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang

saling terhubung yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan

menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan bisnis

(Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 6).

Sistem informasi adalah kombinasi yang terorganisir dari orang,

perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber data, serta

prosedur dan peraturan, yang mengumpulkan, memproses, menyimpan dan

mendistribusikan informasi dalam sebuah organisasi (O'Brien & Marakas,

2010, p. 4).

2.11.2. Pengertian Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan proses dari pemahaman dan pengertian secara

lengkap tentang bagaimana seharusnya suatu sistem dibangun (Satzinger,

Jackson, & Burd, 2009, p. 4).

2.11.3. Pengertian Perancangan Sistem

Perancangan sistem merupakan proses penjelasan secara lengkap tentang

bagaimana seharusnya komponen-komponen dari sistem informasi

diimplementasikan secara fisik (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 4).

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

51

2.11.4. System Development Life Cycle (SDLC)

System development life cycle adalah keseluruhan proses dari

pembangunan, pengembangan, penggunaan, dan pembaharuan sistem

informasi (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 38).

Pendekatan SDLC yang mengasumsikan bahwa fase-fase di dalam suatu

proyek dapat diselesaikan secara berurutan, disebut juga dengan waterfall

model, (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 40). Bentuk waterfall model

disajikan pda gambar 2.10. Tujuan dari tiap-tiap tahapan SDLC ditunjukkan

pada tabel 2.1.

Gambar 2.10 Waterfall model of the SDLC Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 329)

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

52

Tabel 2.1 Tahapan dan tujuan SDLC Tahapan SDLC Tujuan Perencanaan proyek Untuk mengidentifikasi lingkup dari sistem baru,

memastikan proyek dapat dicapai, mengembangkan jadwal, perencanaan sumber daya, dan pembiayaan proyek

Analisis Untuk mengetahui dan mendokumentasikan secara detail kebutuhan bisnis dan memproses persyaratan dan sistem yang baru

Perancangan Untuk merancang solusi sistem berdasarkan persyaratan yang telah didefinisikand an mengambil keputusan berdasarkan analisis

Implementasi Untuk membangun, mencoba, menginstalasikan sistem informasi.

Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 40)

2.11.5. Object-Oriented Approach dalam Analisa dan Perancangan Sistem

Dalam pengembangan sistem, terdapat dua pendekatan yang telah

dikenal umum oleh pengembang yakni pendekatan traditional (traditional

approach) dan pendekatan berorientasi obyek (object-oriented approach),

(Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 53). Perbandingan pendekatan

tradisional dengan pendekatan berorientasi obyek dalam pengembangan sistem

ditunjukan pada gambar 2.11.

Object oriented approach adalah suatu pendekatan dalam pengembangan

sistem yang melihat sistem informasi sebagai kumpulan dari objek-objek yang

saling berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas,

(Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 59).

Object oriented analysis (OOA) mendefinisikan semua tipe objek yang

melakukan pekerjaan di dalam sistem dan menunjukan use cases yang

diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p.

60) .

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

53

Object oriented design (OOD) mendefinisikan semua tipe objek yang

diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat di dalam sistem,

menunjukan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan

memperjelas definisi dari setiap tipe objek yang dapat diimplementasikan

dengan bahasa atau lingkungan tertentu (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p.

60).

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

54

Gambar 2.11 Perbandingan pendekatan tradisional dan orientasi obyek dalam pengembangan sistem Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 329)

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

55

2.11.6. Analisis Sistem

Dalam tahapan analisis, terdapat dua keahlian yang diperlukan untuk

melaksanakan analisis sistem yakni 1) mencari fakta untuk menginvestigasi

persyaratan sistem atau information gathering , dan 2) memodelkan proses

bisnis berdasarkan persyaratan sistem atau modeling requirement (Satzinger,

Jackson, & Burd, 2009, p. 118).

2.11.6.1. Information Gathering

Menurut John, Robert & Stephen (Satzinger, Jackson, & Burd,

2009, p. 134), pengumpulan informasi atau information gathering dapat

dilakukan dengan cara :

1. Distribusi kuisioner

Analis sistem dapat menyusun pertanyaan seperti : Apa kegiatan

dan proses bisnis yang dilakukan? Bagaimana proses bisnis

dilakukan? Informasi apa yang dibutuhkan untuk proses bisnis?

2. Wawancara pengguna

Dalam wawancara, yang diperlukan oleh analis sistem adalah

persiapan untuk wawancara, melaksanakan wawancara, dan

meninjau hasil wawancara.

3. Meninjau dokumentasi yang ada

Dokumentasi dapat berasal dari faktur yang digunakan untuk

tiap proses bisnis, laporan yang dihasilkan dari kegiatan proses

bisnis, dan deskripsi prosedur dari setiap kegiatan bisnis.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

56

4. Observasi prosedur bisnis

Observasi dilakukan dengan meninjau proses bisnis yang ada

untuk memahami kebutuhan dasar bisnis. Setelah melakukan

observasi, analis sistem dapat mendokumentasikan dengan

menggunakan activity diagram.

5. Meneliti solusi vendor

Kebanyakan masalah yang timbul pada sistem sekarang

mungkin sudah ditangani oleh perusahaan konsultasi.

Gambar 2.12 Hubungan antara pengumpulan informasi dengan pemodelan persyaratan sistem Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 134)

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

57

2.11.6.2. Modeling System Requirement

System requirements adalah spesifikasi yang mendefinisikan fungsi

apa saja yang perlu disediakan oleh sistem, (Satzinger, Jackson, & Burd,

2009, p. 122).

Apabila informasi telah terkumpul, maka system requirement dapat

didefinisikan ke dalam model-model berorientasi objek.

Model-model berorientasi objek yang digunakan untuk

mendefinisikan system requirements di dalam fase analisis antara lain:

event table, things, class diagram, use case diagrams, use case

descriptions, system sequence diagrams, activity diagram, dan state

machine diagram.

1. Event table

Event table merupakan katalog yang berisi list dari event-event.

Event table terdiri dari enam kolom yakni;

- Event, peristiwa yang menyebabkan sistem melakukan sesuatu

- Trigger, tanda yang memberitahukan sistem bahwa event

terjadi

- Source, agen eksternal atau aktor yang menyediakan data

untuk sistem

- Usecase, yang dilakukan sistem ketika event terjadi

- Response, output yang dihasilkan sistem (jika ada)

- Destination, aktor eksternal yang menerima hasil dari sistem

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

58

Gambar 2.13 Keterangan dari event table Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 134)

2. Things

Things merupakan konsep lain untuk memahami dan

memodelkan kata benda apa yang informasinya perlu disimpan

oleh sistem. Dalam pendekatan orientasi obyek, things akan

menjadi object yang berinteraksi dalam sistem, (Satzinger,

Jackson, & Burd, 2009, p. 176).

3. Class diagram

Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 187),

class diagram digunakan untuk kelas-kelas objek. Notasi ini

berasal dari Unified Modelling Language (UML), yang telah

menjadi standar yang digunakan di dengan pengembangan sistem

berorientasi objek.

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

59

Salah satu tipe class diagram UML yang menunjukan hal-hal

(things) di dalam users’ work domain disebut dengan domain

class diagram (Satzinger, 2009, p187).

Pada class diagram, simbol kotak menandakan class dan garis

yang menghubungkan kotak-kotak menandakan asosiasi atau

hubungan antar class.

Gambar 2.14 Class diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 187)

Notasi multiplicity dari hubungan asosiasi terdiri dari :

- one and only one, ditandai dengan 1

- zero or one, ditandai dengan 0..1

- zero or more, ditandai dengan 0..*

- one or more, ditandai dengan 1..*

Gambar 2.15 Multiplicity dalam class diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 187)

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

60

4. Usecase diagram

Use case adalah aktivitas yang dilakukan sistem (Satzinger,

Jackson, & Burd, 2009, p. 160).

Use case model adalah kumpulan model yang dapat digunakan

untuk menangkap system requirements berdasarkan use case

dengan pendekatan object oriented (Satzinger, Jackson, & Burd,

2009, p. 242).

Gambar 2.16 Use case diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 187)

Usecase diagram adalah diagram yang menggambarkan beragam

peran pengguna atau aktor dan bagaimana aktor menggunakan

sistem (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 242).

Terdapat beberapa cara untuk mengelompokan use case, yakni

berdasarkan sudut pandang aktor dan berdasarkan sudut pandang

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

61

sistem atau subsistem, (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p.

244).

Notasi usecase diagram meliputi actor, use case, connection

line, dan boundary sistem

5. Use case description

Use case description adalah deskripsi yang memuat proses

lengkap dari sebuah use case, (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009,

p. 171).

Gambar 2. 17 Use case description Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 174)

6. Activity diagram

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

62

Activity diagram adalah cara lain untuk mendokumentasikan use

case scenario. Activity diagram adalah diagram yang mudah

dimengerti untuk mendokumentasikan workflow dari proses

bisnis, (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 249).

Gambar 2.18 Activity diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 187)

7. System sequence diagram

System sequence diagram (SSD) digunakan untuk

menggambarkan aliran informasi yang menuju sistem atau dari

sistem (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 252).

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

63

Gambar 2.19 System sequence diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 252)

2.11.7. Desain Sistem

Perancangan berorientasi obyek adalah proses dimana serangkaian detil

dari model desain orientasi obyek dibuat dan digunakan oleh programmer

untuk menuangkannya ke program dan mengetes sistem baru, (Satzinger,

Jackson, & Burd, 2009, p. 388). Perancangan sistem merupakan jembatan

antara persyaratan pengguna dengan pemograman sistem baru.

Tujuan dari object oriented detailed design adalah untuk

mengidentifikasi dan mespesifikasi semua objek yang harus bekerja sama

untuk melakukan use case masing-masing, (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009,

p. 388).

Perancangan sistem dengan pendekatan orientasi obyek meliputi :

1. Architectural design

Architectural design atau perancangan arsitektur sistem adalah

langkah awal di dalam merancang sistem. Pengembang sistem

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

64

memikirkan bagaimana sistem akan dikembangkan dan seperti apakah

bentuk struktur dari sistem.

Dalam perancangan sistem yang berbasis web, terdapat dua bentuk

architectural design, diantaranya adalah two layer architecture dan

three layer architecture.

Two layer architecture membagi sistem menjadi dua layer, yakni user

interface layer dan domain layer (business logic). Sedangkan three

layer architecture membagi sistem menjadi tiga layer yang terdiri dari

user interface layer, domain layer, dan data access layer. Menurut

Satzinger (2009, p389), three layer architecture cocok untuk

digunakan sistem yang memiliki multiple user interface.

Sistem yang memiliki arsitektur two layer dan three layer architecture

ditunjukan pada gambar 2.20 dan gambar 2.21.

Gambar 2.20 Two layer internet system architecture Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 397)

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

65

Gambar 2.21 Three layer internet system architecture Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 399)

2. First-cut class diagram

Design class diagram dibuat berdasarkan domain class diagram.

Design class diagram dapat digunakan untuk membantu

pengembangan interaction diagram.

Notasi dari design class diagram terdiri atas :

- Class name

- Attribute list

- Method list

Gambar 2.22 Design class diagram notation Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 411)

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

66

Dalam pengembangan first cut diagram diperlukan 2 tahapan, yang

terdiri dari: (1) menambahkan atribut dengan informasi tipe data dan

nilai awal, (2) menambahkan navigation visibility arrow, (Satzinger,

Jackson, & Burd, 2009, p. 413).

Gambar 2. 23 First-cut class diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 411)

Navigation visibility adalah prinsip perancangan di mana satu objek

memiliki referensi ke objek lain sehingga dapat berinteraksi dengan

objek tersebut.

Menurut John (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 413), pedoman

di dalam menentukan navigation visibility yang terdiri dari:

- One-to-many relationship yang mengindikasikan superior/

subordinate biasanya navigasinya dari superior ke suborninate.

- Mandatory relationship, di mana objek dari satu class tidak dapat

berdiri sendiri tanpa objek dari class lain, navigasi umumnya dari

class yang independent ke class dependent.

- Ketika objek butuh informasi dari objek lain, biasanya navigasi

dapat langsung mengarah ke objek tersebut atau ke parent dari

objek tersebut.

- Navigasi dapat bidirectional/ dua arah.

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

67

3. First Cut Sequence Diagram

First cut sequence diagram merupakan pengembangan dari system

sequence diagram pada tahap analisis. Setelah mengkaji class

diagram dan membuat first cut class diagram, langkah selanjutnya

adalah membuat first cut sequence diagram.

Gambar 2.24 First-cut sequence diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 444)

4. Multilayer Design of Sequence Diagram

Setelah membuat first cut sequence diagram kita perlu membuat

multilayer design dari sequence diagram. Bila first cut sequence

diagram hanya fokus kepada domain layer dan objek, multilayer

design juga menyertakan data access layer, dan view layer.

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

68

Gambar 2.25 Multilayer sequence diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 454)

5. Updated design class diagram

Updated design class diagram merupakan pembaharuan dari first-cut

class diagram, dimana method di sequence diagram yang

berhubungan dengan class di tambah ke class diagram bagian

method list. Serta adanya penambahan controller berinteraksi dengan

class ke dalam class diagram.

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

69

Gambar 2.26 Updated design class diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 458)

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

70

6. Package diagram

Package diagram adalah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan

disainer untuk mengelompokkan class yang saling berkaitan.

Package diagram terbagi menjadi tiga layer yaitu: view layer,

domain layer, dan data access layer, (Satzinger, Jackson, & Burd,

2009, p. 459).

Gambar 2.27 Package diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 459)

7. Object Oriented Database Design

Database adalah kumpulan data yang terintegrasi yang dikelola

dikontrol secara terpusat, sedangkan schema adalah deskripsi dari

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

71

struktur, konten, dan kontrol akses dari suatu database. Database

dikelola dan dikontrol oleh database management system (DBMS),

(Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 488).

Object database management system adalah sistem manajemen

database yang menyimpan data sebagai obyek.

Object Definition Language adalah bahasa yang digunankan untuk

mendeskripsikan struktur dan konten dari database.

Berikut adalah contoh ODL untuk class customer:

class Customer {

attribute string accountNo

attribute string name

attribute string Address

attribute string TelephoneNumber

}

8. User interface

User interface adalah bagian dari sistem informasi yang memerlukan

interaksi user untuk menghasilkan input dan output. User interface

memungkinkan pengguna berinteraksi dengan sistem untuk

melakukan transaksi dan menampilkan output dari hasil transaksi,

(Satzinger, Jackson, & Burd, 2009, p. 531).

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00335-MNSI Bab2001.pdf · dapat menggunakan sistem atau basis data CRM untuk memperoleh

72

2.12. Kerangka Pemikiran

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Studi Pustaka Observasi Wawancara Kuisioner

Analisa Sistem Berjalan

Analisa Persaingan Industri

Analisa Kesenjangan Kualitas Layanan

Perumusan Strategi

Analisa Kebutuhan User

Perbaikan Manajemen

Perancangan Sistem Informasi

Masalah Perusahaan

Solusi Masalah

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.28 Kerangka pemikiran