bab 2 landasan teori 2.1 teori dasar/umum...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar/Umum
Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori dasar yang
menjadi landasan dalam pembuatan skripsi.
2.1.1 Sistem
Definisi sistem menurut McLeod (2001, p11) adalah sekelompok
elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu
tujuan.
Sedangkan menurut O’Brien (2003, p8) sistem adalah sekelompok
komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai
tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam
proses transformasi yang teratur.
Dan menurut Bennet, McRobb, Farmer (2002, p596), sistem adalah
suatu abstrak dari suatu satuan unsur-unsur yang kompleks dan saling
berinteraksi, yang mana untuk mengidentifikasi suatu batas, suatu
lingkungan, input, dan output suatu kendali mekanisme dan beberapa
perubahan bentuk atau proses pencapaian suatu sistem.
2.1.2 Informasi
McLeod (2001, p15) mendefinisikan informasi sebagai data yang
telah diproses atau data yang memiliki arti bagi orang yang
mengunakannya.
6
Sedangkan menurut O’Brien (2003, p13) informasi adalah data
yang diolah dan mempunyai arti serta berguna secara konteks untuk end
user tertentu.
Menurut Bennet, Mcrobb, Farmer (2002, p593), informasi adalah
fakta yang telah terpilih dan relevan bagi suatu tujuan dan kemudian
mengorganisir atau yang diproses sedemikian rupa sehingga mereka
mempunyai arti dan tujuan.
Menurut Turban, Rainer, Potter (2001, p17) menyatakan bahwa
informasi adalah sekumpulan fakta (data) dan diatur dalam beberapa
aturan sehingga mempunyai arti bagi penggunanya.
2.1.3 Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2003, p7) sistem informasi merupakan
kombinasi teratur apa pun dari orang-orang, hardware, software, jaringan
komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Dan menurut Turban, Rainer, Potter (2001, p17) menjelaskan
bahwa sebuah sistem informasi dapat mengumpulkan, memproses,
menyimpan, menganalisa dan mendiserminasi informasi untuk tujua
tertentu.
2.1.4 Teknologi Informasi
Menurut Alter (1999, p42), teknologi informasi adalah perangkat
keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh sistem informasi.
7
Sedangkan menurut Ward dan Peppard (2002, p3) menyatakan
bahwa teknologi informasi secara khusus ditujukan untuk teknologi,
khususnya hardware, software dan jaringan telekomunikasi. Teknologi
informasi memfasilitasi perolehan, pemrosesan, penyimpanan, pengiriman,
dan pembagian informasi dan isi digital lainnya.
2.1.5 Investasi Teknologi Informasi
Menurut Reily (1986, p708) investasi adalah komitmen pendanaan
untuk periode waktu tertentu yang akan memberikan hasil sebagai
kompensasi bagi investor selama selang waktu tersebut, tingkat inflasi
selama periode waktu tersebut dan resiko yang termasuk di dalamnya.
Sedangkan pada (http://id.wikipedia.org/wiki/Investasi)
menyatakan bahwa investasi adalah suatu istilah dengan beberapa
pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah
tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu
harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Terkadang investasi
disebut juga sebagai penanaman modal.
Menurut Siswanto (1993, p1), investasi merupakan usaha
menanamkan faktor-faktor produksi langka dalam proyek tertentu. Proyek
itu sendiri dapat bersifat baru sama sekali, atau perluasan proyek yang ada.
Tujuan utama dari investasi adalah memperoleh berbagai macam manfaat
yang cukup layak dikemudian hari dan manfaat tadi dapat berupa imbalan
keuangan misalnya laba, manfaat non keuangan atau kombinasi dari
keduanya.
8
Investasi (http://www.rms.net) adalah biaya yang jarang terjadi
(misalnya mendirikan gedung), dan menawarkan manfaat jangka panjang
(misalnya menigkatkan kepuasan pelanggan). Investasi teknologi
informasi adalah perangkat keras dan piranti lunak yang digunakan oleh
sebuah organisasi untuk menyelesaikan fungsi bisnis terlepas dari
teknologi yang dilibatkan baik itu komputer, telekomunikasi, ataupun lain-
lainnya.
Suatu investasi teknologi informasi (TI) merupakan pengeluaran
yang dilakukan organisasi yang berupa pengeluaran untuk telekomunikasi
dan jaringan, sistem operasi dan software baru, dukungan lanjut dam
operasi terhadap infrastruktur pusat data (data centers) yang tersedia, yang
secara langsung mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai
peningkatan performa misi, pengambilan keputusan manajemen dan
efisiensi operasional.
Secara umum investasi teknologi informasi bermanfaat untuk
menekan biaya-biaya operasi perusahaan, meningkatkan produktivitas dan
menyelesaikan masalah bisnis yang spesifik.
Untuk menjustifikasi investasi TI yang akan dibuat, salah satu
pendekatan yang umum adalah mengadopsi langkah logis dalam kerangka
yang berulang, yang sering dikatakan sebagai metodologi valuasi.
Pendekatan-pendekatan valuasi tersebut dapat dilihat dalam kerangka
Justification Options dan Merits yang ditawarkan oleh Garner serta
klasifikasi metodologi valuasi TI yang tersedia (Ipung, 2004, p170).
9
2.2 Teori Khusus
Teori berikut merupakan teori pendukung dari berbagai sumber yang
menjadi landasan analisa.
2.2.1 Information Economics
Menurut Parker (1988, p101) information economic digunakan
untuk menganalisis biaya dan manfaat, meng-kuantifikasi biaya proyek
teknologi informasi (TI) yang hasilnya diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada perusahaan. Dasar dari information economic adalah nilai
(value) yang dapat dikatakan sebagai suatu ukuran dan biaya (cost) yang
dikeluarkan oleh perusahaan, yang dikaitkan dengan kemajuan bisnis
perusahaan.
Menurut Parker (1988, p102) terdapat tiga komponen utama untuk
menghitung score suatu proyek investasi, yaitu:
1. Perhitungan ROI (Return on Investment)
2. Penilaian pada domain bisnis
3. Penilaian pada domain teknologi
Gambar 2.1 Perhitungan Skor Proyek
Weight simple ROI merupakan justifikasi finansial yang
menggunakan ketiga lembar kerja yang diselesaikan sebelumnya. Ada
lima variabel yang dipertimbangkan menurut Parker (1988, p102). Di
10
dalam bukunya dia mempertimbangkan dalam kalkulasi simple ROI,
yaitu traditional cost benefit, value linking, value acceleration, value
restructuring, dan innovation valuation. Traditional cost benefit adalah
mutlak dilakukan sedangkan keempat factor lainnya tergantung dari
sifat teknologi informasi yang diimplementasikan.
Gambar 2.2 Perhitungan Simple ROI
Untuk mendapatkan skor domain bisnis dan domain teknologi
terdapat variabel yang perlu dibobot, dievaluasi dan diformulasikan
melalui beberapa lembar kuesioner maupun tanya jawab langsung.
Tabel 2.1 Variabel Pembobotan Domain
Category Business Domain Technology Domain
Strategic Value - Strategic Match
- Competitive Advantage
- Competitive Response
- Management Information
Strategic IS Architecture
Organizational Risk and
Uncertainty
Project or Organization Risk - Definitional
Uncertainty
- Technical Uncertainty
- IS Infrastructure Risk
2.2.2 Nilai
Menurut Parker (1988, P64) nilai didasarkan pada keuntungan yang
diperoleh dari persaingan, dicerminkan dalam kinerja masa sekarang dan
masa yang akan datang. Dimana akan menambah keuntungan yang
11
melebihi para pesaing dan nilai tersebut akan membuat pihak manajemen
bersedia melakukan investasi.
Nilai (value) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori
yang terdiri dari Return On Investment, Strategic Match, Competitive
Advantage, Management Information Support, Competitive Response dan
Strategic IS Architecture.
2.2.3 Biaya
Menurut Parker (1988, p90) biaya merupakan suatu pengukuran
atas sejumlah sumber daya yang diperlukan dalam menghasilkan produk.
Biaya dinyatakan berdasarkan ukuran mata uang, misalnya saja
rupiah. Terdapat dua macam biaya pada Information Economic, yaitu
biaya pengembangan dan biaya berjalan. Biaya pemeliharaan termasuk
dalam biaya berjalan.
2.2.4 Manfaat
Remenyi (1995, p40) berpendapat bahwa manfaat teknologi
informasi merupakan suatu keuntungan yang diperoleh perusahaan yang
bersedia membayar atas penggunaan TI tersebut.
Remenyi (1995, p41) juga berpendapat bahwa manfaat teknologi
informasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu tangible benefit, intangible
benefit.
Tangible benefit merupakan manfaat yang langsung mempengaruhi tingkat
keuntungan perusahaan, sedangkan intangible benefit merupakan manfaat
12
yang kelihatannya mempunyai pengaruh positif terhadap perusahaan
tetapi tidak secara langsung mempengaruhi keuntungan perusahaan.
Kedua jenis manfaat tersebut diklasifikasikan lebih lanjut oleh
Remenyi (1995, p42) ke dalam IT Benefit Matrix. Kemudian klasifikasi
tersebut mengembangkan dua jenis manfaat di atas menjadi empat jenis
manfaat, yaitu :
1. Tangible Measureable merupakan manfaat yng membawa dampak
langsung terhadap keuntungan perusahaan dan dampak tersebut dapat
diukur secara objektif.
2. Tangible Unmeasureable merupakan manfaat yang membawa dampak
langsung terhadap keuntungan perusahaan tetapi sulit untuk langsung
diukur.
3. Intangible Measureable merupakan manfaat yang tidak membawa
dampak langsung terhadap keuntungan perusahaan, tetapi manfaat
tersebut dapat diukur.
4. Intangible Unmeasureable merupakan manfaat yang tidak membawa
dampak langsung terhadap keuntungan perusahaan, dan manfaat
tersebut sulit diukur.
Sedangkan menurut Parker (1998, p92) terdapat tiga jenis manfaat,
yaitu tangible benefit, quasi tangible benefit yang berfokus pada
peningkatan efisiensi organisasi, dan intangible benefit yang berfokus pada
peningkatan efektivitas organisasi.
1. Tangible benefit, merupakan keuntungan nyata dan dapat
dikalkulasikan secara keuangan (lebih mengarah kepada bisnis).
13
2. Quasi tangible benefit, merupakan keuntungan yang mengacu pada
peningkatan efisiensi proses kerja yang sudah diterapkan dalam
perusahaan.
3. Intangible benefit, merupakan keuntungan yang mengacu pada
efektivitas proses kerja yang sudah diterapkan dalam perusahaan.
2.2.5 Value Chain
Menurut Indrajit (2004, p8) yang didasarkan pada referensi M.
Porter menjelaskan bahwa value chain merupakan suatu rangkaian proses
di dalam perusahaan yang terkait langsung dengan penciptaan nilai bagi
kebutuhan pelanggan, dimana nilai yang dimaksud biasanya
direpresentasikan langsung dalam bentuk produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan tersebut.
Value chain secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama adalah
bagian yang dapat memenuhi aturan dari value chain itu sendiri dan
meningkatkan kepuasan pelanggan, yang akan berdampak langsung
kepada aktivitas yang berhubungan.
Adapun aktivitas utama ini terdiri dari :
1. Inbound Logistic : Penerimaan, penyimpanan, mendapatkan, dan
menentukan input dan sumber daya dengan kualitas dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan bisnis. Hal ini mungkin meliputi
perekrutan staff yang baik, pembelian material, komponen dan jasa.
14
2. Operation : melakukan perubahan dari input menjadi produk dan jasa
yang dibutuhkan oleh konsumen.
3. Outbound Logistic : mendistribusikan produk ke konsumen baik
secara langsung atau melalui perantara jalur distribusi.
4. Sales and Marketing : menentukan cara bagaimana agar konsumen
peduli terhadap produk dan jasa serta menerimanya, termasuk
bagaimana caranya membujuk mereka untuk membeli dan
menggunakan produk dan jasa.
5. Services : menambahkan nilai dengan memastikan konsumen
mendapatkan keuntungan atau nilai dari produk yang dibelinya secara
penuh.
Sedangkan aktivitas pendukung merupakan bagian yang
memungkinkan untuk mengontrol dan mengembangkan bisnis sepanjang
waktu dan menambah nilai secara tidak langsung. Adapun aktivitas
pendukung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
1. Infrastructure : seperti bangunan fisik, fasilitas, dan legal.
2. Human Resource Management : terdiri dari karyawan atau personel,
proses perekrutan, training, dan payroll.
3. Product and Technology Development : melakukan riset dan
pengembangan, serta mendesain produk dan prosesnya.
4. Procurement : melakukan pembelian dan pendanaan untuk
kebutuhan aktivitas bisnis.
15
Gambar 2.3 Value Chain
2.2.6 Analisis 5 Daya Porter (5 Forces Model)
Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan sebuah
perusahaan. Salah satu framework yang digunakan untuk menganalisis
persaingan adalah Porter’s competitive forces model. Model ini digunakan
untuk mengembangkan strategi perusahaan guna meningkatkan kekuatan
bersaing perusahaan. Menurut Porter ada 5 kekuatan yang dapat
membahayakan posisi perusahaan di lingkungan industrinya, yaitu :
1. Ancaman dari pendatang baru : pendatang baru dapat menjadi ancaman
karena hambatan-hambatan untuk masuk ke lingkungan industri masih
rendah.
2. Kekuatan menawar dari pemasok : semakin sedikit pemasok maka
pemasok semakin mempunyai kekuatan untuk memberikan penawaran
sehingga pemasok mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
3. Ancaman barang pengganti : barang pengganti tidak hanya sebagai
pengganti dari produk tetapi dapat menjadi alternatif bagi pembeli
16
untuk membelanjakan uang mereka. Sebagai contoh : seseorang
biasanya memilih berlibur dibandingkan membeli barang mewah,
demikian juga sebaliknya.
4. Kekuatan menawar dari pembeli : dengan adanya perusahaan yang
sejenis dan barang pengganti maka kekuatan dari pembeli semakin
besar dimana pembeli dapat mempertimbangkan barang yang ingin
dibeli.
Gambar 2.4 5 Daya Porter
2.2.7 Analisis SWOT
Freddy Rangkuti (2006, p18-19) berpendapat bawah analisis
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan
ancaman (Threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan
dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.
17
Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus
menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut
dengan Analisa Situasi. Model yang paling popular untuk saat ini adalah
Analisis SWOT. Sebuah analisis yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan internal dan kecenderungan lingkungan perusahaan. Yang
dimaksud dengan kemampuan internal perusahaan yaitu kekuatan dan
kelemahan sedangkan kecenderungan lingkungan perusahaan yaitu
peluang dan ancaman.
• Strength (Kekuatan)
Suatu keunggulan sumber daya yang relatif terhadap pesaing dan
kebutuhan dari pasar yang dilayani atau hendak dilayani oleh perusahaan
kekuasaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan
pesaing.
• Weakness (Kelemahan)
Keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, ketrampilan dan
kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif perusahaan.
Keterbatasan dalam fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan
manajemen, ketrampilan pemasaran merupakan sumber dari kelemahan.
• Opportunity (Peluang)
Adalah suatu daerah kebutuhan pribadi dimana perusahaan dapat
beroperasi secara menguntungkan dan untuk merebut lebih banyak
konsumen dibandingkan dengan para pesaing.
18
• Threat (Ancaman)
Tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan dari
para pesaing dalam merebut konsumen.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang
dan Ancaman dengan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan. Di bawah
ini merupakan gambar diagram SWOT yang mengilustrasikan bagaimana
analisis SWOT digunakan untuk menganalisa strategi menurut Rangkuti
(2006, p19).
Gambar 2.5 Analisis SWOT
Dari Gambar 2.5 , dapat dijelaskan bahwa kuadran satu merupakan
situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang
dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).
Pada kuadran dua meskipun menghadapi berbagai ancaman,
perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang
19
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/jasa).
Di kuadran ke tiga, menggambarkan bahwa perusahaan
menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di pihak lain, ia
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Dan pada kuadran empat, merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
2.2.8 Matriks SWOT
Menurut David (2006, p248-292), matriks SWOT merupakan alat
untuk mencocokkan yang penting yang membantu manajer
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (strength-opportunity), WO
(weakness-opportunity), ST (strength-threat), WT (weakness-threat).
1. Strategi SO
Menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Semua manajer akan lebih suka bila
perusahaan mereka berada pada posisi dimana kekuatan internal dapat
memanfaatkan tren dan kejadian eksternal. Ketika suatu perusahaan
memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan
menjadikannya kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi
20
ancaman utama, ia akan berusaha menghindarinya untuk
berkonsentrasi pada peluang.
2. Strategi WO
Bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang terdapat pelian
eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang
menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut.
3. Strategi ST
Menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa
organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan
eksternalnya secara langsung.
4. Strategi WT
Merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah
perusahaan menghadapi berbagai ancaman internal dan kelemahan
eksternal akan berada pada posisi yang tidak aman.
21
Tabel 2.2 Matriks SWOT
STRENGTH (S)
Faktor kekuatan internal
WEAKNESS (W)
Faktor kelemahan
internal
OPPORTUNITY (O)
Faktor peluang eksternal
Strategi SO
Menciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
THREAT (T)
Faktor ancaman
eksternal
Strategi ST
Menciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Strategi WT
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
2.2.9 Analisis Domain Bisnis dan Domain Teknologi
Perusahaan digambarkan dalam dua bagian yaitu : aktivitas bisnis
dan aktivitas pendukung teknologi. Domain saat ini digunakan untuk
mengkarakterisasikan dua aktivitas yang berbeda. Tujuan dari pembagian
ini untuk menekankan peran yang berbeda dari manajemen dan
perencanaan dalam bisnis dan teknologi. Domain bisnis adalah pengguna
(user) dari teknologi informasi. Domain teknologi adalah penyedia layanan
teknologi informasi.
Penyedia layanan bisa dari departemen SI atau spesialis teknikal di
dalam organisasi bisnis yang bertanggung jawab termasuk personal
computing. Di dalam domain bisnis, kegunaan dari sistem komputer untuk
menyimpan dan mengatur data personal dapat membuat beberapa
tanggung jawab manajemen domain teknologi, seperti : desain sistem,
IFAS
EFAS
22
pengembangan software, pengaturan data yang berlebihan, keamanan dari
informasi, dan wewenang untuk staf agar mendapatkan dan menggunakan
informasi di dalam sistem.
Tanggung jawab manajemen domain teknologi yang ada apakah
komputer dilokasikan dalam departemen manajemen terpusat atau dalam
kantor manajer bisnis. Tanggung jawab ini sangat berbeda dari tanggung
jawab manajer bisnis yang memberikan peningkatan untuk penggunaan
data. Ini adalah perbedaan dari tanggung jawab dan kenyataan bahwa
domain bisnis menggunakan TI untuk membuat tanggung jawab di dalam
domain teknologi.
Analisa Domain Bisnis dan Domain Teknologi merupakan model
yang menekankan perbedaan biaya (cost) dan nilai (value) dalam dua
domain. Dari perspektif domain bisnis, value diciptakan dengan
penggunaan teknologi informasi untuk menghasilkan pendapatan,
mengurangi biaya, meningkatkan keefektifan. Dari perspektif domain
teknologi, value merupakan investasi pada domain teknologi yang
dibutuhkan untuk menciptakan layanan.
Biaya dalam domain bisnis didefinisikan sebagai pembayaran
untuk penggunaan sumber daya teknologi yang diaplikasikan untuk
memproduksi value, termasuk resiko. Biaya yang dimaksud dalam domain
bisnis adalah biaya atas sumber daya proyek yang digunakan bersama
dengan proyek lainnya (shared resource), misalnya penggunaan
jaringan komunikasi data atau komputer main-frame. Sedangkan biaya
dalam domain teknologi didefinisikan sebagai biaya atas penggunaan
23
sumber daya sebenarnya yang digunakan langsung untuk layanan ke
domain bisnis, termasuk resiko.
Gambar 2.6 Analisis Dua Domain
2.2.9.1 Domain Bisnis
Domain Bisnis adalah variabel yang ditambahkan dalam
menghitung nilai total dari sebuah proyek TI dalam membuat
ranking keseluruhan dari proyek menjadi lebih realistis.
Variabel ini ditambahkan untuk menghitung faktor-faktor yang
tidak dapat secara langsung dihitung oleh ROI sederhana
dengan kata lain untuk menghitung manfaat-manfaat yang bersifat
intangible. Disamping domain bisnis masih ada domain
teknologi yang akan dibahas berikutnya.
24
Menurut Parker (1988 , p144) faktor-faktor unik dalam
domain bisnis antara lain :
1. Strategic Match (SM)
SM menfokuskan diri pada keterkaitan antara TI
dalam pencapaian tujuan startegis perusahaan. Nilai ini
menyediakan sebuah jalan dalam meningkatkan nilai atau
skor dari aplikasi inovatif yang menjadi pendukung langsung
dalam pencapaian tujuan bisnis.
2. Competitive Advantage (CA)
CA termasuk strategi utama yang diikuti oleh
bisnis dan termasuk sebuah implementasi dari cost
leadership, differentiation atau fokus. Gradasi penilaian
sangat berbeda untuk setiap tipe strategi.
3. Competitive Response (CR)
CR mengukur tingkat dimana kegagalan sistem dapat
menyebabkan ancaman persaingan bagi perusahaan. Hal ini
dapat muncul dikarenakan pesaing telah lebih dulu
menyediakan pelayanan, produk, pertukaran data, kapasitas
yang dibutuhkan oleh industri, serta beberapa otoritas
dalam menjalankan sistem sebagai kondisi dari jalannya
suatu aktivitas bisnis.
25
4. Management Information (MI)
MI berfokus pada seberapa jauh proyek TI atau
SIM akan menyediakan informasi manajemen kepada
kegiatan inti perusahaan atau Line of Business perusahaan.
(Management Information Support of Core
Activities/MISCA). Penilaian (skor) dalam kategori ini
tergantung dari derajat dimana inisiatif dalam menyediakan
informasi manajemen yang mengijinkan pembuat keputusan
untuk memperkirakan operasi dan untuk membuat mereka
menjadi lebih efektif, dan menguntungkan bagi perusahaan
secara materiil.
5. Project Or Organizational Risk (OR)
OR berfokus pada tingkat dimana organisasi mampu
membawa perubahan yang dibutuhkan oleh proyek. Evaluasi
berfokus pada pemakai (user) atau domain bisnis organisasi,
bukan pada organisasi teknikal. Komponen dari kapasitas
organisasi meliputi dukungan manajemen untuk berubah,
kedewasaan dalam komputerisasi di dalam organisasi,
penilaian realistis atas tugas-tugas yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek melalui pemahaman atas proses dan
fungsi bisnis yang penting.
26
2.2.9.2 Domain Teknologi
Variabel yang terdapat pada domain teknologi lebih
membahas pada resiko dan keuntungan yang ditimbulkan dari
penggunaan teknologi pada sebuah proyek.
Menurut Parker (1996, p324) terdapat empat variabel
dalam domain teknologi yang digunakan untuk menghitung
manfaat-manfaat maupun resiko yang bersifat intangible yaitu :
1. Strategic IS Architecture (SA)
SA mengevaluasi tingkat dimana proyek itu sesuai
dengan keseluruhan strategi sistem informasi. Kesesuaian ini
direfleksikan dalam perencanaan TI (blueprint). Hasil
blueprint alam proses pengembangan sistem diperlukan
untuk menyelesaikan rencana yang telah ditetapkan.
Blueprint menjelaskan urutan proyek-proyek yang diperlukan
untuk mengimplementasikan rencana. Suatu implementasi TI
yang baik harus mampu menunjang strategi sistem informasi
secara keseluruhan untuk merefleksikan rencana TI yang
sudah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Definitional Uncertainty (DU)
DU menilai tingkat dimana kebutuhan dan/atau
spesifikasi yang telah diketahui serta menilai kompleksitas
dari area dan kemungkinan perubahan yang tidak rutin.
Semakin besar angka negatifnya, maka definitional
27
uncertainty semakin tinggi. Nilai DU memberikan
kesempatan bagi domain teknologi untuk menunjukkan
resiko yang terkait dengan proyek yang berhubungan
dengan kebutuhan, spesifikasi dan perubahan. DU berfokus
pada resiko yang mungkin timbul akibat adanya
ketidakpastian akan kebutuhan. DU mendefinisikan
ketidakpastian yang membebani spesifikasi dari tujuan
perusahaan (user atau bisnis) yang dikomunikasikan pada
staff proyek TI. Ketika user tidak dapat mendeskripsikan
masalah secara baik, atau masalah terus berubah secara
konstan, kelompok TI ditekan untuk menjawab dengan
jawaban yang benar dan layak. Jika kebutuhan sudah
ditetapkan dengan tepat tanpa terjadi perubahan lagi, maka
akan lebih mudah bagi staff TI untuk menyediakan sistem
yang sesuai dengan kebutuhan para user.
3. Technical Uncertainty (TU)
Technical Uncertainty menilai kesiapan domain
teknologi untuk menjalankan proyek. Ada empat penilaian
yang meliputi Technical Uncertainty, yaitu kemampuan yang
dibutuhkan, ketergantungan perangkat keras, ketergantungan
perangkat lunak dan aplikasi perangkat lunak. Tujuan dari
penilaian ini adalah untuk mengetahui resiko dan menekankan
pada kesiapan dan persiapan yang dibutuhkan untuk
28
kesuksesan proyek. Semakin besar angka negatifnya maka
technical uncertainty semakin tinggi.
4. IS Infrastructure Risk (IR)
IR menilai tingkat investasi non proyek yang perlu
segera dilakukan untuk mengakomodasi proyek. Hal ini
merupakan sebuah penilaian lingkungan yang meliputi
faktor-faktor seperti administrasi data (seperti kebutuhan
kamus data), komunikasi (seperti adanya bentuk komunikasi
yang baru), dan sistem yang tersebar (seperti kebutuhan
metode akses data yang baru). Penekanannya pada organisasi
SI yang meliputi hardware, software dan staff, dimana
investasi ini dibutuhkan untuk mengakomodasi proyek
yang ingin ditetapkan.
2.2.10 Lembar Kerja Untuk Menghitung ROI
Menurut Parker (1988, p95), untuk menghitung nilai pengembalian
suatu investasi dapat menggunakan tiga macam lembar kerja, yaitu :
2.2.10.1 Development Cost Worksheet
Lembar kerja ini mencakup lima kategori utama yaitu:
1. Development effort (usaha pengembangan), mencakup biaya
peningkatan sistem dan pemrograman, biaya peningkatan
adanya tambahan karyawan, seperti administrasi data.
29
2. New hardware, mencakup biaya-biaya tambahan untuk
berbagai peralatan, misalnya terminal, printer, monitor,
jaringan komunikasi, dan sebagainya.
3. New purchased software, mencakup semua biaya yang
berkaitan dengan adanya software baru dalam perusahaan.
4. User training, mencakup keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk memberikan pelatihan bagi karyawan dengan adanya
suatu sistem baru.
5. Other Cost, mencakup semua biaya yang dikeluarkan,
termasuk juga di dalamnya sistem pengujian sistem baru pada
saat diimplementasi.
Gambar 2.7 Lembar Kerja Biaya Pengembangan
30
2.2.10.2 Ongoing Expense Worksheet
Menurut Parker (1998, p95), lembar biaya kerja saat ini
mencakup enam kategori, yaitu:
1. Application software maintenance (pemeliharaan aplikasi
software).
2. Incremental data storage expense (peningkatan biaya
penyimpanan data).
3. Incremental Communication (peningkatan biaya komunikasi).
4. New software and hardware lease (peningkatan perangkat
lunak dan keras yang baru).
5. Supplies (perlengkapan).
6. Other (lainnya).
Gambar 2.8 Lembar Kerja Biaya Saat Ini
31
2.2.10.3 Economic Impact Worksheet
Menurut Parker (1988, p97) dalam lembar kerja ini berisi
ringkasan dampak ekonomis dari proyek teknologi informasi.
Skor (nilai) diperoleh dari adanya hubungan garis lurus untuk
menghitung Return On Investment (ROI) dari periode aliran kas
bersih selama masa waktu lima tahun. Bagian-bagian utama dari
lembar kerja ini adalah investasi bersih yang dibutuhkan (net
investment required) yang diambil langsung dari lembar kerja
pengembangan. Arus kas tahunan (yearly cash flow) didapat dari
manfaat ekonomis bersih (net economic impact) ditambah dengan
pengurangan biaya operasi (operating cost reduction)
menghasilkan pendapatan yang belum kena pajak (pre tax
income), kemudian dikurangi lagi dengan yang sedang berjalan.
Simple Return On Investment (ROI) dikalkulasi rata-rata lima
tahun arus kas bersih yang dibagi dengan investasi bersih. Setelah
simple ROI didapat, maka dampak ekonomis dapat ditentukan.
32
Berikut ini adalah contoh lembar kerja dampak ekonomis
menurut Parker (1988, p97) :
Gambar 2.9 Lembar Kerja Dampak Ekonomis
2.2.11 Cost Benefit Analysis
Cost Benefit Analysis / Analisa Biaya Manfaat merupakan teknik
yang paling umum digunakan untuk mengkuantifikasi biaya dan manfaat
suatu proyek TI. Untuk melakukan analisa biaya manfaat, kita harus
terlebih dahulu menentukan biaya dan manfaat yang layak untuk
diperhitungkan, bagaimana biaya dan manfaat dibobot, dan untuk
mencapai itu semua, hambatan apa saja yang kiranya dapat muncul. Biaya
adalah sejumlah sumber daya yang dikeluarkan atau dihabiskan untuk
33
membiayai proyek yang dibangun. Sedangkan manfaat lebih berupa suatu
bentuk penghematan, pengurangan biaya, perolehan keuntungan,
peningkatan efektivitas atau produktivitas kerja para karyawan.
Biaya-biaya akan dihitung dengan menggunakan lembar kerja
biaya pengembangan dan lembar kerja biaya berjalan. Sedangkan manfaat
akan dihitung dengan menggunakan teknik-teknik value linking, value
acceleration dan value restructuring, serta innovation valuation.
Setelah menentukan manfaat yang diharapkan dan biaya
implementasi proyek, hubungan manfaat tersebut terhadap biaya perlu
didefinisikan (Parker et al., 1988, pp93-94). Ada beberapa pendekatan
yang digunakan untuk mengembangkan hubungan antara biaya dan
manfaat, di antaranya:
1. Simple Return on Investment (ROI)
Teknik ini juga disebut accounting rate of return. Simple ROI adalah
rasio pendapatan bersih rata-rata proyek terhadap investasi internal
proyek itu. Metode ini sangat baik untuk proyek pemrosesan data atau
sistem informasi. Biaya implementasi dan operasional serta manfaat
yang diharapkan akan ditentukan untuk tahun-tahun mendatang. Titik
tengah manfaat akumulatif melebihi akumulatif biaya adalah titik di
mana ROI didapatkan.
2. Net Present Value (NPV)
Metode ini menggunakan discount rate yang ditentukan dari biaya
modal perusahaan untuk membuat nilai uang dari proyek.
Discount rate kemudian digunakan untuk menyajikan nilai dari
34
manfaat yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan, dan digunakan
untuk merefleksikan kriteria lain yang dibuat oleh perusahaan
seperti penyesuaian kompensasi bagi resiko yang dapat dilihat.
Menurut Sutojo (2000, p117), nilai saat ini sejumlah uang,
keuntungan atau net cash flow yang akan diterima pada masa yang
akan datang, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus present
value yang berikut :
PV = FV/(1+r)n
Dimana PV adalah simbol nilai saat ini (present value) yang
dicari, FV adalah simbol nilai uang, keuntungan atau net cash flow
yang akan diterima pada masa yang akan datang, r adalah simbol masa
(tahun) uang, keuntungan atau net cash flow itu akan diterima.
Sebagai catatan dikatakan, dalam istilah manajemen keuangan suku
bunga yang dipergunakan untuk mendiskonto nilai uang pada
masa yang akan datang, agar ditemukan present value-nya, disebut
tingkat pendiskonto (discount rate atau discount factor).
Present value uang, keuntungan atau net cash flow, yang dinyatakan
dalam satuan,
1/(1+r)n
Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa net present value (NPV) adalah
selisih antara nilai saat ini (present value) seluruh net cash flow
tahunan yang akan diterima investor selama umur ekonomis proyek,
dan nilai (anggaran) investasi proyek. Dalam studi kelayakan
35
proyek, yang dimaksud dengan nilai saat ini, adalah nilai pada saat
proyek selesai dibangun.
Sebagai pedoman umum dikatakan apabila net present value proyek
positif, ditinjau dari segi profitabilitas, proyek yang direncanakan akan
dibangun cukup layak. Sebaliknya apabila net present value negatif,
rencana investasi proyek yang bersangkutan tidak layak.
Net present value dapat dihitung dengan mempergunakan rumus
persamaan matematis yang berikut:
NPV = CFI1/(1+r)1 + CFI2/(1+r)2 + … + CFIn/(1+r)n - Io
Dimana NPV adalah simbol net present valus proyek yang dicari,
CFI adalah simbol net cash flow tahunan dari tahun ke satu sampai
tahun ke-n, Io adalah simbol jumlah investasi yang telah tertanam
dalam proyek, r adalah simbol discount rate yang dipergunakan
untuk mencari present value. Dalam praktek sehari-hari discount rate
yang dipergunakan adalah biaya modal (cost of capital) yang berlaku
di pasar uang, misalnya suku bunga deposito, atau suku bunga kredit
yang harus dibayar investor.
3. Discounted Rate of Return (IRR)
IRR disebut juga dengan metode Discounted Cash Flow atau
Internal Rate of Return, yang biasa digunakan dalam teknik analitikal.
Menurut Sutojo (2000, p120), Internal Rate of Return (IRR) adalah
cara mengevaluasi profitabilitas rencana investasi proyek kedua, yang
mempergunakan nilai waktu uang. Internal Rate of Return (IRR)
adalah discount rate yang apabila dipergunakan untuk mendiskonto net
36
cash flows dan salvage value, akan menghasilkan jumlah present
value yang sama dengan jumlah investasi proyek. Internal Rate of
Return (IRR) merupakan tingkat keuntungan senyatanya yang akan
diperoleh investor dari investasi proyek mereka.Persentase Internal
Rate of Return (IRR) dapat dihitung dengan mempergunakan rumus
yang berikut.
CFI1/(1+r)1 + CFI2/(1+r)2 + … + CFIn/(1+r)n = Io
Persentase IRR dapat dicari secara coba-coba, mempergunakan
kalkulator yang sudah diprogram atau dengan personal komputer yang
telah diprogram untuk tujuan tersebut.
4. Profitability Index (PI)
Metode ini disebut juga dengan present value index. Profitability index
menciptakan sebuah rasio, yang hasilnya didapatkan dari pembagian
antara nilai waktu sekarang penerimaan kas dengan nilai waktu
sekarang pengeluaran kas. Tingkat diskonto lalu digunakan untuk
menetapkan nilai waktu sekarang untuk penerimaan dan pengeluaran
kas. Metode ini jarang dipakai, lebih umum menggunakan NPV dan
IRR.
5. Payback Period
Metode ini paling umum digunakan dalam perhitungan suatu proyek
tetapi secara teknis tidak cukup. Payback period menentukan jumlah
waktu yang diperlukan bagi penerimaan kas kumulatif untuk menutupi
investasi awal.
37
2.2.12 Value Linking and Value Acceleration
Parker (1988, p111) menyatakan bahwa “Value linking is used to
evaluate financially the combined effects of improving performance of a
function And any consequential results from a separate function.” Definisi
tersebut diterjemahkan: efek dari perubahan performa sebuah fungsi atau
proses yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Nilai
tersebut tidak tergantung oleh waktu. Menurut Richardus Eko (2004, p66),
Value Linking merupakan manfaat yang diperoleh yang berupa
peningkatan kinerja satu atau sejumlah fungsi bisnis atau organisasi karena
adanya implementasi teknologi informasi.
Ward (2002, p424) mendefenisikan value acceleration sebagai “A
value which consider time dependence of benefits and costs in order
departments of system improvements.” Definisi tersebut diterjemahkan
sebagai nilai yang sangat bergantung pada satuan waktu untuk pengukuran
biaya dan manfaat pada departemen-departemen lain karena adanya
perubahan atau pengembangan sistem.
2.2.13 Value Restructuring
Value Restructuring mengevaluasi nilai yang berhubungan dengan
restrukturisasi sebuah tugas atau fungsi sebuah departemen (Parker, 1988,
p122-123). Value restructuring mengukur peningkatan produktifitas yang
dihasilkan dari perubahan organisasi. Value restructuring berkaitan dengan
dampak teknologi informasi untuk menghasilkan pengukuran melalui
peningkatan produktivitas.
38
2.2.14 Innovation Valuation
Inovasi menciptakan fungsi baru bersamaan dengan domain
bisnis, sehingga merubah cara perusahaan dalam mengendalikan bisnis
mereka. Teknik penilaian inovasi ini diaplikasikan ketika masalah
keuangan berubah dari cara pengukuran biasa ke cara alternatif
pengukuran yang lain. Teknik ini berguna untuk aplikasi TI yang baru dan
belum pernah terjadi sebelumnya. Teknik ini mempertimbangkan nilai
dalam memperoleh atau mempertahankan sisi kompetitif, resiko, dan
biaya dalam penerapan aplikasi yang pertama kalinya, serta resiko dan
biaya kegagalan atau kesuksesan (Parker, 1988, p134).
2.2.15 Information Economics Scorecard
Langkah terakhir dari kerangka kerja Information Economics
adalah memasukkan semua skor pembobotan dari perhitungan Simple
ROI, penilaian faktor domain bisnis dan domain teknologi ke dalam
scorecard (lembar penilaian). Proyek dapat diurutkan berdasarkan
nilainya, menyediakan penilaian yang seimbang dari nilai ekonomis
yang sebenarnya untuk perusahaan. Ini menyediakan ukuran untuk
membangun sebuah prioritas investasi yang logis untuk sistem
informasi, MIS, dan perusahaan. (Parker, 1988, p145).
39
Berikut adalah contoh dari Scorecard :
Gambar 2.10 Lembar Kerja Information Economics