bab 2 landasan teori 2.1 teori umum 2.1.1...

16
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut Romney & Steinbart (2015), sistem merupakan rangkaian yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling terhubung dan terinteraksi satu sama lain untuk tercapainya suatu tujuan dimana sistem umumnya dibagi dalam subsistem yang lebih kecil dan mendukung sistem yang lebih besar. Menurut Mulyadi (2016), sistem merupakan jaringan prosedur yang dibuat sesuai dengan pola yang terpadu agar bisa melakukan kegiatan pokok suatu perusahaan. 2.1.2 Informasi Menurut Rommey & Steinbart (2015), informasi merupakan data yang telah diolah dan di proses sehingga dapat memberikan solusi dan memperbaiki peoses pengambilan keputusan. Menurut Krismaji (2015), informasi merupakan data yang telah terorganisir dan menghasilkan suatu nilai guna dan manfaat. 2.1.3 Sistem Informasi Menurut Krismaji (2015), sistem informasi merupakan cara-cara yang telah terorganisir untuk mengumpulkan, memasukkan, dan megolah data serta menyimpan data tersebut, dan cara-cara yang diorganisir untuk menyimpan, menegelola, mengendalikan, dan melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang telah diterapkan. Menurut Laudon (2014), sistem informasi merupakan suatu rangkaian yang setiap komponennya saling terkait yang mengumpulkan (dan mengambil kembali), memproses, menyimpan dan mendistibusikan informasi, agar dapat mendukung suatu penentuan keputusan dalam mengendalikan perusahaan. Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012), sistem informasi merupakan sekumpulan dari komponen yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan proses bisnis serta aplikasi kemudian digunakan melalui perangkat lunak, database dan bahkan proses manual yang terkait.

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Sistem

Menurut Romney & Steinbart (2015), sistem merupakan rangkaian yang terdiri dari

dua atau lebih komponen yang saling terhubung dan terinteraksi satu sama lain untuk

tercapainya suatu tujuan dimana sistem umumnya dibagi dalam subsistem yang lebih kecil

dan mendukung sistem yang lebih besar. Menurut Mulyadi (2016), sistem merupakan

jaringan prosedur yang dibuat sesuai dengan pola yang terpadu agar bisa melakukan kegiatan

pokok suatu perusahaan.

2.1.2 Informasi

Menurut Rommey & Steinbart (2015), informasi merupakan data yang telah diolah

dan di proses sehingga dapat memberikan solusi dan memperbaiki peoses pengambilan

keputusan. Menurut Krismaji (2015), informasi merupakan data yang telah terorganisir dan

menghasilkan suatu nilai guna dan manfaat.

2.1.3 Sistem Informasi

Menurut Krismaji (2015), sistem informasi merupakan cara-cara yang telah

terorganisir untuk mengumpulkan, memasukkan, dan megolah data serta menyimpan data

tersebut, dan cara-cara yang diorganisir untuk menyimpan, menegelola, mengendalikan, dan

melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan

yang telah diterapkan.

Menurut Laudon (2014), sistem informasi merupakan suatu rangkaian yang setiap

komponennya saling terkait yang mengumpulkan (dan mengambil kembali), memproses,

menyimpan dan mendistibusikan informasi, agar dapat mendukung suatu penentuan

keputusan dalam mengendalikan perusahaan.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012), sistem informasi merupakan

sekumpulan dari komponen yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan proses bisnis

serta aplikasi kemudian digunakan melalui perangkat lunak, database dan bahkan proses

manual yang terkait.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

2.1.4 Manajemen

Menurut Burhanudin (2015), manajemen merupakan kegiatan yang menggerakan

sekelompok orang dan menggerakan setiap fasilitas yang disediakan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu kelompok tertentu.

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2016), manajemen berasal dari kata to manage yang

memiliki arti mengatur. Apa yang harus diatur, apa tujuannya aturan, mengapa harus adanya

yang diatur, siapa yang mengatur, dan bagaimana mengaturnya.

1. Yang diatur adalah semua unsur manajemen, yaitu 6M (man, money, methode,

machines, materials, dan market).

2. Tujuan aturan agar 6M lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mewujudkan

tujuan.

3. Harus diatur agar 6M itu bermanfaat secara optimal, terkoordinasi dan

terintegrasi sebaik-baiknya agar terwujudnya tujuan dari suatu organisasi.

4. Yang mengatur adalah pimpinan dengan kepemimpinannya yaitu pimpinan

teratas, manajer madya, dan supervise.

5. Mengaturnya dengan cara melakukan kegiatan berurut dari fungsi manajemen

tersebut.

Pengertian Manajemen, menurut Robbins, Stephen P, & Mary Coulter (2012),

manajemen berperan dalam mengkoordinasi dan mengamati setiap kegiatan kerja suatu

pihak, sehingga kegiatan dari pihak tersebut dapat selesai secara efektif dan efisien. Efisien

sendiri berarti mendapatkan hasil output yang banyak dari input yang seminimal mungkin,

dan efektif sendiri memiliki arti dapat melakukan hal atau pekerjaan secara baik dan benar,

yaitu dengan menyelesaikan pekerjaan yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya.

2.1.5 Aplikasi

Menurut Sujatmiko, Eko (2012), aplikasi merupakan suatu program komputer yang

diciptakan oleh suatu perusahaan bergerak dibidang komputer agar dapat mempermudah

pekerjaan manusia dalam mengerjakan tugasnya, contoh aplikasi yaitu Microsoft Word dan

Microsoft Excel.

Menurut Asropudin (2013), aplikasi merupakan software yang diciptakan oleh suatu

perusahaan dibidang komputer agar dapat mengerjakan tugas-tugas tertentu, misalnya

Microsoft Word dan Microsoft Excel.

Menurut Tata Sutabri (2012), aplikasi merupakan alat terapan yang berfungsi secara

khusus dan terpadu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Evaluasi

Menurut Wirawan (2012), evaluasi merupakan suatu kegiatan riset bertujuan untuk

mengumpulkan, menganalisis, dan memberikan suatu informasi yang bermanfaat mengenai

objek evaluasi, yang kemudian akan dinilai dan dibandigkan dengan indicator evaluasi dan

hasilnya digunakan untuk mengambil suatu keputusan terhadap evaluasi tersebut.

Menurut Husni (2010), evaluasi merupakan suatu proses untuk meneyediakan

informasi yang bersangkutan dengan hasil penilaian atas permasalahan tertentu yang

ditemukan.

Menurut Arikunto, S (2010), evaluasi merupakan proses dalam menentukan suatu

hasil yang telah tercapai dalam kegiatan - kegiatan yang direncanakan untuk mendukung

tercapainya suatu tujuan.

2.2.2 E-commerce (electronic commerce)

Menurut Vermaat & Shelly Cashman (2007), E-commerce merupakan suatu

kegiatan dari transaksi bisnis yang menggunakan jaringan elektronik, seperti internet.

Siapapun yang bisa menggunakan computer, memiliki akses internet, dan mengerti cara

membayar produk ataupun jasa yang mereka beli, bisa dibilang berpartasipasi dalam e-

commerce.

Menurut Jony Wong (2010), E-commerce merupakan suatu kegiatan beli, jual dan

promosi suatu barang ataupun jasa melalui alat electronic.

2.2.2.1 Jenis-Jenis E-commerce

Menurut Kenneth & Jane (2003), berikut ini adalah empat jenis e-commerce:

1. Business to Business (B2B)

Jenis E-commerce B2B mengarah kepada setiap kegiatan transaksi yang terjadi

pada suatu organisasi terhadap organisasi lainnya.

2. Business to Consumer (B2C)

Jenis E-commerce B2C mengarah kepada setiap kegiatan transaksi yang terjadi

pada suatu organisasi terhadap konsumen individu.

3. Consumer to Consumer (C2C)

Jenis E-commerce C2C mengarah kepada setiap kegiatan transaksi yang terjadi

pada individu terhadap pihak individu lainnya.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

2.2.2.2 Mobile Commerce

Menurut Chaffey (2011), Mobile Commerce (M-commerce) merupakan suatu

transaksi dan komunikasi elektronik, yang dimana penggunaanya menggunakan alat

elektronik seperti handphone, laptop, dan computer yang menggunakan koneksi internet atau

nirkabel.

2.2.3 Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) adalah bentuk model penelitian atau teori

yang dirancang oleh Davis pada tahun 1989. Model ini digunakan untuk dapat memprediksi

useran dan penerima user terhadap sistem informasi dan teknologi. Tujuan utama dari TAM

adalah agar dapat memberikan suatu penjelesan yang terperinci mengenai fakto-faktor yang

dapat berpengaruh terhadap user agar user dapat menerima dan menggunakan sebuah

teknologi yang baru. Teori TAM memiliki ciri khusus yang sederhana namun mampu

memprediksi suatu penerimaan maupun useran dari sebuah teknologi, sehingga variabel

eksternal dapat diubah dan disesuaikan menurut topik dan objek penelitian. Teori TAM

menggunakan variabel kegunaan (Perceived Usefulness) dan kemudahan (Perceived Ease of

Use) dalam pengukurannya. Kedua variabel ini mempunyai kekuatan determinasi dan

validitas yang tinggi.

Gambar 2. 1 Model Asli dari TAM

Sumber: (Davis, Bagozzi, & Warshaw, 1989)

Pada tahun 2018, Said A. Salloum, & Mostafa Al-Emran pada judulnya yang

berjudul “Factor Affecting the Adopting of E-Payment System by University Students:

Extending the TAM with Trust” yang menggunakan beberapa metode dari model TAM yang

dicetuskan oleh Davis dengan menggunakan variabel “Trust”,“Perceived

Usefulness”,“Perceived Ease of Use”,”Intention to Adopt E-Payment System”.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

H1 H4

H5

H3

H2 H6

Gambar 2. 2 Model Penelitian

Sumber: Said A. Salloum & Mostafa Al-Emran (2018)

2.2.3.1 Trust

Menurut Mayer (1995), Trust mengacu pada bersedianya suatu pihak untuk menjadi

rentan terhadap tindakan dari suatu pihak yang lain berdasarkan pada harapan bahwa pihak

yang lainnya bersedia untuk melakukan tindakan penting tertentu untuk kepercayaan atau,

atau terlepas dari kemampuan untuk memantau dan mengendalikan pihak lainnya.

Menurut Aydin (2005), Trust merupakan suatu proses dimana hitung-hitungan

(calculative process) antara biaya yang dikeluarkan sesuai dengan hasil yang didapatkan

pula. Trust adalah variabel kunci dimana berfungsi sebagai kunci untuk dapat memelihara

suatu relasi dalam jangka panjang, termasuk pada sebuah brand. Relasi jangka panjang yang

bisa meningkatkan kepercayaan (trust) konsumen kepada harapan yang akan diterima

organisasi atau perusahaan yang bisa mengurangi tingkat ketidakyakinan konsumen terhadap

pelayanan yang diterima, yang bisa menjadi penghalang dalam mempengaruhi konsumen

untuk menentukan suatu pemilihan.

Perceived

Usefulness

Trust

Perceived Ease of

Use

Intention to

Adopt

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

2.2.3.2 Perceived Usefulness

Menurut Davis (1989), perceived usefulness merupakan pacuan pada sejauh mana

seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerja

pekerjaannya. Menurut Sugiono & Napitupulu (2017), perceived usefulness merupakan suatu

tingkatan kepercayaan dari suatu individu bahwa dengan menggunakan teknologi bisa

meningkatkan performa dari kinerja.

2.2.3.3 Perceived Ease of Use

Menurut Davis (1989), perceived ease of use merupakan pacuan pada sejauh

manakah individu dapat percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan terlepas dari

usaha yang lebih. Menurut Siang & Santoso (2015), perceived ease of use merupakan

bagaimana individu tertarik dalam menggunakan sebuah sistem karena bisa dibilang itu

mudah. Jika individu tersebut merasakan bahwa sistem yang digunakan mudah dimengerti,

maka individu tersebut akan percaya pada sistem tersebut. Namun sebaliknya, jika individu

tidak merasakan bahwa sistem yang digunakan tidak mudah dimengerti, maka individu

tersebut tidak akan percaya pada sistem tersebut.

2.2.3.4 Intention to Adopt

Menurut Ha & Stoel (2009), intention to adopt merupakan suatu definisi dimana

minat dari pelanggan untuk dapat bertindak dengan caranya sendiri agar dapat, memberikan,

dan memakai suatu produk maupun jasa.

Menurut Wang & Tseng (2016), intention to adopt merupakan suatu perilaku

individu yang kemungkinan akan menggunakan aplikasi, yang berarti pemakaian TAM

sesunguhnya mewakili laporan data diri atas intensnya pengguna aplikasi.

2.2.4 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa model penelitian yang dapat menjadi panutan dasar

untuk membuat model dalam penelitian penulis. Terdapat enam jurnal penelitian yang

menjadi panutan bagi penulis disebabkan terdapat kesamaan dalam metode penelitian dan

jenis penelitiannya.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

1.2.4.1 Penelitian 1: “Factor Affecting the Adoption of E-Payment System by University

Students: Extending the TAM With Trust”

Model penelitian oleh (Said A. Salloum & Mostafa Al-Emran, 2018) di Dubai,

dengan total 528 responden yang valid dari 600 questionnaires yang disebarkan, yang dimana

responden didapatkan dari universitas-universitas UAE, yang meneliti mengenai faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi adopsi sistem pembayaran elektronik oleh mahasiswa. pada

penelitian ini digunakan metode TAM (Technology Acceptance Model), lalu data yang diolah

menggunakan Smart-PLS. Menurut hasil penelitian tersebut dapat dibuat kesimpulan yaitu,

selama decade terakhir, layanan pembayaran elektronik menjadi hal yang sangat pouler,

popularitas ini deisebabkan karena penerapan sistem pembayaran elektronik dalam

menyediakan berbagai fitur-fitur, seperti fleksibilitas dalam melakukan transaksi online,

penghematan biaya, jumlah layanan kapan saja dan dimana saja yang tidak terbatas, namun

adopsi pembayaran elektronik sistem masih merupakan masalah yang membutuhkan

penelitian lebih lanjut dan penelitian ini menghasilkan data yaitu trust berpengaruh secara

signifikan terhadap perceived usefulness, perceived ease of use, dan intention to adopt serta

perceived usefulness yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intention to adopt,

dan perceived ease of use yang berpengaruh secara signifikan terhadap perceived usefulness

dan intention to adopt.

1.2.4.2 Penelitian 2: “Examining the Moderating Effect of Individual Level Cultural

Values on Users Acceptance of E-Learning in Developing Countries: a Structural

Equation Modeling of an Extended Technology Acceptance Model”

Hasil penelitian oleh (Ali Tarhini, Kate Hone, Xiaohui Liu, & Takwa Tarhini, 2017)

di Lebanon, dengan total responden sebanyak 569 yang respondennya berasal dari sarjana

dan mahasiswa pascasarjana yang menggunakan e-learning tools di Lebanon. Data yang

dikumpulkan dianalisis menggunakan struktural teknik pemodelan persamaan dalam

hubungannya dengan analisis multi-group. Berdasarkan hipotesis hasil penelitian,

mengungkapkan bahwa perceived usefulness (PU), perceived ease of use (PEOU), subjective

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

norms (SN), dan quality of work life mnejadi penentu signifikan terhadap intention to adopt.

Selain itu hubungan antara subjective norms (SN) dan intention to adopt menunjukkan

hubungan yang sangat sensitif terhadap perbedaan antar individu, nilai-nilai budaya, dengan

efek moderasi signifikan yang diamati untuk keempat dimensi budaya yang dipelajari

(masculinity/feminity, individualism/collectivism, power distance, dan uncertainty avoidance.

1.2.4.3 Penelitian 3: “Influence of Online Shopping Enjoyment and Trust

Towards Purchase Intention in Social Commerce Sites”

Hasil penelitian oleh (Lee, Khong, & Hong, 2014) di Malaysia, dengan total sampel

yaitu sebanyak 20 sampel, yang dimana sampel ini merupakan hasil sampel yang didapatkan

dari penulis majalah yang relevan di Malaysia. Penelitian ini menggunakan metode

konseptual untuk dapat mengkatkan ketertarikan berbelanja pada situs perdagangan sosial.

Menanggapi penelitian ini dapat dibuat kesimpulan bahwa faktor kenyamanan saat berbelanja

dan kepercayaan akan berpengaruh positif terhadap minat untuk berbelanja.

1.2.4.4 Penelitian 4: “Using Technology Acceptance Model to Study Adoption of

Online Shopping in an Emerging Economy”

Hasil penelitian oleh (Irfan Butt, Sadia Tabassam, Neelam Gul Chaudhry, &

Khaldoon Nusair, 2016) di Asia Selatan, dengan data yang terkumpul sebanyak 340

responden yang menggunakan kuesioner online. Pengukuran model pertama kali di analisa

dengan cara realibitas, validitas diskriminan, dan validitas konvergen. Sedangkan pengolahan

datanya diaplikasikan dengan (SEM-PLS) agar dapat menentukan pemuatan faktor dan

menilai berbagai asosiasi di setiap konstruksinya. Menanggapi penelitian ini dapat di ambil

kesimpulan bahwa trust, perceived usefulness, perceived ease of use, dan online shopping

enjoyment berpengaruh positif terhadap customer intention to adopt online shopping.

1.2.4.5 Penelitian 5: “Perceived Usefulness and Trust Towards Consumer

Behavior: a Perspective of Consumer Online Shopping”

Hasil penelitian oleh (AB.Halim, Osman, & Jin, 2014) di Malaysia Utara, dengan

total mengambil 600 sampel yang berada di masing-masing daerah yaitu Kedah, Perlis,

Penang, dan Perak, (Malaysia Utara). Penelitian ini menguji tentang apakah perceived

usefulness dan trust berpengaruh secara signifikan terhadap online shopping behavior.

Menurut hasil penelitian tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa faktor perceived usefulness

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

dan trust berhubungan positif dengan faktor online shopping behavior. Maka faktor perceived

usefulness dan trust merupakan faktor penting terhadap nilai pertimbangan belanja online.

1.2.4.6 Penelitian 6: “The Effect of Awareness and Perceived Risk on The

Technology Acceptance Model (TAM): Mobile Banking in Yemen”

Hasil penelitian oleh (Ahmed M. Mutahar, Norzaidi Mohd Daud, T.Ramayah, Osama

Isaac, & Adnan H.Aldholay, 2018) di Yemen, dengan total 482 valid responden. Penelitian

ini menunjukkan bahwa perceived ease of use memliki pengaruh yang signifikan terhadap

perceived usefulness. Selain itu perceived usefulness dan perceived ease of use berpengaruh

signifikan terhadap intention to adopt dalam penggunaan fintech.

2.2.5 Hubungan Antara Variabel

2.2.5.1 Hubungan Trust terhadap Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, dan

Intention to Adopt

Menurut Salloum & Emran (2018), Trust menggambarkan persepsi seseorang dalam

kepercayaan terhadap suatu aplikasi yang digunakan, sedangkan Perceived Usefulness

merupakan rasa seseorang merasa berguna dalam menggunakan suatu aplikasi.

Menurut Mayer, R.C., Davis, J.H., & Schoorman, F.D. (1995), menyatakan bahwa

suatu kepercayaan menjuru pada kesediaan suatu pihak terhadap rentan akan tindakan dari

pihak lainnya berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan suatu tindakan tertentu

yang penting untuk kepercayaan atau, terlepas dari kemampuan untuk dapan memantau dan

mengendalikan pihak lain.

Menurut Salloum & Emran (2018), Trust menggambarkan persepsi kepercayaan

seseorang terhadap suatu aplikasi. Menurut Salloum & Emran (2018), Perceived Ease of Use

merupakan tingkat kemudahan yang dirasakan pengguna bahwa dengan menggunakan

sebuah aplikasi akan meningkatkan performa pekerjaannya.

Menurut penelitian yang dilakukan menurut Dutot, V (2015), menyatakan bahwa

berdasarkan literatur e-commerce yang ada, ditemukan bahwa kepercayaan (trust) memiliki

hubungan positif dengan manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness), presepsi

kemudahan penggunaan (Perceived Ease of Use) (Dutot, V, 2015), dan niatan untuk

penggunaan (Intention to Adopt) (Al-Fahim, N.H., Jamaliah, W. & Abideen, 2015).

Menurut Salloum & Emran (2018), Trust merupakan tingkat dimana

menggambarkan persepsi kepercayaan seseorang terhadap suatu aplikasi dan Intention to

Adopt merupakan rasa ketertarikan seseorang terhadap suatu aplikasi.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

Dalam penelitian ini, Trust adalah factor penting terhadap membangun cara pandang

pengguna bahwa Blanja adalah aplikasi yang bisa dipercaya dan bisa mempertanggung

jawabkan segala bentuk transaksi yang dilakukan penggunanya. Berdasarkan pendapat

tersebut, maka hipotesis yang terbentuk adalah:

H1: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Trust terhadap Perceived

Usefulness pada aplikasi Blanja.

H2: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Trust terhadap Perceived

Ease of Use pada aplikasi Blanja.

H3: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Trust terhadap Intention to

Adopt pada aplikasi Blanja.

2.2.5.2 Hubungan Perceived Usefulness terhadap Intention to Adopt

Menurut Davis (1989), Perceive Usefulness (PU) mengarah pada, sejauh mana

seseorang bisa mempercayai penggunaan dari sistem tertentu bisa meningkatkan kinerjanya.

Sedangkan menurut Al-Maroof, & Al-Emran (2018), Perceive Usefulness (PU) merupakan

faktor utama yang menentukan Intention to Adopt dari seorang pengguna.

Dalam penelitian ini, Perceive Usefulness berpengaruh terhadap bagaimana

mempengaruhi sikap dari pengguna Blanja. Pengguna yang dapat merasakan manfaat dari

aplikasi Blanja dalam berbelanja secara online nantinya akan menunjukan sikap seberapa

intensif pengguna dalam menggunakan Blanja.

Menurut Davis (1989), perceived usefulness merupakan tingkat kepercayaan

pengguna bahwa dengan menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan performa

pekerjaannya.. Salloum & Emran (2018), Intention to Adopt merupakan rasa ketertarikan

seseorang terhadap sesuatu yang akan digunakan.

H4: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Perceive Usefulness

terhadap Intention to Adopt pada aplikasi Blanja.

1.2.5.3 Hubungan Perceived Ease of Use terhadap Perceived Usefulness, dan Intention to

Adopt

Menurut Davis (1989), perceived ease of use mengacu pada tingkatan dimana

pengguna percaya bahwa teknologi dapat digunakan dengan mudah dan tanpa usaha yang

berarti. Menurut Davis (1989), perceived usefulness merupakan tingkat kepercayaan

pengguna bahwa dengan menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan perfomanya dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

Menurut Davis (1989), perceived ease of use mengacu pada tingkatan dimana

pengguna percaya bahwa teknologi dapat digunakan dengan mudah dan tanpa usaha yang

berarti. Menurut Salloum & Emran (2018), Intention to Adopt merupakan tingkat

ketertarikan pengguna terhadap suatu teknologi.

Dalam penelitian ini, Perceived Ease of Use (PEOU) semakin mudahnya aplikasi

Blanja dalam manfaat dan penggunanya akan meningkatkan ketertarikan intesitas

penggunaan terhadap aplikasinya oleh setiap penggunanya.

H5: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Perceived Ease of Use

terhadap Perceived Usefulness pada aplikasi Blanja.

H6: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Perceived Ease of Use

terhadap Intention to Adopt pada aplikasi Blanja.

2.2.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memulai sebuah penelitian terhadap sebuah sistem dibutuhkan hal-hal yang

harus terpenuhi agar dapat mendukung hasil penelitiannya. Beberapa teknik yang penulis

gunakan sebagai berikut:

2.2.6.1 Kuesioner

Menurut Sugiyono (2014), kuesioner merupakan suatu daftar dari pertanyaan yang

diberikan oleh penyebar kuesioner kepada setiap responden khusus, untuk mendapatkan

jawaban berupa data yang kemudian dapat diolah. Dengan terus berkembangya kemajuan

teknologi, penyebaran kuesioner kini dapat dilakukan secara online yang dibuat melalui situs

web, hal ini mempermudah peneliti untuk mendapatkan responden secara cepat dan efisien.

Berikut jenis-jenis dari kategori pertanyaan kuesioner:

1. Menanyakan pertanyaan tertutup

Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti pada bagian kuesioner ini, merupakan

pertanyaan yang sudah tersedia pilihan jawaban yang harus dipilih oleh

responden.

2. Menanyakan pertanyaan terbuka

Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti pada bagian kuesioner ini, merupakan

pertanyaan yang dapat dijawab secara bebas oleh responden.

3. Menanyakan pertanyaan semi terbuka

Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti pada bagian kuesioner ini, merupakan

pertanyaan yang sudah tersedia pilihan jawaban namun juga responden dapat

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

menjawab dengan jawabannya sendiri tanpa harus terpaku dengan pilihan

jawaban yang telah tersedia.

2.2.6.2 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2010), populasi merupakan suatu wilayah dimana terdiri dari

suatu objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu dan kemudian diteliti oleh peneliti,

supaya menghasilkan kesimpulan, sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi

tersebut.

Berdasarkan penlitian terdahulu yang dilakukan Arikunto (2008), berikut adalah

ketentuan pengambilan sample:

Bila sampel tidak mencapai 100 disarankan untuk mengambil semuanya hingga

menjadi penelitian populasi, dan bila subjeknya besar bisa diambil kisaran 15%-55% atau

lebih tergantung:

1. Sumber daya manusia (SDM) dari peneiliti.

2. Kecil atau luasnya wilayah pengamatan.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

2.2.6.3 Rumus Slovin

Dalam penelitian ini, jumlah sampel akan ditentukan berdasarkan rumus slovin yang

dirancang oleh Slovin (1960), Sevila, Orchave, Punsalan, Ragala, & Uriarte (2007)

menggunakan rumus slovin. Berikut adalah penjelasan dari rumus Slovin:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Batas tolerasni kesalahan (e = 5% = 0,05).

2.2.6.4 Uji Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013), hipotesis merupakan tahapan ketiga pada suatu

penelitian, hipotesis memberikan jawaban yang sifatnya hanya sementara terhadap penelitian.

Menurut Margono (2004), hipotesis merupakan dugaan yang tentatif dari suatu

masalah, dan hipotesis muncul disebabkan oleh teori-teori yang sudah ada sebelumnya

ataupun langsung dari sang peneliti.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

2.2.6.5 Jenis-Jenis Uji Hipotesis

Menurut Danim (2003), peneliti akan menggunakan H1 dan H0 untuk merumuskan

hasil hipotesisnya, yang didasari oleh:

1. H1, merupakan hipotesis satu yang akan diterima, dan sebagai bukti bahwa

antara variabel satu dan yang lainnya terdapat hubungan yang signifikan.

2. H0, merupakan hipotesis nol yang akan ditolak, dan sebagai bukti bahwa antara

variabel satu dan yang lainnya tidak ada hubungan yang signifikan.

2.2.6.6 Uji Validitas

Menurut Sitinjak & Sugiharto (2006), uji validitas merupakan uji yang dilakukan

untuk dapat mengukur sudah sejauh mana pengolahan data yang diukur dalam penelitian.

Sedangkan menurut Ghozali (2009), uji validitas berfungsi untuk mengetahui valid atau

tidaknya kuesioner.

Tipe-tipe validitas menurut Neuman (2013) terbagi menjadi 4 sebagai berikut:

1. Face Validity, merupakan tipe validitas yang paling sederhana dan mudah

tercapai.

2. Criterion Validity, merupakan tipe validitas yang keterkaitan dengan verifkasi

luar yang indepeden.

3. Construct Validity, merupakan tipe validitas yang menggunakan berbagai

indicator untuk pengukurannya.

4. Content Validity, merupakan tipe validitas yang suatu pengukurannya telah

mewakili semua definisi konseptual dari penelitiannya.

Menurut Latan & Ghozali (2012), suatu validitas diskriminan bisa diketahui dengan

cara membedakan akar kuadrat AVE terhadap setiap konstruksi sesuai dengan nilai yang ada

pada korelasi antara konstruksi di dalam model.

Penjelasan :

= Factor Loading

F = Factor variance

Ii = Error variance

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

Menurut Ghozali (2014), ukuran refleksif dapat dikatakan memiliki nilai yang tinggi

jika korelasi lebih dari 0.7 dengan konstruk yang ingin diukur. Nilai outer loading yang

tinggi menunjukkan suatu indikator yang terasosiasi memiliki banyak kesamaan yang

mewakili suatu konstruk (Hair, Hult, Ringle, & Sarstedt, 2014).

Menurut Ghozali (2014), bila AVE masing-masing konstruk nilainya lebih besar

dari 0.5 dapat dinyatakan model yang baik. Maka, nilai AVE yang lebih besar dari 0.5 dapat

disimpulkan konstruk tersebut dapat dijelaskan oleh variasi indikator-indikator yang terdapat

di dalamnya dan dapat dikatakan bahwa konstruk tersebut valid.

Menurut (Ghozali, 2014), dalam validitas diskriminan diharapkan setiap blok

indikator memiliki nilai lebih tinggi untuk variabel laten yang dibandingkan dengan indikator

laten lainnya. Validitas diskriminan menunjukkan sejauh mana suatu konstruk benar-benar

berbeda dengan konstruk lainnya (Hair, Hult, Ringle, & Sarstedt, 2014).

Menurut (Ghozali, 2014), ukuran refleksif dapat dikatakan memiliki nilai yang

tinggi jika berkolerasi lebih dari 0.7 dengan konstruk yang ingin diukur. Menurut (Hair, Hult,

Ringle, & Sarstedt, 2014), nilai outer loading yang tinggi menunjukan bahwa indikator yang

terasosiasi memiliki banyak kesamaan yang dapat mewakili suatu konstruk.

Menurut Hair, M. Hult, Ringle, & Sarstedt (2014), secara general indikator yang

memiliki nilai outer loading diantara 0.40 dan 0.70 dapat dipertimbangkan untuk dihapus dari

pengukuran, hanya jika penghapusan indikator tersebut dapat meningkatkan composite

reliability atau AVE. Selanjutnya, Hair, M. Hult, Ringle, & Sarstedt (2014) juga

menyebutkan indikator yang memiliki nilai outer loading kurang dari 0.4 harus dihapuskan

dari pengukuruan.

Menurut (Ghozali, 2014), syarat sebuah model yang baik adalah jika AVE dari

masing-masing konstruk nilainya lebih besar dari 0.50 yang berarti bahwa 50% atau lebih.

Hair, M. Hult, Ringle, & Sarstedt (2014) menyebutkan bahwa discriminant validity

menunjukan perbedaan nyata antara suatu konstruk dengan konstruk lainnya, Ghozali (2014)

lebih lanjut lagi menyebutkan bahwa setiap blok indikator diharapkan untuk memiliki nilai

loading yang lebih tinggi dibandingkan dengan indikator untuk variabel laten lain.

2.2.6.7 Uji Realibilitas

Menurut Sitinjak & Sugiharto (2006), uji realibilitas mengacu kepada perangkat

yang digunakan dalam penelitian untuk dapat memperoleh informasi merupakan perangkat

yang dapat dipercaya sebagai media pengumpulan data dan sanggup memberikan informasi

yang sebenarnya.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

Menurut Ghozali (2009), uji realibilitas merupakan alat ukur suatu kuesioner dan

merupakan indikator konstruksinya. Sedangkan menurut Latan & Ghozali (2012), dalam

mengukur suatu realibilitas suatu konstruksi bisa dilakukan dengan cara mengukur

cronbach’s alpha dan composite realiability.

Penjelasan:

Pq = jumlah indikator (manifest variabel)

Q = blok indikator

1. Apabila nilai alpha chronbach’s > 0,70 berarti realibilitas mencukupi (sufficient

reliability).

2. Apabila nilai alpha chronbach’s > 0,80 berarti semua item reliable dan semua tes

konsisten secara internal disebabkan terdapatnya reliabilitas yang kuat.

3. Apabila nilai alpha chronbach’s > 0,90 berarti reliabilitas sempurna.

4. Apabila nilai alpha chronbach’s 0,50-0,70 berarti reliabilitas moderat.

5. Apabila nilai alpha chronbach’s 0,50 berarti reliabilitas rendah.

Composite realibility difungsikan dalam menguji realiabilitas suatu konstruksi.

Composite realibility dan Dillon-Goldstein’s bisa menggunakan rumus berikut:

Penjelasan:

= factor loading

F = factor variance

= error variance

Menurut Hair, Hult, Ringle, & Sartedt (2014), nilai cronbach’s alpha dan composite

realibility 0,6-0,7 dapat diterima, dan nilai 0,7-0,9 dianggap memuaskan.

Menurut Hair, Hult, Ringle, & Sartedt (2014) menyatakan bahwa nilai composite

reliability maupun Cronbach’s Alpha 0.6 – 0.7 dapat diterima pada penelitian eksplorasi,

sedangkan nilai 0.7 – 0.9 dapat dianggap memuaskan.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistemlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 5. 29. · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Menurut

2.2.6.8 Variabel Independen dan Dependen

Menurut Sugiyono (2012), variabel merupakan atribut yang memiliki banyak varian

tertentu dan ditentukan langsung oleh peneliti supaya dapat dipahami dan menghasilkan

kesimpulan.

Menurut Sugiyono (2011), variabel independent merupakan variabel yang nantinya

akan mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen. Sedangkan variabel dependen, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

2.2.6.9 Uji Model Struktural dan Persamaan Regresi

Menurut Hair, Hult, Ringle, & Sartedt (2014) pengujian model struktural dilakukan

untuk menentukan seberapa baik data yang diperoleh dari hasil temuan dapat mendukung

teori atau konsep yang diajukan sehingga dapat menentukan apakah teori atau konsep

tersebut dapat diterima atau tidak. Nilai effect size (f2) digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh dari variabel eksogen terhadap variabel endogen (Hair, Hult, Ringle &

Sarstedt, 2014). Nilai effect size (f2) sebesar 0.02, 0.15, dan 0.35 merepresentasikan besaran

pengaruh lemah, medium, dan besar dari variabel eksogen.

Menurut Hair, Hult, Ringle & Sarstedt (2014), nilai Q2 yang lebih besar dari 0

menunjukkan bahwa model memiliki relevansi prediktif untuk konstruk endogen tertentu.

Sebaliknya, nilai Q2 yang lebih kecil dari 0 menunjukkan bahwa model tidak memiliki

relevansi prediktif.

Menurut Hair, Hult, Ringle & Sarstedt (2014), jalur koefisien memiliki nilai standar

dari rentang -1 hinga +1. Nilai jalur koefisien yang mendekati +1 membuktikan bahwa

hubungan kuat positif, dan sebaliknya nilai jalur koefisien yang mendekati -1 menunjukkan

hubungan kuat negatif. Apabila nilai koefisien mendekati 0, maka hubungan semakin lemah,

dan nilai yang sangat mendekati 0 akan dianggap tidak signifikan.

Menurut Jogiyanto (2011), nilai t-statistics harus di atas 1.96 yang menunjukkan

bahwa indikator jalur tersebut valid.

Menurut Hair, M. Hult, Ringle, & Sarstedt (2014), hubungan antara variabel laten

dalam model struktural dapat ditunjukan menggunakan koefisien jalur.