bab 2
DESCRIPTION
okTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan
melepaskan hormon- hormon yang membantu fungsi kontrol tubuh yang penting,
terutama kemampuan tubuh untuk mengubah kalori menjadi energi sel dan organ.
Sistem endokrin mempengaruhi bagaimana jantung berdetak, bagaimana tulang
dan jaringan tumbuh. Hal ini memainkan peran penting dalam apakah seseorang
dapat terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan pertumbuhan, disfungsi seksual,
dan sejumlah lainnya yang berhubungan dengan gangguan hormon. Setiap
kelenjar sistem endokrin melepaskan hormon tertentu ke aliran darah tubuh.
Hormon- hormon ini berjalan melalui darah ke sel lain dan membantu mengontrol
atau mengkoordinasikan proses dalam tubuh.
Kelenjar endokrin menghasilkan hormon ”pembawa pesan” yang akan
ditindaklanjuti oleh organ tubuh lain. Gangguan kelenjar endokrin umumnya
disebabkan perubahan gaya hidup yang cenderung meninggalkan pola hidup
sehat. Gangguan pada kelenjar endokrin bisa menyebabkan penyakit yang
berbeda- beda.
Ada delapan kelenjar endokrin, yaitu:
1. Kelenjar hipotalamus di otak.
2. Kelenjar hipofisis di dasar otak di belakang sinus. Sering disebut
“master gland” karena mempengaruhi kelenjar lain, terutama tiroid.
Masalah dengan kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi pertumbuhan
tulang, siklus menstruasi wanita, dan pelepasan ASI.
3. Kelenjar tiroid (gondok) berbentuk kupu- kupu di bagian depan leher
mengendalikan metabolisme.
4. Kelenjar paratiroid di dekat kelenjar tiroid memainkan peran dalam
perkembangan tulang.
5. Kelenjar adrenal (suprarenalis) di kutub atas ginjal kiri dan kanan
melepaskan hormon kortisol.
6. Kelenjar gonad (kelamin) pada testis dan indung telur Melepaskan
telur dan menghasilkan hormon seks. Menghasilkan sperma dan
hormon seks.
7. Kelenjar pancreasMengontrol pelepasan hormon insulin dan
glukagon.
8. Kelenjar timus di bawah tulang dada Membantu mengembangkan
sistem kekebalan tubuh sejak awal kehidupan.
Gangguan paling banyak terjadi pada kelenjar pankreas yang
memunculkan diabetes. Penyakit ini mencapai 75 persen dari gangguan endokrin
secara keseluruhan. Gangguan lain adalah pada kelenjar tiroid, penyebab penyakit
gondok (15-20 persen). Sisanya gangguan pada kelenjar lain yang memunculkan
berbagai penyakit, seperti disfungsi ereksi, gangguan hormonal, gangguan
hipofisis, bahkan keganasan (kanker).
Ada juga gangguan sindrom metabolik, yaitu sekumpulan faktor risiko
kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) yang disebabkan diabetes,
hipertensi, obesitas, dan dislipidemia (kelainan metabolisme lemak). Prevalensi
sindrom ini meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi, terutama di negara
berkembang. Hal ini terkait perubahan pola makan yang cenderung makin tinggi
lemak, gula, garam, dan kurang serat serta kurang gerak.
Gangguan hormon bisa juga menyebabkan malnutrisi ataupun kelebihan
nutrisi. Asupan nutrisi yang salah atau gangguan sistem pencernaan juga bisa
menjadi penyebab gangguan regulasi hormon.
2.2 2.1.2 Penyebab Gangguan Endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu
banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut
ketidakseimbangan hormon.
2. Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor)
dalam sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat
mempengaruhi tingkat hormon penyakit. Sistem umpan balik
endokrin yang membantu mengontrol keseimbangan hormon dalam
aliran darah. Sebuah ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika
sistem umpan balik memiliki kesulitan menjaga tingkat yang tepat
dari hormon dalam aliran darah, atau jika tubuh tidak membersihkan
mereka keluar dari aliran darah dengan benar.
2.3 2.1.3 Jenis Gangguan Endokrin
Ada berbagai jenis gangguan endokrin. Diabetes adalah gangguan
endokrin yang paling umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan
endokrin lainnya meliputi:
1. Dwarfisme
Gejala hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada masa
anak-anak yang menyebabkan cebol.
2. Gigantisme (acromegaly)
Gangguan endokrin yang terjadi karena kelebihan growth hormone
sebelum pubertas. Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon
pertumbuhan berlebihan pada masa anak-anak dan remaja (sebelum
pubertas). Jika kelenjar pituitar memproduksi hormon pertumbuhan
terlalu banyak, tulang anak dan bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal
cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan terlalu rendah, seorang anak bisa
berhenti tumbuh di ketinggian.
3. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)
Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti obesitas,
impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan
disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon
kortisol.
Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol)
dan hormon androgen serta aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom
cushing bisa terjadi pada orang, terutama anak-anak, yang mengambil
dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit Chusing yang ditandai dg
kelebihan kortikotropin yg diproduksi oleh kelejar hipofisis (80%
kasus).
4. Goiter (gondok)
Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun
hiperfungsi tiroid.
5. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid
(PTH), hormon asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang
terjadi akibat hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah patah.
6. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan,
sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif dapat
menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak. Beberapa jenis
hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan akibat
hipotiroidisme adalah Kretinisme
7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada
metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu
banyak, menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang
cepat, berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid yang
terlalu aktif adalah suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit
Grave.
8. Hiperpituitarisme
Merupakan suatu sekresi yang berlebihan hormon hipifisis anterior
yang terjadi akibat adanya tumor.
9. Hypopituitarisme
Adalah hilangnya fungsi lobus anterior kelenjar hiposfisa terutama
pada bagian anterior. Kelenjar pituitari melepaskan hormon sedikit atau
tidak ada. Ini mungkin disebabkan oleh sejumlah penyakit yang
berbeda. Wanita dengan kondisi ini mungkin berhenti mendapatkan
menstruasi.
Beberapa neoplasia endokrin I dan II (MEN I dan II MEN). Ini,
kondisi genetik langka yang diturunkan melalui keluarga. Mereka
menyebabkan tumor paratiroid, adrenal, dan kelenjar tiroid,
menyebabkan kelebihan produksi hormon.
10. Adrenal insufisiensi
Kelenjar adrenal melepaskan terlalu sedikit hormon kortisol dan
kadang-kadang, aldosteron.
Gejala termasuk kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan perubahan
kulit. Penyakit Addison adalah jenis insufisiensi adrenal.
11. Tiroiditis
Adalah sutu peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan infeksi
viral seperti HFV dan virus beguk pada tiroiditis subakut.
12. Tumor tiroid
Adalah neoplasma unik pada kelenjar tiroid yang sangat kerap disertai
dengan metastasis pada organ yang jauh dari lokasi primer.
13. Tiroidektomi
Adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua
atau sebagian dari kelenjar tiroid.
14. Hipoparatiroid
Adalah penurunan produksi hormon oleh kelenjar paratiroid
menyebabkan kadar kalsium dalam darah rendah.
15. Addison
Adalah kerusakan kelenjar adrenal yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hormon korteks adrenal.
16. Aldosteronisme primer
Adalah merupakan keadaan klinis yang sebabkan oleh produksi
aldosteron “suatu hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “
secara berlebih.
17. Tumor hipofisis
Adalah sesorang yang menderita tumor pada selaput kecil pada
otak.
18. Hipofisektomi
Merupakan suatu tindakan pengangkatan adenoma hipofise
melalui pembedahan.
19. Pangkreatitis
Adalah peradangan pada pangkreas yang dapat mengeluarkan
enzim pencernaan dalam saluran pencernaan sekaligus mensintesis dan
mensekresi insulin dan glukagon.
20. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).
Kelebihan produksi androgen mengganggu perkembangan telur
dan pembebasan mereka dari indung telur perempuan. PCOS adalah
penyebab utama infertilitas. Dewasa sebelum waktunya pubertas.
Abnormal pubertas dini yang terjadi ketika kelenjar
memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan hormon seks terlalu cepat
dalam hidup.
21. Diabetes Insipidus
Adalah suatu keadaan yang di tandai rasa haus di akibatkan karena
kurangnya hormon antidiuretik (hormon vasopresin).
22. Diabetes Militus (DM)
Gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula dalam darah) akibat kurangnya hormon
insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya.
Ada 3 (tiga) jenis DM yang dikenal, yaitu :
1. DM Tipe I : Bergantung insulin.
Biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun, meskipun bisa pada umur
berapun.
2. DM Tipe II : Tidak bergantung insulin. Terjadi pada usia 40
tahun.
Resistensi insulin yang disertai defek sekresi insulin dengan derajat
bervariasi. Terjadi penurunan sensitivitas terhadap insulin.
3. DM Gestasional (DM Kehamilan) : Muncul saat kehamilan
2.4 2.2. SISTEM KARDIOVASKULER
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat
dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah
atas (atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel)
yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah,
maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada
jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh
tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).
Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang
kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-
paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen
dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Gambar1. Jantung tampak depan
i. Kelaihnan kardiovaskuler
1. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus
menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah
110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh
darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002)
Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara
sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥90mmHg. Seseorang
dikatakan terkena hipertensi tidak hanya dengan 1 kali pengukuran, tetapi
2 kali atau lebih pada waktu yang berbeda. Waktu yang paling baik saat
melakukan tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk
atau berbaring.
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Klasifikasi Sistolik
(mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi
perbatasan
140-160 90-95
Hipertensi sedang
dan berat
>180 >105
Hipertensi sistolik
terisolasi
>140 <90
Hipertensi sistolik
perbatasan
140-160 <90
Klasifikasi Hipertensi
1. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
a) Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten
tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme
kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui
penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo,
1999).
b) Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar
kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui
dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).
2. Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan
sistolik.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi campuran (sistol
dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol
dan diastol. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik.
Umumnya ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001)
Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin,2001)
Perawatan Penderita Hipertensi
Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh
keluarga dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari
anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat
sangat penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk
dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti
merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol,
modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres,
olahraga, dan istirahat (Amir, 2002 ).
3. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.
Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi
gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan pengisian ini meningkat
sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di system vena, maka
keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo & Karim, 2002). Gagal
jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001), Waren & Stead dalam Sodeman, 1991),
Renardi, 1992).
Etiologi Gagal Jantung Kongestif
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif
meliputi gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan
curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal
jantung dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot
jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih
dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang
dipompa pada setiap konteraksi tergantung pada tiga faktor: yaitu preload,
konteraktilitas, afterload.
a. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut otot jantung.
b. Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium
c. Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriol. Pada gagal jantung, jika salah satu
atau lebih faktor ini terganggu, maka curah jantung berkurang
(Brunner and Suddarth 2002).
2. Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya
penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner
Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan
rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya
kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan
darahke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung
(Kartohoesodo, 1982).
Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang
mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya
kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak
ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat
gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan
gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti
angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang
diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas
yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density
Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang
paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat
kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat
diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan
jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).
Penyebab Jantung Koroner
Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi
koroner ini disebut penyakit jantung koroner. Penyempitan dan
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang
sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan
jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak system
golongan irama jantung dan berakibat dengan kematian (Krisatuti dan
Yenrina, 1999).
b. Manifestasi Oral penyakit metabolik endokrin
Manifestasi Oral Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II
Pada penderita diabetes mellitus dapat dilihat adanya manifestasi dalam
rongga mulut penderita, misalnya ginggivits dan periodontitis, disfungsi
kelenjar saliva dan xerostomia, infeksi kandidiasis, sindroma mulut terbakar
serta terjadinya infeksi oral akut.13,18
1. Gingivitis dan periodontitis
Gingivitis merupakan inflamasi pada gusi yang mudah untuk
disembuhkan, dimana pada jaringan ginggiva terlihat kemerah-merahan
disertai pembengkakan dan bila disikat dengan sikat gigi akan berdarah.
Gingivitis akan menimbulkan terbentuknya periodontal pocket disertai
adanya resorpsi tulang, sehingga gigi goyang dan akhirnya tanggal
Gambar 2.2 : Periodontitis pada penderita Diabetes Mellitus
Gambar 2.3 : Gingivitis pada penderita Diabetes Mellitus tipe II
2. Xerostomia dan disfungsi kelenjar saliva
Hiperglikemia mengakibatkan meningginya jumlah urin sehingga
cairan dalam tubuh berkurang dan sekresi saliva juga berkurang. Dengan
berkurangnya saliva, dapat mengakibatkan terjadinya xerostomia.18
Dalam rongga mulut yang sehat, saliva mengandung enzim-enzim
antimikroba, misalnya : Lactoferin, perioxidase, lysozyme dan histidine
yang berinteraksi dengan mukosa oral dan dapat mencegah pertumbuhan
kandida yang berlebihan.23 Pada keadaan dimana terjadinya perubahan
pada rongga mulut yang disebabkan berkurangnya aliran saliva, sehingga
enzim-enzim antimikroba dalam saliva tidak berfungsi dengan baik, maka
rongga mulut menjadi rentan terhadap keadaan mukosa yang buruk dan
menimbulkan lesi-lesi yang menimbulkan rasa sakit. Pasien diabetes
mellitus yang mengalami disfungsi kelenjar saliva juga dapat mengalami
kesulitan dalam mengunyah dan menelan sehingga mengakibatkan nafsu
makan berkurang dan terjadinya malnutrisi
Gambar 2.4 : akibat xerostomia
3. Infeksi kandidiasis
Kandidiasis oral merupakan infeksi bakteri oportunistik yang
terjadi dalam keadaan hiperglikemia karena keadaan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi aliran saliva karena adanya kehilangan
cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga aliran saliva juga
berkurang. Selain itu, juga menyebabkan komplikasi berupa
microangiopathy yang paling sering muncul pada penderita diabetes
mellitus terkontrol atau tidak terkontrol. Oleh itu, Kandidiasis dapat
ditemukan pada penderita diabetes mellitus bila didukung berbagai faktor
yang ada pada penderita diabetes mellitus, seperti terjadinya defisiensi
imun, berkurangnya aliran saliva, keadaan malnutrisi dan pemakaian gigi
tiruan dengan oral hygiene yang buruk
Gambar 2.6 : Kandidiasis pada penderita Diabetes Mellitus tipe II