bab 2

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Endokrin Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon- hormon yang membantu fungsi kontrol tubuh yang penting, terutama kemampuan tubuh untuk mengubah kalori menjadi energi sel dan organ. Sistem endokrin mempengaruhi bagaimana jantung berdetak, bagaimana tulang dan jaringan tumbuh. Hal ini memainkan peran penting dalam apakah seseorang dapat terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan pertumbuhan, disfungsi seksual, dan sejumlah lainnya yang berhubungan dengan gangguan hormon. Setiap kelenjar sistem endokrin melepaskan hormon tertentu ke aliran darah tubuh. Hormon- hormon ini berjalan melalui darah ke sel lain dan membantu mengontrol atau mengkoordinasikan proses dalam tubuh. Kelenjar endokrin menghasilkan hormon ”pembawa pesan” yang akan ditindaklanjuti oleh organ tubuh lain. Gangguan kelenjar endokrin umumnya disebabkan perubahan gaya hidup yang cenderung meninggalkan pola hidup sehat. Gangguan pada kelenjar endokrin bisa menyebabkan penyakit yang berbeda- beda.

Upload: tri-sakti-sunda-romdhoni

Post on 13-Jul-2016

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan

melepaskan hormon- hormon yang membantu fungsi kontrol tubuh yang penting,

terutama kemampuan tubuh untuk mengubah kalori menjadi energi sel dan organ.

Sistem endokrin mempengaruhi bagaimana jantung berdetak, bagaimana tulang

dan jaringan tumbuh. Hal ini memainkan peran penting dalam apakah seseorang

dapat terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan pertumbuhan, disfungsi seksual,

dan sejumlah lainnya yang berhubungan dengan gangguan hormon. Setiap

kelenjar sistem endokrin melepaskan hormon tertentu ke aliran darah tubuh.

Hormon- hormon ini berjalan melalui darah ke sel lain dan membantu mengontrol

atau mengkoordinasikan proses dalam tubuh.

Kelenjar endokrin menghasilkan hormon ”pembawa pesan” yang akan

ditindaklanjuti oleh organ tubuh lain. Gangguan kelenjar endokrin umumnya

disebabkan perubahan gaya hidup yang cenderung meninggalkan pola hidup

sehat. Gangguan pada kelenjar endokrin bisa menyebabkan penyakit yang

berbeda- beda.

Ada delapan kelenjar endokrin, yaitu:

1. Kelenjar hipotalamus di otak.

2. Kelenjar hipofisis di dasar otak di belakang sinus. Sering disebut

“master gland” karena mempengaruhi kelenjar lain, terutama tiroid.

Masalah dengan kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi pertumbuhan

tulang, siklus menstruasi wanita, dan pelepasan ASI.

3. Kelenjar tiroid (gondok) berbentuk kupu- kupu di bagian depan leher

mengendalikan metabolisme.

Page 2: BAB 2

4. Kelenjar paratiroid di dekat kelenjar tiroid memainkan peran dalam

perkembangan tulang.

5. Kelenjar adrenal (suprarenalis) di kutub atas ginjal kiri dan kanan

melepaskan hormon kortisol.

6. Kelenjar gonad (kelamin) pada testis dan indung telur Melepaskan

telur dan menghasilkan hormon seks. Menghasilkan sperma dan

hormon seks.

7. Kelenjar pancreasMengontrol pelepasan hormon insulin dan

glukagon.

8. Kelenjar timus di bawah tulang dada Membantu mengembangkan

sistem kekebalan tubuh sejak awal kehidupan.

Gangguan paling banyak terjadi pada kelenjar pankreas yang

memunculkan diabetes. Penyakit ini  mencapai 75 persen dari gangguan endokrin

secara keseluruhan. Gangguan lain adalah pada kelenjar tiroid, penyebab penyakit

gondok (15-20 persen). Sisanya gangguan pada kelenjar lain yang memunculkan

berbagai penyakit, seperti disfungsi ereksi, gangguan hormonal, gangguan

hipofisis, bahkan keganasan (kanker).

Ada juga gangguan sindrom metabolik, yaitu sekumpulan faktor risiko

kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) yang disebabkan diabetes,

hipertensi, obesitas, dan dislipidemia (kelainan metabolisme lemak). Prevalensi

sindrom ini meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi, terutama di negara

berkembang. Hal ini terkait perubahan pola makan yang cenderung makin tinggi

lemak, gula, garam, dan kurang serat serta kurang gerak.

Gangguan hormon bisa juga menyebabkan malnutrisi ataupun kelebihan

nutrisi. Asupan nutrisi yang salah atau gangguan sistem pencernaan juga bisa

menjadi penyebab gangguan regulasi hormon.

2.2 2.1.2 Penyebab Gangguan Endokrin 

Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:

Page 3: BAB 2

1. Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu

banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut

ketidakseimbangan hormon.

2. Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor)

dalam sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat

mempengaruhi tingkat hormon penyakit. Sistem umpan balik

endokrin yang membantu mengontrol keseimbangan hormon dalam

aliran darah. Sebuah ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika

sistem umpan balik memiliki kesulitan menjaga tingkat yang tepat

dari hormon dalam aliran darah, atau jika tubuh tidak membersihkan

mereka keluar dari aliran darah dengan benar.

2.3 2.1.3 Jenis Gangguan Endokrin

Ada berbagai jenis gangguan endokrin. Diabetes adalah gangguan

endokrin yang paling umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan

endokrin lainnya meliputi:

1. Dwarfisme

Gejala  hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada masa

anak-anak yang menyebabkan cebol.

2. Gigantisme (acromegaly) 

Gangguan endokrin yang terjadi karena kelebihan growth hormone

sebelum pubertas. Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon

pertumbuhan berlebihan pada masa anak-anak dan remaja (sebelum

pubertas). Jika kelenjar pituitar memproduksi hormon pertumbuhan

terlalu banyak, tulang anak dan bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal

cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan terlalu rendah, seorang anak bisa

berhenti tumbuh di ketinggian.

3. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)

Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti obesitas,

impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan

Page 4: BAB 2

disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon

kortisol.

Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol)

dan hormon androgen serta aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom

cushing bisa terjadi pada orang, terutama anak-anak, yang mengambil

dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit Chusing yang ditandai dg

kelebihan kortikotropin yg diproduksi oleh kelejar hipofisis (80%

kasus).

4. Goiter (gondok)

Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun

hiperfungsi tiroid.

5. Hiperparatiroidisme

Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid

(PTH), hormon asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang

terjadi akibat hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah patah.

6. Hypothyroidisme

Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak

memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan,

sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif dapat

menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak. Beberapa jenis

hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan akibat

hipotiroidisme adalah Kretinisme

7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)

Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada

metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu

banyak, menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang

cepat, berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid yang

terlalu aktif adalah suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit

Grave.

8. Hiperpituitarisme

Page 5: BAB 2

Merupakan suatu sekresi yang berlebihan hormon hipifisis anterior

yang terjadi akibat adanya tumor.

9. Hypopituitarisme

Adalah hilangnya fungsi lobus anterior kelenjar hiposfisa terutama

pada bagian anterior. Kelenjar pituitari melepaskan hormon sedikit atau

tidak ada. Ini mungkin disebabkan oleh sejumlah penyakit yang

berbeda. Wanita dengan kondisi ini mungkin berhenti mendapatkan

menstruasi.

Beberapa neoplasia endokrin I dan II (MEN I dan II MEN). Ini,

kondisi genetik langka yang diturunkan melalui keluarga. Mereka

menyebabkan tumor paratiroid, adrenal, dan kelenjar tiroid,

menyebabkan kelebihan produksi hormon.

10. Adrenal insufisiensi

Kelenjar adrenal melepaskan terlalu sedikit hormon kortisol dan

kadang-kadang, aldosteron.

Gejala termasuk kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan perubahan

kulit. Penyakit Addison adalah jenis insufisiensi adrenal.

11. Tiroiditis

Adalah sutu peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan infeksi

viral seperti HFV dan virus beguk pada tiroiditis subakut.

12. Tumor tiroid

Adalah neoplasma unik pada kelenjar tiroid yang sangat kerap disertai

dengan metastasis pada organ yang jauh dari lokasi primer.

13. Tiroidektomi

Adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua

atau sebagian dari kelenjar tiroid.

14. Hipoparatiroid

Adalah penurunan produksi hormon oleh kelenjar paratiroid

menyebabkan kadar kalsium dalam darah rendah.

15. Addison

Page 6: BAB 2

Adalah kerusakan kelenjar adrenal yang tidak mampu memenuhi

kebutuhan hormon korteks adrenal.

16. Aldosteronisme primer

Adalah merupakan keadaan klinis yang sebabkan oleh produksi

aldosteron “suatu hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “

secara berlebih.

17. Tumor hipofisis

Adalah sesorang yang menderita tumor pada selaput kecil pada

otak.

18. Hipofisektomi

Merupakan suatu  tindakan pengangkatan adenoma hipofise

melalui pembedahan.

19. Pangkreatitis

Adalah peradangan pada pangkreas yang dapat mengeluarkan

enzim pencernaan dalam saluran pencernaan sekaligus mensintesis dan

mensekresi insulin dan glukagon.

20. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). 

Kelebihan produksi androgen mengganggu perkembangan telur

dan pembebasan mereka dari indung telur perempuan. PCOS adalah

penyebab utama infertilitas. Dewasa sebelum waktunya pubertas.

Abnormal pubertas dini yang terjadi ketika kelenjar

memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan hormon seks terlalu cepat

dalam hidup.

21. Diabetes Insipidus

Adalah suatu keadaan yang di tandai rasa haus di akibatkan karena

kurangnya hormon antidiuretik (hormon vasopresin).

22. Diabetes Militus (DM)

Gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia

(meningkatnya kadar gula dalam darah) akibat kurangnya hormon

insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya.

Ada 3 (tiga) jenis DM yang dikenal, yaitu :

Page 7: BAB 2

1. DM Tipe I        :  Bergantung insulin.

Biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun, meskipun bisa pada umur

berapun.

2. DM Tipe II       :  Tidak bergantung insulin. Terjadi pada usia 40

tahun.

Resistensi insulin yang disertai defek sekresi insulin dengan derajat

bervariasi. Terjadi penurunan sensitivitas terhadap insulin.

3. DM Gestasional (DM Kehamilan)      : Muncul saat kehamilan

2.4 2.2. SISTEM KARDIOVASKULER

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat

dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah

atas (atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel)

yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah,

maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada

jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh

tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).

Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang

kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-

paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang

karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen

dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Page 8: BAB 2

Gambar1. Jantung tampak depan

i. Kelaihnan kardiovaskuler

1. Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90

mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan

sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus

menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah

110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh

darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002)

Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara

sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥90mmHg. Seseorang

dikatakan terkena hipertensi tidak hanya dengan 1 kali pengukuran, tetapi

2 kali atau lebih pada waktu yang berbeda. Waktu yang paling baik saat

melakukan tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk

atau berbaring.

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO

Klasifikasi Sistolik

(mmHg)

Diastolik (mmHg)

Page 9: BAB 2

Normotensi <140 <90

Hipertensi ringan 140-180 90-105

Hipertensi

perbatasan

140-160 90-95

Hipertensi sedang

dan berat

>180 >105

Hipertensi sistolik

terisolasi

>140 <90

Hipertensi sistolik

perbatasan

140-160 <90

Klasifikasi Hipertensi

1. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :

a) Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten

tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme

kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui

penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo,

1999).

b) Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar

kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui

dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).

2. Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan

sistolik.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan

tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya

ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi campuran (sistol

dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol

dan diastol. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu

Page 10: BAB 2

peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik.

Umumnya ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001)

Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis

dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada

titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin,2001)

Perawatan Penderita Hipertensi

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh

keluarga dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari

anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat

sangat penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk

dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti

merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol,

modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres,

olahraga, dan istirahat (Amir, 2002 ).

3. Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah

Page 11: BAB 2

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya

hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.

Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi

gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).

Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk

mempertahankan curah jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan pengisian ini meningkat

sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di system vena, maka

keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo & Karim, 2002). Gagal

jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah

yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan

nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001), Waren & Stead dalam Sodeman, 1991),

Renardi, 1992).

Etiologi Gagal Jantung Kongestif

Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif

meliputi gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan

curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal

jantung dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot

jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih

dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang

dipompa pada setiap konteraksi tergantung pada tiga faktor: yaitu preload,

konteraktilitas, afterload.

a. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding

langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan

serabut otot jantung.

b. Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang

terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang

serabut jantung dan kadar kalsium

Page 12: BAB 2

c. Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus

dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang

ditimbulkan oleh tekanan arteriol. Pada gagal jantung, jika salah satu

atau lebih faktor ini terganggu, maka curah jantung berkurang

(Brunner and Suddarth 2002).

2. Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya

penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner

Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan

pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat

menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan

rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya

kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan

darahke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung

(Kartohoesodo, 1982).

Patofisiologi

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang

mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya

kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak

ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat

gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan

gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti

angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang

diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas

yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density

Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density

Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang

paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat

kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat

diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan

jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).

Page 13: BAB 2

Penyebab Jantung Koroner

Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi

koroner ini disebut penyakit jantung koroner. Penyempitan dan

penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang

sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan

jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak system

golongan irama jantung dan berakibat dengan kematian (Krisatuti dan

Yenrina, 1999).

b. Manifestasi Oral penyakit metabolik endokrin

Manifestasi Oral Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II

Pada penderita diabetes mellitus dapat dilihat adanya manifestasi dalam

rongga mulut penderita, misalnya ginggivits dan periodontitis, disfungsi

kelenjar saliva dan xerostomia, infeksi kandidiasis, sindroma mulut terbakar

serta terjadinya infeksi oral akut.13,18

1. Gingivitis dan periodontitis

Gingivitis merupakan inflamasi pada gusi yang mudah untuk

disembuhkan, dimana pada jaringan ginggiva terlihat kemerah-merahan

disertai pembengkakan dan bila disikat dengan sikat gigi akan berdarah.

Gingivitis akan menimbulkan terbentuknya periodontal pocket disertai

adanya resorpsi tulang, sehingga gigi goyang dan akhirnya tanggal

Gambar 2.2 : Periodontitis pada penderita Diabetes Mellitus

Page 14: BAB 2

Gambar 2.3 : Gingivitis pada penderita Diabetes Mellitus tipe II

2. Xerostomia dan disfungsi kelenjar saliva

Hiperglikemia mengakibatkan meningginya jumlah urin sehingga

cairan dalam tubuh berkurang dan sekresi saliva juga berkurang. Dengan

berkurangnya saliva, dapat mengakibatkan terjadinya xerostomia.18

Dalam rongga mulut yang sehat, saliva mengandung enzim-enzim

antimikroba, misalnya : Lactoferin, perioxidase, lysozyme dan histidine

yang berinteraksi dengan mukosa oral dan dapat mencegah pertumbuhan

kandida yang berlebihan.23 Pada keadaan dimana terjadinya perubahan

pada rongga mulut yang disebabkan berkurangnya aliran saliva, sehingga

enzim-enzim antimikroba dalam saliva tidak berfungsi dengan baik, maka

rongga mulut menjadi rentan terhadap keadaan mukosa yang buruk dan

menimbulkan lesi-lesi yang menimbulkan rasa sakit. Pasien diabetes

mellitus yang mengalami disfungsi kelenjar saliva juga dapat mengalami

kesulitan dalam mengunyah dan menelan sehingga mengakibatkan nafsu

makan berkurang dan terjadinya malnutrisi

Gambar 2.4 : akibat xerostomia

Page 15: BAB 2

3. Infeksi kandidiasis

Kandidiasis oral merupakan infeksi bakteri oportunistik yang

terjadi dalam keadaan hiperglikemia karena keadaan tersebut dapat

menyebabkan terjadinya disfungsi aliran saliva karena adanya kehilangan

cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga aliran saliva juga

berkurang. Selain itu, juga menyebabkan komplikasi berupa

microangiopathy yang paling sering muncul pada penderita diabetes

mellitus terkontrol atau tidak terkontrol. Oleh itu, Kandidiasis dapat

ditemukan pada penderita diabetes mellitus bila didukung berbagai faktor

yang ada pada penderita diabetes mellitus, seperti terjadinya defisiensi

imun, berkurangnya aliran saliva, keadaan malnutrisi dan pemakaian gigi

tiruan dengan oral hygiene yang buruk

Gambar 2.6 : Kandidiasis pada penderita Diabetes Mellitus tipe II