2 bab 2 tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
5
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mucuna bracteata
2.1.1 Botani
M. bracteata adalah jenis kacangan penutup tanah yang berasal dari dataran
tinggi Kerala India Selatan, dapat juga dijumpai di beberapa dataran tinggi
Pulau Sumatera, seperti di sepanjang Bukit Barisan, di daerah Sipirok
dengan nama daerah Biobio. Walaupun termasuk kedalam jenis kacangan
penutup tanah baru, namun jenis kacangan ini sudah pernah dipelajari dan
telah disusun sistem klasifikasinya menurut Germplasm Resources
Indormation Network Amerika (Harahap dkk, 2008).
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Faboideae
Genus : Mucuna
Species : Mucuna bracteata
Selain M. bracteata, jenis kacangan ini juga memiliki spesies lain dalam
genus yang sama seperti Mucuna cochinchinensis yang sudah di kenal
sebelumnya sebagai kacangan penutup tanah, Mucuna pruriens, Mucuna
macrocarpa, Mucuna hubery, Mucuna killipian, Mucuna gigantean, dan
lain sebagainya yang sampai saat ini masih belum di eksplorasi (Hidayat
dkk,2011).
6
2.1.2 Morfologi
a. Daun
Helaian daun tanaman M. bracteata berbentuk oval, satu tangkai
daun terdiri dari 3 helain anak daun (trifoliat), berwarna hijau,
muncul disetiap ruas batang. Ukuran daun dewasa dapat mencapai
15 x 10 cm. Helai daun akan menutup apabila suhu lingkungan
tinggi (termonasti), sehingga sangat efisien dalam mengurangi
penguapan di permukaan daun tanaman (Harahap, 2011).
Gambar 2.1.Daun M. bracteata
Sumber : Jurnal penelitian STIPAP, 2017
b. Batang
Tumbuhan menjalar, merambat, membelit, atau memanjat,
berwarna hijau muda sampai hijau kecoklatan. Batang ini memiliki
diameter 0,4-1,5 cm berbentuk bulat berbuku dengan panjang buku
25-34 cm, tidak berbulu, teksturnya cukup lunak, lentur,
mengandung banyak serat dan berair.Batang yang telah tua akan
mengeluarkan bintil-bintil kecil berwarna putih yang bila
bersinggungan dengan tanah akan berdiferensiasi menjadi akar
baru (Simangungsong, 2008).
7
Gambar 2.2.Batang M. bracteata
Sumber : Jurnal penelitian STIPAP, 2017
c. Akar
M. bracteata memiliki sistem perakaran tunggang sebagaimana
kacangan lain, berwarna putih kecokelatan, tersebar di atas
permukaan tanah dan dapat mencapai kedalaman 1 meter di bawah
permukaan tanah. Tanaman ini juga memiliki bintil akar.Bintil akar
ini berwarna merah muda segar dan relatif sangat banyak,
berbentuk bulat dan berukuran diameter sangat 6 bervariasi antara
0,2-2.0 cm (Simangungsong, 2008).
Gambar 2.3.Akar M. bracteata
Sumber: Jurnal penelitian STIPAP, 2017
8
d. Bunga
Bunga berbentuk tandan menyerupai rangkaian bunga anggur
dengan panjang 20-35 cm, terdiri dari tangkai bunga 15-20 tangkai
dengan 3 buah bunga setiap tangkainya.Bunga Monoceus ini
berwarna biru terong, dengan bau yang sangat menyengat untuk
menarik perhatian kumbang penyerbuk (Harahap, 2011).
Gambar 2.4.Bunga M. bracteata
Sumber: Jurnal penelitian STIPAP, 2017
e. Buah dan Biji
Dalam satu rangkaian bunga yang berhasil menjadi polong
sebanyak 4-15 polong, tergantung dari umur tanaman dan
lingkungan setempat termasuk perubahan musim. Polong yang
berbulu ini memiliki 2-4 biji untuk setiap polongnya. Biji berwarna
coklat tua sampai hitam mengkilap, dari 1 kg polong basah dapat
menghasilkan 250 gr biji kering dengan berat 45 biji kering/100
gram. Dari mulai munculnya bunga sampai polong siap dipanen
dibutuhkan waktu sekitar 50-60 hari (Harahap, 2011).
Gambar 2.5.Biji M. bracteata
Sumber: Jurnal penelitian STIPAP, 2017
9
2.2 Syarat Tumbuh Mucuna bracteata
M. bracteata merupakan kacangan yang cukup toleran terhadap semua
lokasi tumbuh, namun untuk tumbuh secara optimal kacangan ini juga
memerlukan syarat tumbuh tertentu yang berkaitan dengan faktor iklim dan
tanah (Hidayat, 2011).
2.2.1 Iklim
sendiri (Harahap dkk,2008). Berikut beberapa komponen-komponen iklim
yang dikehendaki oleh kacangan M. bracteata.
a. Ketinggian tempat
Secara umum M. bracteta dapat tumbuh dengan subur disemua tingkat
ketinggian, baik dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun untuk
masuk kefase generatif yang sempurna M. bracteata membututuhkan
daerah dengan ketinggian > 1000 m dpl (Sebayang,E-S:Sutarta, dan
I.Y.Harhap,2004). Dengan dernikian ketinggian tempat merupakan kunci
utama untuk sampai mendapatkan biji M. bracteata, karena jika ditanam
didataran rendah < 1000 m dpl tanaman akan tumbuh dengan jagur
namun tidak dapat menghasilkan bunga (Harahap dkk,2008).
b. Temperatur
Keadaaan temperatur harian suatu daerah sangat menentukan . jenis
tanaman yang dapat tumbuh diatasnya. Ada tanaman yang
mengkehendaki temperatur tinggi namun tidak sedikit juga tanaman yang
menghendaki suhu rendah untuk pertumbuhannya, M. bracteata
merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh didaerah yang
bertemperatur tinggi maupun rendah, namun untuk berbunga M.
bracteata mengkehendaki temperature harian minimum l20 C dan
maksimal 230 C . Jika suhu minimum diatas 18
0 C maka dapat mencegah
dan memperlambat proses pembungaan, hal inilah yang menyebabkan
kacangan M. bracteata yang ditanam didataran rendah tidak pernah
menghasilkan bunga (Pangaribuan, 2008).
10
c. Curah Hujan
Air merupakan suatu unsur yang menentukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman mulai dari perkecambahan sampai tanaman
berproduksi. Namun agar proses pembentukan polong tidak terganggu
sebaiknya M. bracteata ditanam dilokasi yang cukup air dengan curah
hujan 1000 – 2500 mm/tahun, dan 3-10 hari hujan/bulan (Harahap dkk
2008).
d. Kelembaban
M. bracteata menghendaki areal yang tinggi dari permukaan laut untuk
dapat memasuki fase generatif, dan umumnya semakin tinggi suatu
tempat maka kelembaban udaranya semakin tinggi yang disebabkan oleh
tingginya curah hujan terutama untuk daerah tropis seperti dataran tinggi
Sumatera Utara. Walaupun begitu M. bracteata tidak menyukai
kelembaban udara yang terlalu tinggi. Jika kelembaban udara terlalu
tinggi, maka bunga-bunga yang telah terbentuk akan busuk, layu dan
kering . Kelembaban udara yang dikehendaki oleh kacangan ini adalah <
80 % (Harahap dkk 2008).
e. Lama Penyinaran Matahari
Kacangan penutup tanah ini termasuk tanaman berhari pendek dan hanya
membutuhkan 6-7 jam penyinaran matahari penuh untuk setiap harinya.
Jika ditanam didaerah panas dengan penyinaran matahari maka M.
bracteata akan merundukan daun dan batangnya untuk mengurangi
penguapan yang umumnya terjadi disiang hari. PPKS menyimpulkan
bahwa kacangan M. bracteata dapat beradaptasi dengan baik untuk
daerah tropis seperti lndonesia (Rahutomo, 2008).
11
2.2.2 Tanah
Pada umumnya M. bracteata dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah,
baik tanah liat, liat berpasir,lempung,lempung berpasir atau tanah pasir.
Tanaman ini juga tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas yaitu 4,5-6,5.
Namun pertumbuhan M. bracteata akan lebih baik jika ditanam ditanah
yang kaya bahan organik, gembur dapat menyimpan air dan tidak tergenang
air (Iman,dkk 2011).
2.2.3 Media Tanam
a. Tanah top soil
Menurut (Hidayat, 2011), topsoil merupakan lapisan tanah atas yang
mengandung bahan organik, berwarna gelap dan subur yang memiliki
ketebalan sampai 25 cm. Lapisan topsoil yang tipis menyebabkan
kemampuan menyerap dan menyimpan air pada tanah berkurang. Tanah
sawah memiliki karakteristik subsoil yang padat. Lapisan subsoil yang
padat dapat menyebabkan pergerakan air didalam tanah sangat lambat
sehingga air sulit masuk kedalam lapisan dibawahnya.
Tanah yang mempunyai berat isi tinggi akan sulit meneruskan air atau
sukar ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan berat isi rendah,
akar tanaman lebih mudah berkembang. Sifat dan karakteristik topsoil
dan subsoil seperti berat isi, kadar air, porositas, permeabilitas, dan
tekstur dapat memberikan pengaruh terhadap laju infiltrasi. Tanah
sawah didominasi oleh tekstur liat. Hal ini menyebabkan adanya
genangan air pada saat musim penghujan dan rekahan pada musim
kemarau (Hardjowigeno 2003).
b. Pupuk kandang
Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produksi buangan dari
binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara,
memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pupuk kandang mengandung
unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat banyak
12
mengandung unsur fosfor, nitrogen dan kalium. Unsur hara mikro yang
terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium,
belerang, natrium, besi, tembaga dan molibdenum. Kandungan nitrogen
dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan
kandungan nitrogen dalam kotoran padat .
Penggunaan pupuk kandang dapat memperbaiki kesuburan tanah,
memperbaiki sifat fisik tanah, mengembalikan hara yang terangkut hasil
panen, juga mencegah kehilangan air dalam tanah dan laju infiltrasi air
dan selanjutnya beberapa unsur hara yang terkandung di dalam pupuk
kandang adalah N,P,K,Ca,Mg,S,Fe yang sangat berperan dalam
kehidupan tanaman (Musnawar, 2003).
2.3 Perlakuan Pematahan Dormansi
2.3.1 Perlakuan Mekanis
Beberapa cara perlakuan mekanis untuk memecahkan dormansi benih yang
disebabkan oleh impermiabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas yaitu:
a. Skarifikasi
Skarifikasi dapat dilakukan dengan abrasi yaitu menggosok kulit benih
dengan benda yang kasar atau kikir dan kertas pasir.Tujuan untuk
menipiskan kulit biji yang keras sehingga lebih permiabel terhadap air
atau gas (Salisbury dan Ross, 1995).
b. Perendaman Air Hangat
Perendaman biji dalam air panas bertujuan untuk memperbaiki
permeabilitas kulit benih sehingga dapat mempermudah masuknya air
dan gas, sehingga dapat meningkatkan persentase biji
berkecambah.Telah dilaporkan, bahwa pemanasan biji legum pada suhu
100°C selama 1,5 menit atau pada air panas dapat mengurangi panas
dapat mengurangi biji yang keras dan pemberian panas 100ºC selama 5-
13
20 detik dapat menyebabkan terbukanya pleurogram dan menghasilkan
perkecambahan 95-100%.
Hasil menunjukkan perlakuan perendaman air panas 85°C merupakan
perlakuan yang lebih baik dan menghasilkan daya kecambah yang
tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya yang memungkinkan bahwa
suhu 85°C ideal untuk pematahan dormansi benih M. bracteata yang
secara fisik memiliki seed coat yang tebal. Adapun untuk perlakuan air
biasa dan perendaman bahan kimiawi lainnya dapat menjadi bahan
penelitian lanjutan untuk mencari konsentrat dan lama perendaman
yang ideal untuk pematahan dormansi benih (Sulaiman dkk., 2009).
c. Pengguntingan Kulit Biji
Pengguntingan kulit biji dilakukan dengan cara menggunting salah satu
sisi biji dengan gunting kuku sehingga kulit terkupas dan air dapat
dengan mudah masuk ke dalam biji.Pengguntingan ini harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai merusak embrio biji. Persentase
perkecambahan dengan cara ini lebih tinggi dibandingkan dengan cara
skarifikasi yaitu mencapai 95%, namun pengerjaannya lebih sulit
dibandingkan dengan perlakuan yang pertama (Harahap dkk., 2008).
2.4 Kompos Kotoran Ayam
Limbah peternakan yang dihasilkan ada yang berupa kotoran (pupuk
kandang ada pula yang berupa sisa-sisa makanan. Setiap usaha peternakan
baik itu berupa sapi, ayam, kambing, maupun kuda akan menghasilkan
kotoran. Namun jangan salah, kotoran yang dihasilkan ternak tersebut
ternyata memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga tidak salah
bila para petani menggunakannya sebagai pupuk dasar.
Kotoran yang dihasilkan ternak itu ada dua macam yaitu pupuk kandang
segar dan pupuk kandang yang telah membusuk. Pupuk kandang segar
merupakan kotoran yang dikeluarkan hewan ternak sebagai sisa proses
14
makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainnya. Sedangkan
pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah
disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau
penguraian oleh jasad renik (mikroorganiser) yang ada dalam permukaan
tanah. Seperti yang telah disinggung diatas kotoran hewan memiliki
kandungan unsur hara yang cukup tinggi dan sangat lengkap (Suwardjono,
2001). Dengan keunggulan tersebut maka manfaat dari penggunaan kotoran
hewan ini antara lain :
l. Menambah zat atau unsur hara dalam tanah.
2. Mempertinggi kandungan humus di dalam tanah.
3. Mampu memperbaiki struktur tanah.
4. Mendorong atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik di dalam tanah
Tabel 2.1.Rata-rata Unsur hara Pupuk Kandang Kotoran Ayam
Keterangan
Nitrogen (N) 1.72
Fospor (P) 1.82
Kalium (K) 2.18
Kalsium (Ca) 9.23
Magnesium (Mg) 0.86
Mangan (Mn) 610
Ferrum (Fe) 3475
Cuprum (Cu) 160
Znc (Zn) 501
Sumber: Organic Vegetable Cultivation in Malaysia (2005)
15
2.5 Bakteri Rhizobium sp
2.5.1 Peran Rhizobium sp
Peranan keberadaan bakteri Rhizobium sp yang efektif pada tanaman
legume adalah bakteri dapat mengurangi kebutuhan N tanaman karena dapat
mensuplainya. N (urea, ZA) yang diberikan bisa hilang karena
pencucian,denitrifikasi, terangkut saat panen.Peranan bakteri terjadi saat
tanaman dalam kondisi kekurangan N (prosis simbiosis)
Tabel 2.1 Beberapa spesies Rhizobium dan tanaman simbiosisnya
Rhizobium spp Kelompok inokulasi
silang
Tipe legume
K legiamnasonim Kelompok ercis Pisum, Vicia, Lens
R. phaseoli Kelompok kacang Phaseolus
R. trifolii Kelompok semanggi Trifolium
R. melioti Kelompok alfalfa Medicago,Melilotus,
Trigonella
R. lupine Kelompok lupine Lupinus. Ornithopus
R. japanicum Kelompok kedelai Glycine
Rhizobium sp. Kelompok cowpea Vigna, Arachis
16
2.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Bintil Akar
a. Sumber Makanan
BO (bahan organik) dan perakaran untuk bertahan sebelum menginfeksi
b. Mikroorganisme lain
Sebagai kompetitor dirizofir terutama yang antagonis, karena dapat
menghalangi infeksi.
c. Lingkungan
Yang mempengaruhi kegiatan fotosintesis untuk menyediakan
kebutuhan energi bakteri (cahaya, luas daun, CO2, pembentukan
biji/fase vegetatif).
d. pH
Yang dikehendaki netral dan agak basa (pH 7-9).
e. Suhu
Yang disukai 20-28ºC, masing-masing jenis isolat berbeda tanggapnya
terhadap suhu.
f. Ketersediaan air dan hara untuk fotosintesis
Karena fotosintat yang dihasilkan tanaman dimanfaatkan oleh bakteri.
g. Senyawa racun
Yang berasal dari herbisida, fungisida di tanah tidak disukai bakteri
bintil, dapat berpengaruh terhadap keberadaan bakteri, salinitas.
h. Ketersediaan nutrisi
Seperti N yang bisa menghambat bintil P untuk suplai energi; Mo untuk
kerja nitrogenase, Fe dan Co untuk laghemoglobin dan transfer
electron.
17
2.6 Kesesuaian Genetik Antara Bakteri Dengan Tanaman
2.6.1 Hubungan Simbiosis
Hubungan simbiosis antara tanaman legum dengan bakteri bintil
akar.Simbiosis Mutualisme yang terjadi.Bakteri mendapatkan zat hara yang
kaya energi dari tanaman inang sedangkan tanaman inang mendapatkan
senyawa nitrogen dari bakteri untuk melangsungkan kehidupannya.
Mekanisme Penambatan Nitrogen oleh bakteri bintil akar adalah untuk
menambat nitrogen,bakteri ini menggunakan enzim nitrogenase, dimana
enzim ini akan menambat gas nitrogen di udara dan merubahnya menjadi
gas amoniak.Gen yang mengatur proses penambatan ini adalah gen nif
(Singkatan nitrogen-fixation).
Gen-gen nif (nitrogen fixation) berbentuk suatu rantai, tidak terpencar
kedalam sejumlah DNA yang sangat besar yang menyusun kromosom
bakteri, tetapi semuanya terkelompok dalam suatu daerah.Hal ini
memudahkan untuk memotong bagian untaian DNA yang sesuai dari
kromosom Rhizobium sp dan menyisipkannya ke dalam mikroorganisme
lain.
2.6.2 Kelompok Bakteri Pembentuk Akar
Hubungan simbiotik Rhizobium sp terbentuk struktur khusus pada tanaman
yang disebut bintil akar. Bakteri pembentuk akar dibedakan menjadi empat
kelompok besar.
Genus I : Rhizobium, yaitu suatu kelompok bakteri yang tumbuh cepat (fast
growing bacteria). Spesies yang masuk dalam kelompok ini adalah
R.leguminosarum, R.meliloti.
Genus II : Bradyhizobium, yaitu suatu kelompok bakteri yang tumbuh
lambat (slow growing bacteria). Spesies yang masuk dalm kelompok adalah
B.japonicum, Bradyrhizobium.
18
Genus III : Sinorhizobium, yaitu kelompok bakteri yang tumbuh cepat yang
membentuk bintil akar dengan kedelai. Bakteri ini dahulu diberi nama
Rhibium fredii.
Genus IV : Azorhizobium, yaitu suatu kelompok yang hanya mempunyai
satu spesies yang disebut A.caulinodans. Bakteri ini membentuk bintil
batang pada tumbuhan sasbina (Tribowo,2012).
Hubungan simbiotik Rhizobium sp terbentuk struktur khusus pada tanaman
yang disebut bintil akar. Bakteri pembentuk akar dibedakan menjadi empat
kelompok besar.
Genus I : Rhizobium, yaitu suatu kelompok bakteri yang tumbuh cepat (fast
growing bacteria). Spesies yang masuk dalam kelompok ini adalah
R.leguminosarum, R.meliloti.
Genus II : Bradyhizobium, yaitu suatu kelompok bakteri yang tumbuh
lambat (slow growing bacteria). Spesies yang masuk dalm kelompok adalah
B.japonicum, Bradyrhizobium.
Genus III : Sinorhizobium, yaitu kelompok bakteri yang tumbuh cepat yang
membentuk bintil akar dengan kedelai. Bakteri ini dahulu diberi nama
Rhibium fredii.
Genus IV : Azorhizobium, yaitu suatu kelompok yang hanya mempunyai
satu spesies yang disebut A.caulinodans. Bakteri ini membentuk bintil
batang pada tumbuhan sasbina (Tribowo,2012).
2.7 Keuntungan Memanfaatkan Bakteri Rhizobium sp
1. Tidak mempunyai bahaya atau efek samping
2. Efisiensi penggunaan yang dapat ditingkatkan sehingga bahaya
pencemaran lingkungan dapat dihindari
3. Harganya yang relatif murah