bab 2
DESCRIPTION
bab 2 AFPTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layu adalah sebuah
manifestasi klinik yang bersifat lemah atau paralisis dan mengurangi
ketahanan otot yang di sebabkan oleh berbagai macam penyebab yang
sering di gunakan untuk menggambarkan serangan tiba-tiba, seperti yang di
temui pada polio. AFP di dapatkan di negara maju, terutama negara
berkembang atau belum berkembang khususnya pada masyarakat dengan
derajat sosial ekonomi yang rendah, lingkungan sangat padat, tingkat
pendidikan kurang dan akses pada pelayanan kesehatan kurang dengan
angka kematian kasus (CFR) sangat rendah.
Surveilans AFP adalah pengamatan yang di lakukan terhadap semua
kasus kelumpuhan yang sifatnya seperti kelumpuhan pada poliomielitis dan
terjadi pada anak-anak < 15 tahun.
Berdasarkan KepMenKes No.483/Menkes/SK/IV/2007, disebutkan
pada lampiran bahwa untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus
polio, di lakukan pengamatan semua kasus lumpuh layu akut yang terjadi
pada usia <15 tahun (Depkes RI,2003).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi
fokus pembahasan dalam makalah ini yaitu tentang “Bagaimana tren dan isu
keperawatan acute flaccid paralysis?”.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat
mengetahui tentang tren dan isu keperawatan acute flaccid paralysis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Pengertian AFP.
2. Riwayat alamiah AFP.
3. Faktor resiko AFP.
4. Penatalaksanaan umum AFP.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan atau paralisis
secara fokal yang onsetnya akut tanpa penyebab lain yang nyata seperti
trauma. Yang ditandai dengan flaccid dan mengenai anak kelompok < 15
tahun termasuk didalamnya Sindrom Guillain-Barre. AFP disebabkan oleh
beberapa agen termasuk enterovirus, echovirus, atau adenovirus.
Setiap kasus AFP adalah keadaan darurat klinis dan membutuhkan
penanganan segera. Kasus AFP adalah semua anak-anak yang berusia
kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh),
terjadi secara akut (mendadak), bukan disebabkan oleh ruda paksa.
Yang dimaksud kelumpuhan terjadi secara akut adalah perkembangan
kelumpuhan yang berlangsung cepat (rapid progressive) antara 1–14 hari
sejak terjadinya gejalah awal (rasa nyeri, kesemutan, rasa tebal/kebas)
sampai kelumpuhan maksimal. Yang dimaksud kelumpuhan flaccid adalah
kelumpuhan yang bersifat lunglai, lemas atau layu (bukan kaku), atau terjadi
penurunan tonus otot.
Acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layu adalah sebuah
manifestasi klinik yang bersifat lemah atau paralysis dan mengurangi
ketahanan otot yang di sebabkan oleh berbagai macam penyebab yang
sering di gunakan untuk menggambarkan serangan tiba-tiba ,seperti yang di
temui pada polio.
2.2 Riwayat Alamiah
Secara umum penularan penyakit acute flaccid paralysis (AFP) atau
penyakit lumpuh layu akut tergantung dari penyebab dari penyakit
kelumpuhan tersebut. Penyakit AFP yang disebabkan oleh virus polio akan
cepat menular pada kondisi yang sangat rentan. Masa inkubasi polio
biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-
satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar
manusia melalui rute oro-fekal. Penularan melalui sekret faring dapat terjadi
bila keadaan higiene sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan
terjadinya penularan oro-fekal. Makanan dan bahan lain yang tercemar
dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi. Penularan melalui
serangga belum bisa dibuktikan.
Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita AFP karena virus
polio liar sangat paten untuk menularkan penyakit. Setelah terpajan dari
penderita, virus polio dapat ditemukan pada sekret tenggorokan 36 jam
kemudian dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja
dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu atau lebih.
Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat
kelumpuhan yang bervariasi. Kelumpuhan yang terjadi hanya sekitar 1%
saja. Dari semua kelumpuhan, 90% akan sembuh dengan sendirinya dan
sekitar 10% akan menetap.
Penyakit AFP yang disebabkan oleh virus polio liar gejala awal
biasanya terjadi selama 1-4 hari, kemudian menghilang. Gejala lain yang
bisa muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam
ringan, lemas dan nyeri kepala ringan. Gejalah ringan yang mengarah pada
kecurigaan serangan virus polio adalah adanya demam dan kelumpuhan
akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan
biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris dan dapat menetap
selamanya yang bisa disertai gejalah nyeri kepala dan muntah. Biasanya
terdapat kekakuan pada leher dan punggung dalam waktu 24 jam.
Lumpuh layu akut (AFP, acute flaccide paralysis) biasanya
menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan. Otot bisa
mengecil, refleks fisiologis dan refleks patologis negatif. AFP oleh penyakit
mielitis transversa yaitu suatu peradangan sumsum tulang belakang.
Kelumpuhan layu biasanya menyerang kedua tungkai, bersifat akut, dan
lemas. Refleks fisiologis dan refleks patologis negatif, biasa disertai dengan
gangguan buang air besar dan buang air kecil. Diagnosis banding lainya
adalah GBS (Guillain-Barre Sindrom), dimana terjadi demam disertai
gejalah khas kelumpuhan yang berangsur dari ujung jari naik ke atas dengan
batas tegas, bila sudah sampai pergelangan membentuk gambaran seperti
sarung tangan/kaki (Glove Phenomenon). Kelumpuhan menyerang kedua
tungkai, refleks fisiologis negatif, sedangkan refleks patologis positif. Bila
kelumpuhan menyerang otot saluran pernapasan, maka penderita dapat
mengalami sesak napas sampai meninggal.
2.3 Epidemiologi
Kelemahan tungkai adalah keluhan yang biasa ditemui pada kasus
gangguan neuromuskular. Guillain-Barre Syndrome (GBS) merupakan
penyebab utama non-traumatic, non-stroke paralisis flaccid akut di negara-
negara barat, dengan angka kejadian 0,75-2,0 kasus per 100.000 orang.
Myasthenia Gravis (MG) adalah penyebab paling umum transmisi
penyakit neuromuskuler, dengan prevalensi sebesar 14,2 kasus per 100.000
orang. Botulisme terjadi lebih jarang, di AS yang dilaporkan oleh Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) dari tahun 1973-1996. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa virus West Nile juga dapat menyebabkan
paralysis flaccid. Penyebab paralysis flaccid akut lainnya termasuk
poliomyelitis paralitik dan myelitis transversal; etiologi yang jarang terjadi
berupa neuritis traumatis, ensefalitis, meningitis dan tumor .
2.4 Faktor Resiko
2.5 Penatalaksanaan Umum
Pengobatan pada penderita AFP tidak spesifik. Pengobatan ditujukan
untuk meredakan gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan
stamina penderita. Perlu diberikan pelayanan fisioterapi untuk
meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot.
Perawatan ortopedi tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan
menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan
melalui vaksinasi dan surveilans AFP.