bab 2

30
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 TUMBUH KEMBANG USIA TODLER A. Pengertian Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. B. Tumbuh kembang pada anak usia todler 1. Pertumbuhan Selama tahun ke 2 masa kehidupan masih nampak kelanjutan perlambatan pertumbuhan fisik yaitu dengan kenaikan BB berkisar antara 1,5 – 2,5 kg ( rata – rata ) dan PB 6 –10 cm ( rata – rata 8 cm per tahun. Anak akan mengalami penurunan nafsu makan sampai usia 3 tahun, hal ini mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang sehingga anak yang tadinya nampak gemuk dan montok akan menjadi lebih langsing dan berotot. Demikian pula dengan pertumbuhan otak yang akan mengalami perlambatan selama tahun ke 2, kenaikan lingkar pada tahun pertama mencapai pertambahan sebesar 12 cm dan selanjutnya pada tahun ke 2 hanya bertambah 2 cm, sedangkan lingkar dada pada tahun 2

Upload: fennysouching

Post on 24-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

meningitis

TRANSCRIPT

BAB 2

BAB 2PEMBAHASAN2.1 TUMBUH KEMBANG USIA TODLER

A. Pengertian

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

B. Tumbuh kembang pada anak usia todler

1. Pertumbuhan

Selama tahun ke 2 masa kehidupan masih nampak kelanjutan perlambatan pertumbuhan fisik yaitu dengan kenaikan BB berkisar antara 1,5 2,5 kg ( rata rata ) dan PB 6 10 cm ( rata rata 8 cm per tahun. Anak akan mengalami penurunan nafsu makan sampai usia 3 tahun, hal ini mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang sehingga anak yang tadinya nampak gemuk dan montok akan menjadi lebih langsing dan berotot. Demikian pula dengan pertumbuhan otak yang akan mengalami perlambatan selama tahun ke 2, kenaikan lingkar pada tahun pertama mencapai pertambahan sebesar 12 cm dan selanjutnya pada tahun ke 2 hanya bertambah 2 cm, sedangkan lingkar dada pada tahun pertama berukuran sama.Namun demikian untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel NCHS WHO dengan menggunakan rumus :

Bila nilai riel hasil pengukuran nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB, maka rumusnya :

EMBED Equation.3 Bila nilai riel hasil pengukuran nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB, maka rumusnya :

2. Parameter penilaian pertumbuhan fisik :

a. Ukuran antropometrik

Berat badan Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena dapat digunakan untuk menilai peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada dalam tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain lain

Untuk menilai berat badan normal yang sesuai usia todler dapat dilihat di tabel NCHS terlampir

Tinggi badan

Keistimewannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal tercapai dan akhirnya berhenti pada umur 18 20 tahun.

Untuk menilai tinggi bdan yang sesuai dengan usia todler dapat dilihat ditabel NCHS terlampir

Lingkar kepala

Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial, dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Untuk rentang normal menurut nellhaus pada anak usia 1 tahun adalah 43,5 49( perempuan) & 43,5 49 ( laki laki ) , kemudian anak usia 2 tahun adalah 45 51( perempuan ) & 46 51( laki laki ) dan anak usia 3 tahun adalah 46,25 53 (perempuan) & 46,25 53 ( laki laki ). namun demikian untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik Nellhaus terlampir

Lingkar lengan atas

LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan, laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1 3 tahun.

Lipatan kulit

Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi tumbuh jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi. dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan

b. Gejala/tanda pemeriksaan fisik

Keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut, gigi geligi

c. Pemeriksaan laboratorium

Hb, serum protein dan hormon.

d. Pemeriksaan radiologis

Umur tulang

3. Perkembangan

Aspek perkembangan yang seharusnya dicapai anak pada usia todler adalah sebagai berikut

a. Usia 12 18 bulan

Berjalan sendiri tidak jatuh

Mengambil benda kcil dengan ibu jari dan telunjuk

Mengungkapkan keinginan secara sederhana

Minum sendiri dari gelas dan tidak tumpah

b. Usia 18 24 bulan

Berjalan mudur setidaknya lima langkah

Mencoret coret dengan alat tulis

Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya

Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga

c. Usia 2 3 tahun

Berdiri satu kaki tanpa berpegangan minimal 2 hitungan

Meniru membuat garis lurus

Menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata

Melepas pakaian sendiri

4. Parameter penilaian perkembangan dengan DDST

Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDSTadalah :

a. Alat yang Digunakan

Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.

Lembar formulir DDST

Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.

b. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:

Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 6 bulan, 9 12 bulan, 18 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.

Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

c. Penilaian

Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).

Abnormal

Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Meragukan

Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.

Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh-

kembang anak, yaitu:

1. Faktor Genetik

Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti sindrom Down, sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.

2. Faktor Lingkungan

Faktor Lingkungan Pra natal, antara lain:

Gizi ibu pada waktu hamil

Mekanis (trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin)

Toksin / zat kimia (zat teratogen: obat-obatan teralidomide, pkenitoin, methadion, obna-obat anti kanker)

Endokrin (defisiensi hormon somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin)

Radiasi

Infeksi (Torch, Varisela, Coxsakie, Echovirus, Malaria, Lues, HIV, polio, campak, teptospira, virus influenza, virus hepatitis)

Stres

Imunitas

Anoksia embrio

Faktor Lingkungan Post Natal, yaitu :

Lingkungan Biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon.

Faktor Fisik, antara lain: cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah, radiasi.

Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua.

Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama, urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran, dll. (Soetjiningsih, 1998)

D. Stimulasi dasar atau kebutuhan dasar untuk tumbuh-kembang yang diberikan Ibu pada anak

1. Usia 12 18 bulan

a. Gerak kasar

Latih anak naik turun tangga

b. Gerak halus

Bermain dengan anak melempar dan menangkap bola besar kemudian bola kecil.

c. Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama nama bagian tubuh

d. Begaul dan bicara

Beri kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya sendiri.

2. Usia 18 24 bulan

a. Gerak kasar

Latih anak berdiri dengan 1 kaki

b. Gerak halus

Ajari anak menggambar bulatan, garis, segitiga dan gambar wajah

c. Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak mengikuti perintah sederhana.

d. Bergaul dan mandiri

Latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu

3. Usia 2 sampai 3 tahun

a. Gerak kasar

Latih anak melompat dengan satu kaki

b. Gerak halus

Ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok

c. Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak mengenal bentuk dan warna

d. Bergaul dan mandiri

Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkanya sendiri.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DX MEDIS MENINGITISA. DEFINISI

Meningitis adalah infeksi cairan otak dan disertai proses peradangan yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jaringan otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang terdapat secara akut dan kronis.

Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).

Meningitis adalah radang umum araknoidia,leptomeningitis.(perawatan anak sakit,1984:232).

Meningitis adalah suatu peradangan selaput otak yang biasanya diikuti pula oleh peradangan otak. (penyakit dalam dan penanggulangan,1985).

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).

Meningitis adalah peradangan selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat.

B. ETIOLOGI

a. Bakteri merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberpa bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan mengitis adalah:

Haemophillus influenzae (tipe B)

Nesseria meningitis (meningococcal)

Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)

Streptococcus, grup A

Staphylococcus aureus Escherichia coli

Klebsiella

Proteus

Pseudomonas

b. Virus merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat self-limitting dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna.

c. Jamur

d. Protozoa

e. Faktor predisposisi: jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita

f. Faktor maternal: rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

g. Faktor imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobilin, anak yang mendapat obat-obat imunosupresi

h. Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan system persyarafan.

C. KLASIFIKASI1. Meningitis purulenta

Meningitis purulenta adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa.Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ / jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.

Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus, hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan salmonella.

Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada permulaan gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua pulu empat ) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasipupil dan koma.

2. Meningitis serosa ( tuberculosa )

Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga archnoid.

Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan kadang kadang menderita retardasi mental.D. TANDA DAN GEJALAPada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :

1. Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu, mudah terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan, nyeri kepala.

2. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri kepala, penurunan kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata juling, paresis atau paralisis.

3. Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan rasa nyeri pada leher dan punggung, kaku kuduk, tanda brodsinky I dan II positif dan tanda kerning positif. Tanda kerning yaitu bila paha ditekuk 90ke depan, tuungkai dapat diluruskan pada sendi lutut.

Tanda brudzinky I positif adalah bila kepal di fleksi atau tunduk ke depan, maka tungkai akan bergerak fleksi di sudut sendi lutut.

Tanda brodzinky II positif adalah bila satu tungkai ditekuk dari sendi lutut ruang paha, ditekankan ke perut penderita, maka tungkai lainnya bergerak fleksi dalam sendi lutut.

Pada meningitis tuberkulosa didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu :

1. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahan-lahan yaitu demam ringan atau kadang-kadang tidak demam, nafsu makan menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium terminal.

2. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan kesadaran.

3. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya meninggal.E. PATOFISIOLOGI

Otak dilapisi oleh tiga lapisan,yaitu: durameter, arachnoid,dan piameter.cairan otak dihasilkan didalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam system ventrikuler seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari jari didalam lapisan subarchnoid.Organisme ( virus/ bakteri ) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melalui aliran darah didalam pembuluh darah otak. Cairan hidung ( secret hidung ) atau secret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar ), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan kecairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik kecranial maupun kesaraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalusAgen penyebab

Invasi ke SSP melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarahnoid

Respon inflamasi di piamatter, arahnoid,CSF dan ventrikuler

Exudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal

Kerusakan neurologist

F. MANIFESTASI KLINIK

Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku

Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor

Sakit kepala

Sakit sakit pada otot

Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien.

Adanya disfungsi pada saraf III, IV, VI

Pergerakan motorik pada awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan biasa

terjadi hemiparesis, hemiplagia, dan penurunan tonus otot

Reflex brudzinski dan reflex kernig positif

Nausea

Vomiting

Takikardia

Kejang

Pasien merasa takut dan cemasG. KOMPLIKASI

a. Ketidaksesuaian sekresi ADH

b. Pengumpulan cairan subdural

c. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan

d. Hidrocepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi nervus II ( optikus )

e. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di mulut, konjungtivitis.

f. Epilepsi

g. Pneumonia karena aspirasi

h. Efusi subdural, emfisema subdural

i. Keterlambatan bicara

j. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV (toklearis ), nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan bola mata.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Analisa CSS dan fungsi lumbal

Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri

Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negative, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus

2.Glukosa serum : meningkat

3. LDH serum : meningkat pada meningitis bakteri

Sel darah putih : meningkat dengan peningkatan neotrofil (infeksi bakteri)

Elektrolit darah : abnormal

4.LED : meningkat

Kultur darah / hidung / tenggorokan / urine dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi /mengidentifikasikan tipe penyebab infeksi

5. MRI /CT Scan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel ; hematum daerah serebral, hemoragik maupun tumor

I. MANAGEMEN TERAPI

Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif suporatif untuk membantu pasien melaluimasa kritis :

1. Penderita dirawat di rumah sakit

2. Pemberian cairan intravena

3. Bila gelisah berikan sedatif/penenang

4. Jika panas berikan kompres hangat, kolaborasi antipiretik

5. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan :

a. Kombinasi amphisilin 12-18 gram, klorampenikol 4 gram, intravena 4x sehari

b. Dapat dicampurkan trimetropan 80 mg, sulfa 400 mg

c. Dapat pula ditambahkan ceftriaxon 4-6 gram intra vena

6. Pada waktu kejang :

a. Melonggarkan pakaian

b. Menghisap lendir

c. Puasa untuk menghindari aspirasi dan muntah

d. Menghindarkan pasien jatuh

7. Jika penderita tidak sadar lama :

a. Diit TKTP melalui sonde

b. Mencegah dekubitus dan pneumonia ostostatikdengna merubah posisi setiap dua jam

c. Mencegah kekeringan kornea dengan borwater atau salep antibiotik

8. Jika terjadi inkontinensia pasang kateter

9. Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital

10. Kolaborasi fisioterapi dan terapi bicara

11. Konsultasi THT ( jika ada kelainan telinga, seperti tuli )

12. Konsultasi mata ( kalau ada kelainan mata, seperti buta )

13. Konsultasi bedah ( jika ada hidrosefalus )

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Keluhan utama

Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan penurunan kesadaran.

Riwayat penyakit sekarang

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.

Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang memungkinkan masuknya kuman kemeningen terutama tindakan melalui pembuluh darah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia.

Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).

Pengkajian psikososial

Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

Pemeriksaan fisik

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya.Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara Umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

2. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung conginetal ( abses otak ).

Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor ). Takikardi, distritmia (pada fase akut) seperti distrimia sinus (pada meningitis )

3. Eleminasi

Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.

4. Makanan dan Cairan

Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut )

Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.

5. Hygiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode akut )

6. Neurosensori

Gejala : sakit kepala (mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat) . Pareslisia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf cranial). Hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas (minimitis) . Timbul kejang (minimitis bakteri atau abses otak) gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi). Fotopobia (pada minimtis). Ketulian (pada minimitis / encephalitis) atau mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan, adanya hulusinasi penciuman / sentuhan.7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan diperburuk oleh ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri

Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis / mengeluh.

8. PernapasanGejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru

Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental ( letargi sampai koma ) dan gelisah.

9. Keamanan

Gejala :- Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi mastoiditis telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.

- Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.

-Gangguan penglihatan atau pendengaran

Tanda :- Suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil

- Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic

- Gangguan sensoris

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.

3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.

4. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung ( hospitalisasi ).3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Dx kep 1 : Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.

Tujuan : tidak terjadi penyebaran infeksi

Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lainIntervensia. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan baik pasien, pengunjung, maupun staf.Rasional : menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( mis : individu yang mengalami infeksi saluran napas atas )

b. Pantau dan catat secara teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi.Rasional : Terapi obat akan diberikan terus menerus selama lebih 5 hari setelah suhu turun ( kembali normal ) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai berminggu minggu / berbulan bulan atau penyebaran pathogen secara hematogen / sepsis.

c. Ubah posisi pasien dengan teratur tiap 2 jam.

Rasionalisasi : Mobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan.

d. Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau

Rasionalisasi : Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis.

e. Kolaborasi tim medis

Rasional : Obat yang dipilih tergantung pada infeksi dan sensitifitas individu. Catatan ;

obat cranial mungkin diindikasikan untuk basilus gram negative, jamur, amoeba.

Dx kep 2 : Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.

Tujuan : perfusi jaringan serebral (edema serebral) berkurang

Hasil yang diharapkan / kriteria pasien anak : mempertahankan tingkat kesadaran , mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil, melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala, mendemontrasikan adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.

Intervensi

a. Perubahan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai

indikasi setelah dilakukan fungsi lumbal.

Rasional : perubahan tekanan CSS mungkin merupakan adanya resiko herniasis batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.

b. Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti GCS.Rasional : pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menntukan lokasi, penyebaran / luas dan perkembangan dari kerusakan serebral.

c. Pantau masukan dan keluaran . catat karakteristik urine, turgor kulit, dan keadaan membrane mukosa.

Rasional : hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun / munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral.

d. Berikantindakan yang memberikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut.Rasional : meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang berlebihan.

e. Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.Rasional : terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang memperburuk / meningkatkan iskemia serebral.

f. Berikan obat sesuai indikasi.

Dx kep 3 : Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.Tujuan : tanda dan gejala trauma berkurang / tidak ditemukan

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : tidak mengalami kejang atau penyerta atau cedera lain.

Intervensia. Pantau adanya kejang / kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain.Rasional : mencerminkan pada iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.

b. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantuan pada penghalang tempat tidur dan pertahankan tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap.

Rasional : melindungi pasien jika kejang. Catatan ; masukan jalan napas bantuan / gulungan lunak jika hanya rahangnya relaksasi, jangan dipaksa memasukkan ketika giginya mengatup dan jaringan lunak akan rusak.

c. Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan .gerakkan dengan bantuan sesuai membaiknya keadaan.

Rasional : menurunkan resiko terjatuh / trauma jika terjadi vertigo, sinkope atau ataksia.d. Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin ( dilantin ), diazepam , fenobarbital.Rasional : merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang .catatan : fenobarbital dapat menyebabkan defresi pernapasan dan sedative serta menutupi tanda / gejala dari peningkatan TIK.

Dx kep 4 : Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.Tujuan : Nyeri dapat teratasi

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan poster rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.Intervensi

a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.

Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat / relaksasi.

b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan yang penting .Rasional : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.

c. Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara aktif dan massage otot daerah leher /bahu.Rasional : dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang menimbulkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.

d. Berikan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein

Rasional : mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.

Catatan : narkotik merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak akuratan dalam pemeriksaan neurologis.

Dx kep 5 : Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung (hospitalisasi).Tujuan : ketakutan Px berkurang

Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mengikuti dan mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.Intervensia. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau non verbal.

Rasional : gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.

b. Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala.

Rasional : meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu dan menurunkan ansietas.

c. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit.

Rasional : penting untuk menciptakan kepercayan karena diagnosa meningitis mungkin menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga keluarga

d. Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin.

Rasional : meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian.

e. Lindungi privasi pasien jika terjadi kejang.

Rasional : memperhatikan kebutuhan privasi pasien memberikan peningkatan akan harga diri pasien dan melindungi pasien dri rasa malu.PAGE 21

_1022632278.unknown

_1022632597.unknown

_1333014790.unknown

_1022632543.unknown

_1022631870.unknown