bab 2

9
BAB 2 PERMASALAHAN MANAJEMEN PERALATAN A.Pengantar Unitized cargoyang ditandai dengan palletisasi diikuti dengan kontainerisasi pada awal 70-an. Kontainerisasi muatan yang berlangsung sejak tahun 1966 merupakan langkah spesialisasi untuk mengejar kecepatan dalam menangani muatan kapal laut. Langkah tersebut membawa perubahan revolutive rancangan teknologi kapal, pelabuhan, dan alat bongkar muat. Tahun 70-an teknologi perkapan memungkinkan industry perkapalan membangun kapal-kapal peti kemas cellular, pelabuhan-pelbuhan membangun terminal khusus peti kemas atau setidak-tidaknya merekonfigurasi terminal muatan umum menjadi terminal serba guna, dan dilengkapi dengan alat-alat khusus bongkar muat peti kemas. B. Sistem Bongkar-Muat Peti Kemas Peralatan bongkar muat peti kemas terdiri dari alat- alat angkat dan angkutmulai dari operasi kapal, haulage, lift on lift off, receipt , dan delivery.Urutan-urutan kegiatan operasi selengkaonya adalah: 1. Ship Operation meliputi memuat dan membingkar peti kemas antara kapal dan dermaga. 2. Quay Transfer Operation (QTO) berperan mengatur dan mengimbangi operasi kapal. 3. Storage Operation yang berfungsi sebagai stok pengaman antara operasi penyerahan/penerimaan dengan operasi kapal. 4. Receipt/Delivery Operation adalah kegiatan operasi penerimaan dan penyerahan peti kemas.

Upload: fauziyah-farah-r

Post on 15-Sep-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

waaa

TRANSCRIPT

BAB 2PERMASALAHAN MANAJEMEN PERALATAN

A. PengantarUnitized cargoyang ditandai dengan palletisasi diikuti dengan kontainerisasi pada awal 70-an. Kontainerisasi muatan yang berlangsung sejak tahun 1966 merupakan langkah spesialisasi untuk mengejar kecepatan dalam menangani muatan kapal laut. Langkah tersebut membawa perubahan revolutive rancangan teknologi kapal, pelabuhan, dan alat bongkar muat.Tahun 70-an teknologi perkapan memungkinkan industry perkapalan membangun kapal-kapal peti kemas cellular, pelabuhan-pelbuhan membangun terminal khusus peti kemas atau setidak-tidaknya merekonfigurasi terminal muatan umum menjadi terminal serba guna, dan dilengkapi dengan alat-alat khusus bongkar muat peti kemas.

B. Sistem Bongkar-Muat Peti KemasPeralatan bongkar muat peti kemas terdiri dari alat-alat angkat dan angkutmulai dari operasi kapal, haulage, lift on lift off, receipt, dan delivery.Urutan-urutan kegiatan operasi selengkaonya adalah:1. Ship Operation meliputi memuat dan membingkar peti kemas antara kapal dan dermaga.2. Quay Transfer Operation (QTO) berperan mengatur dan mengimbangi operasi kapal. 3. Storage Operation yang berfungsi sebagai stok pengaman antara operasi penyerahan/penerimaan dengan operasi kapal.4. Receipt/Delivery Operation adalah kegiatan operasi penerimaan dan penyerahan peti kemas.

Suatu terminal peti kemas merupakan sebuah system yang terdiri dari banyak sub-sub system, di antaranya:1. Tractor-trailer system, sebagai alat pengangkut peti kemas dalam QTO dan di lingkungan terminal2. Straddle carrier atau reach stacker system, sebagai alat pemindah peti kemas antara lapangan ke alat angkut (head truck-chassis).3. Yard gantry system, alat angkat di lapangan untuk melakukan stacking dan unstacking, ke/ dari tractor-trailer system dalam QTO dan gerakan lain di lingkungan terminal.4. Front-end loader system, alat angkat berat untuk menunjang kegiatan QTO dan gerakan lain di lingkungan terminal.

C. Quayside Gantry CraneContainer Crane di bangun pertama kali tahun 1959 oleh Paceco dengan konstruksi aslinya A frame dan di namakan Portainer. Untuk operasi kapal di gunakan Quayside Gantry Crane yang single trolley mampu melayani 25 unit per jam atau yang second trolley dengan performance mencapai 40-55 unit per jam.Operasi dermaga dilayani dengan pasangan head truck-chassis pada kecepatan berimbang (balance) dengan operasi kapal. Kecepatan system head truck-chassis dalam operasi kapal menjadi factor penentu berapa lama operasi bongkar muat di laksanakan. Operasi kapal adalah kegiatan sangat sensitive dalam system terminal peti kemas. Kalau umpanya terjadi kelambatan menurnkan ataupun menaikkan peti kemas dari dan ke atas chassis di yard, maka chassis akan terlambat tiba di dermaga di bawah spreader. Keterlambatan itu mengakibatkan Quayside Container Crane terpaksa menunggu. Keterlambatan tibanya chassis dapat bertambah apabila traveling speed dari chassis terganggu atau mengalami kerusakan. Waktu tunggu seperti ini terakumulasi menjadi delay yang lebih besar sehungga kapal berada lebih lama di pelabuhan. Selanjutnya berdampak pada naiknya biaya handling per ton barang.

D. Rubber Tyred Yard Gantry CraneAlat transtrainer di kenal dalam dua tipe yaitu tipe yang berjaln si atas roda, di sebut juga Rubber Tyred Gantry (RTG) Crance dan tpe yang berjalan di atas rel dengan roda-roda baja, di sebut rail-mounted yart gantry crane. Jenis RTG lebih banyak di gunakan karena alasan operasional, lebih luwes dalam olah gerak (manouever), dan mudah bergerak menjelajahi seluruh terminal.E. Straddle CarrierAlat straddle carier berfungsi sebagai yard crane untuk melakukan kegiatan lift on dan lift off. Di sebut juga sebagai travel lift karena alat ini berjalan di atas roda-roda sperti halnya RTG dan di fungsikan sebagai alt angkut dan alat angkat, straddle bahkan lebih leluasa mengangkut peti kemas di banding dengan RTG.

F. Top LeaderAlat angkat ini untuk pelayanan lift on dan lift off. Semua bagian-bagiannya tidak berbeda dengan fork lift truck (FLT), akan tetapi pada top leader di pasangspreader sebagai attachment utama, dengan daya angkat 35-40 ton.

G. Super StackerAlat angkat ini di sebut juga reach steacker. Di rancang sebagai yard crane yang mobilitasnya melebihi top leader. Melayani lift on atau lift off ke dan dari atas trailer dan dapat dilakukan dari arah sisi kiri atau kanan dan dari arah belakang jika di perlukan. Kapasitas daya angkat antara 35-55 ton.

H. Head Truck an ChassisAlat ini menjembatani berbagai lokasi kegiatan (spots) di terminal, dari dan ke dermaga, CFS, lapangan, depot, bahkan sampai ikut bersama kapal ro-ro.Head truck di sebut juga tugmasters atau prime mover mengingat fungsinya sebagai penarik beban, satu head truck dapat melayani beberapa chassis. Head truck dan chassis di sambungkan dengan system pivotyang di namakan fifth wheel dengan elevasi yang dapat di atur secara hidrolik.

I. Fork Lift TruckFLT adalah yang paling popular karena dapat digunakan serba guna di terminal umum ataupun khusus. Di terminal peti kemas, FLT berkapasitas angkat antara 12-50 ton. FLT jenis in-container type berkapasitas 1-2,5 ton di gunakan untuk kegiatan stuffing and un-stuffing karena FLT jenis ini ruang kerjanya terbatas.

J. Rail-Mounted Yard Gantry CraneFungsi alat ini adalah sama dengan RTG crane. Penempatan yard crane jenis rail mounted biasanya di lokasi lapangan CY dan pada operasi receipt & delivery. Kemajuan teknologi pembangunan crane jenis ini tercatat sangat signifikan.

K. Sistem TerminalTerminal peti kemas sepenuhnya bergantung pada peralatan (handling equipment), dan back up area dari marshalling area dan container yard (CY) untuk stacking.

L. Perfomansi Terminal (Terminal Perfomance)Mengukur kinerja terminal dilakukan dengan menghitung factor Handling Ability, Stowing Capacity, Terminal Productivity, Container Handling Efficiency, dan Land Availability.Throught terminal peti kemas dinyatakan dengan Annual Throughput per crane (AC) dalam satuan TEUs per Crane per year.

Untuk menghitung AC di gunakan rumus :AC = Y x h x d x Ec x cKeterangan :AC : Annual Throughtput dalam satuan TEUs per Crane per yearh : Jam kerja perharid : Hari kerja pertahunEc : Box rate (BCH) dalam satuan Box per jam per crane c : Conversi Box ke TEUs = 1,35Y : Berth Occupancy (BOR) , dihitung dengan rumusBOR=[(Retara Panjang Kapal + 5 Meter)xRetara Jam Tambat)xJumlah Kapalx100%Panjang Tambatan Tersedia x 24 jam x Haari Tahun Kalender

AC dapat juga dihitung dengan rumus:

Keterangan:AC = Annual Throughput dalam satuan TEUs per Crane per yearAT = Annual Throughput dalam satuan TEUs per YearStowing Capacity dapat dihitung dalam satuan TEUs per hectare lapangan penumpukan berdasarkan faktor-faktor Ground Slot (Cs) dan Stacking Height (t) dengan rumus:

Keterangan:H = Throughput Peti Kemas per unit area terminal dalam haAT = Annual Througput dalam satuan TEUs per yearDT = Total Terminal Area dalam satuan haTurn round factor dinyatakan dalam satuan N time per year dihitung berdasarkan Ground Slot (Cs) dan Storage Capacity (Ct). hitungan berdasarkan Ground Slot dengan rumus:

Keterangan:Ns = Frekuensi gerakan peti kemas dalam satuan times per yearAT = Annual Throughput dalam satuan TEUs per yearCs = Jumlah Ground Slot di terminal dalam satuan Ton atau TEUsHitungan berdasarkan Storage Capacity dengan rumus:

Keterangan:Nt = Frekuensi gerakan peti kemas dalam satuan times per yearAT = Annual throughput dalam satuan TEUs per yearCt = Kapasitas Storage di terminal dalam satuan Ton atau TEUsHitungan berdasarkan Ground Slot dengan rumus:Keterangan:Ds = Dwelling Time dalam satuan hari per tahunNs = Frekuensi gerakan peti kemas dalam satuan times per yearHitungan berdasarkan Storage Capacity dengan rumus:

Keterangan: Dt = Dwelling Timedalam satuan hari per tahunNt = Frekuensi geerakan peti kemas dalam satuan times per year